30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Influenza like illnesses (penyakit menyerupai influenza) 1.2. Rumusan Masalah Pn eumonia virus ak ibat in flue nz a seri ng dite mu kan di lu ar ne ge ri da n menyebabkan morbiditas dan mortalias yang signifikan, data mengenai influenza sebagai penyebab pneumonia pada komunitas di Indonesia belum didapatkan. Hal ini penting sebagai salah satu langkah pencegahan terutama pada penurunan angka infeksi influenza dengan penggunaan vaksinasi. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk mengetahui proporsi infeksi influenza  pada pneumonia komunitas di Indonesia, akarta pada khususnya, dengan disertai faktor risiko dan gambaran klinis untuk membedakan pneumonia akibat virus atau  bakteri atau campuran dari keduanya. !ari rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang ditetapkan pada  penelitian ini adalah " #. $erapa pr opors i virus in fluenz a % dan $ seb agai pen yebab I& I di komu nitas '. $erapa pr opors i infeks i sekund er pada pas ien deng an infek si virus i nfluen za di komunitas . $er apa prop orsi pne umoni a pad a pas ien deng an infek si virus inf lue nza di komunitas . $erapa proporsi penggunaan antib iotik a pada infeksi virus influenz a #

Proposal Penelitian Akhir

  • Upload
    agung-h

  • View
    33

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang MasalahInfluenza like illnesses (penyakit menyerupai influenza) 1.2. Rumusan Masalah

Pneumonia virus akibat influenza sering ditemukan di luar negeri dan menyebabkan morbiditas dan mortalias yang signifikan, data mengenai influenza sebagai penyebab pneumonia pada komunitas di Indonesia belum didapatkan. Hal ini penting sebagai salah satu langkah pencegahan terutama pada penurunan angka infeksi influenza dengan penggunaan vaksinasi.

Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk mengetahui proporsi infeksi influenza pada pneumonia komunitas di Indonesia, Jakarta pada khususnya, dengan disertai faktor risiko dan gambaran klinis untuk membedakan pneumonia akibat virus atau bakteri atau campuran dari keduanya.

Dari rumusan masalah di atas, pertanyaan penelitian yang ditetapkan pada penelitian ini adalah :

1. Berapa proporsi virus influenza A dan B sebagai penyebab ILI di komunitas

2. Berapa proporsi infeksi sekunder pada pasien dengan infeksi virus influenza di komunitas3. Berapa proporsi pneumonia pada pasien dengan infeksi virus influenza di komunitas

4. Berapa proporsi penggunaan antibiotika pada infeksi virus influenza

5. Berapa perbedaan rerata atau median suhu tubuh, kadar limfosit, netrofil, LED CD4 dan CD8, Hs CPR dan Hs PCT pada pasien dengan infeksi virus influenza, bakteri dan keduanya pada H0 dan H7 perjalanan penyakit

6. Hubungan faktor-faktor risiko usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, penyakit komorbid, status vaksinasi influenza dengan infeksi bakteri sekunder pada pasien dengan infeksi virus influenza1.3. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan Umum1.4.2. Tujuan Khusus1. Mengetahui proporsi infeksi influenza A dan B pada komunitas

2. Mengetahui proporsi infeksi bakteri sekunder pada infeksi influenza

3. Mengetahui proporsi pneumonia pada pasien dengan infeksi influenza

4. Mengetahui proporsi penggunaan antibiotika pada pasien dengan infeksi influenza dan hubunganya dengan lama sembuh

5. Mengetahui perbedaan rerata atau median suhu tubuh, kadar limfosit, netrofil, LED CD4 dan CD8, Hs CPR dan Hs PCT pada pasien dengan infeksi virus influenza, bakteri dan keduanya pada H0 dan H7 perjalanan penyakit

6. Mengetahui hubungan antara faktor risiko usia, jenis kelamin, status vaksinasi influenza, dan penyakit komorbid lainnya dengan infeksi bakteri sekunder pada pasien dengan infeksi influenza.1.5. Manfaat Penelitian

Mengetahui proporsi dan gambaran klinis infeksi virus influenza pada pneumonia komunitas dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga dengan demikian dapat dilakukan tindakan pencegahan dengan vaksinasi influenza pada populasi umum dan dengan tidak langsung menurunkan angka mortalitas dan mortalitas akibat pneumonia komunitas.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAPendahuluan

Influenza merupakan infeksi saluran napas akut yang disebabkan oleh virus influenza A dan influenza B. Penyakit ini dapat ditemukan diseluruh dunia, terutama pada saat munculnya wabah dan epidemi. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan meliputi gejala keterlibatan saluran napas bagian atas maupun bawah, disertai dengan gejala konstitusional seperti demam, skait kepala, mialgia dan kelemahan. Walaupun penyakit ini menyebabkan penurunan kemampuan kerja, penyakit ini bersifat swasirna (self-limited) pada populasi umum (uncomplicated influenza). Namun demikian, pada populasi tertentu, penyakit ini berhubungan dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (complicated influenza).1

Komplikasi yang timbul dari infeksi virus influenza bervariasi. Pneumonia merupakan komplikasi tersering yang ditemukan pada pasien dengan infeksi influenza, namun komplikasi lain yang melibatkan otot dan sistem saraf pusat juga dapat ditemukan. Komplikasi seperti miositis dan rhabdomiolisis yang sering ditemukan pada anak-anak, serta meningitis aseptik, mielitis transversa, ensefalitis, sindrom Guillain Barre juga dapat ditemukan.2,3,4 Miokarditis dan perikarditis dilaporkan terjadi saat pandemi influenza tahun 1918, namun laporan kasusnya semakin menurun saat ini.5

Pneumonia sebagai komplikasi infeksi influenza sering ditemukan pada populasi umum. Insidennya semakin tinggi pada kelompok risiko tinggi seperti pasien dengan penyakit dasar kardiovaskular, penyakit paru kronik; pasien dengan komorbid seperti diabetes melitus, penyakit ginjal, hemoglobinopati atau dalam kondisi imun supresi; orang dalam perawatan kronik atau panti jompo; dan pada orang sehat yang berusia lebih dari 50 tahun. Pneumonia ini dikategorikan lebih lanjut ke dalam pneumonia virus primer, pneumonia bakteri sekunder atau campuran dari keduanya.6 Masing-masing kelompok pneumonia ini lebih lanjut membutuhkan penatalaksanaan yang berbeda dan memberikan prognosis yang berbeda-beda pula. Perlu ditekankan perlunya penegakan diagnosis yang tepat dalam penatalaksanaan komplikasi pneumonia akibat infeksi influenza tersebut agar dapat dihindari penggunaan antibiotika berlebihan pada pneumonia virus primer dan penggunaan antivirus yang tidak pada tempatnya. Makalah ini lebih lanjut akan membahas mengenai pendekatan diagnosis dan penatalaksanaan komplikasi pneumonia pada infeksi virus influenza.

Virologi

Virus influenza merupakan anggota famili Orthomyxoviridae, yang terdiri dari 3 genera yaitu virus influenza A, influenza B dan influenza C.6 Pengelompokan influenza in berdasarkan karakteristik antigen nukleoprotein (NP) dan protein matriks (M). Virus influenza A lebih lanjut dikelompokkan dalam beberapa subtipe berdasarkan antigen permukaan hemaglutinin (H) dan neuraminidase (N).7,8,9 Nama dari sebuah virus terdiri dari asal virus, nomor isolat, tahun isolasi, dan subtipe, contohnya influenza A/Hiroshima/52/2005 (H3N2). Influenza A memiliki 16 subtipe antigen H dan 9 subtipe antigen N dimana hanya subtipe H1, H2, H3, N1 dan N2 berkaitan dengan kejadian epidemi influenza pada manusia. Virus influenza B dan C dikelompokkan seperti virus influenza A, namun antigen H dan N dari virus ini tidak dibagi dalam beberapa subtipe karena variasi intratypic lebih sedikit dan tidak ditemukan.7,8

Virus influenza A dan B merupakan patogen utama dan paling banyak diteliti. Secar morfologi keduanya mirip, virion dengan diameter 80-120 nm, berbentuk partikel sferis ireguler, mempunyai envelope dari lemak yang mengandung glikoprotein H dan N. Hemaglutinin merupakan situs tempat virus melekat pada reseptor asam sialat, dan neuraminidase mendegradasi reseptor tersebut kemudian berperan dalam pelepasan virus dari sel yang terinfeksi setelah proses replikasi berlangsung.9Virus Influenza memasuki sel melalui proses endositosis yang diperantarai reseptor, kemudian membentuk endosom berisi virus tersebut. Hemaglutinin memperantari fusi antara membran endosom dengan envelope virus, dan nukleokapsid virus lebih lanjut akan dilepaskan ke dalam sitoplasma. Respon imunitas terhadap antigen H merupakan determinan utama dalam perlindungan terhadap infeksi virus influenza, sedangkan antigen N berperan dalam penyebaran virus dan reduksi infeksi. Envelope lipid pada virus influenza A juga mengandung protein M1 dan M2, yang berperan dalam stabilisasi envelope virus dan proses perakitan komponen virus. Virion juga mengandung antigen NP, yang dikaitkan dengan genom virus, sama seperti protein polimerase yang penting untuk proses transkripsi dan sintesis RNA virus. Terdapat dua protein nonstructural yang berperan sebagai antagonis regulator post-transkripsi (NS1) dan nuclear export factor (NS2 atau NEP).7,8

Epidemiologi

Influenza muncul dalam beberapa kejadian wabah yang bervariasi dan dapat ditemukan hampir tiap tahun. Pola epidemiologi ini menggambarkan perubahan antigen dari virus influenza, dan penyebarannya tergantung dari kerentanan populasi. Virus influenza A mempunyai kemampuan paling besar dalam mengubah secara periodik karakteristik glikoprotein envelope mereka, sehingga mengakibatkan beberapa wabah akhir-akhir ini. Perubahan glikoprotein in disebut sebagai antigenic shift dan antigenic drift. Antigenic shift dikaitkan dengan epidemi dan pandemi influenza A, sedangkan antigenic drift dikaitkan dengan wabah local. Beberapa pandemi yang telah terjadi seperti pandemi pada tahun 1918 dan 1919 (swine influenza atau Spanish influenza; H1N1)10, tahun 1957 (H2N2), 1968 (H3N2)11 dan 1977 (H1N1), serta kasus avian influenza dan swine influenza akhir-akhir ini. Sejak tahun 1977, A/H1N1 dan A/H3N2 beserta virus influenza B sering menyebabkan wabah secara bersamaan.12

Waktu diantara kejadian antigenic shift diisi oleh kejadian antigenic drift yang menyebabkan wabah. Wabah ini biasanya bersifat kurang ekstensif dan berat bila dibandingkan pandemi atau epidemi yang disebabkan oleh antigenic shift. Antigenic drift disebabkan oleh adanya mutasi noktah (point mutation) dari gen RNA yang mengkode protein neuraminidase atau hemaglutinin, dan terjadi secara sekuensial selama proses infeksi berlangsung di antara populasi yang rentan.13 kejadian antigenic shift tidak serta merta hanya disebabkan oleh adanya mutasi nokktah, dan asal galur (stain) penyebab pandemi sering tidak dapat ditemukan.

Kejadian komplikasi pneumonia pada pasien dengan infeksi influeza dapat ditemukan bervariasi. Dari beberapa survey di luar negeri ditemukan kejadian perawatan di rumah sakit akibat pneumonia berkaitan dengan semakin bertambahnya usia, komorbid yang mendasari, dan status vaksinasi influnza.14 Mortalitas berkaitan dengan infeksi influenza lebih tinggi ditemukan pada pasien tua. Pada studi di Amerika ditemukan peningkatan tingkat perawatan di rumah sakit akibat pneumonia influenza primer sampai 20% dari tahun 1988-1990 sampai 2000-2002 pada pasien berusia 65-85 tahun dengan risiko kematian meningkat sampai 50% bila dibandingkan dengan penyakit lainnya.15 Risiko pneumonia pada pasien tua meningkat bila disertai kondisi komorbid seperti penyakit jantung kronik dan penyakit paru, atau diabetes.16 Pemberian vaksin influenza dapat menurunkan kejadian influenza berat pada pasien usia 65 tahun dengan komorbid penyakit kardiovaskular atau stoke pada penelitian kohort skala besar.17 Diagnosis Klinis

Komplikasi pneumonia pada infeksi influenza dikelompokkan menjadi pneumonia virus primer, pnemonia bakteri sekunder dan campuran atau keduanya. Masing-masing mempunyai karakteristik gejala dan tanda yang saling tumpang tindih sehingga dapat menyebabkan kejadian misdiagnosis atau overdiagnosis.

Uncomplicated Pneumonia

Diagnosis influenza dapat sulit untuk ditegakkan berdasarkan gejala klinis saja. Karena gejala awal influenza dapat menyerupai penyakit lain seperti infeksi mycoplasma pneumoniae, adenovirus, respiratory synctitial virus, rhinovirus, parainfluenza diseases, dan legionella Sp. Pemeriksaan penunjang dapat membantu penegakan diagnosis influenza, namun tidak semua pasien harus dilakukan pemeriksaan tersebut. Beberapa infeksi bakteri dapat menimbulkan gejala mirip influenza, oleh karena itu pada pasien dengan kecurigaan ke arah tersebut, maka pemeriksaan penunjang dan terapi harus sesuai.

Infeksi influenza biasa biasanya muncul gejala sistemik yang lebih dominan seperti demam, menggigil, sakit kepala, mialgia, malaise, dan anoreksia. Bila berat dapat disertai pusing dan mual-muntah. Gejala sistemik biasanya muncul dan menetap selama 3 hari. Gejala saluran napas seperti batuk kering, nyeri menelan pada faring, hidung tersumbah dan pilek biasanya juga muncul pada onset penyakit. Gejala sistemik yang lebik mencolok membedakan antara infeksi influenza dengan virus lain.18,19 Pneumonia Virus Primer (Primary Viral Pneumonia)

Kejadian pneumonia komunitas disebabkan oleh virus berkisar antara 1-23% dengan influenza sebagai virus penyebab yang terbanyak. Pola penyebaran virus tergantung pada jenis virus yang terlibat. Transmisi termasuk melalui droplet besar yang ditularkan dalam jarak dekat (