Upload
rahman-galih
View
136
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Sepsis masih merupakan penyebab utama kematian neonatus khususnya di negara berkembang. Angka kematian akibat sepsis diperkirakan sebesar 30 50 % dari seluruh kematian neonatus. Sepsis pada neonatus merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas bermakna terutama pada bayi bayi preterm dan berat lahir rendah. Meskipun perkembangan unit perawatan intensif neonatus semakin pesat, namun case fatality rate (CSF) masih berkisar dari 20 %, sampai 50 % (Bizzaro et al, 2005). WHO memperkirakan 1,6 juta bayi meninggal tiap tahunnya akibat infeksi yang terjadi pada masa neonatal (Trotman et al, 2006). Di Amerika Serikat,1 sampai 5 kasus per 1000 kelahiran hidup mengalami infeksi, dan bayi bayi dengan faktor risiko mempunyai kemungkinan besar berkembang mengalami sepsis (Gardner, 2009). Pada bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), mortalitasnya sangat tinggi, 35% bayi yang mendapat sepsis neonatal onset awal akan meninggal dibandingkan 11% kematian bayi dengan sebab lain. (Puopolo, 2008). Pengeluaran biaya kesehatan di Amerika Serikat untuk penanganan sepsis setiap tahunnya menelan biaya sekitar 16,7 milyar US $ (Carrigan et al, 2004). Martin et al, (2003) lain menyimpulkan bahwa meskipun angka kematian meneliti semakin epidemiologi sepsis di Amerika Serikat dari tahun 1979 2000, antara menurun dari 27,8 % menjadi 17,9 %, tetapi insidensi sepsis meningkat yaitu rata rata 8,7 % setiap tahunnya. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga Tahun 2001, dilaporkan bahwa angka kematian bayi baru lahir di Indonesia terutama disebabkan antara lain oleh karena infeksi dan bayi berat lahir rendah. Kondisi tersebut berkaitan erat dengan komplikasi kehamilan, pertolongan persalinan, dan perawatan bayi baru lahir
1
(Bappenas, 2007). Dari data kematian perinatal yang ada di Indonesia, 29,9 % dilaporkan terjadi pada hari pertama, dan 75,6 % pada satu minggu setelah lahir (Titaley et al, 2008). RSUD Ulin, sebagai rumah sakit rujukan Propinsi Kalimantan Selatan & Tengah serta sebagian wilayah Kalimantan Timur, pada tahun 2008 telah merawat 1310 bayi, 15 % diantaranya adalah sepsis neonatal dengan angka kematian 51 % (Yunanto, 2009). Kejadian sepsis pada neonatus tidak hanya menimbulkan kematian atau pengeluaran biaya yang besar, bayi yang berhasil melewati masa kritis, dapat mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental hipertensi pulmonal (Stoll et al, 2004). Sekuele neurologis kegagalam respirasi. Komplikasi disebabkan oleh meningitis atau akibat hipoksemia dari syok septik, persisten, terjadinya hipotensi dan peningkatan sitokin inflamasi selama sepsis akan menimbulkan gangguan pada susunan saraf pusat yang sedang berkembang (Puopolo, 2008). Beberapa faktor yang menyebabkan masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas neonatus akibat sepsis antara lain adalah, gejala dan tanda sepsis yang klasik jarang ditemukan pada neonatus, pemeriksaan laboratorium yang kurang menunjang serta biakan darah yang merupakan baku emas untuk diagnosis baru memberikan hasil setelah 3 5 hari, dan sistem imun pada neonatus khususnya bayi bayi preterm yang masih rendah (Aminullah, 2005). Monitoring tanda tanda klinis yang spesifik seperti denyut jantung dapat digunakan memprediksi pemeriksaan adanya sebagai salah satu physiomarker untuk neonatal yang serta komplikasi kearah Respon - respon patomekanis serta mendukung, merupakan infeksi
kematian (Griffin et al, 2005). laboratorium
lain
komponen penting dalam menunjang keberhasilan diagnosis awal serta penanganan sepsis neonatorum. Septic work-up yang dilakukan harus selalu mengikuti perkembangan hasil hasil penelitian mutakhir, dengan diagnosis dan pengobatan adekuat, akan berdampak luar biasa bagi outcome pasien sepsis (Chiesa et al, 2004).
2
Tanda
dan
gejala
sepsis
neonatal
biasanya
tidak
jelas,
nonspesifik, dan mirip dengan tanda dan gejala penyakit penyakit neonatal lainnya, seperti hipoglikemia, hipotermia, distres respirasi, apne padsa bayi prematur, gangguan neurologis, dan kelainan jantung. Tindakan yang paling penting adalah mengenali seawal mungkin tanda dan presentasi klinis tersebut (Gardner, 2009), selain gejala klinis dengan ditunjang beberapa pemeriksaan laboratorium yang tidak terlalu rumit (Newborn Scale Of Sepsis / SOS) dapat membantu menegakkan diagnosis awal sepsis untuk segera mendapatkan penanganan yang tepat (Rubath, 2005).
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana
pengaruh penambahan antioksidan terhadap stres oksidatif pada darah dan cairan mulut neonatus sepsis di RSUD Ulin
Banjarmasin selama bulan Desember 2009-Mei 2010? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan antioksidan terhadap stres oksidatif pada darah dan cairan mulut neonatus sepsis di RSUD Ulin
Banjarmasin selama bulan Desember 2009 - Mei 2010 . Tujuan khusus penelitian ini adalah:
3
1. Mengukur
kadar H2O2 pada cairan mulut dan darah
neonatus sepsis yang diterapi antibiotik di RSUD Ulin selama Desember 2009 - Mei 2010.2. Mengukur aktivitas katalase pada cairan mulut dan darah
neonatus sepsis yang diterapi antibiotik di RSUD Ulin selama Desember 2009 - Mei 2010.3. Mengukur aktivitas peroksidase pada cairan mulut dan
darah neonatus sepsis yang diterapi antibiotik di RSUD Ulin selama Desember 2009 - Mei 2010. 4. Mengetahui indeks peroksidase pada cairan mulut dan darah neonatus sepsis yang diterapi antibiotik di RSUD Ulin selama Desember 2009 - Mei 2010.5. Mengukur
kadar H2O2 pada cairan mulut dan darah
neonatus sepsis yang diterapi antibiotik dengan antioksidan di RSUD Ulin selama Desember 2009 - Mei 2010. 6. Mengukur aktivitas katalase pada cairan mulut dan darah neonatus sepsis yang diterapi antibiotik dengan antioksidan di RSUD Ulin selama Desember 2009 - Mei 2010. 7. Mengukur aktivitas peroksidase pada cairan mulut dan darah neonatus sepsis yang diterapi antibiotik dengan
antioksidan di RSUD Ulin selama Desember 2009 - Mei 2010.
4
8. Mengukur indeks peroksidase pada cairan mulut dan darah neonatus sepsis yang diterapi antibiotik dengan antioksidan di RSUD Ulin selama Desember 2009 - Mei 2010. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Memberikan bukti ilmiah tentang
pengaruh penambahan antioksidan pada neonatus sepsis yang diterapi antibiotik. 2. Menjadi landasan penerapan pemberian antioksidan pada tatalaksana terapi neonatus sepsis di RSUD Ulin Banjarmasin.
5
BAB II METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian mengukur ini merupakan H2O2, studi aktivitas experimental katalase, dengan aktivitas
kadar
peroksidase, dan indeks peroksidase pada neonatus sepsis sebelum dan sesudah pemberian antibiotik dan antibiotik beserta antioksidan.
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi Seluruh neonatus yang didiagnosa sepsis secara klinis dan dirawat selama periode Desember 2009-Mei 2010 di Rumah Sakit Umum Daerah ULIN Banjarmasin 2. Sampel Sampel diambil dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut: Kriteria inklusi : Bayi terdiagnosis klinis sepsis
Kriteria eksklusi :
6
-
Pengambilan sampel dilakukan lebih dari 5 hari setelah pemberian terapi.
-
Ada kelainan bawaan yang berat.
C. Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah alat gelas (Pyrex ), spuit injeksi 3 cc beserta jarumnya, tourniquet, kapas alkohol 70%, suction, alat gelas dan tabung reaksi kecil (PYREX), rak tabung reaksi, aluminium foil, sentrifuge (G.P.), stopwatch (HANHART), inkubator (GFL), mikropipet dan tip mikropipet (BRAND), termos es, freezer bersuhu -300, spektrofotometer masker. Bahan yang digunakan adalah H2O2, PBS (pH 7,4), FeCl3, Aquadest, O-Fenantrolin, plasma, reagen EDTA. NaCl0,9%.,hemolisat, buffer fosfat (pH 7,0), es batu, Preparasi cairan mulut. D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian antibiotik dan pemberian antibiotik dengan antioksidan. 2. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar H2O2 (hidrogen peroksida), aktivitas peroksidase, aktivitas (GENESYS 20), kuvet, sentrifuge (Centurion), es batu, kapas, plester, sarung tangan dan
7
katalase dan indeks peroksidase pada darah dan cairan mulut neonatus sepsis. 3. Variabel Pengganggu Trauma kelahiran. Definisi Operasional 1. Neonatus dengan risiko Sepsis Bayi baru lahir berumur maksimal 28 hari dan didiagnosis sepsis secara klinis. 2. Antibiotik Senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan pada pengenceran tinggi mampu sepsis, menghambat kombinasi
mikroorganisme
penyebab
yaitu
ampisilin dan gentamisin serta kombinasi meropenem dan ceftazidim. 3. Antioksidan Semua senyawa yang dapat meredam dampak negatif oksidan, termasuk dalam penghambatan dan
penghentian kerusakan oksidatif terhadap suatu molekul target. Antioksidan yang digunakan pada penelitian ini adalah vitamin C, vitamin A, vitamin K, dan vitamin E. 4. Hidrogen Peroksida H2O2 merupakan kadar oksidan kuat pada neonatus sepsis sebelum dan sesudah pemberian antibiotik dan
8
antibiotik dengan antioksidan. Kadar hidrogen peoksida diukur menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 505 nm. 5. Aktivitas katalase Aktivitas katalase adalah jumlah degradasi H2O2 oleh enzim katalase tiap ml/menit pada neonatus sepsis
sebelum dan sesudah pemberian antibiotik dan antibiotik dengan antioksidan. Aktivitas katalase dengan diukur panjang
menggunakan
spektrofotometer
gelombang 240 nm selama 30 detik. 6. Aktivitas peroksidase Aktivitas peroksidase adalah aktivitas enzim yang diukur dengan menggunakan metode Kanehira et al berupa selisih absorbansi campuran darah, FeCl3, buffer fosfat (pH 7,4) dan ortofenantrolin pada awal pengukuran dengan absorbansi setelah inkubasi 1 menit. Absorbansi diukur menggunakan spektofotometer pada panjang
gelombang () 505 nm. Satuan yang digunakan menit-1. 7. Indeks Peroksidase
9
Indeks peroksidase adalah perbandingan antara nilai kadar hidrogen peroksida terhadap nilai aktivitas
peroksidase. 8. Cairan Mulut Cairan mulut adalah seluruh air liur yang
disekresikan ke dalam rongga mulut berupa sekret jernih, basa dan agak kental dari kelenjar parotidea,
submaksilaris, sublingualis dan kelenjar mukosa kecil mulut lainnya dari neonatus sepsis. 9. Darah Darah adalah cairan yang terdiri dari sel darah merah, sel darah putih, dan keping darah yang tersuspensi dalam plasma yang telah terinfeksi bakteri. 10. Serum darah Serum darah adalah cairan bening yang memisah setelah darah yang telah terinfeksi bakteri dibekukan dan tidak terdapat faktor pembekuan fibrinogen.
E. Prosedur Penelitian
10
Langkah-Langkah Prosedur penelitian beserta rinciannya disajikan dalam skema berikut ini: Gambar 1. Skema Prosedur Penelitian
a.
Pengambilan Sampel I : 1. Pengambilan darah dan cairan mulut neonatus yang didiagnosis sepsis secara klinis di RSUD Ulin
Banjarmasin dilakukan sebelum diberi terapi. 2. Rincian teknis pengambilan sampel :
Pengambilan
darah
dilakukan
oleh
tenaga
medis di bagian anak RSUD Ulin. Pengambilan cairan mulut tanpa rangsangan dikumpulkan oleh tenaga medis dari neonatus menggunakan suction manual dengan pipet steril sekali pakai. (12)
11
Cairan mulut dimasukkan ke dalam tabung,
kemudian tabung diberi label yang berisi keterangan berupa nama neonatus, sampel, jenis kelamin, tanggal akan
pengambilan diberikan.
jenis
terapi
yang
Darah dimasukkan ke dalam tabung, kemudian
tabung diberi label yang berisi keterangan berupa nama neonatus, jenis kelamin, tanggal pengambilan sampel, jenis terapi yang akan diberikan. Kaki neonatus sepsis yang diambil cairan mulut
dan darahnya sebagai sampel, diberi pita kuning untuk menandakan neonatus yang diberi terapi antibiotik saja. Sedangkan pita hijau untuk
menandakan neonatus yang diberi terapi antibiotik dan antioksidan.
Kondisi penyimpanan sementara untuk plasma
atau serum perlu mendapat perhatian karena mudah rusak terutama pada waktu masih dalam bentuk cairan lebih mudah berinteraksi dengan kontainer dibandingkan dengan bentuk padatan atau serbuk. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa apabila serum dan cairan mulut akan disimpan untuk
beberapa waktu maka penyimpanan harus dilakukan
12
sesegera
mungkin
setelah
pemisahan.
Waktu
penyimpanan sampai 4 minggu pada suhu 20OC tidak menyebabkan perubahan yang signifikan pada hasil analisis. Sekalipun demikian penyimpanan yang paling aman adalah dalam bentuk serbuk, dan pengering-bekuan (freeze-drying) atau liofilisasi
merupakan metode yang paling baik. (13) b. Pengiriman Sampel ke Laboratorium1. Tabung sampel yang telah disimpan di lemari es
bersuhu 20OC, diambil dan dimasukkan ke dalam termos yang berisi es batu. 2. Dibawa ke laboratorium biokimia Fakultas
Kedokteran Unlam Banjarbaru. c. Pemeriksaan Laboratorium Sampel I dan
Pemeriksaan Laboratorium Sampel II1.
Pemeriksaan H2O2
(hidrogen peroksida)
(14) Darah Prinsip : Fe Fe3+
+ e Fe
2+
2+
+ O- Fenantrolin dengan warna merah
Pembuatan larutan standart
13
Sebanyak 1m H2O2 200 l + 160 l PBS PH 7 ,4 + 160 l FeCl3 dilarutkan dalam 750 ml Aquadest + 160 l O-Fenantrolin (120 mg O-Fenantrolin dilarutkan dalam 100ml Aquadest).Kemudian diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang .Setelah itu sentrifuge 12.000 g selama10 menit.Supernatan diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 505nm. Pembuatan larutan uji Sebanyak 200 l plasma ditambah dengan 160 l PBS PH 7,4 ditambah lagi dengan 160 l FeCl3 dilarutkan dalanm 750 ml Aquadest dan kita
tambahkan lagi dengan 160 l O-fenantrolin (120 g O-Fenantrolin dilarutkan dalam 100ml
Aquadest ).Kemudian kita inkubasi selama 30 menit pada suhu ruang.setelah itu sentrifuge 12.000 g selama 10 menit.Supernatan diukur Absorbansinya pada panjang gelombang 505 nm. Pembuatan larutan blanko Sebanyak 200 l plasma ditambah 160 l PBS PH 7,4 lalu kita tambah dengan 160 l aquadest dan 160 l O- Fenantrolin (120 g O-Fenantrolin dilarutkan dalam 100ml Aquadest ).Kemudian kita inkubasi selama 30 menit pada suhu ruang.setelah itu
14
sentrifuge 12.000 g
selama 10 menit.Supernatan
diukur Absorbansinya pada panjang gelombang 505 nm. Perhitungan : Kadar peroksida total = Au Ab x 1 mol/L H2O2 As Cairan Mulut Prinsip : Fe Fe3+
+ e Fe
2+
2+
+ O- Fenantrolin dengan warna merah
Pembuatan larutan standart Sebanyak 1m H2O2 200 l + 160 l PBS PH 7 ,4 + 160 l FeCl3 dilarutkan dalam 750 ml Aquadest + 160 l O-Fenantrolin dalam (120 mg O-Fenantrolin
dilarutkan
100ml
Aquadest).Kemudian
diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang .Setelah itu sentrifuge 12.000 g selama10 menit.Supernatan diukur 505nm. Pembuatan larutan uji Sebanyak 200 l cairan mulut ditambah dengan 160 l PBS PH 7,4 ditambah lagi dengan 160 l FeCl3 dilarutkan dalanm 750 ml Aquadest dan absorbansinya pada panjang gelombang
15
ditambahkan lagi dengan 160 l O-fenantrolin (120 g O-Fenantrolin dilarutkan dalam 100ml
Aquadest ).Kemudian diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang.setelah itu sentrifuge 12.000 g selama 10 menit.Supernatan diukur Absorbansinya pada panjang gelombang 505 nm. Pembuatan larutan blanko Sebanyak 200 l cairan mulut ditambah 160 l PBS PH 7,4 lalu ditambah dengan 160 l aquadest dan 160 l O- Fenantrolin (120 g O-Fenantrolin dilarutkan dalam 100ml Aquadest ).Kemudian
diinkubasi selama 30 menit pada suhu ruang.setelah itu sentrifuge 12.000 g selama 10 menit.Supernatan diukur Absorbansinya pada panjang gelombang 505 nm. Perhitungan : Kadar peroksida total = Au Ab x 1 mol/L H2O2 As 2. Pemeriksaan Peroksidase (15)
Darah Pemeriksaan aktivitas peoksidase darah dilakukan dengan cara memasukkan 1 ml darah ke dalam tabung yang berisi EDTA. Sel darah merah dipisahkan dengan
16
sentrifugasi selama 10 menit pada 1400 rpm. Sel darah merah kemudian dicuci 3 kali dengan larutan NaCl 0,9%. Setelah pencucian, sel darah merah dipecah dengan penambahan aquades dingin. Hemolisat yang dihasilkan digunakan untuk menetapkan aktivitas peroksidase Masukkan 1 mL hemolisat, 15 L FeCl3, 15 L buffer fosfat (pH 7,0) serta 15 L ortofenantrolin. Selanjutnya absorbansinya diukur pada = 505 nm (A0). Setelah diukur absorbansinya, cairan diinkubasi selama 1 menit pada suhu ruang, lalu diukur kembali absorbansinya dengan panjang gelombang yang sama (A1). Perhitungan :Aktivitas Peroksidase = C/t (M/menit -1)
Keterangan : t
C
= Perubahan konsentrasi
= Perubahan waktu
Cairan Mulut Preparasi saliva/cairan mulut Saliva diambil dari subyek yang telah mencuci mulut dengan akuades.jika pengerjaannya tidak langsung maka disimpan dalam frezer suhu 20 C.Sampel saliva yang diambil dari frezer harus dicairkan terlebih dahulu
sebelum digunakan .setelah itu saliva divortex kemudian
17
di sentrifuge dengan kecepatan 300 rpmselama 15 menit. Selanjutnya supernatan dibuang dan bagian yang bening diambil dengan menggunakan pipet dan dimasukan ke dalam tube yang telah dilabel untuk diuji. Aktivitas peroksidase (Pox) Sebanyak 1ml saliva dicampurkan dengan 15 l FeCl3 + 15 lBuffer phosfat PH 7 + 15 l Ortofenantrolin. Selanjutnya diukur Absorbansinya pada panjang
gelombang 505 nm (Ao). Setelah diukur Absorbansinya campurkan di dalam
inkubasi selama 1 menit pada suhu ruang lalu diukur kembali Absorbansinya dengan panjang gelombang yang sama (A1). Perhitungan :Aktivitas Peroksidase = A/t (menit -1)
Keterangan : t
A
= Perubahan absorbansi
= Perubahan waktu
Aktifitas spesifik= Aktifitas Pox /gram protein (protein dapat diukur dengan metode lowry). 3. Pemeriksaan Katalase (16) Darah Pemeriksaan aktivitas katalase darah dilakukan
dengan cara memasukkan 1 ml darah ke dalam tabung
18
yang berisi EDTA. Sel darah merah dipisahkan dengan sentrifugasi selama 10 menit pada 1400 rpm. Sel darah merah kemudian dicuci 3 kali dengan larutan NaCl 0,9%. Setelah pencucian, sel darah merah dipecah dengan penambahan aquades dingin. Hemolisat yang dihasilkan digunakan untuk menetapkan aktivitas katalase. Tabel 1. Pemeriksaan katalase Kuvet o Hemolisat Dapar fosfat mL Catat serapan pada = 240 nm dan pada t0 H2O2 Reaksi berjalan setelah penambahan H2O2 pada tabung uji dan serapan diikuti selama 30 detik Catat serapan pada = 240 nm dan pada t30 Aktivitas katalase tidak mengikuti hukum MichaelisMenten. Katalase yang mengkatalisis H2O2 ini mengikuti hukum eksponensial dan digambarkan dengan konstanta kecepatan k : k = ln 1 mL 1 mL 0,5 Blank Uji
[ S ] 1 /[ S ] 2t
19
dengan t adalah interval waktu, [S]1 dan [S]2 adalah konsentrasi H2O2 pada t1 dan t2. aktivitas katalase ditunjukkan eksponen dengan dengan kecepatan kerusakan konstanta k secara
H2O2 dan
dijumlahkan
dengan analisis regresi linier. Cairan Mulut Pemeriksaan aktivitas katalase cairan mulut
dilakukan dengan cara memasukkan 1 ml Cairan mulut. Kemudian dilakukan sentrifugasi selama 10 menit pada 1400 rpm. Cairan tersebut kemudian dicuci 3 kali dengan larutan NaCl 0,9%. Setelah pencucian cairan mulut tersebut digunakan untuk menetapkan aktivitas katalase. Tabel 2. Pemeriksaan katalase Kuvet o Cairan mulur Dapar fosfat mL Catat serapan pada = 240 nm dan pada t0 H2O2 Reaksi berjalan setelah penambahan H2O2 pada tabung uji dan serapan diikuti selama 30 detik Catat serapan pada = 240 nm dan pada t30 1 mL 1 mL 0,5 Blank Uji
20
Aktivitas katalase tidak mengikuti hukum MichaelisMenten. Katalase yang mengkatalisis H2O2 ini mengikuti hukum eksponensial dan digambarkan dengan konstanta kecepatan k : k = ln
[ S ] 1 /[ S ] 2t
dengan t adalah interval waktu, [S]1 dan [S]2 adalah konsentrasi H2O2 pada t1 dan t2. aktivitas katalase ditunjukkan eksponen dengan dengan kecepatan kerusakan konstanta k secara
H2O2 dan
dijumlahkan
dengan analisis regresi linier.
d. Pemberian Terapi Neonatus yang sudah diambil serum dan cairan mulut sebagai sampel, diberi terapi sesuai dengan
prosedur tetap terapi neonatus sepsis di RSUD Ulin Banjarmasin. Apabila selama kurun waktu 3 hari penderita sepsis neonatus tidak mengalami perbaikan kondisi atau jika terjadi reaksi allergi (seperti, rash, gatal, kesulitan
bernafas, berkeringat, atau mempunyai masalah ginjal,
21
meningitis bacterial maka terapi ampisilin-gentamisin akan diganti dengan meropenem atau Ceftazidime.(5) Sampel pertama diberi terapi antibiotik dan
antioksidan, kemudian sampel kedua diberi antibiotik. Sampel selanjutnya diterapi antibiotik dengan antioksidan demikian seterusnya secara bergantian. Kaki neonatus diberi pita kuning untuk menandakan neonatus yang diberi terapi antibiotik saja. Sedangkan pita hijau untuk menandakan neonatus yang diberi terapi antibiotik dan antioksidan. e. Pengambilan Sampel II :
1. Pengambilan darah dan cairan mulut neonatus yang didiagnosis sepsis secara klinis di Rumah Sakit Umum Daerah Ulin Banjarmasin dilakukan dalam jangka waktu maksimal 5 hari setelah pemberian terapi. 2. Rincian teknis pengambilan sampel :
Pengambilan darah dilakukan oleh tenaga medis yang terampil di bagian anak RSUD Ulin. Pengambilan whole saliva tanpa rangsangan dikumpulkan oleh peneliti dari neonatus dengan menggunakan suction manual
dengan pipet steril sekali pakai.(12) Cairan mulut dimasukkan ke dalam tabung, kemudian tabung diberi label yang berisi keterangan berupa
22
nama neonatus, jenis kelamin, tanggal pengambilan sampel, jenis terapi yang sudah diberikan. Darah dimasukkan ke dalam tabung, kemudian tabung diberi label yang berisi keterangan berupa nama neonatus, jenis kelamin, tanggal pengambilan sampel, jenis terapi yang sudah diberikan.. Neonatus sepsis yang diambil cairan mulut dan
darahnya sebagai sampel, diberi pita kuning untuk menandakan antibiotik neonatus yang diberi pita diberi terapi hijau terapi berupa untuk berupa
saja.
Sedangkan yang
menandakan
neonatus
antibiotik dan antioksidan.
Kondisi penyimpanan sementara untuk plasma atau serum perlu mendapat perhatian, karena mudah rusak terutama pada waktu masih dalam bentuk cairan lebih mudah berinteraksi dengan kontainer dibandingkan dengan bentuk padatan atau serbuk. Banyak peneliti mengemukakan bahwa apabila serum dan cairan mulut perlu disimpan untuk beberapa waktu maka
penyimpanan
harus
dilakukan
sesegera
mungkin
setelah pemisahan. Waktu penyimpanan sampai 4 minggu pada suhu 20OC tidak pada menyebabkan hasil analisis.
perubahan
yang
signifikan
23
Sekalipun demikian penyimpanan yang paling aman adalah dalam bentuk serbuk, dan pengering-bekuan (freeze-drying) atau liofilisasi merupakan metode yang paling baik. (13) f. Pengiriman Sampel II ke Laboratorium1.
Tabung sampel yang telah disimpan di lemari
es bersuhu 20OC, diambil dan dimasukkan ke dalam termos yang berisi es batu. 2. Dibawa ke laboratorium biokimia Fakultas
Kedokteran Unlam Banjarbaru. g. Pemeriksaan Laboratorium Sampel II Pemerikasaan yang dilakukan sama seperti prosedur pemeriksaan sampel I. F. Cara Pengumpulan dan Pengolahan Data Darah dan cairan mulut yang sudah diambil kemudian diukur aktivitas peroksidase, peroksidase, dengan katalase, katalase, hidrogen hidrogen alat
peroksidanya. peroksida
Aktivitas diperiksa
menggunakan
spektrofotometer GENESYS 20 ( = 505 nm). Data aktivitas peroksidase, katalase, hidrogen peroksida kemudian dicatat dan dibuat reratanya pada setiap kelompok perlakuan. G. Cara Analisis Data
24
Data
aktivitas
katalase,
peroksidase
dan
hidrogen
peroksida sebelum dan sesudah pemberian
antibiotik dan
antibiotik beserta antioksidan yang diperoleh ditampilkan dalam tabel dan diperjelas dengan diagram. Kemudian dilakukan uji normalitas dengan uji Saphiro-Wilk. Setelah diketahui data terdistribusi secara normal, perbedaan rerata aktivitas katalase, peroksidase dan hidrogen peroksida
sebelum dan sesudah pemberian beserta antioksidan
antibiotik dan antibiotik
kemudian dianalisis secara statistik
menggunakan uji t berpasangan. Jika distribusi data tidak normal maka dilakukan transformasi data menjadi data normal dan homogen, dan jika data tetap tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji alternatif, yaitu uji Wilcoxon. I. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Ulin Banjarmasin dan Laboratorium Kimia/Biokimia Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru . Waktu pelaksanaan diringkas dalam tabel 1 berikut ini. Tabel 3. Waktu Pelaksanaan Penelitian
25
Waktu Pelaksanaan Bulan Bulan II Kegiatan I (Desem (Nove ber) mber) Penyusunan Proposal Konsultasi Seminar KTI I Perbaikan Pelaksanaan Penelitian Pengolahan dan Analisis Data Seminar KTI II Perbaikan Penyusunan Laporan J. Biaya Penelitian (Januari) ) Bulan III (Februari (Maret) (April) Bulan IV Bulan V VI (Mei) (Juni) Bulan Bulan VII VII Bulan
26
Penelitian berikut: 1.
ini
diperkirakan
memerlukan
biaya
sebagai
Spuit 3 cc Rp.
@ Rp. 3.000 X 30 sampel X 2 pengambilan 180.0002.
Sarung
tangan @ Rp. 3.000 X 30 sampel X 2 pengambilan 180.000 3. i Rp. 10.000/ PP X 30 sampel X 2 pengambilan Rp. 600.000 4. aan peroksidase Rp.27.500 /sampel X 2 (cairan mulut dan darah) X 2 pengukuran (pre dan post) X 30 sampel 3.300.000 5. Pemeriksaan katalase Rp. 7500 /sampel X 2 (cairan mulut dan darah) X 2 pengukuran (pre dan post) X 30 sampel6. Pemeriksaan H2O2
Rp.
Transportas
Pemeriks
Rp.
Rp. 900.000
27
Rp 27.500 /sampel X 2 (cairan mulut dan darah) X 2 pengukuran (pre dan post) 3.300.000 7. Penelusuran referensi 100.0008. Perbanyakan dan Penjilidan
Rp.
Rp.
Rp.
150.000 9. Administrasi 100.000 10.Media transport 50.000 11.Biaya Penggunaan Laboratorium @ 15.00x16 225.000 TOTAL Rp.9.085.000 Rp. Rp. Rp.
28