26
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA PEKUWON KECAMATAN SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO JAWA TIMUR PROPOSAL SKRIPSI Oleh: AHMAD THOHA NIM: 1074201009 FAKULTAS HUKUM

PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANADESA DI DESA PEKUWON KECAMATAN

SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO JAWA TIMUR

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh:AHMAD THOHANIM: 1074201009

FAKULTAS HUKUMUNIVERSITAS BOJONEGORO

2014

Page 2: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

1

I.1. Latar Belakang

Dalam sistem perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah terdapat penekanan atas kebijakan otonomi daerah yang

menetapkan kabupaten dan kota sebagai titik berat otonomi. Hal ini

berusaha untuk memberikan kesempatan kepada daerah untuk

mengembangkan diri dan memberikan harapan kepada masyarakat untuk

dapat menikmati pelayanan publik yang lebih baik melalui kebijakan-

kebijakan daerah yang lebih mementingkan nasib mereka.

Transisi politik yang terjadi di Indonesia menghasilkan dua proses

politik yang berjalan secara simultan, yaitu desentralisasi dan demokratisasi.

Kedua proses politik itu terlihat jelas dalam pergeseran format pengaturan

politik di area lokal maupun nasional, yaitu dari pengaturan politik yang

bersifat otoritarian-sentralistik menjadi lebih demokratis-desentralistik

(Dwipayana, 2003:5). Sementara itu Noordiawan (2007:284) menyatakan

bahwa desentralisasi, penyerahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah

kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Selain itu, Suparmoko

(2002:19) menyatakan bahwa untuk pemahaman sistem pemerintahan perlu

dipahami perbedaan pengertian antara istilah desentralisasi dan

dekonsentrasi. Desentralisasi diartikan sebagai pengembangan otonomi

daerah, sedangkan dekonsentrasi diartikan sebagai penyerahan wewenang

pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom yaitu

pelimpahan wewenang dari pemerintah kepada gubernur sebagai wakil

pemerintah pusat dan atau perangkat pusat di daerah. Mardiasmo (2002:6-7)

menyatakan, secara teoritis desentralisasi diharapkan akan menghasilkan

dua manfaat nyata, yaitu: pertama mendorong peningkatan partisipasi,

prakarsa dan kreatifitas masyarakat dalam pembangunan, serta mendorong

pemerataan hasil-hasil pembangunan (keadilan) di seluruh daerah dengan

memanfaatkan sumber daya dan potensi yang tersedia di masyarakat-

masyarakat daerah; kedua: memperbaiki alokasi sumber daya produktif

Page 3: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

2

melalui pergeseran peran pengambilan keputusan publik ke tingkat

pemerintahan yang paling rendah yang memiliki informasi yang paling

lengkap, sedangkan tingkat pemerintahan yang paling rendah adalah Desa.

Sejalan dengan pertumbuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia,

desentralisasi dan otonomi daerah secara terus menerus mengalami

perkembangan. Seiring dengan tumbangnya Orde Baru dan munculnya

tuntutan reformasi pemerintahan dalam segala aspeknya, maka mulai tahun

1999 diberlakukan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah dan terakhir diganti dengan Undang-Undang Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang kemudian di ubah

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Keberadaan Desa secara yuridis formal diakui dalam Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan

Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa yang kemudian di ubah

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Berdasarkan

ketentuan ini Desa diberi pengertian sebagai kesatuan masyarakat hukum

yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemahaman Desa di atas menempatkan Desa sebagai suatu

organisasi pemerintahan yang secara politis memiliki kewenangan tertentu

untuk mengurus dan mengatur warga atau komunitasnya. Dengan posisi

tersebut desa memiliki peran yang sangat penting dalam menunjang

kesuksesan Pemerintahan Nasional secara luas. Desa menjadi garda

Page 4: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

3

terdepan dalam menggapai keberhasilan dari segala urusan dan program dari

Pemerintah. Hal ini juga sejalan apabila dikaitkan dengan komposisi

penduduk Indonesia menurut sensus terakhir BPS pada tahun 2010 bahwa

sekitar 135 juta jiwa (57 %) atau sebagian besar penduduk Indonesia saat ini

masih bertempat tinggal di kawasan permukiman pedesaan. Maka menjadi

sangat logis apabila pembangunan desa menjadi prioritas utama bagi

kesuksesan pembangunan nasional. Oleh karena itu otonomi desa benar-

benar merupakan kebutuhan yang harus diwujudkan. Agar dapat

melaksanakan perannya dalam mengatur dan mengurus komunitasnya, desa

berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005,

diberikan kewenangan yang mencakup:

a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul

desa;

b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota

yang diserahkan pengaturannya kepada desa;

c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan

pemerintah kabupaten/kota; dan

d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-

undangan diserahkan kepada desa.

Sebagai konsekuensi logis adanya kewenangan dan tuntutan dari

pelaksanaan otonomi desa adalah tersedianya dana yang cukup. Sadu

Wasistiono (2006; 107) menyatakan bahwa pembiayaan atau keuangan

merupakan faktor esensial dalam mendukung penyelenggaraan otonomi

desa, sebagaimana juga pada penyelenggaraan otonomi daerah. sejalan

dengan pendapat yang mengatakan bahwa “autonomy” identik dengan “auto

money”, maka untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri desa

membutuhkan dana atau biaya yang memadai sebagai dukungan

pelaksanaan kewenangan yang dimilikinya.

Page 5: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

4

Sumber pendapatan desa berdasarkan pasal 212 ayat (3) undang-

undang nomor 32 tahun 2004 terdiri dari:

a. Pendapatan asli desa,

b. Bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten/kota;

c. Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang

diterima oleh kabupaten/kota;

d. Bantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah

kabupaten/kota;

e. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.

Implementasi otonomi bagi desa akan menjadi kekuatan bagi

pemerintah desa untuk mengurus, mengatur dan menyelenggarakan rumah

tangganya sendiri, sekaligus bertambah pula beban tanggung jawab dan

kewajiban desa, namun demikian penyelenggaraan pemerintahan tersebut

tetap harus dipertanggungjawabkan. Pertanggungjawaban yang dimaksud

diantaranya adalah pertanggungjawaban dalam pengelolaan anggaran desa.

Untuk saat ini kendala umum yang dirasakan oleh sebagian besar desa

terkait keterbatasan dalam keuangan desa. Seringkali Anggaran Pendapatan

dan Belanja Desa (APBDes) tidak berimbang, antara penerimaan dengan

pengeluaran. Kenyataan yang demikian disebabkan oleh empat faktor utama

(Hudayana dan FPPD, 2005). Pertama: desa memiliki APBDes yang kecil

dan sumber pendapatannya sangat tergantung pada bantuan yang sangat

kecil pula. Kedua: kesejahteraan masyarakat desa rendah. Ketiga:

rendahnya dana operasional desa untuk menjalankan pelayanan. Keempat:

bahwa banyak program pembangunan masuk ke desa, tetapi hanya dikelola

oleh dinas.

Sistem pengelolaan dana desa yang dikelola oleh pemerintah desa

termasuk di dalamnya mekanisme penghimpunan dan pertanggungjawaban

merujuk pada Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dalam aturan

Page 6: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

5

tersebut dijelaskan bahwa pendanaan pembangunan yang dilakukan oleh

pemerintah daerah termasuk di dalamnya pemerintah desa menganut prinsip

money follows function yang berarti bahwa pendanaan mengikuti fungsi

pemerintahan yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab masing-masing

tingkat pemerintahan. Dengan kondisi tersebut maka transfer dana menjadi

penting untuk menjaga/menjamin tercapainya standar pelayanan publik

minimum (Simanjuntak, 2002). Konsekuensi dari pernyataan tersebut

adalah desentralisasi kewenangan harus disertai dengan desentralisasi fiskal.

Realisasi pelaksanaan desentralisasi fiskal di daerah mengakibatkan adanya

dana perimbangan keuangan antara kabupaten dan desa yang lebih dikenal

sebutan Alokasi Dana Desa (ADD).

Sebagai konsekuensi logis adanya kewenangan dan tuntutan dari

pelaksanaan otonomi desa adalah tersedianya dana yang cukup. Sadu

Wasistiono (dalam Daru Wisakti, 2006:17) menyatakan bahwa pembiayaan

atau keuangan merupakan faktor esensial dalam mendukung

penyelenggaraan otonomi desa, sebagaimana juga pada penyelenggaraan

otonomi daerah.

Ada beberapa hal yang menjelaskan mengapa selama ini banyak

kebijakan, program, dan pelayanan publik kurang responsif terhadap

aspirasi masyarakat sehingga kurang mendapat dukungan secara luas.

Pertama, para birokrat kebanyakan masih berorientasi pada kekuasaan

bukannya menyadari peranannya sebagai penyedia layanan kepada

masyarakat. Budaya paternalistik yang memberikan keistimewaan bagi

orang-orang yang memiliki hubungan dekat dengan birokrat tersebut juga

mengakibatkan turunnya kualitas pelayanan publik. Kedua, terdapat

kesenjangan yang lebar antara apa yang diputuskan oleh pembuat kebijakan

dengan apa yang benar-benar dikehendaki masyarakat (Wahyudi

Kumorotomo, 2005).

Page 7: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

6

Kondisi yang mengungkung para birokrat yang sekian lama selalu

tunduk kepada pimpinan politis dan kurang mengutamakan pelayanan

publik tersebut berpengaruh negatif terhadap akuntabilitas birokrasi publik.

Oleh sebab itu, di samping implementasi peraturan perundangan yang

konsisten diperlukan pula reorientasi pejabat publik agar benar-benar

menjalankan tugasnya sebagai pelayan publik. Mekanisme checks and

balances harus terus dikembangkan diantara lembaga-lembaga pemerintah

daerah yang ada, dan yang tidak kalah penting seluruh komponen dalam

masyarakat hendaknya lebih berani untuk terus menerus menyuarakan

aspirasi mereka kepada birokrasi publik (Wahyudi Kumorotomo, 2005).

Fenomena-fenomena di masa lalu telah melahirkan konsep

pembangunan yang sedikit berbeda di masa sekarang. Pembangunan yang

cenderung mengarah pada sentralisasi kekuasaan dan pengambilan

keputusan dari atas ke bawah (top-down) kini mulai diminimalkan, dan

muncul konsep pembangunan alternatif yang menekankan pentingnya

pembangunan berbasis masyarakat (community based development), yang

bersifat bottom up dan menggunakan pendekatan lokalitas yaitu

pembangunan yang menyatu dengan budaya lokal serta menyertakan

partisipasi masyarakat lokal bukan memaksakan suatu model pembangunan

dari luar (Zubaedi, 2007).

Prinsip pelayanan publik harus dilaksanakan oleh jenjang

pemerintahan yang sedekat mungkin kepada rakyat. Itu berarti pemerintah

desa adalah sebagai ujung tombak pemerintah pusat dalam melaksanakan

pembangunan, pelayanan publik, dan pemberdayaan masyarakat karena

pemerintah desa merupakan tingkat pemerintahan terkecil yang berhadapan

langsung dengan rakyat. Alokasi Dana Desa (ADD) adalah dana yang

dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten untuk desa, yang bersumber dari

bagian dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh

Kabupaten. Adapun tujuan dari Alokasi Dana Desa (ADD) ini adalah untuk:

Page 8: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

7

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam

melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan, dan

kemasyarakatan sesuai kewenangannya;

2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam

perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pembangunan secara

partisipatif sesuai dengan potensi desa;

3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan

kesempatan berusaha bagi masyarakat desa;

4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong masyarakat desa.

Pemerintah mengharapkan kebijakan Alokasi Dana Desa ini dapat

mendukung pelaksanaan pembangunan partisipatif berbasis

masyarakat dalam upaya pemberdayaan masyarakat pedesaan

sekaligus memelihara kesinambungan pembangunan di tingkat desa.

Sekian banyak desa yang ada di Indonesia, banyak yang belum

begitu mengembangkan serta memanfaatkan Alokasi Dana Desa (ADD)

sesuai yang diharapkan masyarakat seperti yang terjadi di Desa Pekuwon

Melintang. Hal inilah yang jadi pengaruh besar bagi masyarakat dalam

rangka menumbuhkan ekonomi yang baik untuk kesejahteraan hidup.

Dari alasan yang diterangkan di atas penulis menulis skripsi ini.

I.2. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan Anggaran Dana Desa?

2. Bagaimanakah implementasi kebijakan Alokasi Dana Desa Pekuwon

di Kecamatan Sumberejo Kabupaten?

Page 9: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

8

I.3. Tujuan Penelitian

Tujuan:

1. Memberikan gambaran pelaksanaan Alokasi Dana Desa di

Kecamatan Sumberejo Kabupaten Bojonegoro.

2. Mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi

kebijakan Alokasi Dana Desa di Kecamatan Sumberejo Kabupaten

Bojonegoro.

I.4. Manfaat Penelitian

Harapan penelitian ini dapat berguna bagi kalangan akademisi dan

praktisi, yaitu antara lain:

1. Dari segi keilmuan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

media untuk mengaplikasikan berbagai teori yang dipelajari,

sehingga akan berguna dalam pengembangan pemahaman,

penalaran, dan pengalaman penulis, juga berguna bagi

pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu sosial,

khususnya pengembangan ilmu pemerintahan daerah, sehingga dapat

dikembangkan lebih lanjut dalam penelitian-penelitian berikutnya.

2. Dari segi praktis hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan

masukan pada pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengambil

keputusan dalam permasalahan Alokasi Dana Desa serupa, sebagai

bahan kajian bagi pihak yang terkait dengan kebijakan ini sehingga

dapat mengoptimalkan keberhasilan kebijakan.

I.5. Review Literatur

I.5.1. Kebijakan Publik

Menurut Carl Freidrich (Irfan Islami, 2001), kebijakan publik adalah

serangkaian tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau

pemerintah dalam lingkungan tertentu dengan menunjukkan hambatan-

Page 10: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

9

hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan

kebijakan untuk mencapai tujuan.

I.5.2. Implementasi Kebijakan Publik

Metter dan Horn (1975) mendefinisikan implementasi kebijakan

sebagai tindakan yang dilakukan oleh publik maupun swasta baik secara

individu maupun kelompok yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan dalam keputusan kebijakan. Definisi ini menyiratkan

adanya upaya mentransformasikan keputusan ke dalam kegiatan

operasional, serta mencapai perubahan seperti yang dirumuskan oleh

keputusan kebijakan.

I.5.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan

Van Metter dan Van Horn (AG. Subarsono, 2005) menyebutkan ada

lima variabel yang mempengaruhi kinerja implemantasi, yaitu :

a. Standar dan sasaran kebijakan;

b. Sumberdaya;

c. Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas;

d. Karakteristik agen pelaksana;

e. Kondisi-kondisi sosial, ekonomi, dan politik

Page 11: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

10

I.6. Kerangka Konsep

Agar dalam penelitian ini tidak terlalu luas maka perlu adanya

batasan yang dirumuskan dalam suatu kerangka konsep sebagai berikut:

KEBIJAKAN ADD

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa.2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di

desa.3. Meningkatkan pendapatan, kesempatan bekerja dan

kesempatan berusaha masyarakat desa.4. Mendorong peningkatan swadaya gotong royong

masyarakat desa.

IMPLEMENT

Standar dan sasaran kebijakan Sumberdaya; Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas; Karakteristik agen pelaksana; Kondisi-kondisi sosial, ekonomi, dan politik.

Page 12: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

11

Susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan desa ditetapkan

dengan peraturan desa. Susunan struktur organisasi pemerintahan desa

tersebut dapat dilihat seperti bagan di bawah ini:

Page 13: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

12

I.7. Metode Penelitian

I.7.1. Desain Penelitian

Dilihat dari obyek dan metode analisis yang digunakan, maka

penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian deskriptif kualitatif. Tipe

penelitian ini berusaha mendeskripsikan gambaran yang nyata dari

fenomena yang terjadi pada pengelolaan dana desa, khususnya Alokasi

Dana Desa di wilayah Kecamatan Sumberejo.

I.7.2. Instrumen Penelitian

Penelitian Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa di wilayah

Kecamatan Sumberejo Kabupaten Bojonegoro. Instrumen utamanya adalah

peneliti sendiri, dengan alat bantu berupa pedoman wawancara, yaitu

sejumlah pertanyaan terstruktur atau tidak terstruktur apabila dianggap perlu

untuk memperoleh keterangan yang diperlukan dari responden.

I.7.3. Pemilihan Informan

Informan dipilih untuk mendapatkan informasi yang jelas dan

mendalam tentang berbagai hal yang berhubungan dengan masalah

penelitian. Prosedur pengambilan informan awal dilakukan secara

purposive, sedangkan informan selanjutnya dengan teknik snowball, yaitu

mengambil satu orang untuk diwawancarai selanjutnya bergulir kepada

informan lain secara berantai hingga diperoleh sejumlah informan yang

diperlukan.

I.7.4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat peneliti dapat menangkap keadaan

yang sebenarnya dari objek yang akan diteliti. Adapun lokasi penelitian

adalah Desa Pekuwon Kecamatan Sumberejo Kabupaten Bojonegoro.

Page 14: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

13

I.7.5. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penelitian ini, digunakan cara studi

kepustakaan, penelitian terhadap dokumen-dokumen, observasi, dan

melakukan wawancara dengan Pemerintah Kecamatan Sumberejo,

Pemerintah Desa di wilayah Kecamatan Sumberejo, unsur Pemerintah Desa,

Badan Permusyawaratan Desa, Lembaga Kemasyarakatan di Desa, target

group, dan non-target group yang relevan dengan masalah penelitian.

Adapun jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder.

I.7.6. Teknik Analisis

Menurut Bungin (2007) teknik analisis dalam penelitian kualitatif

tergantung pada pendekatan yang digunakan. Jadi langkah-langkah analisis

yang digunakan adalah pendekatan fenomenologis.

I.7.7. Keabsahan Data

Menurut Patton (dalam Moleong, 2002), untuk menguji keabsahan

data yang diperoleh, digunakan teknik Triangulasi Data. Jenis triangulasi

data yang digunakan adalah triangulasi sumber yaitu membandingkan dan

mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui

waktu dan alat yang berbeda dalam kualitatif.

Bahan hukum sekunder yang digunakan oleh penulis adalah bahan

hukum yang diperoleh dari buku teks, jurnal, artikel, bahan seminar, dan

bahan publikasi lainnya. Sedangkan bahan hukum tersier adalah bahan

hukum yang dapat memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan

hukum primer dan sekunder, yang berupa kamus ataupun ensiklopedi.

Penelitian ini akan menggunakan studi dokumen untuk mendapatkan

bahan-bahan sekunder, untuk mempelajari pengetahuan-pengetahuan dasar

mengenai Hukum Administrasi dan Tata Usaha Negara menurut hukum

yang berlaku di Indonesia.

Page 15: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

14

Selain menggunakan studi pustaka terhadap literatur-literatur dan

peraturan perundang-undangan, penulis juga akan menggunakan metode

wawancara dalam penelitian ini. Wawancara akan dilakukan dengan

Perangkat Desa terkait dengan Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa

di Desa Pekuwon Kecamatan Sumberejo Kabupaten Bojonegoro Jawa

Timur. Dengan adanya wawancara ini penulis akan dapat melihat

bagaimana pelaksanaan undang-undang tentang Desa pada prakteknya.

Wawancara ini digunakan untuk menemukan informasi yang bersifat

subjektif dan mendalam dari para responden yang secara khusus dipilih

karena sifatnya yang khas1.

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif yang menghasilkan data deskriptif analitis, yaitu apa yang

dinyatakan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau

lisan, dan perilaku nyata2. Bahan penelitian akan dianalisis dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan dibandingkan dengan kenyataan

sesuai dengan prakteknya. Hal ini sesuai dengan pendekatan perundang-

undangan (statute approach) dalam penelitian normatif karena didasarkan

pada penelitian yang dilakukan terhadap bahan hukum yang ada3. Dalam

melakukan pendekatan perundang-undangan penulis mengikuti pula

pendapat Haryono, bahwa seorang peneliti harus melihat hukum sebagai

sistem tertutup yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut4:

1. Comprehensive artinya norma-norma hukum yang ada di dalamnya

terkait antara satu dengan lain secara logis.

2. All-inclusive bahwa kumpulan norma hukum tersebut cukup mampu

menampung permasalahan hukum yang ada, sehingga tidak akan ada

kekurangan hukum.

1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: P.T. Remaja Rosdakarya, 1993), hal 138.2 Sri Mamudji, et. al., op. cit., hal. 67.3 Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, cet. ke-2, (Malang: Banyumedia Publishing, 2006), hal. 301.4 Ibid.,hal. 303.

Page 16: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

15

3. Systematic bahwa di samping bertautan antara satu dengan yang lain,

norma-norma hukum tersebut juga tersusun secara hierarkis.

I.8. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka, terdiri dari telaah teori, dan kerangka

pemikiran.

BAB III Metode Penelitian, terdiri dari desain penelitian, instrumen

penelitian, pemilihan informan, lokasi penelitian, metode pengumpulan

data, teknik analisis dan keabsahan data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Memuat gambaran umum

lokasi penelitian, hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V Penutup, yang merupakan kesimpulan dan implikasi.

Page 17: PROPOSAL AHMAD TOHA Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa.docx

16

DAFTAR PUSTAKABungin, Burhan, 2007, Penelitan Kualitatif, Prenada Meda Group, Jakarta.Islami, M. Irfan, DR,MPA, 1997, Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijakan Negara, BumiAksara, cetakan ke 8, Jakarta.Moleong, Lexy J., 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.Subarsono, AG, Drs,M.Si, MA, 2005, Analisis Kebijakan Publik, Pustaka Pelajar,Yogyakarta.Van Meter, Donald S & Van Horn, Carl E. 1975, The Policy ImplementationProcess : A Concentual Framework in : Administration and Society, Vol.

6 Nomor 4 p. 445-485.