85
UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN PROPOSAL TUGAS AKHIR PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA PROYEK APARTEMEN LENTENG AGUNG CITY Nama : Muhammad Alghazali NPM : 19310896 Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan : Teknik Sipil Diajukan Guna Melengkapi Syarat

Proposal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal

UNIVERSITAS GUNADARMA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR PADA PROYEK APARTEMEN

LENTENG AGUNG CITY

Nama : Muhammad Alghazali

NPM : 19310896

Fakultas : Teknik Sipil dan Perencanaan

Jurusan : Teknik Sipil

Diajukan Guna Melengkapi Syarat

Untuk Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

2013

Page 2: Proposal

ii

Page 3: Proposal

BAB 1

PENDADULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam melaksanan pembangunan yang pertama dilaksanakan dan

dikerjakan dilapangan adalah pekerjaan pondasi (struktur bawah), sebelum

pekerjaan pondasi dilakukan perlu adanya data penyelidikan tanah untuk

menentukan system pondasi apa yang akan diterapakan. Maksud dan tujuan dari

penyelidikan ini adalah untuk mengetahui data sifat-sifat karakteristik lapisan

tanah, daya dukung dan kekuatan tanah yang bermanfaat bagi perencanaan

pondasi yang tepat baik ditinjau dari segi teknis maupun ekonomis, dan data

tersebut diperoleh dari hasil penelitian baik secara langsung dilapangan maupun

dilaboratorium terhadap contoh dari hasil pemboran.

Dari data tersebut dilaksanakan perhitungan daya dukung tanah dan

rekomendasi jenis pondasi yang tepat sesuai dengan kondasi tanah dilokasi

penyelidikan, dan lokasi penyelidikan tanah yang didapat berada pada proyek

pembangunan apartemen LA (Lenteng agung) City yang berada di jl. Raya

Lenteng Agung-Jakarta selatan, dengan lingkup pekerjaan diarea rencana

apartement ini terdiri dari 3 titik deep boring yang dilaksanakan dengan

mempergunakan mesin bor hydraulic merk Tone type UD 5 sedalam 40 meter, 10

titik sondir ringan dengan mempergunakan alat sondir ringan kapasitas 2,5 ton

yang dilengkapi dengan jacket cone type Begemann yang dapat mengukur nilai

perlawanan konus dan hambatan lekat secara langsung dilapangan dan

1

Page 4: Proposal

dilaksanakan pula SPT (standart penetration test) yang dilaksanakan didalam

lubang bor steleh pengambilan tanah asli pada setiap interval 2 meter dan

pengambilan contoh tanah asli (undisturbed sample) dan contoh tanah terganggu

(disturbed sample) pengambilan tanah ini dilakukan dengan mempergunakan Thin

Wall Tube diameter 65 mm pada setiap interval 2 meter, tidak lupa juga

pengukuran muka air tanah pada lubang bor seteleah 24 jam pemboran selesai

dilaksanakan dan penelitian dilaboratorium yang dilaksanakan dengan standart

ASTM (American Society for Testing and Materials).

Dari penyelidikan tanah dilapangan dan penelitian dilaboratorium dapat

kita tentukan system pondasi yang tepat dalam menopang apartemen LA City ini

adalah pondasi tiang bor dan alasan lainnya dalam pemilihan system ini karena

pondasi tiang bor gangguan yang timbul terhadap lingkungan seperti getara, suara,

dan gerakan dari tanah disekitar proyek sangat minim.

Dalam penulisan tigas akhir ini akan dilakukan perencanaan ulang

pondasi, perencanaan pondasi menggunakan metode-metode yang disesuaikan

dengan kondisi tanah. Selain itu, perencanaan pondasi juga menggunakan

program plaxis yang digunakan dalam analisis deformasi da stabilitas dua dimensi

dalam rekayasa geoteknik.

1.2 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penilitian Tugas Akhir ini adalah untuk merencanakan dan

mendesain pondasi tiang bor untuk mengetahui panjang tiang, dimensi,

menghitung penulangan pondasi yang digunakan, menghitung dan menentukan

dimensi pile ca, dan menganalisa penurunan (settlement) pondasi.

2

Page 5: Proposal

1.3 BATASAN TUGAS AKHIR

Pada penilitian tugas akhir ini, pembahasan dibatasi pada :

1. Menghitung beban struktur atas yang akan diterima pondasi.

2. Menghitung daya dukung aksial dan lateral pondasi.

3. Menentukan dimensi dan kedalaman pondasi.

4. Menghitung penulangan pondasi yang akan digunakan.

5. Menghitung dan menentukan dimensi pile cap.

6. Menggambar detail pondasi yang direncanakan.

1.3 LOKASI KERJA PRAKTEK

Lokasi kerja praktek proyek pembangunan Apartement LA (Lenteng

Agung) City yang berlokasi di Jalan. Raya Lenteng Agung Timur No. 39

Jagakarsa, Jakarta Selatan. Batas-batas proyek dapat di lihat pada gambar 1.1.

Gambar 1.1 Lokasi Apartement LA City

3

Page 6: Proposal

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKAN

1.4 UMUM

Pengertian umum untuk pondasi adalah struktur bagian bawah bangunan

yang berhubungan langsung dengan tanah dan memiliki fungsi sebagai pemikul

dan penahan beban bagian bangunan lainnya diatasnya. Pondasi harus

diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri,

beban-beban bangunan beserta beban isi bangunannya, gaya-gaya luar seperti

tekanan angina, gempa bumi, tekanan tanah, dan lain-lain. Dan yang perlu

diketahui tidak boleh terjadi adanya penurunan (settlements) melebihi bata yang

telah diijinkan. Adapun prinsip dari pondasi, adalah harus sampai ke tanah keras

dan apabila tidak ada tanah keran harus ada pemadatan tanah atau perbaikan

tanah.

1.5 PONDASI TIANG BOR

Pondasi tiang bor (bored pile) adalah pondasi tiang yang pemasangannya

dilakukan dengan mengebor tanah pada awal pengerjaannya. Bored pile dipasang

ke dalam tanah dengan cara mengebor tanah terlebih dahulu, baru kemudian diisi

tulangan dan dicor beton. Tiang ini biasanya dipakai pada tanah yang stabil dan

kaku, sehingga memungkinkan untuk membentuk lubang yang stabil dengan alat

bor. Jika tanah mengandung air, pipa besi dibutuhkan untuk menahan dinding

lubang dan pipa ini ditarik ke atas pada waktu pengecoran beton. Pada tanah yang

keras atau batuan lunak, dasar tiang dapat dibesarkan untuk menambah tahanan

dukung ujung tiang.

4

Page 7: Proposal

Jenis-jenis pondasi bored pile :

1. Bored pile lurus untuk tanah keras

2. Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk trapesium

3. Bored pile yang ujungnya diperbesar berbentuk bel

4. Bored pile lurus untuk tanah batuan

Fungsi pondasi tiang bor pada umumnya dipengaruhi oleh besar atau

bobot dan fungsi bangunan yang hendak didukung dan jenis tanah sebagai

pendukung konstruksi seperti :

1. Transfer beban dari konstruksi bangunan atas (upper structure) ke dalam

tanah melalui selimut tiang dan perlawanan ujung tiang.

2. Menahan daya desak ke atas (up live) maupun guling yang terjadi akibat

kombinasi beban struktur yang terjadi.

3. Memampatkan tanah, terutama pada lapisan tanah yang lepas (non

cohesive).

4. Mengontrol penurunan  yang terjadi pada bangunan terutama pada

bangunan yang berada pada tanah  yang mempunyai penurunan yang

besar.

Faktor utama yang sering menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan

jenis pondasi adalah biaya dan kesesuaian. Kesesuaian disini merupakan

keyakinan dari ahli pondasi dimana rancangan yang tertulis dalam dokumen

5

Page 8: Proposal

desain akan memperoleh kondisi yang mendekati kondisi lapangan sehingga dapat

memikul beban dengan suatu faktor keamanan yang memadai. Pondasi  tiang bor

mempunyai karakteristik khusus karena cara pelaksanaannya yang dapat

mengakibatkan perbedaan perilakunya di bawah pembebanan dibandingkan

pondasi tiang pancang.

Hal-hal yang mengakibatkan perbedaan tersebut diantaranya adalah :

1. Tiang bor dilaksanakan dengan menggali lubang bor dan mengisinya

dengan meterial beton, sedangkan pondasi tiang pancang dimasukkan ke

tanah dengan mendesak tanah disekitarnya (displacement pile)

2. Beton dicor dalam keadaan basah dan mengalami masa curing di bawah 

permukaan tanah.

3. Kadang-kadang digunakan casing untuk menjaga stabilitas dinding lubang

bor dan dapat pulacasing tersebut tidak tercabut karena kesulitan di

lapangan.

4. Kadang-kadang digunakan slurry untuk menjaga stabilitas lubang bor

yang dapat membentuk lapisan lumpur pada dinding galian serta

mempengaruhi mekanisme gesekan tiang dengan tanah.

5. Cara penggalian lubang bor disesuaikan dengan kondisi tanah.

Dalam pemilihan fondasi yang digunakan, banyak dipertimbangkan

keuntungan apa bila memilih fondasi bored pile ini .

6

Page 9: Proposal

Keuntungan pemakaian fondasi bore pile antara lain :

1. Pemasangan tidak menimbulkan gangguan suara dan getaran yang

membahayakan bangunan sekitarnya

2. Mengurangi kebutuhan beton dan tulangan dowel pada pelat penutup

tiang (pile cap)

3. Kedalaman tiang dapat divariasikan

4. Tanah dapat diperiksa dan dicocokkan dengan data laboratorium

5. Tiang bor dapat dipasang menembus batuan

6. Diameter tiang memungkinkan dibuat besar

7. Tidak ada resiko kenaikan muka tanah

8. Penulangan tidak dipengaruhi oleh tegangan pada waktu pengangkutan

dan pemancangan.

Namun, fondasi tiang bor ini juga mempunyai kelemahan, diantaranya :

1. Pengecoran tiang dipengaruhi kondisi cuaca pengecoran beton agak sulit

bila dipengaruhi air tanah karena mutu beton tidak dapat di kontrol dengan

baik.

7

Page 10: Proposal

2. Mutu beton hasil pengecoran bila tidak terjamin keseragamannya di

sepanjang badan tiang bor mengurangi kapasitas dukung tiang bor,

terutama bila tiang bor cukup dalam

3. Pengeboran dapat mengakibatkan gangguan kepadatan, bila tanah berupa

pasir atau tanah yang berkerikil

4. Air yang mengalir ke dalam lubang bor dapat mengakibatkan gangguan

tanah, sehingga mengurangi kapasitas dukung tiang

2.2.1 Pelaksanaan Pondasi Tiang Bor dengan Metode Casing (LA City)

Pelaksanaan pondasi tiang bor pada proyek Apartement LA City mengacu

pada metode casing, dimana metode ini meminimaliskan terjadinya longsor pada

lubang yang telah dibor. Pelaksanaan pondasi tiang bor dengan metode casing

akan di jelaskan sebagai berikut :

a) Pengeboran dengan auger (dapat dilihat pada gambar 2.1).

Gambar 2.1 Pengeboran dengan Auger.

8

Page 11: Proposal

b) Setelah pengeberoan dilakukan saatnya pembersihan dasar pondasi

tiang bor dengan bucket, dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Pengeboran dengan Bucket.

c) Langkah selanjutnya pemberian casing untuk mengantisipasi

terjadinya longsor saat pengecoran dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 Pemberian Casing.

9

Page 12: Proposal

d) Setelah pemberian casing telah dilakukan, selanjutanya

dimasukkannya tulangan yang telah diberi beton decking (dapat dilihat

pada gambar 2.4). Setelah pemberian tulangan dilanjutkan dengan

pemberian pipa tremie (dapat dilihat pada gambar 2.5).

Gambar 2.4 Pemberian Tulangan yang terdapat Beton Decking.

Gambar 2.5 Pemberian Pipa Tremie.

10

Page 13: Proposal

e) Selanjutnya mulai pada tahap pengecoran (dapat dilihat pada gambar

2.6). dan keluarnya air dalam lubang yang telah di bor (dapat dilihat

pada gambar 2.7)

Gambar 2.6 Pengecoran.

Gambar 2.7 Keluarnya Air Saat Pengecoran.

11

Page 14: Proposal

f) Saat pengecoran telah selesai dilakukan, waktunya mengeluarkan

casing, dikelurkan menggunakan bantuan dari crane crawler atau

towe crane.

Gambar 2.8 Ditariknya Casing.

g) Pengecoran bor sudah selesai.

Gambar 2.9 Selesainya Pengecoran

12

Page 15: Proposal

Panjang pengecoran tiang harus dilebihkan ke atas sedikit, kerena bagian

atas tiang terbentuk oleh beton dengan kualitas buruk (lunak). Bagian lebih

betonnya akan dipecah/dihancurkan dan tulangannya di cor dengan pelat penutup

tiang (pile cap). Kualitas dari tiang bor sangat bergantung pada kualitas dari

proses pelaksanaan, yaitu tahanan gesek dan tahanan ujung tiang sangat

bergantung pada proses pelaksanaannya. Dalam hal ini yang paling penting adalah

agar selalu menjaga kebersihan dari lubang bor.

13

Page 16: Proposal

Gambar 2.10 Flowchart Pelaksanaan Pondasi Tiang Bor

14

Page 17: Proposal

2.2.2 Perbandingan Pelaksanaan Tiang Bor di Lapangan dan Teori dengan

Metode Casing

Dibawah ini akan dijelaskan tentang perbandingan pelaksanaan pondasi

tiang bor di lapangan dan teori yang mengacu pada buku fondasi II.

Tabel 2.1 Keterangan Perbandingan Pelaksanaan Tiang Bor dilapangan dan Teori

Pelaksanaan Tiang bor di Lapangan Pelaksanaan Tiang Bor di Teori

a Pengeboran dengan auger a Pengeboran dengan auger dan

memasukkan casing

b Pengeboran dengan bucket b Tekan Casing sampai tanah mudah

longsor

c Memasukkan casing c Pengeboran dengan bucket

d Pemberian tulangan yang terdapat

beton decking dan pemberian pipa

tremie

d Tulangan dimasukkan

e Pengecoran dan keluarnya air saat

pengecoran

e Cor beton dengan casing di

tarik/ditinggal

f Ditariknya casing f dimasukkan pipa tremie

g Selesainya pekerjaan g Dimulainya pengecoran

h Air keluar saat pengecoran

i Casing ditarik keluar

j Selesainya pekerjaan

15

Page 18: Proposal

Dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan dilapangan dan pelaksanaan teori

yang mengacu pada buku analisis dan perancangan fondasi II yang ditulis oleh

christady hardiyatmo. Pada point pertama tahap pelaksanaan pondasi tiang bor

dengan metode casing sudah berbeda, tahap keduapun demikian, kesamaannya

ada pada tahap di masukkannya tulangan, dan waktu pengecoran.

16

Page 19: Proposal

BAB 3

METODOLOGI

3.1 TAHAP PERENCANAAN

Pada penulisan tugas akhir ini dilakukannya perencanaan pondasi tiang bor

dengan cara manual. Tahapan perencanaan ini dimulai dengan penentuan dimensi

pondasi, daya dukung pondasi, jumlah tiang dalam kelompok pondasi, efisiensi

kelompok tiang, penurunan pondasi, daya dukung lateral, penentuan dimensi plie

cap, dan penulangan pondasi serta pile cap.

17

Page 20: Proposal

18

Page 21: Proposal

Gambar 3.1 Diagram Alir Tugas Akhir

3.2 PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR

Pada tahap perencanaan ini merupakan tahap perhitungan pondasi tiang

bor dengan menggunakan beberapa metode dalam perhitungan masing-masing

bagiannya. Tahap ini dimulai dari penentuan dimensi pondasi, daya dukung

pondasi tiang tunggal maupun tiang kelompok, jumlah tiang dalam kelompok

pondasi, penurunan pondasi, daya dukung akibat beban lateral, penulangan

pondasi, penentuan dimensi pile cap dan penulangannya.

3.3 DAYA DUKUNG PONDASI TIANG BOR

Perhitungan kapasitas tiang dapat dilakukan dengan cara pendekatan statis

dan dinamis. Perhitungan kapasitas tiang secara statis dilakukan menurut teori

19

Page 22: Proposal

Mekanika Tanah, yaitu dengan mempelajari sifat-sifat teknis tanah. Sedangkan

perhitungan dengan cara dinamis dilakukan dengan menganalisis kapasitas ultimit

dengan data yang diperoleh dari pemancangan tiang (Hary C. Hardiyatmo, 2002).

Pada perencanaan pondasi tiang bor untuk menentukan perumusan daya

dukungnya terdapat beberapa metode yang dapat digunakan yang dipengaruhi

oleh kondisi tanah dan metode penyelidikan tanah yang digunakan. Metode-25

metode analisis daya dukung pondasi tiang dapat dilihat pada gambar 3.2 di

bawah ini.

Gambar 3.2 Diagram Metode Analisis Daya Dukung Pondasi Tiang(Sumber : Donald P. Coduto, 1994)

3.3.1 Daya Dukung Dukung Tiang Tunggal

Daya dukung tiang tunggal adalah kemampuan ultimit tiang tunggal untuk

dapat menahan beban diatasnya serta untuk menahan gaya friksi yang ditimbulkan

oleh beban tersebut.

20

Page 23: Proposal

3.3.1.1 Daya Dukung Dukung Tiang Tunggal

Metode analisis daya dukung ujung tiang dapat berdasarkan data sondir

yang diketahui yaitu dengan menggunakan metode LCPC (Laboratoire Central

des Ponts et Chaussees). Kelebihan metode ini yaitu, dapat berlaku untuk

berbagai macam kondisi tanah dan metode pelaksanaan instalasi pondasi tiang 26

pancang dan pondasi tiang bor (Donald P Coduto, 1994). Adapun persamaan daya

dukung ujung tiang sebagai berikut :

Dimana:

= daya dukung tiang

= tahanan ujung konus

= tahanan ujung konus pada ujung tiang

= faktor ujung konus

= luas penampang tiang

Tahanan ujung konus ( ) adalah rata-rata nilai qc yang diambil dari jarak

1.5 diameter tiang ke atas dan 1.5 diameter tiang ke bawah yang ditinjau dari

dasar tiang. Apabila nilai qc dari data sondir tidak menentu atau tidak beraturan,

maka nilai diambil diantara qc < 0.7qca dan qc >1.3qca seperti terlihat pada

gambar di bawah ini (Donald P Coduto, 1994).

21

Page 24: Proposal

Tabel 3.1 Nilai Faktor Ujung Konus (Kc) pada Metode LCPC

Tipe TanahFaktor Ujung Konus (Kc)

Drilled Shaft Piles

Clays and Silts 0.375 0.600Sands and Gravels 0.150 0.375

Chalk 0.200 0.400Sumber : Donald P. Coduto, 1994

3.3.1.2 Daya Dukung selimut Tiang

Analisis daya dukung selimut tiang menggunakan metode LCPC

(Laboratoire Central des Ponts et Chaussees), perhitungan yang digunakan pada

metode LCPC ini yaitu dengan mengkaitkan antara tahanan gesek tiang terhadap

tahanan ujung konus (qc) pada uji sondir. Pengukuran di lapangan terhadap qc 28

umumnya sangat tepat untuk mendapatkan tahanan gesek tiang (fs) (Donald P.

Coduto, 1994). Persamaan umum yang digunakan untuk menghitung daya dukung

selimut tiang adalah sebagai berikut :

Dimana :

= daya dukung selimut tiang

= tahanan selimut tiang

= luas selimut tiang

Untuk menggunakan metode ini, pertama klasifikasikan pondasi tiang

terlebih dahulu, dari klasifikasi jenis pondasi tiang didapat nomor kurva untuk

22

Page 25: Proposal

diplot pada gambar 3.3, sehingga didapatnya nilai tahanan selimut tiang (fs)

(Donald P. Coduto, 1994).

Gambar 3.3Kurva Selimut Tiang untuk Tanah Lempung dan Lanau (Adapted from

Briaud and Miran, 1991)

(Sumber : Donald P. Coduto, 1994)

3.3.1.2 Daya Dukung Ultimit Tiang Tunggal

Pada perhitungan daya dukung ultimit pondasi tiang bor merupakan

penjumlahan dari daya dukung ujung tiang (Qb) dan daya dukung selimut tiang

(Qs) dan dikurangi dengan beban sendiri pada tiang pondasi.

23

Page 26: Proposal

Gambar 3.4 Skema Analisis Kapasitas Dukung Tiang

Berdasarkan gambar 3.4 di atas daya dukung pondasi dapat dinyatakan

dalam bentuk persamaan sebagai berikut :

Dimana :

= daya dukung ultimit tiang

= daya dukung selimut

= daua dukung ujung tiang

= berat sendiri tiang

3.3.1.2 Daya Dukung Ultimit Tiang Tunggal

24

Page 27: Proposal

Untuk memperoleh daya dukung ijin tiang, maka diperlukan untuk

membagi kapasitas ultimit tiang dengan faktor aman tertentu. Faktor aman

diberikan dengan maksud (Hary C. Hardiyatmo, 2002) :

a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan

yang digunakan.

b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan

kompresinilitas tanah.

c. Untuk meyakinkan bahwa tiang cukup aman dalam mendukung beban

yang bekerja.

d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal

atau kelompok tiang masih dalam batas-batas toleransi.

e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang

masih dalam batas-batas toleransi.

Pemilihan faktor aman (F) untuk perencanaan pondasi tiang menurut

Reese dan O’Neill (1989) seperti terlihat ditabel dibawah ini :

Tabel 3.2 Faktor Keamanan (Reese dan O’Neill)

Klasifikasi Struktur

Faktor Keamanan (Safety Factor)

Kontrol Baik

Kontrol

Normal

Kontrol Jelek

Kontrol Sangat Jelek

Monumental

2.3 3 3.5 4

Permanen 2 2.5 2.8 3.4

25

Page 28: Proposal

Sementara 1.4 2 2.4 2.8Sumber : Hary C. Hardiyatmo, 2002

Daya dukung ijin untuk beban aksil dapat diperoleh dengan membagi daya

dukung ultimit dengan faktor keamanan.

Dimana :

= daya dukung ijin tiang

= daya dukung ultimit tiang

= faktor keamanan

3.3.2 Jumlah Tiang

Untuk menentukan jumlah tiang yang akan digunakan berdasarkan beban

yang bekerja pada pondasi dan kapasitas dukung ijin tiang, yaitu :

Dimana :

= jumlah tiang

= beban rencana yang diterima pondasi

= daya dukung ijin tiang

3.3.3 Susunan Tiang Kelompok

Susunan tiang sangat berpengaruh terhadap luas denah pile cap, yang

secara tidak langsung tergantung dari jarak tiang. Bila jarak tiang kurang teratur

26

Page 29: Proposal

atau terlalu lebar, maka luas denah pile cap akan bertambah besar dan berakibat

32 volume beton menjadi bertambah besar sehingga biaya konstruksi tidak efisien

(K. Basah Suryolelono, 1994).

Gambar 3.5 Contoh Susunan Tiang(Sumber : Teknik Pondasi 2, Hary C. Hardiyatmo)

3.3.4 Jarak Antar Tiang dalam Kelompok

Jarak antar tiang pancang di dalam kelompok tiang sangat mempengaruhi

perhitungan kapasitas dukung dari kelompok tiang tersebut. Untuk bekerja

sebagai kelompok tiang, jarak antar tiang yang dipakai adalah menurut peraturan-

peraturan bangunan pada daerah masing-masing. Menurut K. Basah Suryolelono

(1994), pada prinsipnya jarak tiang makin rapat, ukuran pile cap makin kecil dan

biaya lebih murah. Tetapi bila pondasi memikul beban momen maka jarak tiang

perlu diperbesar yang berarti menambah atau memperbesar tahanan momen.

Tabel 3.3 Jarak Tiang Minimum (Teng, 1962)

27

Page 30: Proposal

Fungsi TiangJarak As-As Tiang

MinumumTiang dukung ujung dalam tanah keras 2-2.5D atau 75 cmTiang dukung ujung pada batuan keras 2D atau 60 cm

Tiang gesek 3-5D atau 75 cmSumber : (Hary C. Hardiyatmo, 2002)

Pada jenis-jenis tanah tertentu, seperti tanah pasir padat, tanah plastis,

lanau jenuh dan lain-lainnya, jarak tiang yang terlalu dekat menyebabkan bahaya

gerakan tanah secara lateral dan penggembungan tanah. Sedangkan pada pasir

tidak padat, jarak yang terlalu dekat lebih disukai karena pemancangan dapat

memadatkan tanah di sekitar tiang. Jarak tiang yang dekat dapat mengurangi

pengaruh gesek dinding negatif (Hary C. Hardiyatmo, 2002).

3.3.5 Efisiensi dan Daya Dukung Tiang Kelompok

Secara umum efisiensi kelompok tiang didefinisikan sebagai berikut :

Efisiensi kelompok tiang tergantung pada beberapa faktor diantaranya

(Geotechnical Engineering Center) :

a. Jumlah tiang, panjang, diameter, pengaturan, dan terutama jarak antara as

ke as tiang.

b. Modus pengalihan beban (gesekan selimut atau tahanan ujung).

c. Prosedur pelaksanaan konstruksi (tiang pancang atau tiang bor).

d. Urutan instalasi tiang.

28

Page 31: Proposal

e. Jangka waktu setelah pemancangan.

f. Interaksi antara pile cap dan tanah di permukaan.

Beberapa persamaan efisiensi tiang telah diusulkan akan tetapi semuanya

hanya bersifat pendekaan saja. Adapun persamaan efesiensi kelompok tiang yang

disarankan oleh Converse-Labbare Formula sebagai berikut :

Dimana :

= Efisiensi kelompok tiang

= daya dukung kelompok

= jumlah tiang

= daya dukung tiang

Dimana daya dukung kelompok tiang dapat dihutung dengan persamaan

sebagai berikut :

Dimana :

= beban maksimum kelompok tiang yang mengakibatkan

keruntuhan

= jumlah tiang pada baris

= jumlah tiang pada kolom

= daya dukung ujung tiang

29

Page 32: Proposal

= daya dukung selimut tiang

= faktor keamanan

3.4 PENURUNAN PONDASI TIANG BOR

Istilah penurunan (settlement) digunakan untuk menunjukkan gerakkan

titik tertentu pada bangunan terhadap titik referensi yang tetap. Jika seluruh

permukaan tanah di bawah dan di sekitar bangunan turun secara seragam dan

penurunan terjadi tidak berlebihan, maka turunnya bangunan tidak terlalu nampak

dan penurunan yang terjadi tidak menyebabkan kerusakan bangunan. Namun,

kondisi demikian tentu mengganggu baik pemandangan mata maupun kestabilan

bangunan, bila penurunan terjadi secara berlebihan. Umumnya, penurunan tak

seragam lebih membahayakan bangunan dibandingkan penurunan total (Hary C.

Hardiyatmo, 2010).

Gambar 3.6 Contoh Kerusakan Bangunan Akibat Penurunan(Sumber : Hary C. Hardiyatmo, 2010)

30

Page 33: Proposal

3.4.1 Penurunan Tiang Tunggal

Pada penurunan tiang dipengaruhi makenisme pengalihan beban, sehingga

penyelesaian untuk perhitungan penurunan hanya bersifat pendekatan. Penurunan

tiang tunggal yang disebabkan oleh beban pada tiang, dapat ditentukan melalui

persamaan sebagai berikut :

Dimana :

= penurunan tiang total

= penurunan sepanjang tiang

= penurunan tiang akibat beban pada ujung tiang

= penurunan tiang akibat beban yang diterukan sepanjang tiang

Ketiga dari penurunan diatas diperoleh dari persamaan berikut :

a. Penurunan Sepanjang tiang

Dimana :

= daya dukung ujung tiang

= 0.5 = koefisien dari skin friction

= daya dukung selimut tiang

= panjang tiang

= luas penampang tiang

= modulus elastisitas

b. Penurunan Akibat Beban pada Ujung Tiang

31

Page 34: Proposal

Dimana :

= tahanan ujung tiang

= diameter tiang

= modulus elastisitas tanah pada ujung tiang

= poisson’s ratio tanah

= faktor pengaruh

Pada persamaan ini , nilai sama dengan nilai yang diperoleh dari

Gambar 2.8. Sedangkan nilai Modulus Young dan Poisson’s Ratio tanah dapat

diperoleh berdasarkan Tabel 3.7 di bawah ini.

Gambar 3.7 Nilai αr(Sumber : Teknik Pondasi 1, Hary Christady 2002)

32

Page 35: Proposal

Tabel 3.4 Nilai Perkiraan Modulus Elastisitas Tanah (Bowles, 1977)

Jenis Tanah Es (kN/m2)Lempung

Sangat Lunak 300-3000Lunak 2000-4000Sedang 4500-9000Keras 7000-20000Berpasir 30000-42500

PasirBerlanau 5000-20000Tidak Padat 10000-25000Padat 50000-100000

Pasir dan KerikilPadat 80000-200000Tidak Pada 50000-140000

Lanau 2000-20000Loess 15000-60000Serpih 140000-1400000

Sumber: Teknik Fondasi 1, Hary Christady

Tabel 3.5 Hubungan Antara Jenis Tanah dan Poisson’s Ratio

Jenis Tanah Poisson’s Ratio (μ)Lempung Jenuh 0.4-0.5Lempung Tak Jenuh 0.1-0.3Lempung Berpasir 0.2-0.3Lanau 0.3-0.35Pasir Padat 0.2-0.4Pasir Kasar (angka pori, e = 0.4-0.7) 0.15Pasir Halus (angka pori, e = 0.4-0.7) 0.25Batu 0.1-0.4Loess 0.1-0.3

Sumber: Teknik Fondasi 1, Hary Christady

c. Penurunan Akibat Beban yang Diteruskan Sepanjang Tiang

33

Page 36: Proposal

Dimana :

= daya dukung selimut tiang

=keliling penampang tiang

=panjang tiang

=diameter tiang

= modulus elastisitas tanah pada ujung tiang

= poisson’s ratio tanah

= Faktor pengaruh

dapat diperoleh dari rumus empiris yang dikeluarkan oleh Vesic

(1977).

Dimana :

L = panjang tiang

D = diameter tiang

3.4.2 Penurunan Tiang Kelompok

Pada perhitungan penurunan tiang kelompok dapat menggunakan metode

Meyerhof (1976), menurut Meyerhof (1967) hasil yang ditemukan berdasarkan

34

Page 37: Proposal

observasi yang dilakukannya penurunan yang didapat tidak lebih dari 0.3 in (8

mm). Untuk menentukan penurunan tiang kelompok berdasarkan nilai SPT yaitu

dengan persamaan sebagai berikut (Donald P. Coduto, 1994) :

Dimana :

δ = penurunan kelompok tiang

Br = lebar reference = 0.3 m

qe' = tekanan ujung ekivalen = Pg/(Bg.Lg) (ton/m2)

Bg = lebar grup tiang

Lg = panjang grup tiang

σr = tekanan reference = 2000 lb/ft2 = 100 kPa

N60’ = nilai NSPT pada kedalaman zi sampai zi + Bg

3.5 DAYA DUKUNG LATERAL

Pondasi tiang sering harus dirancang dengan memperhitungkan beban-

beban horizontal atau lateral, seperti, beban angin, tekanan tanah lateral, beban

gelombang air, benturan kapal, dll. Besarnya beban lateral yang harus didukung

pondasi tiang bergantung pada rangka bangunan yang mengirimkan gaya lateral

tersebut ke kolom bagian bawah.

35

Page 38: Proposal

Jika tiang dipasang vertikal dan dirancang untuk mendukung beban

horizontal yang cukup besar, maka bagian atas dari tanah pendukung harus

mampu menahan gaya tersebut, sehingga tiang-tiang tidak mengalami gerakan

lateral yang berlebihan. Karena itu, tiang-tiang perlu dihubungkan dengan

gelagar-gelagar horizontal yang berfungsi sebagai penahan gaya lateral.

Gaya lateral yang terjadi pada tiang bergantung pada kekakuan atau tipe

tiang, macam tanah, penanaman ujung tiang ke dalam pelat penutup kepala tiang,

sifat gaya-gaya dan besar defleksi. Jika gaya lateral yang harus didukung tiang

sangat besar, maka dapat digunakan tiang miring.

Sehubungan dengan hal tersebut, tiang-tiang dibedakan menurut 2 tipe (Hary C.

Hardiatmo, 2002), yaitu :

1. Tiang ujung jepit (fixed end pile)

2. Tiang ujung bebas(free end pile)

Mc.Nulty (1956) mendefinisikan tiang ujung bebas sebagai tiang yang

ujung atasnya terjepit oleh pile cap < 60 cm (24 inc). Sedangkan untuk tiang

ujung jepit ujung atas tiang terjepit > 60 cm (Hary C. Hardiatmo, 2002).

3.5.1 Perilaku Tiang

Untuk menentukan apakah tiang berperilaku seperti tiang panjang atau

tiang pendek, maka perlu diketahuinya faktor kekakuan tiang, yang dapat

ditentukan dengan menghitung faktor-faktor kekakuan R dan T (Hary C.

36

Page 39: Proposal

Hardiatmo, 2002). Untuk faktor kekakuan untuk modulus tanah konstan (R) dapat

dinyatakan pada persamaan sebagai berikut :

Dimana :

K = kh/1.5 = modulus tanah

k1 = modulus reaksi subgrade dari Terzaghi

Ep = modulus elastisitas tiang

I = momen inersia tiang

d = lebar atau diameter tiang

Nilai-nilai k1 yang disarankan oleh Tarzeghi (1955), ditunjukkan pada tabel 2.8.

Pada kebanyakan lempung terkonsolidasi normal dan tanah granuler, modulus

tanah dapat dianggap bertambah secara linier dengan kedalamannya. Faktor

kekakuan untuk modulus tanah yang tidak konstan (T) ini dinyatakan oleh

persamaan (Hary C. Hardiatmo, 2002) :

Dengan modulus tanah :

Nilai-nilai nh yang disarankan oleh Terzaghi ditunjukkan dalam tabel 2.9.

Nilai-nilai nh yang lain ditunjukkan pada tabel 2.10. Dari nilai-nilai faktor

37

Page 40: Proposal

kekakuan R dan T yang telah dihitung, Tomlinson (1977) mengusulkan kriteria

tiang kaku (tiang pendek) dan tiang elastis (tiang panjang) yang dikaitkan dengan

panjang tiang yang tertanam dalam tanah (L) pada tabel 2.11 (Hary C. Hardiatmo,

2002).

Tabel 2.9 Hubungan Modulus Subgrade (k1) dengan Kuat Geser Undrained untuk

Lempung Kaku Terkonsolidasi Berlebihan

Konsistensi KakuSangat kaku Keras

Kohesi undrained (cu)

kN/m2100-200 200-400 > 400

Kg/cm2 1-2' 2-4' > 4k1MN/m3 18-36 36-72 > 72Kg/cm3 1.8-3.6 3.6-7.2 > 7.2k1 direkomendasikanMN/m3 27 54 > 108Kg/cm3 2.7 5.4 > 10.8

Sumber : Hary C. Hardiyatmo, 2002

Tabel 2.10 Nilai-Nilai nh untuk Tanah Granuler

Kerapatan Relatif (Dr) Tak Padat Sedang PadatInterval nilai A 100-300 300-1000 1000-2000Nilai A dipakai 200 600 1500

nh, pasir kering atau lembab (Terzaghi) (kN/m3)nh, pasir terendam air (kN/m3) 2425 7275 19400Terzaghi 1386 4850 11779Reese dkk. 5300 16300 34000

Sumber : Hary C. Hardiyatmo, 2002

38

Page 41: Proposal

Tabel 2.11 Nilai-Nilai nh untuk Tanah Kohesif (Poulos dan Davis, 1980)

Tanahnh

(kN/m3) Referensi

Lempung terkonsolidasi normal lunak166-3518 Reese dan Matlock

(1956)

277-554 Davisson-Prakash (1963)

Lempung terkonsolidasi normal organik111-277 Peck dan Davisson

(1962)111-831 Davisson (1970)

Gambut 55 Davisson (1970)

27.7-111 Wilson dan Hilts (1967)

loess8033-11080 Bowles (1968)

Sumber : Hary C. Hardiyatmo, 2002

Tabel 2.12 Kriteria Tiang Kaku dan Tiang Tidak Kaku untuk Tiang Ujung Bebas

(Tomlinson,1977)

Tipe TiangModulus Tanah (K) Bertambah dengan

Kedalaman

Modulus Tanah (K) Konstan

Kaku (ujung bebas) L≤2T L≤2RTidak kaku (ujung bebas) L≥4T L≥3,5 R

Sumber : Hary C. Hardiyatmo, 2002

3.5.2 Daya Dukung Lateral Tunggal

39

Page 42: Proposal

Dengan metode Broms maka didapat perhitungan momen lentur yang

diakibatkan dari beban lateral sebagai berikut :

a. Tiang Pendek

Akibat beban lateral pada tiang pendek ujung jepit, tiang akan terdorong

tanpa melendut. Tekanan tanah pada tiang pendek akan terdistribusi merata

sepanjang tiang. Hitungan kapasitas lateral tiang dalam mendukung Hu dapat

menggunakan rumus sebagai berikut,

Gambar 2.9 Skema Kapasitas Dukung Beban Lateral Tiang Pendek Ujung Jepit

b. Tiang Panjang

Untuk tiang panjang dengan ujung jepit akan terjadi momen maksimum

pada kepala tiang dan pada kedalaman z = 1.5D + f. Keruntuhan pada tiangnya

dan bukan pada tanahnya. Pada beban lateral yang mampu di dukung pondasi

dapat menggunakan rumus sebagai berikut.

40

Page 43: Proposal

Gambar 2.10 Skema Kapasitas Dukung Beban Lateral Tiang Panjang Ujung Jepit

3.5.3 Daya Dukung Lateral Tiang Kelompok

Pada analisis daya dukung lateral tiang kelompok sangatlah kompleks,

karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku tiang kelompok

(O’Neill, 1983). Faktor-faktor tesebut antara lain (Donald P. Coduto, 1994) :

1. Jumlah, ukuran, jarak antar tiang, orientasi, dan susunan tiang.

2. Jenis tanah.

3. Jenis sambungan pada bagian atas tiang.

4. Interaksi antara tiang dengan pile cap.

5. Gaya vertikal antara tanah dengan pile cap.

41

Page 44: Proposal

6. Daya dukung lateral yang tercipta antara pile cap dengan tanah.

7. Perbedaan antara kurva p-y untuk tiang bagian dalam dan tiang bagian luar.

8. Metode instalasi tiang.

Banyak teori yang mempertimbangkan faktor-faktor tersebut tetapi belum

ada metode yang komprehensif. Kemudian ada pile-soil-pile interaction (PSPI)

(O’Neill, 1983). Mekanisme dari metode ini adalah pergerakan lateral tiang

mengurangi tekanan pada tanah di belakang tiang, sehingga menghasilkan daya

dukung yang lebih kecil pada pergerakan lateral tiang berikutnya. Dengan

demikian setiap kemungkinan memiliki kurva p-y yang berbeda satu sama lain.

Hal ini disebut “shadow effect” (Donald P. Coduto, 1994).

Karena efek ini, tiang bagian luar menahan beban yang lebih besar

daripada tiang yang lain. Beberapa tes uji beban telah membuktikan hal ini

(Holloway et. all., 1982). Oleh karena itu, defleksi akibat beban lateral pada

kelompok tiang akan lebih besar dari pada tiang tunggal. Hal ini dinyatakan pada

persamaan sebagai berikut (Donald P. Coduto, 1994) :

Untuk pengaruh momen dalam kelompok tiang, dinyatakan melalui

persamaan sebagai berikut :

42

Page 45: Proposal

Dimana :

Mg = momen pada kelompok tiang (ton.m)

Pi = beban aksial tambahan pada tiang ke-i (ton)

ri = jarak dari titik tengah pile cap ke tiang i (m)

Pmax = beban aksial tiang dengan jarak terjauh dari tengah pile cap (ton)

rmax = jarak dari titik tengah pile cap ke tiang terjauh

3.6 PENULANGAN PONDASI

Perhitungan penulangan pondasi tiang bor mengacu pada SNI 03-2847-2002

tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.

1. Menentukan dimensi rencana untuk komponen struktur tekan.

a. Batas luar penampang efektif dari komponen struktur tekan terisolir

dengan dua atau lebih spiral yang saling berkait, tebal selimut beton

minimum yang digunakan dengan kondisi beton dicor langsung di atas

tanah dan selalu berhubungan dengan tanah adalah 75 mm.

b. Batas luar penampang efektif dari komponen struktur tekan dengan

tulangan spiral yang dibuat monolit dengan dinding atau pilar beton tidak

boleh lebih dari 40 mm di luar batas tulangan spiral.

c. Dalam perencanaan komponen struktur tekan dengan penampang persegi,

oktagonal atau bentuk lainnya yang tidak menggunakan luas bruto penuh

penampang yang ada, maka dapat dianggap sebagai suatu penampang

43

Page 46: Proposal

bulat ekivalen dengan diameter yang sama dan dimensi lateral lateral

terkecil dari bentuk penampang sesungguhnya.

d. Penggunaan komponen struktur tekan dengan penampang yang lebih besar

dari yang diperlukan dapat menggunakan luas efektif penampang yang

direduksi Ag, nilainya tidak kurang dari setengah luas total penampang

yang ada.

2. Pembatasan untuk tulangan komponen struktur tekan.

a. Luas tulangan longitudinal komponen struktur tekan non-komposit tidak

boleh kurang dari 0.01 ataupun lebih dari 0.08 kali luas bruto penampang

Ag.

b. Jumlah minimum batang tulangan longitudinal pada komponen struktur

tekan adalah 4 untuk batang tulangan di dalam sengkang pengikat segi

empat atau lingkaran, 3 untuk batang tulangan di dalam sengkang pengikat

segi tiga, dan 6 untuk batang tulangan yang dilingkupi oleh spiral yang

memenuhi persamaan 2.28.

c. Rasio tulangan spiral ρs tidak boleh kurang dari nilai yang diberikan oleh

persamaan berikut :

Dimana :

ρs = rasio volume tulangan spiral terhadap volume inti total

Ag = luas bruto penampang

44

Page 47: Proposal

Ac = luas inti komponen struktur tekan yang ditulangi spiral diukur

hingga diameter luar dari spira

fc' = kuat tekan beton yang disyaratkan

fy = kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan non-prategang

3. Ketentuan tulangan spiral pada komponen struktur tekan.

a. Spiral harus terdiri dari batang tulangan yang menerus atau kawat dengan

ukuran yang sedemikian dan dipasang dengan spasi yang sama sehingga

dapat diangkat dan diletakkan tanpa menimbulkan penyimpangan dari

ukuran yang telah direncanakan.

b. Untuk konstruksi yang dicor di tempat, ukuran diameter batang spiral

tidak boleh kurang dari 10 mm.

c. Jarak bersih antar tulangan spiral tidak boleh melebihi 75 mm dan kurang

dari 25 mm.

4. Persyaratan komponen struktur yang menerima beban aksial terfaktor yang

lebih besar dari Ag.fc’/10.

a. Ukuran penampang terkecil, diukur pada garis lurus yang melalui titik

pusat geometris penampang, tidak kurang dari 300 mm.

45

Page 48: Proposal

b. Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran dalam

arah tegak lurusnya tidak kurang dari 0.4.

5. Menentukan Eksentrisitas.

6. Mentranformasikan kolom bundar menjadi penampang persegi ekivalen untuk

menentukan eksentrisitas dalam keadaan balanced.

a. Tebal dalam arah lentur

b. Lebar kolom segiempat ekivalen

c. Luas tulangan total Ast diditribusikan pada dua lapis

d. Jarak tulangan (tekan/tarik) terhadap tepi terluar beton

e. Jarak tulangan tarik terhadap tepi terluar daerah tekan

7. Cek apakah eksentrisitas rencana yang lebih besar atau lebih kecil dari pada

eksentrisitas balanced eb.

46

Page 49: Proposal

8. Kuat tekan rencana ϕPn dari komponen struktur tekan tidak boleh diambil lebih

besar dari ketentuan berikut, untuk komponen struktur non-prategang dengan

tulangan spiral atau komponen struktur komposit.

Dimana :

ϕ = faktor reduksi kekuatan

fc’ = kuat tekan beton yang disyaratkan

Ag = luas bruto penampang

Ast = luas total tulangan longitudinal

fy = kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan non-prategang

3.7 PERENCANAAN PILE CAP

Pile Cap adalah salah satu bagian dari struktur bawah yang berfungsi

sebagai pengikat untuk kelompok pondasi tiang. Untuk menanggulangi tegangan

47

Page 50: Proposal

pada pelat penutup tiang yang terlalu besar, tiang-tiang sebaiknya dipasang

dengan bentuk geometri yang tersusun dengan baik.

Bila beban sentris, tiang-tiang di dalam kelompoknya akan mendukung

beban aksial yang sama. Dalam perhitungan, tanah di bawah pelat penutup tiang

dianggap tidak medukung beban sama sekali. Bila beban eksentris atau beban

sentris namun diikuti oleh momen, perancangan pelat penutup tiang dilakukan

dengan anggapan sebagai berikut :

1. Penutup tiang sangat kaku.

2. Ujung tiang atas menggantung pada pelat penutup (pile cap). Karena itu,

tidak ada momen lentur yang diakibatkan oleh pelat penutup ke tiang.

3. Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu, distribusi

tegangan dan deformasi membentuk bidang rata.

Desain dari pile cap sangat mirip dengan desain pondasi telapak.

Keduanya harus mendistribusikan beban terpusat dari kolom ke bagian bawah

pondasi atau penutup tiang (pile cap). Perbedaanya terletak pada :

a. Beban yang lebih besar.

b. Beban di distribusikan lebih dari sebagian kecil pada bagian dasar

daripada di distibusikan secara merata.

3.7 Penentuan Tebal Pile Cap

Dalam menentukan tebal penutup tiang (pile cap) dapat menggunakan

persamaan :

48

Page 51: Proposal

Dimensi pelat penutup tiang harus cukup besar sehingga jarak tiang terluar

dengan pinggir pelat beton minimum kira-kira 10 sampai 15 cm. Biasanya ujung

atas tiang minimum tertancap 15 cm pada pelat penutup tiang dan tulangan beton

diletakkan pada 7.5 cm di atas ujung atas tiang.

Dalam perencanaan dimensi pile cap, kekuatan pile cap terhadap geser

juga harus dipertimbangkan. Menurut SNI 03-2847-2002 tentang Tata Cara

Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung Pasal 13.12.2.1, hal ini

dapat diperoleh melalui persamaan:

Dimana:

= kuat geser nominal yang disumbangkan oleh beton (N).

= rasio sisi panjang terhadap sisi pendek dari beban terpusat atau

tumpuan.

= kuat tekan beton (MPa).

= keliling dari penampang kritis pada pelat dan fondasi telapak

(mm).

= tebal pelat pile cap (mm).

Dari kedua persamaan tersebut diatas, diambil nilai Vc yang paling kecil.

49

Page 52: Proposal

Ketebalan pondasi telapak di atas lapisan tulangan bawah tidak boleh

kurang dari 150 mm untuk fondasi telapak di atas tanah; ataupun tidak kurang dari

300 mm untuk fondasi telapak di atas pancang (Pasal 17.7 SNI 03-2847-2002).

3.7 Penulangan Pile Cap

Perhitungan tulangan pile cap pada tugas akhir ini mengacu pada SNI 03-

2847-2002) tentang Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan

Gedung.

1. Untuk pondasi telapak di atas tiang pancang, perhitungan momen dan geser

boleh didasarkan pada anggapan bahwa reaksi dari setiap tiang pancang

adalah terpusat di titik pusat tiang.

2. Momen pada pondasi telapak. Momen luar di setiap irisan penampang

pondasi telapak harus ditentukan dengan membuat potongan bidang

vertikal pada pondasi tersebut, dan menghitung momen dari semua gaya

yang bekerja, pada satu sisi dari bidang pondasi telapak yang dipotong

oleh bidang vertikal tersebut.

3. Menghitung rasio penulangan, max, min , balance

Dimana :

50

Page 53: Proposal

= rasio tulangan yang memberikan kondisi regangan yang

seimbang.

= faktor.

= kuat tekan beton yang disyaratkan (MPa).

= kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan non-prategang

(MPa).

4. Menghitung

Dimana :

1. Menghitung tulangan yang dibutuhkan

Dimana :

As perlu = luas tulangan yang dibutuhkan

= luas tulangan (mm2).

= lebar badan atau garis tengah penampang bulat (mm).

51

Page 54: Proposal

= jarak dari serat tekan terluar ke titik berat tulangan tarik (mm).

= kuat momen nominal pada suatu penampang (N.mm).

= kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan non-prategang (MPa)

= kuat tekan beton yang disyaratkan (MPa).

= tinggi blok tegangan persegi ekivalen (mm).

3.8 BAGAN ALIR PERENCANAAN PONDASI TIANG BOR

3.2.1 Perencanaan Pondasi

Perencanaan adalah diagram alir dari perencanaan desain pondasi dapat di

lihat pada (Gambar 3.1 Diagram Alir Tugas Akhir):

3.2.2 Daya Dukung Aksial Tiang Bor

Berikut ini adalah diagram alir dari daya dukung aksial tiang tunggal :

52

Page 55: Proposal

Gambar 3.2 Diagram Alir Daya Dukung Aksial Tiang Bor

53

Page 56: Proposal

3.2.3 Penurunan

Berikut ini adalah diagram alir dari penurunan :

Gambar 3.2 Diagram Alir Penurunan

3.2.4 Daya Dukung Lateral

Berikut ini adalah diagram alir dari daya dukung lateral :

54

Page 57: Proposal

Gambar 3.2 Diagram Alir Daya Dukung Lateral

3.2.5 Desain Pile Cap

Berikut ini adalah diagram alir dari desain pile cap :

55

Page 58: Proposal

56

Page 59: Proposal

Gambar 3.2 Diagram Alir Desain Pile Cap

3.2.6 Desain Tulangan Pondasi

Berikut ini adalah diagram alir dari desain tulangan pondasi :

57

Page 60: Proposal

58

Page 61: Proposal

Gambar 3.2 Diagram Alir Desain Tulangan Pondasi

59

Page 62: Proposal

Tabel 4.1 Jadwal Perencanaan Tugas Akhir

BAB 4

JADWAL PERENCANAAN TUGAS AKHIR

Dalam perencanaan tugas akhir dimaksudkan memberikan gambaran

jadwal perjalanan dari awal briefing tugas akhir sampai sidang tugas akhir.

Adapun jadwal perencanaan tugas akhir sebagai berikut :

Nama Kegiatan

Waktu Perencanaan Tugas Akhir

Mei Juni Juli Agustus September

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Briefing Tugas Akhir

Pendaftaran Tugas

Akhir

Pengumpulan Draft

Seminar Proposal

Seminar Proposal

Tugas Akhir

Progress Report

Seminar Isi Tugas

Akhir

Perbaikan - Perbaikan

Sidang Akhir

Revisi Laporan

Pengumpulan

Laporan Tugas Akhir

60