41
Project Proposal Pembibitan Sapi Potong PT. Hasan Farm 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebutuhan masyarakat akan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani, khususnya di Lampung sangat besar, baik untuk kebutuhan konsumsi sehari- hari, kebutuhan ibadah qurban maupun untuk dibudidayakan lebih lanjut. Keterbatasan populasi ternak sapi potong merupakan salah satu penyebab utama kurangnya pasokan daging sapi dan ternak sapi potong hidup. Peternakan sapi potong di Indonesia telah menjadi sebuah usaha di bidang peternakan yang paling banyak diminati oleh masyarakat karena budidaya yang cukup mudah dan pemasaran pun cukup baik prospeknya. Selain itu banyak produk olahan pangan yang berasal dari bahan baku hasil peternakan sapi potong. 1.2 Tujuan Studi Tujuan dari pembuatan proposal usaha ternak itik petelur ini adalah sebagai berikut : 1.Menyediakan rujukan bagi perbankan dalam rangka memberikan pinjaman modal untuk berternak sapi potong. 2.Menyediakan informasi dan pengetahuan untuk mengembangkan usaha sapi potong terutama tentang aspek keuangan, produksi, dan pemasaran. Karya The Hasan Farm

Proposal Alhmdllh

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proposal stukel

Citation preview

Project Proposal Pembibitan Sapi Potong PT. Hasan Farm

Project Proposal Pembibitan Sapi Potong PT. Hasan Farm1

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kebutuhan masyarakat akan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani, khususnya di Lampung sangat besar, baik untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari, kebutuhan ibadah qurban maupun untuk dibudidayakan lebih lanjut. Keterbatasan populasi ternak sapi potong merupakan salah satu penyebab utama kurangnya pasokan daging sapi dan ternak sapi potong hidup.

Peternakan sapi potong di Indonesia telah menjadi sebuah usaha di bidang peternakan yang paling banyak diminati oleh masyarakat karena budidaya yang cukup mudah dan pemasaran pun cukup baik prospeknya. Selain itu banyak produk olahan pangan yang berasal dari bahan baku hasil peternakan sapi potong.

1.2 Tujuan Studi

Tujuan dari pembuatan proposal usaha ternak itik petelur ini adalah sebagai berikut :

1. Menyediakan rujukan bagi perbankan dalam rangka memberikan pinjaman modal untuk berternak sapi potong.

2. Menyediakan informasi dan pengetahuan untuk mengembangkan usaha sapi potong terutama tentang aspek keuangan, produksi, dan pemasaran.

1.3 Ruang Lingkup Studi Kelayakan

Diperlukan analisis untuk mengetahui apakah usaha ini layak atau tidak untuk direalisasikan. Adapun model yang digunakan untuk usaha kambing perah ini adalah analisis finansial. Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam analisis ini. Aspek tersebut sebagai berikut: Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek Zooteknis dan Produksi

Aspek Ekonomi dan Keuangan

Aspek Institusional-organisasional-manajerial

Aspek Lingkungan

Aspek Legalitas

Beberapa hal yang dijadikan dalam penilaian dalam analisis keuangan dan investasi adalah Net Present Value, Net Benefit/Cost ratio, Internal Rate of Return, Break Even Point dan Pay Back Periode (Gray, dkk., 1992). Keseluruhan hal ini akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value adalah salah satu kriteria investasi yang banyak digunakan dalam mengukur apakah suatu rencana usaha feasible atau tidak untuk dilaksanakan. Perhitungan NPV adalah menghitung arus pendapatan (net benefit) yang telah didiscount dengan menggunakan social opportunity cost of capital (SOCC) sebagai discount factor. Cara penghitungannya adalah sebagai berikut:

atau

Atau

Dimana : NB = Net Benefit = Benefit Cost

C = Biaya Investasi + Biaya Operasi

I = Discount Factor

N = Tahun (waktu)

Apabila NPV > 0 (lebih besar dari nol) , maka rencana usaha/proyek tersebut dikatakan feasible ( go ) untuk dilaksanakan. Tetapi apabila NPV < 0 (lebih kecil dari nol) maka rencana usaha tidak layak untuk dilaksanakan (no go). Apabila nilai NPV = 0 (sama dengan nol), berarti usaha tersebut berada dalam keadaan impas (break even) dimana jumlah penerimaan sama besarnya dengan jumlah pengeluaran (TR = TC).

b. Net Benefit/Cost Rasio dan Gross Benefit/ Cost Rasio Net Benefit/Cost Rasio (Net B/C)

Net B/C merupakan perbandingan antara total net benefit positif (+) yang telah didiscount dengan total net benefit negatif (-) yang telah didiscount. Untuk dapat menghitung Net B/C , selama umur proyek harus ada arus kas bersih (NB) yang bernilai negatif.

Apabila nilai net B/C > 1 (lebih besar dari 1) berarti rencana usaha tersebut layak untuk dilaksanakan ( go), tetapi apabila nilai net B/C < 1 (kurang dari satu) berarti tidak layak (no go). Bila nilainya = 1 (sama dengan satu) berarti arus kas proyek ada dalam keadaan impas (break even) dimana total cost nilainya sama dengan total benefit. Gross Benefit/Cost (Gross B/C)

Gross B/C adalah perbandingan antara total benefit kotor yang telah di discount dengan total cost yang telah di discount pula. Cara penghitungannya adalah sebagai berikut:

Apabila Gross B/C > 1 go < 1 no go = 1 berada dalam keadaan BEP

c. Internal Rate of Return (IRR)

IRR merupakan salah satu kriteria investasi yang menunjukkan tingkat kemampuan suatu proyek dalam mengembalikan modal pinjaman, dimana IRR menunjukkan besarnya tingkat discount rate pada saat NPV sama dengan nol (0). Dengan demikian apabila hasil perhitungan IRR lebih besar dari Social Opportunity Cost of Capital (SOCC), maka proyek dikatakan feasible (go). Bila sama dengan SOCC berarti sama dengan pulang pokok dan bila lebih kecil dari SOCC maka tidak feasible (no go). Cara mencari tingkat discount factor yang menghasilkan NPV = 0 adalah dengan cara mencoba-coba yaitu mencari tingkat discount factor (i1) yang menghasilkan nilai NPV positif mendekati nilai nol (NPV1) serta tingkat discount factor (i2)yang menghasilkan nilai NPV negative mendekati nol (NPV2). Untuk dapat menghitung IRR harus ada arus pendapatan (NB) yang bernilai negatif Penghitungan IRR dilakukan dengan teknik interpolasi sebagai berikut:

Dimana: i1

= Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1

I2

= Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2NPV1 = NPV bernilai positif mendekati nilai 0 (nol)

NPV2 = NPV bernilai negatif mendekati nilai 0 (nol)

Selisih antara tingkat i1 dengan tingkat i2 tidak lebih besar dari 5 persen.d. Break Even Point (BEP)

Break even point (titik impas) adalah suatu titik keseimbangan dimana total benefit sama besarnya dengan total pengeluaran Penghitungan BEP dalam suatu studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menentukan berapa lama waktu yang diperlukan proyek/usaha untuk dapat menutup seluruh biaya. Analisis BEP tidak hanya sekedar mengetahui titik impas saja tetapi lebih dari itu diantaranya adalah untuk perencanaan laba selain terkait dengan tujuan usaha juga terkait dengan perubahan biaya baik biaya operasional maupun biaya investasi. Pada tahap awal kita harus menentukan pada tahun keberapa total penerimaan (benefit kumulatif) mulai dapat menutup total biaya (biaya kumulatif). Baru kemudian melalui teknik interpolasi dicari tepatnya waktu saat posisi TB = TC. Dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Dimana : BEP= Break Even Point

Tb-1 = Tahun sebelum terjadi BEP

Ci = Jumlah biaya

Bi-1 = Jumlah benefit sebelum BEP

Bb= Jumlah benefit pada BEP terjadi

e. Pay Back Periode (PBP)

Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu pengembalian biaya investasi yang merupakan nilai kumulatif dari arus penerimaan (benefit). Semakin cepat suatu rencana usaha dapat mengembalikan biaya investasi maka semakin cepat pula suatu usaha dapat menghasilkan keuntungan. Apabila suatu usaha yang direncanakan, pengembalian investasinya lambat maka beban yang harus ditanggung atas sejumlah dana investasi menjadi berat terutama apabila dana investasi berasal dari dana pinjaman, karena ada sejumlah beban bunga pinjaman yang harus dibayarkan.

Pay back period adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan adanya arus penerimaan (cash In flows) secara kumulatif sama dengan jumlah investasi. Secara matematis PBP dapat dihitung sebagai berikut:

Dimana : PBP = Pay Back Periode

Tp-1 = Tahun sebelum terjadi PBP

Ii = Jumlah Investasi

Bi-1 = Jumlah benefit sebelum PBP

Bp = Jumlah benefit pada tahun terjadi PBP

II

DESKRIPSI USAHA

2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran

a. Permintaan dan Penawaran

Produksi daging sapi di Indonesia masih belum cukup untuk memenuhi permintaan pasar, baik untuk keperluan konsumsi maupun keperluan industri pengolahan daging. Permintaan daging sapi di tingkat Industri Pengolahan Daging sebagai bahan baku tiap tahun cenderung meningkat (Ditjennak, 2007). Konsumsi daging masyarakat dalam bentuk yang sudah diolah dan dikemas juga meningkat. Inilah yang mendorong permintaan daging sapi sebagai bahan baku di Industri Pengolahan Daging meningkat.

Dengan pertimbangan tersebut, maka PT. HASAN FARM memiliki peluang pasar yang luas untuk penjualan produk utama daging segar. Hal ini meyakinkan kembali bahwa usaha peternakan ini memiliki peluang pasar yang cukup besar di Indonesia agar permintaan dapat terpenuhi.b. Wilayah Pemasaran

Aspek pemasaran pada sapi potong baik segar atau diolah akan dipasarkan ke sejumlah pasar dan supermarket.

c. Persaingan Pasar

Persaingan pasar mungkin akan terjadi tetapi melihat prospek ke depan daging sapi mempunyai harga yang relatif stabil jadi persaingan pasar ini tidak akan berdampak sangat serius bagi usaha. Tingkat persaingan peternak itik di daerah Lampung relatif rendah. Dengan demikian peluang pasar masih terbuka

d. Market share

e. Strategi pemasaran

Strategi pemasaran merupakan salah satu langkah yang dilakukan untuk memperlancar pemasaran dan memuaskan konsumen,strategi pemasaran ada 4 yaitu:

Strategi produk

Dalam hal ini produk dapat berupa daging sapi yang dapat memenuhi kepuasan konsumen adalah melihat mutu dan manfaat produk. Selain daging sebagai produk utama usaha kami akan menjual PLS, feses dan POC sebagai produk sampingan.

Harga

Harga yang di tetapkan stabil dan bersaing dengan produsen lainnya,jika harga terlalu tinggi akan mengurungkan niat pembeli,sebaliknya harga yang terlalu rendah di khawatirkan tidak dapat memenuhi biaya produksi dan pemberian diskon setiap pembelian dalam jumlah tertentu juga dapat menarik pembeli.

Tempat

Tidak kalah pentingnya dengan kualifikasi produk dan harga,tempat dan pasar juga sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pemasaran. Kami akan memilih tempat budidaya di Lampung karena desa tersebut memiliki tempat yang strategis dan dekat dengan sejumlah pasar yang berada di Lampung.

Promosi

Salah satu cara promosi yang paling banyak dilakukan adalah dengan memasang iklan,selain memasang iklan promosi juga dapat di lakukan dengan secara langsung dari mulut ke mulut.f. Proyeksi Produksi dan Penjualan

Untuk aspek proyeksi produksi kami berencana akan memelihara induk bunting 1 bulan sebanyak 105 ekor dengan luas lahan 1000m2 adapun persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut sewa lahan dan bangunan, membeli induk bunting 1 bulan , membeli peralatan, obat-obatan, serta vaksin, membeli transportasi, dan membeli pakan.

Pada aspek penjualan kami akan menjual PLS, feses dan POC dengan memelihara induk bunting 1 bulan sampai menghasilkan pedet. Maka kami akan menjual sapi tersebut ke pasar yang memiliki permintaan yang banyak dan setelah sapi tersebut afkir kami akan menjual sapi tersebut ke restoran daging sapi.

2.2 Aspek Teknis dan Zooteknisa. Rasionalitas Penetapan Teknis ProduksiAsumsi-asumsi yang direncanakan dalam penyusunan proposal proyek ini diantaranya adalah pembelian sapi dara bunting 1 bulan, ini diasumsikan untuk penyesuaian produksi, yaitu agar pada akhir tahun sapi sudah melahirkan shingga mempermudah dalam penghitungan dinamika populasi. Peternakan ini untuk mendapatkan sperma untuk membuahi dilakukan secara IB sehingga tidak terdapat sapi jantan dewasa di kandang.

Pembangunan kandang secara garis besar terdiri dari kandang utama atau kandang primer yaitu diperuntukan bagi sapi betina produktif selama periode produksi. Selain itu disediakan pula kandang sekunder yang diperuntukan bagi pedet betina untuk replacement stock sampai umur 1 tahun. Selain itu kandang sekunder diperuntukan bagi pedet yang ada sebelum dijual atau menunggu sementara untuk diangkut dijual.

Tenaga kerja yang diperlukan untuk peternakan ini secara garis besar tebagi atas tenaga kerja langsung yaitu peternak atau kandang yang secara langsung menangani ternak di kandang. Selain itu juga terdapat tenaga kerja tidak langsung yang bertugas untuk menjalankan operasional selama kegiatan produksi yaitu manajer, pekerja kantor, supir, dan satpam. Selain itu diperlukan juga seorang doker hewan dan inseminator untuk membantu penanganan ternak secara berkala.

Untuk pedet yang dijual adalah 100% dari total pedet jantan yang dilahirkan, sedangkan untuk pedet betina 50% dari yang dilahirkan tidak dijual yang dimaksudkan untuk replacement stock, agar terdapat peningkatan skala usaha pada tahun berikutnya, dan ada penjualan induk afkir pada umur 5 tahun sebesar 100%.

b. Usaha yang Direncanakan1. Perencanaan dan Strategi ProduksiProses produksi yang direncanakan dalam pengembangan usaha pembibitan sapi potong ini adalah dengan cara pemeliharaan bakalan selama 9 bulan. Pemeliharaan dilakukan secara intensif yang sudah sepenuhnya ditujukan untuk usaha komersial dengan memperhatikan perkandangan, makanan/ransum, dan lain-lain. Sedang prinsip yang Kami terapkan dalam pemeliharaan intensif adalah dengan menekan biaya produksi dan resiko sekecil mungkin. Pemeliharaan bakalan secara intensif dilakukan dengan sistem managemen yang terpadu meliputi perkandangan, pemberian ransum, pengendalian penyakit, pengendalian pasca panen, pemasaran, dan sapi afkir.

2. Rencana KualitasKualitas yang dihasilkan diupayakan sesuai dengan kebutuhan dan selera konsumen. Untuk mendapatkan kualitas yang baik, kami menitik beratkan pada pemberian kualitas ransum dan genetik yang baik, dengan cara memberikan ransum dari pabrikan ternama dan diberi sesuai dengan kebutuhan. Dari segi genetik, Kami akan membeli induk yang baik dan semen yang baik, sehingga akan meghasilkan bibit yang baik.

3. Pemilihan TeknologiTeknologi yang dipilih adalah teknologi yang cukup modern, baik dalam pemilihan peralatan dan kebutuhan tatalaksana perkandangan hingga dalam hal pemasaran.c. Dasar Pertimbangan Penentuan Lokasi

Wialayah Terbanggi Besar Lampung Selatan merupakan daerah yang sangat potensial untuk pembangunan usaha pembibitan sapi potong. Wilayah ini memiliki lahan kosong yang luas untuk dijadikan sebagai lahan peternakan. Selain itu wilayah ini memilki daya dukung Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat baik. Karena wilayah tersebut terkenal dengan hasil pertaniannya, maka tentulah ketersediaan pakan untuk ternak sapi potong masih melimpah.

Dari aspek Sumber Daya Manusia (SDM), Masyarakat Terbanggi umumnya berprofesi sebagai petani dan peternak. Sehingga hal ini akan lebih memudahkan PT. HASAN FARM dalam rekruitmen tenaga kerja yang berpengalaman dalam dunia peternakan.

Terbanggi terletak jauh dari kota, sehingga adanya protes dari warga terhadap dampak dari pembangunan peternakan dapat diminimalisir, karena letak peternakan akan jauh dari wilayah pemukiman. Dari segi sarana transportasi, wilayah ini hanya dapat dijangkau oleh kendaraan pribadi saja, kalaupun ada kendaraan umum, itu hanya terdapat sedikit dan terbatas. Sehingga untuk transportasi dalam proses pemasaran dapat menggunakan truk, atau pick up.

Jarak wilayah usaha pembibitan sapi potong dengan target pasar menjadi salah satu bahan pertimbangan dasar dalam pemilihan tempat yang akan dijadikan usaha pembibitan sapi potong. Target pasar PT. HASAN FARM ini ialah RPH, dan pasar sekitar. Sedangkan target pasar yang paling dekat ada pada peternakan sapi potong di wilayah Terbanggi, dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. d. Tinjauan Lokasi

Di Terbanggi Besar Lampung Selatan, memiliki lahan perkebunan yang sangat luas, sehingga masyarakat disana lebih banyak berprofesi sebagai petani atau peternak. Perkebunan lebih diutamakan pada komoditas seperti sayuran-sayuran ataupun buah-buahan. Dari aspek penunjang pembangunan peternakan, lingkungan disana sangat mendukung. Ini bisa dilihat dari banyaknya lahan kosong yang jauh dari pemukiman, dan juga ketersediaan bahan pakan ternak (jagung, singkong, tebu, nanas) yang jumlahnya lumayan melimpah.

Pasar tradisional merupakan fasilitas umum penunjang pembangunan usaha pembibitan sapi potong di wilayah ini. Karena dengan adanya pasar, proses transfer informasi antar individu-individu, individu-kelompok, ataupun kelompok-kelompok akan memudahkan arus informasi tentang persaingan pasar (harga komoditas ataupun target pasar) khususnya komoditas bibit sapi potong.

Sarana transportasi umum di Terbanggi hanya terdapat Angkutan Umum yang terbatas. Bila kita lihat dari jalan raya sepanjang Terbanggi, terdapat beberapa jalan yang rusak, sehingga hal ini sedikitnya dapat menganggu transportasi, khusunya ketika proses pemasaran dari bibit sapi potong ataupun ketika proses pengangkutan pakan hijauan.

e. Tahapan Pemeliharaan atau Produksi

Pada awalnya Kami membeli sapi produktif (bunting 1 bulan) sebanyak 105 ekor dengan Replacement Stock sebesar 50% pedet betina. Pengafkiran dilakukan pada tahun ke-5 guna menjaga kualitas genetik. Dengan begini jumlah populasi dari tahun ke tahun akan terus meningkat dan akan meningkat tajam pada tahun pegafkiran. f. Pengendalian Masalah

Dalam pengendalian masalah, kami memfokuskan pada manajemen yang professional sesuai dengan bidangnya. Diantaranya manajemen produksi, manajemen penyakit.

g. Sarana Penunjang

Yang menjadi sarana penunjang Kami ialah lahan kosong yang jauh dari pemukiman, dan juga ketersediaan bahan pakan ternak (jagung, singkong, dan lain-lain) yang jumlahnya lumayan melimpah. Dari aspek Sumber Daya Manusia (SDM), Masyarakat di Terbanggi umumnya berprofesi sebagai petani dan peternak. Sehingga hal ini akan lebih memudahkan PT. HASAN FARM dalam rekruitmen tenaga kerja yang berpengalaman dalam dunia peternakan. Lokasi proyek terletak pada kaki gunung, sehingga dekat dengan mata air dan kebun rumput, selain itu jalan transportasi pun bisa dilalui oleh mobil truk.

h. Rencana Pembangunan Proyek

Matriks rencana pembangunan proyek

KeteranganBulan

JanFebMarAprMeiJunJulAgustSepOktNopDes

Perencanaan usaha

Sosialisasi

Pengumpulan informasi

Pembelajaan

Pelaksanaan

Evaluasi

2.3 Aspek Organisasi

a. OrganisasisAdapun bentuk organisasi dari PT HASAN FARM seperti dibawah ini :

PT HASAN FARMb. Kebutuhan Tenaga Kerja Manajer

Memiliki tugas mengatur segala kegiatan produksi di PT. HASAN FARM mulai dari pengadaan induk, innseminasi buatan, sampai pada proses teknis produksi. Manager ini membawahi 3 bidang lainnya, yaitu bidang sarana dan prasarana, bidang perkandangan, bidang perencanaan usaha, transaksi pemasaran dari bibit sapi potong. Mulai dari pencarian wilayah pemasaran, sampai pada pencatatan setiap transaksi penjualan. Manajer ini diambil dari keluarga, karena sistem kepercayaan yang harus dibangun dalam menjalani pekerjaan ini. Bagian Sarana dan Prasarana

Bagian sarana memiliki tugas untuk menyediakan sarana & prasarana penunjang produksi. Seperti penyediaan pakan, obat-obatan, bangunan peralatan perkandangan, dan juga alat-alat trasnportasi lainnya. Bagian sarana dan prasarana ini terdiri dari 3 orang. Yang terdiri dari sopir 1 orang, teknisi 1 orang dan satpam 1 orang.

Bagian Perkandangan

Bagian perkandangan memiliki tugas sebagai pelaksana teknis di perkandangan. Mulai dari pemeliharaan sapi, pemberian pakan, pemberian obat-batan, pengwasan, dan kegiatan manajemen pemeliharaan lainnya. Bagian perkandangan terdiri dari 3 orang, yaitu 2 orang anak kandang, dan 1 orang dari dokter hewan.c. Kualifikasi Tenaga Kerja

Dalam hal aspek kualifikasi tenaga kerja, PT. HASAN FARM akan membarikan beberapa persayaratan untuk tenaga kerja sesuai dengan bidang yang digeluti. Adapun criteria dan syarat-syaratnya sebagai berikut :

Manajer

Lulusan S1 Program Studi Ilmu Peternakan

Memiliki soft skill yang baik ( komunikasi, manajemen, kejujuran, mau bekerja keras, ulet, tekun, dan good team working)

Memiliki kemampuan teknis dan zooteknis yang baik ( Manajemen perkandangan dan manajemen pemeliharaan)

Memiliki jaringan eksternal perusahaan yang sangat luas untuk dijadikan sebagai target pasar

Mengetahui fluktuasi harga di pasar

Bagian Sarana dan Prasarana

Sopir

Di utamakan yang memiliki SIM A, B, C. Tetapi lebih ditekankan memiliki SIM B.

Mengetahui tentang jalur-jalur tarnsportasi, khususnya di wilayah Lampung dan sekitarnya.

Mengetahui tentang aspek-aspek kendaraan. Khususnya pick up yang akan dijadikan alat trasnportasi perusahaan.

Satpam

Memiliki kelebihan fisik (Badan dan otot yang bagus dan proporsional)

Jujur

Mengetahu teknik bela diri

Teknisi Lulusan SMK Elektro/mesin

Mengetahui aspek-aspek listrik

Bagian Perkandangan

Dokter Hewan

Lulusan S1 Kedokteran Hewan

Memiliki kemampuan manajemen kesehatan ternak

Anak Kandang

Memiliki kemampuan teknis dan zooteknis yang baik (Manajemen perkandangan dan manajemen pemeliharaan)

Jujur, tekun, ulet, dan mau bekerja keras.

d. Sistem Rekruitmen

Cara perekrutan yang dilakukan berdasarkan kebutuhan akan tenaga kerja seperti tenaga ahli, syarat minimal telah menyelesaikan jenjang studi S1 dalam bidang peternakan khususnya dan bidang manajemen bisnis pada umumnya. Untuk tenaga kandang atau lapangan, dapat direkrut berdasarkan pengalaman dan kriteria tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 2.4Aspek Sosial dan Kelembagaan a. SosialMasyarakat Terbanggi untuk usia produktif memliki tingkat pendidikan rata-rata lulusan Sekolah Dasar (SD) dan SMP. Tingkat pendidikan yang dinilai rendah ini menjadikan masyarakat Terbanggi bisa dianggap terbelakang, sehingga rata-rata pendapatan per kapita masyarakat juga rendah. Dari tingkat kesehatan masyarakat, Terbanggi tidak pernah mengalami epidemi penyakit kategori berbahaya, penyakit yang bisa menjangkit masyarakat disana diantaranya muntaber, tipus, dll. Persepsi masyarakat akan keberadaan PT. HASAN FARM dinilai baik, karena PT. HASAN FARM mengambil beberapa orang yang akan bekerja di perusahaan tersebut, sehingga baik secara langsung ataupun tidak langsung akan mempengaruhi keadaan sosial dan ekonomi di Terbanggi.

Dampak negatif berupa konflik sosial antara pekerja pendatang dan pekerja serta penduduk setempat adalah diharapkan relatif kecil mengingat wawasan kebersamaan masyarakat setempat yang cukup baik.

Pemanfaatan tenaga kerja pendatang hanya sebatas tenaga kerja ahli dan pengawas, sedangkan tenaga kerja dasar yang jumlahnya relatif banyak diambil dari penduduk setempat, hal ini juga sangat berarti bagi pencegahan terjadinya konflik social.

b. Ekonomi

Aspek ekonomi yang kami harapkan adalah memberikan pekerjaan bagi masyarakat khususnya sekitar wilayah yang dekat dengan peternakan dan memberikan pengetahuan secara tidak langsung, selain itu bisa memberikan pengalaman dan pekerjaan untuk pembangunan fasilitas usaha pembibitan sapi potong di wilayah setempat. Adanya sistem rekruitmen yang lebih mendahulukan tenaga kerja lokal akan mempengaruhi keadaan ekonomi masyarakat sekitar, minimalnya akan menurunkan tingkat penagngguran dan meningkatkan pendapatan per kapita wilayah tersebut.c. Budaya Masyarakat

Masyarakat Terbanggi memiliki budaya yang tradisional. Umumnya masyarakat disana berprofesi sebagai petani buah-buahan dan holtikultura. Budaya bertani masyarakat masih menggunakan sistem pertanian tradisional. Hasil dari pertanian tersebut biasanya dijual ke Jakarta, Bandung, serta pasar-pasar di wilayah Lampung dan sekitarnya. Sehingga hal ini menyebabkan banyak penduduk yang melakukan urbanisasi ke wilayah perkotaan karena dorongan ekonomi.

Adanya proyek usaha pembibitan sapi potong ini diharapkan akan mempengaruhi mindset masyarakat tentang pertanian dan peternakan. Usaha pembibitan sapi potong ini akan menggunakan teknologi reproduksi (IB) yang mungkin belum terlalu dipahami oleh masyarakta disana, khususnya masyarakat yang berprofesi sebagai peternak sapi potong. Sehingga pengenalan teknologi reproduksi (IB) dan usaha pembibitan sapi potong ini diharapkan akan mempengauhi kebudayaan beternak di masyarakat.

III

ASPEK KEUANGAN

3.1. Asumsi- Asumsi

Untuk keterangan yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel dilampiran proposal ini.

3.2. Sumber Dana

Sumber sumber dana dapat diperoleh dari dana simpanan dan dana pribadi dan kekurangan dana, maka alternatif lainnya adalah dana pinjaman. Tetapi, Perusahaan Sapi Anggrek Jaya tidak memiliki modal sendiri, semua modalnya adalah modal pinjaman dari bank. Sumber dana yang kami gunakan berasal dari pinjaman bank, hasil produk sampingan (POC, Feses, induk afkir), dan pedet lepas sapi jantan yang dijual sejumlah 100%, dan pedet sapi betina sejumlah 0,5%. Jenis pinjaman yang kami gunakan dari bank adalah:

1. Sumber Dana dari Luar Perusahaan Pembelanjaan dengan sumber dana dari luar perusahaan disebut juga dengan pembelanjaan ekstern. Pembelanjaan ekstern meliputi dana dari pemilik dan utang perusahaan.Dana yang berasal dari pemilik biasanya diwujudkan dalam bentuk saham dan dana dari utang, baik jangka pendek maupun jangka panjang yang disebutdengan pembelanjaan asing. Dengan banyaknya jenis sumber dana perusahaan dihadapkan kepada masalah untuk memilih dan mengombinasikan berbagai sumber-sumber dana yang tersedia.

Berikut ini merupakan beberapa kebaikan dan keburukan sumber dana dari luar dan dari dalam perusahaan:Kebaikan Sumber Dana dari Luar Perusahaan1. Jumlah dana tidak terbatas.2. Dapat diperoleh dari beberapa sumber.3. Bersifat fleksibel

Keburukan Sumber Dana dari Luar Perusahaan1. Perusahaan dikenakan beban (bunga untuk utang).2. Ada kewajiban untuk mengembalikan.Untuk keterangan yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel dilampiran proposal ini.

3.3. Proyeksi Kebutuhan Investasi

Dana pembiayaan proyek merupakan dana yang harus tersedia mulai saat konstruksi sampai perusahaan beroperasi yang meliputi dana modal investasi (modal tetap) serta dana modal. Kebutuhan dana yang akan digunakan untuk menjalankan proyek pembangunan usaha peternakan sapi potong ini adalah Rp. 2.184.317.250 .

Dana sebesar ini diperkirakan untuk modal awal mendirikan usaha peternakan ini. Biaya tersebut terdiri dari, biaya investasi tetap dan biaya modal kerja. Investasi tetap meliputi pembangunan kandang, pembelian lahan untuk peternakan, pembangunan gudang peralatan, pengadaan peralatan kandang, instalasi listrik dan air, instalasi telepon, perkiraan biaya penyusutan, pengadaan alat transportasi untuk mengankut produk utama (susu fresh), pembelian komputer, pembuatan bak penampungan dan pengolahan limbah, dan Pajak Bumi dan Bangunan.

Sedangkan biaya modal kerja terdiri dari, pembelian bibit, pembelian pakan hijauan dan konsentrat, kesehatan dan perawatan, gaji karyawan dan menejer farm dalam setahun, serta pembelian alat tulis kantor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran proposal ini. TABEL 1. INVESTASI USAHA PETERNAKAN SAPI POTONGNo.UraianBiaya

1Investasi Tetap Rp 1.992.650.000

2Investasi Modal KerjaRp 191.667.250

TotalRp 2.184.317.250

3.4 Proyeksi Biaya dan Manfaat Tabel 2. PROYEKSI BIAYA DAN MANFAAT (per tahun)TahunURAIAN

Benefit CostNet benefit

(1)(2)(3)

1145.530.0001.262.261.000(1.116.731.000)

2581.824.392280.417.298301.407.094

3614.256.935283.975.577330.281.358

4710.941.690284.984.139425.957.552

5700.582.054282.301.686418.280.368

61.637.023.797253.340.1071.383.683.690

7142.995.921247.523.242(104.527.321)

* untuk rincian jelas perhitungan dari tabel ini, dapat dilihat pada lampiran.

Secara keseluruhan, biaya cost yang dibutuhkan selama proses produksi dari tiap tahunnya tidak berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Kecuali pada tahun pertama dan kedua, cost yang dibutuhkan lebih besar karena usaha ini membutuhkan biaya awal seperti yang terlampir pada perhitungan investasi.

Jika dilihat dari segi keuntungan (benefit), usaha kambing perah ini sangat cukup baik untuk direalisasikan, karena keuntungan atau benefit secara finansial tiap tahunnya bernilai positif kecuali pada tahun proyeksi pertama dan kedua. Tahun pertama, usaha ini belum mendapat keuntungan atau benefit dari produk yang dijual, seluruh hasil penjualan digunakan untuk pengembalian biaya investasi, dan biaya modal kerja awal. Namun mulai dari tahun ketiga usaha ini telah menghasilkan keuntungan yang maksimal.

3.5 Proyeksi Cashflow

Kata cashflow mengandung arti arus kas atau arus uang. Arus kas atau arus uang dalam perusahaan terdiri atas arus uang masuk (inflow) dan arus uang ke luar (outflow). Cash flow merupakan arus kas yang ada dalam perusahaan pada suatu periode yang ditetapkan (bulanan). Cash flow menggambarkan berapa besar uang yang masuk (cash in) ke perusahaan dan jenis-jenis/sumber pemasukan tersebut, serta menggambarkan berapa besar uang yang keluar (cashout) serta sumber-sumber/pos-pos pengeluaran dari perusahaan tersebut.

Dengan demikian arus kas merupakan jumlah uang yang masuk dan keluar perusahaan mulai dari investasi tersebut dilakukan, sampai dengan berakhirnya investasi. Untuk usaha baru proyeksi kas akan menggambarkan perbedaan antara keberhasilan dan kegagalan, pada usaha yang sedang berjalan asus kas dapat menggambarkan kondisi pertumbuhan atau stagnasi.

Dibawah ini adalah tabel arus cashflow. Untuk keterangan yang lebih rinci dapat dilihat pada tabel dilampiran proposal ini.

TABEL 3. CASHFLOW USAHA PETERNAKAN SAPI POTONG

TAHUNCASHFLOW

TOTAL INFLOWTOTAL OUTFLOWSALDO KAS AKHIR

12.329.847.250

1.464.522.243

865.325.008

21.447.149.400

494.778.541

952.370.859

31.566.627.794

498.336.820

1.068.290.975

41.779.232.665

499.345.381

1.279.887.284

51.980.469.338

496.662.929

1.483.806.409

63.120.830.206

467.701.350

2.653.128.856

72.796.124.777

461.884.484

2.334.240.293

Tabel tiga dapat dilihat bahwa saldo kas akhir selalu bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa usaha kambing perah ini sehat secara finansial. Dalam evaluasi tiap tahunnya, usaha ini cukup berhasil memberikan benefit. Total pengeluaran setiap tahunnya lebih kecil dari total penerimaan, begitu juga sebaliknya. Sehingga dengan keadaan tersebut, PT. HASAN FARM ini memiliki kas akhir yang positif setiap tahunnya. Tidak ada masalah dalam hal keuangan. Untuk rincian biaya apa saja yang termasuk dalam cashflow, dapat dilihat pada lampiran tabel delapan.

Uang yang masuk ke dalam usaha ternak kambing perah ini berasal dari:

1. Pinjaman dari lembaga keuangan (investor)

2. Penjulan produk utama berupa

3. Penjualan ternak afkir, baik induk maupun pejantan afkir

4. Penjualan limbah yaitu produk padat hasil komposing. Ada juga produk hasil komposing lainnya yaitu, gas yang dapat dipakai untuk keperluan sehari-hari yang membutuhkan energi.

Uang kas tersebut berguna untuk :

1. Memenuhi kebutuhan uang tunai sehari-hari;

2. Membayar berbagai kewajiban yang jatuh tempo;

3. Melakukan investasi kembali atau ekpansi.

Adapun data mengenai proyeksi cashflow dapat dilihat pada lampiran proposal ini.

IV

KELAYAKAN INVESTASI

4.1 Net Present Value

Nilai NPV (Net Present Value) dalam usaha peternakan sapi potong ini adalah Rp. 2.278.670.225. Ini berarti usaha ini sangat layak untuk dilaksanakan atau istilahnya GO karena syarat suatu usaha dikatakan layak atau go, apabila nilai NPV dari usaha tersebut lebih besar dari nol (NPV > 0). Angka NPV menunjukkan bahwa total penerimaan dalam usaha peternakan kambing perah ini lebih besar dari total pengeluaran. Artinya, usaha ini dapat memberikan keuntungan secara finansial dilihat dari NPV. 4.2 Internal Rate of Return

Nilai Internal Rate of Return (IRR) menunjukkan kemampuan suatu perusahaan mengembalikan semua kewajiban finansial, atau pengembalian modal pinjaman tanpa mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan tersebut.

Dalam usaha ini IRR = 31,025%. Apabila dilihat dari nilai SOCC yang nilainya 10% ini berarti pada tingkat bunga dibawah 31,025% usaha ini masih dapat menutupi dan mengembalikan semua biaya pinjaman. Angka ini masih rasional, dengan pertimbangan harga sapi potong yang masih mahal, dan biaya yang dikeluarkan baik untuk investasi awal dan modal kerja diusahakan seminimal mungkin namun masih tetap memperhatikan aspek kelayakan dan kondisi saat ini. Jika suatu saat pada terjadi kenaikan harga pokok seperti harga bahan bakar transportasi, harga hijauan dan pajak usaha PT. HASAN FARM masih dapat berjalan dan menghasilkan laba. Syarat usaha dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari SOCC. Maka usaha ini dikatakan layak karena sudah memenuhi syarat tersebut. PT. PT. HASAN FARM juga memenuhi tiga syarat azas pembelanjaan yakni:

Likuiditas, yaitu PT. PT. HASAN FARM mampu memenuhi segala kewajiban, untuk operasi dan hutang-hutang tanpa menggangu jalannya usaha (cash inflow dan cash outflow).

Solvabilitas, kemampuan memenuhi kewajiban terhadap pihak luar, baik kredit jangka panjang maupun jangka pendek (cash outflow). Rentabilitas, tingkat persentase keuntungan yang diterima (perbandingan keuntungan dengan jumlah modal yang ditanamkan).

Perhitungan lengkapnya dan cara mencari nilai IRR dapat dilihat pada lampiran dibelakang proposal ini.

4.3 Net Benefit/Cost Rasio (Net B/C) dan Gross Benefit/ Cost Rasio (Gross B/C)

Net Benefit/Cost Rasio (Net B/C) Apabila dilihat dari Net B/C maka suatu usaha dikatakan layak apabila angka net B/C lebih besar dari satu (net B/C > 1) yang artinya nilai penerimaan lebih besar dari nilai cost. Usaha kambing perah ini memenuhi syarat tersebut, yakni nilai net B/C adalah 1,001.

Angka ini berarti, Net B/C merupakan perbandingan antara total net benefit positif (+) yang telah didiscount dengan total net benefit negatif (-) yang telah didiscount sehingga menghasilkan angka 1,001. Ini artinya menunjukkan bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan untuk usaha ternak sapi potong akan memberikan manfaat bersih sebesar 1,001 satuan.Untuk perhitungan lebih jelasnya, dapat dilihat dilampiran proposal ini. Gross Benefit/ Cost Rasio (Gross B/C) Apabila nilai gross B/C pada usaha maka usaha tersebut layak atau feasible untuk dilaksanakan. Begitu juga pada usaha peternakan kambing perha ini. Nilai gross B/C yang diperoleh dari perhitungan perbandingan antara total benefit kotor yang telah didiscount dengan total cost yang telah didiscount adalah 1,01. Nilai ini telah memenuhi syarat dikatakan layak untuk direalisasikan. Perhitungan lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.

4.4 Break Even Point (BEP)

Break even point (titik impas) adalah suatu titik keseimbangan dimana total benefit sama besarnya dengan total pengeluaran Penghitungan BEP dalam suatu studi kelayakan bisnis bertujuan untuk menentukan berapa lama waktu yang diperlukan proyek/usaha untuk dapat menutup seluruh biaya. Dengan kata lain, apabila tingkat penjualan melampaui BEP, maka akan diperoleh keuntungan (laba), dan sebaliknya apabila tingkat penjualan dibawahi nilai BEP maka akan mengalami kerugian. Dari hasil analisa BEP selama umur proyek menunjukkan bahwa tingkat penjualan selalu berada diatas nilai BEP.

Nilai BEP untuk proyek ini adalah sebesar 7,86. Atau nilai BEP dicapai pada saat arus kas berumur 7 tahun 10 bulan 10 hari. Usaha ini memang cukup lama mencapai nilai titik impas, namun dari segi keuntungan usaha ini masih layak untuk dijalankan. Sementara lama Payback Periode dari usaha ini 2 tahun 5 bulan 12 hari. Nilai ini menunjukkan, bahwa seluruh biaya investasi yang ditanamkan dalam usaha ternak kambing perah pada awal usaha dapat dikembalikan pada tahun kedua bulan kelima hari ke 12. Jika dilihat dari usia usaha ini yakni selama tujuh tahun, PT. HASAN FARM relatif cepat mengembalikan seluruh biaya investasi kepada sumber perolehan investasi tersebut.V

PENDUGAAN DAMPAK LINGKUNGAN

5.1 Dampak Utama Proyek

Dampak terhadap kondisi fisik dampak fisik terhadap lokasi proyek, secara umum merupakan daerah dengan tingkat elevasi yang relatif datar, dimana penggunaan tanah berupa lahan tegalan. Sesuai dengan arahan RUTR Pemda Lampung Selatan, lokasi proyek FMP adalah sudah sesuai peruntukannya, dimana penggunaannya untuk daerah pertanian dalam arti luas (termasuk peternakan).

Demikian juga dengan terjadinya perubahan peruntukkan lahan tentunya akan menimbulkan beberapa dampak negatif terhadap:

a) Berkurangnya daerah resapan air, yang akan mengakibatkan menurunnya permukaan air tanah, dan mendorong untuk meningkatnya debit air run off.

b) Berkurangnya potensi visual alam natural akibat dari kegiatan proyek. Pada keadaan tertentu apabila pengelolaannya kurang memperhatikan unsur kelestarian lingkungan, maka kegiatan proyek dapat menimbulkan akibat timbul areal lahan yang rawan erosi.

Dampak Terhadap Kondisi Sosial Dengan adanya kegiatan proyek, tentunya akan mendorong untuk terjadinya beberapa perubahan sosial, ekonomi dan budaya pada daerah ini:

1) Akan timbul perubahan suasana disekitar lokasi proyek terutama akan timbulnya suatu keramaian baru.

2) Terjadi pergeseran nilai ataupun sistem sosial budaya masyarakat setempat dengan nilai yang dianut masyarakat umum.

3) Beralihnya kegiatan masyarakat setempat dari aktifitas bertani menjadi berdagang atau penjual jasa, dan selain itu keberadaan proyek ini akan menimbulkan kegiatan-kegiatan ekonomi yang bersifat sampingan yang dapat dimanfaatkan penduduk setempat. Berikut ini adalah penjelasan mengenai limbah yang dihasilkan oleh kegiatan operasional peternakan sapi potong beserta penanggulangan limbah tersebut:

5.2 Penanganan Dampak Lingkungan Usaha Sapi PotongSelama proses pemeliharaan sapi berlangsung akan banyak kotoran sapi yang tertimbun di sekitar kandang. Kotoran sapi yang dihasilkan menimbulkan bau tidak sedap dan juga mencemari lingkungan.

1. Sampah yang dihasilkan dari aktivitas pekerja, limbah ini dihasilkan akibat kegiatan pekerja selama berada di peternakan. Pekerja melakukan istirahat untuk makan dan merokok di tempat yang telah disediakan. Sampah yang dihasilkan dapat berbentuk kertas, plastik, ataupun puntung rokok. Sampah tersebut dapat mengganggu kenyamanan pekerja dan juga dapat mencemari lingkungan sekitar jika tidak dilakukan penanggulangan. Penanggulangan untuk limbah tersebut adalah menyediakan beberapa tempat sampah kecil di ruang istirahat dan juga di sekitar lingkungan peternakan yang akan dikumpulkan di tempat sampah utama yang dibuat di dekat peternakan.

2. Memelihara sapi mempunyai resiko yang menyebabkan kerusakan hutan tropis, naiknya panas bumi, pemborosan sumber energi,bahkan bisa menyebabkan kelaparan dunia. Penggunaan tanah, air, dan energi untuk menghasilkan daging bukan cara yang efisien. Untuk menciptakan lahan peternakan sapi, peternak terkadang memanfaatkan hutan dengan membakar dan menebangnya. Padahal ini akan mengubah atmosfer dan hujan yang akan menyebabkan planet semakin panas dan banyak tempat bermasalah dengan banjir dan kekeringan dalam kurun waktu yang lama.

3. Disamping itu, memelihara sapi adalah penyebab utama terciptanya 3 macam gas yang menyebabkan peningkatan panas bumi, penyebab utama polusi air dan memerlukan jumlah air yang banyak untuk menghasilkan pakan sapi.

4. Beternak sapi juga dapat berdampak pada kelaparan dunia karena sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan gandum sebagai makanan penduduk dunia digunakan untuk peternakan sapi.

VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI6.1. KesimpulanAnalisa dari kriteria-kriteria investasi, maka usaha peternakan sapi potong ini fesible (layak) untuk dilaksanakan dan dikembangkan.

a. Net Present Value ( NPV) = Rp.2.278.670.225 dengan DF 10 %b. Internal Rate of Return ( IRR) = 31,025% dengan SOCC 30%c. Gross b/c dan Net b/c (B/ C Ratio) = 1,34 dan 1,001d. Pay Back Periode (PBP) = 2,45 tahun

e. Break Event Point (BEP) dicapai pada saat usaha berumur 7,86 tahun

6.2. RekomendasiUsaha peternakan sapi potong ini memerlukan suatu sistem dan manajemen yang baik dan ketat. Karena usaha ini merupakan menghasilkan produk yang mudah rusak apabila tidak ditangani dengan baik. Untuk itu diperlukan tenaga kerja yang terlatih. Jika kondisi memungkinkan, maka akan dilaksanakan pelatihan singkat kepada karyawan sebelum bekerja diusaha ini. Selain hal diatas, baiknya pihak yang terlibat dalam usaha peternakan kambing perah ini juga memperhatikan aspek sosial. Artinya agar tidak adanya kesenjangan sosial yang terjadi antara warga yang disekitar peternakan. Direncanakan untuk mengatasi hal ini, akan dilaksanakan suatu program yang bertujuan agar masyarakat sekitar juga merasakan manfaat dari usaha ini. Program tersebut adalah instalasi biogas hasil komposing kepada masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER PUSTAKA

Buku ajar Bisnis Peternakan,. 2010. Studi Kelayakan, Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran : Jatinangor.

Ibrahim, H.M.Y. 1998. Studi Kelayakan Bisnis. Cetakan Pertama. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Kadariah, dkk. 1978. Pengantar Evaluasi Proyek. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia : Jakarta.

Moch. Ichsan, dkk, 2000. Studi Kelayakan Bisnis

SUMBER INTERNET dan MEDIA DIGITAL

Direktur Utama

Manager

Bagian Sarana Dan Prasarana

Bagian Perkandangan

Karya The Hasan Farm