35
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur yang merata materi dan spiritual, berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 kualitas sumber daya manusia Indonesia salah satu modal pembangunan nasional perlu ditingkatkan secara terus-menerus termasuk derajat kesehatannya. Sejak ditemukan sampai sekarang, penyakit AIDS masih merupakan momok yang menakutkan disamping penyakit lain yang dalam waktu singkat dapat merenggut nyawa manusia dan belum ada obatnya. Sehubungan dengan meningkatnya arus globalisasi, maka berbagai budaya dan gaya hidup dari mancanegara terutama negara-negara barat juga melanda kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Hal ini akan mempengaruhi sikap dan pola prilaku masyarakat secara keseluruhan. Salah satu bentuk pengaruhnya adalah prilaku seks bebas semakin berani muncul dipermukaan, akibatnya penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS pun serta merta mengalami peningkatan. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab AIDS (Acquired immune Deficiency Syndrome) AIDS ditandai dengan adanya infeksi yang dapat menyerang sewaktu-waktu (Oportunistik). Luc Montaigner dkk, pada tahun 1983 menemukan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Proposal Penelitian AIDS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Proposal Mahasiswa UVRI Beteleme

Citation preview

Page 1: Proposal Penelitian AIDS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan

makmur yang merata materi dan spiritual, berdasarkan Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945 kualitas sumber daya manusia Indonesia salah satu modal

pembangunan nasional perlu ditingkatkan secara terus-menerus termasuk

derajat kesehatannya.

Sejak ditemukan sampai sekarang, penyakit AIDS masih merupakan

momok yang menakutkan disamping penyakit lain yang dalam waktu singkat

dapat merenggut nyawa manusia dan belum ada obatnya. Sehubungan dengan

meningkatnya arus globalisasi, maka berbagai budaya dan gaya hidup dari

mancanegara terutama negara-negara barat juga melanda kehidupan

masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda. Hal ini akan mempengaruhi

sikap dan pola prilaku masyarakat secara keseluruhan. Salah satu bentuk

pengaruhnya adalah prilaku seks bebas semakin berani muncul dipermukaan,

akibatnya penyakit menular seksual termasuk HIV/AIDS pun serta merta

mengalami peningkatan.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab AIDS

(Acquired immune Deficiency Syndrome) AIDS ditandai dengan adanya

infeksi yang dapat menyerang sewaktu-waktu (Oportunistik). Luc Montaigner

dkk, pada tahun 1983 menemukan Human Immunodeficiency Virus (HIV)

Page 2: Proposal Penelitian AIDS

2

yang dikenal sebagai virus penyebab AIDS. Kemudian HIV/AIDS menjadi

momok yang menakutkan dengan laju peningkatan kasus yang sangat cepat

sehingga menyebar hampir keseluruh dunia termasuk Indonesia (Duarsa,

2006).

Kasus AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1987

pada seorang wisatawan Belanda di Bali. Sampai akhir tahun 2007 menurut

laporan Dirjen PP dan PL Depkes RI telah ditemukan 3783 penderita di

Indonesia. Sampai akhir Desember 2012 dilaporkan 21.511 kasus HIV dan

5.686 kasus penderita AIDS di Indonesia dengan angka kematian 1.146 kasus

dan dalam triwulan I (Januari-Maret) 2013 meningkat menjadi 26.880

penderita HIV dan 6.146 kasus penderita AIDS. Sedangkan data yang

meninggal sebanyak 1.199 kasus. Hal ini menunjukan bahwa dalam 3 bulan

penderita HIV/AIDS telah meningkat 5.829 penderita di Indonesia. Sekitar

82% kejadian pada kelompok umur 15 sampai 49 tahun (Ditjen PP & PL

Kemenkes RI, 2013).

Forum pertemuan internasional tentang AIDS di Yokohama pada

tanggal 8-12 Agustus 1994 menganggap Indonesia sebagai wilayah rawan

terhadap penularan AIDS. Karena sejak triwulan pertama tahun 1993

perkembangan epidemik HIV/AIDS telah merubah menjadi desponsibel.

Diduga pesatnya penyebaran HIV di Indonesia telah terjadi karena

1) Banyak orang yang sering bepergian dan melakukan hubungan seksual

dengan pasangan berganti-ganti, 2) Adanya peningkatan insiden penyakit

menular seksual, 3) orang Indonesia dengan prilaku seks resiko tinggi jarang

Page 3: Proposal Penelitian AIDS

3

mau menggunakan kondom, 4) sarana pelayanan kesehatan tidak selalu

melakukan prosedur yang steril seperti jarum suntik dan peralatan infasif

lainnya, 5) semakin tingginya angka hubungan seksual premarital dikalangan

remaja dan pemuda serta semakin banyaknya ganti pasangan seksual yang

dilakukan secara tidak aman 6) masih rendahnya pengetahuan dan kepedulian

terhadap AIDS, baik dikalangan masyarakat maupun pejabat pemerintah

(Soedarto, 2009).

Jumlah kumulatif pengidap HIV/AIDS di Indonesia terus bertambah

dan pertambahan itu didominasi oleh kelompok usia produktif. Ini berarti

bahwa pertambahan penularan HIV di Indonesia sudah terjadi secara

domestik dan menyerang kelompok usia produktif, oleh karenanya, kelompok

remaja atau pemuda dan wanita sudah perlu diprioritaskan sasaran

pencegahan. Bila tidak, aset pembangunan bangsa akan semakin terancam

oleh keganasan AIDS.

Sulawesi Tengah merupakan salah satu propinsi di kawasan timur

Indonesia yang mempunyai prevalensi penyakit AIDS, kondisi ini ditandai

dengan terus meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS di Sulawesi tengah,

hingga akhir Maret 2013 kasus kumulatif terakhir dilaporkan 185 kasus

penderita HIV dan 127 kasus penderita AIDS dengan prevalensi 4,82 per

100.000 penduduk (Ditjen PP & PL Kemenkes RI, 2013).

Menurut data KPAD Sulawesi Tengah, daerah Kabupaten Morowali

sampai dengan Mei 2013 terdapat 15 kasus HIV dan AIDS sebanyak 13 kasus

Page 4: Proposal Penelitian AIDS

4

dengan angka kematian meninggal sebanyak 34 kasus (Satu Sulteng.com,

2013).

Rentannya generasi muda terhadap infeksi HIV/AIDS sangat perlu

mendapat perhatian. Karena remaja dan generasi muda merupakan aset

nasional yang sangat penting dalam mempersiapkan kelangsungan program

selanjutnya. Dilihat dari satu fase tentang kehidupan remaja merupakan

fenomena yang cukup menarik dibandingkan dengan rentan perkembangan

kehidupan lainnya. Hal ini disebabkan karena dalam perkembangan remaja

banyak sekali mengalami perubahan-perubahan yang sangat cepat, baik fisik

maupun mental, disertai pergeseran norma-norma seksual dikalangan remaja

yang disebabkan oleh ketidakpatuhan dan perolehan informasi yang tidak

dapat dipertanggung jawabkan.

Melihat fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui

tentang tingkat pengetahuan dan sikap tentang penyakit HIV/AIDS.

B. Rumusan Masalah

Di dalam strategi nasional penanggulangan HIV/AIDS ditekankan

bahwa penanggulangan AIDS dilaksanakan oleh masyarakat dan pemerintah.

1. Bagaimana tingkat pengetahuan siswa-siswi tentang penyakit HIV/AIDS?

2. Bagaimana sikap yang ditunjukkan oleh siswa-siswi terhadap HIV/AIDS?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap siswa-siswi SMA

Lembo tentang HIV/AIDS.

Page 5: Proposal Penelitian AIDS

5

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa-siswi SMA Negeri I

Lembo tentang penyakit HIV/AIDS.

b. Untuk mengetahui sikap siswa-siswi SMA Negeri I Lembo terhadap

penanggulangan HIV/AIDS dan penderita HIV/AIDS.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga guna memperluas wawasan dan

pengetahuan melalui penelitian lapangan.

2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Sebagai bacaan dan bahan dalam memberikan informasi tentang

HIV/AIDS dalam meningkatkan pendidikan pada masa yang akan datang.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Memberikan sumbangsih pengetahuan di bidang keperawatan dalam

rangka pengembangan dan kemandirian profesi.

4. Bagi Tempat Penelitian

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan

ataupun pedoman bagi para pelajar di sekolah menengah atas dalam

meningkatkan pengetahuan tentang HIV/AIDS.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian

khususnya bagi peneliti yang tertarik untuk mengembangkan hasil

penelitian ini guna pengembangan ilmu pengetahuan keperawatan.

Page 6: Proposal Penelitian AIDS

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang HIV/AIDS

1. Pengertian

HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia

dan menimbulkan AIDS, virus HIV yang menyerang salah satu jenis sel

darah putih yang berfungsi untuk kekebalan tubuh. Virus HIV ditemukan

dalam darah cairan vagina, cairan sperma dan ASI.

AIDS atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome merupakan

suatu sindrom kegagalan kekebalan tubuh. AIDS merupakan kumpulan

gejala penyakit sebagai akibat virus HIV/Human Deficiency virus,

sehingga tubuh terinfeksi oleh kuman penyakit lain karena daya tahan

tubuh rusak (Merati, 2007).

AIDS adalah salah satu sindrom penyakit Defisiensi imunitas

seluler yang didapat, yang pada penderitanya tidak ditemukan penyebab

defisiensi tersebut. Akibat adanya kehilangan kekebalan tubuh, penderita

AIDS mudah terkena berbagai infeksi bakteri, jamur, parasit dan virus

tertentu, yang bersifat oportunistik. Selain itu penderita AIDS sering kali

menderita keganasan, khususnya Sarcoma Kaposi, limfoma yang

menyerang otak dan dapat mengakibatkan kematian (Budimulja dan Daily,

2008).

Page 7: Proposal Penelitian AIDS

7

Sistem kekebelaan tubuh biasanya melindungi tubuh terhadap

serangan dari penyakit-penyakit yang akan masuk. Tapi bila tubuh

terinfeksi oleh HIV secara otomatis kekebalan tubuh akan berkurang dan

memurun sampai tidak lagi mempunyai daya tahan terhadap penyakit bila

itu terjadi penyakit-penyakit yang tidak berbahayapun akan dapat

membuat orang tersebut sakit parah atau meninggal.

Perbedaan antara penderita HIV positif dengan penderita AIDS,

penderita HIV positif adalah seorang yang tertular virus HIV, nampak

tampak gejala apapun, tapi dapat menularkan virus terhadap orang lain.

Sedangkan penderita AIDS adalah seseorang yang menunjukkan gejala

dari sekumpulan penyakit, setelah sekian waktu terinfeksi HIV/AIDS

biasanya timbul antara 5 – 10 tahun setelah tertular HIV/AIDS.

2. Epidemiologi

a. Pola pertama

Letaknya di negara industry dengan kasus AIDS tinggi seperti

Amerika, Meksiko, Canada, Eropa barat, Australia, New Zealand dan

sebagian Amerika latin. Diperkirakan penyebaran HIV sudah dimulai

sejak tahun 1970. Korbannya terutama pada kelompok homoseks,

lelaki biseks, kelompok lainnya seperti heteroseksual, jumlahnya terus

meningkat. Perbandingan prevalensi antibody HIV pada laki-laki dan

perempuan adalah 10 : 1. Penularan melalui transfusi darah dan produk

lain yang tercemar HIV, sudah dapat dikendalikan dengan pemeriksaan

antibody HIV, serta pendidikan dan penyuluhan kesehatan agar

Page 8: Proposal Penelitian AIDS

8

kelompok resiko tinggi tidak menyumbangkan darahnya (Hakim,

2009).

b. Pola kedua

Terdapat di Afrika tengah, selatan dan timur, serta beberapa

bagian di Karibia, penyebaran tahun 1970. Di daerah tersebut sebagian

besar penderita AIDS ditemukan pada heteroseksual, sedangkan

penularan melalui homoseks dan pecandu narkoba jarang terjadi. Di

sini penularan melalui transfusi darah atau produk darah yang tercemar

HIV merupakan masalah besar karena penapisan donor darah tidak

rutin dikerjakan. Diduga penularan melalui jarum suntik dan alat tindik

atau rajah jarang terjadi (Hakim, 2009)

c. Pola ketiga (pola campuran)

Terjadi di Eropa timur, Afrika timur, Timur tengah, Asia

selatan dan tenggara, penyebaran diduga mulai tahun 1980-an. Dan

terjadi pada kelompok homoseks dan heteroseks, penyalahgunaan obat

suntikan, frekuensi hubungan dengan para pelacur dan orang asing

(wisatawan) (Hakim, 2009)

d. Pola keempat

Terjadi di Asia selatan dan tenggara. Di Thailand kasus

pertama dilaporkan tahun 1984 pada seorang mahasiswa yang belajar

diluar negeri. Pada tahun 1987 meningkat menjadi 100 kasus

HIV/AIDS dan dalam kurun waktu berikutnya meningkat menjadi

Page 9: Proposal Penelitian AIDS

9

600.000 penderita dan 30% pekerja seks serta 1% ibu hamil sudah

terjangkit HIV/AIDS.

Mengingat cara penularan HIV maka kelompok masyarakat

yang mempunyai perilaku resiko tinggi tertular HIV adalah kelompok

masyarakat yang melakukan promiskoitasi atau mereka yang sering

berganti-ganti pasangan seks. Distribusi penderita AIDS di negara

Barat menunjukkan kelompok homo atau biseksial merupakan

penderita terbesar, diikuti oleh pengguna narkotika intravena.

3. Etiologi

AIDS disebabkan oleh suatu retrovirus yang disebut Human

Immunodeficiency Virus (HIV). HIV ialah retrovirus yang disebut

Lymphadenopathy Associated Virus (LAV)/Human T-Cell leukemia virus

III, yang juga disebut Human T-cell Lymphotropik Virus. HIV ini merusak

salah satu jenis sel yang dikenal sebagai sel T-Helper. Sel ini merupakan

suatu titik pusat system kekebalan tubuh sehingga HIV menyebabkan daya

tahan tubuh menjadi rusak dan mudah terjangkit penyakit (Budimulja dan

Daily, 2008).

Luc Montagnier dkk., tahun 1983 telah menemukan LAV

(Lymphadenopathy Associated Virus) dari seseorang dengan

pembengkakan kelenjar limfe (PGL). Pada tahun 1984 sejenis virus yang

disebut HTVL 3 (Human T cell Lymphtropic Virus tipe 3) ditemukan dari

pasien AIDS di Amerika oleh Robert Gallo dkk. Kemudian ternyata bahwa

kedua virus tersebut sama, dan oleh Committee Taxonomy International

Page 10: Proposal Penelitian AIDS

10

pada tahun 1985 disebut sebagai HIV (Human Immunodeficiency Virus).

Sampai saat ini diketahui ada dua subtipe yaitu HIV 1 dan HIV 2.

HIV 1 dan HIV 2 merupakan suatu virus RNA yang termasuk

retrovirus dan lentivirus. HIV 1 penyebarannya lebih luas di hampir

seluruh dunia, sedangkan HIV 2 ditemukan pada pasien-pasien dari Afrika

Barat dan Portugal, HIV 2 lebih mirip dengan monkey virus yang disebut

SIV (Simian Immunodeficiency Virus). Antara HIV 1 dan 2 intinya mirip,

tetapi selubung luarnya sangat berbeda.

HIV mempunyai enzim reverse transcriptase yang terdapat di

dalam inti HIV dan akan mengubah RNA virus menjadi DNA. Inti HIV

merupakan protein yang dikenal dengan p24, dan bagian luar HIV yang

berupa selubung glikoprotein terdiri dari selubung transmembran gp 41

dan bagian luar berupa tonjolan-tonjolan yang disebut gp 120. (lihat

gambar 1: struktur HIV). Gen yang selalu ada pada struktur genetik virus

HIV adalah gen untuk kode inti p24, dan gen yang mengkode polimerase

RTase. Sedangkan gen yang mengkode selubung luar akan sangat

bervariasi dari satu strain virus dengan lainnya. Bahkan pada seorang

pengidap HIV selubung luar ini dapat berbeda-beda.

Siklus Hidup HIV dan Patogenesis

HIV mempunyai target sel utama yaitu sel limfosit T4, yang

mempunyai reseptor CD4. Beberapa sel lain yang juga mempunyai

reseptor CD4 adalah : sel monosit, sel makrofag, sel folikular dendritik, sel

retina, sel leher rahim dan sel langerhans. Penelitian terakhir juga me-

Page 11: Proposal Penelitian AIDS

11

nunjukkan HIV dapat menginfeksi sel astroglia otak dan Sel endotel

saluran cerna walaupun sel tersebut tidak mempunyai reseptor CD4.

Protein selubung HIV gp 120 akan bersentuhan dan terikat

(attachment and binding) pada reseptor CD4 sel pejamu (antara lain sel

limfosit 14); lalu selubung HIV akan mengalami fusi (virus to cell fusion)

dengan membran sel pejamu dan mendorong inti HIV masuk ke dalam

sitoplasma sel pejamu. Dalam proses ini terlibat protein selubung HIV

yang lain, yaitu gp 41. Dalam sitoplasma sel pejamu, RNA virus akan

dikonversi menjadi DNA oleh ensim RTase, dan DNA ini yang disebut

DNA provirus. DNA provirus akan masuk ke dalam inti sel pejamu dan

dengan enzim integrase (endonuklease) akan diintegrasikan secara acak

pada DNA sel pejamu. Integrasi materi genetik virus ini biasanya akan

terjadi dalam 2-10 jam setelah infeksi. Selanjutnya replikasi virus, dimulai

dengan adanya produksi RNA provirus yang sama sehingga akan

terbentuk virion baru, suatu virus HIV baru yang siap untuk menginfeksi

sel target yang lain, setelah keluar dari sel pejamu melalui suatu proses

budding.

4. Masa Inkubasi

Masa inkubasi adalah waktu dari terjadinya infeksi sampai

munculnya gejala pertama pasien. Sejak munculnya HIV ke dalam tubuh

hingga munculnya gejala penyakit, waktunya sangat bervariasi antara 6

bulan sampai 10 tahun dan masa rata-rata 21 bulan pada anak-anak dan 60

Page 12: Proposal Penelitian AIDS

12

bulan pada orang dewasa. Walaupun belum ada gejala, tapi yang

bersangkutan telah dapat menjadi sumber penularan (Merati, 2007).

a. Infeksi akut

Sekitar 30-50 % dari mereka yang terinfeksi HIV akan

memberikan gejala infeksi akut yang mirip dengan gejala infeksi

mononucleosis, yaitu demam, sakit tenggorokan, letargi, batuk,

mialgia, keringat malam, dan keluhan GIT berupa nyeri menelan,

mual, muntah, dan diare. Mungkin bisa didapatkan adanya pembesaran

kelenjar limfe leher, faringitis dan aseptic meningitis yang akan

sembuh dalam waktu 6 minggu. Patogenesis simtom ini tidak jelas

diketahui, tapi sangat mungkin akibat adanya reaksi imun yang aktif

terhadap masuknya HIV dalam darah. Saat ini mungkin pemeriksaan

antibody HIV masih negative, tapi pemeriksaan Ag p24 sudah positif.

Pada saat ini dikatakan pasien ini sangat infeksisus.

b. Infeksi Kronik Asimtomatik

Fase akut akan diikuti fase kronik asimtomatik yang lamanya

bisa bertahun-tahun. Walaupun tidak ada gejala, kita dapat mengisolasi

virus dari darah pasien dan ini berarti bahwa selama fase ini juga

infeksius disini ada aktifitas HIV tetap terjadi dan ini dibuktikan

dengan menurunnya fungsi sistem imun dari waktu ke waktu. Mungkin

sampai jumlah virus tertentu tubuh masih dapat mengantisipasi sistem

imun dalam kompensasi.

Page 13: Proposal Penelitian AIDS

13

c. PGL (Pembengkakan kelenjar Limfe)

Pada kebanyakan kasus, gejala pertama yang muncul adalah

PGL, ini menunjukan adanya hiperaktifitas sel limfosit B dalam

kelenjar limfe dapat persisten selama bertahun-tahun, dan pasien tetap

merasa sehat.

d. Dengan menurunnya sel limfosit T4, makin jelas nampak gejala klinis

yang dapat dibedakan menjadi beberapa keadaan. Gejala ini antara

lain, gejala dan keluhan yang disebabkan oleh hal-hal tidak langsung

berhubungan dengan HIV, (diare, demam lebih dari satu bulan,

keringat malam, rasa lelah berlebihan, batuk kronik lebih dari satu

bulan, dan penurunan berat badan 10% atau lebih), Gejala yang

langsung akibat HIV (mielopati, neuropati prifer, dan penyakit susunan

saraf pusat. Disini pasien sulit berkomunikasi dan tidak bisa jalan).

Infeksi oportunistik dan neoplasma, pada stadium kronik simtomtik ini

sangat sedikit keluhan dan gejala-gejala yang benar langsung akibat

HIV.

5. Penyebaran HIV/AIDS

Penyebaran HIV dapat terjadi dengan 3 cara yaitu :

a. Hubungan seksual

Hubungan seksual baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan

seorang pengidap HIV adalah cara yang paling umum terjadi, dan lebih

mudah terjadi penularan bila lesi penyakit kelamin, dengan ulkus atau

peradangan jaringan seperti herpes dan spilis. Ini juga yang dapat

Page 14: Proposal Penelitian AIDS

14

meningkatkan resiko baik terkena maupun tersebarnya HIV pada pria

dan wanita.

b. Melalui darah ( Parenteral)

1) Tranfusi darah dan komponen darah.

2) Alat suntik / jarum yang dipakai berulang-ulang tanpa sterilisasi,

umumnya pada pecandu narkoba, obat bius atau jarum akupuntur,

tato, dan tindik.

3) Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.

4) Transplantasi organ, jaringan dan semen.

c. Penularan masa perinatal

Resiko penularan dari ibu yang terinfeksi kepada anaknya,

berkisar antara 15-50%, penularan dapat terjadi semasa dalam

kandungan, waktu melahirkan atau setelah melahirkan melalui air susu

ibu (Maryuni, 2009)

HIV tidak tertular melalui peralatan makan, pakaian, handuk,

sapu tangan, toilet yang dipakai secara bersama-sama, berpelukan,

berjabak tangan di hidup serumah dengan penderita AIDS.

6. Gambaran Klinik

Gejala dini yang sering dijumpai berupa malaise, demam, yang

merupakan flu biasa sebelum tes serologi positif. Gejala dini lainnya

berupa penurunan berat badan lebih dari 10% dari berat badan semula,

berkeringat malam, diare kronik, kelelahan dan limfadenopati. Beberapa

fase infeksi HIV yaitu :

Page 15: Proposal Penelitian AIDS

15

a. Infeksi HIV stadium pertama

Pada fase pertama terjadi pembentukan antibody dan

memungkinkan juga terjadi gejala-gejala yang mirip influenza atau

terjadi pembengkakan kelenjar getah bening.

b. Persisten Generalized Limfadenopaty

Manifestasi membrane mukosa kecil dan radang saluran

pernapasan. Disini terjadi pembengkakan kelenjar limfe di leher,

ketiak, keringat pada malam hari atau kehilangan berat badan tanpa

penyebab yang jelas.

c. AIDS Relative Compleks (ARC)

Virus sudah menimbulkan kemunduran pada sistem kekebalan

tubuh sehingga mudah terjadi berbagai jenis infeksi yang seharusnya

dapat dicegah oleh kekebalan tubuh. Disini penderita menunjukkan

gejala lemah, lesu, demam, diare yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

dan berlangsung lama, kadang-kadang lebih dari satu tahun, ditambah

dengan gejala yang sudah timbul pada fase kedua (Soedarto, 2009).

7. Kriteria Diagnostik

Berdasarkan WHO Workshop on AIDS, dari Bangui Afrika tengah

pada bulan Oktober 1985, mengemukakan kriteria diagnostik berdasarkan

gejala klinis, yaitu:

a. Dicurigai AIDS pada orang dewasa ada 2 gejala mayor dan1 gejala

minor dan tidak ada sebab Imunosupresi yang lain seperti kanker,

Page 16: Proposal Penelitian AIDS

16

malnutrisi berat atau pemakaian kortikosteroid yang lama, gejala

mayor dan minor antara lain :

1) Gejala mayor

a) Penurunan berat badan lebih dari 10% berat badan semula.

b) Diare kronik lebih dari 1 bulan.

c) Demam menetap lebih dari 1 bulan, intermiten dan konstan.

2) Gejala minor

a) Batuk menetap lebih dari 1 bulan

b) Dermatitis generalisata.

c) Herpes zoster rekuren.

d) Infeksi herpes simpleks virus kronik progresif disseminate

(Merati, 2009)

b. Pada anak, 2 gejala mayor dan 1 gejala minor, dan tidak terdapat sebab

imunosupresi yang lain seperti kanker, malnutrisi berat, pemakaian

kortikosteroid yang lama atau etiologi lain.

1) Gejala mayor

a) Penurunan berat badan atau pertumbuhan yang lambat dan

abnormal.

b) Diare kronik lebih dari 1 bulan.

c) Demam lebih dari 1 bulan.

2) Gejala minor

a) Limfadenopaty generalisata

b) Kandidiasis oro-Faring

Page 17: Proposal Penelitian AIDS

17

c) Infeksi umum yang berulang

d) Batuk persisten

e) Infeksi HIV pada ibunya (Merati, 2009)

8. Diagnosis

Ditujukan terhadap 2 hal :

a. Diagnosis ini terinfeksi HIV/AIDS

Keuntungan menemukan diagnosis dini adalah

1) Intervensi pengobatan fase infeksi asimtomatik dapat diperpanjang

2) Menghambat perjalanan penyakit kearah AIDS

3) Pencegahan infeksi oportunistik

4) Konseling dan pendidikan untuk kesehatan umum penderita

5) Penyembuhan

Diagnosis dini ditegakkan melalui pemeriksaan laboratorium

dengan petunjuk dari gejala-gejala klinik atau dari adanya perilaku

resiko tinggi individu tertentu.

b. Diagnosis AIDS

AIDS merupakan stadium akhir HIV. Penderita dinyatakan

sebagai AIDS bila dalam perkembangan infeksi HIV menunjukkan

infeksi-infeksi dan kanker oportunistik yang mengancam jiwa

penderita. Selain infeksi dari kanker dalam penetapan CDC 1993, juga

termasuk ensevalopati, sindrom kelelahan yang berkaitan dengan

AIDS dan hitungan CD4 (200/ml21

, CD524

) menetapkan kondisi

dimana infeksi HIV sudah dinyatakan sebagai AIDS.

Page 18: Proposal Penelitian AIDS

18

9. Penatalaksanaan

Sampai kini belum ada obat-obat yang dapat mengendalikan HIV

dalam tubuh penderita, bahkan belum ada obat yang dapat menurunkan

kadar HIV sehingga jumlahnya menjadi tidak berarti. Dengan kata lain

penyakit AIDS selalu berakhir dengan kematian.

Penatalaksanaan HIV/AIDS terdiri dari pengobatan, perawatan,

atau rehabilitasi dan edukasi, Pengobatan yang efektif sampai sekarang

belum ada. Pengobatan pada pengidap HIV/penderita AIDS ditujukan

terhadap virus HIV infeksi oportunistik, kanker sekunder, status kekebalan

tubuh, simtomatis dan suportif. Aspek psikologis juga memegang peranan

penting dalam pelaksanaan seorang penderita AIDS. Konseling penderita

harus dilakukan secara bersama-sama, dengan pemberian obat yang

diperlukan untuk mengobati infeksi oportunistik yaitu :

a. Obat antiretrovirus, ( zidovudine, Didanosine, Videx )

b. Obat-obat untuk infeksi oportunistik, tergantung dari opportunistic apa

yang timbul, pola oportunistik yang paling sering timbul adalah PCP,

yang terjadi pada 75 % dari pasien AIDS dan TBC.

c. Obat untuk kanker sekunder, sama penanganan pada pasien HIV, untuk

sarcoma Kaposi, kanker sekunder soliter, radiasi.

d. Immune Restoring Agents, obat untuk diharapkan dapat memperbaiki

fungsi sel limfosit, menambah jumlah limfosit sehingga dapat

memperbaiki status kekebalan pasien.

e. Pengobatan simtomatik dan suportif (Merati, 2009).

Page 19: Proposal Penelitian AIDS

19

f. Dukungan psikologis dan psikososial didapat dari upaya-upaya sebagai

berikut :

1) Membantu dan mendampingi individu maupun keluarga ODHA.

2) Membantu individu untuk memahami infeksi HIV dan kematian

akibat AIDS.

3) Konseling pada berbagai situasi (konseling pribadi, konseling

keluarga, melalui perawatan di rumah, konseling melalui kelompok

ODHA)

4) Mendukung pengembangan strategi pencegahan HIV/AIDS yang

mampu menjangkau kelompok resiko tinggi.

5) Mendukung lembaga yang berupaya meminimalkan dampak tradisi

kultural penyebab dan kerentanan infeksi HIV terhadap AIDS.

6) Mendukung program yang mampu meningkatkan kondisi para

pekerja seks yang terinfeksi HIV untuk mengendalikan kondisi

pekerjaannya yang mendukung kehidupannya.

Prinsip Pengobatan Penderita HIV dan AIDS

a. Umum

Istirahat cukup, dukungan nutrisi berbasis mikro harus optimal untuk

menghindari munculnya sindrom optimal untuk menghindari sindrom

wasting. Konseling yang memandai merupakan formulasi dukungan

psikobiologis dan psikososial terhadap penderita HIV/AIDS.

Page 20: Proposal Penelitian AIDS

20

b. Khusus

Mengatasi kegawatan yang ada, diikuti pemberian

Antiretroviral Therapy (ART), kombinasi Highly Anti Retroviral

Therapy (HAART), atas indikasi yang tepat, tetapi infeksi oportunistis

sesuai jenis infeksi yang ditemukan, terapi malignansi.

Prinsip Dasar Penatalaksanaan penderita HIV/AIDS

a. Menurunkan kesakitan akibat HIV dan kematian akibat AIDS.

b. Memperbaiki mutu hidup dan meningkatkan kualitas hidup penderita

c. Mempertahankan serta memulihkan status imun penderita.

d. Menekan serta menghambat replikasi HIV/AIDS semaksimal

mungkin.

10. Pengaruh lingkungan hidup terhadap perubahan perilaku dan transmisi

HIV

Faktor lingkungan banyak mempengaruhi kemungkinan HIV pada

kelompok masyarakat tertentu, lingkungan fisik, kimia, biologis

berpengaruh terhadap HIV. Sedangkan faktor ekonomi, lingkungan sosial

budaya, norma-norma dalam masyarakat dapat mempengaruhi perilaku

individu. Virus HIV tidak tahan hidup lama lingkungan luar seperti panas

terutama sinar ultraviolet dan zat kimia. Oleh karena itu HIV relatif tidak

mudah ditularkan dari satu orang ke orang lain.

Faktor ekonomi, lingkungan sosial budaya dan norma-norma

dalam masyarakat (agama, kepercayaan, kebiasaan) baik sendiri maupun

Page 21: Proposal Penelitian AIDS

21

bersama-sama dapat mempengaruhi kelompok masyarakat, baik perilaku

seksual maupun perilaku yang berhubungan dengan kebiasaan tertentu.

Bila lingkungan memberi peluang pada perilaku seksual yang

permisivenses maka kelompok masyarakat yang seksual aktif akan

cenderung melakukan promiskuitas sehingga akan meningkatkan

penyebaran HIV dalam masyarakat.

11. Pencegahan

Tindakan pencegahan dilakukan melalui perubahan prilaku,

misalnya, a) Tidak melakukan hubungan seksual dengan orang yang

termasuk kelompok resiko tinggi, b) orang yang kelompok resiko tinggi

dilarang menjadi donor darah, dilakukan tes untuk mengetahui adanya

antibodi terhadap HIV, c) Dianjurkan untuk tidak hamil bagi wanita resiko

tinggi, d) Memakai jarum suntik yang steril dan sekali pakai, e) Membakar

semua alat suntik bekas pengidap HIV (Daily, 2009).

B. Tinjauan Umum Tentang Variabel Yang Diteliti

1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah

orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan dapat diperoleh

antara lain melalui pendidikan baik formal maupun non formal.

Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengetahuan orang lain

Page 22: Proposal Penelitian AIDS

22

diantaranya mendengar, melihat langsung atau melalui alat

komunikasi. Untuk memperoleh data tentang pengetahuan tertulis atau

lisan dapat digunakan untuk mengukur cognitive domain seseorang

(Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang mencakup di dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkat :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat materi yang dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Contoh : dapat menyebutkan tanda-tanda/gejala penderita henti

jantung dan henti napas.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan

menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterpretasi materi tersebut secara benar. Contoh :

menyimpulkan meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang

dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus segera

dilakukan RJP.

Page 23: Proposal Penelitian AIDS

23

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip dan menggunakan rumus statistik

dalam menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah

kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem solving cycle)

di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari

penggunaan kata-kata kerja dapat menggambarkan (membuat

bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan

sebagainya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya : dapat menyusun, dapat

merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesusaikan dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

Page 24: Proposal Penelitian AIDS

24

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau

obyek. Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria sendiri

atau kriteria yang telah ada (Notoadmodjo, 2010)

Mengukur pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara

atau angket yang menyatakan tentang isi materi yang ingin diukur

dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan

yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan

tingkat-tingkat tersebut di atas.

Mengukur pengetahuan sesorang tentang apapun dapat

diukur dengan membandingkan pengetahuan orang tersebut dalam

kelompoknya dalam arti luas. Akhirnya dapat ditarik suatu

pengertian bahwa yang dimaksud dengan pengetahuan ialah apa

yang telah diketahui dan mampu diingat setiap orang setelah

mengalami, menyaksikan, mengamati atau diajarkan sejak lahir

sampai dewasa khususnya setelah ia melalui pendidikan formal dan

non formal.

2. Sikap

a. Pengertian

Terdapat beberapa pendapat diantara para ahli apa yang

dimaksud dengan sikap itu. Ahli yang satu mempunyai batasan lain

bila dibandingkan dengan ahli lainnya. Untuk memberikan gambaran

Page 25: Proposal Penelitian AIDS

25

tentang hal ini, diambil beberapa pengertian yang diajukan oleh

beberapa ahli, antara lain:

1) Respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau obyek tertentu,

yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang

bersangkutan (senang - tidak senang, setuju - tidak setuju, baik -

tidak baik, dan sebagainya) (Notoadmodjo, 2010)

2) “An indivudual’s attitude is syndrome of response consistency with

regard to object”. Jadi jelas, di sini dikatakan bahwa sikap itu

suatu syndroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus

atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan,

perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain (Notoadmodjo, 2010).

3) Sikap adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap stimulus

atau objek (masalah kesehatan, termasuk penyakit). Sikap yang

terdapat pada individu akan memberikan warna atau corak tingkah

laku ataupun perbuatan individu yang bersangkutan. Sikap

merupakan reaksi atau objek.

4) Sikap adalah kesiapan seseorang bertindak terhadap hal-hal

tertentu (Sarwono, 2002)

Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

sikap adalah kondisi mental relatif menetap untuk merespon suatu

objek atau perangsang tertentu yang mempunyai arti, baik bersifat

positif, netral atau negatif, mengangkat aspek-aspek kognisi, afeksi dan

kecenderungan untuk bertindak.

Page 26: Proposal Penelitian AIDS

26

b. Unsur (komponen) Sikap

Berkaitan dengan pengertian diatas pada umumnya pendapat

yang banyak diikuti ialah bahwa sikap itu mengandung tiga komponen

yang membentuk struktur sikap, yaitu :

1) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap obyek.

Artinya bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran

seseorang terhadap obyek. Sikap orang terhadap penyakit kusta

misalnya, berarti begaimana pendapat atau keyakinan orang

tersebut tehadap penyakit kusta (Notoatmodjo, 2010).

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek, artinya

bagaimana penilaian (terkandung di dalamnya faktor emosi) orang

tersebut terhadap objek. Seperti contoh pada point di atas, berarti

bagaimana orang menilai terhadap penyakit kusta, apakah penyakit

yang biasa saja atau penyakit yang membahayakan (Notoatmodjo,

2010).

3) Komponen konatif (komponen perilaku atau action component)

yaitu komponen yang berhubungan dengan kecenderungan

bertindak terhadap obyek sikap. Komponen ini menunjukkan

intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan

bertindak atau berperilaku seseorang terhadap obyek sikap.

Merupakan aspek kecenderungan berperilaku sesuai dengan sikap

yang dimiliki seseorang. Berisi tendensi untuk bertindak atau

bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu dan berkaitan

Page 27: Proposal Penelitian AIDS

27

dengan objek yang dihadapi. Adalah logis untuk mengharapkan

bahwa sikap seseorang dicerminkan dalam bentuk tendensi

perilaku terhadap objek (Triadic Scheme)( Yusuf, 2006 ).

c. Berbagai Kategori Sikap

1) Sikap terdiri dari :

a) Sikap Positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyenangi, menghadapkan objek tertentu.

b) Sikap Negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu (Heri

Puwanto, 1998).

2) Dari literatur lain mengemukakan bahwa sikap terdiri dari :

a) Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau

dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya

sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan

perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.

b) Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah

suatu indikasi dan sikap. Karena dengan suatu usaha untuk

menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,

lepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang

tersebut menerima ide tersebut.

c) Menghargai (Valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan

atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi tingkat

Page 28: Proposal Penelitian AIDS

28

tiga. Misalnya seorang ibu yang mengajak ibu lain (tetangga,

saudara dan sebagainya) untuk pergi menimbang anaknya ke

posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah bukti bahwa

ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.

d) Bertanggung Jawab (Responsible), bertanggung jawab atas

segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah

merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu

mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan

dari mertua atau orang tuanya sendiri (Azwar, 2007).

d. Cara Pembentukan atau Perubahan Sikap

Sikap dapat dibentuk atau berubah melalui 4 macam cara,

yakni :

1) Adopsi, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi

berulang dan terus-terusan, lama-kelamaan secara bertahap ke

dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.

2) Diferensiasi, dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya

pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia, maka ada hal-hal

yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas

dari jenisnya. Terdapatnya objek tersebut dapat terbentuk sikap

tersendiri pula.

3) Intelegensi, tadinya secara bertahap, dimulai dengan berbagai

pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal tertentu.

Page 29: Proposal Penelitian AIDS

29

4) Trauma, pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang

meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang

bersangkutan. Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga

menyebabkan terbentuknya sikap (Azwar, 2007).

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap

1) Faktor intern yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang

yang bersangkutan sendiri. Kita tidak dapat menangkap seluruh

rangsangan dari luar melalui persepsi, oleh karena itu kita harus

memilih rangsangan-rangsangan mana yang akan kita teliti dan

mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif

dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri kita.

2) Faktor ekstern yang merupakan faktor di luar manusia, yaitu :

a) Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap.

b) Kewibawaan orang yang mengemukakan sikap tersebut.

c) Sifat orang/kelompok yang mendukung sikap tersebut.

d) Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan

sikap.

e) Situasi pada saat sikap dibentuk (Purwanto, 1998).

Page 30: Proposal Penelitian AIDS

30

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Variable Yang Diteliti

Perkembangan modernisasi sosial ekonomi dan peradaban dapat

membawa pada kondisi yang kurang menentu, seperti adanya persaingan

hidup yang lebih ketat, hilangnya norma ikatan keluarga, misalnya

kepercayaan iman, adanya integrasi dengan generasi berikutnya dan benturan

sosial lainnya yang merupakan kesulitan zaman sehingga memberikan peluang

tumbuhnya penyakit menular seksual misalnya AIDS.

Pengetahuan tentang HIV/AIDS memiliki hubungan yang erat dengan

jenis kelamin dan pekerjaan orang tua siswa-siswi SMA Negeri I Lembo. Jenis

kelamin berpengaruh pada perbedaan minat laki-laki dan perempuan dalam

mencari tahu informasi tentang HIV/AIDS karena pada usia remaja,

perempuan cenderung memiliki minat yang lebih tinggi tentang kesehatan

reproduksi karena mereka mengalami perubahan secara fisik yang menonjol

dari pada laki-laki. Sedangkan pekerjaan orang tua berpengaruh pada tingkat

pengetahuan orang tua sendiri, latar belakang keilmuan, wawasan tentang

HIV/AIDS dan cara pandang mereka terhadap HIV/AIDS yang nantinya akan

ikut mempengaruhi tingkat pengetahuan dan sikap siswa-siswi terhadap

HIV/AIDS. Semua ini akan memberikan pengaruh yang besar pada sikap

siswa-siswi SMA Negeri I Lembo tentang HIV/AIDS.

Page 31: Proposal Penelitian AIDS

31

1. Bagaimana gambaran pengetahuan siswa/siswi di SMA Negeri I Lembo

tentang HIV/AIDS. Siswa dapat mengetahui pengertian tentang

HIV/AIDS.

2. Bagaimana gambaran sikap yang ditunjukkan siswa/siswi SMA Negeri I

Lembo tentang penyakit HIV/AIDS.

B. Pola Pikir Variable Yang Diteliti

Gambar I : Skema Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Variabel yang tidak diteliti

C. Defenisi Operasional

1. Pengetahuan siswa SMA Negeri I Lembo tentang HIV/AIDS

Segala sesuatu yang diketahui oleh responden mengenai batasan,

penyebab, cara penularan, gejala penyakit, pengobatan dan cara

pencegahan penyakit AIDS yang dipahami dan dilakukan secara

konseptual.

Lingkungan

sosial

Pengetahuan

Sikap

HIV/AIDS

Page 32: Proposal Penelitian AIDS

32

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuisioner

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : Numerik

2. Sikap siswa SMA Negeri I Lembo tentang HIV/AIDS

Sikap adalah respon atau tanggapan siswa SMA Negeri I Lembo

terhadap penyakit maupun penderita HIV/AIDS berdasarkan pengetahuan

yang didapat dari lingkunganya.

Cara ukur : Wawancara

Alat ukur : Kuisioner

Skala ukur : Ordinal

Hasil ukur : Numerik

Page 33: Proposal Penelitian AIDS

33

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan jenis

penelitian cross sectional yang bertujuan untuk memperoleh gambaran

pengetahuan dan sikap siswa-siswi di SMA Negeri I Beteleme tentang

HIV/AIDS.

B. Populasi Dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SMA Negeri I

Lembo yang tercatat dalam registrasi dan aktif dalam proses belajar mengajar.

Dengan jumlah siswa kelas 1 sebanyak 148 orang yang terbagi dalam lima

kelas.

Sedangkan sample dalam penelitian ini diambil masing-masing 4 siswa

tiap kelas dengan menggunakan tehnik random sampling sehingga total

sample berjumlah 20 responden.

C. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri I Lembo, yang merupakan

salah satu sekolah Negeri yang ada di Kecamatan Lembo, Kabupaten

Morowali, waktu penelitian selama bulan Agustus 2013.

D. Instrumen

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah

kuesioner yang dibuat secara khas oleh peneliti. Kuesioner ini diharapkan

Page 34: Proposal Penelitian AIDS

34

dapat mengungkapkan gambaran pengetahuan dan sikap yang terdiri dari 22

pertanyaan. Data demografi meliputi, nama, jenis kelamin, umur, kelas,

pekerjaan orang tua dan agama.

E. Cara Pengumpulan Data

1. Data primer

Diperoleh dengan cara kunjungan peneliti ke lokasi penelitian dan

kuesioner yang dibagikan dengan daftar pertanyaan yang telah disusun

dan dipersiapkan sebelumnya.

2. Data sekunder

Diperoleh dari instansi-instansi atau literatur-literatur yang berkaitan

dengan penelitian ini.

F. Cara Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan

tahapan sebagai berikut :

1. Editting data yaitu memeriksa data yang terkumpul apakah ada

kesalahan.

2. Codding data yaitu pemberian nomor kode atau bobot pada jawaban yang

bersifat kategori.

3. Tabulatting data yaitu menyusun atau menghitung data berdasarkan

variabel yang diteliti.

4. Entry data yaitu memasukkan data ke dalam fasilitas komputer untuk

dilakukan analisis.

Page 35: Proposal Penelitian AIDS

35

5. Cleaning data yaitu memeriksa dan melihat variabel yang digunakan

apakah datanya sudah benar atau belum.

6. Describing data yaitu menggambarkan atau menerangkan data.

G. Analisa Data

Analisa data penelitian secara deskriptif yang ditujukan untuk

memberikan gambaran tentang pengetahuan dan sikap terhadap HIV/AIDS

yang ditinjau dari latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin dan

keadaan sosial ekonomi.