26
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, FOREIGN OPERATION, LEVERAGE, DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK Oleh : Bani Alkausar 156020301111004 A. PENDAHULUAN Perusahaan sebagai salah satu wajib pajak memiliki kewajiban dalam membayar pajak yang besarnya dihitung dari laba bersih yang diperolehnya. Semakin besar pajak yang dibayarkan maka penerimaan negara akan semakin besar. Namun antara pihak pemerintah dan wajib pajak (perusahaan) memiliki kepentingan yang berbeda. Dari pihak pemerintah menginginkan agar wajib pajak dapat maksimal dalam membayar pajak, namun dari segi wajib pajak perusahaan ingin mengefisienkan beban pajaknya sehingga memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam rangka menyejahterakan pemilik dan untuk keberlanjutan hidup perusahaan (going concern). Mangoting (1999) dalam Maretta (2013) menyatakan bahwa bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai biaya, sehingga perlu dilakukan usaha-usaha atau strategi-strategi tertentu untuk menguranginya. Usaha-usaha atau strategi-strategi yang dilakukan merupakan bagian dari tax planning. Tujuan yang diharapkan dengan adanya tax planning ini adalah meminimalkan pajak terutang untuk mencapai laba yang optimal. Penghematan pajak dapat dilakukan dengan cara legal (tax avoidance) maupun secara illegal (tax evasion). Maretta (2013)

Proposal Mpp

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asd

Citation preview

Page 1: Proposal Mpp

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, FOREIGN OPERATION, LEVERAGE,

DAN PROFITABILITAS TERHADAP AGRESIVITAS PAJAK

Oleh :

Bani Alkausar 156020301111004

A. PENDAHULUAN

Perusahaan sebagai salah satu wajib pajak memiliki kewajiban dalam membayar pajak

yang besarnya dihitung dari laba bersih yang diperolehnya. Semakin besar pajak yang

dibayarkan maka penerimaan negara akan semakin besar. Namun antara pihak pemerintah

dan wajib pajak (perusahaan) memiliki kepentingan yang berbeda. Dari pihak pemerintah

menginginkan agar wajib pajak dapat maksimal dalam membayar pajak, namun dari segi

wajib pajak perusahaan ingin mengefisienkan beban pajaknya sehingga memperoleh

keuntungan yang lebih besar dalam rangka menyejahterakan pemilik dan untuk keberlanjutan

hidup perusahaan (going concern). Mangoting (1999) dalam Maretta (2013) menyatakan

bahwa bagi perusahaan, pajak dianggap sebagai biaya, sehingga perlu dilakukan usaha-usaha

atau strategi-strategi tertentu untuk menguranginya. Usaha-usaha atau strategi-strategi yang

dilakukan merupakan bagian dari tax planning. Tujuan yang diharapkan dengan adanya tax

planning ini adalah meminimalkan pajak terutang untuk mencapai laba yang optimal.

Penghematan pajak dapat dilakukan dengan cara legal (tax avoidance) maupun secara

illegal (tax evasion). Maretta (2013) menyatakan agresivitas pajak merupakan keinginan

perusahan untuk meminimalkan beban pajak melalui aktivitas tax planning dengan tujuan

untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Aktivitas tax planning dilakukan melalui cara yang

legal, ilegal, maupun kedua-duanya. Jadi, agresivitas pajak merupakan perilaku wajib pajak

yang memiliki kecenderungan untuk menghindari pajak agar beban pajak yang akan

dibayarkan minimal.

Kasus agresivitas pajak tidak hanya dijumpai di Indonesia namun diseluruh dunia. Hal ini

telah diucapkan oleh Basri saat ditemui oleh majalah Tempo disela-sela acara " 6th Meeting

of the Global Forum on Transparency and Exchange of Information for Tax Purposes ", ia

mengatakan bahwa penghindaran pajak tidak hanya menjadi masalah di Indonesia, namun di

semua negara. Ada perusahaan-perusahaan besar dengan sistem yang seolah-olah dapat

Page 2: Proposal Mpp

memindahkan pembayaran pajak ke negara lain dan pada akhirnya perusahaan tersebut tidak

membayar pajak (www.tempo.com).

Di Indonesia, salah satu kasus agresivitas pajak dengan melakukan penghindaran pajak

(tax avoidance) dilakukan oleh “ Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) ”. Pada

tahun 2004 TMMIN melakukan restrukturisasi perusahaan. Setelah adanya restrukturisasi

tersebut laba sebelum pajak (gross margin) TMMIN menjadi lebih kecil yang awalnya laba

sebelum pajak selalu mengalami peningkatan antara 11% hingga 14%, setelah restrukturisasi

laba sebelum pajak hanya sebesar 7%. Dengan laba sebelum pajak yang lebih kecil maka

beban pajak yang ditanggung juga akan semakin kecil.Dalam pemeriksaan oleh pihak fiskus

ditemukan bahwa terjadi transfer pricing yang tidak wajar dengan perusahaan afiliasi di

Singapura (kontan.co.id).

Sedangkan kasus agresivitas pajak dengan melakukan penggelapan pajak (tax evasion)

dilakukan oleh PT.Asian Agri Group (AAG). AAG melakukan transfer pricing ke

perusahaan afliasi di luar negeri dengan harga di bawah harga pasar untuk kemudian dijual

lagi ke pembeli riil dengan harga tinggi. Dengan begitu beban pajak di dalam negeri bisa

ditekan. Selain itu, perusahaan-perusahaan luar negeri yang menjadi rekanan AAG sebagian

adalah perusahaan fiktif. Berdasarkan pemeriksaan dari pihak fiskus, ditemukan terjadinya

penggelapan pajak yang berupa penggelapan pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan

nilai (PPN). Pada tahun 2002-2005 terdapat Rp 2,62 triliun penyimpangan pencatatan

transaksi. Yaitu, penggelembungan biaya perusahaan hingga 1,5 triliun, mendongkrak

kerugian dari transaksi ekspor Rp 232 miliar, dan mengecilkan hasil penjualan sebesar Rp

889 miliar. (www.tempo.com).

Berdasarkan data pajak yang disampaikan oleh Dirjen Pajak pada tahun 2012 terdapat

50,9% perusahaan Penanaman Modal Asing yang melaporkan nihil nilai pajaknya,

perusahaan tersebut diketahui mengalami kerugian selama 7 tahun berturut-turut. Perusahaan

tersebut umumnya bergerak dalam bidang manufaktur dan pengolahan bahan baku (Dirjen

Pajak, 2013). Hal ini berpotensi merugikan negara karena menurut data Badan Pusat Statistik

(BPS) selama lima tahun berturut-turut penerimaan negara yang berasal dari pajak lebih dari

70% , sehingga dapat dikatakan bahwa pajak mempunyai peranan yang penting untuk

perekonomian negara serta kemakmuran rakyat bergantung pada pajak itu sendiri. Semakin

patuh seorang wajib pajak memenuhi kewajiban perpajakannya maka akan semakin besar

Page 3: Proposal Mpp

penerimaan negara yang berasal dari pajak dan digunakan untuk kepentingan sebesar-

besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Dari kasus agresivitas pajak tersebut, kemungkinan tujuan perusahaan untuk

memaksimalkan nilai perusahaan tidak akan tercapai, jika pihak fiskus mengetahui tindakan

agresif terhadap pajak dan melakukan pemeriksaan pajak. Dengan adanya pemeriksaan

pajak, citra perusahaan akan buruk dimata publik karena dianggap tidak memenuhi

kewajibannya sebagai warga negara. Ini merupakan tanggung jawab manajemen perusahaan

(agent) sebagai perantara yang mewakili prinsipal agar nilai perusahaan maksimal (Jensen

dan Meckling, 1976). Namun, antara pihak prinsipal (pemegang saham) dan pihak agen

(manajemen) sering terjadi perbedaan kepentingan. Pemegang saham akan fokus pada

peningkatan nilai sahamnya sedangkan manajer fokus pada pemenuhan kepentingan pribadi.

Dalam teori keagenan Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa perusahaan yang

memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap agency

conflct. Konflik kepentingan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham dapat

diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan

yang terkait tersebut. Akibat dari munculnya mekanisme pengawasan tersebut menyebabkan

timbulnya suatu biaya yang disebut agency cost.

Salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan meningkatkan kepemilikan

saham oleh pihak manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Analisisnya menyatakan bahwa

proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan-

kebijakan perusahaan. Selain itu, kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan

manajemen dan pemegang saham, sehingga pihak manajemen akan merasakan langsung

manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan akan merasakan kerugian sebagai

konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah (Sari, 2010). Penelitian mengenai

pengaruh kepemilikan manajerial terhadap agresivitas pajak pernah diteliti oleh Hartadinata

dan Tjaraka (2013), hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi

kepemilikan manajerial maka semakin rendah tingkat keagresifan terhadap pajak.

Selain kepemilikan manajerial, tindakan agresivitas pajak juga bisa muncul dari berbagai

faktor lain. Salah satunya adalah foreign operation yang cenderung melakukan transfer

pricing dengan tujuan meminimalkan beban pajak. Dalam PSAK 10 (2010:10.1) kegiatan

usaha luar negeri (foreign operation) yaitu, suatu anak perusahaan (subsidiary), perusahaan

Page 4: Proposal Mpp

asosiasi (associates), usaha patungan (joint venture) atau cabang perusahaan pelapor, yang

aktivitasnya dilaksanakan di suatu negara di luar negara perusahaan pelapor. Foreign

operation dapat disebut sebagai perusahaan multinasional.

Menurut Suandy, Erly (2013:70) perusahaan multinasional adalah perusahaan yang

beroperasi melewati lintas batas antarnegara, yang terikat hubungan istimewa, baik karena

penyertaan modal saham, pengendalian manajemen atau penggunaan teknologi; dapat berupa

anak perusahaan, cabang perusahaan, agen dan sebagainya, dengan berbagai tujuan, antara

lain untuk memaksimalkan laba setelah pajak (meminimalkan pajak).

Cravens (1997) menyatakan sebesar 51% dari 542 sampel perusahaan multinasional (179

perusahaan yang diidentifikasi dari The World Directory of Multinationals dan 363

perusahaan yang terdaftar di US stock exchanges) melakukan transfer pricing dengan tujuan

untuk hal-hal yang berkaitan dengan pajak, terutama me-manage beban pajak. Di Indonesia

penelitian mengenai foreign operation dilakukan oleh Kamila dan Martani (2014), hasil

penelitian tersebut adalah foreign operation tidak berhubungan langsung dengan manajemen

laba melainkan dengan manajemen pajak, hal tersebut dikarenakan perusahaan yang

memiliki operasi di luar negeri memang diyakini memiliki insentif lebih untuk melakukan

manajemen pajak, yaitu adanya perbedaan tarif pajak antar negara sehingga perusahaan dapat

melakukan income shifting dari negara yang memiliki tarif pajak tinggi ke negara yang

memiliki tarif pajak rendah.

Faktor lain yang diprediksi dapat meyebabkan agresivitas pajak adalah faktor keuangan.

Dalam penelitian ini, faktor keuangan yang digunakan adalah leverage dan profitabilitas.

Leverage menunjukkan penggunaan utang untuk membiayai investasi (Sartono, 2002).

Leverage merupakan rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan utang

dalam pendanaan kegiatan operasionalnya. Semakin banyak perusahaan menggunakan utang

sebagai pembiayaan operasional perusahaan maka perusahaan akan semakin menghemat

pajak. Karena bunga pinjaman tersebut dapat dikurangkan dalam menghitung penghasilan

kena pajak. Hal tersebut tercantum dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang

Pajak Penghasilan Pasal 6 Ayat 1 Huruf (a).

Pengaruh leverage terhadap agresivitas pajak perusahaan sebelumnya pernah diteliti oleh

Suyanto (2012) , hasil penelitiannya adalah leverage perusahaan manufaktur berpengaruh

positif dan signifikan terhadap agresivitas pajak perusahaan, atau dengan kata lain adanya

Page 5: Proposal Mpp

pengaruh yang kuat antara leverage perusahaan terhadap tingkat agresivitas pajak

perusahaan, dimana semakin tinggi leverage maka semakin tinggi agresivitas pajak

perusahaan.

Faktor keuangan selanjutnya adalah profitabilitas. Secara umum profitabilitas diukur

menggunakan rasio Return On Asset (ROA). Gibson (2007:285) dalam Tjahyono (2014)

menyebutkan bahwa ROA mengukur kemampuan perusahaan untuk memanfaatkan aset

perusahaan untuk menciptakan keuntuangan dengan membandingkan keuntungan dengan

aset yang menghasilkan laba. Semakin tinggi rasio tersebut berarti profitabilitas perusahaan

semakin tinggi, dan semakin tinggi pula laba perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh

maka akan semakin besar beban pajak yang akan dibayarkan, sehingga hal tersebut menjadi

faktor perusahaan untuk melakukan tax planning agar beban pajak yang akan dibayarkan

minimal. Tindakan manusia yang didorong oleh faktor eksternal dan faktor eksternal ini

terkait dengan teori atribusi.

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan

diri dalam tax planning yang mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan (Chen et al.,

2010 dalam Kurniasih dan Sari, 2013). Kurniasih dan Sari (2013) telah melakukan penelitian

mengenai profitabilitas dan pengaruhnya terhadap tax avoidance, penelitian tersebut

menggunakan rasio return on asset. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

profitabilitas berpengaruh signifikan secara simultan dan parsial terhadap tax avoidance.

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi yang merupakan gabungan dari penelitian-

penelitian terdahulu dengan menambahkan variabel foreign operation sebagai variabel

indipenden kedalam model penelitian, sehingga dipilih variabel kepemilikan manajerial,

leverage, foreign operation, dan profitabilitas sebagai variabel indipenden dan variabel

agresivitas pajak sebagai variabel dependen. Berdasarkan uraian diatas yang menjadi

rumusan masalah di penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Apakah kepemilikan manajerial

berpengaruh terhadap agresivitas pajak? 2) Apakah foreign operation berpengaruh terhadap

agresivitas pajak? 3) Apakah leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak? 4) Apakah

profitabilitas berpengaruh terhadap agresivitas pajak?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial,

foreign operation, leverage, dan profitabilitas terhadap agresivitas pajak. Penelitian ini

diharapkan bisa memberikan kontribusi kebijakan yang nantinya digunakan oleh pemerintah

Page 6: Proposal Mpp

khususnya dalam hal ini Direktorat Jendral Pajak dalam membuat kebijakan terkait dengan

masalah agresivitas pajak.

B. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

1. Agency Theory

Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency theory adalah teori yang menjelaskan

agency relationship dan masalah-masalah yang ditimbulkannya. Pada agency theory yang

disebut prinsipal adalah pemegang saham dan yang dimaksud agen adalah manajemen yang

mengelola perusahaan. Menurut Kim, Nofsinger, dan Mohr (2010) dalam Hidayanti (2013)

pada umumnya terdapat pemisahan antara pemilik perusahaan (investor) dengan manajemen

yang akan mempengaruhi pertumbuhan dari bisnis suatu perusahaan. Adanya pemisahan

kepemilikan antara pemilik perusahaan dengan manajemen yang menjalankan perusahaan

akan menimbulkan konflik di dalam perusahaan. Konflik tersebut biasanya muncul karena

perbedaan kepentingan antara pihak manajemen dengan pemilik perusahaan.

2. Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action)

Theory of Reasoned Action atau biasa disebut TRA dikembangkan oleh Icek Ajzen dan

Martin Fishbein (1980). TRA menjelaskan bahwa perilaku dilakukan karena individu

mempunyai niat atau keinginan untuk melakukannya (behavioralintention). Asumsi theory of

reasoned action adalah manusia berperilaku dengan cara yang sadar, bahwa mereka

mempertimbangkan informasi yang tersedia, dan secara implisit dan eksplisit juga

mempertimbangkan implikasi dari tindakan yang dilakukan tersebut.

Dalam lingkungan bisnis, wajib pajak akan memiliki niat atau keinginan untuk

meminimalkan beban pajak dengan mempertimbangkan informasi yang tersedia, karena

beban pajak merupakan pembiayaan bagi perusahaan yang dapat mengurangi laba

perusahaan. Tolok ukur penilaian kinerja keuangan perusahaan dilihat dari laba, jika laba

kecil investor akan menilai bahwa kinerja perusahaan kurang baik, lingkungan seperti ini

akan mempengaruhi wajib pajak untuk agresif terhadap pajak.

3. Agresivitas Pajak

Frank, lynch, dan Rego (2006) dalam Hidayanti (2013) mendefinisikan agresivitas pajak

sebagai manajemen ke bawah dari kegiatan kena pajak penghasilan melalui perencanaan

pajak, mengelola pajak merupakan bagian penting dari pekerjaan seorang manajer, karena

pajak merupakan biaya yang signifikan untuk perusahaan dan pemegang saham. an

Page 7: Proposal Mpp

penghematan pajak yang akan dilakukan. Tindakan pajak agresif erat kaitannya dengan

aktivitas perlawanan terhadap pajak. Ada dua bentuk perlawanan pajak yang dilakukan oleh

warga negara menurut R. Santoso Brotihardjo (1993:13-14) dalam Pohan (2013:23), yaitu

perlawanan pasif dan perlawanan aktif. Dalam kaitannya dengan perlawanan aktif, menurut

Pohan (2013:23) ada beberapa modus yang biasanya digunakan wajib pajak untuk

menghindari pajak, yakni : 1. Tax Avoidance 2. Tax Evasion 3. Tax Saving.

4. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kondisi yang menunjukkan bahwa manajer memiliki

saham dalam perusahaan atau manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham

perusahaan. Pihak tersebut adalah mereka yang duduk di dewan komisaris dan dewan direksi

perusahaan (Rustiarini, 2011). Kepemilikan manajerial diukur dengan proporsi saham yang

dimiliki perusahaan pada akhir tahun dan dinyatakan dalam presentase. Semakin besar

proporsi kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih

giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri. Sehingga

terdapat insentif bagi manajer untuk memaksimalkan nilai perusahaan ketika kepemilikan

manajerialnya meningkat (Jensen dan Meckling, 1976).

Prasetyo (2009) dalam Murniati (2012) berpendapat bahwa kepemilikan manajerial dapat

mengurangi masalah agensi karena kinerja manajer akan lebih baik seiring dengan

peningkatan kepemilikan saham dalam perusahaan tersebut. Manajer akan berusaha lebih

giat untuk memperbaiki kinerja perusahaan, yang akhirnya dapat meningkatkan nilai

perusahaan dan meningkatkan kekayaannya sendiri. Hartadinata dan Tjaraka (2013)

menyatakan semakin tinggi rasio kepemilikan manjerial maka akan semakin rendah tingkat

keagresifan perusahaan terhadap pajak.

5. Foreign Operation

Foreign operation dalam PSAK 10 (2010:10.1) adalah kegiatan usaha luar negeri (foreign

operation) yaitu, suatu anak perusahaan (subsidiary), perusahaan asosiasi (associates), usaha

patungan (joint venture) atau cabang perusahaan pelapor, yang aktivitasnya dilaksanakan di

suatu negara di luar negara perusahaan pelapor. Menurut Suandy (2013:70) perusahaan

multinasional adalah perusahaan yang beroperasi melewati lintas batas antarnegara, yang

terikat hubungan istimewa, baik karena penyertaan modal saham, pengendalian manajemen

atau penggunaan teknologi; dapat berupa anak perusahaan, cabang perusahaan, agen dan

Page 8: Proposal Mpp

sebagainya, dengan berbagai tujuan, antara lain untuk memaksimalkan laba setelah pajak

(meminimalkan pajak).

Perusahaan Multinasional dapat saja menggunakan transfer pricing yang lebih rendah

dari arm's length price (tingkat harga antara pembeli dan penjual independen, bebas

melakukan transaksi), untuk tujuan mengefisienkan beban pajaknya atau menggunakan harga

yang lebih tinggi dari arm's length price untuk tujuan-tujuan tertentu. Namun demikian,

apapun alasannya, apabila terjadi transaksi antar-grup yang menyimpang dari arm's length

price, apakah harga tersebut lebih rendah atau lebih tinggi, hal ini disinyalir sebagai usaha

untuk menggeser laba perusahaan dari satu grup ke grup lainnya dan hal ini berarti pula

bahwa pajak yang terutang di kedua grup yang terlibat tersebut akan mengalami perubahan

(Permatasari, 2004).

6. Leverage

Rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan hutang untuk membiayai

sebagian dari pada aktiva korporasi. Leverage dihitung dari total hutang jangka panjang

dibagi dengan total aset yang tujuannya adalah menggambarkan struktur modal perusahaan

dan menangkap keputusan pembiayaan perusahaan. Tingkat leverage perusahaan dapat

menggambarkan risiko keuangan perusahaan. Hal ini disebabkan karena leverage merupakan

alat untuk mengukur seberapa besar perusahaan bergantung pada kreditur dalam membiayai

aset perusahaan (Maretta, 2013). Pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi

korporasi karena hutang mempunyai beban yang bersifat tetap. Penggunaan hutang

memberikan subsidi pajak atas bunga (Tampubolon, 2013:41).

7. Profitabilitas

Dalam setiap operasional perusahaan, yang menjadi tujuan utama dari usahanya yaitu

mencari keuntungan atau profitabilitas (Nugrahani, 2012) dalam Kurniasih dan Sari.

Profitabilitas adalah kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Laba terdiri dari laba

kotor, laba operasi, dan laba bersih (Utari, dkk., 2014:63). Profitabilitas dalam penelitian ini

menggunakan rasio Return on Assets (ROA). Rasio ini merupakan suatu indikator yang

mencerminkan performa keuangan perusahaan, semakin tingginya nilai ROA yang mampu

diraih oleh perusahaan maka performa keuangan perusahaan tersebut dapat dikategorikan

baik. Menurut Chen et al., (2010) dalam Kurniasih dan Sari (2013) perusahaan yang

Page 9: Proposal Mpp

memiliki profitabilitas tinggi memiliki kesempatan untuk memposisikan diri dalam tax

planning dengan tujuan untuk mengurangi jumlah beban kewajiban perpajakan.

8. Kerangka Konseptual

9. Perumusan Hipotesis

Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara

dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk penyataan yang dapat diuji (Sekaran,

2007:135). Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini sebagai berikut :

H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

H2 : Foreign operation bepengaruh terhadap agresivitas pajak.

H3 : Leverage berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

H4 : Profitabilitas berpengaruh terhadap agresivitas pajak.

C. METODE PENELITIAN

1. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan manufaktur dipilih karena dari data dirjen pajak,

secara umum perusahaan yang melakukan penghindaran pajak adalah perusahaan yang

bergerak dalam bidang pengolahan bahan baku dan perusahaan manufaktur. Sampel adalah

suatu himpunan bagian dari populasi yang anggotanya disebut sebagai subjek (Suharso, 2009

: 56). Pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah

pengambilan sampel bertujuan dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi

Kepemilikan Manajerial

(X1)

Foreign Operation(X2)

Profitabilitas(X4)

Leverage(X3)

Agresivitas Pajak(Y)

Page 10: Proposal Mpp

berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria pertimbangan dalam pemilihan sampel pada penelitian

ini adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mempunyai kelengkapan data

berupa laporan keuangan yang telah diaudit dan mempublikasikan annual report

selama periode 2013-2014.

b. Perusahaan yang memiliki data kepemilikan saham manajerial.

c. Perusahaan yang memiliki laba bernilai positif selama tahun penelitian.

d. Perusahaan yang mencantumkan beban pajak penghasilan selama tahun penelitian.

e. Perusahaan yang memiliki rentang ETR anatar 0-1.

f. Perusahaan yang mengungkapkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, sedangkan sumber data yang

digunakan adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini

diperoleh dari laporan keuangan dan annual report perusahaan manufaktur yang tercatat di

BEI berdasarkan kriteria yang ditentukan selama tahun 2011-2013 dan yang dipublikasikan

dalam situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id. Pencarian sumber data lain seperti literatur

terkait penelitian diakses melalui internet.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

a. Studi Pustaka

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengkaji berbagai

literatur seperti buku-buku, jurnal, artikel, hasil penelitian terdahulu dan sumber-

sumber lain yang berkaitan dengan topik pembahasan dalam penelitian ini.

b. Studi Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu mengumpulkan

seluruh data sekunder dan informasi yang dibutuhkan terkait masalah yang diteliti.

Sumber data dokumenter yang dibutuhkan seperti laporan keuangan dan annual report

perusahaan manufaktur yang menjadi sampel dari penelitian.

4. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Page 11: Proposal Mpp

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel

independen dan dependen. Adapun identifikasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Variabel Independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kepemilikan Manajerial (X1)

Kepemilikan manajerial didefinisikan sebagai tingkat kepemilikan saham pihak

manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan di perusahaan.

Tugas manajemen di sini yaitu mengendalikan, mengorganisir, dan mengawasi.

Kepemilikan manajemen yang dimaksud adalah kepemilikan saham oleh direktur dan

komisaris. Variabel ini diukur dari jumlah presentase saham yang dimiliki

manajemen pada akhir tahun. Pengukuran kepemilikan manajerial ini sesuai dengan

yang digunakan dalam penelitian Wahidahwati (2002) dan Haruman (2008) dalam

Sari (2010).

MOWN = Jumlah Sa h amPi h akManajemen

TotalSah amYangBeredar

2) Foreign Operation (X2)

Foreign Operation merupakan perusahaan di Indonesia yang memiliki anak

perusahaan yang beroperasi di luar negeri. Variabel ini diukur dengan menggunakan

variabel dummy seperti yang dilakukan oleh Kamila dan Martani (2014), yaitu nilai 1

jika perusahaan memiliki anak perusahaan di luar negeri dan nilai 0 jika perusahaan

tidak memiliki anak perusahaan di luar negeri.

3) Leverage (X3)

Leverage merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar

kegiatan operasional (produksi) perusahaan mengunakan pendanaan yang berasal dari

utang. Variabel ini diukur dengan membandingkan antara total hutang dengan total

aset perusahaan (aset mencerminkan kegiatan operasional perusahaan) Suyanto

(2012). Seperti yang digambarkan dalam rumus di bawah ini:

Leverage = TotalUtangTotalAsset

4) Profitabilitas

Page 12: Proposal Mpp

Profitabilitas adalah gambaran kinerja keuangan perusahaan dalam menghasilkan

laba dari pengelolaan asset yang digunakan perusahaan. Dalam penelitian ini rasio

profitabilitas diukur dengan menggunakan ROA (Return On Asset). Return On Asset

membandingkan antara laba (rugi) bersih setelah pajak dengan total asset seperti

dalam penelitian Kurniasih (2013). Seperti yang dirumuskan di bawah ini:

ROA = Laba (rugi )bersi h setelah pajak

TotalAsset

b. Variabel Dependen (Y)

Variabel Dependen sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam

bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan

variabel yang ditentukan atau dipengaruhi atau tergantungoleh variabel bebas (Agung,

2012:18). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah agresivitas pajak.

1) Agresivitas Pajak (Y)

Agresivitas pajak merupakan upaya yang dilakukan oleh wajib pajak (perusahaan)

agar beban perpajakannya tidak terlalu tinggi, yang dilakukan secara legal. Semakin

perusahaan menggunakan celah peraturan perpajakan untuk menghemat beban pajak,

maka perusahaan dianggap telah melakukan tindakan pajak agresif meskipun

tindakan tersebut tidak menyalahi peraturan yang ada (Kamila dan Martani, 2014) .

Agresivitas pajak dalam penelitian ini menggunakan proksi ETR. Proksi ini telah

digunakan oleh Suyanto (2012) untuk mengetahui tingkat keagresivan pajak. ETR

merupakan ukuran hasil berbasis pada laporan laba rugi yang secara umum mengukur

efektivitas dari strategi pengurangan pajak dan mengarahkan pada laba setelah pajak

yang tinggi. ETR dirumuskan sebagai berikut :

ETR = BebanPajakPeng h asilan

LabaSebelumPajak

5. Teknik Analisis Data

1) Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda bertujuan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel

independen terhadap variabel dependen. Setiap variabel independen diuji untuk mengetahui

hubungan positif atau negatif dari nilai variabel dependen. Jadi, analisis regresi berganda

Page 13: Proposal Mpp

dimaksudkan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila

dua atau lebih variabel independen dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Persamaan

regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan dalam penelitian ini

sebagai berikut:

ETR = α0 + β 1MOWNit + β 2FOit + β 3LEVERAGEit + β 4ROAit + ε

Keterangan:

ETR : Effective Tax Rate

α0 : Konstanta

β1,2,3 4 : Koefisien variabel

MOWN : Perbandingan kepemilikan manajemen dengan total saham yang beredar

FO : Foreign Operation berdasarkan kepemilikan anak perusahaan di luar

negeri.

LEVERAGE : Perbandingan total utang dengan total asset

ROA : Perbandingan total laba (rugi) setelah pajak dengan total asset

ε : Error

2) Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2013:160). Uji statistik dalam

normalitas yang umum digunakan adalah uji kolmogrov-smirnov. Adapun pengambilan

keputusan adalah :

a) Jika probabilitas > 0,05 maka menunjukkan distribusi normal pada model yang

digunakan.

b) Jika probabilitas < 0,05 maka menunjukkan distribusi yang tidak normal pada model

yang digunakan.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya

korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka

variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel independen yang

nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol.

Page 14: Proposal Mpp

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance

dan variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel

independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Variabel independen

menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel lainnya. Tolerance mengukur

variabiltas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/

Tolerance). Nilat cutoff yang umum digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinieritas

adalah toleransi ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10 (Ghozali, 2013:105).

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periodesebelumnya (t-1)

dalam model regresi linier. Untuk mengetahui apakah asumsi tidak terjadi autokorelasi telah

terpenuhi, maka dapat diuji dengan uji statistic Durbin-Watson. Jika nilai DW berada di

antara dU sampai dengan 4 - dU maka tidak ada autokorelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Apabila

variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik

adalah yang Homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2013:139).

3) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol

dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam

menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk

memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013:97).

4) Pengujian Hipotesis

a. Uji Parsial (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen

Page 15: Proposal Mpp

(Ghozali, 2013:98). H0 yang akan diuji adalah apakah suatu parameter dalam model

sama dengan nol, atau :

H0 : bi = 0

Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang

signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu

variabel tidak sama dengan nol, atau:

HA : bi ≠ 0

Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut:

1. Jika jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan

sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar

dari 2 (dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif,

yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual

mempengaruhi variabel dependen.

2. Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai

statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima

hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara

individual mempengaruhi variabel dependen.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sartono, R. 2002. Manajemen Keuangan : Teori dan Aplikasi. Edisi keempat. Yogyakarta : BPFE.

Ajzen, Icek. 1991. The Theory of Planned Behavior. Organizational Behavior and Human Decision Processe. University of Massachusetts at Amherst. USA. DOI: 0749-5978/91Vol. 50, 179 – 211

Cravens, S.K. (1997). Examining The Role Of Transfer Pricing As A Strategy For Multinational Firms, International Business Review, 6 (2), 127-145. http://dx.doi.org/10.1016/S0969-5931(96)00042-X

Hartadinata, Okta S dan Heru Tjaraka. 2013. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, dan Ukuran Perusahaan terhadap Tax Aggressiveness. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Tahun XXIII No. 3 Desember 2013.

Hidayanti. 2013. Pengaruh Antara Kepemilikan Keluarga Dan Corporate Governance Terhadap Tindakan Pajak Agresif. Jurnal Akuntansi dan Auditting.

Page 16: Proposal Mpp

Ikatan Akuntan Indonesia. (2010). Pernyataan Standar Akuntansi Kuangan No. 10 (revisi 2010) Transaksi Dalam Mata Uang Asing. Jakarta

Imam, Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang : BP Universitas Diponegoro

Jensen, M. and Meckling, W. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Finance Economics 3

Kamila, Putri Almainda dan Martani, Dwi. 2014. Analisis Hubungan Agresivitas Pelaporan dan Agresivitas Pajak. Jurnal Akuntansi Multi Paradigma (JAMAL)

Kurniasih, T., & Sari, M. M. (2013). Pengaruh Profitabilitass, Leverage, Corporate Governance, Ukuran Perusahaan, dan Kompensasi Rugi Fiskal pada Tax Avoidance. Buletin Studi Ekonomi , 18, 58 - 66.

Permatasari. 2004. Transfer Pricing Sebagai Salah Satu Strategi Perencanaan Pajak Bagi Perusahaan Multi Nasional. Jurnal Bina Ekonomi.

Pohan, Chairil Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rustiarini. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan Saham pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility. AUDI (Jurnal Akuntansi dan Bisnis).

Sari, I. (2010). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Terhadap Kinerja Perbankan Nasional, Skripsi Fakultas Ekonomi Univer-sitas Diponegoro Semarang.

Sekaran, Uma. 2007. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Suandy, Erly. 2003. Perencanaan Pajak. Edisi 3. Jakarta : Salemba Empat.

Suharso, puguh. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Bisnis : Pendekatan Filosofi dan Praktis.

Suyanto, K.D., & Supramono. 2012. Likuiditas, Leverage, Komisaris Independen dan Manajemen Laba terhadap Agresivitas Pajak Perusahaan. Jurnal Keuangan dan Perbankan, 2 (16), 167-177.

Yenni Mangoting. 1999. Tax Planning : Sebuah Pengantar Sebagai Alternatif Meminimalkan Pajak. Universitas Kristen Petra : Semarang.

Yoehana, Maretta. 2013. Analisis Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak. Semarang.

http://bisnis.tempo.co/read/news/2013/11/21/087531337/120-negara-bahas-masalah-penghindaran-pajak

Page 17: Proposal Mpp

http://nasional.kontan.co.id/news/sengketa-pajak-toyota-motor-menanti-palu-hakim

http://www.tempo.co/topik/lembaga/688/Asian-Agri-Group