Upload
tessa-elviana-septi
View
216
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fjkj
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam
meningkatkan derajat kesehatan. Melalui sistem ini tujuan pembangunan
kesehatan dapat tercapai dengan cara efektif, efisien dan tepat sasaran.
Keberhasilan sistem pelayanan kesehatan tergantung dari berbagai komponen
yang masuk dalam pelayanan kesehatan diantaranya perawat, dokter atau tim
kesehatan lain yang saling menunjang pelayanan kesehatan (Hidayat, 2004).
Keperawatan di Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses
mewujudkan keperawatan sebagai profesi. Hal ini merupakan proses jangka
panjang yang ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat
Indonesia. Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana
profesi keperawatan yang telah terbentuk mengalami perubahan dan
perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan
masyarakat. Perubahan yang terjadi mencakup seluruh aspek keperawatan, salah
satunya adalah pelayanan asuhan keperawatan (Nursalam, 2007).
Proses keperawatan sebagai alat bagi perawat untuk melaksanakan asuhan
keperawatan yang dilakukan memiliki arti penting bagi perawat dan pasien.
Pelaksanaan proses keperawatan secara umum bertujuan untuk menghasilkan
asuhan keperawatan yang berkualitas sehingga berbagai masalah kebutuhan klien
dapat teratasi (Hidayat, 2004).
Proses keperawatan terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan,
diantaranya mengidentifikasi kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan,
merumuskan diagnosa keperawatan setelah dilakukan identifikasi, menentukan
rencana tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
mengetahui perkembangan pasien dari berbagai tindakan yang telah dilakukan.
Adanya tahapan-tahapan dalam proses keperawatan ini, akan meningkatkan
kepercayaan diri perawat dalam melaksanakan tugas. Disamping itu, klien akan
merasa puas dengan pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan dengan
pendekatan proses keperawatan (Hidayat, 2004).
Menurut Lupiyoadi pengukuran tingkat kepuasan pasien terhadap sebuah
pelayanan jasa yang diberikan merupakan hal yang penting. Hal ini dikarenakan
seluruh kegiatan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan pelayanan jasa seperti
Rumah Sakit, pada akhirnya akan bermuara dalam bentuk kepuasan. Kepuasan
akan memiliki loyalitas yang tinggi apabila kualitas jasa yang diberikan dapat
menciptakan suatu persepsi yang positif dari pelanggan terhadap pemberi
pelayanan jasa tersebut. Selain itu Supranto menegaskan bahwa kualitas
pelayanan memiliki lima dimensi pengukuran kepuasan, yang terdiri dari
keterwujudan atau bukti langsung (tangibles), kehandalan (reliability), daya
tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), dan kepedulian atau empaty
(Supranto, 2001).
Berbicara tentang kepuasan pasien, penelitian Rachmadi tahun 2014 di
salah satu Rumah Sakit di Indonesia yaitu RSUD Kabupaten Karimun di dapatkan
hasil 65,5% pasien puas dengan pelayananan Rumah Sakit tersebut. Namun,
34,5% pasien belum puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh Rumah
tersebut.
Di Sumatera Barat tahun 2014 juga dilakukan penelitian oleh Hesy
Yosfita tentang tingkat kepuasan di salah satu Rumah Sakit tipe B yaitu Rumah
Sakit Dr. Achmad Mochtar. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil 42,5%
pasien merasa tidak puas terhadap pelaksanaan proses keperawatan yang
diberikan. Sedangkan 57,5% merasa puas terhadap pelaksanaan proses
keperawatan.
RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh merupakan Rumah Sakit tipe C
dengan 16 standar pelayanannya sudah terakreditasi. Jumlah pasien rawat inap di
RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh pada tahun 2009 adalah 11.114 orang
dengan jumlah pasien di ruang inap interne dalam 6 bulan terakhir rata-rata satu
bulan adalah 266 orang. Sedangkan persentase pemakaian tempat tidur pada satu
waktu tertentu atau BOR (bed occupancy rate) tahun 2009 adalah 80,6% (Hasil
laporan rekam medik RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh, 2014).
Pada tahun 2015 telah dilakukan survey pendapat pasien terhadap
pelayanan keperawatan secara keseluruhan, termasuk tentang pelaksanaan proses
keperawatan yang diberikan di ruang rawat inap RSUD Dr. Adnaan WD. Dari
survey tersebut didapatkan hasil bahwa pasien yang mengatakan pelayanan
keperawatan baik hanya 30%, yang mengatakan cukup baik 50%, dan 20% pasien
mengatakan pelayanan keperawatan kurang baik. (Laporan survey kepuasan
pasien di RSUD Adnaan WD Payakumbuh, 2015).
Selain data diatas, pelayanan keperawatan yang dirasakan belum maksimal
juga dibuktikan dengan pengaduan terhadap Rumah Sakit tersebut yang
mengatakan, “bahwa pelayanan yang diberikan masih berbelit-belit, ibu saya yang
ingin dikemoteraphy harus menunggu dari jam 8 pagi hingga jam 8 malam baru
dilakukan tindakan kemoteraphy tersebut, ditanya pada perawat selalu dijawab
tidak tahu“ (Humas Payakumbuh, 2015).
Selain itu berdasarkan hasil survey pada tahun 2016, kejelasan informasi
tentang obat yang diberikan perawat diruang rawat inap hanya 46,6% yang sesuai
standar. Sedangkan 53,4% pasien mengatakan perawat tidak sesuai standar dalam
menjelaskan informasi tentang obat yang diberikan (Laporan survey kepuasan
pasien di RSUD Adnaan WD Payakumbuh, 2016).
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 4 orang pasien dan
1 orang keluarga pasien pada tanggal 20 maret 2016, didapatkan hasil bahwa satu
orang pasien sudah merasa puas terhadap pelayanan keperawatan yang di
terimanya karena pasien merasa perawat bersikap baik dan ramah terhadapnya.
Dua orang pasien merasa kurang puas dengan pelayanan yang mereka terima,
karena merasa perawat kurang tanggap terhadap keluhan yang mereka sampaikan
kepada perawat. Selanjutnya, satu orang pasien dan keluarganya mengatakan
pelayanan yang diberikan perawat sudah cukup baik meskipun kalau mereka
bertanya tentang keadaannya (pasien), perawat terkadang harus menunggu
keputusan dari dokter.
Hal diatas tidak mungkin terjadi bila perawat melakukan peran dan
fungsinya dengan baik saat melaksanan proses keperawatan. Berdasarkan
fenomena dan data yang ada, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian
tentang Hubungan Pelaksanaan Proses Keperawatan dengan Tingkat Kepuasan
Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh Tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini, maka peneliti
ingin mengetahui apakah ada hubungan pelaksanaan proses keperawatan dengan
tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh
tahun 2016.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pelaksanaan proses keperawatan dengan
tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh
tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi pelaksanaan proses
keperawatan : pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan
diruang rawat inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun
2016.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi tingkat kepuasan pasien di ruang
rawat inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun 2016.
c. Diketahuinya hubungan pelaksanaan proses keperawatan :
pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan dengan
tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Adnaan
WD Payakumbuh tahun 2016.
D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti
Untuk menambah wawasan dan ilmu mengenai proses keperawatan dan
pengaruhnya terhadap kepuasan pasien, sehingga dapat memberikan pengalaman
nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.
b. Bagi Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan dalam proses peningkaatan mutu pelayanan
kesehatan khususnya keperawatan. Selain itu hasil penelitian dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi instansi kesehatan dalam menentukan rencana kerja
selanjutnya.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan untuk penelitian yang akan datang, terutama yang
berkaitan dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan khususnya
keperawatan di Rumah Sakit.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RSUD Dr. Adnaan WD
Payakumbuh tentang hubungan pelaksanaan proses keperawatan dengan tingkat
kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh tahun
2010. Pelaksanaan proses keperawatan diukur berdasarkan penilaian pasien
terhadap pelayanan keperawatan yang diterimanya, pengumpulan data
pelaksanaan proses keperawatan dilakukan dengan wawancara terpimpin dan
observasi terhadap studi dokumentasi yang dilihat dari status pasien. Sedangkan
pengumpulan data kepuasan pasien dilakukan hanya dengan wawancara terpimpin
yang diukur berdasarkan 5 dimensi kepuasan. Pengumpulan data ini dilakukan
pada tanggal 23 Maret sampai dengan 4 April tahun 2016 dengan responden
adalah pasien yang sedang dirawat di ruang rawat inap Interne Nusa Indah dan
Dahlia di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh dimana pasien dirawat ≥ 3 hari
rawatan. Adapun desain penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan
menggunakan pendekatan cross sectional. Sedangkan untuk uji statistik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji chi square dengan bantuan
komputerisasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Keperawatan
1. Pengertian Proses Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu pendekatan untuk pemecahan masalah
yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan
keperawatan. Proses keperawatan mengandung elemen berpikir kritis yang
memungkinkan perawat membuat penilaian dan melakukan tindakan berdasarkan
nalar (Potter dan Perry, 2005).
Menurut Ali (2002) proses keperawatan adalah suatu metode asuhan
keperawatan yang ilmiah, sistematis, dinamis, dan terus-menerus serta
berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien dimulai
dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan keperawatan,
pelaksanaan dan penilaian tindakan keperawatan. Sedangkan menurut Kozier
yang dikutip dari Nurjannah (2005) proses keperawatan merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan yang sistematis dan rasional.
Proses keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh
perawat bersama klien dalam rangka menentukan asuhan keperawatan dengan
melakukan pengkajian, menentukan diagnosis, merencanakan tindakan yang akan
dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah
diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan pada setiap
tahapan saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan (Hidayat, 2004).
2. Peran dan Fungsi perawat dalam Proses Keperawatan
a. Peran perawat
Peran perawat dalam melaksanakan proses keperawatan menurut Potter
dan Perry (2005) adalah :
a. Pemberi perawatan
Pemberi perawatan maksudnya adalah perawat memberikan asuhan
keperawatan dalam membantu klien mendapatkan kembali kesehatannya,
baik berupa kesehatan emosi, spiritual, dan sosial.
b. Pembuat keputusan klinis dan kolaborator
Peran perawat dalam pembuat keputusan klinis adalah perawat membuat
keputusan sendiri dan berkolaborasi dengan klien dan keluarga serta
dengan tenaga kesehatan lainnya. Dalam melaksanakan perannya ini,
perawat harus menggunakan pemikiran yang kritis dalam mengambil
tindakan keperawatan.
c. Pelindung atau advokat klien.
Dalam menjalankan perannya sebagai advokat perawat melindungi hak
klien sebagai manusia dan secara hukum, serta membantu klien dalam
menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan.
d. Manajer kasus
Sebagai manajer kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota tim
kesehatan lain. Selain itu, perawat juga mengatur waktu kerja dan sumber
yang tersedia di tempat kerjanya.
e. Rehabilitator
Peran perawat sebagai rehabilitator adalah perawat membantu individu
atau klien kembali ke tingkat fungsi maksimal setelah sakit, kecelakaan,
atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan lainnya.
f. Pemberi kenyamanan
Peran perawat sebagai pemberi kenyamanan adalah merawat klien sebagai
seorang manusia serta perawat memberikan rasa aman kepada klien
dengan mendemonstrasikan perawatan yang dibutuhkan.
g. Komunikator
Peran perawat sebagai komunikator merupakan pusat dari seluruh peran
perawat lainnya, yang dilakukan dengan klien dan keluarga, antar sesama
perawat dan profesi kesehatan lainnya.
h. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data
tentang kesehatan, serta mendemonstrasikan prosedur-prosedur kesehatan
yang harus dilakukan oleh klien.
i. Peran karier
Peran karier adalah perawat ditempatkan diposisi jabatan tertentu karena
meningkatnya keahlian dan perhatian dalam pekerjaannya.
j. Pendidik
Peran perawat dilakukan untuk membantu dalam meningkatkan
pengetahuan kesehatan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien se -
telah dilakukan pendidikan kesehatan.
b. Fungsi Perawat
Fungsi perawat dalam melaksanakan proses keperawatan menurut Hidayat
(2004) adalah :
a. Fungsi independent
Fungsi independent adalah fungsi mandiri perawat dan tidak tergantung
pada orang lain. Dimana perawat dalam melaksanakan tugasnya dengan
mandiri, dan dilakukan dengan keputusan sendiri dalam rangka memenuhi
kebutuhan dasar manusia.
b. Fungsi dependent
Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan
atau instruksi dari perawat lain. Hal ini biasanya dilakukan oleh perawat
spesialis kepada perawat umum atau dari perawat primer ke perawat
pelaksana.
c. Fungsi interdependent
Fungsi interdependent adalah perawat dalam melaksanakan proses
keperawatan bekerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
3. Tahap – Tahap Proses Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan
Menurut Potter dan Perry (2005) pengkajian keperawatan adalah proses
sistematis dari pengumpulan data, verifikasi, dan komunikasi data tentang klien.
Sedangkan menurut Nurjannah (2005) pengkajian merupakan tahap awal dan
dasar utama dari proses keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan
data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan
meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.
Tahapan dalam pengakajian menurut Hidayat (2004) terdiri dari 3 kegiatan
yaitu :
a. Pengumpulan data
Merupakan upaya untuk mendapatkan data yang dapat digunakan
sebagai informasi tentang klien. Data yang dibutuhkan tersebut mencakup
data tentang biopsikososial dan spiritual yang didapatkan dari klien,
keluarga dan lingkungan yang berhubungan dengan klien (Hidayat, 2004).
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara wawancara dan
mengkaji status riwayat kesehatan keperawatan. Wawancara adalah pola
komunikasi dalam pelaksanaan proses keperawatan yang dilakukan untuk
mengetahui masalah spesifik dari klien. Sedangkan status riwayat
kesehatan keperawatan adalah data yang dikumpulkan tentang tingkat
kesejahteraan klien (saat ini dan masa lalu), riwayat keluarga, perubahan
dalam pola kehidupan, riwayat sosial dan budaya, kesehatan spiritual, serta
reaksi mental dan emosi terhadap penyakit (Potter dan Perry, 2005).
Selain dua cara diatas, pengkajian fisik serta hasil dari pemeriksaan
diagnostik dan laboratorium merupakan cara objektif yang dilakukan
perawat dalam pengumpulan data. Pengakajian fisik adalah kegiatan
pengukuran tanda-tanda vital dan pengukuran bagian tubuh lainnya
dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pengumpulan data melalui hasil pemeriksaan diagnostik dan hasil
laboratorium membantu untuk mengidentifikasi masalah keperawatan
yang aktual dan potensial (Potter dan Perry, 2005).
b. Validasi data
Validasi data merupakan upaya untuk melakukan perbandingan
antara data subjektif dan objektif yang didapatkan (Hidayat, 2004).
Setelah mengumpulkan dan memvalidasi data secara subjektif dan
objektif, perawat mengorganisasikannya dalam bentuk kelompok yang
bermakna (Potter dan Perry, 2005).
c. Identifikasi masalah
Merupakan kegiatan terakhir dari tahap pengkajian,yaitu dengan
mengidentifikasi masalah setelah dilakukannya validasi data (Hidayat,
2004).
b. Diagnosa Keperawatan
Menurut Carpenito (2006) diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis
tentang respons individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan
atau proses kehidupan baik yang potensial maupun yang actual. Sedangkan
menurut Potter dan Perry (2005) diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang
menggambarkan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan,
dan perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengatasinya.
Diagnosa keperawatan juga dikemukakan oleh NANDA yaitu penilaian
klinis tentang respons individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial. Diagnosa
keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai
hasil yang menjadi tanggung jawab perawat (NANDA dalam Doenges, 2000).
Menurut The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA)
dalam Nurjannah (2005) terdapat tiga tipe diagnosa keperawatan, yaitu :
a. Diagnosa keperawatan aktual
Diagnosa keperawatan aktual merupakan respon manusia saat ini terhadap
kondisi kesehatan atau proses kehidupan yang didukung oleh sekelompok
batasan karakteristik (tanda dan gejala) dan termasuk faktor yang
berhubungan (etiology) yang mempunyai kontribusi terhadap
perkembangan atau pemeliharaan kesehatan.
b. Diagnosa keperawatan resiko
Diagnosa keperawatan resiko yaitu menunjukkan respon manusia yang
dapat timbul pada seseorang atau sekelompok yang rentan dan ditunjang
dengan faktor yang memberi kontribusi pada peningkatan kerentanan.
c. Diagnosa keperawatan kesejahteraan
Diagnosa keperawatan kesejahteraan yaitu menguraikan respon manusia
terhadap tingkat kesejahteraan pada individu atau kelompok yang
mempunyai potensi peningkatan derajat kesehatan lebih tinggi.
Nurjannah (2005) juga mengemukakan rumusan NANDA tentang
komponen diagnosa keperawatan, yaitu :
a. Problem (masalah), yaitu pernyataan klien terhadap masalah kesehatannya
baik aktual maupun potensial
b. Etiology (penyebab), yaitu penyebab atau alasan yang diperkirakan
menjadi penyebab respon yang telah diidentifikasi. Diagnosa keperawatan
sering diikuti oleh berbagai etiology meliputi psikologis, biologis,
lingkungan, situasi, perkembangan, atau sosiokultural.
c. Signs and symptoms (tanda dan gejala), yaitu manifestasi yang
diidentifikasi dalam pengkajian yang menyokong diagnosa keperawatan.
Sebagai perawat untuk menyusun diagnosa keperawatan yang tepat, sangat
dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dan keterampilan
tersebut berupa pengetahuan dalam memahami beberapa masalah keperawatan,
faktor yang menyebabkan masalah, batasan karakteristiknya, berfikir kritis, dan
keterampilan membuat kesimpulan dari masalah (Hidayat, 2004).
Diagnosa keperawatan yang telah ditegakkan akan menguntungkan bagi
perawat dan pasien. Adapun keuntungan dari diagnosa keperawatan adalah
sebagai alat komunikasi antara perawat dengan pasien dalam menentukan
kebutuhan-kebutuhan dan harapan pasien tentang masalah yang dihadapinya.
Selain itu, diagnosa keperawatan juga digunakan untuk pencatatan perkembangan
pasien dan sebagai alat komunikasi antar sesama perawat dalam mengatasi
masalah pasien (Potter dan Perry, 2005).
c. Intervensi Keperawatan
Menurut Nursalam (2007) intervensi keperawatan adalah menyusun suatu
perencanaan yang strategis dalam mencapai suatu tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Perencanaan dimaksudkan untuk menentukan kebutuhan dalam
asuhan keperawatan kepada pasien, menegakkan tujuan, menetapkan ukuran dan
tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, dan prosedur operasional untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Sedangkan menurut Ali (2002) Rencana
tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap
tujuan khusus. Perencanaan keperawatan meliputi perumusan tujuan, tindakan,
dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis
pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi.
d. Implementasi Keperawatan
Potter dan Perry (2005) mengemukakan bahwa implementasi keperawatan
merupakan perilaku keperawatan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan. Menurut Hidayat (2004) pada tahap
implementasi keperawatan, perawat harus memperhatikan berbagai hal
diantaranya bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada klien, teknik komunikasi,
kemampuan dalam melakukan prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
dari pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Tiga fase implementasi keperawatan menurut Ali (2002) yaitu :
a. Fase persiapan, meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana,
pengetahuan dan keterampilan mengimplementasikan rencana persiapan
pasien dan lingkungan.
b. Fase operasional, merupakan puncak implementasi dengan berorientasi
pada tujuan. Pada fase ini, perawat juga tetap harus melakukan
pengumpulan data yang berhubungan dengan reaksi pasien termasuk
reaksi fisik, psikologis, social dan spiritual.
c. Fase terminasi, merupakan fase terminasi perawat dengan klien setelah
implementasi dilakukan.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan. Evaluasi
dilakukan dengan cara mengidentifikasi sejauhmana tujuan dari proses
keperawatan tercapai (Hidayat, 2004).
Evaluasi mencakup pengukuran kualitas asuhan keperawatan yang
diberikan. Selama evaluasi dilakukan, perawat secara berkelanjutan mengarahkan
kembali asuhan keperawatan ke arah terbaik untuk memenuhi kebutuhan klien
(Potter dan Perry, 2005).
B. Kepuasan
a. Pengertian Kepuasan
Kotler (2000) mendefenisikan kepuasan sebagai tingkat perasaan
seseorang setelah membandingkan kinerja produk atau hasil yang dirasakan
dengan harapannya. Sedangkan menurut Rangkuti sebagaimana dikemukakan
oleh Yosfita (2009) kepuasan adalah perasaan senang dan kecewa seseorang
sebagai hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk yang dirasakan dan
yang diharapkan.
b. Karakteristik penilaian Kepuasan Menurut Sviokla
(Lupiyoadi, 2006)
a. Performance (kinerja)
Kinerja dimaksudkan pada karakter jasa yang diberikan. Karakteristik
kepuasan ini berhubungan dengan kebutuhan pelanggan, pelayanan jasa
akan dipilih bila karakter jasa yang ditawarkan sama dengan kebutuhan
dan harapan pelanggan.
b. Features (keragaman produk atau jasa)
Dapat berbentuk jasa tambahan sehingga memberikan nilai lebih dari
pelanggan. Keragaman jasa yang diberikan biasanya diukur secara
subjektif oleh masing-masing individu, sehingga individu melihat adanya
kualitas produk yang diberikan.
c. Reliability (keandalan)
Keandalan suatu pelayanan jasa yang diberikan menandakan tingkat
kualitas sangat berarti bagi pengguna jasa dalam memilih pelayanan jasa.
Pelanggan akan merasa kurang puas bila karakteristik dari kepuasan ini
mengalami malfunction (tidak berfungsi).
d. Conformance (kesesuaian)
Merupakan kesesuaian pelayanan jasa terhadap keinginan pelanggan,
sehingga pengulangan pelanggan terhadap produk atau jasa tersebut terjadi
secara berkelajutan.
e. Durability (katahanan atau daya tahan)
Merupakan ketahanan kualitas jasa yang diberikan, sehingga tidak ada
keputusan pelanggan untuk mengganti pelayanan jasa ke tempat lain.
f. Serviceability ( kemampuan pelayanan )
Kemampuan pelayanan disebut dengan kecepatan, kompetensi dan
kegunaan pelayanan jasa yang diberikan. Pada karakteristik kepuasan ini,
pelanggan sangat memperhatikan proses komunikasi yang digunakan,
penjadwalan pelayanan yang diberikan, ketepatan pelayanan yang
diberikan.
Pelayanan jasa harus berpihak kepada komsumen, sehingga konsumen
akan merasa bahwa kepentingannya diperhatikan. Jika kepentingan komsumen
terpenuhi, maka konsumen akan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.
Untuk itu, penyedia pelayanan jasa harus mampu mengidentifikasi kepentingan
dan harapan - harapan konsumen (Kirom, 2009).
c. Dimensi Pengukuran Kepuasan
Menurut Supranto (2001) ada lima dimensi pengukuran kepuasan dalam
memeberikan pelayanan jasa yang bermutu :
a. Keterwujudan atau bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, dan
kelengkapan seluruh struktur pelayanan jasa.
b. Kehandalan (reliability), berhubungan dengan ketepatan waktu pelayanan
dan keramahan terhadap pelanggan.
c. Daya tanggap (responsiveness) adalah kemampuan cepat tanggap pemberi
jasa pelayanan terhadap timbulnya masalah dan keluhan yang disampaikan
pelanggan.
d. Jaminan (assurance) mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat
dipercaya yang dimiliki para staf atau petugas, bebas bahaya, resiko atau
keragu-raguan.
e. Kepedulian (empaty) yaitu pemberi jasa pelayanan harus memberikan
perhatian secara individu kepada pelanggan atau pasien dan bertanggung
jawab terhadap keamanan dan kenyamanan pasien.
d. Metode Mengukur Kepuasan
Menurut Kotler (2000) ada beberapa metode dalam pengukuran kepuasan
pelanggan atau klien, yaitu :
a. Sistem keluhan atau saran, yaitu memberikan kesempatan kepada
pelanggan atau klien untuk menyampaikan keluhan ataupun saran. Sistem
keluhan atau saran ini biasanya berupa formulir yang dibagikan kepada
pelanggan, kotak saran, dan telepon khusus pelanggan yang bebas pulsa.
b. Lust costumer analysis, yaitu dengan menghubungi para pelanggan atau
klien untuk mendapatkan umpan balik. Hal ini dilakukan tidak hanya bagi
pelanggan yang masih setia, tetapi juga bagi pelanggan yang berganti
tempat pelayanan.
c. Ghost shopping, merupakan salah satu cara untuk memperoleh gambaran
kepuasan pelanggan atau klien dengan mempekerjakan orang sebagai
pelanggan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang
kepuasan pelanggan serta mendapatkan gambaran tentang kekuatan dan
kelemahan dari pelayanan yang diberikan.
d. Survey kepuasan pelanggan, yaitu dengan melakukan survey untuk
mendapatkan umpan balik ataupun tanggapan langsung dari pelanggan.
Cara ini dilakukan secara berkala dengan menggunakan sampel acak dari
pengguna pelayanan jasa yang baru.
C. Hubungan Proses Keperawatan dengan Kepuasan Pasien
Proses keperawatan yang diberikan dilakukan secara berkesinambungan
selama 24 jam yaitu meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi. Pelaksanaan proses
keperawatan secara umum bertujuan untuk menghasilkan asuhan keperawatan
yang berkualitas sehingga berbagai masalah kebutuhan pasien dapat teratasi
(Hidayat, 2004).
Ketidakberhasilan perawat mengidentifikasi kebutuhan dan harapan-
harapan pasien melalui proses keperawatan akan menimbulkan ketidakpuasan
pada pasien. Sebaliknya, keberhasilan perawat mengidentifikasi kebutuhan dan
harapan-harapan pasien melalui proses keperawatan akan menimbulkan rasa
kepuasan. Jadi, kepuasan pasien menjadi ukuran standar dari kualitas proses
keperawatan di suatu Rumah Sakit (Potter dan Perry, 2005).
D. Hasil Penelitian yang Terkait
Pada tahun 2014 penelitian tentang hubungan proses pelaksanaan
keperawatan dengan tingkat kepuasan pasien di ruang rawat inap di salah satu
Rumah Sakit di Indonesia yaitu RS Sunan Kalijaga Demak sudah dilakukan.
Penelitian ini memiliki jumlah sampel 75 orang dengan hasil 63,7% pasien merasa
puas dan 36,3% pasien merasa tidak puas dengan pelaksanaan proses keperawatan
(Sumorto, 2004)
Selanjutnya pada tahun 2015 dari penelitian di salah satu Rumah Sakit tipe
B di Sumatera Barat yaitu Rumah Sakit Dr. Achmad Mochtar, didapatkan hasil
dari 40 orang yang menjadi responden 42,5% merasa tidak puas terhadap
pelaksanaan proses keperawatan yang diberikan. Sedangkan 57,5% merasa puas
terhadap pelaksanaan proses keperawatan (Hesy, 2009).
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
Variabel Independent Variabel Dependent
A. Hipotesis
Ha : Ada hubungan antara pelaksanaan proses keperawatan dengan tingkat
kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh
tahun 2016.
Pelaksanaan proses
keperawatan :
- Pengkajian
- Diagnosa
- Intervensi
- Implementasi
- Evaluasi
Tingkat kepuasan
pasien :
- Sangat
puas
- Puas
- Tidak puas
- Sangat tidak
puas
Ho : Tidak ada hubungan antara pelaksanaan proses keperawatan dengan tingkat
kepuasan pasien di ruang rawat inap RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh
tahun 2016.
a. Defenisi Operasional
No Variabel Defenisi opersional
Alat ukur
Cara ukur
Skala ukur
Hasil ukur
1
Independent
Pelaksanaan proses keperawatan
Tahap-tahap yang dilaksanakan oleh perawat untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implement -tasi dan evaluasi
Kuesio-ner dan lembar observasi
Wawan-cara terpim-pin dan obser-vasi
Ordinal Baik bila skor≥ 3,5
Cukup baik bila skor≥ 2,5 3,5
Kurang Baik bila skor≥ 1,5 2,5
Tidak baik bila skor 1,5
2
Variabel Dependent
Kepuasan Perasaaan yang dirasakan oleh seseorang setelah mendapat- kan pelayanan kesehatan
Kuesio-ner
Wawan-cara terpim-pin
Ordinal Sangat puas bila skor≥ 3,5
Puas bila skor≥ 2,5 3,5
Tidak puas bila skor≥ 1,5 2,5
Sangat tidak puas bila skor 1,5
BAB IV
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk menelaah hubungan antara dua variabel dari sekelompok subjek.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan proses
keperawatan dengan tingkat kepuasan pasien di RSUD Dr. Adnaan WD
Payakumbuh. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu
variabel independent dan variabel dependent yang menjadi objek penelitian,
diukur atau dikumpulkan secara simultan atau dalam waktu yang bersamaan
(Notoatmodjo, 2005).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di ruang rawat inap RSUD Dr. Adnaan WD
Payakumbuh yang merupakan Rumah Sakit tipe C dengan 16 standar
pelayanannya sudah terakreditasi.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan April
tahun 2016. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan tanggal 20 Februari
sampai dengan 4 Maret tahun 2010.
c. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut Arikunto (2002) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang di rawat diruang
rawat inap interne nusa indah dan dahlia di RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh.
Bila dilihat dari rata-rata pasien yang dirawat selama 6 bulan terakhir dalam satu
ruangan, didapatkan 76 orang pasien yang dirawat ≥ 3 hari rawatan
b. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi atau keseluruhan objek
yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2005)
Menurut Notoatmodjo (2005), untuk populasi yang kurang dari 10.000
maka digunakan rumus dengan derajat signifikant 5%, yaitu :
n = N 1 + N (d2)
Maka diperoleh jumlah sampel sebanyak 63,8 dibulatkan menjadi 64
orang sampel. Adapun teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah accidental
sampling. Accidental sampling yaitu pengambilan sampel yang dilakukan secara
kebetulan dimana responden atau pasien ada pada saat pengumpulan data
(Notoatmodjo, 2005).
Kriteria inklusi sampel pada penelitian ini adalah :
a. Pasien bersedia menjadi responden
b. Pasien dalam keadaan sadar
c. Pasien yang dirawat ≥ 3 hari rawatan
c. Teknik Pengumpulan Data
a. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah kuesioner yang
disusun berdasarkan skala likert. Dimana pernyataan-pernyataan di buat dalam
bentuk tabel yang terdiri dari kuesioner pelaksanaan proses keperawatan dan
kuesioner kepuasan pasien.
b. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti
datang ke RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh. Kemudian peneliti pergi ke
bagian umum dan kepegawaian untuk meminta surat izin penelitian yang telah
disetujui oleh Direktur RSUD Dr. Adnaan WD Payakumbuh untuk dibawa
keruangan interne Nusa Indah dan Dahlia sebagai bukti untuk meminta izin
kepada kepala ruangan untuk melakukan penelitian di ruangannya. Setelah
mendapat izin dari kepala ruangan, peneliti mencari responden dengan kriteria
yang sesuai dengan kriteria sampel yang telah ditetapkan pada penelitian.
Bila peneliti sudah mendapatkan responden dengan kriteria yang sesuai,
peneliti mendatangi responden tersebut dan memberikan penjelasan tentang tujuan
penelitian dan cara pengisian kuesioner penelitian. Setelah responden diberi
penjelasan dan paham terhadap tujuan dan cara pengisian kuesioner tersebut,
peneliti meminta responden untuk menjadi responden penelitian dengan
menandatangani surat persetujuan menjadi responden. Kemudian peneliti
melakukan wawancara terpimpin untuk pengisian kuesioner terhadap kedua
variabel penelitian. Setelah selesai, peneliti melakukan terminasi terhadap
responden tersebut kemudian mencari responden lain yang sesuai dengan kriteria
sampel penelitian.
Selanjutnya bila responden dirasa cukup untuk hari itu, peneliti melakukan
cross cek dengan mengobservasi terhadap studi dokumentasi yaitu status
responden yang telah diwawancarai. Hal ini dilakukan untuk mempertegas
jawaban dari reponden, bila jawaban responden tidak sesuai dengan hasil
observasi, peneliti mendatangi responden tersebut dan menjelaskan kembali
maksud dari pernyataan yang diajukan sesuai dengan observasi yang ditemukan.
Demikianlah penelitian ini dilakukan seterusnya hingga didapatkan 64 orang
responden. Setelah pengisian kuesioner selesai, peneliti mengumpulkan kuesioner
tersebut untuk dilakukan pengolahan data.
Walaupun demikian peneliti mengalami kendala-kendala pada
pengumpulan data penelitian ini. Adapun kendala-kendala yang dirasakan peneliti
pada penelitian ini adalah :
a. Ada beberapa orang pasien yang tidak mau diwawancarai dikarenakan
takut penelitian akan meruugikan mereka, sehingga peneliti kehilangan 4
orang pasien yang sesuai dengan kriteria sampel penelitian.
b. Observasi yang dilakukan peneliti terhadap studi dokumentasi yaitu
status responden membuat peneliti merasa terkendala, peneliti harus
melihat dengan jelas apakah jawaban yang diberikan oleh responden
melalui wawancara sudah sesuai dengan yang peneliti observasi. Bila
tidak sesuai, peneliti harus mendatangi responden untuk memperjelas
maksud dari pernyataan yang tidak sesuai tersebut.
d. Teknik Pengolahan Data
Setelah data terkumpul kemudian peneliti melakukan pengolahan data
sebagai berikut:
a. Editing Data
Tujuan dari editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan
yang ada dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh
mungkin. Kegiatan ini untuk meneliti setiap daftar pertanyaan atau kuesioner yang
telah diserahkan oleh responden, apakah pertanyaan tersebut lengkap terjawab
semua, jawaban yang ditulis jelas, dan jawaban yang diberikan relevan dengan
pertanyaan yang ada.
b. Coding Data
Pada tahap ini dilakukan pengklarifikasian dari jawaban-jawaban
responden ke dalam kategori-kategori, yang dilakukan dengan cara memberi tanda
atau kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.
c. Entry Data
Setelah semua kuisioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati
pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data yang
sudah di-entry dapat dianalisa
Cleaning Data
Kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada
kesalahan atau tidak.
d. Tabulating Data
Tabulasi adalah kegiatan membuat tabel jawaban-jawaban yang telah diberi
kode kategori jawaban kemudian dimasukan kedalam tabel distribusi frekuensi.
A. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat adalah analisa data yang dilakukan terhadap tiap variabel
dari hasil penelitian. Semua nilai masing-masing variabel dicari berdasarkan
tendency central. Tujuannya untuk mengetahui sebaran dari masing-masing
variabel setelah di lakukan skor kemudian di lihat persentasenya.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang
diduga berhubungan atau berkorelasi. Dalam analisa bivariat ini dilakukan
pengujian statistik dengan chai square (χ2) dengan derajat kemaknaan 95%.
Dinyatakan bermakna jika p value ≤ 0,05 dan tidak bermakna jika p value 0,05