83
BAGIAN IKM-IKK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN TUGAS APRIL 2012 JOB SAFETY ANALYSIS DI RUANG RADIOLOGI RS IBNU SINA MAKASSAR DISUSUN OLEH : ABDUL RASHID BIN MOHD RADZIF (C 111 07 287) SUPERVISOR : dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK 1

Proposal Jsa Radiologi Rashid

Embed Size (px)

Citation preview

BAGIAN IKM-IKKFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HASANUDDIN

TUGASAPRIL 2012

JOB SAFETY ANALYSIS DI RUANG RADIOLOGI RS IBNU SINA MAKASSAR

DISUSUN OLEH :

ABDUL RASHID BIN MOHD RADZIF(C 111 07 287)

SUPERVISOR :

dr. Sultan Buraena, MS, Sp.OK

DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKPADA BAGIAN IKM-IKK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDINMAKASSAR

2012

1

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam era globalisasi, tuntutan pengelolaan program Kesehatan

dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena

pekerja, pengunjung, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin

mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan

kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun

karena kondisi sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak

memenuhi standar.1

Dengan berkembangnya konsep kesehatan pekerja (Workers’

Health) diharapkan dapat memberikan pengertian yang lebih luas dari

kesehatan kerja (Occupational Health), maka tidak hanya masalah

kesehatan yang berkaitan pekerjaan, tapi juga masalah kesehatan umum

yang mempengaruhi produktivitas kerja.1

Dalam Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,

Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

harus diselanggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja

yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit

atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperlihatkan

isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke

dalam criteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat

menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku

langsung yang bekerja di RS tetapi juga pasien dan pengunjung RS.

Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya

K3 di Rumah Sakit.2

Potensi bahaya di RS selain penyakit-penyakit infeksi juga ada

potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi kondisi dan situasi di

Rumah Sakit, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan ynag

berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cedera lainnya),

2

radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya,gas-gas anastesi, gangguan

psikososial, dan ergonomic. Semua potensi bahaya tersebut diatas jelas

mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien

maupun pengunjung yang ada di lingkungan RS.2

Hasil laporan National Safety Council (NSC) tahun 1988

menunjukkan terjadinya kecelakaan di RS 41% lebih besar dari pekrja di

industry lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk jarum, terkilir,

sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, dan penyakit infeksi dan

lain-lain. Sejumlah kasus dilaporkan mendapatkan kompensasi pada

pekerja RS, yaitu sprains, strains : 52%; confusion, crushing, bruising:

11%; cuts, laceration, punctures: 10,8%; fractures: 5,6%; multiple

injuries: 2,1%; thermal burns; 2% scratches, abrasions: 1,9%;

infections:1,3%; dermatitis: 1,2%; dan lain-lain: 12,4% (US Department

of Laboratorium, Bureau of Laboratorium Statistics 1983).2

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan

oleh masyarakat maka tuntutan pengelolaan program Kesehatan dan

Keselamatan Kerja di Rumah Sakit (K3RS) semakin tinggi karena

Sumber Daya Manusia (SDM) Rumah Sakit, pengunjung/pengantar

pasien, pasien dan masyarakat sekitar Rumah Sakit ingin mendapatkan

perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan kerja, baik sebagai

dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi

sarana dan prasarana yang ada di Rumah Sakit yang tidak memenuhi

standar.3

Di dunia Internasional, program K3 telah lama diterapkan di

berbagai sektor industri (akhir abad 18), kecuali di sektor kesehatan.

Perkembangan K3RS tertinggal dikarenakan fokus pada kegiatan kuratif,

bukan preventif. Fokus pada kualitas pelayanan bagi pasien, tenaga

profesi di bidang K3 masih terbatas, organisasi kesehatan yang dianggap

pasti telah melindungi diri dalam bekerja.3

Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi

masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh

3

perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan

kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu

meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh

masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Selain dituntut mampu memberikan pelayanan dan pengobatan yang

bermutu, Rumah Sakit juga dituntut harus melaksanakan dan

mengembangkan program K3 di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang

tercantum dalam buku Standar Pelayanan Rumah Sakit dan terdapat

dalam instrumen akreditasi Rumah Sakit.3

Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan,

khususnya pasal 165 : ”Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala

bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,

pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”. Berdasarkan pasal di atas

maka pengelola tempat kerja di Rumah Sakit mempunyai kewajiban

untuk menyehatkan para tenaga kerjanya. Salah satunya adalah melalui

upaya kesehatan kerja disamping keselamatan kerja. Rumah Sakit harus

menjamin kesehatan dan keselamatan baik terhadap pasien, penyedia

layanan atau pekerja maupun masyarakat sekitar dari berbagai potensi

bahaya di Rumah Sakit. Oleh karena itu, Rumah Sakit dituntut untuk

melaksanakan Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang

dilaksanakan secara terintegrasi dan menyeluruh sehingga risiko

terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja

(KAK) di Rumah Sakit dapat dihindari.3

Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintergrasi dari

pelayanan kesehatan secara menyeluruh merupakan bagian dari amanat

Undang-Undang Dasar 1945 dimana kesehatan adalah hak fundamental

setiap rakyat dan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang

Kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya

kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan

radiologi sudah selayaknya memberikan pelayanan yang berkualitas.4

4

Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan radiologi

diagnostic khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan

kesehatan, mulai dari sarana pelayanan kesehatan sederhana, seperti

puskesmas dan klinik-klinik swasta, maupun sarana pelayanan kesehatan

yang berskala besar seperti rumah sakit kelas A. Dengan adanya

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini

telah memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi dengan

menggunakan fasilitas radiologi diagnostik yaitu pelayanan yang

menggunakan radiasi pengion dan non pengion. Dengan berkembangnya

waktu, radiologi diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang cukup

pesat, baik dari peralatan maupun metodanya.4

Agar penyelenggaraan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

lebih efektif, efisien dan terpadu diperlukan sebuah manajemen K3 baik

bagi pengelola maupun karyawan sehingga pada era globalisasi sangat

diharapkan kontribusi mereka dalam meningkatkan kualitas sumber daya

manusia yang akan tercermin dengan meningkatnya profesionalisme,

kemandirian, etos kerja dan produktivitas kerja. Untuk mendukung itu

semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang sehat, selamat,

nyaman dan menjamin peningkatan produktivitas kerja.6

I.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana tingkat keselamatan dan kesehatan pekerja di Insatalasi

Radiologi RS Ibnu Sina?

b. Apakah terdapat gangguan kesehatan petugas Radiologi yang

diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya?

c. Apakah ada perlindungan bagi petugas Radiologi didalam

pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-

faktor yang membahayakan kesehatan?

5

I.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk melakukan Job Safety Analysis dengan metode Walk-

through Survey terhadap petugas di Instalasi Radiologi

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) saat penerimaan

barang.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja saat pengecekan jumlah dan

jenis barang.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja saat transaksi keuangan.

4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada saat pengepakan

barang.

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan kerja adalah ilmu yang mempelajari dua arah hubungan

antara pekerjaan dan kesehatan.4 Menurut International Labour

Organisation dan World Health Organisation Committee on Occupational

Health pada tahun 1950, definisi dari kesehatan kerja adalah

'Occupational Health should aim at – the promotion and

maintenance of the highest degree of physical, mental and social

well being of workers in all occupations; the prevention among

workers of departures from health caused by their working

conditions; the protection of workers in their employment from

risks resulting from factors adverse to health; placing and

maintenance of a worker in an occupational environment adapted

to his physiological and psychological equipment and, to

summarise, the adaption of work to people and of each person to

their job.7

Definisi di atas jika diartikan adalah sebagai berikut: Keselamatan

kerja merupakan suatu upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan

derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi

pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara

pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja

dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan,

penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang

diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan diringkaskan

sebagai adaptasi pekerjaan kepada manusia dan setiap manusia kepada

jabatannya.8

Dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan pasal 23

mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib

diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat yang

7

memiliki resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar pekerja

dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan

masyarakat sekelilingnya untuk memperoleh produktivitas kerja yang

optimal sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.9

Kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu

tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dsb). Dan yang menjadi pasien

dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar

perusahaan tersebut. Kesehatan kerja bertujuan untuk menciptakan tenaga

kerja yang sehat dan produktif. 8

Tujuan akhir dari kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan

tenaga kerja yang sehat dan produktif. Untuk mencapai tujuan ini

diperlukan suatu prakondisi yang menguntungkan bagi masyarakat pekerja

tersebut. Prakondisi inilah yang disebut sebagai determinan kesehatan

kerja yang meliputi beban kerja, kapasitas kerja dan lingkungan kerja. 8

II.2. Prinsip Dasar Kesehatan Kerja

II.2.1. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja

Ruang lingkup kesehatan kerja meliputi berbagai upaya

penyerasian antara pekerja dengan pekerja dan lingkungan kerjanya

baik secara fisik maupun psikis dalam hal cara/metoda kerja, proses

kerja dan kondisi kerja yang bertujuan untuk:10

a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

pekerja di semua lapangan pekerjaan yang setinggi-tingginya baik

secara fisik, mental maupun kesejahteraan sosialnya.

b. Mencegah gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang

diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.

c. Memberikan perlindungan bagi pekerja didalam pekerjaannya dari

kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh aktor-faktor yang

membahayakan kesehatan.

8

d. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan

pekerjaannya yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis

pekerjaannya.

II.2.2. Jenis Pelayanan Kesehatan Kerja

Pelayanan kesehatan kerja merupakan program pelayanan

paripurna yang terdiri dari: pelayanan promotif, pelayanan preventif,

pelayanan kuratif, pelayanan rehabilitatif yang dilaksanakan dlm

suatu sistim terpadu.11

Tabel 1. Jenis Pelayanan Kesehatan Kerja11

Promotif Preventif

Pendidikan dan penyuluhan

tentang kesehatan kerja

Pemeliharaan berat badan ideal

Perbaikan gizi, menu seimbang

dan pemilihan makanan yang sehat

dan aman

Pemeliharaan lingkungan kerja

yang sehat

Olah raga dan rekreasi

Pemeriksaan kesehatan awal,

berkala dan khusus.

Imunisasi

Kesehatan Lingkungan Kerja

Perlindungan diri thd bahaya-

bahaya pekerjaan

Penyerasian manusia dgn mesin

alat kerja (ergonomi)

Pengendalian bahaya

lingkungan kerja

Kuratif Rehabilitatif

Pelayanan diberikan pada pekerja

yang sudah mengalami gangguan

kesehatan.

Pelayanan diberikan meliputi

pengobatan terhadap penyakit

umum maupun penyakit akibat

pekerjaan

Latihan dan pendidikan pekerja

untuk dapat menggunakan

kemampuannya yang masih ada

secara maksimal.

Penempatan kembali pekerja

yang cacat secara selektif sesuai

kemampuannya

II.3. Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja

9

II.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan dan Keselamatan

Kerja

A. Faktor Fisik, yang merupakan hazard lingkungan kerja berupa:

- Noise (kebisingan) dapat diartikan sebagai suara yag tidak

dikehendaki yaitu alam bentuk gelombang yang disalurkan

melalui benda padat,cair dan gas. Bunyi dapat didengar oleh

telinga karena adanya rangasangan getaran. Kualitas suara

dapat ditentukan oleh dua faktor yaitu, frekuensi dan

intensitas suara. Kebisingan ditempat kerja dapat muncul

karena penggunaan peralatan produksi yang mengeluarkan

suara, seperti mesin-mesin produksi. Pengaruh kebisingan

terhadap karyawan yaitu berupa gangguan kenyamanan dan

kesehatan yang menimbulkan ketulian. Adapun jenis-jenis

kebisingan adalah: 11

o Kebisingan continue, kebisingan yang ditimbulkan

oleh mesin yang berbunyi terus-menerus seperti

generator dll

o Kebisingan intermitten, kebisingan yang ditimbulkan

oleh mesin yang tidak beroperasi secara terus-menerus

seperti gurinda dll

o Kebisingan impulsive, kebisingan yang ditimbulkan

oleh mesin atau peralatan yang penggunaannya terjadi

hentak-hentakan seperti mesin tumbuk dll.

- Fibrasi (getaran mekanik) terdapat benda yang menimbulkan

getaran dimana getaran tersebut berakibat timbulnya

resonansi pada alat-alat tubuh sehingga pengaruhnya bersifat

mekanis. Biasanya pengaruhnya disalurkan melalui lantai,

tempat duduk atau melalui alat tangan yang digunakan.

Misalnya saat mengendarai mobil atau traktor. Adapun

pengaruh getaran terhadap tubuh karyawan yaitu

10

menimbulkan ketidaknyamanan, kelelahan dan bahaya bagi

kesehatan.11,12

- Radiasi, adalah hazard kesehatan dilingkungan tempat kerja

dan dibagi menjadi 2 golongan yaitu radiasi mengion dan

radiasi yang tidak mengion.

o Radiasi mengion, umumnya dapat ditemui ditempat

kerja karena penggunaan alat yang menggunakan

bahan radiasi, atau mempunyai inti yang tersusun dari

proton dan neutron. Proton mempunyai muatan positif

dan neutron muatan negative. Radiasi ini terbagi atas 5

jenis, radiasi sinar alfa, beta, gamma, sinar X dan

neutron.

o Radiasi tidak mengion, Sinar adalah murni energy

disebut sebagai energy elektromagnetik dan karena

karakternya berbagai jenis sinar mengacu pada

karakteristik gelombang. Energi sinar berkaitan

dengan panjang gelombang dan panjang gelombang

yang lebih pendek maka energinya lebih tinggi.

Radiasi ini terdiri dari gelombang nikro (microwave),

sinar laser, sinar inframerah dan sinar ultraviolet.

Berbagai efek radiasi, yaitu sinar X dan gamma dapat

menimbulkan luka bakar pada jaringan yang terkena. Sinar

inframerah dapat menimbulkan katarak pada mata, sinar

ultraviolet dapat menimbulkan konjungtivitis, dll.11,12

- Temperatur yang ekstrim, suhu ekstrim merupakan hazard

kesehatan ditempat kerja yang disebabkan karena suhu sangat

rendah dan ringgi, keadaan ini bisa disebabkan karena iklim

yang ada juga ditimbulkan karena dalam proses produksi

memerlukan temperature yang ekstrim. Untuk

mengidentifikasi adanya pengaruh temperature rendah maka

dapat dilihat dari karyawan yang bekerja di pabrik freezer,

11

pengepalan daging dan pertanian didekat kutub. Sedangkan

temperature tinggi misalnya pada pengecoran batubara, ruang

pembakaran dll yang operasinya memerlukan suhu tinggi. 13

B. Faktor Kimia

Identifikasi hazards kimia dan identifikasi bahwa di dalam

udara tempat kerja terdapat hazards kimia, kita harus mengetahui

bahan kimia yang digunakan sebagai raw materials, hasil

produksi, dan hasil sampingannya (by-product). Informasi

penting lainnya yang diperlukan dapat diperoleh dari Material

Safety Data Sheet (MSDS), yaitu yang harus disuplai oleh pabrik

atau importir bahan kimia tersebut.14

Pembagian bahan kimia yang merupakan kontaminasi

(pencemar) udara dapat digolongkan menjadi :

- Dust (Debu). Debu adalah partikel padat yang dihasilkan

oleh perlakuan, penghancuran, pengendaraan, ledakan, dan

pemecahan terhadap material organik dan anorganik. Debu

yang mempunyai ukuran 5-10 mikrometer akan tertahan

pada saluran pernapasan bagian atas. Partikel atau debu

berukuran 3-5 mikrometer akan tertahan pada saluran

pernapasan bagian tengah, sedangkan debu yang berukuran

1-3 mikrometer akan tertinggal pada permukaan alveoli

paru-paru. Debu yang berukuran kurang dari 0,1

mikrometer akan bergerak keluar masuk alveoli.

- Fumes (uap cair). Fumes adalah partikel yang terbentuk

dari kondensasi tahap gas, umumnya terjadi karena

penguapan setelah benda terlebur dan diameter kurang dari

1,0 mikrometer.

- Smoke (asap). Asap terdiri dari unsur karbon atau partikel

jelaga yang ukurannya kurang dari 0,1 mikrometer.

Dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna dari benda

12

yang mengandung karbon seperti batu bara dan minyak.

Asap umumnya mengandung titik-titik (droplets) partikel

kering.

- Mists (kabut). Kabut adalah titik-titik cairan halus (liquid

droplets) yang terbentuk dari kondensasi uap kembali

menjadi bentuk cair, atau pemecahan dari bentuk cair

menjadi tingkat terdepresi, seperti proses deburan air

(spashing, forming, pemecahan atom cairan/atomizing)

- Gas adalah bentuk zat yang tidak mempunyai bangun

tersendiri, melainkan mengisi ruangan tertutup pada kondisi

suhu dan tekanan normal. Bentuknya dapat berubah

menjadi cair pada kondisi suhu dan tekanan yang tinggi.

- Vaspor (uap) adalah bentuk penguapan dari benda yang

dalam keadaan normal dalam bentuk padat atau cair.

Penguapan adalah proses dari suatu bentuk cair ke bentuk

uap bercampur dengan udara sekitarnya.

Dengan mengetahui bentuk dan ukuran-ukuran bahan

pencemaran udara adalah penting dalam program kesehatan

lingkungan kerja (pengenalan, evaluasi, pengendalian hazards) dan

juga dalam menentukan pemilihan alat pelindung diri yang tepat.

Terdapat 3 cara dimana bahan kimia dapat masuk ke dalam

tubuh manusia, yaitu melalui:11,12

- Saluran pernapasan

Bahan kimia yang merupakan kontaminan udara dapat

langsung terhirup melalui alat pernapasan. Bahan kimia yang

masuk melalui paru-paru dapat langsung masuk ke dalam aliran

darah, dan oleh darah tersebut terbawa ke seluruh tubuh.

- Kulit juga merupakan pintu masuk bahan kimia ke dalam tubuh,

yaitu melalui cara absorbsi. Beberapa bahan kimia dapat

terserap oleh lubang rambut, terserap pada lemak dan minyak

kulit seperti senyawa organik, pestisida organopirospate. Bahan

13

kimia yang terabsorbsi melalui kulit tersebut dapat

menimbulkan keracunan secara sistemik.

- Saluran pencernaan

Di tempat kerja orang tidak sadar dan sengaja terminum atau

termakan bahan kimia beracun. Oleh karena itu pekerja tidak

diperkenankan makan, minum, atau merokok di tempat kerja.

Sebelum makan dan minum diharuskan mencuci tangan dengan

bersih. Bahan kimia beracun yang terserap melalui cairan alat

pencernaan dapat masuk ke dalam darah melalui sistem saluran

pencernaan tersebut.

C. Faktor Biologi

Hazards biologis dapat berupa binatang, bakteri, jamur, dan

virus. Hazards biologis yang berupa binatang dapat

dikenali/diidentifikasi dengan adanya kehidupan binatang yang dapat

dilihat, seperti binatang buas dan binatang penyebar penyakit (lalat,

nyamuk, dan tikus). Akan tetapi untuk jenis-jenis bakteri, jamur dan

virus tidak mudah dilakukan identifikasi terutama bagi kesehatan.

Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan observasi terhadap

karyawan-karyawan yang sedang menderita penyakit.

Mikroorganisme yang berbahaya ditempat kerja tergantung pada

lingkungan tempat kerjanya. Di laboratorium, pekerja yang bekerja di

laboratorium mempunyai risiko yang sangat besar untuk terinfeksi

terutama jika laboratorium tersebut menangani organisme pathogen

atau bahan yang mengandung organisme pathogen.11,12

D. Faktor Psikososial

Beberapa contoh faktor psikososial di lingkungan kerja para

petugas kasir yang dapat menyebabkan stress antara lain: 11,12

- Pekerjaan seringkali bersifat emergensi dan menyangkut

kepuasan seseorang. Untuk itu para petugas kasirdituntut

memberikan pelayanan yang tepat dan cepat disertai dengan

kewibawaan dan keramahtamahan.

14

- Pekerjaan yang sangat monoton.

- Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan

bawahan atau sesama teman kerja.

- Beban mental karena menjadi penanggung jawab atas sektor

pelayanan dan penerimaan uang.

E. Faktor Ergonomi

Istilah ergonomi pertama kali digunakan oleh sekelompok

ilmuwan inggris pada tahun 1950, yang berasal dari dua kata Yunani,

yaitu ergon dan nomos. Ergon berarti kerja sedangkan nomos berarti

humum atau aturan. Secara keseluruha ergonomic berarti hukum atau

aturan yang berkaitan dengan kerja.3

Ergonomi merupakan ilmu berupaya untuk menyerasikan

mesin dan pekerja, tanpa menganggap pekerja harus menyesuaikan

diri dengan mesin dan lingkungan. Dalam hal ini, pengukuran

keselarasan pekerjaan dengan pekerja meliputi pemeriksaan sejumlah

faktor yaitu: pekerja, mesin, dan lingkungan.4

International Labour Organization (ILO) mendefinisikan

ergonomi sebagai penerapan ilmu biologi manusia sejalan dengan

ilmu rekayasa untuk mencapai penyesuaian bersama antara pekerjaan

dan manusia secara optimum dengan tujuan agar bermanfaat demi

efisiensi dan kesejahteraan. Permasalahan yang berkaitan dengan

faktor ergonomi umumnya disebabkan oleh adanya ketidak sesuaian

antara pekerja dan lingkungan kerja secara menyeluruh termasuk

peralatan kerja.5

Dasar pokok keilmuan dari ergonomi adalah : 15

1. Anatomi : yaitu ilmu urai yang mencakup ukuran tubuh

(antropometri) dan juga mempelajari aplikasi kekuatan yang

termasuk biomekanik.

15

2. Faal : yaitu faal kerja yang mempelajari pemakaian energi, ilmu

faal lingkungan yang mempelajari lingkungan terhadap fungsi

tubuh.

3. Psikologis : yang meliputi ilmu tingkah laku yang dapat

memperngaruhi keterampilan, motivasi, latihan, usaha dan lain-

lain.

Apabila dalam menyelesaikan pekerjaan orang tidak

memerlukan peralatan, bukan berati ergonomi tidak berlaku. Dalam

hal ini ergonomi dapat berlaku yakni bagaimana mengatur cara atau

metode kerja sehingga meskipun hanya dengan menggunakan

anggota tubuh saja pekerjaan itu dapat terselesaikan dengan efisien

tanpa menimbulkan kelelahan.16

Tujuan penggunaan ergonomi dapat disimpulkan sebagai

berikut : 15

1. Mendapatkan derajat kesehatan tenaga kerja yang tinggi

dengan produktivitas kerja yang maksimal.

2. Mendapatkan derajat kesehatan lingkungan yang optimal

3. Memperoleh lingkungan kerja dan penggunaan alat-alat yang

nyaman, tidak membosankan, mengurangi kelelahan,

mengurangi bahaya dan meningkatkan keselamatan kerja

seoptimal mungkin.

4. Dapat mengurangi beban kerja

Dalam ergonomi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : 16

1. Bagaimana orang mengerjakan pekerjaannya

2. Bagaimana posisi dan gerakan tubuh yang digunakan ketika

bekerja

3. Peralatan apa yang mereka gunakan

4. Apa efek dari faktor-faktor diatas bagi kesehatan dan

kenyamanan pekerja

Ergonomi mengandung 3 unsur yaitu : 15

16

1. Antropometri yang mempelajari tentang ukuran tubuh manusia.

2. Biomekanikan yang mempelajari kerja hukum mekanika dalam

tubuh manusia.

3. Psikologi yang mempelajari aspek kejiwaan yang berkaitan

dengan rekayasa dan rancang bangun.

Antropometri berkaitan dengan ukuran tubuh manusia

yang sangat bervariasi. Data-data mengenai ukuran tubuh manusia

penting untuk desain ruang dan alat kerja. Ukuran tubuh manusia

tergantung pada usia, jenis kelamin, keturunan, status gizi dan

kesehatan.16

Aplikasi atau penerapan ergonomi dalam Kesehatan dan

Keselamatan Kerja adalah sebagai berikut : 17

1. Tempat kerja

Bagaimana anda mengatur elemen atau komponen tempat kerja

anda sehingga sesuai dengan kebutuhan merupakan faktor

paling penting untuk mendapatkan kondisi kerja yang nyaman.

Luangkan waktu beberapa menit sebelum anda berkerja,

pikirkan dan tentukan bagaimana layout dan posisi terbaik

perangkat kerja anda (komputer, telepon, dll) dan bagaimana

tempat kerja anda dapat dimanfaatkan secara efektif. Langkah

ini akan dapat menghemat waktu dan tenaga anda dalam

menyelesaikan pekerjaan. Pastikan bahwa:

Cukup tempat di meja anda untuk menata posisi yang

paling nyaman untuk monitor, keyboard, dll

Atur meja anda dengan mempertimbangkan bagaimana

perangkat itu akan digunakan. Perangkat yang paling sering

digunakan ditempatkan di posisi yang paling mudah

dijangkau.

Atur pencahayaan ruang kerja anda secara optimal, cahaya

yang terlalu kuat mengakibatkan tampilan monitor tidak

17

tajam, cahaya rendah potensi menyebabkan gangguan pada

mata anda. Hindari lampu yang menyorot langsung ke

monitor karena akan memunculkan pantulan di layar.

Usahakan posisi sejajar terhadap jendela,jangan berhadapan

atau membelakangi.

2. Postur Kerja

Postur adalah posisi relative bagian tubuh tertentu pada saat

bekerja yang ditentukan oleh ukuran tubuh, desain area kerja

dan task requirements serta ukuran peralatan/benda lainnya

yang digunakan saat bekerja. Postur dan pergerakan memegang

peranan yang penting dalam ergonomi. Salah satu gangguan

otot rangka adalah postur janggal (awkward posture).3

Tabel 2. Postur-Postur Janggal dan Alokasi Kemungkinan

Terjadinya Penyakit

Postur Janggal

Alokasi Kemungkinan

Terjadinya Sakit dan

Gejala lainnya

Berdiri Pada kaki, region lumbal

Duduk tanpa dukungan lumbar Pada region lumbar

Duduk tanpa dukungan

punggungPada otot-otot punggung

Duduk tanpa tumpuan kaki yang

baik dengan ketinggian yang

sesuai

Pada lutut, kaki, dan

region lumbal

Duduk dengan mengistirahatkan

bahu pada permukaan alat kerja

Pada bahu dan otot-otot

leher

18

yang terlalu tinggi

Tangan meraih sesuatu yang

sulit terjangkau (jauh/tinggi)

Pada bahu dan lengan

bagian atas

Kepala mendongak Pada region leher

Posisi membungkuk, punggung

yang mengarah ke depan

Pada region lumbal dan

otot-otot punggung

Posisi ekstrim yang terus-

menerus pada setiap sendi

Pada semua sendi

(karena semua sendi

terlibat)

3. Meja

Tinggi permukaan meja yang sesuai dapat mengurangi tekanan

pada tulang belakang, otot leher dan otot bahu, serta

meningkatkan kenyamanan pada waktu bekerja. Meja yang

dapat diatur ketinggiannya sangat dianjurkan untuk pekerjaan,

duduk atau menggunakan monitor. Ukuran meja yang tidak

bisa diatur ketinggiannya berukuran 51-66 cm dari lantai. Meja

harus memiliki ruangan yang kosong di bawahnya untuk

memberikan ruang pergerakan yang leluasa pada kedua kaki

saat bekerja pada posisi duduk. Tinggi meja disesuaikan

dengan sudut pinggang pada 90 derajat ketika tangan berada di

atas keyboard.3

4. Kursi

Kursi salah satu komponen penting di tempat kerja anda.

Kursi yang baik akan mampu memberikan postur dan sirkulasi

yangbaik dan akan membantu menghindari ketidaknyamanan.

Pilih kursi yang nyaman, dapat diatur, dan memiliki penyangga

punggung.6

19

Aturlah kursi sebagai berikut sehingga paha anda dalam

posisi horisontal dan punggung bagian bawah atau pinggang

anda terdukung. Tanpa ini, punggung dan pinggang anda

berpotensi mendapatkan gangguan. Bila kursi kurang dapat

diatur, bagian bawah punggung dapat dibantu dengan diberi

bantal. Telapak kaki anda harus dapat menumpu secara rata di

lantai ketika duduk dan ketika menggunakan keyboard. Apabila

tidak dapat maka kursi anda mungkin terlalu tinggi dan anda

dapat manfaatkan penyangga kaki. Kadang-kadang ubahlah

posisi duduk anda selama bekerja karena duduk dalam posisi

tetap dalam jangka lama akan mempercepat ketidaknyamanan.3

20

Posisi

punggung

yang tertopan

g

Kepala tidak menunduk

Posisi

Bahu yang santai

Pandangan

yang

sejajar

dg komputer

Kaki

pada

bantalan kaki

Tinggi Monitor

yang sejajar pandangan dan lengan

Atur benda

-benda dalam

jangkauan

Tangan sejajar

lengan bawah

Gunaka bantalan yang luna

k untu

k menopang

paha

bagian

bawah

Gambar 1. Posisi Kerja Ergonomis

5. Keyboard

Sebagai perangkat input, perangkat ini mutlak diperlukan

dan selalu kita pegang ketika kita bekerja dengan komputer.

Untuk pemakaian yang nyaman usahakan dalam posisi sebagai

berikut: 18

Posisikan keyboard sehingga lengan anda dalam posisi

relaks dan nyaman, dan lengan bagian depan dalam posisi

horisontal

Pundak anda dalam posisi relaks tidak tegang dan terangkat

ke atas.

Pergelangan tangan harus lurus, tidak menekuk ke atas atau

kebawah.

Ketika mengetik tangan harus ikut bergeser kekiri kanan

sehingga jari tidak dipaksa meraih tombol-tombol yang

dimaksud.

Jangan memukul tombol, tekan tombol secara halus

sehingga tangan dan jari anda tetap relaks.

Perimbangkan untuk memanfaatkan keyboard ergonomik

yang dirancang untuk dapat diatur sesuai ukuran jari dan

posisi lengan.

Agar operator tidak mengalami tekanan pada pergelangan

tangan maka untuk penggunaan keyboard pada computer,

posisi kerja netral yang dianjurkan adalah memenuhi prinsip

90-90-90, yang berarti 90 derajat sudut siku, 90 derajat sudut

lutut, 90 derajat sudut pinggang, dan 90 derajat sudut

pergelangan kaki.3

6. Layar Monitor

21

Bekerja dengan komputer ternyata dapat mengalami

penyakit akibat kerja yang berasal dari layar monitor. Mata adalah

organ tubuh yang paling mudah mengalami penyakit akibat kerja,

karena terlalu sering memfokuskan bola mata ke layar monitor.

Tampilan layar monitor yang terlalu terang dengan warna yang

³panas² seperti warna merah, kuning, ungu, oranye akan lebih

mempercepat kelelahan pada mata. Selain dari itu, pantulan cahaya

(silau) pada layar monitor yang berasal dari sumber lain seperti

jendela, lampu penerangan dan lain sebagainya, akan menambah

beban mata. Pencahayaan ruangan kerja juga berpengaruh pada

beban mata. Pemakaian layar monitor yang tidak ergonomis dapat

menyebabkan keluhan pada mata. Berdasarkan hasil penelitian, 77

% para pemakai layar monitor akan mengalami keluhan pada mata,

mulai dari rasa pegal dan nyeri pada mata, mata merah, mata

berair, sampai pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata.

Bila operator komputer menggunakan soft lens (lensa mata),

kelelahan mata akan lebih cepat terasa, karena mata yang dalam

keadaan memfokuskan ke layar monitor akan jarang berkedip

sehingga bola mata cepat menjadi kering dan ini menyebabkan

timbulnya gesekan antara lensa dan kelopak mata. Ruang

berpendingin (AC) akan lebih memperparah gesekan tersebut,

karena udara ruangan ber AC akan kering sehingga air mata akan

ikut menguap. 6,18

Akhir-akhir ini banyak dijual kaca filter untuk layar

monitor yang dipromosikan sebagai filter radiasi yang keluar dari

komputer. Menurut hasil penelitian yang penulis lakukan, untuk

operator komputer yang bekerja 8 jam per hari terus menerus,

ternyata radiasi yang keluar dari komputer (khususnya sinar-X)

sangat rendah yaitu sekitar 0,01739 m Rem per tahun. Harga

tersebut jauh lebih rendah dari pada radiasi yang berasal dari sinar

22

kosmis dan dari radiasi bumi (terresterial radiation) yang berkisar

145 m Rem per tahun. Sedangkan laju dosis radiasi yang diizinkan

untuk masyarakat umum adalah 500 m Rem per tahun. (20 Oleh

karena itu operator komputer yang bekerja 8 jam per hari, tetap

aman terhadap kemungkinan terkena bahaya radiasi yang mungkin

timbul dari tabung layar monitor. Sehingga kaca filter yang dijual

di pasaran lebih sesuai sebagai filter kesilauan (glare) dari cahaya

layar komputer, bukan sebagai filter radiasi.6,18

Untuk mengurangi keluhan pada mata, saran berikut ini

akan sangat berrnanfaat bagi pengguna komputer dalam menata

ruang kerja yang nyaman, yaitu: 6,17

Letakkan layar monitor sedemikian rupa sehingga tidak ada

pantulan cahaya dari sumber cahaya lain seperti lampu ruang

kerja dan jendela yang dapat menyebabkan kesilauan pada

mata.

Agar mata dapat membaca dengan nyaman, letakkan layar

komputer lebih rendah dari garis horizontal mata dengan

membentuk sudut hurang lebih 30 derjat. Keadaan ini dapat

dicapai bila pusat layar monitor terlettak sekitar 25 cm dari

garis horizontal mata sehingga mata akan mengarah ke bawah

(ke layar monitor). Jarak layar monitor dengan mata sekitar 40

cm. Posisi demikian akan sangat mengurangi kelelahan pada

mata.

Buatlah cahaya latar layar komputer dengan warna yang

dingin, misalnya putih keabu-abuan dengan warna huruf yang

kontras. Hindari penggunaan font huruf yang terlalu kecil

(kecuali terpaksa). Resolusi layar monitor sudah barang tentu

sangat berpengaruh terhadap ketajaman huruf maupun

gambar.

23

Agar mata tidak kering, sering-seringlah berkedip dan sesekali

pindahkan arah pandangan mata ke luar ruangan. Bila perlu

usaplah kelopak mata secara lembut (memijit ringan bola

mata).

II.5 JOB SAFETY ANALYSIS

II.5.1 Definisi

Sebuah analisis bahaya pekerjaan atau Job Safety Analysis (JSA) adalah

suatu teknik yang berfokus pada cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum

ia terjadi. Ini berfokus pada hubungan antara pekerja, tugas, alat, dan

lingkungan kerja. JSA merupakan identifikasi sistematik dari bahaya

potensial di tempat kerja yang dapat diidentifikasi, dianalisa dan direkam.

Idealnya, setelah mengidentifikasi bahaya yang tidak terkontrol, anda akan

mengambil langkah-langkah untuk menghilangkan atau menguranginya ke

tingkat risiko yang dapat diterima.5,7

Salah satu cara untuk mencegah kecelakaan di tempat kerja adalah dengan

menetapkan dan menyusun prosedur pekerjaan dan melatih semua pekerja

untuk menerapkan metode kerja yang efisien dan aman. Menyusun prosedur

kerja yang benar merupakan salah satu keuntungan dari menerapkan Job

Safety Analysis (JSA) – yang meliputi mempelajari dan membuat laporan

24

setiap langkah pekerjaan, identifikasi bahaya pekerjaan yang sudah ada atau

potensi (baik kesehatan maupun keselamatan), dan menentukan jalan terbaik

untuk mengurangi dan mengeliminasi bahaya ini.6,7

II.5.2 Kegunaan

Banyak pekerja yang terluka dan tewas di tempat kerja setiap hari di Amerika

Serikat. Keselamatan dan kesehatan dapat menambahkan nilai bisnis,

pekerjaan, dan kehidupan pekerja. JSA dapat membantu mencegah kecelakaan

kerja dan penyakit dengan memantau dan mnganalisa operasi di tempat kerja,

menetapkan prosedur pekerjaan yang layak, dan memastikan bahwa semua

karyawan dilatih dengan benar. Salah satu cara terbaik untuk menentukan dan

menetapkan prosedur kerja yang tepat adalah untuk melakukan Job Safety

Analysis. Job Safety Analysis adalah salah satu komponen dari komitmen yang

lebih besar sistem manajemen keselamatan dan kesehatan.4

JSA digunakan untuk meninjau metode kerja dan menemukan bahaya yang :

Mungkin diabaikan dalam layout pabrik atau bangunan dan dalam desain

permesinan, peralatan, perkakas, stasiun kerja dan proses.

Memberikan perubahan dalam prosedur kerja atau personel.

Mungkin dikembangkan setelah produksi dimulai.

Hal-hal yang dilakukan dalam penerapan JSA :

Identifikasi bahaya yang berhubungan dengan setiap langkah dari

pekerjaan yang berpotensi untuk menyebabkan bahaya serius.

Menentukan bagaimana untuk mengontrol bahaya.

Membuat perkakas tertulis yang dapat digunakan untuk melatih staf

lainnya.

Bertemu dengan pelatih OSHA untuk mengembangkan prosedur dan

aturan kerja yang spesifik untuk setiap pekerjaan.

Keuntungan dari melaksanakan JSA adalah :

Memberikan pelatihan individu dalam hal keselamatan dan prosedur kerja

efisien.

25

Membuat kontak keselamatan pekerja.

Mempersiapkan observasi keselamatan yang terencana.

Mempercayakan pekerjaan ke pekerja baru.

Memberikan instruksi pre-job untuk pekerjaan luar biasa.

Meninjau prosedur kerja setelah kecelakaan terjadi.

Mempelajari pekerjaan untuk peningkatan yang memungkinkan dalam

metode kerja.

Mengidentifikasi usaha perlindungan ynag dibutuhkan di tempat kerja.

Supervisor dapat belajar mengenai pekerjaan yang mereka pimpin.

Partisipasi pekerja dalam hal keselamatan di tempat kerja.

Mengurangi absent.

Biaya kompensasi pekerja menjadi lebih rendah.

Meningkatkan produktivitas.

Adanya sikap positif terhadap keselamatan.

II.5.3 BAHAYA

Apa itu bahaya?

Bahaya adalah potensi cedera. Dalam istilah praktis, bahaya sering

dikaitkan dengan suatu kondisi atau kegiatan yang, jika dibiarkan tidak terkontrol,

dapat menyebabkan cedera atau sakit. Mengidentifikasi bahaya dan

menghilangkan atau mengendalikan mereka sedini mungkin akan membantu

mencegah luka dan penyakit.5

Mengenal Bahaya

Sebuah Job Safety Analysis merupakan suatu tundakan mendeteksi bahaya

dalam pekerjaan. Tujuannya adalah untuk menemukan hal berikut5:

•Apa yang bisa salah?

• Apa konsekuensi?

•Bagaimana bisa muncul?

•Apa saja faktor-faktor lain yang memberikan kontribusi?

• Berapa besar kemungkinan bahwa bahaya akan terjadi?

26

Untuk membuat JSA lebih bermanfaat, jawaban pertanyaan-pertanyaan

diatas sebaiknya didokumetasi dan direkam secara konsisten. Menjelaskan bahaya

dengan cara ini membantu untuk memastikan bahwa upaya untuk menghilangkan

bahaya dan menerapkan kontrol bahaya pada bahaya yang ditarget berhasil.5

Skenario bahaya yang baik menggambarkan:

• Dimana itu terjadi (lingkungan),

• Siapa atau apa yang terjadi pada (paparan),

• Apa presipitat bahaya (pemicu),

• Hasil yang akan terjadi harus terjadi (konsekuensi), dan

• Setiap faktor lain yang berkontribusi

Jarang ditemukan bahaya mempunyai satu penyebab tunggal yang

mengakibatkan satu efek tunggal. Sering, banyak faktor yang berperan dalam

pembentukan suatu bahaya. Berikut adalah contoh dari sebuah skenario bahaya:

Di dapur (lingkungan), sementara membersihkan sisa makanan (pemicu),

tangan pekerja (paparan) datang ke dalam kontak dengan pisau. Ini

menyebabkanjarinya teriris piau dan menyebabkan jari-jarinya luka

(konsekuensi) dan berdarah banyak.

27

Gambar 1. Contoh Formulir JSA yang sederhana5

II.5.4 MENGEMBANGKAN SEBUAH JSA

Terapat beberapa metode ddalam mengembangkan suatu Job Safety

Assessment (JSA). Menurut WorkSafety Australia6 dalam meneliti suatu bahaya di

tempat kerja dapat dibagi menjadi 6 langkah.

Enam Langkah Manajemen risiko memiliki tiga tahap utama - identifikasi

resiko, penilaian resiko dan pengendalian resiko. Banyak kasus, pada tahap awal

mengidentifikasi resiko sebenarnya untuk mengidentifikasi semua risiko yang

terkait dengan kegiatan tertentu atau proses, dalam hal aktivitas tersebut lebih

tepat disebut sebagai identifikasi bahaya, penilaian resiko dan kemudian

pengendalian resiko.6

Strategi dan tujuan dari proses ini adalah untuk meminimalkan kemungkinan

atau konsekuensi dari risiko tertentu ke tingkat yang minimal dan bisa diterima.

Proses Manajemen Risiko meliputi6:

1. Identifikasi bahaya

2. Identifikasi risiko terkaiy

3. Penilaian risiko - yang meliputi:

a. Kemungkinan

b. Konsekuensinya

c. Menetapkan prioritas perbaikan

4. Pengendalian resiko - menggunakan hirarki tindakan pengendalian yang

terdiri dari (dalam urutan preferensi):

a. Penghapusan

b. Pergantian

c. Isolasi

d. Teknik Kontrol

e. Kontrol Administrasi

f. Alat Pelindung Diri (APD)

28

5. Dokumentasi proses

6. Monitoring dan Review proses.

Menurut OSHA1

A. Memilih Pekerjaan

Pekerjaan dengan sejarah kecelakaan yang buruk mempunyai prioritas dan

harus dianalisa terlebih dulu. Dalam memilih pekerjaan yang akan dianalisa,

supervisor sebuah departemen harus memenuhi faktor berikut ini :

1. frekuensi kecelakaan.

Sebuah pekerjaan yang sering kali terulang kecelakaan merupakan

prioritas utama dalam JSA.

2. tingkat cedera yang menyebabkan cacat.

Setiap pekerjaan yang menyebabkan cacat harus dimasukan ke dalam JSA.

3. kekerasan potensi

Beberapa pekerjaan mungkin tidak mempunyai sejarah kecelakaan namun

mungkin berpotensi untuk menimbulkan bahaya.

4. pekerjaan baru

JSA untuk setiap pekerjaan baru harus dibuat sebisa mungkin. Analisa

tidak boleh ditunda hingga kecelakaan atau hamper terjadi kecelakaan.

5. mendekati bahaya

Pekerjaan yang sering hampir terjadi bahaya harus menjadi prioritas JSA.

B. Membagi Pekerjaan

Untuk membagi pekerjaan, pilihlah pekerja yang benar untuk melakukan

observasi. Pilihlah pekerja yang berpengalaman, mampu dan kooperatif sehingga

mampu berbagi ide. Jelaskan tujuan dan keuntungan dari JSA kepada pekerja.

Observasi performa pekerja terhadap pekerjaan dan tulis langkah dasar

JSA. Rekaman video pekerjaan dapat digunakan untuk peninjauan di masa

mendatang. Pertanyakan langkah awal pekerjaan dilanjutkan langkah selanjutnya

dan seterusnya.

29

C. Identifikasi Bahaya dan Potensi Kecelakaan Kerja

Tahap berikutnya untuk mengembangkan JSA adalah identifikasi semua

bahaya termasuk dalam setiap langkah. Identifikasi semua bahaya baik yang

diproduksi oleh lingkungan dan yang berhubungan dngan prosedur kerja.

Tanyakan pada diri masing-masing pertanyaan berikut untuk setiap tahap:

- adakah bahaya mogok, akan mogok atau kontak yang berbahaya dengan

objek pekerjaan?

- Dapatkah pekerja memegang objek dengan aman?

- Dapatkah gerakan mendorong, menarik, mengangkat, menekuk atau

memutar yang dilakukan menyebabkan ketegangan?

- Adakah potensi tergelincir atau tersandung?

- Adakah bahaya jatuh ketika pekerja berada di tempat tinggi?

- Dapat pekerja mencegah bahaya saar kontak dengan sumber listrik putus?

- Apakah lingkungan berbahaya bagi keselamatan dan kesehatan? Adakah

konsentrasi gas beracun, asap, kabut, uap, debu, panas atau radiasi?

- Adakah bahaya ledakan?

D. Mengembangkan Solusi

Langkah terakhir dalam JSA adalah mengembangkan prosedur kerja yang aman

untuk mencegah kejadian atau potensi kecelakaan. Beberapa solusi yang mungkin

dapat diterapkan:

- Menemukan cara baru untuk suatu pekerjaan

- Mengubah kondisi fisik yang menimbulkan bahaya.

- Mengubah prosedur kerja,

- Mengurangi frekuensi pekerjaan.

Poin utama dari job safety analysis adalah : mencegah kecelakaan dengan

antisipasi dan eliminasi serta mengontrol bahaya yang ada.

Langkah-langkah yang berlaku umum, dalam urutan preferensi, adalah3:

1. Menghilangkan bahaya tersebut.

30

Ini adalah ukuran yang paling efektif. Teknik-teknik ini harus digunakan

untuk menghilangkan bahaya:

a. Pilih proses yang berbeda

b. Memodifikasi proses yang ada

c. Mengganti dengan substansi kurang berbahaya

d. Meningkatkan lingkungan (ventilasi)

e. Memodifikasi atau mengubah peralatan atau alat

2. Kontaminasi Bahaya

Jika bahaya tidak dapat dihilangkan, kontak mungkin dicegah dengan

menggunakan lampiran, penjaga mesin, bilik pekerja atau perangkat

sejenis.

3. Merevisi prosedur kerja

Pertimbangan akan diberikan untuk memodifikasi langkah-langkah yang

berbahaya, mengubah urutan langkah-langkah, atau menambah langkah

tambahan (seperti mengunci sumber energi).

4. Mengurangi Pemaparan/Eksposur

Langkah-langkah ini adalah yang paling efektif dan harus digunakan

hanya jika tidak ada solusi lain yang mungkin. Salah satu cara untuk

meminimalkan paparan adalah untuk mengurangi jumlah kali bahaya yang

dihadapi. Sebuah contoh adalah memodifikasi mesin sehingga kurang

pemeliharaan diperlukan. Penggunaan alat pelindung diri (APD) yang

layak mungkin diperlukan. Untuk mengurangi keparahan kecelakaan,

fasilitas darurat, seperti stasiun pencuci mata, mungkin perlu diberikan.

31

Dalam daftar tindakan pencegahan, tidak menggunakan pernyataan umum

seperti "hati-hati" atau "hati-hati gunakan". Laporan khusus yang

menggambarkan kedua tindakan apa yang harus diambil dan bagaimana

itu harus dilakukan yang lebih baik. Langkah-langkah yang dianjurkan

tercantum di kolom sebelah kanan lembar kerja, nomor sesuai dengan

bahaya yang dimaksud.

32

Alur Kerja Petugas Radiologi

33

PetugasRADIOLOGI

Penerimaan pasien

Melakukan tindakan

pemeriksaan

Penyetoran /pengolahan hasil

Faktor Fisik: Pencahayaan,

Kebisingan, Suhu Ruangan.

Faktor Ergonomi:

Waktu kerja yang lama, Posisi kerja (berdiri), Tidak terdapat kursi, Letak brankar, kursi roda yang terlalu rendah.

Faktor Psikososial:

Interaksi dengan pasien, pekerjaan

yang monoton

Faktor Fisik: Pencahayaan,

Kebisingan, Suhu Ruangan.

Faktor Biologi:Penyebaran

kuman melalui kontak tangan

pada saat pembayaran.

Faktor Ergonomi:

Waktu kerja yang lama, Posisi kerja

berdiri, Tidak terdapat kursi,Memindahkan

pasien dari pendorong ke

tempat pemeriksaan.

Faktor Psikososial:

Tanggung jawab terhadap pasien,

Interaksi terhadap sesama rekan

kerja, Pekerjaan yang monoton

Faktor Fisik: Pencahayaan,

Kebisingan, Suhu Ruangan.

Faktor Ergonomi:

Waktu kerja yang lama, Posisi kerja

yang monoton (berdiri), Tidak terdapat kursi,

Letak meja yang terlalu rendah.

Tempat pengolahan yang

rendah

Faktor Psikososial:

Tenggung jawab terhadap pasien,

Interaksi terhadap sesama rekan

kerja, Pekerjaan yang monoton

Memindahkan pasien ke tempat

pemeriksaan

Faktor Fisik: Pencahayaan,

Kebisingan, Suhu Ruangan.

Faktor Ergonomi:Waktu kerja yang

lama, Posisi kerja yang monoton (berdiri),

Tidak terdapat kursi, Letak monitor, meja, dan keyboard yang

terlalu rendah.Cahaya monitor menyebabkan kelelahan pada mata.

Faktor Psikososial: Tanggung jawab

keuangan terhadap pasien dan atasan, Interaksi terhadap

sesama rekan kerja, Pekerjaan yang

monoton

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Bahan dan Cara

III.1.1.Peralatan yang diperlukan

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey

(survey jalan sepintas) dalam rangka untuk survey aspek kesehatan dan

keselamatan kerja pada petugas kasir antara lain:

o Alat tulis menulis

Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey jalan

sepintas

o Kamera digital

Berfungsi sebagai alat untuk memotret kehidupan dan kegiatan

para kasir.

o Check List

Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer

mengenai survey jalan sepintas yang dilakukan.

III.1.2.Cara Pemantauan

Kami merencanakan untuk memantau dan mengidentifikasi faktor

yang berhubungan dengan kesehatan dan keselamatan kerja petugas kasir

di swalayan “Ramayana Makassar Town Square” Makassar dengan

metode walk through survey dengan menggunakan check list.

III.2. Lokasi

Lokasi survey aspek kesehatan dan keselamatan kerja nelayan

adalah di swalayan “Ramayana Makassar Town Square” Makassar.

III.3. Biaya

Biaya yang digunakan pada survey aspek kesehatan dan keselamatan

kerja petugas kasir ini adalah swadaya.

III.4. Jadwal

34

Penelitian mengenai kesehatan dan keselamatan kerja pada petugas

kasir di swalayan Ramayana Makassar Town Square akan dilaksanakan

selama kurang lebih 1 minggu.

09 April 2012 : Melapor ke bagian K3 di RS. Ibnu Sina dan

diberikan pengarahan

10 April 2012 : Membuat makalah mengenai Job Safety

Analysis dan Walk-through survey

11 April 2012 : Membuat proposal penelitian

12 April 2012 : Melakukan survey di lokasi penelitian

13 April 2012 : Membuat laporan hasil penelitian

35

BAB IV

HASIL IDENTIFIKASI DAN PEMBAHASAN

4.1. VISI DAN MISI

4.1.1. Visi RS “Ibnu Sina” YW-UMI Makassar

Menjadi Rumah sakit Pendidikan dengan pelayanan kesehatan yang

Islami, unggul dan terkemuka di Indonesia. (To be a teaching hospital with

Islamic, excellent and distinction medical services in Indonesia).

4.1.2. Misi RS “Ibnu Sina” YW-UMI Makassar

1) Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan unggul

yang menjunjung tinggi moral dan etika (MISI PELAYANAN

KESEHATAN)

2)Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan kedokteran dan

profefesional kesehatan lainnya serta penddidikan kesehatan kepada

masyarakat.(MISI PENDIDIKAN)

3) Melangsungkan pelayanan dakwah dan bimbingan spiritual kepada

pasien, keluarga pasien dan karyawan Rumah Sakit. (MISI DAKWAH).

4) Mengupayakan perolehan financial dari beberapa kegiatan Rumah

Sakit. (MISI FINANSIAL).

5) Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan tanggungannya (MISI

KESEJAHTERAAN)

4.2. STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI

Struktur organisasi merupakan rangkaian hubungan kerja sama dalam

rangka mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan. Setiap perusahaan dan/atau

Rumah Sakit mempunyai struktur organisasi yang berbeda dengan perusahaan/

Rumah Sakit lainnya tergantung pada jenis dan luasnya bidang usaha serta

kebutuhan itu sendiri. Dalam struktur organisasi harus terdapat pemisahan fungsi

36

Koordinator Pelayanan

Wadir Pelayanan Medik

Kepala Instalasi Radiologi

Direktur

Para Dokter Spesialis

Kepala Ruangan

RadiograferPelapor

InventarisLogistik

KeuanganAdministrasi

yang jelas. Adanya pemisahan fungsi yang jelas setiap bagian dapat mengetahui

kedudukan dan posisinya dalam perusahaan.

Struktur organisasi ini dimaksudkan sebagai pedoman dan landasan kerja

perusahaan agar dapat terlaksana dengan baik.

BAGAN SUSUNAN ORGANISASI

RS “Ibnu Sina” YW-UMI Makassar

Gambar. Struktur Organisasi

4.3 TENAGA KERJA INSTALASI RADIOLOGI

4.3.1. Sistem Kerja Petugas Radiologi

Dari hasil Walk-through Survey yang telah dilakukan di Instalasi radiologi

RS Ibnu Sina YW-UMI Makassar, di dapatkan informasi sebagai berikut:

37

Jumlah petugas yang bekerja di swalayan Instalasi Radiologi, Rumah

sakit Ibnu Sina YW-UMI Makassar berjumlah 7 orang.

Dalam satu bulan,tiap petugas memiliki ±24 hari kerja dan ±6 hari

libur.

Masing-masing petugas kasir memiliki waktu kerja jam sehari dengan

system kerja bergilir (shift), dimana selama waktu kerja tersebut

petugas memiliki waktu istirahat selama 1 jam.

Tiap shift mempunyai jumlah petugas masing-masing:

o Pagi : 4 orang

o Siang: 2 orang

o Malam: 1 orang

Waktu kerja dalam sehari dibagi kedalam empat shift antara lain :

Shift 1 : Pukul 07.00-14.00 WITA

Shift 2 : Pukul 14.00-21.00 WITA

Shift 3 : Pukul 21.00-07.00 WITA

4.3.2. Alur Pekerjaan

Alur Kerja Petugas Radiologi

38

Menerima Pengantar Radiologi

Menerima Pasien

Memindahkan Pasien dari Pendorong

Input DataMelakukan persiapan pasien

Melakukan tindakan Pemeriksaan (Foto Radiologi, USG)

Memindahkan Pasien ke

Pendorong

Pengolahan Hasil

Pembacaan dan Interpretasi

Hasil

Penyimpanan hasil secara

teratur

Pengedaran hasil

Gambar 4.1 Petugas radiologi saat bekerja

4.3.3. Alat Kerja yang Digunakan

- Meja Tulis - Alat USG

- Monitor - Alat dan Bahan Pencucian Foto

- Keyboard - Kotak Lampu

- Perangkat X-ray - Kontras

- Jas Pelindung Sinar X - Remote Kontrol

39

4.4. HASIL WALK THROUGH SURVEY

Berikut ini adalah hasil pemantauan dan identifikasi potensi-potensi

bahaya pada ruangan Instalasi Radiologi di RS Ibnu Sina Makassar mulai dari

penerimaan pengangtar ke ruangan Instalasi Radiologi sampai dengan pengedaran

hasil radiologi ke pasien. Pemantauan dan identifikasi ini dilakukan dengan

metode walk through survey dengan menggunakan job safety analysis dan

wawancara.

4.4.1 Tinjauan faktor-faktor yang mempengaruhi Kesehatan dan KeselamatanKerja

1. Menginput Data Pasien

- Faktor Fisik

Paparan cahaya lampu yang terlalu terang/gelap dan lama sehingga

dapat membuat mata lelah dan gangguan penglihatan.

Terdapat bising yang berasal dari perangkat radiologi, suara keluarga

yang banyak, dapat mengakibatkan gangguan pendengaran.

- Faktor Ergonomi

Posisi kerja yang duduk pada ketinggian yang tidak sesuai sehingga

dapat menyebabkan kelelahan pada otot leher, bahu, punggung dan

kaki.

Letak meja yang rendah tidak sesuai dengan tinggi siku saat berdiri,

sehingga dapat mengakibatkan kelelahan pada bahu dan tangan.

- Faktor Psikososial

- Interaksi dengan pasien yang terkadang tidak baik karena beberapa

pasien beserta keluarga yang tidak sabar untuk mengantri dapat

mengakibatkan stress

40

2. Menerima Pasien

- Faktor Fisik

Bahaya lantai yang licin

-Faktor Ergonomi

Mendorong di ruangan yang sempit dapat menyebabkan

musculoskeletal disorder.

Cara mendorong pasien yang salah dapat menyebabkan

Musculoskeletal disorder

3. Memindahkan Pasien dari brangkar ke tempat tidur

- Faktor Fisik

Paparan cahaya lampu yang terlalu terang dan lama sehingga dapat

membuat mata lelah dan gangguan penglihatan.

Terdapat bising yang berasal dari mesin radiolo, suara keluarga

pasien yang banyak dapat mengakibatkan gangguan pendengaran.

Paparan suhu yang ekstrim dan lama dapat menyebabkan gangguan

kulit dan ketidaknyamanan ketika bekerja

Faktor Biologi

Bahaya infeksi oppotunistik apabila petugas menyentuh pasien

Faktor Ergonomi

Cara memindahkan pasien yang salah dapat menyebabkan

Musculoskeletal disorder.

4. Persiapan Pasien

- Faktor Fisik

Paparan cahaya lampu yang terlalu terang dan lama sehingga dapat

membuat mata lelah dan gangguan penglihatan.

Terdapat bising yang berasal dari mesin radiologi, suara keluarga

pasien yang banyak dapat mengakibatkan gangguan pendengaran.

41

Paparan suhu yang ekstrim dan lama dapat menyebabkan gangguan

kulit dan ketidaknyamanan ketika bekerja

Faktor Ergonomi

Posisi kerja yang berdiri dan terus-menerus serta tidak adanya kursi

sebagai alat bantu dapat menyebabkan kelelahan pada otot leher,

bahu, punggung dan kaki.

Letak tempat tidur pasien yang rendah tidak sesuai dengan tinggi

siku saat berdiri, sehingga dapat mengakibatkan kelelahan pada bahu

dan tangan.

- Faktor Psikososial

Interaksi dengan sesama rekan kerja yang terkadang tidak baik jika

terdapat kesahalan dalam melakukan tindakan

Tanggungjawab terhadap keselamatan pasien dan terhadap petugas atasan

dalam melakukan tugas dengan cepat dan benar dapat mengakibatkan stress

5. Melakukan tindakan pemeriksaan radiologi ke atas pasien

- Faktor Fisik

Paparan cahaya lampu yang terlalu terang dan lama sehingga dapat

membuat mata lelah dan gangguan penglihatan.

Terdapat bising yang berasal dari mesin radiologi dapat

mengakibatkan gangguan pendengaran.

Skil yang tidak memeadai dan cara kerja yang tidak benar dapat

menyebabkan bahaya radiasi pada perugas radiologi.

Penggunaan APD yang tidak benar atau tidak mengenakan APD

sama sekali dapat menyebabkan bahay radiasi.

Paparan suhu yang ekstrim dan lama dapat menyebabkan gangguan

kulit dan ketidaknyamanan ketika bekerja

42

-Faktor Ergonomi

Posisi kerja yang berdiri dan terus-menerus serta tidak adanya kursi

sebagai alat bantu dapat menyebabkan kelelahan pada otot leher,

bahu, punggung dan kaki.

Letak alat pemgatur mesin (remote control) yang tidak sesuai dengan

tinggi petugas sehingga membutuhkan petugas utuk bekerja pada

posisi yag kurang nyaman dapat menyebabkan kelelahan otot

.-Faktor Psikososial

Tanggungjawab terhadap keselamatan pasien dan terhadap petugas

atasan dalam melakukan tugas dengan cepat dan benar dapat

mengakibatkan stress

6. Memindahkan Pasien dari tempat tidur ke brangkar

- Faktor Fisik

Paparan cahaya lampu yang terlalu terang dan lama sehingga dapat

membuat mata lelah dan gangguan penglihatan.

Terdapat bising yang berasal dari mesin radiolo, suara keluarga

pasien yang banyak dapat mengakibatkan gangguan pendengaran.

Paparan suhu yang ekstrim dan lama dapat menyebabkan gangguan

kulit dan ketidaknyamanan ketika bekerja

-Faktor Biologi

Bahaya infeksi oppotunistik apabila petugas menyentuh pasien

-Faktor Ergonomi

43

Cara memindahkan pasien yang salah dapat menyebabkan

Musculoskeletaldisorder.

7. Pengolahan Hasil

- Faktor Fisik

Paparan cahaya lampu yang terlalu gelap dan lama sehingga dapat

membuat mata lelah dan gangguan penglihatan.

Terdapat bising yang berasal dari mesin radiologi, suara keluarga

pasien yang banyak dapat mengakibatkan gangguan pendengaran.

Paparan suhu yang ekstrim dan lama dapat menyebabkan gangguan

kulit dan ketidaknyamanan ketika bekerja

Ventilasi yang kurang bagus dapat menyebabkan ketifaknyamanan

saat bekerja.

Penggunaan bahan kimia yang berbahaya dapat menyebabkan iritasi

mata dan kulit.

Gambar 4.3 Bahan kimia yang digunakan untuk mengolah hasil

foto radiologi pasien.

JOB SAFETY ANALYSIS DI RUANGAN RADIOLOGI RS IBNU

SINA MAKASSAR

44

Langkah-langkah kerja Potensi bahaya Rekomendasi

pengontrolan bahaya

Menginput data pasien ke

dalam komputer

-Radiasi computer

- Stress

-Masalah ergonomic à cara

duduk yang terlalu

membungkuk

-Debu pada buku-buku

laporan pasien

-Mengetik yang terlalu lama

dapat membuat Carpal

Tunnel Syndrome

- Memakai kacamata untuk

mengurangi radiasi

computer

-Istirahat untuk menghindari

kecapean, stress, dan salah

menulis status pasien

- Jangan membungkuk pada

saat menulis

- Jarak mata dengan

komputer harus kurang

lebih 30 cm

- Membersihkan debu-debu

pada buku-buku laporan

- Menyesuaikan letak meja

dengan tinggi siku saat

berdiri.

Mendorong pasien ke

ruangan Radiologi dengan

menggunakan brangkar

-Cara mendorong pasien

yang salah dapat

menyebabkan

Musculoskeletal disorder

-Mendorong dengan posisi

tubuh yang benar

-Tidak mendorong pasien

jika tidak sesuai dengan

kemampuan

Memindahkan pasien dari

brangkar ke tempat

pemeriksaan

- Cara memindahkan pasien

yang salah dapat

menyebabkan

Musculoskeletal disorder

- Menyentuh sumber infeksi

dari tubuh pasien atau

bahan-bahan yang

dikenakan pasien

- Occupational infeksi

-Memindahkan pasien

dengan posisi tubuh yang

benar

-Melakukan cuci tangan

rutin

-Menggunakan sarung

tangan

- Membuang sarung tangan

pada tempat sampah medis

-Melakukan cuci tangan

45

rutin

Memasukkan Kontras - Menyentuh sumber infeksi

dari tubuh pasien atau

bahan-bahan yang

dikenakan pasien

- Occupational infeksi

-Melakukan cuci tangan

rutin

-Menggunakan sarung

tangan dan masker

- Melakukan desinfeksi

-Membuang sarung tangan

pada tempat sampah medis

-Melakukan cuci tangan

rutin

Melakukan Pemeriksaan Faktor Fisik

bising yang berasal dari

mesin radiologi

Skil yang tidak memaadai

dan cara kerja yang tidak

benar dapat menyebabkan

bahaya radiasi pada perugas

radiologi.

Penggunaan APD yang

tidak benar atau tidak

mengenakan APD sama

sekali dapat menyebabkan

bahay radiasi.

Faktor Ergonomi

Posisi kerja yang berdiri

dan terus-menerus serta

tidak adanya kursi sebagai

alat bantu dapat

menyebabkan kelelahan

pada otot leher, bahu,

punggung dan kaki.

- memakai alat pelindung

diri seperti, muffler, jas

radiologi

Istirahat yang cukup dan

meletakkan remote control

pada tinggi yang sesuai

dengan petugas

46

Letak alat pemgatur mesin

(remote control) yang tidak

sesuai dengan tinggi

petugas sehingga

membutuhkan petugas utuk

bekerja pada posisi yag

kurang nyaman dapat

menyebabkan kelelahan

otot

Memindahkan pasien dari

tempat pemeriksaan ke

brangkar

- Cara memindahkan pasien

yang salah dapat

menyebabkan

Musculoskeletal disorder

- Menyentuh sumber infeksi

dari tubuh pasien atau

bahan-bahan yang

dikenakan pasien

- Occupational infeksi

-Memindahkan pasien

dengan posisi tubuh yang

benar

-Melakukan cuci tangan

rutin

-Menggunakan sarung

tangan

- Membuang sarung tangan

pada tempat sampah medis

-Melakukan cuci tangan

rutin

Pengolahan Hasil Iritasi kulit bila kontak

dengan bahan kimia obat

- Menggunakan sarung

tangan selama proses

pemeriksaan, pakaian

pelindung diri

- Tidak menyentuh

mulut, mata, lubang

hidung selama proses

pemeriksaan

Melakukan cuci tangan rutin

sehabis bekerja

Pembacaan dan Interpretasi

Hasil

-Masalah ergonomic à cara

duduk yang terlalu

- Duduk dengan poisi

yang benar dan jangan

47

membungkuk

Faktor Fisik à melihat

kotak lampu teralu lama

terlalu bungkuk

- Istirahat dari membaca

hasil foto tiap 15 menit

dengan interval 1-2

menit.

-Menyesuaikan letak meja

dengan tinggi siku saat

berdiri

-Jarak mata dengan foto

harus kurang lebih 30 cm

BAB V

48

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. KESIMPULAN

Berdasarkan penilaian Job Survey Analysis dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Pada saat mendorong pasien dan memindahkan pasien , didapatkan faktor

ergonomi, berupa posisi kerja salah yang dapat menyebabkan

Musculoskleletal disorder..

b. Pada saat memindahkan pasien, menyiapkan pasien dengan pesangan infus

atau penyuntikan bahan kontras didapatkan resiko menyentuh sumber infeksi

dari tubuh pasien atau bahan-bahan yang dikenakan pasien sehingga dokter

dan radiografer harus melakukan cuci tangan rutin, memakai alat pelindung

diri seperti sarung tangan dan masker, melakukan desinfeksi pada daerah

tubuh pasien yang akan disentuh, serta setelah itu melakukan cuci tangan rutin

kembali untuk menghindari resiko terkena occupational infeksi. Setelah

memakai sarung tangan dan masker maka alat pelindung diri tersebut harus

dibuang ke tempat sampah medis yang telah disiapkan.

c. Pada saat melakukan pemeriksaan dan pengontrolan perangkat radiologi,

didapati, petugas harus berdiri sehingga ini dapat menyebabkan masalah

musculoskeletal. Pada pemeriksaan USG, walaupun terdapat kursi, tetapi jika

posisi tidak diatur dngan baik juga dapat menyebabkan masalah

musculoskeletal.

d. Pada saat mengolah hasil, terdapat penggunaan bahan kimia yang bersifat

irritatif dan dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan mata sehingga petugas

harus melakukan cuci tangan rutin, memakai alat pelindung diri seperti sarung

tangan dan masker, melakukan desinfeksi pada daerah tubuh pasien yang akan

disentuh, serta setelah itu melakukan cuci tangan rutin kembali untuk

menghindari resiko terkena occupational infeksi juga menghindari penularan

penyakit dari dokter ke pasien itu sendiri. Setelah memakai sarung tangan dan

masker maka alat pelindung diri tersebut harus dibuang ke tempat sampah

medis yang telah disiapkan.

49

e. Pada saat membuat status pasien dan menginput data pasien ke dalam

computer, didapatkan faktor ergonomic berupa posisi duduk yang

membungkuk, jarak mata dengan objek yang sangat dekat. Maka perlunya

menyesuaikan letak meja dengan tinggi siku saat berdiri supaya pada saat

menulis dan mengetik posisi tubuh dalam keadaan tidak membungkuk. Faktor

fisik seperti radiasi komputer, debu pada buku-buku laporan, faktor

psikososial berupa stress akibat pekerjaan. Maka diperlukan kesadaran untuk

membersihkan meja dan buku-buku laporan supaya tidak berdebu, serta untuk

mengurangi stress diperlukan istirahat, tidak memaksakan berkerja berlebihan,

juga dibutuhkan sikap dokter dan paramedis ruangan Insatalasi Radiologi

untuk menjaga silaturahmi dengan atasan, pasien, dan sesama rekan kerja,

agar terjalin rasa persaudaraan yang kuat.

V.2 SARAN

1) Diharapkan agar pengurus organisasi / unit K3 mengevaluasi masalah yang

berhubungan dengan kesehatan, keselamatan dan lingkungan kerja di RS

Ibnu Sina Makassar agar setiap petugas dapat bekerja optimal. Dan

sebaiknya setiap tenaga kerja diberikan selebaran tentang kesehatan kerja

dan penyakit akibat kerja.

2) Secara umum, dalam hal lingkungan kerja, diharapkan agar:

– Segala yang berhubungan dengan faktor fisik seperti pencahayaan

dan suhu ruangan sebaiknya dihindari atau dikurangi. Dan pihak

rumah sakit lebih memperhatikan fasilitas ruang ICU guna

mendukung terciptanya pelayanan yang baik.

– Dari faktor ergonomi, tempat kerja petugas sebaiknya disesuaikan

dengan postur tubuh petugas. Setiap petugas juga sebaiknya

mengikuti pelatihan tentang ergonomik.

– Faktor Psikososial, agar para dokter dan petugas ruangan radiologi

menjaga silaturahmi dengan atasan, pasien, dan sesama rekan kerja,

agar terjalin rasa persaudaraan yang kuat.

50

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI (2009).Standar Kesehatan dan Keselamatan

Kerja di Rumah Sakit.

51

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

432/MENKES/SK/IV/2007 tentang “Pedoman Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.

3. Keputusan Menteri Kesehatan RepublikIindonesia nomor :

1087/MENKES/SK/VIII/2010 “Standar Kesehatan Dan Keselamatan

Kerja Di Rumah Sakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Direktorat Bina Kesehatan Kerja Tahun 2010.

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1014/MENKES/SK/XI/2008 Tentang Standar Pelayanan Radiologi

Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia

5. U.S Department of Labor Occupational Safety and Hazard Administration.

Job Hazard Analysis. 2002. [cited on April 10th 2012] [online]. Available

from : http://www.osha.gov/Publications/osha3071.pdf

6. WorkSafe Act Australia. Office of Regulatory Services. Updated 02

March 2012. [cited on April 10th 2012] [online]. Available from :

http://www.worksafety.act.gov.au/page/view/1039#1.%20Identify%20the

%20Hazard

7. Health and Safety Programs. Canadian Centre for Occupational Health &

Safety. Date Modified: 2008-05-29 [cited on April 10th 2012] [online].

Available from : http://www.ccohs.ca/oshanswers/hsprograms/job-

haz.html?print

8. Roughton,J and Crutchfield,N (2008) "Job Hazard Analysis, A Guide for

Voluntary Compliance and Beyond," Butterworth-Heinemann. ISBN 978-

0-7506-8346-3

LAMPIRAN

CHECK LIST KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

INSTALASI RADIOLOGI RS IBNU SINA

52

1. Faktor Fisik

No. PERIHAL YA TIDAK KET

1. Pencahayaan ;

- Apakah ada pencahayaan

cukup terang

- Apakah warna cahaya lampu

yang sesuai

- Apakah warna dinding ruangan

yang terang

2. Apakah ada sumber bising

3. Apakah ada sumber getaran

4. Apakah ada sumber radiasi

5. Apakah terdapat sumber listrik

dengan kekuatan tinggi ?

2. Faktor Kimia

No. PERIHAL YA TIDAK KET

1. Bahan Kimia yang ada mempunyai

label dan nama produk serta tanda-

tanda bahaya yang dapat ditimbulkan

2. Tenaga kerja pernah mengikuti

pelatihan/training mengenai

penggunaan bahan kimia

3. Apakah dalam penggunaan bahan

kimia tenaga kerja menggunakan APD

4. Apakah ventilasi tempat penyimpanan

bahan kimia sudah cukup

5. Apakah seluruh bahan kimia disimpan

53

dan ditangani secara baik

3. Faktor Biologi

No. PERIHAL YA TIDAK KET

1. Tersedia tempat sampah

2. Menggunakan APD saat bekerja Tidak

semua

3. Tersedia desinfektan untuk cuci tangan

4. Tersedia tempat cuci tangan/washtafel

4. Faktor Ergonomi

No. PERIHAL YA TIDAK KET

1. Apakah ada posisi kerja yang

menimbulkan kelelahan ?

2. Apakah Anda diharuskan mengangkat

barang yang berat ?

3. Apakah terdapat barang atau peralatan

yang disimpan di tempat yang sulit

dijangkau ?

4. Apakah ruangan kerja diatur dengan

baik sehingga pekerja dapat bergerak

dengan mudah dan leluasa?

5. Apakah ada petugas yang telah

mengikuti pelatihan tentang ergonomic

(keserasian dalam bekerja) ?

6. Apakah peralatan yang digunakan

memerlukan skill khusus ?

7. Apakah peralatan yang digunakan

memerlukan posisi khusus agar dapat

54

dioperasikan?

5. Kesehatan Kerja

No. PERIHAL YA TIDAK KET

1. Tersedia Kotak P3K

2. Diadakan Pemeriksaan Kesehatan

Berkala

3. Terdapat Penyakit yang disebabkan

oleh Pekerjaan

4. Ada Pelatihan Rencana Tanggap

Gawat darurat Medis (MERP), seperti

; BTCLS, BHD

5. Jumlah pegawai yang telah mengikuti

MERP

6. LingkunganNo. PERIHAL YA TIDAK KET

1. Apakah suhu ruangan memungkinkan

untuk bekerja dengan nyaman ?

2. Apakah ventilasi ruangan cukup

memadai ?

3. Apakah kelembapan ruangan baik?

4. Apakah lantai ruangan tempat kerja

licin sehingga pekerja mudah terpleset

?

5. Apakah ruangan kerja cukup luas ?

6. Apakah alat ventilasi dan pendingin

ruangan berfungsi dengan baik ?

7. Apakah ruang kerja dianggap bersih ?

55

8. Apakah terdapat pintu darurat yang

mudah diakses ?

7. PsikososialNo. PERIHAL YA TIDAK KET

1. Apakah pekerja harus menggunakan

konsentrasi penuh dalam jangka

waktu yang panjang ?

2. Apakah terdapat jadwal kerja yang

bergilir (pembagian shift kerja) ?

3. Apakah pembagian shift kerja sudah

baik ?

4. Apakah terdapat jadwal istirahat bagi

pekerja?

5. Apakah pekerja dituntut untuk

memberikan pelayanan yang tepat dan

cepat ?

6. Apakah ada pekerjaan yang bersifat

emergensi?

7. Apakah ada interaksi sosial antara

sesama pekerja ?

8. Apakah terdapat hubungan yang baik

dengan pihak manajemen rumah

sakit ?

56