24

Click here to load reader

PROPOSAL PENELITIAN

  • Upload
    xaxila

  • View
    190

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROPOSAL PENELITIAN

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dikemukakan berbagai kegiatan serta langkah-langkah yang

berkaitan dengan metode penelitian yaitu rancangan penelitian, variabel penelitian,

perancangan program pelatihan, alat ukur, subyek penelitian, proses pengisian alat ukur,

teknik pengambilan dan pengolahan data.

3.1 Rancangan Penelitian

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan eksperimental

yaitu untuk melihat apakah terdapat peningkatan kondisi dari sebelum dan sesudah

pemberian perlakuan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah pelatihan. Dalam penelitian ini

melibatkan satu kelompok eksperimen yang diberi perlakuan berupa pelatihan, yaitu

Pelatihan Orientasi Masa Depan. Rancangan penelitiannya adalah One Group Pretest-

Posttest Design dimana terdapat perlakuan yang diberikan diantara pengukuran terhadap

dependent variable sebelum dan sesudah perlakuan. (Christensen, 2004). Perbedaan skor

yang diperoleh antara hasil pengukuran pada pretest (sebelum) dan postest (sesudah)

merupakan indikasi adanya pengaruh sebuah kondisi perlakuan yang akan diuji dengan

teknik statistik. (Christensen, 2004).

Kirkpatrick (1994) mengungkapkan apabila tujuan pembelajaran adalah untuk

meningkatkan pemahaman, maka lebih mudah mengukurnya dengan tes yang berhubungan

dengan isi dari program yang diberikan, dimana pengukuran tersebut dilakukan sebelum dan

sesudah pelatihan. Dalam penelitian ini akan diukur pemahaman remaja berkaitan dengan

konsep orientasi masa depan. Oleh sebab itu, penting membandingkan perbedaan hasil skor

perolehan pre test dan post test. Untuk melakukan evaluasi terhadap perbedaan hasil pre test

dan post test, peneliti menggunakan desain penelitian the one group pretest-posttest design.

Sedangkan untuk melihat hasil perlakuan sebelum dan sesudah pelatihan, diukur melalui

kuesioner mengenai pemahaman remaja tentang konsep orientasi masa depan. (Lampiran:

LP-1)

36

Page 2: PROPOSAL PENELITIAN

Data hasil pengukuran dari kelompok eksperimen sebelum dan sesudah mendapat

perlakuan diukur dan hasilnya diuji beda dengan teknik statistik. Dengan demikian dapat

dilihat apakah perlakuan yang diberikan berpengaruh tidaknya terhadap kelompok

eksperimen. Dalam hal ini apakah pelatihan orientasi masa depan dapat meningkatkan

pemahaman remaja tentang konsep orientasi masa depan.

Adapun rancangannya adalah sebagai berikut:

Preresponse measure Treatment Postresponse measure

Y1 X Y2

Compare

3.1 Bagan Rancangan Penelitian (Christensen, 2004)

Keterangan:

Karena ada dua yang diukur, maka Y1 dan Y2 mencakup 2 pengukuran tersebut.

Y1 = Pengukuran tingkat pemahaman siswa kelas XII tentang orientasi masa depan sebelum

diberikan perlakuan yaitu melalui kuesioner yang dijaring mengenai pemahaman

tentang konsep orientasi masa depan (Lampiran LP-1) dan kuesioner mengenai

orientasi masa depan. (Lampiran LP-2)

X = Perlakuan, yaitu pelatihan orientasi masa depan

Y2 = Pengukuran tingkat pemahaman siswa kelas XII tentang orientasi masa depan setelah

diberikan perlakuan yaitu melalui kuesioner yang dijaring mengenai pemahaman

tentang konsep orientasi masa depan (Lampiran LP-1) dan kuesioner mengenai

orientasi masa depan. (Lampiran LP-2)

Pada rancangan ini terdapat perlakuan diantara pengukuran tingkat pemahaman

tentang orientasi masa depan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Perbedaan nilai

antara pretest dan posttest dari alat ukur pemahaman tentang konsep OMD (LP-1)

merupakan indikasi dari adanya perubahan yang menunjukkan bahwa remaja meningkat

37

Page 3: PROPOSAL PENELITIAN

pemahamannya tentang konsep orientasi masa depan. Sedangkan perbedaan nilai pada alat

ukur orientasi masa depan (LP-2) menunjukkan adanya perubahan kejelasan orientasi masa

depan setelah diberikan pelatihan orientasi masa depan.

3.2 Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini ada 2 variabel yaitu: 1) variabel bebas adalah pelatihan orientasi

masa depan dan 2) variabel terikat adalah orientasi masa depan.

3.2.1 Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang digunakan sebagai sebab kemunculan variabel terikat

yang diduga sebagai akibatnya. (Christensen, 2004)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Pelatihan Orientasi Masa Depan

Definisi Konseptual:

Pelatihan orientasi masa depan adalah suatu rangkaian kegiatan program pembelajaran yang

disusun secara sistematis dan integral untuk membantu meningkatkan pemahaman remaja

tentang konsep orientasi masa depannya.

Definisi Operasional:

Suatu kegiatan pelatihan dimana materinya dirancang berdasarkan konsep orientasi masa

depan dari Nurmi yang meliputi motivasi, perencanaan dan evaluasi. Adapun maaterinya

adalah: Pengenalan tentang Orientasi Masa Depan, Motivasi, Perencanaan dan Evaluasi.

3.2.2 Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang diamati sebagai hasil dari diberikannya perlakuan.

(Christensen, 2004).

Variabel Terikat dalam penelitian ini adalah Orientasi Masa Depan

38

Page 4: PROPOSAL PENELITIAN

Definisi Konseptual

Orientasi Masa Depan adalah gambaran individu tentang dirinya dalam konteks masa depan,

yang akan membantu individu mengarahkan dirinya untuk mencapai sejumlah perubahan

yang sistematis, guna meraih apa yang diinginkannya. (Nurmi, 1991)

Definisi Operasional

Meningkatnya pemahaman remaja tentang konsep orientasi masa depan yang meliputi

pengertian tentangn orientasi masa depan, motivasi, perencanaan dan evaluasi diri.

3. 3 Perancangan Modul Pelatihan

Selain pengukuran terhadap pengaruh perlakuan, juga dilakukan pengukuran terhadap

pelaksanaan uji coba modul pelatihan. Dalam menyusun rancangan modul pelatihan, menurut

Leslie Rae (2005) ada beberapa langkah kerja yang perlu dilakukan, yaitu: 1) analisa

kebutuhan, 2) penentuan tujuan, 3) penentuan materi, 4) penentuan alokasi waktu, 5)

penentuan alur penyampaian materi, 6) penentuan metode, 7) penentuan alat bantu, dan 8)

evaluasi. Semua langkah akan dijelaskan secara rinci di bawah ini.

3.3.1 Analisa Kebutuhan

Analisa kebutuhan dilakukan untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh peserta.

Dalam penelitian ini, analisa kebutuhan dilakukan dengan cara wawancara dan observasi

terhadap remaja siswa kelas XII.

Seperti yang dijelaskan pada Bab 1, berdasarkan hasil wawancara dan observasi

peneliti terhadap 40 orang siswa SMA Negeri 16 Bandung kelas XII diperoleh data temuan

bahwa hampir lebih dari setengah jumlah siswa satu kelas tersebut masih belum memutuskan

apa yang akan dilakukan setelah mereka lulus SMA. Sebagian dari siswa tersebut masih

bingung apakah akan bekerja atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Data

ini apabila dikaitkan dengan konsep orientasi masa depan dari Nurmi (1989) menunjukkan

bahwa siswa kelas XII tersebut belum menetapkan tujuan pendidikan di masa depan, yang

39

Page 5: PROPOSAL PENELITIAN

bisa mempengaruhi motivasinya dalam perencanaan pendidikan di masa yang akan datang.

Dengan kata lain bahwa orientasi masa depannya masih kurang jelas. Hal ini terkait dengan

kurangnya informasi dan eksplorasi remaja di dalam mengantisipasi gambaran kehidupan di

masa depan yang dihubungkan dengan pemahaman diri mereka. Begitupun juga dengan

pemahaman remaja tentang konsep orientasi masa depan yang masih kurang. Termasuk juga

upaya remaja di dalam melakukan eksplorasi terhadap sumber informasi yang relevan dalam

mengantisipasi kehidupan di masa depan yang juga masih kurang. Oleh karenanya

berpengaruh dalam motivasi dan perencanaan kehidupan masa depan mereka.

Secara umum dari hasil analisis kebutuhan yang menggunakan metode wawancara

dan observasi ditemukan bahwa pada remaja siswa kelas XII masih belum jelas orientasi

masa depannya yang disebabkan karena pemahaman yang kurang tentang konsep orientasi

masa depan. Oleh karenaya perlu suatu pelatihan yang bisa memberikan pemahaman bagi

remaja tentang konsep orientasi masa depan.

3.3.2 Penentuan Tujuan

Penentuan tujuan pelatihan didasarkan pada Taksonomi Bloom (1956) yaitu mencapai

ranah kognisi tahap pemahaman (C-2). Dasar pemikirannya adalah bahwa remaja sudah

mengenal adanya gambaran kehidupan di masa depan yang mereka kenal sebagai cita-cita,

hanya saja pengetahuan ini belum sampai pada tahap pemahaman mengenai apa yang disebut

dengan gambaran kehidupan di masa depan. Oleh karenanya diharapkan setelah mengikuti

pelatihan, remaja akan mendapatkan pemahaman mengenai konsep orientasi masa depan

yang sebelumnya belum mereka pahami. Penentuan tujuan ini didasarkan pada hasil

penggalian data kebutuhan remaja, yaitu memberikan pemahaman tentang konsep orientasi

masa depan agar remaja mampu mengantisipasi kehidupan di masa depan setelah mereka

lulus dari SMA. Tujuan materi ini dituliskan di dalam rancangan modul pelatihan yang

disebut dengan Tujuan Pembelajaran Umum. (Lampiran : LT 1)

3. 3.3 Penentuan Materi

Di dalam menyusun rancangan materi pelatihan, peneliti menggunakan konsep

orientasi masa depan dari Nurmi (1989), yang akan membahas mengenai schemata yang

40

Page 6: PROPOSAL PENELITIAN

disusun individu dalam mengantisipasi masa depan, yang akan memberikan gambaran

mengenai diri dan lingkungan dalam konteks masa depan. Dengan schemata ini remaja

mencoba mengantisipasi kejadian di masa depan dan memberi makna pribadinya. Schemata

individu akan berinteraksi dengan tiga tahapan proses orientasi masa depan, yaitu motivasi,

perencanaan dan evaluasi. Motivasi mengacu pada apa yang menjadi minat individu di masa

depan. Aktivitas perencanaan mengacu pada bagaimana individu merealisasikan penilaian

terhadap sejumlah minat yang diharapkan dapat terwujud. Sedangkan evaluasi mengacu pada

sejauhmana langkah-langkah yang telah ditetapkan remaja telah sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai.

Adapun materi yang akan diberikan dalam rancangan modul pelatihan didasari pada

tujuan umum dari modul yaitu untuk memberikan pengetahuan tentang konsep orientasi masa

depan. Materi adalah sebagai berikut: Pengenalan tentang orientasi masa depan, motivasi,

perencanaan, dan evaluasi diri dalam kaitannya dengan orientasi masa depan. Materi ini

diturunkan berdasarkan definisi operasional dari variabel penelitian berdasarkan konsep

Nurmi (1989).

Materi yang disusun ini dituliskan di dalam rancangan modul pelatihan yang disebut

dengan Tujuan Pembelajaran Khusus. (Lampiran : LT 1)

Adapun Tujuan Pembelajaran Khususnya adalah:

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta akan dapat:

1) memahami konsep orientasi masa depan. (C-2),

2) menjelaskan pentingnya motivasi dalam kaitannya dengan orientasi masa depan (C-2),

3) mengetahui cara membuat daftar rencana dalam kaitannya dengan orientasi masa

depan.(C-2), serta

4) mengidentifikasi faktor-faktor dalam diri individu dan lingkungan yang dapat

mempengaruhi orientasi masa depan (C-1)

Untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus disusun alat ukur yang

mengukur pemahaman remaja tentang konsep orientasi masa depan. (Lampiran : LP-1)

41

Page 7: PROPOSAL PENELITIAN

3.3.4 Penentuan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu didasarkan pada hasil analisa kebutuhan remaja yang sudah

diturunkan ke dalam materi pelatihan. Adapun waktu yang dibutuhkannya adalah 4 jam 45

menit yang merupakan total dari keseluruhan waktu setiap sesi materi.

3.3.5 Penentuan Alur Penyampaian Materi

Alur materi diberikan berdasarkan pengetahuan yang mendasari tujuan pelatihan yaitu

mengenai pengenalan orientasi masa depan yang akan membantu remaja untuk memahami

konsep orientasi masa depan. Selanjutnya peserta diberi latihan untuk membayangkan

gambaran kehidupan di masa depan dimana remaja memanfaatkan kemampuan

mengantisipasi dalam merencanakan masa depannya. Materi berikutnya adalah motivasi

untuk memberikan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang dapat mengarahkan tingkah

laku remaja untuk mencapai tujuan. Materi berikutnya adalah pengetahuan bagaimana

mereka merencanakan tindakan untuk mencapai tujuan. Kemudian materi yang terakhir

adalah berkaitan dengan bagaimana remaja mengevaluasi apakah kemampuan diri dan

peluang di lingkungan dapat mendukung atau menghambat tercapainya tujuan dan

perencanaan masa depan.

3.3.6 Penentuan Metode

Metode pelatihan disesuaikan dengan karakteristik remaja di dalam proses

memperoleh informasi. Menurut Piaget (dalam Papalia, 2001) remaja aktif membangun dunia

kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke

dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide

yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut.

Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja

mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Remaja sudah mampu memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu

bayangan (Santrock, 2007). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada

saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja

42

Page 8: PROPOSAL PENELITIAN

mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang

dapat membahayakan dirinya. Dalam proses pembelajaran, remaja membutuhkan lebih

banyak peluang untuk berlatih dan mendiskusikan keputusan dari hal-hal yang realistik.

(Santrock, 2007)

Sebagai salah satu pendekatan dalam perancangan pelatihan, experiential learning

memulai suatu pembelajaran dengan mendapatkan pengalaman yang kemudian diikuti

dengan suatu pemikiran, diskusi, analisis dan evaluasi dari pengalaman tersebut. Asumsinya

adalah kadang-kadang individu belajar dari pengalaman yang ia dapatkan, mengartikan

pengalaman yang telah didapatkan sesuai dengan tujuan, arah, ambisi dan harapan yang telah

ditetapkan. Dari proses ini, individu akan mendapatkan insight, penemuan dan pengertian

baru.

Oleh karenanya dalam perancangan modul pelatihan ini metode yang digunakan

adalah ceramah, imagery, latihan, telling story dan permainan yang diharapkan akan sesuai

dengan karakteristik remaja dalam proses penerimaan informasi. Dasar pemikiran pemilihan

metode ini adalah bahwa di dalam upaya untuk memahami konsep orientasi masa depan,

remaja diharapkan mampu membayangkan dan mengantisipasi kehidupan di masa depan

sesuai dengan kemampuan kognitinya seperti kemampuan membayangkan, menalar, logika

dan pengambilan keputusan.

3.3.7 Penentuan alat bantu

Penentuan alat bantu dibagi atas peralatan, tata ruang dan perlengkapan untuk setiap

sesi. Dalam perancangan modul pelatihan ini peralatan yang akan digunakan adalah alat yang

membantu peserta memahami materi seperti: laptop, LCD dan screen projector, pengeras

suara, microphone, kertas flipchart, kursi dan meja. Tata ruang yang akan digunakan adalah

U shape agar memudahkan peserta melihat fasilitator dan rekan-rekannya tanpa terhalang,

namun pada beberapa aktivitas tata ruang disesuaikan dengan kegiatan setiap sesinya, seperti

duduk berkelompok.

43

Page 9: PROPOSAL PENELITIAN

3.1 Bagan Perancangan Modul Pelatihan

Analisis Kebutuhan Penetapan Tujuan Penentuan Materi Penentuan Metode

Belum memutuskan

apa yang akan

dilakukan setelah

lulus SMAàBelum

memiliki antisipasi

kehidupan di masa

depan

Pemahaman

mengenai orientasi

masa depan agar

remaja mampu

mengantisipasi

kehidupan di masa

depan setelah

mereka lulus dari

SMA

1. Pengenalan tentang

konsep orientasi

masa depan:

Antisipasi dan

Evaluasi

2. Tahapan Orientasi

Masa Depan

• Imagery:

Gambaran tentang

antisipasi

kehidupan di masa

depan

• Debriefing

• Telling story

• Ceramah tentang

Pengertian

orientasi masa

depan, Antisipasi,

Evaluasi

Remaja bingung

apakah akan bekerja

atau melanjutkan

studi setelah lulus

SMAà tidak

memiliki

pengetahuan tentang

bagaimana atau hal

apa yang dapat

membantu di dalam

mencapai cita-cita

atau harapan di masa

depan tentang diri di

masa depan

Pentingnya

pengetahuan

kontekstual tentang

motivasi yang dapat

membantu remaja

dalam

merencanakan

mencapai cita-cita

atau harapan di

masa depan

Menjelaskan tentang

pentingnya motivasi

dalam kaitannya

dengan orientasi masa

depan

Video pengantar:

seorang yang sukses

Debriefing

Exercise: menuliskan

pengalaman pada saat

mengalami

kesuksesan

Ceramah tentang

pengertian Motivasi

dan Proses Motivasi

Analisis Kebutuhan Penetapan Tujuan Penentuan Materi Penentuan Metode

44

Page 10: PROPOSAL PENELITIAN

Remaja belum

memiliki/me-

ngembangkan

pengetahuan dan

kemampuan dalam

cara-cara dan

langkah-langkah

untuk mencapai cita-

cita di masa depan

Pentingnya

pengetahuan/kema

mpuan tentang cara

membuat daftar

rencana dalam

kaitannya dengan

orientasi masa

depan

Menjelaskan cara-cara

dalam menyusun

perencanaan dalam

kaitannya dengan

orientasi masa depan

Latihan menuliskan

perencanaan dengan

metode SMART

Remaja belum

memiliki

pengetahuan

mengenai tuntutan-

tuntutan lingkungan

di masa depan dan

faktor-faktor

kemampuan diri

dalam mencapai

harapan di masa

depan

Pentingnya

pengetahuan/kema

mpuan mengenali

kemampuan diri

dalam rangka

mengevaluasi

rencana tindakan

dan pelaksanaan

cita-cita di masa

depan

Menjelaskan tentang

cara mengenali diri,

kelebihan dan

kelemahan

Menggambar Wajah

Menggambarkan

Siapa Saya

Ceramah mengenai

faktor-faktor di

lingkungan yang

mempengaruhi

perkembangan yang

optimal dalam

mencapai harapan di

masa depan

45

Page 11: PROPOSAL PENELITIAN

3.3.8 Evaluasi

Evaluasi pelatihan dilakukan dengan menggunakan konsep dari Kirkpatrick (2006),

yaitu evaluasi terhadap reaksi peserta, proses belajar dan hasil belajar. Evaluasi dalam

rancangan modul pelatihan akan dilakukan dalam dua bentuk pengukuran yaitu:

1) Pengukuran terhadap rancangan modul pelatihan yang diukur melalui reaksi peserta dan

proses belajar yang terjadi selama pelatihan berlangsung, (Lampiran LT-3) dan

(Lampiran LT-4)

2) Pengukuran hasil belajar yaitu pengukuran terhadap pemahaman remaja tentang makna

orientasi masa depan. (Lampiran LP-1)

3) Pengukuran terhadap orientasi masa depan (Lampiran LP – 2)

3.4 Alat Ukur/Alat Evaluasi Pelatihan

3.4.1 Kuesioner reaksi peserta

Untuk mengevaluasi reaksi peserta terhadap setiap materi dalam pelatihan, digunakan

kuesioner yang meminta peserta untuk menilai aspek-aspek dalam pelatihan yaitu materi,

metode, media, fasilitator dan waktu. (Lampiran LT – 3) . Selain itu juga dilakukan observasi

terhadap reaksi peserta dan proses belajar selama kegiatan pelatihan berlangsung. (Lampiran

LT-4)

3.4.2 Kuesioner Orientasi Masa Depan Remaja

Untuk mengukur hasil belajar/hasil pelatihan, apakah modul yang disusun sesusai

dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman remaja tentang konsep orientasi masa depan

remaja diukur dengan alat ukur berupa kuesioner yang dirancang dari alat ukur OMD dari

Erik Jari Nurmi. Untuk mengevaluasi pemahamannya digunakan alat ukur pemahaman OMD

(Lampiran LP-1), sedangkan untuk melihat kejelasan OMD nya diukur melalui kuesioner

OMD. (Lampiran LP-2)

46

Page 12: PROPOSAL PENELITIAN

Adapun alat ukur untuk mengukur pemahaman tentang konsep orientasi masa depan

adalah sebagai berikut, yang diturunkan kisi-kisinya dari konsep orientasi masa depan, yaitu:

(Lampiran LP-1)

No. Variabel Pernyataan

Pilihan

Sangat Setuju

SetujuRagu-ragu

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

1. Evaluasi Menurut saya, dalam merencanakan masa depan perlu informasi yang sebanyak-banyaknya.

2. Evaluasi Di dalam merencanakan masa depan perlu adanya dukungan dari lingkungan

3. Motivasi Motivasi penting dalam mengarahkan tingkah laku untuk mencapai tujuan

4. Motivasi Sebelum memutuskan pilihan, perlu terlebih dahulu menetapkan tujuan

5. Perencanaan Kita perlu mengevaluasi apakah rencana tindakan yang kita susun sesuai dengan tujuan yang ingin kita capai

6. Pengenalan Orientasi Masa Depan

Orientasi masa depan berhubungan dengan antisipasi dan evaluasi

7. Evaluasi Sumber informasi mengenai pilihan pendidikan di masa yang akan datang bisa berasal dari orang tua, guru, teman dan media

8. Evaluasi Kita perlu memutuskan pilihan sesuai dengan

47

Page 13: PROPOSAL PENELITIAN

minat kita

9. Perencanaan Dalam merencanakan tindakan, perlu dibuat daftar rencana tindakan mana yang akan kita lakukan

10. Perencanaan Untuk mencapai apa yang kita inginkan perlu membuat jadwal kegiatan

11. Evaluasi Kita perlu mengenali kekuatan dan kelemahan kita dalam melakukan evaluasi perencanaan

12. Evaluasi Faktor yang melekat dalam emosi berperan dalam evaluasi

13. Pengenalan Orientasi Masa Depan

Proses orientasi masa depan melibatkan motivasi, perencanaan dan evaluasi

Adapun kisi-kisi alat ukur Orientasi Masa Depan adalah sebagai berikut:

VARIABEL DIMENSI INDIKATOR ITEM

Motivasi 1. Penetapan Tujuan Menetapkan tujuan mengenai

pendidikan lanjutan di masa yang akan

datang

1, 2, 3, 4,

5, 6, 7

2. Pencarian Informasi Pengetahuan yang berkaitan bagi

penetapan tujuan berkenaan dengan

pendidikan lanjutan di masa yang akan

datang

8, 9, 10,

11, 12, 13,

14, 15

3. Konsep Diri Evaluasi terhadap diri dan lingkungan

yang berhubungan dengan penetapan

tujuan mengenai pendidikan lanjutan di

16, 17, 18,

19, 20

48

Page 14: PROPOSAL PENELITIAN

masa yang akan datang

Perencanaan 1. Pengetahuan Mencari pengetahuan tentang

pendidikan lanjutan yang akan dipilih di

masa yang akan datang

23, 24, 26,

28

2. Perencanaan Menyusun rencana untuk mencapai

tujuan mengenai pendidikan lanjutan di

masa yang akan datang

Mencari alternatif untuk mencapai

tujuan tentang pendidikan lanjutan di

masa yang akan datang

Menemukan cara yang paling efektif

dan efisien untuk mecapai tujuan

tentang pekerjaan yang telah dipilih

21, 22, 27,

29, 30, 31,

33, 34

3. Realisasi

Perencanaan

Menjalankan rencana serta strategi yang

telah disusun

Memiliki tekad menjalan rencana yang

telah disusun

35, 36, 37,

38

Evaluasi 1. Evaluasi terhadap

kemungkinan

realisasi tujuan

yang telah

ditetapkan

Keyakinan individu untuk melakukan

kontrol terhadap harapan-harapannya

yang dikaitkan dengan pengaruh

lingkungan atau diri sendiri

39, 40, 41,

45, 46

2. Evaluasi terhadap

kemungkinan

perencanaan yang

telah disusun

Individu memperkirakan kemungkinan

merealisasikan rencananya yang telah

dibuat dengan menunjukkan tingkat

optimisme

42, 43, 47,

48, 49

3. Evaluasi terhadap

emosi diri

Emosi yang mewarnai tingkah laku

yang diarahkan pada tujuan dan rencana

yang telah ditetapkan

25, 32, 49,

51, 52, 53,

54, 55

49

Page 15: PROPOSAL PENELITIAN

Adapun alat ukur untuk mengukur reaksi peserta terhadap pelaksanaan pelatihan adalah sebagai berikut:

No. Variabel Item Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Materi Materi yang diberikan dalam kegiatan pelatihan ini sesuai dengan kebutuhan saya

2 Materi Materi disajikan sangat menarik

3 Fasilitator Fasilitator menjelaskan materi dengan sangat jelas

4 Fasilitator Fasilitator menyiapkan materi dengan sangat baik

5 Media Media yang digunakan sesuai

6 Materi Saya dapat menerapkan materi dalam pelatihan ini untuk perencanaan masa depan saya

7 Fasilitas Fasilitas yang disediakan nyaman

8 Waktu Waktu yang disusun sesuai

9 Materi Saya merasa pelatihan ini sangat membantu dalam perencanaan masa depan saya

10 Metode Metode yang digunakan membantu saya memahami materi

11 Metode Metode yang digunakan sesuai

Untuk alat ukur pendukung, digunakan panduan observasi untuk melihat reaksi peserta selama pelaksanaan uji coba pelatihan.

50

Page 16: PROPOSAL PENELITIAN

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Validitas dan reliabilitas alat ukur dilakukan terhadap alat ukur yang mengukur

orientasi masa depan remaja (Lampiran LP-2) yaitu untuk melihat kejelasan orientasi masa

depan remaja. Sebelum alat ukur digunakan, dilakukan uji coba alat ukur terhadap responden

yang memenuhi karakteristik subyek penelitian. Uji coba ini merupakan usaha untuk

mendapatkan alat ukur yang reliabel. Reliabilitas dilakukan untuk melihat konsistensi hasil

pengukuran jika dilakukan berulang-ulang pada waktu yang berbeda.

Adapun hasil reliabilitas alat ukur Orientasi Masa Depan dengan menggunakan SPPS

13 for windows adalah 0,761 dengan menggunakan uji reliabilitas Alpha Cronbach

3.4.4 Analisis Data

Dalam menganalisa data hasil pengukuran kondisi tingkat pemahaman peserta

sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan program SPPS 13 for windows

menggunakan uji t Mann Whitney dan uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov.

3.5 Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini dipilih dengan cara menggunakan teknik sampling simple

randomized sampling yaitu proses sampling yang memenuhi persyaratan bahwa setiap unit

analisis yang ada dalam populasi mempunyai peluang yang sama besar untuk terpilih ke

dalam sampel

Karakteristikanya adalah sebagai berikut:

1. Remaja yang berusia antara 16 – 19 tahun di Indonesia (Remaja akhir menurut Hurlock,

1991)

2. Remaja siswa kelas XII

2.6 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan dalam waktu dua bulan yaitu bulan Desember 2009 sampai dengan

bulan Januari 2010.

51

Page 17: PROPOSAL PENELITIAN

52