11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefinisikan oleh WHO sebagai bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Definisi ini berdasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai kontribusi terhadap kesehatan yang buruk. (Rahayu, 2009). Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga 1

PROPOSAL KTI BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PARITAS

Citation preview

Page 1: PROPOSAL KTI BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefinisikan oleh WHO sebagai

bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Definisi ini

berdasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan bahwa bayi

lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai kontribusi terhadap

kesehatan yang buruk. (Rahayu, 2009).

Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah

kesehatan yang sering dialami pada sebagian masyarakat yang ditandai dengan

berat lahir kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan

dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini

berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah

perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan

pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena

aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka

dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan

paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin, tingkat pendidikan dan

pemanfaatan pelayanan antenatal. (Depkes RI, 2005)

Berdasarkan perkiraan organisasi kesehatan dunia World Health

Organization (WHO) hampir semua (98%) dari lima juta kematian neonatal

terjadi di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga kematian itu terjadi pada

1

Page 2: PROPOSAL KTI BAB I

2

periode neonatal dini. Umumnya karena Berat Badan Lahir kurang dan 2.500

gram. Menurut WHO (17%) dari 25 juta persalinan pertahun adalah Bayi Berat

Lahir Rendah (BBLR) dan hampir semua terjadi di negara berkembang

(Dinkes, 2009).

Salah satu indikator untuk mengetahui derajat Angka kematian bayi

(AKI) di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Angka kematian bayi di

Indonesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup tahun 2003, ini memang

bukan gambaran yang indah karena masih terbilang tinggi bila dibandingkan

dengan negara-negara di bagian Association South of East Asian Nations

(ASEAN). Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan

perinatal. Dan seluruh kematian perinatal sekitar (2-27%) disebabkan karena

kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR

pada saat ini diperkirakan (7-14%) yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Dinkes,

2009).

Secara umum Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir

rendah (BBLR) yang diperoleh berdasarkan survey nasional. Proporsi BBLR

ditentukan berdasarkan estimasi yang sifatnya sangat kasar, yaitu berkisar

antara (7 - 14%) selama periode 2000-2009. Jika proporsi ibu hamil adalah

2,5% dari total penduduk maka setiap tahun diperkirakan 355.000 - 71 0.000

dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR (Profil Kesehatan,2009).

Jumlah kematian bayi di Propinsi Jawa Barat tahun 2007 sejumlah

4.272. Di pusat rujukan regional Jawa Barat setiap tahunnya antara 20 – 25%

kelahiran BBLR (Esty, 2009 ).

Page 3: PROPOSAL KTI BAB I

3

Di RSUD Tasikmalaya tahun 2012 jumlah kematian bayi yang di

sebabkan karena berat bayi lahir rendah (BBLR) sebanyak 33 kasus dari 572

kelahiran dengan BBLR dan merupakan penyebab kematian bayi urutan ke 4

terbesar. sedangkan pada bulan januari tahun 2013 BBLR yang lahir sebanyak

7 kelahiran (medical record RSUD Tasikmalaya)

Bayi Berat Lahir Rendah (kurang dari 2500 gram) merupakan salah

satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal .

Menurut Depkes RI BBLR bersama kehamilan prematur mengakibatkan

gangguan yang menjadi penyebab nomor 3 kematian masa perinatal di rumah

sakit tahun 2005 (Dinkes, 2008).

Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di

masyarakat karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat

dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang ditolong oleh dukun atau

tenaga non kesehatan lainnya (Dinkes, 2008)

Beberapa faktor yang berkaitan dengan penelitian antara lain:

1) Menurut Hasan, dkk (2000) Umur ibu merupakan salah satu faktor yang

menyebabkan kejadian bayi dengan berat lahir rendah dimana angka kejadian

tertinggi BBLR adalah pada usia di bawah 20 tahun dan pada multigravida

yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada

usia ibu antara 26 - 30 tahun (Kosim. MS, 2008). 2) Pendidikan, berdasarkan

tingkat pendidikan ibu dapat dijelaskan bahwa terdapat kecenderungan

terhadap kematian bayi yang jumlahnya lebih banyak pada ibu yang memiliki

tingkat pendidikan rendah (SD) hingga tidak sekolah), namun dalam uji

Page 4: PROPOSAL KTI BAB I

4

korelasi tidak terdapat hubungan yang bermakna (Hartono dkk, 2006).

Pendidikan banyak menentukan sikap dan tindakan dalam menghadapi

berbagai masalah misalnya membutuhkan vaksinasi untuk anaknya, memberi

oralit waktu menceret misalnya kesedian menjadi peserta keluarga, termasuk

pengaturan makanan bagi ibu hamil untuk mencegah timbulnya bayi dengan

berat badan lahir rendah (BBLR) bahwa ibu mempunyai peranan yang cukup

penting dalam kesehatan dan pertumbuhan, akan dapat ditunjukan oleh

kenyataan berikut, anak- anak dan ibu mempunyai latar belakang. Pendidikan

lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup serta tumbuh kembang yang baik

(Rahayu, 2008), 3) Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai

oleh seorang wanita (BKKBN, 2006).

Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas yang

tinggi adalah yang berhubungan dengan kejadian BBLR. Pengaruh paritas

terhadap kejadian BBLR berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa

paritas merupakan faktor resiko penyebab kejadian BBLR dimana ibu dengan

paritas >3 anak beresiko 2 kali terhadap melahirkan bayi dengan BBLR

(Akhyar Yayan, 2007).

Kejadian BBLR yang tinggi menunjukkan bahwa kualitas kesehatan

dan kesejahteraan masyarakat itu masih rendah. Untuk itu diperlukan upaya

untuk menurunkan angka kejadian BBLR agar kualitas kesehatan dan

kesejahteraan masyarakat menjadi meningkat. Kejadian BBLR ini bisa dicegah

bila kita mengetahui penyebabnya (Elizawarda, 2003).

Page 5: PROPOSAL KTI BAB I

5

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Hubungan Pendidikan dan Paritas Ibu dengan kejadian

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatologi RSUD Kota

Tasikmalaya”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini “Adakah hubungan tingkat pendidikan dan paritas ibu

dengan kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) ?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan pendidkan dan paritas ibu dengan kejadian

berat bayi lahir rendah (BBLR) di ruang perinatologi RSUD Kota

Tasikmalaya.

2. Tujuan Khusus

a. Mendapatkan gambaran antara tingkat pendidikan ibu bersalin dengan

berat bayi lahir rendah (BBLR) di ruang perinatologi RSUD Kota

Tasikmalaya.

b. Mendapatkan gambaran antara paritas ibu bersalin dengan berat bayi

lahir rendah (BBLR) di ruang perinatologi RSUD Kota Tasikmalaya.

c. Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan berat bayi

lahir rendah (BBLR) di ruang perinatologi RSUD Kota Tasikmalaya.

Page 6: PROPOSAL KTI BAB I

6

d. Menganalisis hubungan antara paritas ibu dengan berat bayi lahir rendah

(BBLR) di ruang perinatologi RSUD Kota Tasikmalaya.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan pengantar

Ilmu Kebidanan mengenai kesehatan masyarakat khususnya dalam Asuhan

Neonatal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Untuk menambah pengetahuan dan informasi mengenai berat bayi

lahir rendah (BBLR) sehingga dapat meningkatkan pelayanan dan

memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan referensi dan bahan kajian tentang

hubungan pendidikan dan paritas terhadap kejadian berat bayi lahir

rendah (BBLR) sehingga mahasiswa dapat meningkatkan wawasannya.

c. Bagi Profesi

Penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai referensi bagi

bidan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan, terutama yang

berhubungan dengan berat bayi lahir rendah (BBLR)

Page 7: PROPOSAL KTI BAB I

7

d. Bagi Rumah Sakit umum daerah kota tasikmalya

Diharapkan dapat dijadikan bahan referensi dan informasi bagi

RSUD kota tasikmalaya sehingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan

terutama dalam kasus (BBLR).

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan referensi untuk

melakukan peneliti selanjutnya terutama yang berhubungan dengan

hubungan pendidikan dan paritas yang mempengaruhi terjadinya (BBLR)

sehingga dapat menghasilkan penelitian yang lebih baik.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian telaah pustaka, maka peneliti menemukan hasil

penelitian Dida Nurul Huda (2012) dengan judul “Karakteristik ibu yang

Melahirkan dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Kabupaten

Ciamis” dengan desain penelitian menggunakan metode kuantitatif.

Persamaan penelitian yang lalu dengan yang akan diteliti adalah metode

penelitian sedangkan perbedaan penelitian yang lalu dengan yang akan diteliti

adalah judul, tempat penelitian, dan metode pendekatan penelitian. Adapun

sampel yang akan peneliti lakukan yaitu dengan menggunakan Total Sampling.