Upload
aan-saja
View
279
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
1/42
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN
IPERTENSI PADA PRALANSIA DI PUSKESMAS AMBACANG
KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG
TAHUN 2013
Proposal i ni diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelasaikan Mata Kul iah
Karya Tul is I lmi ah Dasar DI I I Gizi Poltekkes Kemenkes Padang
Oleh :
SEPTI NURSAKINAH
NIM 102114343
JURUSAN GIZI
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2013
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
2/42
2
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Proposal karya tulis berjudul Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan Kejadian Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas Ambacang
Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2013 ini telah diperiksa dan disetujui
untuk diseminarkan dihadapan Pembimbing dan Tim Penguji Seminar Proposal
Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma Politeknik Kesehatan Padang.
Padang, Januari 2013
Pembimbing
Ir. Zulferi Des Otman, M.PdNIP. 19581211 198302 2 002
Mengetahui
Ketua Jurusan Gizi
Politeknik Kesehatan Padang
Edmon, SKM, M.KesNIP 19620729 198703 1 003
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
3/42
3
PERNYATAAN PENGUJI
Proposal Karya Tulis Ilmiah berjudul Hubungan Indeks Massa Tubuh
(IMT) dengan Kejadian Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas Ambacang
Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2013 ini telah dipertahankan dihadapan
Tim Penguji Seminar Proposal Karya Tulis Ilmiah Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Padang.
Padang, Januari 2013
Tim Penguji
Ketua,
Ir. Zulferi Des Otman, M.PdNIP 19581211 198302 2 002
Anggota,
Gusnedi, S.TP, MPHNIP 19710530 199403 1 003
Anggota,
Dr. Fauzi Arasj, SKM, M.KesNIP 1959011011984011001
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
4/42
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat mengikuti pendidikan serta
menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul HUBUNGAN INDEKS
MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA
PRALANSIA DI PUSKESMAS AMBACANG KECAMATAN KURANJI
KOTA PADANG TAHUN 2013 yang merupakan salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma III Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Padang.
Proposal ini dapat diselesaikan karena bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir.Zulferi Des Otman, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberi
bimbingan dan masukan dalam mengerjakan proposal ini.
2. Bapak Sunardi, SKM, M. Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Padang.
3. Bapak Edmon, SKM, M. Kes selaku ketua Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Padang.
4. Ibu Kasmiyetti, DCN, M. Biomed selaku Ketua Program Studi D III Gizi.
5. Bapak dan Ibu staf dosen Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Padang.
6. Orang tua tercinta yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada
peneliti selama penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Rekan-rekan satu angkatan yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu
terima kasih untuk supportnya selama ini.
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
5/42
ii
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal Karya Tulis
Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan
masukan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Padang, Januari 2013
Penulis
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
6/42
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR .............................................................................. ..... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR GRAFIK........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ ...... 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................... 3
1.3Tujuan Penelitian ................................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
1.5
Ruang Lingkup .................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori ...................................................................................... 5
2.1.1Tekanan Darah ............................................................................ 5
2.1.2 Hipertensi ................................................................................... 6
2.1.3 Konsep Pra Lansia ...................................................................... 15
2.1.4 Indeks Massa Tubuh (IMT) ....................................................... 15
2.1.5 Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Hipertensi......... 16
2.1.6 Kerangka Teori............................................................................ 18
2.2 Kerangka Konsep ................................................................................. 18
2.3 Hipotesis penelitian .............................................................................. 19
2.4 Definisi Operasional ............................................................................ 19
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
7/42
iv
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis dan Desain Penelitian ................................................................. 20
3.2Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................. 20
3.3Populasi dan Sampel ........................................................................... 20
3.4Jenis dan Pengumpulan Data .............................................................. 21
3.4.1 Data Primer ............................................................................ 21
3.4.2 Data Sekunder ........................................................................ 23
3.5Pengolahan Data dan Analisa Data ...................................................... 23
3.5.1 Pengolahan Data....................................................................... 23
3.5.2 Analisa Data ............................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
8/42
v
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah ............................................................... 6
Tabel 2.2 Klasifikasi IMT ............................................................................... 16
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
9/42
vi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
Gambar 2.1 Mekanisme Renin-Angiotensin Vasokonstriktor
Untuk Pengaturan Tekanan Arteri .......................................... 8
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
10/42
vii
DAFTAR GRAFIK
Nomor Grafik Halaman
Grafik 2.1 Hubungan Obesitas dengan Peningkatan
Prevalensi Hipertensi ................................................... ............ 17
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
11/42
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Pernyataan
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Jadwal Penelitian
Lampiran 4 Anggaran Biaya
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
12/42
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar BelakangPeningkatan kelompok penduduk usia 45 tahun ke atas (usia pertengahan /
middle age) cukup besar. Penduduk usia pertengahan di Indonesia menunjukkan
peningkatan yang hampir serupa dengan pertambahan penduduk usia lanjut secara
absolute maupun relatif. Apabila pada tahun 1990 jumlah keduanya hanya sekitar 20
juta, maka pada tahun 2020 jumlah itu diperkirakan akan meningkat sekitar 39 juta,
dengan peningkatan dari 10,5 % menjadi 15,4 dari total populasi. Masalah penduduk
usia 45 tahun ke atas berhubungan dengan penyakit degeneratif seperti hipertensi (
Kuswardhani, 2008).
Pada umumnya hipertensi terjadi pada seseorang yang sudah berusia lebih
dari 40 tahun atau yang sudah masuk pada kategori usia pertengahan. Hipertensi
meningkat sejalan dengan meningkatnya usia. Prevalensi hipertensi di seluruh dunia,
diperkirakan sekitar 15-20%, sedangkan hipertensi di Asia diperkirakan sudah
mencapai 8-18%. Prevalensi Hipertensi di Indonesia pada golongan umur 45-50
tahun masih 10%, tetapi di atas 60 tahun angka tersebut terus meningkat mencapai
20-30 % (Riyadi, 2007).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang diselenggarakan
Kementerian Kesehatan menunjukkan, prevalensi hipertensi di Indonesia
(berdasarkan pengukuran tekanan darah) sangat tinggi, yaitu 31,7 persen dari total
penduduk dewasa. Prevalensi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura
(27,3 persen), Thailand (22,7 persen), dan Malaysia (20 persen). Berdasarkan SKRT
tahun 2004, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 14 %, dengan prevalensi laki-
laki sebesar 12,2% dan perempuan 15,5%.
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
13/42
2
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang (2011), hipertensi
menduduki peringkat ke 3 di kota Padang, yaitu prevalensi hipertensi berdasarkan 10
penyakit terbanyak di Kota Padang sebesar 15,4%. Dimana prevalensi hipertensi
tertinggi terdapat di puskesmas Ambacang 1088 kasus, puskesmas Lubuk buaya 868
kasus, dan puskesmas Nanggalo 750 kasus.
Salah satu faktor yang memicu timbulnya penyakit hipertensi adalah status
gizi yang tidak seimbang. Kelebihan gizi yang dimulai pada usia 45 tahun keatas
biasanya berhubungan dengan kemakmuran dan gaya hidup. Keadaan kelebihan gizi
ini akan membawa pada keadaan obesitas. Perubahan status gizi yang ditandai
dengan peningkatan berat badan dapat secara langsung mempengaruhi perubahan
tekanan darah (Riyadi dkk, 2007).
Kejadian hipertensi juga mempuyai kaitan erat dengan kelebihan berat badan
atau obesitas, maka jumlah jaringan lemaknya mengalami peningkatan. Seperti
halnya bagian tubuh yang lainnya, jaringan ini juga bergantung pada oksigen dan zat
makanan maka jumlah darah yang beredar juga meningkat. Makin banyak darah
yang melalui arteri makin besar pula tekanan terhadap dinding arteri (Sheps, 2002).
Ada dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10%
mengakibatkan kenaikan tekanan darah 7 mmHg (Khomsan, 2004). Pengurangan
berat badan berdampak pada penurunan tekanan darah dan penyakit kardiovaskuler
(Arisman, 2008)
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapat dilakukan
dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah,
terutama tekanan darah sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang
gemuk (obesity) 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
14/42
3
badannya normal. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki
berat badan lebih (Sugondo, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faridah pada tahun 2012 gizi
lebih dapat menyebabkan kegemukan dan obesitas. Pengidap kegemukan yang di
tandai dengan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) > 25 adalah salah satu faktor
terjadinya hipertensi. Diduga peningkataan berat badan memiliki peranan penting
pada mekanisme timbulnya hipertensi. Orang yang mengalami kegemukan
berpotensi mengalami penyumbatan darah sehingga supalai oksigen dan zat makanan
ke organ tubuh terganggu. Penyumbatan dan penyempitan memacu jantung untuk
memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan.
Akibatnya tekanan darah meningkat maka terjadilah hipertensi. Berdasarkan hasil
dari penelitian tersebut responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) gemuk
(64,7%). Ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan tekanan darah.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik mengetahui Hubungan Indeks
Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas
Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2013.
1.2Perumusan MasalahApakah ada hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang
Tahun 2013.
1.3Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas Ambacang Kecamatan Kuranji Kota
Padang.
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
15/42
4
1.3.2 Tujuan Khusus1.3.2.1Diketahuinya Distribusi Kejadian Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas
Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2013.
1.3.2.2Diketahuinya Distribusi Sampel Berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) di
Puskesmas Ambacang Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2013.
1.3.2.3Diketahuinya Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian
Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas Ambacang Kecamatan Kuranji Kota
Padang Tahun 2013.
1.4Manfaat Penelitian1.4.1 Masyarakat
Menambah pengetahuan masyarakat terutama penderita hipertensi terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan hipertensi.
1.4.2 Penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam meneliti mengenai hubungan
Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Kejadian Hipertensi.
1.5Ruang LingkupBerdasarkan uraian latar belakang dan juga teori-teori yang mendukung maka
ruang lingkup penelitian yaitu meneliti Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan Kejadian Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas Ambacang Kecamatan
Kuranji Kota Padang Tahun 2013.
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
16/42
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Teori2.1.1 Tekanan Darah
Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika
darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah mirip dengan
tekanan dari air (darah) di dalam pipa air (arteri). Makin kuat aliran yang keluar dari
keran (jantung) makin besar tekanan dari air terhadap dinding pipa. Jika pipa
mengecil diameternya, maka tekanan akan sangat meningkat (Hull, 1993).
Ada dua tingkat tekanan, yakni tekanan sistolik dan diastolik. Tekanan
sistolik merupakan tekanan darah tertinggi selama siklus jantung yang dialami
pembuluh darah saat jantung berdenyut/memompakan darah keluar jantung. Pada
orang dewasa normal tekanan sistole berkisar 120 mmHg. Sedangkan tekanan darah
diastole merupakan tekanan darah terendah selama 1 siklus jantung dimana suatu
tekanan di dalam pembuluh darah saat jantung beristirahat. Pada orang dewasa
tekanan diastole berkisar 80 mmHg (Karnia Martha, 2012)
Tekanan darah diukur dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara
tidak langsung, yaitu dengan memasukkan sebuah kanula kedalam arteri dan
menghubungkannya dengan manometer Air Raksa. Secara tidak langsung yaitu
dengan cara auskultasi memakai stetoskop, manset tekanan, pompa karet, dan
manometer air raksa (Karnia Martha, 2012).
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami bayi dan
anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada
dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktifitas fisik, dimana akan lebih tinggi
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
17/42
6
pada saat melakukan aktifitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah
dalam sehari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada
saat tidur malam hari (Karnia Martha, 2012).
Jika sistem kompleks yang mengatur tekanan darah tidak berjalan dengan
dengan semestinya, maka tekanan dalam arteri akan meningkat. Peningkatan tekanan
darah dalam arteri yang berlanjut dan menetap menyebabkan timbulnya tekanan
darah tinggi atau hipertensi (Suiraoka, 2012)
2.1.2 Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih secara terus menerus dan tekanan
diastoliknya 90 mmHg atau lebih secara terus menerus (Suiraoka, 2012).
Hipertensi merupakan faktor risiko primer untuk timbulnya penyakit
jantung dan stroke. Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena tidak
ditemukan tanda-tanda fisik dari tekanan darah tinggi. Metode satu-satunya
untuk mendeteksi penyakit ini adalah dengan skrinning tekanan darah (Hull,
1993).
2. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi tekanan darah oleh JNC 7 pada pencegahan, deteksi,
evaluasi dan pengobatan tekanan darah tinggi (Lumbantombing, 2008)
Tabel 2.1
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah TDS (mmHg) TDD (mmHg)
Normal
Prahipertensi
Hipertensi derajat 1
Hipertensi derajat 2
< 120
120-139
140-159
160
Atau
dan
dan
dan
< 80
80-89
90-99
100
Klasifikasi Tekanan Darah untukdewasa umur 18 tahun menurut JNC 7.
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
18/42
7
3. Mekanisme Terjadinya Hipertensi
Tekanan darah dalam arteri diatur dalam suatu mekanisme yang disebut
dengan sistem renin-angiotensin. Sistem ini mampu mengatur tekanan arteri
melalui perubahan pada volume cairan ekstra seluler. Renin adalah enzim
dengan protein kecil yang dilepaskan oleh ginjal bila tekanan arteri turun
sangat rendah. Kemudian enzim ini meningkatkan tekanan arteri (Guyton &
Hall, 1997).
Mekanisme renin-angiotensin dalam pengendalian tekanan darah
berlangsung secara terintegrasi dengan fungsi-fungsi organ yang terkait
seperti kardiovaskuler, ginjal dan fungsi hormon yang lain seperti aldosteron
dan saraf parasimpatis. Mekanismenya sangat rumit dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya (Masud, 1989).
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya
angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme
(ACE). ACE memegang peranan penting dalam mengatur tekanan darah.
Darah mengandung angiotensinogen (substrat renin) yang diproduksi di hati.
Selanjutnya oleh hormon, renin diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE
yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah
melalui dua aksi utama :
1) Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjer pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolaritas dan volume urin. Dengan meningkatnya
ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan keluar tubuh (antidiuresis),
sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
19/42
8
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya volume darah
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah
(Muhammadun, 2010)
2) Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal.
Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume caira ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah (Muhammadun, 2010) Untuk lebih jelasnya, mekanisme
terjadinya hipertensi dapat dilihat pada gambar 2.1 :
Gambar 2.1
Mekanisme renin-angiotensin-vasokonstriktor untuk
pengaturan tekanan arteri
Sumber : Guyton & Hall, 1997
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
20/42
9
4. Gejala dan Tanda Hipertensi
Julukan the silent disease diberikan kepada penyakit hipertens ini.
Hal ini sesuai dengan kedatangannya yang tiba-tiba dan tanpa menunjukan
adanya gejala tertentu. Seringkali para penderita hipertensi baru menyadari
atau mengetahui setelah penyakit hipertensi yang dideritanya menyebabkan
berbagai penyakit komplikasi (Suiraoka, 2012).
Pada beberapa hipertensi, tekanan darah meningkat dengan cepat
sehingga tekanan diastole menjadi lebih besar dari 140 mmHg (hipertensi
malignant). Gejala yang sering muncul adalah pusing, sakit kepala, serasa
akan pingsan, tinnitus (terdengar suara mendengung dalam telinga) dan
penglihatan menjadi kabur (Suiraoka, 2012).
5. Jenisjenis Hipertensi
a. Hipertensi Primer atau Esensial
Hipertensi esensialdisebut juga hipertensi primer.Hipertensi
primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi
sebagai dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan.
Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan
kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal
untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi( Martha, 2012). Penyakit
hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Pada umumnya
penyakit hipertensi primer diketahui setelah diperiksakan ke dokter
(Bangun, 2005 : 2-4). Antara 90-95 % penderita hipertensi termasuk
kedalam hipertensi esensial ( Sheps, 2005).
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
21/42
10
Hipertensi esensial merupakan hasil gabungan dari beberapa
faktor yang berhubungan dengan pergerakan (pelebaran dan
penyempitan) pembuluh darah, kenaikan jumlah cairan dalam darah,
berfungsinya sensor aliran darah (baroreseptor), produksi zat-zat
kimia yang mempengaruhi fungsi pembuluh darah, sekresi hormon,
volume darah yang dipompa jantung, dan kontrol saraf terhadap
sistem kardiovaskuler (Sheps, 2005).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang telah diketahui
penyebabnya. Hipertensi sekunder timbul karena suatu penyakit atau
kebiasaan dan kondisi seseorang. Kelainan yang menyebabkan
hipertensi sekunder adalah sebagai hasil dari salah satu atau
kombinasi hal-hal seperti akibat stress yang parah, penyakit atau
gangguan ginjal, kehamilan atau pemakaian pil pencegah kehamilan,
pemakaian obat terlarang, cedera di kepala atau pendarahan di otak
yang berat, tumor di otak atau sebagai reaksi dari pembedahan
(Bangun, 2005).
6. Faktor Pemicu Hipertensi
a.
Faktor yang tidak dapat dikontrol
a) Keturunan
Dari hasil penelitian, diungkapkan bahwa jika seseorang
mempunyai orang tua yang salah satunya menderita hipertensi
maka orang tersebut mempunyai resiko lebih besar untuk terkena
hipertensi dari pada orang yang kedua orang tuanya normal
(Suiraoka, 2012)
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
22/42
11
b) Umur
Dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang
menderita hipertensi juga semakin besar. Pada umumnya
hipertensi terjadi pada usia 31 tahun, sedangkan pada wanita
terjadi setelah umur 45 tahun (setelah menopause) (Suiraoka,
2012)
c) Jenis Kelamin
Laki-laki umumnya lebih mudah terserang hipertensi
dibandingkan wanita. Hal ini mungkin disebabkan karena laki-laki
lebih banyak faktor yang mendorong terjadinya hipertensi seperti
stress (Suiraoka, 2012)
b. Faktor yang dapat dikontrol
a) IMT / Kegemukan (Obesitas)
Obesitas mempunyai korelasi positif dengan hipertensi. Anak-
anak dan remaja yang mengalami kegemukan cenderung
mempunyai tekanan darah tinggi. Ada dugaan bahwa
meningkatnya bobot badan relatif sebesar 10% mengakibatkan
kenaikan tekanan darah 7 mmHg ( Khomsan, 2004).
b)
Merokok dan mengkonsumsi alkohol
Merokok dapat menaikkan tekanan darah. Nikotin dalam rokok
dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah,
nikotin juga dapat menyebabkan pengapuran pada dinding
pembuluh darah. Selain itu konsumsi alkohol dapat meningkatkan
sintesis katekholamin. Adanya kathekolamin dalam jumlah besar
akan memicu naiknya tekanan darah (Suiraoka, 2012).
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
23/42
12
c) Konsumsi garam yang berlebihan
Garam merupakan hal yang sangat penting pada mekanisme
timbulnya hipertensi. Pengaruh asupan garam terhadap hipertensi
adalah melalui peningkatan volume plasma atau cairan tubuh dan
tekanan darah. Keadaan ini akan diikuti oleh peningkatan ekskresi
kelebihan garam sehingga kembali pada kondisi keadaan sistem
hemodinamik (pendarahan) yang normal. Pada hipertensi primer
mekanisme tersebut terganggu, disamping kemungkinan adanya
faktor lain yang berpengaruh (Sutanto dalam Suiraoka, 2012).
d) Konsumsi lemak yang berlebihan
Jika makanan yang dimakan banyak mengandung lemak jahat
(kolesterol), dapat menyebabkan penimbunan lemak sepanjang
pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan
aliran darah menjadi kurang lancar. Penyempitan dan
penyumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa darah
lebih kuat lagi, agar dapat memasok kebutuhan darah kejaringan.
Akibatnya tekanan darah menjadi meningkat, maka terjadilah
hipertensi (Muhammadun, 2010).
7.
Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endhotel
arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi
termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak dan
pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk
penyakit serebrovaskuler (stroke, transientischemic attack), penyakit
arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, dementia, dan atrial
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
24/42
13
fibrilasi. Bila penderita hiperensi memiliki faktor-faktor risiko
kardiovaskuler lain, maka akan meningkatkan mortalitas dan morbiditas
akibat gangguan kardiovaskular. Menurut studi Framingham, pasien
dengan hipertensi mempunyai peningkatan risiko yang bermakna untuk
penyakit koroner, stroke, penyakit arteri perifer, dan gagal jantung
(Depkes R.I, 2006).
8. Manajemen atau penanganan penatalaksanaan hipertensi
a. Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan
merokok, menurunkan berat badan berlebih, asupan garam dan asupan
lemak, latihan fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur (Corts
K dalam Nuriyansyah, 2011)
1) Menurunkan berat badan bila status gizi berlebih
Peningkatan berat badan di usia dewasa sangat berpengaruh terhadap
tekanan darahnya. Oleh karena itu, manajemen berat badan sangat
penting dalam prevalensi dan kontrol hipertensi.
2) Meningkatkan aktifitas fisik
Orang yang aktivitasnya rendah berisiko terkena hipertensi 30-50%
daripada yang aktif. Oleh karena itu, aktivitas fisik antara 30-45 menit
sebanyak sebanyak > 3x/minggu penting sebagai pencegahan primer
dari hipertensi.
3) Mengurangi asupan natrium
Apabila diet tidak membantu dalam 6 bulan, maka perlu pemberian
obat anti hipertensi oleh dokter.
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
25/42
14
4) Menurunkan konsumsi kafein dan alkohol
Kafein dapat memacu jantung bekerja lebih cepat, sehingga
mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya. Sementara
konsumsi alkohol lebih dari 2-3 gelas/hari dapat meningkatkan risiko
hipertensi.
b. Farmakologis
Tujuan yang akan dicapai dalam pemberian obat hipertensi adalah
menurunkan risiko serangan jantung, gagal jantung dan stroke, dimana
penyakit tersebut dapat terjadi akibat hipertensi. Beberapa obat hipertensi
menurut Bangun (2005) :
1) Diuretik
Obat diuretik dikenal dengan nama pil air, yang dapat mempengaruhi
kerja ginjal. Kadar garam didalam tubuh dikeluarkan bersamaan
dengan zat cair yang ditahan oleh garam.
2) Alpha, Beta, dan Alpha Beta Adrenergic Blocker
Obat ini bekerja dengan menghalangi pengaruh bahan-bahan kimia
tertentu dalam tubuh. Dengan obat-obatan ini, jantung biasanya
berdetak lebih lambat dan tidak begitu keras dalam memompa.
3) Inhibitor ACE (Angiotensin Converting Enzym)
Inhibitor ACE bekerja membantu mengendurkan pembuluh darah
dengan menghalangi pembentukan bahan kimia alamiah dalam tubuh
yang disebut Angiotensin II.
4) Calsium Channel Blocker
Obat ini bekerja membantu mengendurkan pembuluh-pembuluh darah
dan mengurangi aliran darah.
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
26/42
15
2.1.3 Konsep Pralansia
1. Pengertian Pralansia
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang dideritanya
(Nugroho dalam Sari, 2012)
2. Batasan Umur
Menurut organisasi kesehata dunia (WHO) (Andayuna, 2011), menua
meliputi :
1) Usia pertengahan (Middle Age) : usia 45-59 tahun
2) Lanjut Usia (Elderly) : usia 60-74 tahun
3) Lanjut Usia Tua (Old) : usia 75-90 tahun
4)
Usia sangat tua (Very Old) : di atas 90 tahun.
2.1.4 Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT merupaka alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Penggunaan IMT hanya berlaku untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun, IMT
tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, olahragawan dan pada
khusus lainnya seperti adanya edema, asites dan hepatomegali (Merryana Adriani
dkk, 2012)
IMT dihitung sebagai berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan
dalam meter dikuadratkan (m2) dan tidak terikat pada jenis kelamin. IMT secara
signifikan berhubungan dengar kadar lemak tubuh total sehingga dapat dengan
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
27/42
16
mudah mewakili kadar lemak tubuh. Saat ini, secara internasional diterima sebagai
alat untuk mengidentifikasi kelebihan berat badan dan obesitas (Hill, 2005).
Cara pengukuran IMT adalah sebagai berikut :
Setelah mendapatkan hasil angka tersebut dicocokkan dengan cut off point
sehingga kita dapat mengetahui status gizi kita apakah under weight, normal,
overweight, atau obesitas.
Klasifikasi IMT (Indeks Massa Tubuh )
Tabel 2.2 Klasifikasi IMT berdasarkan Depkes RI (1994)
IMT (kg/m ) Klasifikasi Kategori
27.0 Kelebihan berat badan tingkat berat
Sumber : Depkes RI 1994. Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi orangdewasa, Jakarta
Berdasarkan tabel di atas, kisaran IMT orang disebut normal apabila
diantara 18,5-25,0 kg/m2, kurus apabila dibawah 18,5 kg/m2 , dan obesitas
jika angka hasil perhitungan lebih di atas 25 kg/m2.
2.1.5 Hubungan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan Hipertensi
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang gemuk (obesity) 5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih
(Muhammadun, 2010).
Ada hubungan antara berat badan dan hipertensi, bila berat badan meningkat
di atas berat badan ideal maka risiko hipertensi juga meningkat. Penyelidikan
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
28/42
17
epidemiology juga membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi
pasien hipertensi. Pada penyelidikan dibuktikan bahwa curah jantung dan volume
darah sirkulasi pasien obesitas dengan penderita yang mempunyai berat badan
normal dengan tekanan darah yang setara (Muhammadun, 2010)
Salah satu teori menyebutkan bahwa meningkatnya konsumsi kalori dalam
bentuk karbohidrat dan lemak akan meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik
yang akhirnya akan menyebabkan hipertensi. Itulah sebabnya orang-orang yang
kegemukan sering mengalami hipertensi (Ali Khomsan, 2004).
Obesitas merupakan suatu faktor utama (bersifat fleksibel) yang
mempengaruhi tekanan darah dan juga perkembangan hipertensi. Kurang lebih 46%
pasien dengan BMI 27 adalah penderita hipertensi. Framingham Studi telah
menemukan bahwa peningkatan 15% BB dapat menyebabkan peningkatan tekanan
darah sistolik sebesar 18%. Dibandingkan dengan mereka yang mempunyai BB
normal, orang yang overweight dengan kelebihan BB sebesar 20% mempunyai
resiko delapan kali lipat lebih besar terhadap hipertensi.
Grafik 2.1 Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Prevalensi Hipertensi
NationalInstitutes of Health NHLBI Critical Guidelines, 1998
http://www.obesitas.web.id/bmi%28med%29.htmlhttp://www.obesitas.web.id/bmi%28med%29.html7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
29/42
18
Sekitar 75% hipertensi secara langsung berhubungan dengan kelebihan berat
badan. Obesitas telah di identifikasi sebagai faktor penting dalam memprediksi
terjadinya hipertensi pada orang dewasa. Kelebihan berat badan meningkatkan risiko
terjadinya penyakit kardiovaskular karena beberapa sebab. Makin besar massa tubuh,
makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke
jaringan tubuh. Ini berarti volume darah yang beredar melalui pembuluh darah
menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri. Ada
dugaan bahwa meningkatnya berat badan normal relatif sebesar 10% mengakibatkan
kenaikan tekanan darah 7 mmHg (Sugondo, 2007).
2.1.6 Kerangka Teori
Faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi (Sheps, 2005).
2.2Kerangka KonsepVariabel Independen Variabel Dependen
IMT (Indeks Massa Tubuh) Kejadian Hipertensi
Faktor yang tidak dapat dikontrol
1. Keturunan
2. Umur
3. Jenis kelamin
Faktor yang dapat dikontrol :
1. IMT / Status Gizi
2. Merokok
3. Konsumsi alkohol
4. Konsumsi garam berlebihan
5. Konsumsi lemak berlebihan
Kejadian Hipertensi
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
30/42
19
2.3Hipotesis Penelitian2.3.1 Ada Hubungan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan kejadian Hipertensi Pada
Penduduk Usia 45-59 Tahun di wilayah kerja Puskesmas Ambacang
Kecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2013.
2.4 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Variabel Cara Ukur Alat ukur Hasil ukurSkala
ukur
1 Hipertensi Tekanan darah
persisten dimana
tekanan sistoliknya140 mmHg atau
lebih secara terus
menerus dan tekanan
diastoliknya 90
mmHg atau lebih
secara terus menerus
(Suiraoka, 2012).
Pengukuran
Tekanan
Darah.
Tensimeter Normal bila
tekanan
darah sistolikdan diastolik
< 120/80
mmHg
Hipertensi
bila tekanan
darah sistolik
dan diastolik
140/90
mmHg
(Klasifikasi
tekanan
darah JNC 7)
Ordinal
2 IMT Suatu pengukuran
yangmenghubungkan
(membandingkan)
berat badan dalam
kilogram (kg) di bagi
tinggi badan dalam
meter kuadrat (m2)
(sugondo, 2006).
Pengukuran
Antropometri :
Pengukuran
berat badan
dengan
menggunakan
bathroom
scale.
Pengukurantinggi badan
dengan
menggunakan
microtoice.
Bathroom
scale dan
Microtoice
Kurus bila
IMT < 18,5
kg/m2
Normal bila
IMT 18.5
25.0 kg/m2
Gemuk bila
IMT 25 -
40kg/m
2
(Depkes RI
1994.
Pedoman
Praktis
Pemantauan
Status Gizi
Orang
Dewasa)
Ordinal
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
31/42
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Jenis dan Desain PenelitianJenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional
study. Penelitian ini untuk melihat Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan
Kejadian Hipertensi Pada Pralansia di Puskesmas Ambacang. Variabel dependen
dan independen diteliti secara bersama.
3.2Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilakukan di Puskesmas Ambacang Kuranji Kota Padang pada
Bulan JanuariJuli 2013.
3.3Populasi dan Sampel3.3.1 Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pralansia yang berusia 45 - 59 tahun
yang memeriksa tekanan darah ke Puskesmas Ambacang Kuranji Kota Padang
Tahun 2013 selama penelitian. Sampel populasi pada penelitian ini menggunakan
teknik non random sampling dengan cara Purposive Sampling. Pengambilan
sampel secara purposive ini berdasarkan kriteria (Notoatmojo, 2010)
3.3.2 SampelJumlah sampel dihitung dengan mengunakan rumus infinit karena besar
sampel tidak diketahui :
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
32/42
21
Keterangan :
N = Populasi
n = Jumlah sampel
P = Proporsi (10,5 %)
d= Presisi/derajat akurasi yang diinginkan (5%)
Berdasarkan rumus di atas di dapatkan sampel sebanyak 115 orang.
Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka
sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria inklusi,
maupun kriteria ekslusi (Notoatmodjo, 2010)
a. Kriteria Insklusi
1. Responden berusia 4559 tahun
2. Bersedia menjadi sampel
3. Melakukan pemeriksaan tekanan darah
b. Kriteria Ekslusi
Sampel yang mempunyai keadaan tertentu untuk tidak bisa menjadi
responden dikarenakan sakit sehingga tidak bisa di wawancarai dan di
ukur tinggi badan dan berat badannya.
3.4Jenis dan Pengumpulan Data3.4.1 Data Primer
Data primer yang dikumpulkan meliputi umur, berat badan, dan tinggi badan
yang mana pengukuran langsung dilakukan peneliti dengan menggunakan
bathroom scale dan microtoice.
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
33/42
22
a. Pengumpulan data antropometri, yaitu dengan mengukur tinggi badan dan
berat badan dengan memakai indikator Indeks Massa Tubuh (IMT)
dengan menggunakan bathroom scale dan microtoice. Rumus IMT yang
digunakan sebagai berikut :
a) Cara mengukur tinggi badan :
1) Sepatu responden dilepaskan
2)
Berdiri tegak pada lantai yang datar, kaki sejajar dengan alat
pengukur, dengan tumit, bokong, kepala bgian belakang dengan
sikap tegak dan memandang kedepan.
3) Kedua tangan berada di samping dalam keadaan bebas.
4) Turunkan dan tarik fiksasi, sampai rapat di kepala.
5)
Baca skala tinggi badan dan catat tinggi badan yang didapat
dengan teliti.
b) Cara menimbang berat badan
1) Pakaian seminimal mungkin, sepatu ditanggalkan.
2) Periksa timbangan yang akan dipakai.
3) Sampel berdiri di atas timbangan.
4) Lihat angka pada timbangan yang akan menunjukkan berat badan
dan catat berat badan yang didapat dengan teliti.
b. Data umur pasien langsung ditanya kepada responden dan dicatat oleh
peneliti.
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
34/42
23
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder berupa data mengenai tekanan darah responden yang didapat
dari catatan medical record pasien.
3.5Pengolahan Data dan Analisis DataData diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi dengan tahapan
pengolahan sebagai berikut :
3.5.1 Pengolahan Data
1.
Data Tekanan Darah
Data ini didapat dari hasil medical record responden tentang tekanan
darah. Data diolah dengan komputerisasi, data tersebut dilakukan editing
yang bertujuan untuk mengecek lengkap atau tidaknya data, apakah
hasilnya dapat dibaca, untuk melihat kekonsistenan responden sehingga
dapat dilakukan proses berikutnya yaitu mengkode data tekanan darah,
setelah itu data tersebut di entri ke epidata untuk dianalisis. Sebelum
dianalisis dilakukan pengecekan terlebih dahulu terhadap data tindakan
yang telah di entri, jika terdapat kesalahan dapat diperbaiki sehingga
analisis yang dilakukan sesuai dengan yang sebenarnya. Tekanan darah
dikategorikan menjadi :
1) Normal bila tekanan darah sistolik dan diastolik < 120/80 mmHg
2) Prahipertensi bila tekanan darah sistolik dan diastoliknya 120-139/80-
89 mmHg
3) Hipertensi bila tekanan darah sistolik dan diastoliknya 140/90
mmHg.
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
35/42
24
2. Data Indeks Massa Tubuh (IMT)
Data Indeks Massa Tubuh (IMT) ini didapat dari hasil pengukuran
berat badan dan tinggi badan responden dengan menggunakan bathroom
scale dan microtoice serta umur dan jenis kelamin responden. Data diolah
dengan komputerisasi, data tersebut dilakukan editing yang bertujuan
untuk mengecek lengkap atau tidaknya pengisian kuesioner pengukuran,
apakah hasilnya dapat dibaca, untuk melihat kekonsistenan responden
sehingga dapat dilakukan proses berikutnya yaitu mengkode data berat
badan dan tinggi badan , setelah itu data tersebut di entri ke epidata untuk
dianalisis. Sebelum dianalisis dilakukan pengecekan terlebih dahulu
terhadap data tindakan yang telah di entri, jika terdapat kesalahan dapat
diperbaiki sehingga analisis yang dilakukan sesuai dengan yang
sebenarnya. Indeks Massa Tubuh dikategorikan menjadi :
1) Kurus bila IMT < 18,5 kg/m2
2) Normal bila IMT 18,5-25,0 kg/m2
3) Gemuk bila IMT 25,9 kg/m2
3.5.2 Analisa DataAnalisa data dilakukan dengan :
1. Analisa UnivariatHasil olahan disajikan dalam bentuk persentase yang menggunakan tabel
distribusi frekuensi dan analisis. Data yang dianalisis secara univariat
adalah umur, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan dan tekanan darah
yang diperoleh dari responden. Sebelum didapatkan distribusi frekuensi
variabel, data yang diperoleh di edit kembali. Kemudian dikategorikan
berdasarkan kategori yang telah ditetapkan.
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
36/42
25
2. Analisis BivariatUntuk melihat hubungan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan Hipertensi
dilakukan uji Chi-Square.
Adapun rumus uji Chi-Square adalah :
Keterangan :
X2 = Nilai Chi-Square
O = Frekuensi observasi
E = Freuensi harapan
Hasil uji Chi-Square dikatakan bermakna atau ada hubungan antara
variabel dependen dan independen apabila nilai p < 0,05 dan tidak
bermakna apabila nilai p >0,05.
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
37/42
26
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, Merryana, 2012
Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan, Perpustakaan Nasional : Katalog
dalam Terbitan Kedokteran
Andayuna. 2011.
Batas-batas Usia Lanjut (online) http://bahantugas.blogspot.com diakses 21
Januari 2013
Arisman, 2008
Obesitas, Diabetes Melitus dan dislipidemia, Jakarta : Kedokteran EGC
Astawan, Made.2006
Cegah Hipertensi dengan Pola Makan(online) http://www.depkes.go.id/,
di akses tanggal 25 Oktober 2012.
Astriana, wenny.2010.
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Pralansia dengan Kejadian Hipertensi di
Kelurahan Seberang Padang Wilayak Kerja Puskesmas Seberang Padang.
Bangun, 2005
Terapi Jus dan Ramuan Tradisional untuk Hipertensi, Jakarta : PT
Agromedia Pustaka Utama
Departemen Kesehatan R.I 2006.Pharmaceutical care untuk penyakit hipertensi, Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes RI 1994.Pedoman Praktis Pemantauan Status Gizi Orang Dewasa, Jakarta
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2011.Laporan Kejadian Hipertensi di Kota Padang.
Faridah, Wiwi Uluwiyah, 2012
Indeks Massa Tubuh (IMT) Sebagai Faktor Risiko Hipertensi Pada Wanita
Usia Subur Di Desa Sukamanah Kecamatan Cigalontang KabupatenTasikmalaya. (online) https://www.google.com/ diakses 21 Januari 2013.
Guyton, Hall.1997
Fisiologi Kedokteran, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
(online) http://fharmacy.blogspot.com diakses tanggal 26 oktober 2012.
Hill, Mc Graw.2005
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Dalam : Ilham, M. 2010. Hubungan Body
Mass Index (BMI) dengan Tekanan Darah Pada Pahasiswa Kedokteran Dan
Fisioterapi Aalliance College Of Medical Sciences (ACMS) yang
Mempunyai Riwayat Keluarga Hipertensi Universitas SumateraUtara.(online) http://repository.usu.ac.id/ diakses 29 Oktobe
http://bahantugas.blogspot.com/http://bahantugas.blogspot.com/http://bahantugas.blogspot.com/7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
38/42
27
Hull, Alison 1993
Penyakit Jantung Hipertensi & Nutrisi, Jakarta : PT Bumi Aksara
Khomsan, Ali. 2004.
Pangan dan Gizi untuk Kesehatan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
Kuswardhani, Tuty. 2008.
Manapiring, E Aaltje. 2008.Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah pada
Penduduk Usia 45 Tahun ke atas di Kelurahan Pakowa Kecmatan Wanea
Kecamatan Wanea Kota Manado.
Lumbantombing. 2008. Tekanan Darah Tinggi. Balai Penerbit FKUI.
Martha, Karnia, 2012
Panduan Cerdas Mengatasi Hipertensi, Yogyakarta : Araska.
Masud, Ibnu, 1989
Dasar- dasar Fisiologi Kardiovaskuler, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Muhammadun, A.S. 2010.
Hidup Bersama Hipertensi. Yogyakarta : In-Books
National Institutes of Health NHLBI Critical Guidelines, 1998. (online)
https://www.google.com/diakses 21 Januari 2013
Notoatmodjo, Prof.Dr. Soekidjo. 2010
Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta
Nuriyansyah, Melia. 2011
Hubungan pola konsumsi dan aktifitas fisik dengan tekanan darah pda
penderita hipertensi dewasa di poliklinik penyakit dalam RSUP. DR. M.
Djamil Padang. Jurusan Keperawatan Padang : Politeknik Kesehatan
Padang
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2007.
Hartono, Bambang. 2011.Hipertensi, Pembunuh Diam-diam. (online)http://health.kompas.com/diakses 21 Januari 2013
Riyadi dkk.2007
Manapiring, E Aaltje. 2008.Hubungan Status Gizi dan Tekanan Darah pada
Penduduk Usia 45 Tahun ke atas di Kelurahan Pakowa Kecmatan Wanea
Kecamatan Wanea Kota Manado.
Sari, Anita Meutia. 2012.
Hubungan pola konsumsi dengan kejadian hipertensi pada pralansia di
kelurahan seberang padang wilayah kerja puskesmas seberang padang tahun
2012. Jurusan Keperawatan Padang : Politeknik Kesehatan Padang.
https://www.google.com/https://www.google.com/http://health.kompas.com/http://health.kompas.com/http://health.kompas.com/https://www.google.com/7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
39/42
28
Shep, Sheldon G. 2002 dalamSuiraoka. 2012. Penyakit Degeneratif. Yogyakarta :
Nuhamedika
Sheps, Sheldon G.2005
Mengatasi Tekanan Darah Tinggi, Jakarta : PT Intisari Mediatama.
Sugondo, Sidartawan. 2007
Obesitas. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi, B, Alwi, I, K Simadibrata, M,
Setiati, S, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi keempat-Jilid III.
Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. (online)http://repository.usu.ac.id/diakses
2 November 2012.
Suiraoka, IP, 2012
Penyakit Degeneratif, Yogyakarta : Nuhamedika
Survei Kesehatan Rumah Tangga. 2004 (online) http://repository.usu.ac.id/ diakses
22 Januari 2013.
Sutanto, 2010
Suiraoka IP, 2012. Penyakit Degeneratif, Yogyakarta : Nuhamedika
Wijayakusuma, Hembing dan Setiawan Dalimartha, 2003
Ramuan Trasdisional untuk Pengobatan Darah Tinggi, Jakarta : Penebar
Swadaya. (online) http://cybermed.cbn.net.id/ diakses tanggal 11 November
2012.
http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/http://repository.usu.ac.id/7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
40/42
29
Lampiran 1
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Menyatakan bersedia membantu mahasiswa jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Padang dalam melakukan penelitian tentang Hubungan IMT (Indeks
Massa Tubuh) dengan Kejadian Hipertensi Pada Dewasa di Puskesmas AmbacangKecamatan Kuranji Kota Padang Tahun 2013
Demikianlah surat ini saya buat tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Semoga dapat dipergunakan sebaik-baiknya.
Padang, 2013
Yang menyatakan
( )
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
41/42
30
Lampiran 2
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KEJADIAN
HIPERTENSI DI PUSKESMAS AMBACANG KECAMATAN
KURANJI KOTA PADANG
TAHUN 2013
Tanggal pengambilan sampel :
Data karakteristik sampel :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : L/P
Pekerjaan :
Pendidikan :
Alamat :
No.telpon/Hp :
BB : kg
TB : cm
IMT : kg/m2
TD : mm/Hg
7/28/2019 Proposal Lengkap PERBAIKAN Septi
42/42
Lampiran 4
RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
1.
Persiapan Proposala. Fotocopy Buku/Bahan = Rp 50.000
b. Biaya transportasi = Rp 100.000
c. Biaya print = Rp 50.000
d. Fotocopy + jilid = Rp 50.000
e. Biaya alat tulis = Rp 30.000
f. Biaya tak terduga = Rp 50.000
2. Pelaksanaan
a. Fotocopy kuesioner = Rp 50.000
b. Biaya tek terduga = Rp 50.000
3. Laporan/Seminar KTI
a. Biaya transportasi = Rp 100.000
b. Biaya print = Rp 100.000
c. Fotocopy + jilid = Rp 100.000
d. Biaya alat tulis = Rp 50.000
e. Biaya tak terduga = Rp 50.000 +
TOTAL = Rp 830.000