Upload
mochammad-muhaimin
View
2.488
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Merokok berarti membakar tembakau dan daun tar, dan menghisap asap
yang dihasilkan. Asap ini membawa bahaya dari sejumlah kandungan
tembakau dan juga bahaya dari pembakaran yang dihasilkan. Dengan
menganalisa asap yang dihasilkan, ditemukan bahwa 60% adalah gasdan uap
yang terdiri dari 20 jenis gas diantaranya karbon monoksida, hidro sianida,
nitric acid, nitrogen sianida fluorocarbon, asetone dan amonia. Para peneliti
mengungkapkan bahwa paling sedikit 9 dari keseluruhan gas yang ada dalam
asap rokok merupakan gas yang sangat berbahaya bagi kesehatan paru-paru
(Aiman Husaini, 2006: 21). Oleh karena itu pengetahuan tentang bahaya
merokok sangat penting dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat.
Berdasarkan Riskesdas tahun 2007, presentase penduduk di Indonesia
yang merokok dengan usia diatas 10 tahun adalah 23,7%. Di Jawa Timur
terdapat 24,3% perokok yang berusia diatas 10 tahun (DEPKES RI, 2008).
Sedangkan menurut hasil pengkajian PKMD di Dusun Sagad Desa Taman
Agung Kec. Cluring didapatkan lansia yang merokok sebanyak 105 orang
atau 53,3% dari 197 jumlah lansia (Sumber Data Primer: hasil pengkajian
praktek keperawatan komunitas, 2010). Banyak penduduk Dusun Sagad yang
tidak mengetahui bahaya dari kebisaaan merokok, terbukti dari 10 orang
lansia yang merokok yang diambil secara acak di Dusun Sagad Desa Taman
1
2
Agung Kec. Cluring, didapatkan bahwa 4 dari 10 orang yang merokok tidak
mengetahui bahaya dari merokok, sedangkan sisanya tahu tentang bahaya
merokok.
Kebisaaan merokok banyak dialami oleh orang dewasa dengan beragam
profesinya, termasuk mereka yang melakukan wirausaha dan bahkan mereka
yang berprofesi sebagai pelajar ataupun mahasiswa. Banyak kita jumpai
kebisaaan merokok justru banyak dialami oleh masyarakat miskin yang rata-
rata tingkat pengetahuannya rendah dibanding masyarakat yang lebih mampu.
Dengan demikian, faktor yang menyebabkan seseorang cenderung untuk
merokok tidak bisa dipastikan. Kesemuanya itu secara tidak langsung
mengindikasikan lemahnya kesadaran dalam diri tiap individu dan rendahnya
pola pikir yang dimilikinya, hingga tanpa pikir panjang mereka terjerumus
dalam kebisaaan merokok. (Aiman Husaini, 2006: 29).
Menurut pakar pencegahan rokok dari Universitas Diponegoro
Semarang Fakultas Kesehatan Masyarakat DR. Antono Suryoputro M.Ph.
dalam paparannya pada undangan suatu acara di Kabupaten brebes
mengungkapkan strategi untuk mencegah mereka yang belum pernah
merokok menjadi tidak merokok dan yang sudah merokok supaya tidak
mengganggu orang lain dengan asap rokoknya salah satunya adalah dengan
peringatan tentang bahaya merokok (dikutip dari http://www.brebes-
kab.go.id/)
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti merumuskan
masalahnya sebagai berikut: “Bagaimana tingkat pengetahuan lansia tentang
bahaya merokok di Dusun Sagad Desa Taman Agung Kec. Cluring Tahun
2010?”
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan lansia tentang bahaya merokok
di Dusun Sagad Desa Taman Agung Kec. Cluring tahun 2010.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, peneliti mengharapkan penelitian
ini dapat memberikan manfaat, adapun manfaat dari penelitian ini :
1. Teoritis
Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu riset yang telah didapat selama
mengikuti perkuliahan dan juga sebagai informasi awal bagi peneliti untuk
selanjutnya.
2. Praktis
Memberikan suatu wawasan dan pengetahuan peneliti tentang tingkat
pengetahuan lansia tentang bahaya merokok secara nyata.
E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Ada banyak orang yang meneliti tentang bahaya merokok dan salah
satunya adalah Novi Natasia Indah Swarini yang merupakan mahasiswi
Akademi Keperawatan Rustida yang meneliti tentang hubungan kebisaaan
merokok dengan hipertensi pada klien hipertensi di Puskesmas Genteng
4
Kulon pada tahun 2009. Dari penelitian tersebut dihasilkan sebuah
kesimpulan bahwa ada hubungan antara kebisaaan merokok dengan
hipertensi pada klien hipertensi di Puskesmas Genteng kulon. Dari adanya
kesimpulan dari penelitian diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil
topik tentang gambaran tingkat pengetahuan lansia tentang bahaya merokok
karena penelitian sebelumnya menyebutkan ada hubungan antara kebisaaan
merokok dengan kejadian hipertensi dan ini relevan dengan penelitian yang
akan diteliti.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam hal ini disajikan konsep dasar berdasarkan teori yang pertama:
Konsep Dasar Pengetahuan, Kedua: Konsep Dasar Lansia, Ketiga: Konsep Dasar
Merokok
A. Konsep Dasar Pengetahuan
Dibawah ini akan disajikan konsep dasar pengetahuan yang meliputi
pengertian pengetahuan, tingkat pengetahuan didalam domain kognitif, faktor-
faktor yang mempengaruhi pengetahuan, cara memperoleh pengetahuan, dan
kualitatif pengetahuan.
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan (Knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang
sekadar menjawab pertanyaan ”What”, misalnya apa air, apa manusia,
apa alam dan sebagainya (Notoadmojo, 2002: 3).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui; kepandaian
(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2001 : 1121).
2. Tingkat Pengetahuan Didalam Domain Kognitif
Menurut Notoatmodjo (2002: 122) Pengetahuan yang tercakup
dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
5
6
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Oleh sebab itu tahu ini
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap objek atau materi yang harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagaianya
terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya)
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
7
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Arikunto yang dikutip oleh Hendra (2008) bahwa Faktor-
faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
a. Umur
Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan
pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu
atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat
suatu pengetahuan akan berkurang.
b. Intelegensi
Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan
berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi
baru. Perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh terhadap
tingkat pegetahuan.
c. Lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang. Lingkungan meemberikan pengaruh pertama
bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang
baik dan buruk tergantung pada sifat kelompok.
8
d. Sosial budaya
Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.
Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungan dengan
orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses
belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.
e. Pendidikan
Tingkat pendidikan menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap
dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya
semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula
pngetahuanya.
f. Informasi
Informasi akan memberikan pengaruh seseorang. Meskipun seseorang
memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi
yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio atau surat kabar
maka hal itu akan meningkatkan pengetahuan seseorang.
g. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat
diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
4. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2002: 10) cara memperoleh pengetahuan
adalah:
9
a. Cara Tradisional / Non Ilmiah Yaitu Antara lain:
Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum diketemukannya metode ilmiah atau
metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan
pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi:
1) Cara Coba Salah (Trial and Error)
Yaitu apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya
pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba
ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil maka dicoba dengan kemungkinan berikutnya, sampai
masalah tersebut dapat terpecahkan.
2) Cara Kekuasaan atau Otoritas
Yaitu cara yang secara turun temurun dari generasi
kegenerasi berikutnya. Keadaan ini seolah-olah diterima dari
sumber yang mutlak yaitu dari pemimpin masyarakat baik formal
atau informal,ahli agama dan sebagainya. Dengan kata lain orang
lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang
mempunyai otoritas,tanpa lebih dahuulu menguji
kebenarannya,baik berdasarkan fakta empiris atau penalaran
sendiri,karena orang yang menerima menganggap apa yang
dikemukakan sudah benar.
10
3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun
dapat digunakan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.
4) Melalui Jalan Pikiran
Yaitu dengan cara menggunakan penalaran atau secara
induksi / deduksi yang pada dasarnya merupakan cara untuk
melahirkan pemikiran secara tak langsung melalui pernyataan-
pernyataan yang dikemukakan dan dicari hubungannya sehingga
dapat dibuat suatu kesimpulan.
b. Cara Modern Dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara modern yang lebih sistematis, logis, ilmiah disebut dengan
metode penelitian ilmiah (Research methodology). Dalam
memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi
langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta
sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup
3 hal pokok, yakni:
1) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul
pada saat dilakukan pengamatan.
2) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak
muncul pada saat dilakukan pengamatan
11
3) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala
yang berubah-ubah pada kondisi tertentu.
5. Kualitatif Pengetahuan
Menurut Nursalam (2003: 124) kualitatif pengetahuan dibagi dalam
3 kategori antara lain :
a. Kategori Baik yaitu menjawab benar 76 % - 100 % dari yang
diharapkan
b. Kategori Cukup yaitu menjawab benar 56 % - 75 % dari yang
diharapkan
c. Kategori Kurang yaitu menjawab benar dibawah 56 % dari yang
diharapkan.
B. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian Lansia
Lanjut usia merupakan individu dewasa yang telah memasuki
masa perkembangan yang lebih lanjut, dimana kekuatan fisik maupun
psikis lambat laun mulai menurun karena usia yang telah lanjut.
Menurut UU No. 4 Tahun 1965 yang dikutip oleh Nugroho (2000 ; 20)
bahwa seseorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo atau lanjut usia
setelah yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun tidak mempunyai
daya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain.
12
2. Proses Menua
Proses menua antar individu dan antar organ tubuh tidaklah sama.
Proses menua dipengaruhi oleh penyakit, degeneratif, kondisi
lingkungan serta gaya hidup seseorang (Siti Setiati, 2000 ; 06).
Gerontology berpendapat bahwa lanjut usia bukan suatu penyakit,
melainkan suatu masa atau tahap hidup manusia yaitu : bayi, kanak-
kanak, remaja, dewasa muda, dewasa tua dan lanjut usia. Menua
merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi
rangsangan dari dalam maupun dari luar.
3. Teori Proses Menua
Ada beberapa tori-teori yang menjelaskan tentang proses menua,
yaitu :
a. Teori-teori Biologi
1) Teori Genetika dan Mutasi
Menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies
tertentu, menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel pula
saatnya akan mengalami mutasi.
2) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usia stres dapat menyebabkan sel-sel tubuh lelah
(rusak)
13
3) Reaksi dari kekebalan sendiri (Autoimmune teory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi
suatu zat khusus, ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi lemah
dan sakit.
4) Theory immunologi slow
Sistem immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan
masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan
organ tubuh.
5) Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang bisaa digunakan
tubuh, regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
6) Teori Radikal Bebas
Teori radikal bebas dipercaya sebagai teori yang dapat
menjelaskan terjadinya proses menua karena dianggap sebagai
penyebab penting terjadinya kerusakan fungsi sel. Kerusakan
fungsi sel terjadi karena radikal bebas hidroksil bereaksi
dengan asam lemak tidak jenuh ganda yang menghasilkan
piroksida lemak. Selain itu, senyawa beracun hasil piroksida
lemak yang diinduksi oleh radikal bebas dapat mengikat
14
berbagai protein sehingga menghasilkan perubahan fungsi
protein atau antigenisitas (Setiati, 2000 ; 7)
7) Teori rantai silang.
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan
ikatan kimia yang kuat, khususnya jaringan kolagen, ikatan ini
menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya
fungsi.
8) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
membelah setelah sel-sel tersebut mati.
b. Teori Kejiwaan Sosial
1) Aktivitas atau kegiatan sosial
a) Ketentuan akan meningkatnya pada penurunan jumlah
kegiatan secara langsung, teori ini menyatakan bahwa usia
lanjut yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial.
b) Ukuran optimal (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup
dari lanjut usia.
c) Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan
individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut
usia.
15
2) Kepribadian berlanjut (continuity teory) / kesinambungan.
Dasar kepribadian atau tingkah laku yang tidak berubah pada
lansia, teori ini merupakan gabungan dari diatas, teori ini
menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang
yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang
dimiliki.
3) Teori pembebasan
Teori ini menyatkan bahwa dengan bertambahnya usia,
seseorang secara berangsu-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan sosialnya, keadaan ini mengakibatkan interaksi
sosial lanjut usia menurun baik secara kualitas maupun
kuantitas sahingga sering terjadi kehilangan ganda (triple loss)
yakni :
a) Kehilangan peran
b) Hambatan kontak sosial
c) Berkurangnya kontak komitmen
Menurut Brunner & Suddart, (2000 ; 173) penuaan biologik
normal dibagi 2 yaitu :
a) Penuaan instrinsik
Mengacu pada perubahan yang diakibatkan oleh proses
penuaan normal yang telah terprogram secara genetik dan
pada dasarnya universal.
16
b) Penuaan Ekstrinsik
Terjadi akibat pengaruh dari luar tubuh, penyakit, polusi
udara dan sinar ultraviolet adalah contoh faktor ekstrinsik
yang akan mempercepat proses penuaan.
4. Batasan Umur Lansia
Menurut Departemen Kesehatan RI (1995) yang dikutip oleh
Nugroho (2000 ; 19-20) membuat pengelompokan sebagai berikut :
a. Kelompok pertengahan umur ialah kelompok dalam masa Virilitas
yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan
fisik dan kematangan jiwa.
b. Kelompok usia lanjut dini adalah kelompok masa prasenium, yang
memasuki usia 55 – 66 tahun.
c. Kelompok usia lanjut adalah kelompok Seneseans (65 tahun
keatas)
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penuaan
Menjadi tua merupakan hal yang akan dilalui oleh setiap individu,
namun cepat lambatnya penuaan tergantung dari individu itu sendiri.
Menurut Nugroho (2000 ; 19) faktor-faktor yang mempengaruhi
penuaan adalah sebagai berikut :
a. Hereditas : keturunan / genetik
Individu dengan faktor genetik yang kurang sehat membuat orang
cepat menjadi tua.
17
b. Nutrisi : makanan
Jika asupan nutrisi makanan yang dikonsumsi manusia kurang gizi
dapat menyebabkan oksidasi dalam tubuh.
c. Status Kesehatan
Kesehatan manusia yang tidak dijaga misalnya tidak pernah
melakukan olahraga atau senam juga dapat menurunkan daya tahan
tubuh dan orang akan menjadi tidak bersemangat, badan terasa
lemas, dan banyak mengidap penyakit yang dapat mempercepat
proses penuaan.
d. Pengalaman Hidup
Pengalaman dalam hidup juga dapat mempengaruhi proses
penuaan, karena informasi yang didapat untuk selalu menjaga
kesehatan tubuh digunakan sebagai sumber pengetahuan dalam
menghadapi masalah kesehatan.
e. Lingkungan
Lingkungan yang tidak mendukung seperti lingkungan keluarga
dan masyarakat yang acuh juga dapat mempercepat proses penuaan
dalam diri manusia, karena manusia akan merasa terkucilkan
sehingga mengganggu pola pikir yang dapat menyebabkan pola
hidup menjadi buruk dan proses penuaan menjadi cepat.
f. Stress
Dalam diri manusia selalu ada konflik, dimana konflik tersebut jika
individu tidak dapat mengolah dengan baik maka akan
18
menyebabkan stress yang berkepanjangan. Apabila individu tidak
mampu menanggulangi stress bisaanya pola hidup yang sudah
dijalani dengan baik akan berubah dan mengganggu kesehatan
dalam diri individu.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa Lansia
Masalah kesehatan jiwa lansia merupakan masalah yang membuat
lansia tidak dapat menikmati hari tua mereka, ada beberapa faktor yang
dihadapi para lansia yang sangat mempengaruhi kesehatan jiwa lansia
adalah sebagai berikut :
a. Penurunan Kondisi Fisik
Setelah seseorang memasuki masa lansia umumnya mulai
dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis (multiple
pathology) misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit
menjadi keriput, gigi dan tulang mulai rapuh, hal ini semua dapat
menimbulkan gangguan/kelainan fungsi, psikologis, maupun
saosial, yang menimbulkan gangguan/kelainan fungsi fisik,
psikologis maupun sosial yang selanjutnya dapat menyebabkan
suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
b. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali
berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan
jantung, gangguan metabolisme, vaginitis, pasca operasi, nafsu
makan menurun, selain itu faktor psikologis seperti rasa malu bila
19
mempertahankan kehidupan seksual pada lansia,
kelelahan/kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya,
pasangan hidup telah meninggal dunia, cemas, depresi dan mudah
lupa (pikun).
c. Perubahan Aspek Psikososial.
Perubahan aspek psikologis diakibatkan karena adanya penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor yang berkaitan dengan keadaan
kepribadian lansia. Fungsi kognitif meliputi : proses belajar,
persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian, sehingga
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi lebih lambat.
Fungsi psikomotor meliputi : gerakan, tindakan, koordinasi yang
berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
d. Perubahan yang Berkaitan dengan Pekerjaan.
Perubahan ini diawali ketika masa pensiunan, karena pensiunan
dapat diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan,
jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri sehingga lansia dapat
menganggap bahwa dirinya menjadi tidak berguna.
e. Perubahan Dalam Peran Sosial Masyarakat.
Adanya perubahan dalam fungsi indera yang semakin menurun
seperti pendengaran, penglihatan, gerak fisik, dll. Hal ini sebaiknya
dicegah selalu mengajak mereka melakukan aktivitas selama lansia
itu masih sanggup, karena jika sudah terjadi, maka dapat
memunculkan perilaku regresi seperti: mudah menangis,
20
mengurung diri/menarik diri, mengumpulkan barang-barang tidak
berguna, dsb.
7. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Pada Lansia.
Menurut Nugroho (2000 ; 21 - 26) perubahan yang terjadi pada lansia
yaitu :
a. Perubahan Fisik
Sel :
1) Lebih sedikit jumlahnya.
2) Lebih besar ukurannya.
3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler.
4) Jumlah sel otak menurun
b. Sistem Persyarafan
1) Cepat menurunnya hubungan persyarafan..
2) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya
dengan stress.
3) Mengecilnya syaraf panca indera.
4) Kurang sensitif terhadap sentuhan.
c. Sistem Pendengaran
1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran), hilangnya
kemampuan pendengaran pada telinga dalam.
2) Membran timpani menjadi atropi.
21
3) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya keratin.
d. Sistem Penglihatan.
1) Spingter pupil timbul seklerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar.
2) Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak.
4) Hilangnya daya akomodasi.
e. Sistem Cardiovaskuler.
1) Elastisitas dinding aorta menurun..
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
4) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer.
f. Sistem Respirasi
1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
2) Menurunnya aktifitas dari silia.
3) Paru-paru kehilangan elastisitas..
4) Alveoli ukurannya melebar dari bisaanya, jumlahnya berkurang.
5) O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg.
6) CO2 pada arteri tidak berganti.
22
g. Sistem Gastro Intestinal.
1) Kehilangan gigi, penyebabnya adalah periodental desease,
penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk.
2) Indra pengecap menurun.
3) Esophagus melebar.
4) Peristaltik menurun, bisaanya timbul konstipasi.
5) Fungsi absorbsi melemah
6) Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
h. Sistem Genitourinaria.
1) Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai dengan 50%.
2) Meningkatnya retensi urine.
3) Pembesaran prostat.
4) Atropi vulva.
i. Sistem Endokrin.
1) Penurunan produksi hormon dan aktifitas tiroid.
2) Penurunan produksi aldosteron dan sekresi hormon katekolamin.
3) Fungsi tiroid dan sekresinya tidak berubah.
j. Sistem Integumen.
1) Kulit keriput, menurunnya respon terhadap trauma osteoartritis.
2) Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dari
vaskularisasi.
23
3) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
k. Sistem Musculoskeletal.
1) Tulang makin rapuh, kifosis.
2) Pinggang lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.
3) Tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
4) Atropi serabut otot sehingga bergerak menjadi lamban, otot-otot
kram dan menjadi tremor.
5) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.
l. Perubahan Psikologis.
Tidak semua fungsi-fungsi pada lansia mengalami penurunan, adapun
perubahan psikis yang terjadi menurut stevens dan hurlock (1990)
adalah:
1) Pengamatan.
Memerlukan waktu lebih lama untuk menyimak keadaan
sekelilingnya.
2) Daya Ingat.
Cenderung masih mengingat hal yang lama dibanding dengan
yang baru.
3) Berpikir dan Argumentasi.
Terjadi penurunan dalam pengambilan keputusan/kesimpulan.
24
4) Belajar
Lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu lebih lama
untuk mengintegrasikan jawaban, kurang mampu mempelajari
hal-hal yang baru.
m. Perubahan Sosial
Lansia cenderung mengurangi bahkan berhenti dari kegiatan sosial
atau menarik diri dari pergaulan sosialnya, keadaannya ini
mengakibatkan interaksi sosial usia menurun secara kualitas maupun
kuantitas, yaitu kehilangan peran, kontak sosial, dan berkurangnya
komitmen karena merasa sudah tidak mampu (Hurlock, 1990)
n. Perubahan Spiritual.
Hubungan horisontal, antar pribadinya berupa menyerasikan
hubungan dengan dunia.
8. Perubahan-Perubahan Psikososial Lansia
Menurut Nugroho (2000 ; 29) perubahan-perubahan psikososial
yang terjadi yaitu :
a. Pensiunan
Nilai seseorang sering diatur oleh produktifitasnya dan identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiunan
akan mengalami kehilangan :
1) Finansial (pendapatan berkurang).
2) Status.
3) Teman atau relasi.
25
4) Pekerjaan atau kegiatan.
5) Merasakan atau sadar akan kematian
6) Perubahan dalam cara hidup, yaitu : memasuki rumah
perawatan
7) Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan, meningkatkan
biaya hidup dan pengobatan
8) Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
9) Gangguan syaraf panca indera, misalnya: terjadinya kebutaan
dan ketulian.
10) Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
11) Rangkaian kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan
teman-temannya/family.
12) Hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik: perubahan terhadap
gambaran diri, konsep diri.
9. Macam-macam Tipe Lansia.
Menurut Nugroho (2000 ; 9) macam-macam tipe lansia terdiri
dari:
a. Tipe Arif Bijaksana.
Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, menjadi panutan.
26
b. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-
kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman
pergaulan serta memenuhi undangan.
c. Tipe Tidak Puas.
Konflik lahir batin menentang proses penuaan, yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik
jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi,
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut dan pengkritik.
d. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis
gelap terbitlah terang, mengikuti kegiatan ibadah, ringan kaki,
pekerjaan apa saja yang dilakukan.
e. Tipe Bingung.
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
10. Penyakit yang Sering di Jumpai Pada Lansia.
Menurut “The National Old People’s Welface Council” di Inggris
mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia
ada 7 macam, yakni (Nugroho, 2000 ; 42) :
1) Depresi mental.
2) Gangguan pendengaran.
3) Bronkitis kronik.
27
4) Gangguan pada tungkai/sikap berjalan.
5) Gangguan pada koksa/sendi panggul.
6) Anemia.
7) Demensia.
C. Konsep Dasar Merokok
1. Pengertian Rokok
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga
120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm
yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada
salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup
lewat mulut pada ujung lainnya (http://id.wikipedia.com/).
2. Komposisi Rokok
Menurut dr. Aiman Husaini (2006: 23), kandungan zat kimiawi dalam
sebatang rokok antara lain:
a. Nikotin
Zat ini bersifat zat adiktif yang membuat seseorang menjadi ketagihan
untuk bisa selalu merokok. Zat ini sangant berbahaya bagi kesehatan
tubuh manusia maupun binatang. Selain itu nikotin adalah satu
penyebab penyakit jantung koroner dan kanker.
b. Tar
Zat ini adalah racun bagi tubuh.
c. Insektisida
Zat ini sangat beracun dan digunakan untuk membunuh serangga.
28
d. Polycyclic
Zat ini menyerang paru-paru dan menyebabkan kerusakan yang fatal
bagi perokok aktif.
e. Carcinogens
Asap yang dihasilkan dari pembakaran tembakau dan kertas sigaret
mengandung beragam zat kimiawi yang sangat berbahaya dan mampu
memicu penyakit kanker bagi siapa pun yang menghirupnya.
3. Penyebab merokok
Banyak hal yang memicu orang untuk merokok. Menurut dr. Aiman
Husaini (2006:27) dalam bukunya mengatakan kebiasaan merokok pada
sebagian orang dipicu oleh citra dalam diri tiap individu dan juga
pergaulan. Terkadang orang merokok karena menghadapi tekanan hidup
dan menjadikannya sebagai sarana untuk melarikan diri dari masalah yang
dihadapinya dan akhirnya merokok pun menjadi kebiasaan dalam dirinya.
Keluarga juga memiliki peranan yang sangat besar dalam membentuk
perilaku merokok dalam diri tiap anggotanya. Selain itu, peranan media
informasi dalam mengiklankan rokok dan juga film-film yang secara tidak
langsung mempromosikannya turut pula membentuk kebiasaan merokok
dalam diri penontonnya.
4. Jenis rokok
Menurut (http://id.wikipedia.com/), rokok dibedakan menjadi
beberapa jenis. Pembedaan ini didasarkan atas bahan pembungkus rokok,
29
bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter
pada rokok.
a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus.
1) Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.
2) Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
3) Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
4) Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
tembakau.
b. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi.
1) Rokok Putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu.
2) Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek
rasa dan aroma tertentu.
3) Rokok Klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus untuk
mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
c. Rokok berdasarkan proses pembuatannya.
1) Sigaret Kretek Tangan (SKT): rokok yang proses pembuatannya
dengan cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan
dan atau alat bantu sederhana.
30
2) Sigaret Kretek Mesin (SKM): rokok yang proses pembuatannya
menggunakan mesin. Sederhananya, material rokok dimasukkan
ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran yang dihasilkan mesin
pembuat rokok berupa rokok batangan. Saat ini mesin pembuat
rokok telah mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu
sampai delapan ribu batang rokok per menit. Mesin pembuat
rokok, bisaanya, dihubungkan dengan mesin pembungkus rokok
sehingga keluaran yang dihasilkan bukan lagi berupa rokok
batangan namun telah dalam bentuk pak. Ada pula mesin
pembungkus rokok yang mampu menghasilkan keluaran berupa
rokok dalam pres, satu pres berisi 10 pak. Sayangnya, belum
ditemukan mesin yang mampu menghasilkan SKT karena
terdapat perbedaan diameter pangkal dengan diameter ujung SKT.
Pada SKM, lingkar pangkal rokok dan lingkar ujung rokok sama
besar.
d. Rokok berdasarkan penggunaan filter.
1) Rokok Filter (RF): rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat
gabus.
2) Rokok Non Filter (RNF): rokok yang pada bagian pangkalnya
tidak terdapat gabus.
5. Bahaya merokok
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) rokok adalah pembunuh
yang akrab di tengah-tengah masyarakat. Setiap detik, satu orang
31
meninggal akibat merokok. Rokok, juga membunuh separuh dari masa
hidup perokok, dan separuh perokok mati pada usia 35 sampai dengan 69
tahun. Rokok/tembakau dapat menyebabkan berbagai penyakit tidak
menular seperti jantung dan gangguan pembuluh darah, stroke, kanker
paru, dan kanker mulut. Di samping itu, rokok juga menyebabkan
penurunan kesuburan, peningkatan insidens hamil diluar kandungan,
pertumbuhan janin (fisik dan IQ) yang melambat, kejang pada kehamilan,
gangguan imunitas bayi dan peningkatan kematian perinatal. Rokok
mengandung lebih dari empat ribu bahan kimia, termasuk 43 bahan
penyebab kanker yang telah diketahui, sehingga lingkungan yang terpapar
dengan asap tembakau juga dapat menyebabkan bahaya kesehatan yang
serius, ujar Menkes dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, dalam
sambutan yang dibacakan Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Dirjen P2PL
Depkes ketika membuka Temu Karya Peringatan Kesehatan akan Bahaya
Rokok di Jakarta tanggal 12 Desember 2009 (Depkes RI, 2009).
Menurut Ernest Caldwell (2001: 37), rokok dapat memperburuk
beberapa penyakit, antara lain:
a. Membahayakan penderita TBC
Iritasi yang terus menerus pada paru-paru yang sakit, mempersulit
tubuh untuk menormalkan kembali keadaannya. Doktor Samuel
Wright dari Dt. Mary’s Hospital, London, menyatakan pada kasus
TBC yang parah, merokok berarti hidup atau mati.
32
b. Penderita Diabetes
Pembuluh nadi penderita diabetes menyempit oleh sifat penyakit yang
mereka derita. Merokok juga dapat menyempitkan pembuluh-
pembuluh darah. Perokok yang menderita diabetes sungguh telah
memperlakukan diri mereka sendiri dengan sangat mengerikan, karena
dengan merokok pembuluh darah yang telah mengerut menjadi
semakin sempit. Selain gangren, resiko lain yaitu kerusakan trombosit
dan buerger disease. Sebuah studi yang dilakukan oleh dua orang
dokter, Leonard Weinroth dan Joseph hirzstein, terhadap 301
penderita diabetes di Mount Sinai Hospital, mereka menemukan 58%
perokok yang megidap diabetes mengalami Buerger’s Disease,
sedangkan penderita diabetes yang tidak merokok hanya 37% saja.
c. Penderita Kelenjar Gondok Aktif
Menurut Dr. Kulbs, seorang ahli dari Jerman, mengatakan merokok
menyebabkan perokok jadi berkeringat, gemetar, gugup, dan lelah.
d. Pembedahan Perut
Batuk yang dialami perokok menimbulkan gerakan-gerakan tak teratur
di daerah perut, tentu hal ini mengganggu proses penyembuhan
jaringan yang baru saja dibedah. Doktor V.J. Morton mengemukakan,
tingkat kematian dalam pembedahan perut enam kali lebih tinggi bagi
perokok dibandingkan orang yang tidak merokok.
33
e. Penyakit telinga
Asap rokok menimbulkan iritasi pada saluran eustasius, yaitu saluran
yang menghubungkan antara telinga, hidung, tenggorokan. Iritasi
menyebabkan selaput lendir yang melindungi saluran ini
mengeluarkan lendir diluar kewajaran. Ini memicu timbulnya radang,
dan akhirnya tuli. Menurut Dr. Wyatt Wingrave, zat yang bertanggung
jawab atas kerusakan ini adalah piridin.
Menurut Lanny Sustrani, dkk (2003) merokok merupakan faktor
resiko stroke yang sebenarnya paling mudah diubah. Merokok hampir
melipatgandakan resiko stroke iskemik, terlepas dari faktor resiko yang
lain, dan dapat juga meningkatkan resiko subarakhnoid hemoragik hingga
3,5%. Merokok adalah penyebab nyata kejadian stroke, yang lebih banyak
terjadi pada usia dewasa muda ketimbang usia setengah baya atau lebih
tua.
Sedangkan menurut Menkes RI Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP(K)
pada peringatan hari tembakau sedunia yang diperingati 31 Mei 2006 di
Jakarta mengatakan tembakau dalam bentuk apa pun memang mematikan.
WHO memperkirakan penyakit yang berkaitan dengan tembakau pada
tahun 2020 akan menjadi masalah kesehatan terbesar dan menyebabkan
kematian 8,4 juta setiap tahun (Majalah Kesehatan, 2006:48).
6. Upaya pencegahan dan penaggulangan rokok
Menurut pakar pencegahan rokok dari Universitas Diponegoro
Semarang Fakultas Kesehatan Masyarakat DR. Antono Suryoputro M.Ph.
34
Dalam paparannya menyampaikan pokok persoalan dari pencegahan rokok
pada usia dini dan perokok pasif bertujuan bagaimana caranya mencegah
mereka yang belum pernah merokok menjadi tidak merokok / perokok dan
bagaimana caranya perokok agar tidak mengganggu orang lain dengan
asap rokoknya. Adapun strateginya antara lain : meningkatkan Bea Cukai
Rokok, menghapus promosi rokok, Peringatan Bahaya merokok,
menyediakan area bebas rokok.
Menurut http://www.hitamputih19.co.cc/ berikut adalah tips untuk
berhenti merokok:
a. Kemauan atau niat kuat untuk berhenti merokok, lalu buat komitmen
dengan diri sendiri untuk berhenti merokok.
b. Jauhkan dari teman-teman yang sedang merokok maupun tukang
rokok, serta jauhkan juga dari area merokok.
c. Jauhkan dari hal yang mengingatkan dengan keinginan merokok
seperti korek dan rokok.
d. Alihkan keinginan merokok dengan makanan kecil atau menghisap
permen sebagai ganti merokok, setiap kali datang keinginan untuk
merokok.
e. Lupakan keinginan merokok dengan perbanyak kegiatan, seperti
bekerja, berolah raga, main game, dan sebagainya.
f. Jika Anda kesulitan untuk langsung berhenti total, mulailah dengan
mengurangi jumlah rokok. Misalnya jika sebelumnya Anda merokok
35
12 batang dalam sehari, kurangi menjadi 10 batang, 6 batang dan
seterusnya sampai anda benar-benar berhenti merokok.
36
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kerangka Konseptual
Keterangan : : Variabel / sub variabel yang dilakukan penelitian
: Variabel / sub variabel yang tidak dilakukan penelitian
: Garis berGambaran yang dilakukan penelitian
: Garis berGambaran yang tidak dilakukan penelitian
Gambar 3.1 Kerangka konsep gambaran tingkat pengetahuan lansia tentang bahaya merokok di
Dusun Sagad Desa Taman Agung kec. Cluring Banyuwangi.
Memahami
Aplikasi
Tahu
Domain
Input: Lansia yang merokok
Pengetahuan lansia tentang bahaya merokok: – Pengertian rokok – Penyebab
merokok – Komposisi rokok – Bahaya merokok – Upaya
pencegahan dan penanganan rokok
Analisis
Evaluasi
Sintesa
Baik
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan: - Pendidikan - Usia - Pengalaman - informasi
Knowledge
Attitude
Psikomotor
Tingkat Pengetahuan
Cukup
Kurang
35
37
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
ilmu pengetahuan atau pemecahan masalah dengan menggunakan metode ilmiah
(Notoadmojo 2002: 19). Pada bab ini akan disajikan: 1) Desain penelitian
2) Waktu dan tempat penelitian 3) Kerangka kerja 4) Identifikasi variabel
5) Definisi operasional 6) Desain sampling 7) Pengumpulan dan Analisa data
8) Etika Penelitian.
A. Desain Penelitian
Desain penelitian adalah hasil akhir dari suatu tahap keputusan yang
dibuat oleh peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu penelitian bisa
diterapkan (Nursalam @ Pariani, 2001: 46). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan, yaitu untuk mempelajari gambaran tingkat pengetahuan lansia
tentang bahaya merokok di dusun Sagad desa Taman Agung Cluring
Banyuwangi, maka desain penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif eksploratif, dimana peneliti hanya ingin menggambarkan suatu
keadaan secara obyektif yaitu tentang pengetahuan lansia tentang bahaya
merokok.
B. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian rencananya akan dilakukan di dusun sagad Desa Taman
Agung Cluring Banyuwangi, dan dilaksanakan pada bulan Juli 2010.
36
38
C. Kerangka Kerja (Frame Work)
Keterangan :
: Diteliti : sub variabel diteliti
: Tidak diteliti : sub variabel tidak diteliti
Gambar 4.1: Kerangka Kerja Gambaran Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Bahaya Merokok Di
Dusun Sagad Desa Taman Agung Kec. Cluring Banyuwangi.
Hasil penelitian dan laporan
Evaluasi
Pengumpulan data
Pengolahan data & analisa data dengan langkah coding,
scoring dan tabulating
Sampel yang didapatkan di dusun Sagad
Simple Random Sampling
Lansia yang merokok di dusun Sagad Desa Taman
Agung cluring Banyuwangi N=105 lansia
Kriteria inklusi Lansia yang merokok Lansia yang bersedia menjadi
responden dan mengisi lembar inform consent
Lansia yang bisa membaca dan menulis
Kriteria eksklusi Lansia yang tidak
ada dirumah Lansia yang
merokok tapi tidak kooperatif
Dilakukan pengukuran dengan kuesioner tentang tingkat pengetahuan lansia tentang
bahaya merokok
39
D. Identifikasi Variabel
”Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi
nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti
secara empiris atau ditentukan tingkatannya” (Setiadi, 2007: 161). Dan
variabel dalam penelitian ini adalah gambaran tingkat pengetahuan lansia
tentang bahaya merokok di dusun Sagad desa Taman Agung kec. Cluring
Banyuwangi.
E. Definisi Operasional
Variabel yang telah didefinisikan perlu didefinisikan secara operasional
sebab istilah (variabel) dapat diartikan secara berbeda – beda oleh orang yang
berlainan. Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati dari suatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2003: 106).
”Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah yang
akan digunakan dalam penelitian secara operasional, sehingga akhirnya
mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian” (Setiadi,
2007: 165).
40
Tabel 4.1 Definisi Operasional Gambaran Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Bahaya Merokok
Di Dusun Sagad Desa Taman Agung Kec. Cluring Banyuwangi.
Variabel Definisi
Operasional
Parameter Alat ukur Skala Skor
Gambaran
tingkat
pengetahuan
Lansia
Tentang
Bahaya
Merokok
Segala sesuatu
yang diketahui
oleh lansia
tentang bahaya
yang
ditimbulkan
karena merokok
– Pengertian rokok
– Penyebab
merokok
– Komposisi rokok
– Bahaya merokok
– Upaya pencegahan
dan penanganan
rokok
Kuesioner
Ordinal Dengan kriteria
tingkat
pengetahuan :
Baik =
dengan
prosentase
76 – 100 %
Cukup=
dengan
prosentase
56 – 75 %
Rendah =
dengan
prosentase
< 56 %
F. Desain Sampling
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah setiap subyek (misalnya, manusia)
yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003: 33).
Populasi adalah keseluruhan dari suaru variable yang menyangkut
masalah yang diteliti. Variabel tersebut bisa berupa orang, kejadian,
41
perilaku, atau sesuatu hal lain yang akan dilakukan penelitian (Nursalam
@ Siti Pariani, 2001: 64). Populasi dalam penelitian ini adalah Lansia
yang merokok di Dusun Sagad desa Taman Agung Kec. Cluring
Banyuwangi dengan populasi sejumlah 105 lansia.
2. Sampel
Menurut Nursalam @ Siti Pariani (2001: 64) sampel penelitian
adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan “sampling” tertentu
untuk bisa memenuhi / mewakili populasi. Pada penelitian ini sampel
diambil dari para lansia yang merokok dan ditentukan dengan kriteria
sebagai berikut:
a. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari
suatu populasi target dan terjangkau yang akan diteliti
(Nursalam, 2003; 96). Pada penelitian ini kriteria inklusi adalah
sebagai berikut:
a) Lansia yang merokok
b) Lansia yang bersedia menjadi responden dan
menandatangani inform consent
c) Lansia yang bica membaca dan menulis
2) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilang atau mengeluarkan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab
42
(Nursalam, 2003 ; 97). Pada penelitian ini kriteria eksklusi
adalah sebagai berikut:
a. Lansia yang merokok tapi tidak ada di rumah
b. Lansia yang merokok tapi tidak kooperatif
b. Besar sampel
Adalah besar kecilnya sample atau banyak sedikitnya sample yang
diambil dari populasi (Notoatmodjo, 2002: 84). Untuk menghitung
besarnya sample yang digunakan kita dapat menggunakan rumus.
Rumus yang digunakan menurut Nursalam (2003: 92) adalah :
Rumus:
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
d = Tingkat kepercayaan / ketepatan yang diinginkan
Jadi penghitungannya :
n = 105
1 + 105 (0.05)²
n = 105
1 + 105 (0.0025)
n = 105
1,2625
n = N
1 + N (d)²
43
n = 83,168
n = 83, jadi sampel yang digunakan sejumlah 83 lansia
3. Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh
dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar – benar
sesuai dengan keseluruhan subyek penelitian (Nursalam, 2003: 97). Pada
penelitian ini menggunakan ”Simple Random Sampling” yang
merupakan jenis pengambilan sampel yang diambil secara acak (Setiadi,
2007: 182) dan pada sampling ini adalah lansia yang merokok sebagai
responden.
G. Pengumpulan dan Analisa Data
1. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner
disini diartikan sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan
baik, sudah matang, dimana responden (dalam hal angket) dan
interviewer (dalam hal wawancara) tinggal memberikan jawaban atau
dengan memberikan tanda – tanda tertentu (Notoatmodjo, 2002: 116).
Instrumen yang digunakan adalah bentuk kuesioner tertutup dengan
jenis Dichotomous choice dimana daftar pertanyaan yang disusun dan
dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan tujuan penelitian diisi oleh
responden dengan memberikan jawaban dengan tanda-tanda tertentu.
Bentuk pertanyaan tertutup adalah bentuk pertanyaan yang demikian
44
mempunyai keuntungan mengarahkan jawaban responden dan juga
mudah diolah (ditabulasi) (Notoatmodjo, 2002: 124).
Tabel 4.2 : Indikator Kuesioner Gambaran Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang
Bahaya Merokok di Dusun Sagad Desa Taman Agung Cluring
Banyuwangi
No. Indikator
Pertanyaan
Jumlah
Soal
No.
Soal
Pertanyaan
Jawaban + -
1 Pengertian rokok 1 1 √ A
2 Penyebab merokok 1 2 √ B
2 Komposisi rokok 4 3
4
5
6
√
√
√
√ B
A
A
A
3 Bahaya merokok 5 7
8
9
10
11
√
√
√
√
√
B
B
A
A
B
4 Upaya pencegahan dan penanganan rokok
3 12
13
14
√
√
√
B
A
B
Jumlah 14 14 7 7 14
45
2. Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data peneliti akan melakukan hal – hal
sebagai berikut antara lain:
a. Peneliti mendapatkan inform consent
b. Peneliti memberikan kuesioner tentang pengetahuan pengetahuan
bahaya merokok pada responden
c. Peneliti memberikan penjelasan untuk mengisi kuesioner
d. Hasil yang didapatkan oleh peneliti kemudian dikumpulkan
3. Analisis Data
a. Langkah – langkah analisa
1) Coding
Memberikan kode pada setiap responden, pertanyaan–
pertanyaan dan segala hal yang dianggap perlu.
2) Scoring
Tingkat pengetahuan lansia tentang bahaya merokok, apabila
responden menjawab pertanyaan dengan:
a) Benar : 1
b) Salah : 0
Dengan jumlah sebanyak 14 pertanyaan dengan pembagian
masing-masing, dihitung dengan skor total :
P = f X 100%
N
Keterangan :
P : persentase
46
f : jumlah skor yang benar
N : jumlah skor maksimal
Hasil hitung variabel tingkat pengetahuan menurut Nursalam
(2003: 124) diienterpretasikan dengan prosentase sebagai
berikut:
a) Baik : 76 – 100 %
b) Cukup : 56 – 75 %
c) Rendah : < 56 %
3) Tabulating
Data yang sudah terkumpul, kemudian diolah memuat data
umum dan data khusus, lalu khusus diidentifikasi berdasarkan
masalah penelitian yaitu, untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan bahaya merokok.
H. Etika Penelitian
Sebelum kita melakukan penelitian, terlebih dahulu kita lakukan
pendekatan administrasi dengan pihak pendidikan, yaitu dengan berbekal
surat ijin mengadakan penelitian dari Akademi Kesehatan Rustida Program
Studi DIII Keperawatan Krikilan Glenmore Banyuwangi disampaikan kepada
Kepala Dinas Bakesbang, Politik dan Linmas Kabupaten Banyuwangi, Bapak
Camat, Kepala Desa Taman Agung dan kepala dusun setempat. Setelah
mendapat persetujuan penelitian dilakukan dengan menekankan pada masalah
etika yang meliputi:
47
1. Lembar Persetujuan (Inform Consent)
Diberikan kepada responden dengan tujuan agar responden mengetahui
maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama
pengumpulan data. Jika subyek bersedia untuk diteliti maka harus
menandatangi lembar persetujuan menjadi responden. Jika subyek
menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan menghormati haknya.
2. Tanpa Nama (Anonimity)
Untuk menjaga keperawatan identititas responden, peneliti tidak
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data yang diisi
pada lembar tersebut dan hanya kode tertentu.
3. Kerahasiaan (Confidentially)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh
peneliti. Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau
dilaporkan pada hasil penelitian.
48
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek Edisi Revisi, Jakarta : PT Rineka Cipta
Caldwell, Ernest. (2001). Berhenti Merokok, Yogyakarta: Pustaka Populer
Departemen Kesehatan. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008,
http://www.depkes.go.id/. diunduh tanggal 09 Mei 2010, jam 12.06
WIB.
Departemen Kesehatan. (2009). Rokok Membunuh Lima Juta Orang
Setiap Tahun, http://www.depkes.go.id/. diunduh tanggal 20 Juni 2010,
jam 22.46 WIB.
Departemen Kesehatan. (2006). Majalah Kesehatan. Tembakau Dalam
Bentuk Apa Pun Mematikan. Edisi Juni 2006. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2001). Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka
Hitamputih19, (2009). Mengatasi Kecanduan Rokok,
http://www.hitamputih19.co.cc/. diunduh tanggal 20 Juni 2010, jam
22.44 WIB.
Husaini, Aiman. (2006). Tobat Merokok, Depok: Pustaka Iman
Notoatmodjo. (2002). Keperawatan Gerontik Edisi 2, Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta:
PT. Rineka Cipta
49
Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Nugroho, Wahyudi. (2000), Keperawatan Gerontik Edisi 2 , Jakarta: EGC
Nursalam. (2003). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Nursalam & Pariani. (2001). Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi,
Jakarta: CV. Agung Seto
Setiadi. (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan, Yogyakarta:
Graha Ilmu
Setiati, Siti. (2000). Pedoman Pengelolaan Kesehatan Pasien Geriatri
Untuk Dokter Dan Perawat, Jakarta : FKUI
Suryoputro, Antono. (2010). Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia
2010, http://www.brebes-kab.go.id/. diunduh tanggal 20 Juni 2010, jam
22.45 WIB.
Sustrani, Lanny, Et al. (2003). Stroke, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Watson, Roger. (2003). Perawatan Pada Lansia. Jakarta : EGC
_________. (2010). Rokok, http://id.wikipedia.com/. diunduh tanggal 20 Juni
2010, jam 22.47 WIB.
50
Lampiran 1
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI
RESPONDEN PENELITIAN
Kepada
Yth. Bapak/ibu calon responden
Di _
Tempat
Dengan hormat
Saya adalah mahasiswa Tingkat III Akes Rustida Program Studi DIII
Keperawatan Krikilan Glenmore yang akan mengadakan penelitian sebagai salah
satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir program Studi DIII keperawatan
Akes Rustida Krikilan Glenmore Banyuwangi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran tingkat
pengetahuan lansia tentang masalah bahaya merokok di dusun Sagad desa Taman
Agung ini.
Untuk keperluan diatas saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjawab
pertanyaan secara jujur dan apa adanya. Informasi yang reponden berikan tidak
akan digunakan untuk maksud lain, tetapi apabila responden keberatan dapat
mengundurkan diri atau menolak untuk menjadi responden karena penelitian ini
bersifat bebas tanpa sanksi apapun.
51
Demikian surat permohonan dari kami, atas kesediaan serta kerjasamanya
kami ucapkan terima kasih.
Peneliti
M. Bayu Wicaksono 07.058
52
Lampiran 2
INFORM CONCENT
(Persetujuan Keikutsertaan Dalam Penelitian)
No.Kode :
Nama Responden :
Mahasiswa tingkat III Program Studi DIII Keperawatan Akes Rustida
Glenmore Banyuwangi bermaksud untuk meminta kesediaan saudara untuk
menjadi respoden dalam penelitian yang berjudul ”Gambaran Tingkat
Pengetahuan Lansia Tentang bahaya Merokok Di Dusun Sagad Desa Taman
Agung Cluring Banyuwangi”. Dalam penelitian ini tidak terdapat unsur paksaan
dan tidak ada sanksi yang bisa memberatkan Bapak/Ibu karena sifatnya bebas.
Kami ucapkan banyak terimakasih atas partisiasi Bapak/Ibu dalam
penelitian ini
Taman Agung, Juli 2009
Responden
( )
53
Lampiran 3
LEMBAR
INSTRUMEN PENELITIAN
Judul : Gambaran tingkat pengetahuan lansia tentang bahaya
merokok di Dusun Sagad Desa Taman Agung Cluring
Banyuwangi
No. Responden : …..
Tanggal Penelitian : ….. Juli 2010
Petunjuk Pengisian :
1. Pilihlah jawaban yang sesuai menurut anda dengan memberikan tanda silang
pada salah satu jawaban yang tersedia.
2. Jawaban tidak boleh lebih dari satu.
3. Jawaban tidak boleh diwakilkan pada orang lain, kecuali kepada suami / istri.
A. DATA DEMOGRAFI
1. Usia saat ini :
a. 55 - 66
b. > 66
2. Pendidikan terakhir :
a. SD
b. SMP
54
c. SMA
d. Akademi / perguruan tinggi
3. Pekerjaan :
a. Tidak bekerja
b. Petani
c. Wiraswasta
d. Pensiunan PNS
B. PENGETAHUAN LANSIA TENTANG BAHAYA MEROKOK
1. Daun tembakau adalah bahan yang digunakan untuk membuat rokok
a. Benar b. Salah
2. Alasan orang merokok salah satunya karena menirukan hewan
a. Benar b. Salah
3. Formalin (bahan pengawet mayat) adalah salah satu zat berbahaya yang
terkandung dalam rokok
a. Benar b. Salah
4. Nikotin merupakan zat berbahaya dalam rokok yang bersifat adiktif (dapat
membuat ketagihan)
a. Benar b. Salah
5. Kandungan rokok yang bersifat racun yang sering kita jumpai pada setiap
bungkus rokok adalah Nikotin dan TAR
a. Benar b. Salah
kode
kode
kode
kode
kode
55
6. Kandungan rokok yang bersifat racun yang biasa dipakai sebagai
pembunuh serangga dan hama di sawah adalah pestisida
a. Benar b. Salah
7. Di bawah ini yang merupakan bahaya rokok yang tertera pada bungkus
rokok yaitu dapat menyebabkan kantuk
a. Benar b. Salah
8. Bahaya rokok yang dapat menyebabkan kematian adalah impotensi
a. Benar b. Salah
9. Gangguan kehamilan dapat terjadi pada wanita hamil yang merokok
a. Benar b. Salah
10. Akibat dari merokok yang dapat menyebabkan kematian adalah kanker
a. Benar b. Salah
11. Perilaku merokok dapat juga memperburuk beberapa penyakit, salah
satunya adalah sakit perut
a. Benar b. Salah
12. menurunkan harga rokok adalah salah satu cara untuk mencegah orang
untuk merokok
a. Benar b. Salah
13. Mengalihkan keinginan merokok dengan makanan kecil atau menghisap
permen sebagai ganti rokok adalah cara yang dapat digunakan untuk
berhenti merokok
a. Benar b. Salah
kode
kode
kode
kode
kode
kode
kode
kode
56
14. Menambah jumlah konsumsi rokok per hari adalah cara yang digunakan
jika orang merasa kesulitan untuk berhenti merokok secara total
a. Benar b. Salah
--- Terima Kasih ---
kode