Upload
jalu-prianggodo
View
134
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
A. JUDUL
Isolasi dan Identifikasi Fungi Makroskopis di Taman Nasional Gunung Palung,
Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Fungi merupakan suatu kelompok organism yang sangat besar dan dapat
ditemukan di hampir semua relung ekologi. Menurut Hawksworth (1991) diperkirakan
1.500.000 spesies fungi terdapat di dunia dan sampai tahun 1996 bari 69.000 spesies
telah di deskripsi. Sejumlah 200.000 spesies dari 1.500.000 spesies tersebut
diperkirakan ada di Indonesia (Rifai, 1995). Indonesia dipastikan memiliki diversitas
fungi yang sangat tinggi mengingat lingkungannya yang lembab dan suhu tropik yang
mendukung pertumbuhan fungi. Menurut Nga et al (2001), Negara-negara Asia
Tenggara dengan letak geografisnya di daerah tropik dan keadaan iklim yang lembab
serta suhu lingkungan yang kurang lebih sama, harus terus menerus melakukan isolasi,
karakterisasi, dan mengklasifikasi mikroorganisme dari lingkungan masing-masing,
karena sejumlah penelitian telah membuktikan penemuan spesies-spesies baru dari
daerah asia Tenggara.
Fungi merupakan organisme yang tidak berklorofil sehingga fungi tidak dapat
menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada tanaman yang
berklorofil. Oleh karena itu, fungi mengambil zat-zat makanan yang sudah jadi yang
dibuat atau dihasilkan oleh organism lain untuk kebutuhan hidupnya. Sifat
ketergantungan terhadap organisme lain menyebabkan fungi digolongkan sebagai
tumbuhan heterotrofik (Djarijah dan Djarijah, 2001). Menurut Zabel dan Morrel (1992),
sebagai tumbuhan heterotrofik, fungi membutuhkan sumber makanan sebagai substrat,
sumber energi, aktifitas metabolisme, dan nutrisi. Pada umumnya fungi makroskopis
tumbuh pada pohon, kayu yang lapuk, dan seresah.
Kerusakan hutan yang terjadi di Indonesia setiap tahun terus meningkat, termasuk
hutan Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan
Barat. Tidak menutup kemungkinan Indonesia kehilangan jenis fungi yang belum
sempat dikonservasi atau kemungkinan ditemukan jenis baru yang belum teridentifikasi
hingga saat ini. Terdapat beberapa fungi indigenos Indonesia yang hilang karena dibajak
pihak lain untuk pengembangan bioteknologi mikroba di luar Indonesia. Hal tersebut
perlu mendapat perhatian dari semua pihak yang peduli akan pelestarian kekeyaan
diversitas fungi Indonesia. Oleh karena itu, kami ingin meneliti tentang fungi
2
makroskopis yang terdapat di Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang,
Provinsi Kalimantan Barat. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat melakukan
preservasi isolat-isolat fungi Indonesia yang bermanfaat untuk konservasi dan studi
selanjutnya.
C. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja fungi makroskopis (cendawan) yang hidup di Taman
Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat?
2. Apa saja pohon yang menjadi tanaman inang fungi makroskopis
(cendawan) yang hidup di Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang,
Provinsi Kalimantan Barat?
D. TUJUAN
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui fungi makroskopis (cendawan) yang hidup di Taman
Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat
2. Mengetahui pohon yang menjadi tanaman inang fungi makroskopis
(cendawan) yang hidup di Taman Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang,
Provinsi Kalimantan Barat
E. LUARAN YANG DI HARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari program penelitian ini adalah berupa artikel ilmiah
yang memuat informasi mengenai Isolasi dan Identifikasi Fungi Makroskopis di Taman
Nasional Gunung Palung, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat
F. KEGUNAAN PROGRAM
1. Dalam bidang penelitian
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk data awal bagi penelitian
selanjutnya yang akan dilaksanakan pada wilayah Taman Nasional Gunung Palung
baik pada bidang biologi maupun lainnya. Selain itu, isolat yang didapatkan dapat
dijadikan penelitian selanjutnya untuk kebermanfaatan manusia, misalnya untuk uji
anti bakteri.
3
2. Bagi masyarakat umum
Setelah mengetahui keanekaragaman cendawan, diharapkan dapat menggugah
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan di Taman Nasional Gunung Palung dan
meminimalkan perusakan lingkungan yang menjadi habitat cendawan ini.
3. Bagi pihak pemerintah
Dari data ini dapat diambil beberapa kebijakan seperti konservasi lingkungan dan
perlu diterapkan pula kebijakan mengenai konservasi wilayah habitat cendawan dalam
taman nasional ini serta berperan sangat penting dalam kelestarian fungi. Selain itu,
dapat digunakan sebagai data untuk memonitor kondisi lingkungan di dalam taman
nasional dan kawasan sekitarnya.
4. Bagi lembaga sosial masyarakat (LSM) atau Non-Governmental Organitation (NGO)
Terutama yang bergerak dalam bidang lingkungan dapat memanfaatkan data ini
sebagai dasar dalam menentukan arah kebijakan, langkah yang akan diambil, serta
dalam penentuan pola management (pengelolaan) dan penentuan suatu lahan atau area
konservasi dalam usaha konservasi habitat organisme yang menentukan kondisi suatu
kawasan.
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Umum Mengenai Fungi
Fungi merupakan organisme heterotrofik absorbtik yang memerlukan
senyawa organik untuk sumber tenaganya. Fungi dapat hidup pada benda organik
mati maupun organisme hidup. Mereka yang hidup dari bahan organik mati disebut
saprofit dan yang hidup pada organisme hidup disebut parasit. Fungi saprofitik
berperan penting dalam merombak sisa-sisa bahan organik menjadi senyawa-
senyawa yang sederhana dan dapat dimanfaatkan oleh organisme lain. Selain
sebagai perombak (dekomposer), fungi saprofitik juga berperan penting dalam
fermentasi industri, misalnya dalam industri minuman anggur, antibiotik, tape, kecap
dan masih banyak lagi. Sebagai dekomposer, fungi juga merugikan manusia jika
bahan organik yang dirombak merupakan bahan yang kita butuhkan, misalnya: kayu,
tekstil, makanan, produk pasca panen pertanian dan bahan-bahan lain.
Jamur memerlukan kelembaban yang tinggi. Selain itu, jamur memerlukan
persediaan bahan organik dan oksigen untuk pertumbuhannya, meskipun akan
tumbuh terbaik pada suhu sekitar suhu kamar (20 – 320C). Kebanyakan jamur
4
bersifat saprofit atau hidup dari bahan organik mati, lingkungan mengandung gula
dan tidak asam.
Mekanisme reproduksi jamur disebut pembentukan spora. Spora jamur harus
dipikirkan sebagai sesuatu yang analog dengan biji pada tumbuhan yaitu sebagai alat
pertumbuhan, meskipun semua bagian jamur mampu tumbuh. Spora jamur dapat
terbentuk karena proses perkawinan (seksual) maupun tidak (aseksual). Spora
seksual diproduksi dengan terjadinya peleburan (fusi) dua sel, sedangkan spora
aseksual dibentuk oleh satu sel tanpa adanya pembuahan (fertilisasi) oleh individu
kedua. Berdasarkan jumlah sel per individunya, jamur dibedakan menjadi dua
golongan, yakni : jamur satu sel atau khamir (yeast) dan jamur benang atau hanya
disebut jamur saja (Bambang Purnomo, 2005).
Sejumlah besar fungi dapat ditemukan pada kayu dan menyebabkan
kerusakan berupa pelapukan kayu. Fungi tersebut mempunyai aktifitas selulolitik
yang sangat kuat. Hidupnya bisa pada kayu dari pohon yang masih hidup, maupun
pada kayu yang sudah mati. Sebagian besar diantaranya tergolong di dalam
basidiomycota (Indrawati Gandjar, 2006).
Menurut Charlile dan Whatkinson (1994), ada ascomycetes yang hanya bias
tumbuh pada kayu untuk mendapatkan nutrien. Fungi kayu terutama mendegradasi
lignin dan selulosa. Kayu terbentuk oleh lignin, selulosa, dan hemiselulosa. Pada
kayu yang telah mati dapat ditemukan Helotium citrinum yang membentuk
apotechia kecil berwarna jingga, juga Chlorosplenium aeruginascens yang
menghasilkan guratan-guratan berwarna hijau pada kayu dari pohon “oak” di Eropa.
Kayu demikian diminati oleh kalangan tertentu terutama untuk benda-benda seni.
2. Tinjauan Umum Mengenai Taman Nasional Gunung Palung
a. Sejarah dan Status Taman Nasional Gunung Palung
Balai Taman Nasional Gunung Palung ditetapkan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6186/Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni
2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional yang
berkedudukan di Kabupaten Ketapang , Popinsi Kalimantan Barat. Kawasan
Taman Nasional Gunung Palung secara historis ditunjuk sebagai kawasan
suaka alam melalui Staat Blaat No.4/13IB/1937 tanggal 29 April 1937 dengan
luas 30.000 Ha. Kemudian, melalui SK Menteri Pertanian No : 101 A/Kpts
/VIII/12/1981 tanggal 10 Desember 1981 luas kawasan Taman Nasional
Gunung Palung berubah menjadi 90.000 Ha dengan menunjuk kelompok
5
hutan (kawasan perluasan) yaitu gunung Kepayang, gunung Seberuang, Sei
Lekahan, Labuhan Batu dan sekitarnya dengan status kawasan berubah
menjadi Suaka Margasatwa Gunung Palung. Pada acara Pekan Konservasi
Alam Nasional III di Bali tanggal 24 Maret 1990 kawasan ini dideklarasikan
sebagai Taman Nasional dengan luas 90.000 ha melalui pernyataan Menteri
Kehutanan Nomor : 448/Menhut-VI/1990 tanggal 6 Maret 1990.
b. Lokasi
TNGP secara astronomis terletak diantara 01º 03’- 01 º22’ Lintang
Selatan dan 109º 54’ - 110º 28’ Bujur Timur. Secara administrative kawasan
Taman Nasional Gunung Palung termasuk dalam 2 Kabupaten, yaitu:
Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara, Propinsi Kalimantan
Barat.
c. Tipe Ekosistem
Taman Nasional Gunung Palung mempunyai beberapa tipe ekosistem yaitu :
1) Hutan Hujan Sub Alpine
Tipe hutan hujan sub alpine terdapat di puncak Gunung Palung
(1.116 mdpl) dan Gunung Panti (1.050 mdpl). Jenis-jenis Medang dan
Ubah Besi serta Bintangor (Callophyllum grandifloris) merupakan jenis-
jenis dominan.. Tumbuh-tumbuhan seperti Nepenthes spp. sangat umum
diketemukan baik di permukaan tanah maupun memanjat pohon-pohon
kecil.
2) Hutan Hujan Pegunungan (400 – 800 mdpl)
Hutan hujan pegunungan terdapat di beberapa bukit yang rendah
atau di lereng-lereng gunung. Jenis-jenis pohon dominan di sini antara lain
Kayu Maang (Hopea ferriginea), Pakit Tengkuang (Shorea sp.) dan
Agathis (Agathis beccarii).
3) Hutan Hujan Tropika Dataran Rendah
6
Vegetasi disini didominasi oleh jenis-jenis Medang, Meranti dan
Ubah Besi. Kelompok hutan ini dapat dibedakan antara hutan campuran
dipterocarpaceae dataran rendah di habitat tanah podsolik dan hutan
campuran dipterocarpaceae dataran rendah di habitat tanah liat berpasir
yang berkembang dari tanah organosol
4) Hutan Tanah Aluvial
Hamparan hutan tanah alluvial pada umumnya merupakan habitat
yang subur dan mendukung keanekaragaman vegetasi yang tinggi. Di
habitat ini diketemukan tunggul-tunggul bekas penebangan pohon Belian
(Eusideroxylon zwageri) dengan kepadatan yang tinggi.
5) Hutan Gambut
Kelompok hutan gambut terletak berbatasan dengan kelompok
hutan alluvial. Di dalam kelompok hutan ini disamping mempunyai
potensi jenis kayu juga mempunyai potensi non kayu yang secara
tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat, baik berupa buah atau
tumbuhan bawahnya. Jenis-jenis vegetasi kayu yang ada salah satunya
adalah ramin (Gonystylus bancanus).
6) Hutan Rawa
Di daerah cekungan ditemukan adanya kelompok hutan rawa air
tawar oligotropik dan hutan rawa air tawar euthropik. Rawa oligothropik
genangan airnya berasal dari hujan, sehingga memberi pengaruh pada
kondisi tanah menjadi relatif kurang subur, sedangkan rawa euthropik
dipengaruhi air sungai sehingga kondisi habitatnya lebih subur. Jenis-jenis
vegetasi yang ada salah satunya adalah Jelutung (Dyera, sp).
7) Hutan Mangrove
7
Hutan mangrove merupakan vegetasi yang tumbuh di daerah pantai
berlumpur di sebelah barat kawasan. Hutan ini sangat penting dalam
menunjang kehidupan aneka biota perairan, karena kemampuannya
memperkaya daerah pantai dengan bahan seresah. Jenis-jenis vegetasi
yang juga menghasilkan buah yang disukai burung-burung lokal maupun
imigran antara lain Rhizophora, Bruguiera, Xylocarpus.
8) Vegetasi Rheofite
Vegetasi rheofite merupakan vegetasi yang tumbuh di sepanjang
sungai oleh karena itu tahan terhadap genangan (banjir). Jenis-jenis disini
juga mempunyai perakaran yang cukup dalam sehingga memainkan
peranan penting dalam menjaga longsoran tanah. Gluta rengas, Dungun
(Heritiera littoralis), Putat (Barringtonia acutangula), dan Samak
(Eugenia lepidocarpa ) merupakan jenis tumbuhan yang umum dijumpai
di tipe vegetasi ini.
d. Flora
Ditinjau dari kekayaan jenis, maka kawasan TNGP mempunyai indeks
kekayaan jenis flora yang sangat tinggi. Sejauh ini diketahui paling sedikit
ditemukan 3.500-4.000 jenis vegetasi berkayu, termasuk didalamnya 70 jenis
family Dipterocarpaceae. Beberapa spesies flora kunci yang ditemukan di
Gunung Palung adalah famili Dipterocarpaceae, Gaharu (Aquilaria
malaccensis), Ulin (Eusideroxylon zwageri) dan Ramin (Gonystylus
bancanus) dimana Genus Dipterocarpus dan Shorea merupakan genus yang
mendominasi. Sementara genus Dryobalanops sp hanya ditemukan diwilayah
timur Taman Nasional. TNGP juga menjadi habitat bagi berbagai jenis
anggrek termasuk di dalamnya Anggrek Hitam. Tumbuhan bawah unik lain
yang ditemukan di TNGP antara lain Kantong semar (Nephentes sp) dan
Amorphophallus borneensiis (bunga bangkai). Tumbuhan bawah kantong
semar (Nepenthes sp) menyebar dari ketinggian 200 mdpl sampai 1.050 mdpl.
H. METODE PENELITIAN
1. Jenis penelitian
8
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei, menggunakan metode observasi
yaitu dengan mengamati langsung kondisi biotik suatu kawasan dengan fokus
penelitian adalah fungi makroskopis.
2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama 5 bulan dan berlokasi di
Taman Nasional Gunung Palung dan Laboratorium Mikrobiologi FMIPA UNY.
3. Instrumen Penelitian
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: lup,
kamera, alat tulis, buku identifikasi, mikroskop, ose, cawan petri, gelas benda dan
penutup, beker glass, bunsen, aquades, kentang, kloramfenikol, gula.
4. Variabel Penelitian
Variabel Penelitian yang diukur dalam penelitian ini adalah keanekaragaman
fungi makroskopis pada habitat yang berbeda dan tanaman inang fungi tersebut.
5. Prosedur Penelitian
a) Pengambilan Sampel Jamur di Lapangan
Sampel jamur diambil dengan menggunakan metode purposif pada kayu
yang terserang jamur, pohon dan seresah.
b) Persiapan Medium Tumbuh
Medium tumbuh yang digunakan adalah Potato Dextrose Agar (PDA).
Medium tumbuh dibuat dengan campuran bahan-bahan yaitu kentang yang telah
dikupas 200 g, gula pasir 20 g, tepung agar 16 g, aquades 1000 ml. Pembuatan
medium didasarkan pada prosedur Dharmaputra, dkk. (1989), yaitu: kentang
diiris-iris setebal 1 cm, direbus sampai diperoleh air rebusan yang kekuning-
kuningan yaitu ketika kentang mulai lunak. Air rebusan kentang disaring dengan
menggunakan kain saring. Filtrat hasil saringan air rebusan kentang tersebut
ditambahkan dengan gula pasir dan tepung agar kemudian semua bahan
dipanaskan dan di aduk sampai larut. Setelah semua bahan-bahan larut, medium
tumbuh tersebut disterilkan di autoclave selama ± 15 menit pada suhu 121oC
dengan tekanan 1,5 atm. Saat medium tumbuh dalam keadaan hangat diberi
kloramfenikol yang berfungsi sebagai antibiotik penghambat bakteri kontaminan.
Kemudian larutan medium tumbuh dituang dalam cawan steril, selanjutnya
dibiarkan pada laminator air flow sampai memadat.
c) Isolasi Jamur di Laboratorium
9
Isolasi dan identifikasi jenis-jenis jamur yang diperoleh dari lapangan
dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fmipa UNY dengan tahapan:
1). Isolasi Jamur dari kayu/pohon
Metode ini digunakan pada sampel jamur yang sudah membentuk
tubuh buah. Sampel jamur yang sudah di potong kecil-kecil sebelum
dibiakkan dilakukan Sterilisasi permukaan dengan menggunakan air steril dan
alcohol 70%. Pembiakannya bisa dilakukan dengan kertas saring atau
langsung pada media biakan (PDA). Pemindahan koloni baru dilakukan
berulangulang sampai diperoleh isolat murni.
2). Identifikasi Jamur
Identifikasi dilakukan dengan mengamati ciri makroskopis dan
mikroskopis jamur. Ciri makroskopis yang diamati adalah warna jamur, koloni
jamur dan bentuk tubuh buah jamur. Pengamatan ciri mikroskopis mencakup
hifa, spora, sporangium, konidia dan konidiofor dan cirri khusus yang akan
menentukan jenis jamur tersebut. Mendokumentasikan sampel dengan
menggunakan mikroskop berkamera. Identifikasi dilakukan dengan mengacu
pada buku identifikasi jamur, yaitu: Barnett and Hunter (1998), Streets (1980),
Fassatiova (1986), Dharmaputra, dkk. (1989), Sastrahidayat (1990), Savonius
(1973), dll.
6. Analisis Data
Data yang akan diperole disajikan dalam bentuk tabulasi serta dianalisis secara
deskriptif kualitatif.
I. JADWAL KEGIATAN
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
No Pelaksanaan Bulan ke-
10
Kegiatan
I II III IV V
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Alat
dan Bahan
2 Pembuatan
Perijinan dan
Persiapan
3 Pengamatan
Lapangan
4 Evaluasi dan
Proses
Pengolahan
Data
5 Pembuatan
Laporan dan
seminar
J. RANCANGAN BIAYA
1. Peralatan dan Bahan
a. Sewa Global Position System GPS Rp 500.000,00
b. Alat Tulis Rp 25.000,00
c. Media dan bahan laboratorium Rp 900.000,00
d. Sewa laboratorium Rp 150.000,00
Rp 1.525.000,00
2. Transportasi
a. Transportasi ke lokasi 5 x2 @ Rp 750.000,00 Rp 7.500.000,00
Rp 7.500.000,00
3. Konsumsi
a. Pengambilan data
21 hari x 3 x 5 x @ Rp 7.000,00 Rp 2.205.000,00
Rp 2.205.000,00
4. Administrasi, Seminar, dan Laporan
11
a. Administrasi dan perijinan Rp 100.000,00
b. Seminar Hasil Rp 850.000,00
c. Penyusunan dan Penggandaan laporan Rp 200.000,00
d. Materai 4 x Rp6.500,00 Rp 26.000,00
Rp 1.176.000,00
Jumlah Rp 12.406.000,00
J. DAFTAR PUSTAKA
Arif, Astuti. Isolasi dan Identifikasi Jamur Kayu dari Hutan Pendidikan dan Latihan
Tabo-tabo Kecamatan Bungoro Kabupaten Pangkep. Jurnal Perennial, 3(2) : 49-54
Purnomo,Bambang. 2005. Bahan Bacaan Kuliah : Dasar-dasar Mikrobiologi. PS.
IHPT. Faperta Unib.
Dharmaputra O.S; W.G. Agustin dan Nampiah. 1989. Penuntun Praktikum: Mikologi
Dasar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Pusat Antar universitas Ilmu Hayati. Bogor: ITB
Djarijah, N.M. dan A.S. Djarijah. 2001. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta:
Kanisius
Gandjar, Indrawati. 2006. Mikologi Dasar dab Terapan. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia
Zabel, R.A. dan J.J. Morrel. 1992. Wood Microbiology: Decay and its Preservation.
San Diego: Academic Press, Inc.
L. LAMPIRAN
1. Biodata Ketua dan Anggota Kelompok
12
No Biodata Tanda Tangan
1 Ketua Pelaksana Kegiatan
Nama Lengkap :Jalu Prianggodo
NIM :11308144029
No. HP : 08562599733
Alamat : Suropadan, Depok, Sleman
Tempat, Tanggal lahir : Kulon Progo, 19 Februari
1994
Fakultas / Prodi/Univ : Fmipa/Biologi/UNY
Perguruan Tinggi :Universitas Negeri
Yogyakarta
Waktu yang Tersedia : 6 jam/minggu
Ketua Pelaksana
( Jalu Prianggodo )
NIM. 11308144029
2 Anggota Pelaksana
Nama Lengkap : Dodi cahyadi
NIM : 11317244024
No. HP : 085228838593
Alamat : Kompleks colombo 30,
Demangan, Sleman
Tempat, Tanggal lahir : Kulon Progo, 28 Oktober
1993
Fakultas/Prodi/Univ. : MIPA/Biologi/UNY
Perguruan Tinggi :Universitas Negeri
Yogyakarta
Waktu yang Tersedia : 6 jam/minggu
Anggota
Pelaksana
( Dodi cahyadi )
NIM. 11317244024
3 Anggota Pelaksana
Nama Lengkap : Ari Nidhi Astuti
NIM : 09308141020
No. HP : 085743759241
Anggota
Pelaksana
13
Alamat : Kalasan, Sleman, Yogyakarta
Tempat, Tanggal lahir : Sleman, 21 Januari 1991
Fakultas/Prodi/Univ. : MIPA/Biologi/UNY
Perguruan Tinggi :Universitas Negeri
Yogyakarta
Waktu yang Tersedia : 6 jam/minggu
(Ari Nidhi Astuti )
NIM. 09308141038
4 Anggota Pelaksana
Nama Lengkap : Ayu Narkayatun
NIM : 09308141038
No. HP : 085725338199
Alamat : Jogonalan, Klaten, Jateng
Tempat, Tanggal Lahir : Klaten, Juli 1991
Fakultas / Prodi/Univ. :MIPA/ Biologi/UNY
Perguruan Tinggi :Universitas Negeri
Yogyakarta
Waktu yang Tersedia : 6 jam / minggu
Anggota
Pelaksana
(Ayu Narkayatun)
09308141038
2. Biodata Dosen Pendamping
No Biodata Tanda Tangan
14
1 Dosen Pendamping
Nama Lengkap : Anna Rakhmawati,
M.Si
NIDN : 0002017703
No. HP : 081328076689
Pangkat/Gol.Ruang : Lektor/ IIIc
Jabatan Struktural : Sekretaris Jurusan
Pendidikan
Biologi
Jabatan Fungsional : Lektor
Fakultas : MIPA
Perguruan Tinggi : UNY
Waktu yang Tersedia : 6 jam/minggu
Email : -
Dosen Pembimbing
( Anna Rakhmawati , M.Si )
NIDN. 0002017703