Proposal blah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

j

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangObesitas atau kegemukan didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Saat ini, obesitas merupakan permasalahan yang muncul di dunia, bahkan organisasi kesehatan dunia (WHO) telah mendeklarasikannya sebagai epidemik global. Prevalensinya meningkat tidak saja di Negara-negara maju, tetapi juga di Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.Sungguh kontradiktif melihat pertumbuhan anak-anak Indonesia. Betapa tidak, di satu sisi sejumlah anak terkena busung lapar, namun di kota-kota besar anak-anak mengalami obesitas. Masalah gizi anak memang patut menjadi perhatian. Bukankah anak-anak adalah generasi yang harus diperhatikan tumbuh kembangnya. Busung lapar dan obesitas sama-sama memprihatinkan. Bila busung lapar atau gizi buruk mengancam kematian banyak anak, maka obesitas menyebabkan berbagai penyakit yang mengenaskan. Sulitnya mengatasi obesitas menyebabkan prioritas penanganan obesitas diutamakan pada usaha pencegahan, yang berarti diawali dari pencegahan obesitas pada masa anak-anak.Peningkatan kemakmuran di Indonesia juga diikuti oleh perubahan gaya hidup (life style) dan kebiasaan makan. Pola makan, terutama di kota besar, bergeser dari pola makan tradisional ke pola makan barat yang dapat menimbulkan mutu gizi yang tidak seimbang. Pola makan tersebut merupakan jenis-jenis makanan yang bermanfaat, akan tetapi secara potensial mudah menyebabkan kelebihan masukan kalori jika tidak dikonsumsi secara rasional.1Hal yang paling bertanggung jawab terhadap timbulnya obesitas tampaknya adalah berfungsi normalnya mekanisme pengaturan dalam tubuh. Beberapa faktor diketahui mempengaruhi mekanisme pengaturan tersebut, diantaranya kebiasaan makan, umur, jenis kelamin, tingkat sosial, aktifitas fisik, faktor psikologis, dan factor keturunan, sedangkan dengan tersedianya berbagai jenis makanan yang bervariasi baik dalam bentuk makanan yang siap saji untuk dikonsumsi ataupun makanan kaleng yang menyebabkan seseorang tidak lagi memperhatikan kaidah gizi seimbang dan seringkali tidak menyadari jumlah asupan kalori yang dimakan sehingga muncul masalah obesitas.Berbagai produk makanan olahan yang dikenal sebagai makanan junk food adalah makanan yang tinggi kalori, lemak, karbohidrat, garam, glukosa dan rendah serat diantaranya Hot Dog, Burger, Pizza, Fried Chicken, Ice Cream, Cookies, potato chips dan dengan berbagai macam merek dan produk lainnya yang gencar diiklankan melalui media massa dan dipasarkan relatif intensif. Golongan anak-anak dan remaja merupakan segmen pasar yang strategis bagi pengusaha makanan olahan tersebut.2

Prevelensi gemuk dan obesitas pada penduduk indonesia di atas usia 18 tahun, tahun 2010 menunjukkan angka cukup tinggi. Terdapat 21,7 persen penduduk di atas usia 18 tahun yang masuk golongan gemuk dan obesitas. Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas lebih banyak diderita oleh perempuan. Laki-laki memiliki prevalensi 16,3 sedangkan perempuan memiliki prevalensi 26,9. Sementara untuk prevalensi kurus sebesar 12,6. Dan prevalensi normal sebesar 65,8.3 Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa overweight dan obesitas di Indonesia telah menjadi masalah besar yang memerlukan penanganan secara serius.Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas dimana obesitas sudah mulai tampak pada anak dan remaja di Indonesia, disamping itu masalah obesitas pada remaja belum banyak dipublikasikan, maka dengan didukung hasil survey pendahulu dan belum pernah dilakukan penelitian serupa di sekolah tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara konsumsi junk food dan obesitas pada anak remaja di SMP Negeri 1 Kota Tangerang.1.2 Perumusan masalahDengan tersedianya berbagai jenis makanan yang bervariasi baik dalam bentuk makanan yang siap saji untuk dikonsumsi ataupun makanan kaleng yang menyebabkan seseorang tidak lagi memperhatikan kaidah gizi seimbang dan seringkali tidak menyadari jumlah asupan kalori yang dimakan sehingga muncul masalah obesitas.Obesitas pada remaja penting untuk diperhatikan karena remaja yang mengalami obesitas 80% berpeluang untuk mengalami obesitas pula pada saat dewasa. Selain itu, terjadi peningkatan remaja obesitas yang didiagnosis dengan kondisi penyakit yang biasa dialami orang dewasa, seperti diabetes tipe 2 dan hipertensi. Remaja obesitas sepanjang hidupnya juga berisiko lebih tinggi untuk menderita sejumlah masalah kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, asma, dan beberapa jenis kanker. Stigma obesitas juga membawa konsekuensi psikologis dan sosial pada remaja, termasuk peningkatan risiko depresi karena lebih sering ditolak oleh rekan-rekan mereka serta digoda dan dikucilkan karena berat badan mereka.Prevelensi gemuk dan obesitas pada penduduk indonesia di atas usia 18 tahun tahun 2010 menunjukkan angka cukup tinggi. Terdapat 21,7 persen penduduk di atas usia 18 tahun yang masuk golongan gemuk dan obesitas. Prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas lebih banyak diderita oleh perempuan. Laki-laki memiliki prevalensi 16,3 sedangkan perempuan memiliki prevalensi 26,9. Sementara untuk prevalensi kurus sebesar 12,6. Dan prevalensi normal sebesar 65,8.3 Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa overweight dan obesitas di Indonesia telah menjadi masalah besar yang memerlukan penanganan secara serius.Berdasarkan data tersebut, maka peneliti ingin mengkaji lebih lanjut masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini, antara lain :a. Faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan obesitas ?b. Adakah hubungan antara fc. rekuensi makanan junkfood dengan obesitas pada remaja ?

1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan umumMendapatkan informasi hubungan antara konsumsi junk food dengan obesitas pada remaja di SMP Negeri 1 Kota Tangerang tahun 2013.1.3.2 Tujuan khususa. Mendapatkan gambaran distribusi frekuensi obesitas pada remaja.b. Mendapatkan gambaran distribusi frekuensi obesitas pada remaja berdasarkan frekuensi makanan junk food.c. Mendapatkan gambaran distribusi frekuensi obesitas pada remaja berdasarkan aktifitas olahraga.d. Mendapatkan gambaran distribusi frekuensi obesitas pada remaja berdasarkan karakteristik anak (jenis kelamin dan umur).e. Mendapatkan gambaran distribusi frekuensi obesitas pada remaja berdasarkan karakteristik orang tua (tingkat pendidikan ibu, pendapatan orang tua dan status pekerjaan ibu).4f. Mendapatkan hubungan antara frekuensi makanan junk food dengan obesitas pada remaja.g. Mendapatkan hubungan antara aktivitas olahraga dengan obesitas pada remaja.h. Mendapatkan hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan obesitas pada remaja.4i. Mendapatkan hubungan antara pendapatan orang tua dengan obesitas pada remaja.4j. Mendapatkan hubungan antara status pekerjaan ibu dengan obesitas pada remaja.4

1.4 Hipotesis1. Ada hubungan antara frekuensi konsumsi makanan junk food dengan obesitas pada remaja.2. Ada hubungan antara umur dengan obesitas pada remaja.3. Ada hubungan antara aktivitas olahraga dengan obesitas pada remaja.4. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan obesitas pada remaja.5. Ada hubungan antara pendapatan orang tua dengan obesitas pada remaja.6. Ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan obesitas pada remaja.

1.5 Manfaat1.5.1 Manfaat untuk ilmu pengetahuana. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tambahan pustaka bagi peneliti lain, khususnya untuk meneliti obesitas pada remaja untuk populasi yang lebih luas. 1.5.2 Manfaat untuk profesi a. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang efek bahaya junkfood terhadap obesitas di bidang ilmu kedokteran, khusunya ilmu kesehatan anak.b. Untuk dapat dipergunakan sebagai pembanding dengan peneliti lainnya.

1.5.3 Manfaat untuk masyarakata. Menambah wawasan masyarakat akan pentingnya mencegah obesitas sedini mungkin untuk kelangsungan hidup yang lebih baik.b. Diharapkan menjadi masukan untuk dapat melaksanakan upaya-upaya pencegahan berupa edukasi yang berkaitan dengan gaya hidup seperti memilih makanan bagi para siswa-siswi SMP.

BAB IITINJAUAN DAN RINGKASAN PUSTAKA

2.1 Remaja2.1.1 DefinisiRemaja adalah masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu mengalami perkembangan, biologik, psikologik, dan sosiologik yang saling terkait antara satu dengan lainnya. Secara biologik ditandai dengan percepatan pertumbuhan tulang, secara psikologik ditandai dengan akhir perkembangan kognitif dan pemantapan kepribadian, dan secara sosiologik ditandai dengan intensifnya persiapan dalam menyongsong peranannya kelak sebagai seorang dewasa muda.Batasan usia remaja menurut WHO antara usia 10 dan 19 tahun. Masa remaja sering dianggap sebagai kelompok yang sehat. Namun demikian, banyak remaja yang meninggal prematur akibat kecelakaan, bunuh diri, kekerasan, komplikasi terkait kehamilan dan penyakit lainnya yang baik dicegah ataupun diobati. Banyak lagi menderita penyakit kronis dan kecacatan. Selain itu, banyak penyakit serius di masa dewasa yang memiliki akar permasalahan pada masa remaja. Sebagai contoh, penggunaan tembakau, penyakit infeksi menular seksual termasuk HIV, makan yang buruk dan kebiasaan olahraga yang menyebabkan sakit atau kematian dini di kemudian hari.52.1.2 Fisiologi remajaDalam mencoba membahas masa remaja, kebanyakan orang dewasa cenderung bingung dalam mengartikan istilah remaja dan pubertas, dan menggunakan kedua istilah tersebut sebagai sinonim. Namun, pubertas mengacu pada perubahan fisiologis yang terlibat dalam pematangan seksual anak, serta perubahan fungsi tubuh lainnya yang mungkin terjadi selama periode ini. Masa remaja mengacu pada tahap perubahan dari masa pubertas hingga dewasa. Masa remaja dimulai pada umur 13-18 tahun, namun pubertas memutuskan mulainya masa remaja itu sendiri. Oleh karena itu pada beberapa anak-anak, masa remaja dapat terjadi secara yaitu pada umur sembilan tahun. Selama periode waktu ini anak memiliki banyak keprihatinan atas tubuhnya seperti obesitas, pematangan awal atau terlambat (menstruasi).6

2.1.3 Kecenderungan konsumsi junk food pada remajaPengetahuan informan mengenai definisi fast food, kandungan, dan dampak yang ditimbulkannya sudah cukup baik. Mereka menyadari bahwa salah satu dampaknya adalah obesitas. Namun meskipun demikian, mereka tetap gemar mengkonsumsinya, bahkan ada yang sangat gemar. Frekuensi kunjungan ke restoran oleh sebagian besar dari mereka, yaitu 1 kali seminggu, adalah salah satu yang bisa menunjukkan hal tersebut. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Thaha (1991)7, bahwa masalah gizi lebih jelas merupakan masalah perilaku konsumsi yang keliru, yang disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan kesadaran gizi masyarakat. Namun, walaupun pengetahuan merupakan bagian dari kawasan perilaku, tetapi tidak menjamin bahwa seseorang dengan pengetahuan cukup memiliki perilaku yangsama. Menyangkut masalah nilai, sebagian informan mengatakan, mengkonsumsi makanan ini akan menaikkan gengsi mereka. Pendapat yang serupa telah dikemukakan pula oleh Alimuddin (1991)8, yang mengatakan bahwa kecenderungan penduduk kota menilai makan di restoran fast food memiliki nilai sosial atau gengsi tersendiri, yang mampu mengangkat kesan akan status dirinya.

2.1.3.1 Faktor Pendukung (Enabling Factor)Faktor pendukung bisa terwujud pada iklan-iklan yang ditayangkan lewat media massa. Termasuk dalam hal ini, pihak industri fast food, yang terus berusaha menarik minat khalayak dengan memproduksi berbagai iklan, baik lewat media cetak maupun media massa, memuat pesan bahwa mengkonsumsi fast food bersama dengan keluarga dan teman-teman adalah menyenangkan, selain rasa yang memuaskan, tentu juga karena harga yang terjangkau. Inilah yang diminati para informan, terlebih di waktu-waktu tertentu, saat restoran mengadakan promo.9 Begitupun iklan telah memainkan peran yang tidak sedikit dengan bujukan dan rayuannya yang dilancarkan secara terus-menerus guna mestimuli budaya konsumsi masyarakat. Selain karena iklan, banyak faktor pendukung yang berasal dari restoran itu sendiri yang membuat informan tertarik, seperti letak restoran yang mudah dijangkau oleh kendaraan umum, tempat dan suasana yang nyaman, pelayanan yang ramah, serta berada di dalam mall yang memiliki fasilitas lengkap. Sikap untuk setuju-tidak setuju, suka tidak suka, tergantung dari subyek atau obyek itu sendiri, yang kurang lebih bersifat permanen.Termasuk dalam hal ini, banyak faktor yang membuat informan menyukai restoran fast food di mall ini.10

2.2 Obesitas2.2.1 Definisi Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat mengganggu kesehatan. Seseorang yang dikatakan obesitas apabila terjadi pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka.Angka kejadian obesitas meningkat dengan pesat akibat pola hidup tidak aktif. Energi dari aktivitas fisik sehari-hari yang digunakan berkurang seiring globalisasi dan akibat dari kemajuan teknologi. Dengan adanya fasilitas seperti transportasi bermotor, elevator, lift, pendingin ruangan, dan pemanas ruangan sehingga energi untuk bergerak digunakan lebih sedikit. Aktivitas fisik yang minimal pada waktu luang seperti menonton televisi dan bermain video games pada anak-anak meningkatkan angka kejadian obesitas. Obesitas dianggap sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan prevalensi hipertensi, intoleransi glukosa, dan penyakit jantung koroner aterosklerotik pada pasien-pasien yang obese. Berdasarkan data WHO, terdapat 1,6 miliar orang dewasa yang memiliki berat badan berlebih (overweight) dan 400 juta diantaranya mengalami obesitas atau kegemukan.11 Menurut data dari American Heart Association (AHA) pada tahun 2013, terdapat 23,9 juta anak di Amerika yang berumur 2-19 tahun sebagai penyandang overweight dan obese. Sekitar satu pertiga (32,9%) atau 72 juta orang dewasa warga negara Amerika Serikat adalah obese.12 Sedangkan di Indonesia, prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas lebih banyak diderita oleh perempuan. Laki-laki memiliki prevalensi 16,3 sedangkan perempuan memiliki prevalensi 26,9. Sementara untuk prevalensi kurus sebesar 12,6. Dan prevalensi normal sebesar 65,8.3

2.2.2 EtiologiBanyak hal yang dapat menyebabkan seseorang memiliki berat badan berlebih atau obesitas.13 Di antaranya adalah: 1. Ketidakseimbangan antara asupan kalori dari makanan dengan penggunaan kalori sebagai energi pada aktivitas fisik.2. Lingkungan tempat tinggal dan tempat bekerja.3. Faktor genetik Prader-Willi syndrome Pseudohypoparathyroidism Laurence-Moon-Biedl (Bardet-Biedl) syndrome Cohen syndrome Down syndrome Turner syndrome4. Gangguan hormonal Growth hormone deficiency Growth hormone resistance Hypothyroidism Leptin deficiency or resistance to leptin action Glucocorticoid excess (Cushing syndrome) Precocious puberty Polycystic ovary syndrome (PCOS) Prolactin-secreting tumors5. Faktor lain seperti obat-obatan. Contoh pada orang yang menggunakan steroid jangka panjang akan mengalami penambahan berat badan. Obat-obat lainnya diantaranya : Cortisol and other glucocorticoids Megace Sulfonylureas Tricyclic antidepressants (TCAs) Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), such as phenelzine Oral contraceptives Insulin (in excessive doses) Thiazolidinediones Risperidone Clozapine6. Gangguan jalur hormone Ghrelin yang meningkatkan nafsu makan dan leptin yang mengurangi asupan energi (makanan) dan meningkatkan keluaran energi.7. Resistensi insulin, dislipidemi, dam hipertensi8. Durasi tidur, menurut penelitian makin lama tidur sejalan dengan meningkatnya cadangan lemak tubuh.14Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh beberapa ahli fisiologi, di mana salah satu faktor yang dapat menyebabkan kegemukan adalah dikarenakan kurangnya olahraga. Faktor-faktor lainnya adalah karena gangguan emosi dengan makan berlebihan yang menggantikan rasa puas lainnya, pembentukan sel-sel lemak dalam jumlah berlebihan akibat pemberian makan yang berlebihan pada saat usia anak-anak, gangguan endokrin tertentu seperti hipotiroidisme, gangguan pusat pengatur kenyak-selera makan (satiety-apetite centre) di hipotalamus dan kelezatan makanan yang tersedia. Selain itu makanan yang dimakan sebelum tidur lebih besar kemungkinannya akan disimpan sebagai cadangan makanan atau biasa disebut glikogen. Dalam hal ini, makanan yang dimakan sebelum tidur lebih menyebabkan seseorang menjadi gemuk jika dibandingkan dengan makanan yang dimakan lebih awal.152.2.3 Patofisiologi Obesitas merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara asupan energi (dalam bentuk makanan) dan keluaran energi oleh seseorang, sehingga kelebihan asupan energi akan disimpan dalam tubuh berbentuk jaringan lemak (jaringan adiposa). Keseimbangan energi tersebut diatur oleh sebuah sistem kontrol tubuh, lipostat, yang dapat mendeteksi kuantitas energi yang disimpan di jaringan lemak. Gen yang diduga berhubungan dengan kejadian obesitas adalah gen yang mengatur komponen molekular dari sistem fisiologis yang mengatur keseimbangan energi tersebut. Gen yang berperan penting dalam sistem homeostasis energi adalah gen LEP dan produknya, leptin. Leptin yang disekresikan adiposit mengatur kedua proses keseimbangan energi (asupan dan keluaran). Efek leptin sendiri adalah untuk mengurangi asupan energi (makanan) dan meningkatkan keluaran energi.16Secara garis besar, sistem pengaturan homeostasis energi tersebut dapat dibagi menjadi tiga komponen, yaitu:1. Sistem aferen, yang menghasilkan sinyal dari berbagai lokasi. Komponen utamanya adalah leptin (dari jaringan adiposa), insulin (pankreas), ghrelin (lambung), dan peptida YY (ileum dan kolon). Leptin mengurangi asupan makanan, sementara ghrelin malah meningkatkan nafsu makan (bekerja sebagai sinyal inisiasi makanan). Peptida YY sendiri bekerja sebagai sinyal untuk menginisiasi rasa haus.2. Sistem pemroses pada hipotalamus, yaitu sistem melanokortin sentral, yang mengintegrasikan sinyal-sinyal berbeda dari sistem aferen dan menghasilkan sinyal eferen sebagai jawabannya.3. Sistem eferen yang membawa sinyal dari hipotalamus tersebut untuk dilaksanakanMekanisme leptin sendiri belum diketahui dengan jelas. Dengan mekanisme yang belum diketahui, leptin disekresikan saat terjadi penumpukan lemak di jaringan adiposa secara berlebihan. Leptin akan dibawa sampai hipotalamus dan berikatan pada dua reseptor, yaitu :1. Reseptor yang menyintesis neuropeptida oreksigenik (perangsang makan). Neuropeptida tersebut adalah neuropeptida Y (NPY) dan agouti-related protein (AgRP). Pada reseptor ini leptin akan bersifat sebagai inhibitor2. Reseptor yang menyintesis neuropeptida anoreksigenik. Peptida tersebut adalah alpha-melanocyte-stimulating hormone (-MSH) dan cocaine and amphetamine-related transcript (CART). Pada reseptor ini, leptin akan bersifat sebagai stimulator.Leptin juga meregulasi pengeluaran energi melalui jalur khusus, dimana peningkatan kadar leptin akan menyebabkan peningkatan aktivitas tubuh, produksi panas, dan pengeluaran energi. Leptin akan memediasi proses thermogenesis, dimana sekresi norepinefrin akan ditingkatkan, sehingga hidrolisis asam lemak dan produksi energi meningkat.Mutasi pada gen yang mengatur sistem melanokortin sentral diatas dapat menyebabkan obesitas. Sebagai contoh, tikus yang tidak memproduksi leptin akan terus makan dan bertambah berat badannya. Akan tetapi mutasi ini jarang sekali terjadi. Oleh karena itu, obesitas bukan saja disebabkan oleh genetik, akan tetapi dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan, terutama kebiasaan makan yang buruk (konsumsi makanan tidak seimbang atau mengemil berlebihan).172.2.4 Gejala klinikObesitas berkaitan tidak hanya dengan berat badan total, namun juga distribusi lemak yang tersimpan di dalam tubuh. Secara klinis obesitas dapat dengan mudah dikenali antara lain:181. Wajah membulat2. Pipi tembam3. Dagu rangkap4. Leher relatif pendek5. Dada membusung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan lemak6. Perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat7. Kedua tungkai berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan. Akibatnya, dapat terjadi laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau yang kurang sedap.8. Pada anak laki-laki, penis tampak kecil karena tersembunyi jaringan lemak suprapubik (burried penis).

2.2.5 Dampak ObesitasDampak obesitas pada remaja dapat terjadi dalam jangka pendek maupun jangka panjang, diantaranya :131. Gangguan psikososial, rasa rendah diri, depresif dan menarik diri dari lingkungan. Hal ini dikarenakan anak obese sering menjadi bahan olok-olokan teman sebayanya. Dapat pula karena ketidakmampuan untuk melaksanakan suatu tugas atau kegiatan terutama olahraga akibat adanya hambatan pergerakan oleh karena kegemukannya.2. Obstructive sleep apnea (OSA) atau henti napas saat tidur. Kondisi ini terjadi karena jaringan lemak di belakang tenggorokan cukup tebal. Di saat tidur, lidah akan jatuh ke belakang mengakibatkan anak mendengkur bahkan suka gelagapan. Anak dengan OSA ini akan menyebabkan pertumbuhan anak tidak bagus dan prestasi sekolah menurun. 3. Bisa menimbulkan masalah dengan jantung. sekitar 80-90 persen anak gemuk memiliki kadar kolesterol yang sudah tinggi. 4. Pubertas datang lebih dini. Kalau pubertas pada anak datang lebih dulu, maka pubertas ini bisa berakhir dengan lebih dini pula. 5. Terjadi perlemakan hati. 6. Timbul iritasi bahkan jamur di paha bagian dalam. Anak yang gemuk akan mengalami masalah tersebut. Sebabnya, ketika berjalan, kedua paha mereka akan bergesekan yang bisa menimbulkan lecet, iritasi, bahkan jamur. Tidak hanya itu saja, cara jalan mereka akan terganggu akibat paha yang bergesekan tersebut sehingga cara jalan perlu dibetulkan.7. Muncul polycystic ovary syndrome (PCOS) pada anak perempuan. Hal ini membuat anak mengalami menstruasi yang tidak teratur, tumbuh banyak rambut, dan seperti ada kumis.8. Risiko diabetes melitus 2. Anak gemuk bisa mengalami resistensi insulin dan diabetes melitus tipe 2. Sebagai gambaran saja, dalam lima tahun terakhir, anak dengan diabetes melitus meningkat di Indonesia. 9. Slipped capital femoral epiphysis. Masalah ortopedi akibat beban tubuh yang terlalu berat.

2.2.6 Cara Menentukan ObesitasObesitas berkaitan tidak hanya dengan berat badan total, namun jugadistribusi lemak yang tersimpan di dalam tubuh. Berdasarkan gejala klinis sudah dijelaskan diatas untuk menentukan obesitas dan dapat pula ditentukan dengan cara lain, diantaranya :a. Mengukur dan menghubungkan berat badan dengan tinggi badan menggunakan Body Mass Index (BMI).b. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit.c. Variasi lingkar badan, biasanya merupakan rasio dari pinggang dan panggul.Untuk menentukan seseorang menderita obesitas atau tidak, cara yang paling banyak digunakan adalah Body Mass Index (BMI). BMI ditunjukkan dengan perhitungan kilogram per meter kuadrat (kg/m2), berkorelasi dengan lemak yang terdapat dalam tubuh. Rumus menentukan BMI adalah:

Berat badan (kg)BMI =[Tinggi Badan (m)] 2

Klasifikasi Obesitas untuk orang dewasa menurut kriteria Asia Pasifik tertuang pada tabel 2.1.Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan Lebih dan Obesitas Pada Orang DewasaBerdasarkan IMT dan Lingkar Perut Menurut Kriteria Asia Pasifik.19

Klasifikasi IMT (kg/m2)Underweight < 18,5Normal 18,5-22,9Overweight > 23,0-24,9Obesitas I 25,0-29,9Obesitas II > 30,0

Untuk anak-anak pada masa tumbuh kembang, penentuan obesitas ditentukan menggunakan grafik CDC 2000. Dengan memasukkan data ke grafik, dapat ditentukan posisi persentilnya. Untuk persentil 86-94 dikategorikan dalam overweight dan untuk persentil > 95 dikategorikan dalam obesitas.1,2 Grafik CDC 2000 dapat dilihat pada gambar 2.1 dan 2.2.20

Gambar 2.1 Grafik penentuan IMT berdasarkan usia CDC 2000 untuk anak laki-lakiusia 2 20 tahun. 20

Gambar 2.2 Grafik penentuan IMT berdasarkan usia CDC 2000 untuk anakperempuan usia 2 20 tahun.20

2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas2.3.1 Frekuensi konsumsi junkfoodDitemukan bahwa adanya hubungan junk food (French fries dan hot dog) yang dikonsumsi dengan kejadian obesitas. Adanya kecenderungan mengkonsumsi junk food pada anak dan remaja di perkotaan di Indonesia sebagaimana yang dilaporkan bahwa 15 20% remaja di 6 kota besar di Indonesia mengkonsumsi junk food setiap hari dan > 60% anak pra sekolah (TK) di Jakarta mengkonsumsi junk food 1 6 kali per minggu.Ditemukan juga faktor risiko obesitas dengan konsumsi daging dapat meningkatkan kejadian obesitas sebesar 1,7 kali. Konsumsi daging tersebut hamper sama dengan konsumsi junk food karena sebagian besar junk food yang dikonsumsi adalah bersumber dari daging, terutama daging ayam. Begitu juga remaja obes 2- 3 kali lebih sering mengkonsumsi junk food seperti Mc Donald, Kentucky Fried chicken, pizza dan sebagainya.2.3.2 Aktivitas olah ragaObesitas dapat pula disebabkan kurangnya aktivitas, karena terjadi pemakaian energy yang kurang. Aktivitas fisik diperlukan untuk membakar energi di dalam tubuh. Bila pemasukan energi kelebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang seimbang akan memudahkan seseorang untuk menjadi gemuk.Orang obes atau gemuk biasanya mempunyai aktivitas yang kurang disbanding orang-orang yang ramping. Akan tetapi hubungan tersebut tidak bias menggambarkan adanya hubungan sebab-akibat dan sulit untuk menentukan apakah orang obes mempunyai aktivitas fisik kurang oleh karena obesitasnya atau aktifitas fisik yang kurang menjadikan mereka obes.Seperti diketahui, tiap orang memerlukan masukan tenaga untuk memenuhi kebutuhan tenaga basal dan tenaga untuk aktifitas fisik. Kebutuhan tanaga basal sangat beragam antar individu. Demikian pula kebutuhan tenaga untuk aktifitas juga beragam tergantung aktifitas seseorang.Seperti yang ditegaskan bahwa olah raga yang baik dilakukan dengan melihat intensitas latihan (frekuensi dan lama latihan). Aktivitas fisik/olah raga dengan durasi waktu 60 menit atau lebih per hari sangat membantu untuk mempertahankan kesehatan fisik. Berkaitan dengan hal tersebut juga dilakukan pengkategorian olah raga sebagai berikut :1. Latihan aerobik seperti bersepeda ataupun bermain rollerblade/skateboard.2. Latihan kekuatan otot seperti push-ups, sit-ups, dan pull-ups.3. Latihan kekuatan tulang seperti running, jumping, dan sepak bolaKetiga kategori tersebut minimal harus dilakukan 3 kali per minggu sebagai bagian dari 60 menit/ lebih dari aktivitas fisik per hari.21,22

2.3.3 UmurUmur sebagai faktor internal dari anak akan berpengaruh terhadap status gizi. Obesitas paling sering terjadi pada tahun-tahun pertama kehidupan pada umur 5-6 tahun dan pada masa remaja.Meskipun dapat terjadi pada semua umur, obesitas sering dianggap sebagai kelainan pada umur pertengahan. Obesitas yang muncul pada tahun pertama kehidupan biasanya disertai dengan perkembangan rangka yang cepat, dan anak menjadi besar untuk umurnya. Anak-anak yang mengalami obesitas cenderung menjadi orang dewasa yang juga obes.2.3.4 Tingkat Pendidikan ibuTingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap pemilihan kuantitas dan kualitas makanan yang dikonsumsi oleh anaknya. Semakin tinggi tinggi tingkat pendidikan ibu, pengetahuan tentang gizi semakin baik. Pengetahuan gizi yang baik akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan keluarga karena pengetahuan gizi mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan kebiasaan makan seseorang. Pengetahuan gizi akan mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi.Dalam penelitian ditemukan bahwa pendidikan orang tua yang rendah dapat meningkatkan terjadinya obesitas pada anak (OR=2.64). Hal ini disebabkan perbedaan pandangan tentang makanan modern di Indonesia dan di Amerika.Dan menurut penelitian lain pun ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi lebih.42.3.5 Pendapatan orang tuaTerdapat kecenderungan dengan meningkatnya pendapatan nasional, makin tinggi pula prevalensi obesitas. Dikatakan juga bahwa faktor sosial ekonomi berhubungan dengan keadaan gizi seseorang. Salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas dan kuantitas makanan adalah pendapatan.Tingkat pendapatan orangtua sangat berpengaruh terhadap konsumsi energy. Orangtua yang mempunyai pendapatan perbulan tinggi akan mempunyai daya beli yang tinggi pula, sehingga memberikan peluang yang lebih besar untuk memilih berbagai jenis makanan. Adanya peluang tersebut mengakibatkan pemilihan jenis dan jumlah makanan tidak lagi didasarkan pada kebutuhan dan pertimbangan kesehatan, tetapi lebih mengarah kepada prestise dan rasa makanan yang enak, termasuk junk food. Biasanya, makanan yang enak cenderung mengandung protein dan lemak yang tinggi, sehingga pada akhirnyaakan berdampak pada konsumsi energy yang berasal dari lemak serta protein yang tinggi. Tingginya konsumsi energi terutama yang berasal dari lemak akan berpengaruh terhadap terjadinya obesitas.Hal yang berbeda terjadi di Amerika bahwa pendapatan keluarga yang rendah merupakan prediktor terjadinya obesitas pada anak (OR=2,91). Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan harga dari makanan junk food (modern) di Indonesia dengan di Amerika, dimana makanan junk food (modern) di Indonesia dijual dengan harga yang cukup mahal dan merupakan makanan yang mempunyai prestise yang tinggi. Sedangkan di Amerika junk food dijual murah sehingga terjangkau oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah.42.3.6 Status pekerjaan ibuPekerjaan orang tua diduga berperan dalam kaitanyya pada pola pemberian dan pengurusan makanan dalam keluarga adalah seorang ibu. Ada pendapat yang mengatakan status pekerjaan ibu dapat mempengaruhi perilaku anak dalam makan. Disebutkan juga bahwa ada perbedaan dalam pembentukan kebiasaan makan bagi anak-anak apabila ibu mereka sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai pencari nafkah. Seorang ibu yang mencari nafkah keluar rumah akan tersita waktunya dalam menyiapkan dan memberikan makan kepada anak sehingga diserahkan kepada orang lain.Apabila pengawasan anak diserahkan kepada orang lain bila ibu bekerja, di mana biasanya mereka cenderung memberikan makanan yang berlebihan. Hal ini dilakukan sebagai kompensasi dari rasa bersalah ibu terhadap anak dan kesibukannya.2.3.7 Jenis kelaminJenis kelamin tampaknya juga ikut berperan dalam timbulnya obesitas. Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi obesitas lebih umum dijumpai pada wanita yang disebabkan oleh pengatur faktor endokrin, karena kondisi ini muncul pada saat-saat adanya perubahan hormonal tersebut di atas.Keadaan gizi anak perempuan lebih baik dibandingkan anak laki-laki. Perbedaan prevalensi antara kedua jenis kelamin belum bias dijelaskan secara pasti, apakah karena faktor genetic atau perbedaan dalam hal perawatan jumlah pemberian makan.2.3.8 Pengetahuan ibuPengetahuan kesehatan dan gizi merupakan faktor yang menonjol dalam mempengaruhi pola konsumsi makanan.Dalam hubungannya dengan obesitas, pengetahuan gizi ibu turut menentukan dalam pemilihan jenis makanan yang kaya energy. Jika jenis makanan kaya energi yang dipilih untuk disajikan di rumah tangga cukup besar, maka energi masuk dalam tubuh akan meningkat dan akhirnya jika berlebihan akan menimbulkan obesitas.42.3.9 Faktor keturunanFaktor keturunan merupakan salah satu faktor yang juga berperan dalam timbulnya obesitas.Telah lama diamati bahwa anak-anak yang obesitas umumnya berasal dari keluarga dengan orang tua obesitas. Bila salah satu orang tua obes, kurang lebih 40% anak-anaknya akan menjadi obesitas pula, sedangkan bila kedua orang tua obesitas, maka 80% anak-anaknya akan menjadi obesitas.13

2.3.10 Faktor HormonalGizi lebih atau obesitas dapat disebabkan oleh beberapa penyakit endokrin. Penyakit tersebut antara lain adalah penurunan fungsi kelenjar tiroid dan sel pancreas yang mengeluarkan banyak insulin.Pada anak-anak dengan hiperfungsi kelenjar adrenal dengan sekresi kortisol yang berlebihan, obesitas mungkin merupakan salah satu keluhan pertama.13

2.4 Kerangka teoriFrekuensi konsumsi makanan junk foodObesitas

Aktivitas olahragaKarakteristik anakUmur Jenis kelaminKarakteristik orang tuaTingkat pendidikan ibuPendapatan orang tuaStatus pekerjaan ibuPengetahuan ibuFaktor keturunanFaktor hormonal

Gambar 2.3 Kerangka teori.

2.4 Ringkasan pustakaTabel 2.2 Ringkasan pustaka.III

PenelitiErdiawati Arief, Aminuddin Syam, dan Djunaedi M Dachlan.23Kartika Suryaputra dan Siti Rahayu Nadhiroh.24

Lokasi PenelitianRestoran Fast Food (KFC & Dunkin Donuts), di Makassar Town Square.SMAK Santa Agnes Surabaya.

Studi desainPenelitian KualitatifCross-sectional

Subjek studiInforman biasa = 13 Remaja, Informan kunci = 3 orang (2 orang manajer resto dan 1 orang guru BK).20 Remaja obesitas dan 20 remaja non obesitas.

Variabel yang ditelitiFaktor predisposisi, pendukung, dan pemguat.Var. Tergantung = Obesitas remaja, Var.Bebas = Pengetahuan gizi, frekuensi konsumsi fast food, pengeluaran uang jajan, aktivitas fisik, dan parental fatness.

Lama waktu studi4-6 bulan4-6 bulan

Hasil- Fx. Predisposisi : kegemaran & nilai gengsi tinggi.- Fx. Pendukung : Promosi yang gencar. - Fx. Penguat : Peran teman sebaya & harga yang tidak begitu mahal.- Pengetahuan gizi : obes < non obes. - Pengeluaran uang jajan : obes > non obes. - Frekuensi konsumsi fast food : obes > non obes. - Aktivitas fisik : - obes > non obes. - Parental fatness : obes > non obes.

BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep Berdasarkan tinjauan di BAB II, maka dapat dibangun kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan hubungan variabel bebas, variabel penggangu dan variabel tergantung. Secara skematis kerangka konsep tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Frekuensi konsumsi makananObesitas junk food

Aktivitas olah ragaKarakteristik anakUmur & Jenis kelaminKarakteristik orang tuaTingkat pendidikan ibuPendapatan orang tuaStatus pekerjaan ibuGambar 3.1 Kerangka konsep.

3.2 Variabel penelitianVariabel penelitian di sini terdiri dari variabel bebas adalah frekuensi konsumsi junk food, variabel penggangu antara lain, aktivitas oleh raga, dari karakteristik anak : umur, dan dari karakteristik orang tua : tingkat pendidikan ibu, pendapatan orang tua, dan status pekerjaan ibu, sedangkan pada variabel tergantung adalah obesitas pada remaja di SMP Negeri 1 Tangerang.3.3 Definisi operasionalTabel 3.1 Definisi operasional.NoNama variabelDefinisi operasionalCara ukurAlat ukurHasil ukurskala

1ObesitasStatus gizi remaja yang diukur berdasarkan IMT/BMI yang disesuaikan dengan kriteria Asia Pasifik.19Penimbangan berat badan tanpa alas kaki dan mengukur tinggi badan.Timbangan injak dengan tingkat ketelitian 0,1 kg dan rol meter.Normal dan ObesitasOrdinal

2Frekuensi konsumsi junk foodFrekuensi konsumsi junk food yang merupakan gabungan dari Fried chicken, Hamburger, Donat, Pizza, Spaghety, dll yang dikonsumsi remaja dalam 1 bulan terakhir.2 Dikategorikan menjadi Sering, jika responden mengkonsumsi 3 - > 4x/mgg, Jarang, jika responden mengkonsumsi 1 - 2x/mgg, dan Tidak PernahWawancaraKuesionerSering, Jarang, dan Tidak pernahOrdinal

3Aktivitas olah ragaBentuk aktivitas fisik yang direncanakan dengan terprogram baik dalam gerakan maupun waktu. Dikategorikan menjadi :- Rendah < 60 menit/hari.- Optimal 60 menit/hari.21,22WawancaraKuesioner- Rendah- OptimalOrdinal

4UmurLama hidup responden sejak lahir hingga ulang tahun terakhir. Dikategorikan menjadi : < 13 thn, 13-15 thn, >15 thn.WawancaraKuesioner < 13 thn, 13-15 thn, >15 thn.Ordinal

5Tingkat pendidikan ibuTingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh ibu dari responden. Dikategorikan menjadi : - Rendah (TS, SD, SMP, SMA), - Tinggi (Akademi, PT)Form kuesioner yang diisi sendiri oleh orang tuaKuesionerRendah dan TinggiOrdinal

6Pendapatan orang tuaPendapatan orang tua per bulan. Dikategorikan menjadi :- Rendah < 5 juta- Sedang 5-10 Juta- Tinggi > 10 Juta Form kuesioner yang diisi sendiri oleh orang tuaKuesionerRendah, Sedang, dan TinggiOrdinal

7Status pekerjaan ibuKegiatan yang dilakukan oleh ibu responden untuk menghasilkan uang. Dikategorikan menjadi : - Bekerja , - Tidak bekerjaForm kuesioner yang diisi sendiri oleh orang tuaKuesionerBekerja dan Tidak bekerjaOrdinal

BAB IVMETODE PENELITIAN

4.1 DesainDesain penelitian yang digunakan adalah desain kasus kontrol. Dipilihnya desain studi ini karena sesuai untuk kasus yang jarang terjadi seperti obesitas dan digunakan untuk menilai berapa besar peran faktor risiko yang diduga mempunyai hubungan erat terhadap kejadian yang ingin di teliti, yang terjadi di masyarakat.4.1.1 Kriteria kasus adalah :Remaja dengan IMT/BMI 25 kg/m2 yang bersekolah di SMP Negeri 1 Tangerang, tahun 2013.4.1.2 Kriteria kontrol adalah : Remaja yang mempunyai berat badan normal atau kurang dari normal dengan IMT/BMI < 23 kg/m2 yang bersekolah di SMP Negeri 1 Tangerang, tahun 2013.4.2 Lokasi dan waktu penelitian4.2.1 LokasiPenelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Tangerang, Jl. Daan Mogot, Kota Tangerang.4.2.2 Waktu penelitianPenelitian dilaksanakan pada bulan Oktober November tahun 2013.4.3 Populasi dan sampel penelitian4.3.1 PopulasiYang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah diambil dari jumlah seluruh siswa yang duduk di kelas VII IX di SMP Negeri 1 Tangerang tahun 2013 dengan jumlah seluruh murid yaitu 951 (N).4.3.2 SampelPada penelitian ini sampel yang diambil yaitu sebagian anak dengan obesitas (kasus) dan sebagaian anak BMI normal atau kurang dari normal (kontrol) dengan jumlah dan kategori jenis kelamin yang sama (1:1) di SMP Negeri 1 Tangerang kelas VII IX, tahun 2013. Dan besar sampel ditentukan dengan rumus populasi infinit dan populasi finit.4.3.2.1 Populasi infinitn = Z2 x p x q / d2

n = besar sampel optimal yang dibutuhkan z = pada tingkat kemaknaan 95% besarnya 1,96 p = prevalensi yang menderita penyakit/peristiwa yang diteliti (p = 4,7% berdasarkan penelitian sebelumnya) q = prevalensi yang tidak menderita penyakit/ peristiwa yang diteliti = 1 - p d = akurasi dari ketepatan pengukuran

n = (1,96) x 4,7% x (1 - 4,7%) / dn = 3,8416 x 0,047 x 0,953 / 0,0025n = 0,1720,0025n = 68,827 (67)Jadi berdasarkan rumus populasi infinit besar sampel yang diperlukan studi sebanyak 67 murid remaja dan akan dilanjutkan ke populasi finit.4.3.2.2 Populasi finitn = n0 /(1 + n0/N) n= besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit n0 = besar sampel dari populasi yang infinit N = besar sampel populasi finit n = 67 / (1 + 67/951)n = 67 1,07045n = 62,59 (63)Jadi besar sampel minimal yang dibutuhkan studi sebanyak 63 murid remaja.Dan perkiraan akan terjadinya drop out sebanyak 15% :n =63 + (15% x 63)n = 63 + 9n = 72 murid remajaJadi berdasarkan rumus populasi infinit, populasi finit, dan perkiraan drop out didapatkan jumlah sampel penelitian adalah 72 murid SMP Negeri 1 Tangerang.4.4 Bahan dan Instrumen PenelitianBahan dan instrument yang digunakan untuk pengumpulan data oleh peneliti yaitu menggunakan timbangan berat badan injak (dengan ketelitian 0,1kg) dan peneliti juga mengukur tinggi badan responden dengan rol meter. Data tentang demografi anak, status sosial ekonomi orang tua, aktivitas responden serta data konsumsi junk food dalam 1 minggu diperoleh melalui pengisian kuesioner terstruktur. 4.5 Analisis dataAnalisis data yang dilakukan meliputi :4.5.1 Analisa univariatAnalisa univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti dengan menggunakan rumus :XF = x 100%NKeterangan :X : Jumlah yang didapatN : Jumlah populasi4.5.2 Analisis bivariat Analisis bivariat adalah tabel silang dua variabel yaitu variabel dependen (tergantung), variabel independen (bebas), dan variabel pengganggu (perancu). Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel tergantung dengan variabel bebas dan variabel pengganggu. Uji statistic yang digunakan adalah kai kuadrat dengan menggunakan derajat kepercayaan 95% dengan = 0,05. Bila X hitung kurang dari X table maka Ha ditolak, artinya tidak ada hubungan. Bila X hitung lebih dari X table maka Ha diterima, artinya ada hubungan.Rumus kai kuadrat yang digunakan yaitu :(O E)X = EKeterangan :X : Kai kuadratO : Observasi (frekuensi teramati dari sel baris kolom)E : Expected (frekuensi harapan dari baris dan kolom)dF = (k-1)(b-1)keterangan :k = kolomb = barisperhitungan dilakukan secara manual.

4.6 Alur kerja penelitian

Remaja SMP

Pengumpulan Data

WawancaraPengukuran Tinggi badan dan Berat Badan Kuesioner

Analisis Data

Gambar 4.1. Alur kerja penelitian

4.7 Etika PenelitianAdalah tata cara permintaan persetujuan yang diajukan oleh peneliti kepada responden agar mau berperan serta dalam penelitian yang dilakukan dengan cara mendatangani lembar informed consent.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mufidah NL. Pola Konsumsi Masyarakat Perkotaan : Studi Deskriptif Pemanfaatan Foodcourt oleh Keluarga. BioKultur, 2012;01(2):159: Surabaya, Indonesia. Antropologi Fisip Universitas Airlangga. Available at: http://journal.unair.ac.id/2. Datar A and Nicosia N. Junk Food in Schools and Childhood Obesity. J Policy Anal Manage. 2012 ; 31(2): 312337. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3667628/pdf/nihms327360.pdf3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Jakarta. 2010.4. Yueniwati, Y dan Rahmawati, A. (2002). Hubungan Karakteristik sosial ibu dengan pengetahuan tentang obesitas pada anak (on line). Available at: www.temopinteraktif.com/medika/arsip5. World Health Organization Young peoples health a challenge for society Report of a Study Group on Young People and Health for All by the Year 2000, Technical Report Series, No 731. Geneva: World Health Organization; 1986. Available at: (Version current at September 8, 2003).6. Lewis J. The Physiological and Psychological Development of the Adolescent. Yale-New Haven Teachers Institute. 1991. Available at: http://www.yale.edu/ynhti/curriculum/units/1991/5/91.05.07.x.html7. Thaha, Razak dan Veni Hadju. Masalah dan Penanggulangan Kegemukan pada Orang Dewasa. Makalah pada Simposium Sehari Kegemukan dan Masalahnya. Makassar: Universitas Hasanuddin; 1999.8. Rizal, Alimuddin. Mencermati Bisnis Makanan Non-tradisional di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi Semarang STIE Stikubang 1999.9. Elfitra. Absurditas Budaya Konsumen di Indonesia. Tersedia di :http://elfitra.multiply.com/journal/?&=&show_interstitial=1&u=%2Fjournal&page_start=0. Diakses pada Desember, 200710. Sarwono, S. W. Psikologi Sosial Individu danTeori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka; 2002.11. World Health Organization. Obesity and overweight. Media centre. Fact sheet No 311 Updated March 2013. Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/12. Gillespie C, Hailpern SM, Heit JA, Howard VJ, Huffman MD, Kissela BM, et all; on behalf of the American Heart Association Statistics Committee and Stroke Statistics Subcommittee. Heart disease and stroke statistics2013 update: a report from the American Heart Association.Circulation.2013;127:e6-e245.13. Schwarz SM; Obesity in Children. Chief Editor: Jatinder Bhatia. Medscape. Updated: Dec 12, 2012. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/985333-overview#aw2aab6b2b214. Joana Arajo, Milton Severo and Elisabete Ramos. Sleep Duration and Adiposity During Adolescence. Pediatrics 2012;130;e1146; originally published online October 1, 2012; DOI: 10.1542/peds.2011-111615. Foster DG, Makris AP, and Bailer BA. Behavioral treatment of obesity. Am J Clin Nutr July 2005 vol. 82 no. 1 230S-235S. Available at: http://ajcn.nutrition.org/content/82/1/230S.full16. Huh S, Rifas-Shiman S, Taveras E, Oken E, Gillman M. Timing of solid food introduction and risk of obesity in preschool-aged children. Pediatrics. Mar 2011;127(3):e544-51.17. Tritos, Nicholas A, Kokkotou, Efi G. The Physiology and Potential Clinical Applications of Ghrelin, a Novel Peptide Hormone. Mayo Clinic Proceedings81.5 (May 2006): 653-6018. Goran MI, Sothern M. Handbook of pediatric obesity: etiology, pathophysiology and prevention. USA: CRC Press, Taylor & Francis Group; 200619. World Health Organization. Appropriate body-mass index for Asian populations and its implications for policy and intervention strategies. The Lancet. 2004;363. Available at: http://www.who.int/nutrition/publications/bmi_asia_strategies.pdf20. Kuczmarski RJ, Ogden CL, Guo SS, et al. 2000 CDC growth charts for the United States: Methods and development. National Center for Health Statistics.Vital Health Stat 11(246). 200221. CDC. The Physical Activity Guidelines for Children and Adolescents. Available at: http://www.cdc.gov/healthyyouth/physicalactivity/toolkit/youth_pa_guidelines_communities.pdf22. U.S. Department of Health and Human Services. 2008 Physical Activity Guidelines for Americans. ODPHP Publication No. U0036 October 2008.23. Arief E, Syam A, dan Dachlan DM. Konsumsi fast food remaja di restoran fast food, Makasar Town Square. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, Makassar. 200824. Suryaputra K dan Nadhiroh SR. Perbedaan pola makan dan aktivitas fisik antara remaja obesitas dengan non obesitas. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga. Makara, Kesehatan, 2012;16:45-60.

Lampiran 1Kuesioner Penelitian Hubungan Konsumsi Junk Food dan Obesitas Pada Anak RemajaDi SMP Negeri 1 Tangerang tahun 2013Nomor responden : ..1.1 Karakteristik responden

1. Nama :2. Kelas:3. Jenis kelamin:laki-laki / perempuan (coret salah satu)4. Tempat/tgl lahir:5. Umur:6. Alamat rumah:

No. Telepon:7. Berat Badan: (diukur)8. Tinggi badan: (diukur)

1.2 Identitas orang tua (di isi oleh orang tua responden)IdentitasAyahIbu

Nama

Umur

Tinggi badan (cm)

Berat badan (kg)

Pendidikan Terakhir

Pekerjaan

Pendapatan per bulan (Rp)

Jumlah anak kandung

Jumlah Anggota keluarga yang tinggal di rumah

Keterangan : Pendapatan rata-rata per bulan per keluarga.

1.3 Frekuensi dan jenis konsumsi Junk FoodFormulir frekuensi dan jenis konsumsi Junk FoodNama responden : Tgl wawancara : ...../../..NoJenis MakananFrekuensi Konsumsi Dalam 1 Bulan Terakhir

1-2x/ minggu3-4x/ minggu>4x/ mingguTidak pernah

1Fried Chicken

2Burger/hot dog

3Donat

4Pizza

5Spaghetty

6Ice cream

7Lain-lain.. (tulis disini)

Keterangan : Cek list ( ) untuk memilih jawaban anda pada tabel.1.4 Kegiatan olah raga respondenKegiatan olah raga dalam 1 minggu selama 1 bulan terakhir.1. Berapa lama aktivitas fisik/olahraga yang anda lakukan dalam sehari?a. < 30 menitb. 30 60 menitc. > 60 menitd. Tidak pernah2. Berapa kali anda dalam seminggu melakukan latihan aerobic (seperti bersepeda, rollerblade/skateboard)?a. 1-2x/minggub. 3x/mingguc. >3x/mimggud. Tidak pernah3. Berapa kali anda dalam seminggu melakukan latihan kekuatan otot (seperti push-ups, sit-ups, dan pull-ups)?a. 1-2x/minggub. 3x/mingguc. >3x/mimggud. Tidak pernah4. Berapa kali anda dalam seminggu melakukan latihan kekuatan tulang (seperti running, jumping, sepak bola, dan bola basket)?a. 1-2x/minggub. 3x/mingguc. >3x/mimggud. Tidak pernah

Lampiran 2INFORMED CONSENT

Penjelasan mengenai penelitianPenelitian mengenai hubungan antara konsumsi junk food dan obesitas pada remaja dapat memberikan pengetahuan tentang efek negatif bahaya konsumsi junk food yang berlebihan pada remaja dan orang tua.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada para remaja dan orang tua sehingga dapat mengambil tindakan selanjutnya untuk mencegah perjalanan penyakit sampai ke tahap lebih lanjut.Oleh karena itu kami mengharapkan bapak/ibu/saudara untuk ikut serta dalam penelitian ini. Bila bersedia maka peneliti akan melakukan wawancara dan jika memenuhi persyaratan maka akan dilakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan. Hasil pemeriksaan ini akan diinformasikan kepada bapak/ibu/saudara dan semua hasil pemeriksaan akan dirahasiakan.Bila ada pertanyaan, bapak/ibu/saudara dapat menghubungi peneliti di nomor telepon 085694444068.Bapak/ibu/saudara bebas untuk menolak ikut dalam penelitian ini. Bila bapak/ibu/saudara bersedia ikut dalam penelitian ini kami mohon untuk membubuhkan tanda tangan pada formulir persetujuan di bawah ini.

Jakarta, 2013

( Akbar Fadheli )

FORMULIR PERSETUJUAN

Semua penjelasan di atas telah disampaikan kepada saya dan telah saya pahami. Dengan menandatangani formulir ini saya SETUJU untuk ikut dalam penelitian ini.

Nama peserta penelitian :

Tanda tangan :

Tanggal :

1