24
 1 A. Judul Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP B. Latarbelakang ³Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan  bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu´ (BSNP, 2006: 3). Tujuan tertentu yang dimaksud meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan  peserta didik. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendid ikan (KTSP). Dalam KTSP, kurikulum d isusun dan d ilaksanakan oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang tergabung dalam rumpun IPA. Berkaitan dengan IPA, KTSP menyatakan bahwa: Ilmu Penge tahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara m encari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan h anya penguasaan kumpulan  pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi  juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA menekankan pada  pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahka n untuk mencari tahu dan b erbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2006 : 377). Pada umumnya pembelajaran sains (IPA) di indonesia masih menekankan tingkat hafalan dari sekian banyak materi atau pokok bahasan tanpa diikuti dengan pemahaman yang dapat diterapkan siswa ketika berhadapan dengan situasi nyata dalam kehidupannya. Pembelajaran sains masih di dominasi oleh penggunaan metode ceramah dan kegiatannya lebih berpusat pada guru (teacher-centered). Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting (Firman dalam Dhita, 2009). Taniredja (2011:45) juga menyatakan bahwa metode ceramah merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam proses pembelajaran. Harsanto (2007:10) menegaskan bahwa proses pembelajaran selama ini mengarah pada penguasaan hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak. Tidak sedikit siswa dalam segitiga  pendidikan (guru, orangtua, dan siswa atau anak) diperankan sebagai objek yang diatur,  bukan sebagai subjek yang disirami, dipupuk dan dipelihara, anak selalu disalahkan (Musrofi, 2010:21) .

Proposal Lely

Embed Size (px)

Citation preview

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 1/24

1

A.  Judul

Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam

Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP

B.  Latarbelakang

³Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan

 bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu´

(BSNP, 2006: 3). Tujuan tertentu yang dimaksud meliputi tujuan pendidikan nasional

serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan

 peserta didik. Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP, kurikulum disusun dan dilaksanakan oleh

satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan

kebutuhan dan potensi yang ada di daerah. Fisika merupakan salah satu mata pelajaran

yang tergabung dalam rumpun IPA. Berkaitan dengan IPA, KTSP menyatakan bahwa:

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

 pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi

  juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA menekankan pada

  pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa

mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPAdiarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk 

memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam sekitar (Depdiknas, 2006 :

377).

Pada umumnya pembelajaran sains (IPA) di indonesia masih menekankan tingkat

hafalan dari sekian banyak materi atau pokok bahasan tanpa diikuti dengan pemahaman

yang dapat diterapkan siswa ketika berhadapan dengan situasi nyata dalam kehidupannya.

Pembelajaran sains masih di dominasi oleh penggunaan metode ceramah dan kegiatannya

lebih berpusat pada guru (teacher-centered). Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya

mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting (Firman

dalam Dhita, 2009). Taniredja (2011:45) juga menyatakan bahwa metode ceramah

merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam proses pembelajaran. Harsanto

(2007:10) menegaskan bahwa proses pembelajaran selama ini mengarah pada penguasaan

hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak. Tidak sedikit siswa dalam segitiga

  pendidikan (guru, orangtua, dan siswa atau anak) diperankan sebagai objek yang diatur,

  bukan sebagai subjek yang disirami, dipupuk dan dipelihara, anak selalu disalahkan

(Musrofi, 2010:21).

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 2/24

Kondisi pembelajaran sains seperti itu kemungkinan menjadi penyebab dari hasil

 penelitian literasi sains pada PISA Nasional 2006 yang menunjukan bahwa literasi peserta

didik indonesia masih berada pada tingkatan rendah. Dari analisis tes PISA Nasional 2006

yang dilakukan oleh Firman (dalam Dhita, 2009), dapat dikemukakan temuan bahwa

capaian literasi peserta didik rendah, dengan rata-rata sekitar 32% untuk keseluruhan

aspek, yang terdiri atas 29% untuk konten, 34% untuk proses, dan 32% untuk konteks.

Dari hasil temuan tersebut, terutama untuk aspek konteks aplikasi sains terbukti hampir 

dapat dipastikan bahwa banyak peserta didik di indonesia tidak mampu mengaitkan

  pengetahuan sains yang dipelajarinya dengan fenomena-fenomena yang terjadi di dunia,

karena mereka tidak memperoleh pengalaman untuk mengaitkannya.

Dari pemaparan di atas menunjukkan bahwa ternyata ada kaitan antara literasi sains

siswa dengan proses pembelajaran yang diterapkan. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang dapat membantu proses belajar siswa sesuai harapan KTSP sehingga

literasi sains siswa dapat meningkat. Salah satu model pembelajaran yang inovatif,

kontekstual, dan efisien yang dapat membantu proses pembelajaran sesuai harapan KTSP

dan diharapkan dapat   berekspansi keluar dari sekedar mempelajari pengetahuan menuju

ke penggunaan pengetahuan dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah-masalah

 praktis yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-sehari adalah model pembelajaran

Sains Teknologi Masyarakat (STM). Sebagaimana diungkapkan oleh Poedjiaji

(2010:124) bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat

yang sekarang sudah merupakan model, mengembangkan kemampuan kognitif, afektif,

dan psikomotorik yang secara utuh dibentuk dalam diri individu sebagai peserta didik,

dengan harapan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih lanjut lagi

Poedjiaji menyatakan bahwa tujuan model pembelajaran sains teknologi masyarakat ialah

untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki

kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya.

Dengan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka penulis tertarik untuk 

melakukan penelitian penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada

  pembelajaran fisika untuk materi tata surya di jenjang SMP. Alasan pemilihan pokok 

  bahasan tersebut karena fenomenanya dapat dilihat secara langsung dalam kehidupan

sehari-hari dan erat kaitannya dengan alam sekitar.

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 3/24

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka penelitian ini diberi judul

³Penerapan Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dalam Pembelajaran

 Fisika untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP´.

C.  R umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka

 permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

³Bagaimana peningkatan literasi sains siswa setelah diterapkannya model pembelajaran

Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam pembelajaran fisika di SMP?´

Variabel Penelitian

Variabel pada penelitian ini adalah:

1.  Variabel bebas, yaitu model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM).

2.  Variabel terikat, yaitu literasi sains siswa.

D.  Batasan Masalah

Dimensi literasi sains dalam penelitian ini meliputi konten sains, proses sains dan

konteks aplikasi sains. Peningkatan literasi sains dilihat dari nilai gain yang dinormalisasi

  berdasarkan hasil tes literasi sains yang dilakukan sebelum ( preetest ) dan sesudah

kegiatan-kegiatan pembelajaran ( posttest ).

E.  Definisi Operasional

1.  Model pembelajaran Sains Teknologi dan masyarakat (STM) adalah pengindonesiaan

dari Science-Technology-Society (STS) yang pertama kali dikembangkan di Amerika

Serikat pada tahun 1980-an, dan selanjutnya berkembang di Inggris dan Australia.

  National Science Teacher Association atau NSTA, mendefinisikan pendekatan ini

sebagai belajar/mengajar sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia.

STM merupakan pendekatan pembelajaran yang kemudian menjadi model

 pembelajran. Menurut Poedjiaji (2010:123), tujuan model pembelajaran STM untuk 

membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki

kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya. 

2.  Literasi sains merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan sains,

mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti,

dalam rangka mengerti serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang

terjadi pada alam sebagai aktivitas manusia (PISA-OECD 2006). Lierasi sains siswa

diukur dengan menggunakan tes berupa pilihan ganda.

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 4/24

3.  Konten sains adalah salah satu dimensi dari literasi sains yang merujuk kepada konsep

dan teori fundamental yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan

  perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia dalam konteks

 perorangan, sosial dan global (PISA-OECD, 2006).

4.  Proses sains adalah salah satu dimensi dari literasi sains, yang mengandang pengertian

  proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan

masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasi bukti serta menarik 

kesimpulan. (PISA-OECD, 2006). www.oecd.org/dataoecd/15/13/39725224.pdf  

5.  Konteks aplikasi sains merupakan salah satu dimensi dari literasi sains yang

menggambarkan literasi sains dengan kehidupan sehari-hari. Sains digunakan untuk 

 pengambilan keputusan/kebijakan yang berhubungan dengan kesehatan, penggunaan

sumber, kualitas lingkungan hidup, resiko dan kemajuan sains dan teknologi. (PISA-

OECD, 2006)

F.  Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di awal, maka tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui peningkatan literasi sains siswa setelah diterapkannya

model pembelajaran sains teknologi masyarakat. 

G.  K egunaan Penelitian

Kegunaan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1)  Siswa mampu meningkatkan literasi sains melalui model sains teknologi masyarakat

2)  Guru mampu menerapkan model pembelajaran sains teknologi masyarakat.

3)  Sebagai bahan referensi untuk mengembangkan model pembelajaran sains teknologi

masyarakat pada penelitian berikutnya.

H.  Asumsi dan Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah adanya peningkatan literasi sains siswa pada mata

  pelajaran fisika materi Tata Surya setelah diterapkankan model pembelajaran Sains

Teknologi Masyarakat (STM). 

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 5/24

I.  Tinjauan Teoritis

Hubungan Sains, Teknologi, dan Masyarakat

Kata sains adalah serapan dari kata bahasa Inggris  science yang diambil dari kata

  bahasa Latin sciencia yang berarti pengetahuan. Sains dapat diartikan ilmu yang

mempelajari alam atau ilmu pengetahuan alam, dan dapat berarti ilmu pada umumnya

(Poedjiadi, 2010:1). Lebih lanjut lagi Poedjiaji menyatakan bahwa teknologi adalah alat-

alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan efesiensi dan memberikan kemudahan

  bagi pelaksanaan pekerjaan manusia. Dengan demikian sains dan teknologi sama

  pentingnya bagi kelangsungan hidup manusia. Penemuan teknologi baru atau

  penyempurna alat-alat yang sudah ada dapat berdampak pada penemuan dan

  pengembangan sains. Poedjiaji (2010:64) menjelaskan bahwa sains merupakan

komponen yang dapat membantu meningkatkan kesiapan pengetahuan masyarakat

tentang produk teknologi. Di samping itu sains juga dapat berperan dalam meningkatkan

 pemahaman masyarakat tentang gejala alam dalam kehidupan sehari-hari mereka.

K ontruktivisme dan Pragmatisme

Menurut Poedjiaji (2010:69) aliran kontruktivisme dan pragmatisme terkait langsung

dengan model sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran. Kontruktivisme dalam

  bidang pendidikan dibidang dikembangkan oleh Jean Piaget dari swiss dan Vygotsky

dari Rusia.

Kontruktivisme yang dikembangkan oleh J. Piaget dalam bidang pendidikan dikenal

dengan nama kontruktivisme kognitif atau   personal contruktivism. Kontruktivisme

  personal ini dikembangkan melalui eksperimen yang dilakukan untuk mengetahui

  perkembangan pengetahuan anak, dengan jalan melakukan wawancara dan

mengobservasi kegiatan serta tingkah laku anak. J. Piaget menekankan seseorang

membangun pengetahuannya melalui berbagai jalur, misalnya membaca, menelusuri,

melakukan eksperimen terhadap lingkungannya dan lain-lain. Adanya rekonstruksi

dalam pengetahuan seseorang juga ia yakini, karena selain berinteraksi dengan

lingkungan, kesiapan mental dan perkembangan kognitif ikut berperan dalam

mengkonstruksi ataupun merekonstruksi pengetahuan. Dari hasil penelitiannya ia

mengemukakan teori tentang perkembangan mental anak. Teori ini menyatakan ada

empat tahap dalam perkembangan mental anak, yakni tahap sensori motor (dari lahir 

sampai 2 tahun, tahap praoperasi (2 sampai 7 tahun), tahap operasi konktrit (7 sampai 11

tahun), dan tahap operasi formal (11 sampai 15 tahun).

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 6/24

Adapun yang dikembangkan oleh Vygotsky dinamakan kontruktivisme sosial karena

menitikberatkan pada interaksi antara individu dengan lingkungan sosialnya. Melalui

interaksi dengan lingkungan misalnya melalui diskusi dalam belajar kelompok dapat

terjadi rekonstruksi pengetahuan seseorang. Perubahan konsepsi anak dari prakonsepsi,

yaitu konsepsi yang diperoleh dari pengalaman sehari-hari, teman atau orangtua, juga

dapat direkonstruksi setelah ia menjalani proses belajar melalui guru pada pendidikan

formal. Sebagai contoh pandangan anak bahwa matahari mengelilingi bumi dapat

direkonstruksi setelah memperoleh pelajaran fisika di sekolah.

Pragmatisme berpandangan bahwa pengetahuan yang diperoleh hendaknya

dimanfaatkan untuk mengerti permasalahan yang ada di masyarakat. Selanjutnya

tindakan apa yang dapat dilakukan untuk kebaikan, peningkatan dan kemajuan

masyarakat dan dunia. Dalam menilai gagasan, ide-ide, dan teori yang dipentingkan

adalah dapat atau tidaknya gagasan itu dilaksanakan hingga membuahkan hasil yang

  positif. Kaum pragmatis memmandang bahwa teori-teori itu diperlukan untuk 

membimbing tingkah laku manusia dan perencanaan untuk melakukan tindakan hingga

 berdampak positif, menghasilkan kemajuan dan bermanfaat bagi kehidupan.

Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat

Pada dasarnya pendekatan sains teknologi masyarakat dalam pembelajaran, baik 

  pembelajaran sains maupun bidang studi sosial, dilaksanakan oleh guru melalui topik 

yang dibahas dengan jalan menghubungkan antara sains dan teknologi yang terkait

dengan kegunaannya di masyarakat. Tujuannya antara lain adalah untuk meningkatkan

motivasi dan prestasi belajar di samping memperluas wawasan peserta didik. Dari

wawancara terhadap guru dilapangan diketahui bahwa pada umumnya guru merasa telah

melaksanakan tugas mengajarnya dengan baik, apabila telah mengantarkan peserta didik 

menguasai konsep-konsep dalam bidang studi yang diajarkannya meskipun belum tentu

ia telah mengaitkan konsep-konsep sains dengan kepentingan masyarakat.

Dari sejarahnya, sains yang dihubungkan dengan teknologi serta kegunaannya bagi

masyarakat sebenarnya merupakan kehendak masyarakat di Amerika. Dengan

mengaitkan pembelajaran sains dengan teknologi serta kegunaan dan kebutuhan

masyarakat, konsep-konsep yang telah dipelajari dan dikuasai peserta didik diharapkan

dapat bermanfaat bagi dirinya dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang

dihadapinya maupun masalah lingkungan sosialnya. Untuk mencapai hal itu, diharapkan

guru di samping membekali peserta didik dengan penguasan konsep dan proses sains,

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 7/24

  juga membekaliya dengan kreativitas, kemampuan berpikir kritis, peduli terhadap

lingkungan sehingga mau melakukan tindakan nyata apabila ada masalah yang dihadapi

di luar kelas.

Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat

Pada dasarnya belajar itu mempunyai tujuan agar peserta didik dapat meningkatkan

kualitas hidupnya sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial (Poedjiaji, 2010:9).

Ini berarti bahwa proses belajar harus dilalui oleh seseorang dengan mendapatkan

konsep-konsep yang ada manfaatnya bagi diri sendiri, lingkungan alam dan masyarakat

hingga memperoleh tujuan yang diharapkan. Perkembangan teknologi dapat merubah

kualitas hidup manusia. Teknologi juga berdampak pada perkembangan sains. Sains dan

teknologi sangat berpengaruh dalam kehidupan masyarakat.

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melaksanakan pembelajaran

dalam konteks masyarakat adalah pendekatan sains teknologi masyarakat. Istilah sains

teknologi masyarakat diterjemahkan dari bahasa inggris ³  science technology society ,

yang pada awalnya dikemukakan oleh John Ziman (Poedjiaji, 2010:99) dalam bukunya

Teaching and Learning about Science and Society yang menyatakan bahwa

 pembelajaran   science technology society berarti menggunakan teknologi sebagai

 penghubung antara sains dan masyarakat.

Program STS di Amerika terutama berkembang di Lowa State dengan University of 

Lowa sebagai intinya. Tokoh yang mengembangkan STS adalah Robert Yager yang

sejak tahun 1985 telah membimbing disertasi mahasiswa dalam bidang STS.

Kebanyakan dari para mahasiswa meneliti domain atau ranah konsep, proses, aplikasi,

kreativitas, pandangan dunia dan sikap sebelum dan sesudah pembelajaran. Adapun

ranah-ranah tersebut dapat dilihat pada gambar 1.

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 8/24

Gambar 1

Enam ranah dalam Sains Teknologi Masyarakat (Yager dalam Poedjiaji, 2010:105)

Ranah konsep meliputi konsep-konsep, fakta, hukum, dan teori yang digunakan oleh

  para ilmuwan. Ranah proses meliputi hal-hal yang berhubungan dengan cara

memperoleh ilmu atau produk sains, seperti melakukan observasi. Ranah kreativitas

meliputi kombinasi objek dan ide atau gagasan dengan cara yang baru. Ranah sikap

meliputi sikap positif terhadap ilmu dan para ilmuwan. Ranah aplikasi dan

keterkaitannya meliputi menunjukan contoh-contoh konsep-konsep ilmiah dalam

kehidupan. Pandangan dunia cara pandang masyarakat dunia yang komprehensif tentang

kehidupan dan alam semesta yang dari pandangan tersebut seseorang dapat menjelaskan

dan/atau membuat struktur hubungan serta aktivitasnya.

Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat

Istilah sains teknologi masyarakat diterjemahkan dari bahasa inggris ³ science

technology society´, yang pada awalnya dikemukakan oleh John Ziman (dalam Poedjiaji,

2010:99) dalam bukunya Teaching and Learning about Science and Society yang

menyatakan bahwa pembelajaran   science technology society berarti menggunakan

teknologi sebagai penghubung antara sains dan masyarakat.

MASYARAKAT PANDANGAN DUNIA

PANDANGAN DUNIA SISWA

APLIKASI

KREATIVITAS

SIKAP

KONSEP

PROSES

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 9/24

Tujuan pembelajaran sains teknologi masyarakat secara umum sebagaimana

diungkapkan oleh Rusymansyah (2006:3) bahwa:

Agar peserta didik mempunyai bekal pengetahuan yang cukup sehingga ia mampu

mengambil keputusan yang penting tentang masalah-masalah dalam masyarakat dan

sekaligus dapat mengambil tindakan sehubungan dengan keputusan yang telah

diambilnya.Dengan demikian tujuan model pembelajaran sains teknologi masyarakat adalah

membentuk peserta didik agar mempunyai pengetahuan sains yang utuh dan dapat

digunakan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ada di masyarakat.

Secara operasional ³ N ational Science Teachers Association´ menyusun langkah

  pembelajaran sains dengan model Sains Teknologi Masyarakat (STM) , dalam tahap-

tahap, yaitu: a) tahap invitasi, b) tahap pembentukan konsep, c) tahap aplikasi, dan d)

tahap pemantapan konsep dan e) tahap evaluasi. Lebih jelas dapat dijelaskan sebagai

 berikut:

a.  Tahap invitasi, inisiasi, apersepsi atau eksplorasi

Pada tahap ini dapat dipilih salah satu dari alternatif, guru mengemukakan masalah

aktual yang sedang berkembang di masyarakat sekitar yang dapat diamati/dipahami

oleh peserta didik serta dapat merangsang siswa untuk bisa ikut mengatasinya. Jika

tidak ditemukan isu atau permasalahan yang sedang berkembang maka guru bisa

mengajukan suatu permasalahan yang pernah dialami oleh siswa yang berhubungan

dengan materi yang akan dipelajari sehingga diharapkan terbentuk suatu opini yang

  berbeda yang ditangkap oleh setiap siswa yang nantinya dijadikan masalah yang

  perlu diuji kebenarannya, apakah konsep awal yang terbentuk dalam diri siswa

sesuai dengan konsep yang sebenarnya.

 b.  Tahap pembentukan konsep:

Tahap ini dilakukan melalui kegiatan pembelajaran yang dapat menggunakan

metode diskusi, eksperimen, observasi atau demonstrasi.

c.  Tahap aplikasi

Pada tahap ini siswa mengaplikasikan konsep yang telah terbentuk untuk 

menyelesaikan atau menganalisis suatu permasalahan yang telah diungkapkan.

d.  Tahap Pemantapan Konsep

Tahap pementapan konsep merupakan langkah pemantapan kembali konsep-konsep

yang telah diserap oleh siswa guna menghindari adanya miskonsepsi.

e.  Tahap Evaluasi

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 10/24

10

Tahap ini mencakup berbagai aspek, yaitu pemahaman konsep, keterampilan proses,

aplikasi konsep, kreativitas, dan sikap kepedulian yang diharapkan dapat

menghasilkan tindakan nyata. Tetapi untuk evaluasi ini lebih ditekankan pada

 pengetahuan dan kurang memperhatikan sikap, proses, dan kreatif.

Penilaian Literasi Sains

Literasi sains atau scientific literacy didefinisikan PISA (dala Hafis Mu¶addab:

http://blog-indonesia.com/blog-archive-13203-14.html) sebagai kapasitas untuk 

menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk 

menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu

membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam.

PISA (dalam Firman: 2007) menilai pemahaman siswa terhadap karakteristik sains

sebagai penyelidikan ilmiah, kesadaran akan betapa sains dan teknologi membentuk 

lingkungan material, intelektual, dan budaya serta keinginan untuk terlibat dalam isu-isu

terkait sains, sebagai menusia yang reflektif. Sesuai dengan pandangan di atas, penilaian

literasi sains dalam PISA tidak semata-mata berupa pengukuran tingkat pemahaman

terhadap pengetahuan sains, tetapi juga pemahaman terhadap berbagai aspek proses

sains, serta kemampuan mengaplikasikan pengetahuan pengetahhuan dan proses sains

dalam situasi nyata yang dihadapi siswa, baik sebagai individu, anggota masyarakat serta

warga dunia. PISA menetapkan tiga dimensi besar dalam pengukurannya, yakni aspek 

konten, proses, dan konteks aplikasi sains.

a. Aspek konten Sains

Firman (2007) menyatakan bahwa konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci

dari sains yang diperlukan untuk memahami alam dalam perubahan yang dilakukan

terhadap alam melalui aktivitas manusia. Dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus

membatasi cakupan konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi materi

kurikulum sains sekolah, namun pengetahuan yang diperoleh melalui sumber-sumber 

informasi lain yang tersedia.

PISA bertujuan mendeskripsikan siswa mampu mengaplikasikan pengetahuan dalam

konteks yang terkait dengan kehidupannya dan soal-sola PISA hanya mencakup

sampel pengetahuan sains, maka PISA menentukan kriteria pemilihan konten sains

sebagai berikut: (1) relevan dengan situasi kehidupan nyata, (2) merupakan

  pengetahuan penting sehingga penggunaannya berjangka panjang, (3) sesuai untuk 

tingkatan perkembangan anak 15 tahun (Firman, 2007). 

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 11/24

11

b. Aspek Proses Sains

PISA (dalam Firman, 2007) memandang pendidikan sains berfungsi untuk 

mempersiapkan warganegara masa depan, yakni warganegara yang mampu

 berpartisipasi dalam masyarakat yang semakin terpengaruh oleh kemajuan sains dan

teknologi. Pendidikan sains perlu mengembangkan kemampuan peserta didik 

memahami hakekat sains, prosedur sains serta kekuatan limitasi sains. Peserta didik 

  perlu memahami bagaimana ilmuwan sains mengambil data dan mengusulkan

  penjelasan-penjelasan terhadap fenomena alam, mengenal karakteristik utama

 penyelidikan ilmiah, serta tipe jawaban yang dapat diharapkan dari sains.

PISA menjadikan proses sains ini sebagai salah satu domain penilaiannya. PISA

memilih ³kompetensi sains´ sebagai penggantii proses sains. Proses sains merujuk 

 pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan

masalah, seperti mengidentifikasi dan menginterpretasikan bukti serta menerangkan

kesimpulan. Termasuk mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab

oleh sains, mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang tersedia (Firman,

2007).

PISA menetapkan tiga aspek dari komponen proses/kompetensi sains berikut dalam

  penilaian literasi sains, yakni mengidentifikasi pertanyaan ilmiah, menjelaskan

fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah. Alasan utama PISA dari tiga

aspek tersebut, yakni pertama bahwa sejumlah proses kognitif/deduktif, berpikir kritis

dan terpadu, mengubah representasi (dari data ke grafik dan tabel), mengkonstruksi

 penjelasan berdasarkan data, dan menggunakan matematika (Firman, 2007) 

c.  Aspek K onteks Aplikasi Sains

PISA (dalam Firman, 2007) menilai pengetahuan sains relevan dengan kurikulum

sains di negara partisipan tanpa membatasi diri pada aspek-aspek umum kurikulum

nasional setiap negara. Penilaian PISA dibingkai dalam situasi kehidupan umum yang

lebih luas dan tidak terbatas pada kehidupan di sekolah saja. Butir-butir soal PISA

  pada penilaian berfokus pada situasi yang terkait dengan diri individu, keluarga dan

kelompok pertemuan, terkait pada komunitas, serta terkait pada kehidupan lintas

negara.

Konteks PISA Nasional 2006 konsisten ditetapkan PISA sejak tahun 2000 dalam

menilai literasi sains, disertai dengan tema-tema konteks yang dimana dalam butir-

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 12/24

12 

  butir soal PISA Nasional 2006, mencakup bidang-bidang aplikasi sains adalah: (1)

kesehatan, (2) sumber daya alam, (3) mutu lingkungan, (4) bahaya, (5) perkembangan

mutakhir sains dan teknologi. Bidang-bidang tersebut yang didalamnya literasi sains

mempunyai nilai penting bagi individu dan masyarakat dalam peningkatan kualitas

hidup secara berkelanjutan, serta dalam pengembangan kebijakan publik. PISA tidak 

menilai konteks melainkan pengetahuan, kompetensi (termasuk kecakapan berpikir 

kritis), dan sikap yang terkait dengan konteks yang dipilih.

K eterkaitan Model pembelajaran STM dengan Literasi Sains

Sesuai dengan rumusan yang telah di paparkan pada penelitian ini yang menjadi

fokus penelitian adalah Literasi Sains Siswa. Berikut hubungan sintaks model

 pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dengan Literasi Sains Siswa.

No. Fase

Pembelajaran STM

K egiatan

Pembelajaran

Aspek Literasi Sains

1 Invitasi Siswa di dorong agar 

mengemukakan pengetahuan awalnya

tentang konsep yang akan

dibahas.

Aspek Konten

2 Pembentukan

Konsep

Siswa melakukan observasi

untuk menemukan konsep

yang sesuai dengan

 permasalahan yang dibahas

Aspek Proses

3 Aplikasi Guru berusaha menciptakan

iklim pembelajaran yang

memungkinkan siswa dapat

mengaplikasikan

 pemahaman konseptualnya.

Aspek Konteks

Aplikasi

4 Pemantapan Konsep Siswa memberikan

 penjelasan dan solusi yang

didasarkan pada hasil

observasinya ditambah

dengan penguatan dari guru

untuk menghindari adanya

miskonsepsi.

Aspek Konten

5 Evaluasi Siswa memberikan

 penjelasan mengenaikonsep yang dibahas secara

komprehensif.

Aspek Konten

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 13/24

13 

J.  Metode Penelitian

³Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan

data penelitiannya´ (Arikunto, 2006:160). Lebih lanjut Sudjana (2009: 16)

mengemukakan bahwa ³metode dalam suatu penelitian menyangkut prosedur dan cara

melakukan perifikasi data yang diperlukan untuk memecahkan atau menjawab masalah

  penelitian termasuk untuk menguji hipotesis´. Dari kedua kutipan di atas, dapat

disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk mengumpulkan

data penelitian untuk menjawab masalah penelitian dengan menggunakan cara dan alat

tertentu.

Berdasarkan tujuan penelitian dan rumusan masalah yang telah dipaparkan dan sesuai

dengan kutipan di atas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen semu (quasi eksperiment ). Jika kita akan menerapkan model pembelajarankepada sampel penelitian, maka kita tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada sampel

  penelitian. Sehingga kita hanya membutuhkan kelas eksperimen tanpa memerlukan

adanya pembanding atau kelas kontrol. Dalam metode penelitian eksperimen semu ini,

keberhasilan suatu model pembelajaran yang diujikan dapat dilihat berdasarkan nilai tes

kelompok eksperimen sebelum diberi perlakuan ( pretest ) dan nilai tes setelah diberi

  perlakuan ( posttest ), yaitu berupa penerapan model pembelajaran Sains Teknologi

Masyarakat. Instrumen yang digunakan untuk  pretest dan posttest merupakan instrumen

yang sama, dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumenterhadap perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi.

K .  Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah one group pre test-post 

test. Penelitian ini terkait dengan tes di bagian awal sebelum diberi perlakuan dan bagian

akhir setelah diberi perlakuan.

 Desain Penelitian One pre test-post test 

Pretest (T) Treatment (X) Posttest (T¶)

T1 X1 T2 

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 14/24

14 

Keterangan:

T1 : tes awal ( pretest ) sebelum perlakuan pembelajaran

T2 : tes akhir ( posttest ) sesudah perlakuan pembelajaran

Instrumen yang digunakan pada  pretest  dan  posttest  dalam penelitian ini merupakan

instrumen untuk mengukur keterampilan proses sains yang telah diujicobakan terlebih

dahulu.

L.  Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Suharsimi,

2006:149). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes

Keterampilan Proses Sains dan lembar observasi. 

a.  Tes K eterampilan Proses Sains

Menurut Arikuto (2006:30), ³tes adalah penilaian yang komprehensif terhadap

seorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program´. Dalam penelitian ini,

instrumen tes yang digunakan adalah tes tertulis ( paper and pencil test ) yaitu berupa tes

Keterampilan Proses Sains (KPS) pilihan ganda dalam bentuk  pretest dan posttest . Soal

yang digunakan dalam penelitian dibuat dan disesuaikan dengan indikator pembelajaran.

b. Observasi

Dalam penelitian lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan

keterampilan proses sains siswa yang dilatihkan pada saat pembelajaran berlangsung dan

menngetahui keterlaksanaan model pembelajaran sains teknologi masyarakat yang

dilakukan oleh guru.

M.  Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi dan sampel penelitian yang direncanakan adalah di SMPN 26 Bandung yang

 berlokasi di Bandung kelas IX-A.

N.  Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian adalah langkah-langkah dalam penelitian

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 15/24

15 

Bagan Alur Penelitian

Studi Lapangan

Merumuskan Masalah

Studi Literatur 

Menyusun Perangkat Pembelajaran Mengembangkan Instrumen Penelitian

Validasi Instrumen

 Pretest 

Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM)Observasi

 Posttest 

Mengolah Data

Analisis Data

Kesimpulan

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 16/24

16 

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:

1.  Tahap Persiapan 

1) Melakukan studi lapangan / studi pendahuluan.

2) Merumuskan masalah penelitian.

3) Melakukan studi literatur.

4) Telaah kurikulum mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran

dalam penelitian, hal ini dilakukan untuk mengetahui tujuan/kompetensi dasar yang

hendak dicapai

5) Membuat dan menyusun perangkat pembelajaran serta instrumen penelitian.

6) Mengkonsultasikan dan  judgment  instrumen penelitian kepada dua dosen dan guru

mata pelajaran fisika yang berada di sekolah tempat penelitian akan dilaksanakan.

7)  Mengujicobakan instrumen penelitian yang telah di judgment .

8)  Menganalisis hasil uji coba instrumen penelitian, kemudian menentukan soal yang

layak untuk dijadikan insrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan 

1) Memberikan tes awal ( pretest ) kepada sampel penelitian untuk mengetahui

kemampuan awal siswa.

2) Memberikan perlakuan kepada sampel berupa pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran konstruktivisme.

3) Memberikan tes akhir ( posttest ) kepada sampel penelitian untuk mengetahui prestasi

 belajar siswa.

3. Tahap Akhir

1)  Mengolah dan menganalisis data penelitian

2)  Memberikan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan

data.

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 17/24

17 

O.  Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif dan data kualitatif.

1.  Data K uantitatif 

Data kuantitatif dalam penelitian diperoleh melalui kegiatan tes Keterampilan

Proses Sains untuk mengetahui keterampilan Proses Sains siswa. Tes ini

dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

2.  Data kualitatif 

Data kualitatif dalam penelitian diperoleh melalui lembar observasi yang

  bertujuan untuk mengukur keterlaksanaan keterampilan proses sains siswa yang

dilatihkan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan untuk mengukur 

keterlaksanaan model pembelajaran sains teknologi masyarakat yang dilakukan olehguru. Pengisian lembar observasi ini dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran

 berlangsung.

P.  Analisis Instrumen Penelitian

Analisis instrumen penelitian yang diperoleh dari hasil uji coba dilakukan dengan

teknik-teknik berikut:

1.  Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu

mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang

diteliti secara tepat. Uji validitas tes ini dilakukan dengan menggunakan teknik 

korelasi product momen yang dikemukakan oleh Pearson ( Pearson Product Moment ),

yaitu sebagai berikut:

2222Y Y  N  X  X  N 

Y  X  XY  N r  xy

§§§§

!

§ §§(Arikunto,2010 :213)

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 18/24

18 

Keterangan :

r xy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal.

Y = skor total tiap butir soal.

 N = jumlah siswa.

Dengan kategori validitas sebagai berikut :

Tabel Interpretasi Validitas 

K oefisienK orelasi K riteria validitas

0,80 < r e 1,00 sangat tinggi

0,60 < r e 0,80 Tinggi

0,40 < r e 0,60 Cukup

0,20 < r e 0,40 Rendah

0,00 < r e 0,20 sangat rendah

2.  R eliabilitas Instrumen

Realibilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh

mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg/konsisten (tidak 

 berubah-ubah). Arikunto (2010) menyatakan bahwa reliabilitas menunjukkan tingkat

keterandalan suatu tes. Suatu tes dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi

apabila tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Nilai reliabilitas dapat

ditentukan dengan menentukan koefisien reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk 

menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode

 belah dua ( split-half method ), pembelahan dapat dilakukan dengan ganjil-genap atau

awal-akhir. Untuk mengetahui reliabilitas seluruh tes harus digunakan rumus Spear-

Brown sebagai berikut:

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 19/24

19 

r 11 =)1(

2

21

21

21

21

 

(Arikunto, 2010 : 223)

Keterangan :

r 11 = reliabilitas instrumen

r 2

12

1 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Untuk meginterpretasikan nilai reliabilitas tes yang diperoleh dari perhitungan

di atas, digunakan kriteria reliabilitas tes seperti berikut:

Tabel Interpretasi R eliabilitas

K oefisienK orelasi K riteria reliabilitas

0,81 e r e 1,00 sangat tinggi

0,61 e r e 0,80 Tinggi

0,41 e r e 0,60 Cukup

0,21 e r e 0,40 Rendah

0,00 e r e 0,21 sangat rendah

(Arikunto, 2005 : 75) 

3.  Taraf K emudahan Butir Soal

Taraf kemudahan suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang

dapat menjawab soal dengan benat pada butir soal tersebut. Taraf kemudahan dihitung

dengan rumus:

P = J S 

 B(Arikunto, 2009 : 208)

Keterangan:

P = indeks kemudahan.

B = banyak siswa yang menjawab soal itu dengan benar 

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 20/24

20

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Tolak ukur yang digunakan untuk menginterpretasikan taraf kemudahan butir soal

yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Interpretasi K emudahan Butir Soal

Taraf K emudahan Nilai TK  

Sukar 0,00-0,30

Sedang 0,31-0,70

Mudah 0,71-1,00

(Arikunto, 2005 : 210)

4.  Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa

yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan

rendah). Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal uraian sama

dengan soal pilihan ganda yaitu : B

 B

 A

 A

 J 

 B

 J 

 B DP  !  

(Arikunto, 2005 : 213)

Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

B A

= Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar 

B B

= Banyaknya kelompok bawah yang menjawab dengan benar 

J  A = Banyaknya peserta kelompok atas

J B

= Banyaknya peserta kelompok bawah

Adapun tolak ukur yang digunakan untuk menginterpretasikan indeks daya

 pembeda yang telah diperoleh, digunakan tabel berikut:

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 21/24

21

Tabel Interpretasi Tingkat K esukaran 

Indeks Daya Pembeda K riteria Daya Pembeda

  Negatif Sangat buruk, harus dibuang

0,00 ± 0,20 Buruk (  poor), sebaiknya dibuang

0,20 ± 0,40 Cukup (  satisfactory) 

0,40 ± 0,70 Baik (  good) 

0,70 ± 1,00 Baik sekali ( excellent) 

(Arikunto, 2005 : 218)

Q.  Teknik Pengolahan Data

1.  Penskoran

Skor yang diberikan untuk jawaban benar adalah 1, sedangkan untuk jawaban

salah adalah 0. Skor total dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci

 jawaban.

2.  Menghitung rata-rata (mean) skor  pretest dan posttest  

 Nilai rata-rata (mean) dari skor tes baik  pretest maupun  posttest dihitung dengan

menggunakan rumus berikut:

 

 

Dengan :

  = nilai rata-rata skor  pretest maupun posttest  

 X = skor tes yang diperoleh setiap siswa

 N = banyaknya data

3.  Menghitung rerata skor gain yang dinormalisasi. 

Setelah data pretest dan posttest diperoleh, data tersebut diolah untuk menentukan

rerata skor gain yang dinormalisasi. Besarnya skor gain yang dinormalisasi ditentukan

dengan rumus (Hake, 1998) sebagai berikut:

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 22/24

22 

 

Dengan:

<g> = Rerata skor gain yang dinormalisasi

Sf = Skor  posttest  

Si = Skor  pretest  

Skor gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan kategori

  peningkatan prestasi belajar yang terjadi untuk setiap pertemuaanya. Kriteria yang

digunakan diadopsi dari Richard R. Hake (1998).

Tabel 3.8 

Kategori Skor Gain yang Dinormalisasi

R entang <g> K ategori

0.7 < (<g>)1,0 Tinggi

0.3 < (<g>) 0.7 Sedang

(<g>) 0.3 Rendah

4.  Analisis Keterlaksanaan Model Pembelajaran

Keterlaksanaan model yang dikembangkan dari hasil lembar observasi yang telah

diisi oleh observer. Setiap indikator pada fase pembelajaran muncul terlaksana/muncul

diberikan skor satu, dan jika tidak muncul diberikan skor nol. Data yang diperoleh dari

lembar observasi diolah dari banyaknya skor dari masing-masing observer dan hasilnya

dinyatakan dalam bentuk persentase. Adapun persentase data lembar observasi tersebut

dihitung dengan menggunakan rumus:

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 23/24

23 

100%kegiatan

aterlaksanyangkegiatanmodelnaanketerlaksa(%) v!

§§

 

Setelah data dari lembar observasi tersebut diolah, kemudian dinterpretasikan

dengan mengadopsi kriteria persentase angket seperti pada Tabel 3.9 (Budiarti dalam

Yudiana: 2009).

Tabel 3.9 

Kriteria Persentase Keterlaksanaan Model Pembelajaran

K M (%) K riteria

KM = 0 Tak satu kegiatan pun terlaksana

0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana

25 < KM < 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana

75 < KM < 100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

Keterangan:

KM = persentase keterlaksanaan model

5/13/2018 Proposal Lely - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/proposal-lely 24/24

24 

DAFTAR PUSTAK A 

Poedjiaji, Anna. (2010). Sains Teknologi Masyarakat . Bandung: Remaja Rosdakarya

Arikunto, Suharsimi. (2005). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Rismayani P, Dhita. (2009). Pembelajaran IPA terpadu pada topik perubahan materi untuk 

meningkatkan literasi sains siswa SMP. Tidak diterbitkan

-  Firman 2007

-  BSNP 2006

-  Depdiknas, 2006 : 377-  Dhita Rismayani Priatna, 2009 TESIS. Pembelajaran IPA terpadu pada topik 

 perubahan materi untuk meningkatkan literasi sains siswa SMP. Tidak diterbitkan

-  http://repository.upi.edu/operator/upload/s_d045_040206_chapter3.pdf  

-  Taniredja Tukiran dkk. (2011:45). Model-model Pembelajaran Inovatif.

Bandung:Alfabeta

-  Radno harsanto. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius

-  M.Musrofi. 2010. Melesetkan Prestasi Akademik Siswa. Yogyakarta: Pustaka Insan

Madani

-  www.oecd.org/dataoecd/15/13/39725224.pdf (PISA-OECD 2006)

-  Rusymansyah (2006:3) -  http://blog-indonesia.com/blog-archive-13203-14.html 

-  Arikunto 2006,

-  Luhut 2009

-  Arikunto,2010 :213)

-  Arikunto, 2005 : 75), reabilitas