52
Unggul Dalam Iptek Kokoh Dalam Imtaq PROPOSAL PENELITIAN HUBUNGAN MENGKONSUMSI KAFEIN TERHADAP TERJADINYA OSTEOPOROSIS PADA USIA 45 – 60 TAHUN DI RS. ISLAM JAKARTA OLEH : ROHIMA NPM : 2009720046 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN 1

Proposal Penelitian

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal Penelitian

Unggul Dalam Iptek

Kokoh Dalam Imtaq

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN MENGKONSUMSI KAFEIN TERHADAP TERJADINYA

OSTEOPOROSIS PADA USIA 45 – 60 TAHUN DI RS. ISLAM JAKARTA

OLEH :

ROHIMA

NPM : 2009720046

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

TAHUN 2012

1

Page 2: Proposal Penelitian

LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN MENGKONSUMSI KAFEIN TERHADAP TERJADINYA

OSTEOPOROSIS PADA USIA USIA 45 – 60 TAHUN DI RS. ISLAM JAKARTA

Jakarta,... Januari 2012

Menyetujui,

Dosen Mata Ajar Metodologi Riset

(Muhammad Hadi, SKM., M.Kes)

Mengetahui,

Ka. Program Studi Ilmu Keperawatan FKK-UMJ

(Muhammad Hadi, SKM., M.Kes)

2

Page 3: Proposal Penelitian

CURICULUM VITAE

Nama : Rohima

NPM : 2009720046

Tempat/ Tanggal Lahir : Jakarta, 20 November 1991

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Pemuda II, Rt 011/003 No. 67 Rawamangun Jakarta –

Timur (13220)

No. Telepon : 089601732054

Email : [email protected]

Riwayat pendidikan :

1. SD : SDN 040 Kunto Darussalam Riau

2. SMP : SMP N 1 Rambah Riau

3. SMA : SMA N 1 Rambah Riau

4. Mahasiswa (Program A) Program Studi Ilmu Keperawatan FKK-UMJ, angkatan tahun

2009 sampai dengan sekarang.

3

Page 4: Proposal Penelitian

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan

karunia-Nya serta nikmat sehat, iman, ilmu dan waktu yang tidak pernah berhenti sampai

saat ini sehingga proposal penelitian ini dapat diselesaikan dengan judul “Hubungan

Mengkonsumsi Kafein Terhadap Terjadinya Osteoporosis pada usia 45 - 60 tahun Tahun

Di Rumah Sakit Islam Jakarta Cempaka Putih”. Shalawat serta salam senantiasa

tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, kepada para keluarga, para sahabat,

serta seluruh para pengikutnya sampai akhir zaman.

Pada penyusunan usulan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa dalam pembuatan tugas

akhir riset keperawatan ini tidak dapat terselesaikan tanpa bimbingan dan bantuan dari

berbagai. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Kepada kedua orang tua tersayang beserta keluarga yang telah memberikan dukungan

doa, materil, moral dan dukungan dikala saya sedang meyusun Riset Keperawatan ini.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita

sekeluarga.

2. Bapak Muhammad Hadi, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan Universita Muhammadiyah Jakarta, sekaligus

selaku dosen pengajar mata kuliah metodologi riset yang telah banyak memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan usulan penelitian ini.

4

Page 5: Proposal Penelitian

3. Teman-teman angkatan 2009 Program Studi Ilmu Keperawatan FKK-UMJ yang selalu

kompak dan saling memberikan dukungan satu sama lain serta berkontribusi dalam

penelitian.

4. Seluruh pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Sebelumnya peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam karya tulis

ini, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar

proposal penelitian ini dapat menjadi lebih baik.

Penulis berharap semoga proposal penelitian dapat memberikan banyak manfaat bagi

kemaslahatan umat. Amin ya robbal ‘alamin.

Jakarta,...Januari 2013

Peneliti

5

Page 6: Proposal Penelitian

DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................... i

CURICULUM VITAE.............................................................................................. ii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 8

C. Pertanyaan Penelitian............................................................................ 8

D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

1. Tujuan Umum ................................................................................

2. Tujuan Khusus ...............................................................................

E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS

I. Konsep kafein ........................................................................................... 11

A. Definisi Kafein............................................................................

B. Sumber Kafein............................................................................

C. Sifat Kimia.................................................................................

D. Metabolisme kafein....................................................................

II. Konsep Osteoporosis ............................................................................ 22

6

Page 7: Proposal Penelitian

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep................................................................................. 39

B. Hipotesis Penelitian............................................................................. 41

C. Definisi Operasional............................................................................ 41

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian....................................................................................... 45

B. Tempat Penelitian...................................................................................... 45

C. Waktu Penelitian....................................................................................... 45

D. Populasi dan Sampel................................................................................. 45

E. Pengumpulan Data.................................................................................... 49

F. Etika Penelitian.......................................................................................... 49

G. Pengolahan Data ....................................................................................... 51

H. Analisa Data ............................................................................................. 51

7

Page 8: Proposal Penelitian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dengan meningkatnya usia harapan hidup, maka berbagai penyakit degeneratif dan

metabolik, termasuk osteoporosis akan menjadi problem muskolokeletal yang

memerlukan perhatian khusus, terutama dinegara berkembang termasuk indonesia.

Pada tahun 1990, ternyata jumlah penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih

mencapai 9,2% meningkat 50% dibandingkan survey tahun 1971. Dengan

demikian kasus osteoporosis dengan berbagai akibatnya terutama fraktur

diperkirakan juga akan meningkat (Sodoyo, 2009).

Osteoporosis merupakan penyakit pada lansia, dan mengenai lebih banyak wanita

daripada pria, dan sering mengakibatkan fraktur kompresi pada vertebra. Faktor

yang mempercepat proses osteoporosis mencakup intake kalsium yang rendah,

intake alkohol yang tinggi, hidup yang tidak banyak bergerak atau immobilisasi,

menopause yang dini, riwayat keluarga dengan osteoporosis dan skoliosis.

Selain itu osteoporosis sering mengakibatkan fraktur kompresi vertebra torakalis

dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoralis dan daerah trokhanter, dan patah

tulang colles pada pergelangan tangan. Fraktur kompresi ganda vertebra

mengakibatkan deformitas skelet (Lumbantobing, 2004).

Menurut studi yang dilakukan International Osteoporosis Foundation (2009)

ditemukan bahwa pada usia 35 tahun, sepertiga orang Asia berpotensi menderita

8

Page 9: Proposal Penelitian

osteoporosis dan 25% dari mereka yang berisiko terkena pengeroposan tulang

tesebut.

Prevalensi osteoporosis pada wanita usia 75 adalah 90%. Rata-rata wanita usia 75

tahun telah kehilangan 25% tulang kortikalnya dan 40% tulang trabekularnya.

Dengan bertambahnya usia polulasi ini, insidensi fraktur (1,3 juta per tahun), nyeri,

dan kecacatan yang berkaitan dengan nyeri juga meninggal (Brunner & Suddarth’s,

2001).

Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan

kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh

meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan

gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).

Penyebabnya osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai faktor dan pada individu

bersifat multifaktoral seperti gaya hidup tidak sehat, kurang bergerak, tidak berolah

raga serta kurang pengetahuan tentang pencegahan osteoporosis yang kurang akibat

kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan sehari - hari mulai anak - anak sampai

dewasa, serta kurangnya asupan kalsium. Maka kepadatan tulang menjadi rendah

sampai terjadinya osteoporosis (Suryadi, 2000).

Di Amerika Serikat 44 juta orang mempunyai kepadatan tulang yang sangat rendah.

Dari jumlah ini hampir 55% berusia 55 tahun ke atas lebih banyak perempuan

daripada laki - laki, 1 dari 2 wanita kulit putih akan mengalami osteoporosis dalam

kehidupannya (DepKes, 2008).

Pada tahun 2003 di Amerika Serikat, patah tulang belakang setiap tahun mencapai

1.200.000 kasus. Jauh melebihi serangan jantung (410.000), stroke (371.000), dan

9

Page 10: Proposal Penelitian

kanker payudara (239.300). Bahkan dikatakan setiap 20 detik terjadi patah tulang

punggung (Sihombing, 2009).

Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414% dalam kurun waktu 1990-

2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15,5 juta akan

naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. Bisa diperkirakan besarnya jumlah penduduk yang

dapat terancam dengan osteoporosis (DepKes, 2006).

Osteoporosis merupakan penyakit kedua setelah jantung yang tergolong berbahaya

dan bisa menimbulkan kematian bagi penderitanya (WHO, 2009).

Menurut WHO dalam bidang osteoporosis, jumlah patah tulang osteoporosis

meningkat dengan cepat. Di seluruh Dunia pada tahun 1990 terjadi 1,7 juta kasus

patah tulang panggul. Angka ini diperkirakan mencapai 6,3 juta, yang seiring

dengan semakin tingginya usia harapan hidup (Hilmy, 2003).

WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) memperkirakan bahwa pada tahun 2050 lebih

dari 50% cedera panggul terjadi di Asia. Selama 10 tahun terakhir, di Singapura

setiap hari terdapat empat wanita usia 50 tahun mengalami patah tulang panggul. Di

Hongkong, setiap tahun 247 per 100.000 penduduk menderita cedera panggul

akibat osteoporosis. Keropos tulang merupakan semacam silent disease, penyakit

diam-diam yang selama bertahun-tahun tidak terlalu dirasakan penderitanya

(www.indomedia.com, 1998).

Masa tulang puncak adalah keadaan dimana tercapainya kepadatan tulang secara

maksimal di akhir kematangan tulang. Konsumsi kalsium yang cukup selama masa

pertumbuhan akan menjamin simpanan kalsium yang tinggi di dalam tulang.

Konsumsi kalsium yang cukup selama masa pertumbuhan akan menjamin

10

Page 11: Proposal Penelitian

simpanan kalsium tinggi dalam tulang sehingga simpanan kalsium yang tinggi

membuat tulang menjadi padat.

Masa tulang yang tinggi berarti tulang kuat dan sehat sehingga tidak mudah tipis,

rapuh dan keropos dan diperlukan jangka waktu yang lebih panjang sehingga tulang

menjadi tipis, rapuh dan keropos dikemudian hari. Telah diketahui bahwa puncak

massa tulang dicapai pada usia 20 tahun akhir atau awal 30 tahun baik pada wanita

ataupun pada pria dan sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor

lingkungan, seperti nutrisi yang baik, pola hidup aktif dan latihan fisik.

Orang biasanya rutin mengonsumsi kopi untuk mengatasi kecemasan,

menghilangkan rasa kantuk dan supaya otak lebih fokus. Tetapi jika seseorang telah

kecanduan kafein akan timbul gejala penarikan atau yang biasa disebut dengan

gejala withdrawal jika seseorang berhenti mengkonsumsinya.

Kafein dikonsumsi di seluruh dunia, biasanya terkandung pada minuman yang

terbuat dari biji kopi atau daun teh. Tidak seperti jenis stimulan lain, kafein legal

dan tidak ada hukum yang mengatur mengenai kafein. Meskipun memiliki banyak

manfaat, termasuk sebagai antioksidan, kafein juga dapat menimbulkan risiko

kesehatan dan memiliki efek negatif lainnya.

Efek dari kafein ini telah diketahui secara umum sebagai perangsang sistem saraf

pusat disamping itu terdapat dampak yang ditimbulkan dari kafein apabila

dikonsumsi berlebihan dan dalam jangka waktu lama yaitu dapat menyebabkan

osteoporosis. Selain itu juga efek samping dari kopi yang bersifat candu sehingga

memiliki reaksi withdrawal (reaksi kebalikan) ketika tubuh tidak mengkonsumsi

kafein. Reaksi withdrawal adalah hal yang sering dialami bagi peminum kafein

11

Page 12: Proposal Penelitian

rutin. Reaksi withdrawal akan memuncak pada hari ke-2 setelah tidak minum

kafein dan baru hilang setelah hari ke-3.

Konsumsi kafein secara normal dalam kehidupan sehari-hari, yaitu batas kafein

moderat 200-300 mg atau 2-3 cangkir kopi sehari, mengkonsumsi kafein lebih dari

3 gelas/hari menyebabkan tubuh selalu ingin  buang air kecil. Keadaan tersebut

menyebabkan kalsium banyak terbuang bersama  urine (Djoko R, 2001).

B. Rumusan Masalah

Osteoporosis adalah suatu penyakit sistemik tulang yang ditandai penurunan massa

tulang total yang mengarah pada gangguan metabolik tulang sehingga tulang

menjadi mudah rapuh dan patah. Akan tetapi, kemungkinan tersebut dapat

diminimalisir dengan tindakan preventif berupa mengurangi asupan kafein terhadap

seseorang yang sering mengkonsumsi kafein dalam jangka waktu yang cukup lama.

Dengan mengurangi penggunaan kafein berarti kita telah berupaya untuk

pencegahan terjadinya osteoporosis dari faktor risiko yang dapat diubah. Oleh

karena itu, penggunaan kafein yang berlebihan dan dalam jangka waktu yang cukup

lama mengakibatkan kandungan kalsium dalam tulang dapat berangsur-angsur

berkurang karena kafein bersifat menarik cadangan mineral kalsium dari tulang

sehingga tulang menjadi keropos. Efek dari konsumsi kafein terhadap tulang,

melibatkan penghambatan aktivitas osteoblas secara langsung maupun tidak

langsung.

Keseimbangan mineral tulang diatur oleh aktivitas dari osteoblas. Kafein juga

mempunyai efek yang lain yaitu menghambat proliferasi sel-sel pembentuk tulang

atau osteoblas. Adanya hambatan tersebut sehingga dapat menyebabkan

12

Page 13: Proposal Penelitian

osteoporosis. Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti ingin mengetahui lebih

jauh tentang ”adakah hubungan mengkonsumsi kafein terhadap terjadinya

osteoporosis di rs islam jakarta”.

C. Pertanyaan Penelitian

Dalam penelitian ini apakah ada hubungan antara konsumsi kafein terhadap

terjadinya osteoporosis.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut ini.

1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan penggunaan kafein

terhadap osteoporosis di Rs Islam Jakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui perbandingan antara pasien yang sering mengkonsumsi kafein

dalam jangka waktu yang cukup lama dengan yang tidak mengkonsumsi kafein

di Rumah Sakit Islam Jakarta.

b. Mengetahui Efek dari konsumsi kafein terhadap tulang yang melibatkan

penghambatan aktivitas osteoblas sehingga menyebabkan osteoporosis.

A. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua

pihak, yaitu:

1. Institusi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu pilihan bagi tenaga kesehatan

terutama perawat sebagai bentuk upaya alternatif untuk meminimalisir terjadinya

13

Page 14: Proposal Penelitian

osteoporosis dengan cara mengurangi konsumsi kafein yang berlebihan dalam

jangka waktu yang lama.

2. Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai hubungan

mengkonsumsi kafein yang berlebihan dalam jangka waktu lama sehingga

berpotensi terjadinya osteoporosis dalam pengembangan ilmu keperawatan.

3. Peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam mengetahui akibat intake kafein yang

berlebihan terhadap osteoporosis.

4. Klien

Menambah pengetahuan klien mengenai hubungan mengkonsumsi kafein yang

berlebihan terhadap osteoporosis. Salah satu upaya pencegahan osteoporosis yaitu

berupa mengurangi asupan kafein yang berlebihan sehingga dapat termotivasi

untuk sembuh agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

14

Page 15: Proposal Penelitian

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kafein

1. Definisi Kafein

Kafein adalah senyawa alkaloid xantina berbentuk kristal dan berasa pahit

yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan diuretik ringan (Maugan,

2003).

Kafein ditemukan oleh seorang ahli kimia Jerman, Friedrich Ferdinand Runge

pada tahun 1819. Ia menemukan istilah kafein dengan suatu campuran kimiawi

di dalam kopi (Kaffee dalam bahasa Jerman) yang di dalam bahasa Inggris

menjadi caffeine. Seperti diketahui banyak orang, kafein adalah komponen

kimia paling kuat di dalam kopi.

Minuman berkafein seperti kopi dan alkohol juga dapat menimbulkan tulang

keropos, rapuh dan rusak. Hal ini dipertegas oleh Dr. Robert Heany dan Dr.

Karen Rafferty dari Creighton University Osteoporosis Research Centre di

Nebraska yang menemukan hubungan antara minuman berkafein dengan

keroposnya tulang. Hasilnya adalah bahwa air seni peminum kafein lebih

banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan

tulang. Selain itu kafein dan alkohol bersifat toksin yang menghambat proses

pembentukan massa tulang (osteoblas).

Kafein merupakan senyawa kimia alkaloid terkandung secara alami pada lebih

dari 60 jenis tanaman terutama teh (1- 4,8 %), kopi (1-1,5 %), dan biji kola

15

Page 16: Proposal Penelitian

(2,7-3,6 %). Kafein diproduksi secara komersial dengan cara ekstraksi dari

tanaman tertentu serta diproduksi secara sintetis. Kebanyakan produksi kafein

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan industri minuman. Kafein juga

digunakan sebagai penguat rasa atau bumbu pada berbagai industri makanan

(Misra et al, 2008).

Kafein merupakan zat stimulan kimia alami yang disebut trimethylxanthine

yang bersifat adiktif. Kafein terkandung dalam beberapa makanan dan

minuman lain seperti coklat dan teh, tetapi kandungan kafein terbesar adalah

pada kopi.

Murray (2004) dalam dunia medis, kafein yang hampir setiap hari dikenal

sebagai trimethylxantine dan termasuk jenis alkaloida. Kafein adalah zat kimia

yang berasal dari tanaman yang dapat menstimulasi otak dan sistem saraf.

Kafein banyak ditemukan dalam minuman teh, cola, minuman berenergi,

cokelat, maupun obat-obatan.

2. Sumber kafein

Kafein ditemukan dalam banyak jenis tanaman dikenal sebagai pestisida alami,

dengan kadar kafein tinggi yang diamati pada bibit tanaman baru tumbuh

(frischknecht, 1986).

Sumber kafein utama dunia adalah biji kopi. Kandungan pada kopi bervariasi

tergantung pada jenis kopi dan metode pembuatan yang digunakan. Secara

umum, satu sajian kopi mengandung sekitar 40 (30 Ml espresso varietas

arabica) mg kafein sampai dengan 100 mg kafein untuk satu cangkir (120 Ml)

kopi. Umumnya kopi dark-roast memiliki kadar kafein yang lebih rendah

karena proses pemanggangan akan mengurangi kandungan kafein pada biji

16

Page 17: Proposal Penelitian

tersebut. Selain biji kopi, kafein juga terkandung di dalam teh, dan kakao.

Bahkan kafein juga terkandung dalam sejumlah minuman seperti kola.

3. Sifat kimia

Kafein merupakan alkaloid yang tergolong dalam keluaraga methylxanthine

bersama senyawa tefilin dan teobromin berlaku sebagai perangsang sistem saraf

pusat. Pada keadaan asal, kafein adalah serbuk putih yang pahit (Phytomedical

Technologies, 2006) dengan rumus kimianya C6H10O2, dan struktur kimianya

1,3,7-trimetilxantine (Farmakologi UI, 1995).

4. Metabolisme kafein

Diserap sepenuhnya oleh tubuh melalui usus halus dalam waktu 45 menit

setelah penyerapan dan disebarkan ke seluruh jaringan tubuh. kemampuan

tubuh untuk mengeluarkan hasil metabolit (waktu paruh) tersebut bervariasi

pada setiap individu. Pada orang dewasa yang sehat jangka waktu

penyerapannya adalah 3-4 jam, sedangkan pada wanita yang memekai

kontrasepsi oral waktu penyerapan adalah 5-10 jam. Pada bayi dan anak

memiliki jangka waktu penyerapan lebih lama selama 30 jam.

Kafein diuraikan dalam hati oleh sistem enzym sitokhrom P 450 oksidasi

kepada 3 dimetilxanthin metabolik, yaitu :

1. Paraxanthine (84%) : mempunyai efek meningkatkan lipolisis, sehingga

kadar gliserol dan asam lemak dalam plasma darah bertambah. Inilah yang

menyebabkan energi tubuh seseorang meningkat setelah minum kafein.

2. Theobromine (12%) : meningkatkan dilatasi pembuluh darah (aliran darah

semakin bertambah cepat) dan meningkatkan volume urine (efek diuretik).

Theoromin merupakan alkaloida utama didalam kokoa (coklat).

17

Page 18: Proposal Penelitian

3. Teofilin (4%) : melemaskan otot-otot saluran pernafasan, digunakan pada

pengobatan asma.

Masing-masing dari hasil metabolisme ini akan dimetabolisme lebih lanjut dan

akan dikeluarkan melalui urin.

B. Konsep Osteoporosis

1. Definisi Osteoporosis

Osteoporosis merupakan kelainan metabolik tulang dimana terdapat

penurunan massa tulang tanpa disertai kelainan pada matriks tulang.

Kelainan ini 2-4 kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria. Dari

seluruh penderita, satu diantara tiga wanita yang berumur di atas 60 tahun

dan satu diantara pria yang berumur di atas 75 tahun akan mengalami patah

tulang akibat kelainan ini.

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan

porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah

tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa

massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur

tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan

kerapuhan tulang (Tandra, 2009).

Osteoporosis atau keropos tulang merupakan penyakit kronik yang ditandai

dengan rendahnya massa tulang yang disertai perubahan mikro arsitektur

tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan

kerapuhan tulang, sehingga tulang mudah retak atau bahkan patah tulang.

Patah tulang sering terjadi adalah pada pergelangan tangan, tulang belakang,

serta tulang pinggul (Zaviera, 2007).

18

Page 19: Proposal Penelitian

Osteoporosis berasal dari kata osteo yang artinya tulang, sedangkan porous

berarti batang. Osteoporosis adalah penyakit yang ditandai berkurangnya

massa tulang, sehingga menyebabkan kondisi tulang menjadi rapuh, keropos

dan mudah patah (James Johnson, 2005: 1).

Osteoporosis adalah kelainan di mana terjadi penurunan massa tulang total.

Terdapat perubahan pergantian tulang homeostasis normal, kecepatan

resorpsi tulang lebih besar dari kecepatan pembentukan tulang,

mengakibatkan penurunan massa tulang total. Tulang secara progresif

menjadi porus, rapuh dan mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur

dengan stres yang tidak akan menimbulkan pengaruh pada tulang normal

(Brunner & Suddarth’s, 2001).

Kelompok kerja World Health Organization (WHO) dan konsensus ahli

mendefinisikan osteoporosis sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan

rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang,

menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya

fraktur. Dimana keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis, kecuali

apabila telah terjadi fraktur (thief in the night).

2. Klasifikasi dan jenis osteoporosis

Menurut (Rasjad Chairuddin, 2007) Osteoporosis dapat dibagi menjadi 3

kelompok sebagai berikut :

1. Osteoporosis primer

Osteoporosis primer terbagi atas 2 tipe, yaitu:

Tipe 1

adalah tipe yang timbul pada wanita pasca menopause.

19

Page 20: Proposal Penelitian

Tipe 2

Terjadi pada orang lanjut usia baik pria maupun wanita.

2. Osteoporosis sekunder

Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit

tulang erosif (misalnya mieloma multipel, hipertiroidisme) dan akibat

obat-obatan yang toksik untuk tulang ( misalnya glukokortikoid).

3. Osteoporosis idiopatik

Osteoporosis idiopatik adalah osteoporosis yang tidak diketahui

penyebabnya dan ditemukan pada usia kanak-kanak (juvenil, usia remaja

(adolesen), wanita pramenopause dan pria usia pertengahan.

Osteoporosis jenis ini jauh lebih jarang terjadi dibandingkan jenis

lainnya.

3. Tanda dan gejala osteoporosis

Tanda dan gejala yang sering ditemukan adalah:

1. Nyeri tulang

Nyeri terutama pada tulang belakang yang intensita serangannya

meningkat pada malam hari.

2. Deformitas tulang

Dapat terjadi fraktur traumatik pada vertebra dan menyebabkan kifosis

angular yange dapat menyebabkan medula spinalis tertekan sehingga

dapat terjadi paraparesis.

Osteoporosis mencuri kekuatan mineral dari tulang tanpa diketahui,

meninggalkan lubang-lubang besar didalam struktur sarang lebah dari

bagian dalam atau bagian trabekular. Keadaan ini sama seperti mengganti

kain bertenun padat denagn kain renda dalam bentuk 3 dimensi. Tulang

20

Page 21: Proposal Penelitian

akan menjadi lemah dan rapuh, mudah patah jika terkena sedikit

benturan, dan kita tidak akan menyadari hal itu (Gomes, 2006).

3. Manifestasi yang paling umum dari osteoporosis adalah hilangnya tinggi

badan, kelengkungan tulang belakang progresif, nyeri pinggang dan

fraktur lengan, tulang belakang, atau pinggul. osteopororsis sering

disebut "silent disease" karena kehilangan tulang terjadi tanpa gejala.

Gambar 1. Kehilangan tinggi badan yang khas disebabkan osteoporosis.

4. Faktor risiko terjadinya osteoporosis

Menurut Eri D. Nasution (2003: 14-29) faktor-faktor yang menyebabkan

osteoporosis adalah sebagai berikut :

21

Page 22: Proposal Penelitian

1. Aktivitas fisik

Seseorang yang terlalu lama istirahat di tempat tidur dapat mengurangi

massa tulang. Hidup dengan aktivitas fisik yang teratur dapat

menghasilkan massa tulang yang optimal.

2. Merokok

Tembakau dapat meracuni tulang dan menurunkan kadar estrogen.

Perokok mempunyai kemungkinan dua kali lebih besar mengalami patah

tulang pinggul, pergelangan tangan serta tulang punggung.

3. Penggunaan Alkohol

Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengubah metabolisme vitamin

D atau penyerapan kalsium terganggu yang dapat mengakibatkan tulang

lemah dan tidak normal.

4. Asupan kalsium rendah

Kekurangan kalsium dalam masa kanak-kanak dan remaja menyebabkan

tidak tercapainya massa tulang yang maksimal pada waktu dewasa.

5. Bagian tulang yang terkena osteoporosis

Menurut Susan J. G dialih bahasakan oleh Anton C. W (2001: 205-206),

tulang yang pertama kali terkena osteoporosis biasanya pada vertebra

spinalis dan tipikalnya mengenai vertebra torakalis bawah dan vertebra

lumbalis atas.

Proporsi lengan dan tungkai terhadap kerangka aksial tubuh tidak normal

dan tampak lebih panjang. Penurunan tinggi badan karena osteoporosis bisa

mencapai 5 sampai 8 inchi. Keadaan ini dapat berlangsung terus, sehingga

rongga rusuk bagian bawah menyentuh crista iliaca anterior.

22

Page 23: Proposal Penelitian

Daerah yang paling sering timbul keretakan di bagian pergelangan tangan,

tulang belakang serta tulang pinggul (Ulfah, 2008).

6. Pencegahan Osteoporosis

Osteoporosis dapat dicegah dengan strategi pencegahan yang paling efektif

yaitu dimulai saat dini untuk memaksimalkan massa tulang puncak dan

untuk membangun tulang yang sehat. Beberapa intervensi yang

memaksimalkan dan mempertahankan massa tulang secara umum memiliki

banyak manfaat bagi kesehatan, termasuk asupan kalsium dan vitamin D,

rutin latihan beban, dan menghindari tembakau dan penyalahgunaan alkohol

(Black & Hawks, 2009:490).

7. Penatalaksanaan

Diet kaya kalium dan vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang

hidup, dengan peningkatan asupan kalsium pada permulaan umur

pertengahan, dapat melindungi terhadap demineralisasi skeletal. Terdiri atas

tiga gelas vitamin D susu skim atau susu penuh atau makanan lain yang

tinggi kalsium (misalnya; keju swis, brokoli kukus, salmon kaleng dengan

tulangnya) setiap hari. Untuk meyakinkan asupan kalsium yang mencukupi

perlu diresepkan preparat kalsium yaitu kalsium karbonat (Smeltzer,

Suzanne. C. 2008).

Jumlah kalsium harian dari asupan makanan dan suplemen yang dibutuhkan

untuk tetap seimbang dalam upaya pencegahan osteoporosis menurut

rekomendasi Institute of Medicine (IOM): < 1 tahun : 210 - 270 mg, usia 1

sampai 3 tahun : 500 mg, usia 4 sampai 8 tahun : 800 mg, usia 9 - 18 tahun :

1.300 mg, usia 19 - 50 tahun : 1.000 mg, < 51 tahun : 1.200 mg.

23

Page 24: Proposal Penelitian

Osteoporosis bersifat multifaktorial sehingga penanganannya pun sangat

komplek. Terapi untuk osteoporosis tidak hanya difokuskan untuk

menghambat resorpsi tulang atau merangsang pembentukan tulang. Tidak

kalah penting yaitu mengurangi risiko terjatuh.

24

Page 25: Proposal Penelitian

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS PENELITIAN, DAN

DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian menjelaskan tentang konsep yang mendasari

penelitian yang tersusun berdasarkan variabel penelitian. Variabel penelitian

adalah suatu objek pengamatan atau sifat, atau nilai yang ditetapkan peneliti

dengan tujuan untuk dipelajari dan ditarik suatu kesimpulan. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah responden yang mengkonsumsi kafein

dan tidak mengkonsumsi kafein sedangkan variabel dependen adalah terjadinya

osteoporosis di rumah sakit islam jakarta. Sehingga mudah dipahami dan

menjadi acuan penelitian. Adapun kerangka konsepnya adalah sebagai berikut :

Variabel independent Variabel dependent

25

Konsumsi kafein :

Mengkonsumsi kafein

Tidak mengkonsumsi

kafein

Terjadinya Osteoporosis

Data Demografi :

Usia Jenis Kelamin Agama Pendidikan Pekerjaan

Page 26: Proposal Penelitian

Keterangan : Bukan Fokus Penelitian

Fokus Penelitian

Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (constructs) atau sifat yang

akan dipelajari. Disamping itu variabel adalah suatu kualitas dimana peneliti mempelajari

dan menarik kesimpulan darinya (Kidder, 1981).

B. Hipotesis

Berdasarkan studi kepustakaan peneliti mengajukan hipotesis untuk masalah

penelitian yaitu sebagai berikut :

Kafein merupakan stimulan kimia alami biasa disebut sebagai trimethylxanthine

yang bersifat adiktif dan termasuk jenis alkaloida. Pada manusia, kafein

berfungsi sebagai stimulan pada sistem saraf pusat dan sistem metabolik. Efek

dari kafein ini telah diketahui secara umum sebagai perangsang sistem saraf

pusat disamping itu terdapat akibat yang ditimbulkan dari kafein apabila

dikonsumsi berlebihan dan dalam jangka waktu lama yaitu dapat menyebabkan

osteoporosis. Dengan demikian adanya hubungan mengkonsumsi kafein yang

dapat mengakibatkan berkurangnya cadangan mineral kalsium dari tulang

sehingga tulang menjadi keropos karena kafein bersifat menarik mineral

kalsium tulang. Disamping itu efek dari konsumsi kafein terhadap tulang

melibatkan penghambatan aktivitas osteoblas secara langsung maupun tidak

langsung dan menghambat proliferasi sel-sel pembentuk tulang atau osteoblas.

Sedangkan diketahui keseimbangan mineral tulang diatur oleh aktivitas dari

osteoblas. Oleh karena itu adanya hubungan mengkonsumsi kafein terhadap

pasien dengan osteoporosis.

26

Page 27: Proposal Penelitian

C. Definisi operasional

Pada definisi operasional ini, peneliti ingin memaparkan hubungan konsumsi

kafein terhadap terjadinya osteoporosis di Rumah Sakit Islam Jakarta.

Variabel Definisi Operasional Cara

Pengukur

Skala Hasil ukur

Independent

Konsumsi kafein

Dependent

Osteoporosis

Suatu kebiasaan yang

cenderung digemari

seseorang dengan

menggunakan zat

stimulan dalam

kehidupan sehari-

hari.

Suatu gangguan

metabolik tulang

ditandai dengan

penurunan massa

tulang total

seseorang.

Wawancara

Wawancara

Rasio

Rasio

1. Tidak pernah

2. Kadang-kadang

3. Sering

1.Tidak memiliki

ketahanan

latihan

pembebanan

berat badan

2. Tidak terlalu

rentan terhadap

latihan

pembebanan

berat badan

3. Cukup rentan

27

Page 28: Proposal Penelitian

Data Demografi

Usia

Jumlah tahun yang

telah dilalui sejak

lahir sampai

dilakukan penelitian

Kuesioner Ordinal

terhadap latihan

pembebanan

berat badan

4. Rentan

terhadap latihan

pembebanan

berat badan

5. Sangat rentan

terhadap latihan

pembebanan

berat badan

0 : >65 tahun

1 : 55-64 tahun

2 : 40-50 tahun

BAB IV

28

Page 29: Proposal Penelitian

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan

case control yaitu mengamati efek dulu kemudian mempelajari status faktor

penyebab pada waktu dulu yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengetahui

hubungan mengkonsumsi kafein terhadap osteoporosis.

B. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Islam Jakarta dengan alasan bahwa jumlah

pasien memenuhi syarat untuk dilakukan penelitian.

C. Waktu penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari - Februari 2013

D. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan

diduga (Masri singarimbun, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien dengan osteoporosis yang dirawat

di Rumah Sakit Islam Jakarta sejumlah responden.

2. Sampel

a). Jumlah Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan

sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2007).

Sampel penelitian yang akan dijadikan sampel adalah seluruh total populasi

pasien osteoporosis sejumlah responden.

29

Page 30: Proposal Penelitian

b). Tehnik Pengambilan Sampel

Sampel penelitian ini dengan metode total sampling ialah suatu teknik

dengan mengambil seluruh jumlah populasi yang ada di Rumah Sakit Islam

Jakarta.

Adapun kriteria responden, sebagai berikut:

- Pasien yang terdiagnosa dengan osteoporosis

- Laki-laki atau perempuan

- Pasien dapat membaca dan menulis

- Berusia 36 sampai 45 tahun

- Pasien bersedia menjadi responden tanpa ada unsur paksaan dari

siapapun

E. Pengumpulan data

1. Alat pengumpul data

Penelitian menggunakan instrumen beberapa kuesioner yang didapat dari

responden langsung. Kuesioner menggunakan skala likert dengan option

sebagai berikut: 1 selalu, 2 sering, 3 kadang-kadang, 4 tidak pernah.

2. Cara pengumpulan data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa

lembar kuesioner. Untuk mendapatkan data tentang konsumsi kafein terhadap

terjadinya osteoporosis, peneliti menggunakan kuesioner dengan pertanyaan

tertutup sebagai alat pengumpulan data dengan beberapa pertimbangan sebagai

berikut:

Supaya mudah untuk mengelolahnya dan memudahkan pasien untuk memilih

salah satu jawaban yang telah disediakan dengan memberi tanda check list (√)

30

Page 31: Proposal Penelitian

dan tanda (x) pada jawaban yang dipilih, jawaban lebih objektif serta efisiensi

waktu (Soehartono, 1997).

Pengumpulan data dilaksanakan ditempat penelitian dengan prosedur sebagai

berikut :

a. Setelah proposal penelitian mendapat persetujuan dari pembimbing, peneliti

mengajukan permohonan izin penelitian kepada ketua PSIK FKK

Universitas Muhammadiyah Jakarta.

b. Meminta surat izin dari direktur Rumah Sakit Islam Jakarta untuk

mengadakan penelitian di Rumah Sakit tersebut.

c. Menyerahkan surat izin penelitian kepada kepala ruangan dengan

menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian.

d. Tahap selanjutnya adalah menyebarkan angket kepada responden yang

subjek penelitian dan menjelaskan cara mengisi kuesioner.

e. Setelah menjawab semuanya, kuesiner dikumpulkan kembali untuk diolah

dan dianalisa.

F. Etika Penelitian

Etika berasal dari kata yunani, yaitu etos yang berhubungan dengan pertimbangan

pembuat keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-

undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan (Mimin Emi

Suhami, 2004).

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan penjelasan terlebih dahulu

tentang tujuan dan manfaat penelitian serta menghormati hak-hak responden

meskipun peneliti ini tidak mengandung resiko (Milton, 1999).

Adapun etika penelitian meliputi:

1. Informed Consent (lembar persetujuan)

31

Page 32: Proposal Penelitian

Lembar persetujuan diberikan kepada subjek yang akan diteliti. Peneliti

menjelaskan maksud dan tujuan peneliti yang akan dilakukan serta dampak

yang mungkin terjadi sebelum dan sesudah pengumpulan data. Apabila pasien

bersedia diteliti maka pasien dapat menandatangani lembar persetujuan

tersebut. Apabila pasien menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan

memaksa dan tetap menghormati haknya.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti tidak mencantumkan namanya

pada lembar pengumpulan data tetapi cukup dengan memberi inisial nama

klien.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti hanya kelompok data

tertentu saja yang akan disajikansebagai hasil penelitian.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data dimulai pada saat pengumpulan data telah selesai. Daftar

pertanyaan yang telah diisi dikumpulkan dan dilakukan prosedur analisa data,

meliputi :

1. Editing data dilakukan untuk mengoreksi kelengkapan data, mengoreksi

kesinambungan data dan mengoreksi keseragaman data (Nursalam, 2008).

Dilakukan dengan cara mengoreksi data yang telah diperoleh meliputi kebenaran

pengisisan, kelengkapan dan kecocokan data yang diinginkan.

2. Coding, yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka atau bilangan.

3. Processing, yaitu proses data yang dilakukan dengan cara di entry data dari

kuesioner ke paket data.

32

Page 33: Proposal Penelitian

4. Cleaning, yaitu membersihkan data yang merupakan kegiatan pengecekan

kembali data yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak.

H. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan dua tahap yaitu :

a. Analisa univariat adalah analisa data yang digunakan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik masing - masing variabel yang diteliti.

b. Analisa bivariat adalah analisa data yang digunakan untuk melihat hubungan

variabel independen

DAFTAR PUSTAKA

33

Page 34: Proposal Penelitian

Black, Joyce M & Jane, Hokanson Hawks. (2009). Medical-Surgical Nursing: Clinical

Management for Positive Outcomes. (9th ed.). Singapura: Saunders Elsevier.

Frischknecht, Peter. M, dkk. (1986). Purine Alkaloid Formation in Buds and Developing

Leaflets of Coffea Arabica: Expression of an Optimal Defence Strategy. Jakarta: Media

Graha.

Gomez, Joan. (2006). Awas Pengeroposan Tulang: Bagaimana Menghindari dan

Menghadapinya. Jakarta: Arcan.

Holistic Health Solution. (2011). Osteoporosis Usia Muda. Jakarta: Grasindo.

Junaidi, Iskandar. (2007). Osteoporosis: . Jakarta:

LeMone, Priscilia & Keren, Burke. (2011). Medical-Surgical Nursing: Critical Thinking in

Patient Care. (5th ed.). USA: Pearson.

Lumbantobing, S.M. (Editor). (2004). Neurogeriatri. Jakarta: FKUI.

Maughan, RJ. (2003). Caffeine Ingestion and Fluid Balance: Human Nutrition Dietetics.

Jakarta: Salemba Medika.

Rasjad, Chairuddin. (2007). Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. (Edisi Ketiga). Jakarta:

Bintang Lamumpatue.

Smeltzer, Suzanne. C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. (Edisi VIII,

Volume III). Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne. C. (2008). Textbook of Medical-Surgical Nursing. (11th ed.).

Philadelphia: Lippincot Raven.

34

Page 35: Proposal Penelitian

Smeltzer, Suzanne. C. (2010). Textbook of Medical-Surgical Nursing. (20th ed.).

Philadelphia: The point 2.

Tandra, Hans. (2009). Osteoporosis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

35