32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut disusun standar pendidikan nasional, terdiri atas, standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, da standar penilaian. Dalam Peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses disebutkan

Proposal Metopen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Proposal Metopen

Citation preview

Page 1: Proposal Metopen

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

system pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar

dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan Negara. Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut disusun

standar pendidikan nasional, terdiri atas, standar kompetensi lulusan, standar

isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga

kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, da standar penilaian.

Dalam Peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun

2013 tentang Standar Proses disebutkan bahwa setiap pendidik pada satuan

pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif,

inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi pesrta didik

untukberpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kretivitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan perlu

melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelalajaran

Page 2: Proposal Metopen

serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Lampiran IV Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A

Tahun 2013 tentang Implementasi kurikulum Pedoman Umum Pembelajaran,

menyebutkan bahwa strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang

terwujudnya selkuruh kompetensi yang dimuat dalam kurikulum 2013.

Kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik,

sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa

dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan

persiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun

kelompok yang mengacu pada silabus.

Melihat begitu pentingnya proses pembelajaran dalam suatu kelas untuk

pencapaikan hasil belajar yang optimal maka guru perlu menyusun strategi

yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Dalam mengajar matematika

penulis menjumpai banyak sekali kendala sehingga hal ini memberikan

pengaruh pada hasil belajar siswa. Bagi bayak siswa terutama di sekolah

dimana penulis mengajar, matematika menjadi mata pelajaran yang sulit bagi

siswa. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang merasa pesimis terhadap mata

pelajaran matematika. Sehingga tidak sedikit dari mereka yang memiliki

keyakinan diri (self efficacy) yang rendah terhadap matematika. Ketika

keyakinan diri mereka sudah rendah maka akan berpengaruh terhadap hasil

belajar matematinya.

Page 3: Proposal Metopen

Bandura (1997) mengatakan bahwa efikasi diripada dasarnya adalah hasil

dari proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang

sejauh mana individu memperkiraan kemampuan dirinya dalam melaksanakan

tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Dari pendapat tersebut maka dapat diartikan bahwa efikasi diri juga

dapat mengembangkan perilaku bersikap positif dalam menghadapi tugas.

Sikap positif ini kemudian membuat siswa yang memiliki efikasi diri yang baik

tidak akan mudah menyerah dalam menyelesaikan tugas yang sedang

dikerjakannya.

Selain efikasi diri yang kurang pada diri siswa, proses pembelajaran

matematika yang selama berlangsung belum sesuai dengan yang diharapkan.

Dalam Peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013

yang telah dikemukakan diatas telah jelas menyampaikan bahwa pembelajaran

sebaiknya yang dapat memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif, bukan

pembelajaran yang berpusat pada guru. Pemilihan strategi pembelajaran juga

sebaiknya benar-benar yang dapat mendukung partisipasi aktif siswa. Sehingga

model pembelajaran dapat menjadi solusi dalam pemecahan masalah

pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran matematika.

Pembelajaran kooperativ (cooperative learning) Merupakan salah satu

pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran (student

orientied).

Page 4: Proposal Metopen

B. Diagnosis Permasalahan Kelas

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas dapat

didiagnosis beberapa masalah dalam kelas sebagai berikut:

1. Pembelajaran masih didomonasi oleh guru(teacher centered).

2. Keyakinan diri (self efficacy) siswa terhadap mata pelajaran matematika

rendah.

3. Siswa mengangggap bahwa matetika adalah pelajaran yang sulit dan

membosankan sehingga siswa cenderung kurang tertarik untuk belajar

matematika.

4. Kurangnya kerja sama antar siswa di dalam belajar.

5. Siswa jarang berdiskusi di dalam kelompok.

6. Hasil belajar Matematika masih rendah.

C. Fokus dan Rumusan Masalah

1. Fokus

Berdarkan identifikasi permasalahan di atas maka ditentukan permasalahan

yang akan diteliti yaitu masalah: keyakinan diri siswa untuk belajar matematika

dan hasil belajar belajar matematika masih rendah, dengan menerapkan metode

yang bayak melibatkan aktifitas siswa, dalam hal ini dipilih pembelajaran

kooperatif model Teams Games Tournament.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka permasalahan

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikuta:

Page 5: Proposal Metopen

1. Bagaimana meningkatkan keyakinan diri (self efficacy) siswa terhadap

mata pelajaran matematika di kelas V SD N Lanteng Baru dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif model Teams Games

Tournament.

2. Bagaimana peningkatan hasil belajar Matematika siswa di kelas V SD N

Lanteng Baru yang terjadi setelahmenerapkan metode

pembelajarankooperatif model Teams Games Tournament?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Meningkatkan keyakinan diri (self efficacy)siswa terhadap mata pelajaran

matematika di kelas V SD N Lanteng Baru dengan menerapkan metode

pembelajaran kooperatif model Teams Games Tournament.

2. Meningkatan hasil belajar Matematika siswa di kelas V SD N Lanteng

Baru setelah menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Teams

Games Tournament.

E. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitianini diharapkan dapat membawa manfaat terhadap peningkatan

kualitas pembelajaran Matematika, baik secara teoritis maupun secara praktis

bagi siswa, guru, dan lembaga pendidikan.

1. Manfaat teoritik sebagai berikut:

a. Diperolehnya metode pembelajaran yang cocok untuk meningkatkan

keyakinan diri (self efficacy) dan hasil belajar siswa.

Page 6: Proposal Metopen

b. Menambah pengetahuan pembaca tentang upaya meningkatkan

keyakinan diri (self efficacy) dan dan hasil belajar Matematika .

2. Manfaat Praktik adalah sebagai berikut:

a. Bagi siswa yaitu untuk mendorong siswa agar meningkatkan keyakinan

diri (self efficacy) dan hasil pembelajaran matematika.

b. Bagi guru bermanfaat untuk memahami secara lebih mendalam metode

pembelajaran kooperatif yang banyak melibatkan siswa untuk

meningkatkan keyakinan diri (self efficacy) dan hasil belajar siswa

pada mata pelajaran matematika.

c. Manfaat bagi lembaga pendidikan adalah sebagai salah satu bahan

untuk menentukan kebijakan mutu pendidikan.

Page 7: Proposal Metopen

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Matematika

1) Pengertian Matematika

Dalam kamus besar bahasa Indonesia

2)

2. Belajar

Menurut Suryabrata (1998) pengertian belajar meliputi tiga hal,yaitu

yang pertama belajar adalah sesuatu yang membawa perubahan, dalam

arti ada perubahan tingkah laku baik actual maupun potensial. Kedua,

perubahan tersebut akan menghasilkan keahlihan baru. Ketiga, perubahan

tersebut terjadi karena usaha yang dilakukan dengan sengaja.

Dalam Slavin 2012, belajar adalah proses trial dan error. Ada tiga

hukum yang harus diperhatikan dalam belajar, yaitu kesiapan (readiness)

untuk mempelajari sesuatu, hukum latihan, dan hukum effect.

Menurut Winkel (1996) Merupakan aktivitas mental atau psikis

yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang dapat

menghasilkan berbagai perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman,

keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan yang terjadi dari hasil belajar

secara relative bersifat tetap dan membekas dalam kehidupan manusia.

Dari pengertian di atas dapat dimpulkan bahwa belajar merupakan

proses yang melibatkan menta/psikis yang berlangsung aktif dan dilakukan

Page 8: Proposal Metopen

dengan sengaja sehingga akan muncul perubahandalam berbagai hal

seperti pengetahuan, pemahaman, dan tingkah laku dsb.

3. Prestasi belajar matematika

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Klausmeir

dan Goodwin (1971) meliputi enam aspek sebagai berikut:

a. Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa meliputi karakteristik psikis dan fisik. Karakteristik

psikis terdiri atas kemampuan intelektual dan kemapuan non intelektual.

Kemampuan intelektual diantaranya adalah sikap, kebiasaaan belajar,

minat, perhatian, motivasi belajar, dan kondisi psikis. Sedangkan

kemmapuan non intelektual misalnya pengamatan, fantasi, persepsi, dan

perasaan. Sedangkan pada karakteristik fisik meliputi keadaan indera

fisik, kesehatan, dan gizi.

b. Faktor Pengajar

Faktor pengajar meliputi penguasaan pengajar pada materi yang akan

diajarkan, keterampilan dalam mengajar, dan karakteristik kepribadian

seorang guru.

c. Bahan atau Materi yang Dipelajari

Bahan atau yang diajarkan oleh guru meliputi jenis materi, tingkat

kesukaran, dan tingkat kompleksitas bahan pelajaran.

d. Media Pengajaran

Media pengajaran yang digunakan meliputi jenis media, karakter media,

dan kemampuan menggunakan media.

Page 9: Proposal Metopen

e. Karaktersitik Fisik Sekolah

Karakteristik fisik sekolah meliputi keadaan gedung dan fasilitas belajar.

f. Faktor Lingkungan dan Situasi

Faktor lingkungan meliputi lingkungan alam seperti suhu, keadaan

musim, dan kelembaban udara.

4. Efikasi Diri

a. Pengertian Efikasi Diri

Menurut Bandura (1997) efikasi diri merupakan suatu keyakinan

seseorang atas kemampuannnya untuk melaksanakan tugas khusus atau

bagian dari berbagai komponen tugas.

Menurut Bandura (1997) efikasi diri akan mempengaruhi kognisi,

motivasi, emosi, dan performansi. Selain itu juga berpengaruh pada

pemilihan aktivitas, seberapa banyak usaha yang dicurahkan, dan berapa

lama seseorang dapat bertahan dalam menghadapi kesulitan. Tingkat

efikasi yang lebih tinggi akan mendorong siswa untuk melakukan tugas

yang mereka yakini akan membuahkan hasil.

b. Tipe-Tipe Efikasi Diri

1) Real Self Efficacy

Merupakan keyakinan yang dimiliki oleh individu atas

kemampuannya dalam melakukan tugas tertentu. Dalam hal ini

individu tersebut telah yakin bahwa dirinya mampu menyelesaikan

tugas tertentu karenan memang memiliki kemampuan yang

diperlukan.

Page 10: Proposal Metopen

2) Perceived Self Efficacy

Merupakan kesan yang dimiliki oleh individu tentang kemampuan

yang dimilikidalam melakukan tugas tertentu, artinya individu

tersebut meyakini bahwa mampu menyelesaikan tugas meskipun

memiliki kemampuan yang kurang memadai.

c. Dimensi Efikasi Diri

Ada tiga dimensi efikasi diri menurut Bandura (1997) sebagai

berikut:

1) Level

Pada dimensi level merupakan tingkat keyakinan individu terhadap

kemapuan dirinya terkait dengan tingkat kesulitan tugas yang dihadapi.

Pada level ini merupakan tingkat kesulitan tugas yang dilakukan, yaitu

seberapa sulit tugas tersebut menurut perkiraan individu. Bila tingkat

kesulitan yang dihadapi oleh seseorang terlalu tinggi maka ia akan sulit

melakukannya, dan sebaliknya jika tingkat kesulitan terlalu rendah

maka seseorang akan mudah melakukannya. Pada umumnya seseorang

akan memillih tingkat kesulitan yang cukup tinggi akan tetapi masih

pada batas kemampuannya.

Sehingga dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi

level adalah seberapa besar tingkat keyakinan individu terhadap

kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi tingkat kesulitan tugas.

2) Generality

Page 11: Proposal Metopen

Generality merupakan keluasan bidang tugas yang dilakukan.

Artinya seberapa jauh pencapaian individu dalam memiliki efikasi diri

pada bidang tugas khusus, atau menyebar pada berbagai bidang tugas

lainnya.

Dari Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sejauh mana

keyakinan individu terhadap tingkat keluasan tugas.

3) Strenght

Strengh dapat diartikan kuat lemahnya keyakinan individu dalam

mencapai tugas – tugas yang sulit. Semakin individu mantap dalam

melakukan tugas maka akan semakin mudah dilakukan meskipun tugas

sebenarnya cukup sulit.

Tiap individu pada dasarnya memiliki efikasi diri, namun yang

membedakan dengan individu yang lain adalah tinggi rendahnya

efikasinya.

d. Sumber-sumber efikasi diri

Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh,

diubah, ditingkatkan atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi

empat sumber, yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi

(performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious

experience), persuasi sosial (social persuation), dan pembangkitan

emosi (emotional/physiological states).

1.      Pengalaman performansi

Page 12: Proposal Metopen

Pengalaman performansi adalah prestasi yang pernah dicapai pada

masa yang telah lalu. Sebagai sumber performansi masa lalu

menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya.

Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi,

sedang kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan

akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung

proses pencapaiannya :

a.       Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi

semakin tinggi.

b.      Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja

kelompok, dibantu orang lain.

c.       Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah

berusaha sebaik mungkin.

d.  Kegagalan dalam suasana emosional atau stres, dampaknya tidak

seburuk kalau kondisinya optimal.

e.  Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat,

dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang

yang keyakinan efikasinya belum kuat.

f.       Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak memengaruhi

efikasi.

2.      Pengalaman vikarius

Diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat

ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan

Page 13: Proposal Metopen

menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira

sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati

berbeda dengan diri si pengamat, pengaruh vikarius tidak besar.

Sebaliknya, ketika mengamati kegagalan figur yang setara dengan

dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah

gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu

yang lama.

3.      Persuasi sosial

Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan

melalui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi

pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat

memengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada

pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.

4.      Keadaan emosi

Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan

mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat,

takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun, bisa

terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat

meningkatkan efikasi diri, (http:/www.google.com).

5. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Slavin (1995:2) mengemukakan bahwa “Cooperative Learning refers to a variety of teaching methods in which student work in small groups to help one another learn academic content. In cooperative classrooms, student are expected to help each other, to discuss and

Page 14: Proposal Metopen

argue with each other, to asses each other’s current knowledge and fill in gaps in each other’s understanding”.

Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa pembelajaran

kooperatif mengacu pada berbagai metode pengajaran di mana siswa

bekerja dalam kelompok kecil untuk membantu satu sama lain

mempelajari isi materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, siswa

diharapkan dapat membantu, untuk membahas dan berdiskusi dengan

siswa yang lain, untuk menilai pengetahuan siswa saat ini dan

menambah pengetahuannya masing-masing.

Beberapa alasan menggunakan model pembelajaran kooperatif

menurut Slavin (1995:2) sebagai berikut:

1) Sebagai dasar penelitian untuk meningkatkan prestasi siswa.

2) Meningkatkan hasil belajar dan hubungan antar kelompok.

3) Memberikan penerimaan kepada siswa yang mengalami kekurangan

dalam bidang akademik di kelas.

4) Meningkatkan harga diri.

5) Mengembangkan realisasi belajar siswa untuk berpikir, memecahkan

masalah, menerapkan pengetahuan dan keterampilan secara terpadu.

Slavin (1995:5) juga mengemukakan bahwa: “All cooperative learning methods share the idea that students work together to learn and are responsible for their teammates’ learning as well as teheir own. In addition to idea of cooperative work, Student Team Learning methods emphasize the use of team goals and team success, Which can be achieved only if all members of the team learn the objectives being tought. That is, in Student Team Learning the student’task are not to do something as a team but to learn something as a team”.

Page 15: Proposal Metopen

Dari pemaparan di atas dapat diartikan bahwa semua metode

pembelajaran kooperatif menyumbangkan berbagai ide atau gagasan

bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab

terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar

sama baiknya. Selanjutnya, gagasan tentang kerja kooperatif, metode

Student Team Learning menekankan penggunaan tujuan tim dan tim

sukses, yang dapat dicapai hanya jika semua anggota tim mempelajari

tujuan yang akan dicapai dalam pokok bahasan. Maka tugas yang

diberikan dalam Student Team Learning studen adalah bukan untuk

melakukan sesuatu sebagai sebuah tim, tapi untuk belajar sesuatu

sebagai sebuah tim.

b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Terdapat tiga empat prinsip karakteristik pembelajaran

kooperatif menurut Slavin (1995:12) sebagai berikut:

1) Penghargaan Kelompok

Sebagian besar metode pembelajaran kooperatif

menggunakan beberapa bentuk tujuan kelompok. Ketika suatu

kelompok dapat mencapai skor di atas kriteria yang telah

ditentukan maka kelompok tersebut akan mendapatkan

penghargaan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan

individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan

antar personel yang saling mendukung, saling membantu, dan

Page 16: Proposal Metopen

saling peduli. Pengargaan yang diberikan dapat berupa sertifikat

atau rekognisi yang lain.

2) Pertanggung jawaban Individu

Pertanggung jawaban menitik beratkan pada aktivitas

anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar.

Keberhasian suatu kelompok tergantung dari pembelajaran individu

dari semua anggota kelompok. Adanya pertanggung jawaban

secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk

menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa

bantuan kelompoknya.

3) Kesempatan yang sama untuk Berhasil

Dalam pembelajaran kooperatif menggunakan skoring yang

meliputi nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi

yang diperoleh dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode

ini setiap siswa baik yang berprestasi rendah maupun tinggi

memiliki kesempatan yang sama untuk berhasil dan melakukan

yang terbaik untuk kelompoknya.

4) Kompetisi Tim

Dalam Pembelajaran kooperatif dengan metode STAD

(Student Teams Achivement Divisions) dan TGT (Teams Games

Tournaments) menggunakan kompetisi antar tim sebagai hal yang

memotivasi siswa dalam bekersama di dalam tim.

Page 17: Proposal Metopen

Pada penelitian tesis ini akan menggunakan metode TGT

maka di dalam pembelajarannya nanti akan ada kompetisi antar

tim. Dengan adanya kompetisi antar tim maka siswa pada masing-

masing kelompok akan memberikan yang terbaik untuk

kelompoknya. Sehingga akan semakin membuat rasa tanggung

jawab yang tinggi pada diri siswa untuk sukses bersama dalam

timnya.

c. Macam-Macam Pembelajaran Kooperatif

Berdasarkan pada langkah-langkah atau tahapan dan aktivitas

pembelajarannya, di dalam Slavin (1995:5) pembelajaran kooperatif

dibedakan dalam beberapa tipe yaitu Student Teams Achievement

Division (STAD), Jigsaw, Tournament Games Teams (TGT),

Cooperative Integrated Reading and Compition (CIRC), dan Team

Accelerated Instruction (TAI).

Pada penelitian tesis ini akan mengunakan metode pembelajaran

kooperatif tipe Tournament Games Teams (TGT) yang akan

dimplemantasikan di dalam kelas.

1)

d.

6.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Aniq Hudiyah Bil Hag (2014) dalam penelitian yang berjudul “Efikasi

Diri Matematika dan Hubungan dengan teman Sebaya sebagai Prediktor

Page 18: Proposal Metopen

Prestasi Belajar Matematika”. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan

kuantitatif dengan analisis regresi. Suyek penelitinnya siswa SMA di

Surakarta berjumlah 143 orang yang pengukuran prestasi belajar

matematikanya menggunakan nilai akhir kognitif pada raport semester

ganjil 2013/2014. Variabel efikasi diri matematika dan hubungan dengan

teman sebaya diukur menggunakan skala. Berdasarkan hasil analisis data,

diperoleh kesimpulan bahwa efikasi diri matematika dan hubungan dengan

teman sebaya secara bersama-sama dapat memprediksi prestasi belajar

matematika.

2. Umi Nurjanah (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan

Iklim Kelas dan Efikasi Diri dengan Prestasi Belajar Matematika pada

Siswa Kelas Lima Madrasah Ibtidaiyah”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan anatara iklim kelas dan efikasi diri dengan prestasi

belajar matematika pada siswa kelas 5 di Madrasah Ibtidaiyah. Subyek

penelitiannya 71 siswa di 5 Madrasah Ibtidaiyah. Metode pengumpulan

data yang digunakan adalah skala dan dokumentasi. Skala yang digunakan

dalam penelitian ini adalah skala iklim kelas dan skala efikasi diri. Nilai

prestasi belajar matematika siswa diperoleh dari dokumentasi nilai rapor

semester genap siswa. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara iklim kelas dan efikasi diri dengan

prestasi belajar matematika kelas lima Madrasah Ibtidaiyah.

3. Anjum (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “The Impact of Self

efficacy on Mathematics Achivement Of Primary School Children”

Page 19: Proposal Metopen

meneliti tentang efikasi diri dan prestasi matematika pada siswa SD di

Pakistan yang terdiri dari 843 siswa tersebar dalam kelas 3,4,5 di Lahore

Pakistan. Dua pertanyaan yg diajukan dalam penelitian ini adalah self

efficacy matematika secara signifikan berkorelasi positif dengan prestasi

matematika. Pertanyaan yang kedua adalah apakah tingkatan sekolah

(kelas ) secara signifikan berkorelasi dengan self efficacy matematika.

Hasilnya adalah self efficacy matematika secara positif dan signifikan

berhubungan dengan prestasi matematika pada setiap tingkat kelas.

4. Endang Kusrini (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement

Division) dan TGT (Team Games Tournament) ditinjau dari Kreativitas

terhadap Prestasi Belajar Bahasa Inggris Siswa SMP di Purwokerto”.

Hasil penelitiananya menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan prestasi belajar bahasa Inggris yang disebabkan pendekatan

pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan Konvensional. Dengan uji

Scheffe yang dilaksanakan terlihat bahwa pembelajaran kooperatif tipe

TGT menghasilkan prestasi belajar Bahasa Inggris yang paling baik. Ada

perbedaaan yang signifikan terhadap prestasi belajar Bahasa Inggris

disebabkan oleh perbedaan kreativitas. Terlihat pula adanya interaksi

pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar Bahasa Inggris yang

disebabkan interaksi antara pembelajaran kooperatif tipe STAD, TGT, dan

Konvensional dan tingkat kreativitas.

C. Kerangka Pikir (Rancangan Pemecahan Masalah)

Page 20: Proposal Metopen

Keberhasilan suatu proses pembelajaran matematika dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain

D. Pertanyaan Penelitian

Apakah metode pembelajaran kooperatif tipe Tournament Games Teams

(TGT) dapat meningkatkan efikasi diri dan prestasi belajar matematika siswa

kelas V SD N Lanteng Baru?

Page 21: Proposal Metopen

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian Tindakan

Jenis Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom

action research). Pemilihan jenis penelitian ini didasarkan pada tujuan

penelitian yaitu Meningkatkan keyakinan diri (self efficacy) dan hasil belajar

siswa terhadap mata pelajaran matematika di kelas V SD N Lanteng Baru

dengan menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Teams Games

Tournament (TGT).

B. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan

C. Deskripsi Tempat Penelitian

Penelitian tesis ini akan dilaksanakan di SD Negeri Lanteng Baru yang

berlokasi di dusun Lanteng II, desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri,

Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan likasi

penelitian didasarkan pada dimana peneliti mengajar dan mengalami

permasalah dalam pengajaran yang hendak dilaksanakan tindakan penelitian

untuk sebuah perubahan dalam pengajaran di sekolah tersebut.

D. Subyek dan Karakteristiknya

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Lanteng Baru

Kabupaten Bantul. Kelas V terdiri atas kelas paralel, dan yang dipilih dalam

penelitian ini adalah kelas VB yang memiliki karakteristik lemah dalam

penguasaan materi matematika.

Page 22: Proposal Metopen

E. Skenario Tindakan

F. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

G. Kriteria Keberhasilan Tindakan

H. Teknik Analisis Data