60
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banjir Rob merupakan ancaman banjir yang terjadi pada hampir setiap datangnya musim penghujan di daerah pesisir pantai. Seperti yang terjadi di Kecamatan Paku Haji, Desa Surya Bahari, Kabupaten Tangerang, menurut hasil wawancara kepada salah seorang warga, penyebab banjir rob di desa Surya Bahari disebabkan oleh naiknya air laut ke daratan karena terjadinya pasang air laut di daerah pesisir pantai. Ditambah lagi banjir rob terjadi akibat meluapnya volume air di sungai Cituis, sehingga limpahan air sungai Cituis yang seharusnya bermuara ke laut utara Jawa malah menggenangi daratan pinggir laut yang merupakan rumah-rumah penduduk desa nelayan pancing. Hal ini juga dikarenakan sungai Cituis merupakan sungai mati. Selain itu penyebab banjir rob di desa ini dikarenakan hilangnya kawasan hutan bakau yang disini sebagai pelindung pantai dari pasang air laut. Menurut data yang diperoleh dari masyarakat setempat bahwa banjir rob di Surya Bahari terjadi saat menjelang musim penghujan dimana volume air laut meningkat ditambah lagi dengan keadaan air laut yang sedang pasang, sehingga menyebabkan meluapnya air laut ke daratan. Menurutnya, luas yang dari air banjir rob tersebut menggenangi hingga pasar ikan yang dekat dengan pesisir pantai, tetapi hal itu tidak menghentikan proses transaksi jual-beli di 1

proposal penelitian Disaster Management

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kajian PRB banjir rob di desa surya bahari kab tangerang

Citation preview

Page 1: proposal penelitian Disaster Management

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banjir Rob merupakan ancaman banjir yang terjadi pada hampir

setiap datangnya musim penghujan di daerah pesisir pantai. Seperti

yang terjadi di Kecamatan Paku Haji, Desa Surya Bahari, Kabupaten

Tangerang, menurut hasil wawancara kepada salah seorang warga,

penyebab banjir rob di desa Surya Bahari disebabkan oleh naiknya

air laut ke daratan karena terjadinya pasang air laut di daerah

pesisir pantai. Ditambah lagi banjir rob terjadi akibat meluapnya

volume air di sungai Cituis, sehingga limpahan air sungai Cituis yang

seharusnya bermuara ke laut utara Jawa malah menggenangi

daratan pinggir laut yang merupakan rumah-rumah penduduk desa

nelayan pancing. Hal ini juga dikarenakan sungai Cituis merupakan

sungai mati. Selain itu penyebab banjir rob di desa ini dikarenakan

hilangnya kawasan hutan bakau yang disini sebagai pelindung

pantai dari pasang air laut.

Menurut data yang diperoleh dari masyarakat setempat bahwa

banjir rob di Surya Bahari terjadi saat menjelang musim penghujan

dimana volume air laut meningkat ditambah lagi dengan keadaan

air laut yang sedang pasang, sehingga menyebabkan meluapnya air

laut ke daratan. Menurutnya, luas yang dari air banjir rob tersebut

menggenangi hingga pasar ikan yang dekat dengan pesisir pantai,

tetapi hal itu tidak menghentikan proses transaksi jual-beli di pasar

itu. Namun, menyebabkan kerugian terhadap para penduduk desa

Surya Bahari yang sebagian besar mata pencahariannya adalah

nelayan. Kerugian tersebut adalah kurangnya penghasilan nelayan

dikarenakan tidak melaut akibat dari pasangnya air laut dan banjir

rob yang melanda, ditambah keadaan cuaca yang tidak

memungkinkan untuk melaut.

1

Page 2: proposal penelitian Disaster Management

Selain itu, di Desa Surya Bahari tidak memiliki regulasi atau

kebijakan setempat mengenai penanggulangan banjir Rob, belum

adanya kajian risiko bencana menambah dampak kerugian yang

massiv setiap tahunnya tanpa adanya upaya pengurangan dampak

kerugian. Sehingga, dengan adanya banjir rob pun masyarakat tidak

terlalu memahami bagaimana harus bertindak. Hal ini menyebabkan

masyarat menjadi terbiasa dan cenderung pasrah akan adanya

bencana banjir rob tersebut

Maka dari itu, pada spesialisasi disaster management ini, kami

akan melakukan sebuah penelitian mengenai “Analisis Resiko

Bencana Banjir Rob di desa Surya Bahari tahun 2015”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah resiko bencana banjir rob pada masyarakat desa

surya bahari?

C. Tujuan

Mengetahui resiko bencana banjir rob pada masyarakat desa Surya

Bahari.

D. Manfaat

1. Manfaat teoritis:

a. Untuk peneliti lain supaya dapat menjadi bahan acuan untuk

penelitian selanjutnya.

b. Membuat pemetaan ancaman banjir rob di desa Surya Bahari.

2. Manfaat praktis:

Untuk memberikan rekomendasi dalam bentuk peta agar adanya

perhatian khusus dari aparat desa dalam penanggulangan banjir

rob.

E. Output

Rekomendasi berupa hasil peta kajian mengenai ancaman banjir rob

di desa Surya Bahari.

2

Page 3: proposal penelitian Disaster Management

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Konsep Bencana

1. Definisi Bencana

Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007. Bencana adalah peristiwa atau

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-

alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa

manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.1

Menurut ISDR tahun 2004. Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap

keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas

pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang

melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan

menggunakan sumberdaya mereka sendiri.2

2. Jenis-jenis Bencana

a) Bencana Alam :

1 Nurjanah, et al, Manajemen Bencana Bandung, Alfabeta, 2012, hal 112 DIKTAT Disaster Management KMPLHK RANITA 2010,

3

Page 4: proposal penelitian Disaster Management

Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang

disebabkan oleh alam antara lain berupa Geologi; gempabumi, tsunami,

gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor

b) Bencana non-Alam :

Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa

nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi (kecelakaan transportasi,

industri), gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

c) Bencana Sosial :

Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau

antarkomunitas masyarakat, dan teror.3

3. Konsep Dasar Bencana

Pengertian dasar tentang bencana dapat dikonsepsikan sebagai berikut:

Rb = Kr . An

Kp

Keterangan:

Rb : Resiko Bencana

Kr : Kerentanan

An : Ancaman

Kp : Kapasitas

Rumusan di atas memberikan pengertian bahwa sebuah ancaman bahaya

tidak akan serta merta menimbulkan bencana. Atau tidak akan ada bencana (risk)

jika ada ancaman (hazard) tapi kerentanan (vulnerability) tidak ada, begitu pula

sebaliknya jika ada kerentanan tapi ancaman tidak terjadi. Dengan demikian,

parameter bencana meliputi ancaman berupa bahaya alam dan kerentanan.

Mengingat kerentanan merupakan parameter internal yang tercipta dan berasal

dari manusia, maka upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat resiko

bencana adalah dengan mengurangi tingkat kerentanan. Pengurangan tingkat

kerentanan ini dilakukan dengan meng-introdus, me-modifikasi dan me-rekayasa

3Ibid

4

Page 5: proposal penelitian Disaster Management

terhadap komponen yang terdapat pada setiap aspek kerentanan meliputi fisik,

sosial, ekonomi, sistem dan kelembagaan. Nilai sebuah resiko bencana akan

ditentukan oleh nilai bahaya dan kerentanan yang masing-masing merupakan

hasil proses penilaian bahaya dan kerentanan.4

B. Banjir Rob

1. Definisi Banjir Rob

Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut dan

menggenangi daratan, merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih

rendah dari muka air laut. Permasalahan rob ini telah terjadi cukup lama dan

semakin parah karena terjadi penurunan muka tanah sedang muka air laut

meninggi sebagai akibat pemanasan suhu bumi.5 Banjir seperti ini kerap melanda

kota Muara Baru di Jakarta. Air laut yang pasang ini umumnya akan menahan air

sungai yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol tanggul dan

menggenangi daratan.6

Isu pemanasan global merupakan pembicaraan hangat yang tengah terjadi di

seluruh dunia. Pemanasan global merupakan penyebab meningkatnya suhu udara

di bumi, yang tentu saja menyebabkan mencairnya es di kutub sehingga

permukaan air laut menjadi naik. Fenomena naiknya air laut ini dikenal dengan

sebutan sea level rise. Fenomena ini tentu saja menimbulkan ancaman bagi

masyarakat yang betempat tinggal di pesisir pantai.

Pemanfaatan air tanah secara berlebihan/eksploitasi air tanah juga merupakan

salah satu penyebab turunnya permukaan tanah. Bagaimana bisa? Pada daerah

pesisir yang padat penduduk, tentu kebutuhan akan air bersih juga meningkat.

Sehingga banyak yang mengambil air dari sumber air tanah secara berlebihan, hal

ini menyebabkan terjadi penurunan permukaan tanah dan intrusi air laut.7

4 5 http://id.wikipedia.org/wiki/Rob, Rob, diakses pada Kamis, 9 April 2015 pukul 22.29 WIB.

6 http://rizkynovi99.blogspot.com/2013/05/pengertian-penyebab-dampak-dan-cara.html, Pengertian,

Penyebab, Dampak dan Cara Menanggulangi Banjir, diakses pada Kamis, 9 April 2015 pukul 22.31 WIB.7 http://ini-itu-bacadulu.blogspot.com/2013/11/tentang-banjir-rob.html, Tentang Banjir Rob, diakses pada

Kamis, 16 April 2015 pukul 14.54 WIB.

5

Page 6: proposal penelitian Disaster Management

2. Konsep (Teori Pasang Surut)

Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan

oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk

karena mendekatnya bintang lain kepada matahari. Keadaan

yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah

besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya

pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi

menjadi planet. Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929

membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak

mungkin terjadi. Demikian pula astronom Henry Norris Russell

mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.

Teori Pasang Surut pertama kali disampaikan oleh Buffon. Buffon

menyatakan bahwa tata surya berasal dari materi Matahari yang

terlempar akibat bertumbukan dengan sebuah komet.

Teori pasang surut yang disampaikan Buffon kemudian

diperbaiki oleh Sir James Jeans dan Harold Jeffreys. Mereka

berpendapat bahwa tata surya terbentuk oleh efek pasang gas-

gas Matahari akibat gaya gravitasi bintang besar yang melintasi

Matahari. Gas-gas tersebut terlepas dan kemudian mengelilingi

Matahari. Gas-gas panas tersebut kemudian berubah menjadi

bola-bola cair dan secara berlahan mendingin serta membentuk

lapisan keras menjadi planet-planet dan satelit.8

C. Penanggulangan Bencana

1. Definisi Penanggulangan Bencana

Definisi penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya komperhensif

dalam pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.Penanggulangan bencana

tidak hanya bersifat reaktif tetapi penanggulangan bencana juga bisa bersifat

antisipasi, melakukan pengkajian dan tindakan pencegahan untuk meminimalisir 8 http://www.belajargeografi.com/2013/01/teori-pasang-surut.html, M. Yusuf, Teori Pasang Surut, diakses

pada Kamis, 9 April 2015 pukul 22.33 WIB.

6

Page 7: proposal penelitian Disaster Management

kemungkinan terjadinya bencana.Bencana menimbulkan berbagai kerusakan dan

kehilangan. Hal ini akan menyebabkan angka kemiskinan di suatu wilayah yang

terkena bencana meningkat. Inilah yang harus diantisipasi.Data-data dan hasil

penerapan siklus sebenarnya berisi potensi-potensi local yang bisa dimanfaatkan

untuk mengatasi bencana, misalnya pengetahuan tentang sistem informasi dan

komunikasi, yang bisa digunakan untuk secara cepat menginformasikan

terjadinya bencana.9

2. Daur Penanggulangan Bencana

9 Buku saku TRADAS XXVI KMPLHK RANITA

7

Page 8: proposal penelitian Disaster Management

Gambar Siklus Pengelolaan Resiko Bencana (Carter, 1991)

Tindakan-tindakan di atas (tahap bencana dan pasca bencana), ditindaklanjuti

oleh tindakan-tindakan pada tahap pra bencana. Pada tahap ini, tindakan yang

dilakukan lebih kepada bagaimana upaya antisipatif kita dalam menghadapi

kemungkinan dampak merugikan yang akan muncul apabila sebuah bahaya alam

mengancam dan terjadi di kemudian hari, ditujukan untuk memberikan

perlidungan kepada manusia dan propertinya (aset pembangunan). Tindakan pada

tahap pra bencana berupa tindakan pencegahan (prevention) seperti membuat

peraturan yang melarang masyarakat membangun pada daerah rawan bencana,

tindakan mitigasi (mitigation) yang dapat dilakukan secara struktural yang

merupakan tindakan berhubungan dengan rekayasa teknis, maupun non struktural

seperti tindakan dalam kerangka hukum, pembentukan kapasitas (capacity

building), program pendidikan dan kesadaran publik (public awareness), serta

melakukan tindakan kesiapsiagaan (preparedness) seperti penyiapan sistem

peringatan dini (early warning system) yang memungkinkan bagi setiap orang

melakukan respon terhadap situasi bencana secara cepat dan efektif. Pengelolaan

resiko bencana sebagai sebuah sistem mengharuskan penanganan yang

menyeluruh dan terintegrasi mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan

pemantauannya yang berkesinambungan, memerlukan komitmen kuat dari

berbagai komponen (masyarakat, pemerintah). Tidak berjalannya satu fungsi akan

mengakibatkan terganggunya sistem secara keseluruhan.

Dari sekian tindakan yang dilakukan dalam kerangka pengelolaan resiko

bencana, tindakan pada pra bencana merupakan tindakan yang paling efektif bagi

kepentingan mereduksi bahkan menghindari kerugian yang ditimbulkan oleh

sebuah ancaman bahaya. Twigg (2001) memberi proporsi 1:7, di mana investasi 1

$US untuk mitigasi bencana demi mencegah kerugian ekonomi 7 $US. Tentunya,

nilai tersebut bukanlah sesuatu hal yang mahal dan sulit untuk dilaksanakan

apabila kita komparasikan dengan nyawa manusia yang harus hilang akibat

dampak dari sebuah bencana. Pada prakteknya, investasi untuk mitigasi bencana

8

Page 9: proposal penelitian Disaster Management

ini menjadi hal penting dan mendesak sebagai variable yang harus dimasukkkan

pada saat melakukan proses-proses pembangunan.

Beberapa tindakan tahapan dalam daur bencana sebagai berikut.

a) Sebelum Terjadi Bencana (PRA BENCANA)

1) Pencegahan (Prevention)

Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana, jika mungkin

dengan meniadakan bahaya.

Kegiatan pencegahan bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

sebagai upaya untuk menghilangkan dan/atau mengurangi ancaman bencana.

(UUPB No.24/2007).Tindakan yang bisa dilakukan:

a. Melakukan pendidikan tentang sistem pengelolaan bencana.

b. Menyebarluaskan peta wilayah bencana.

c. Melakukan simulasi sistem pengelolaan bencana.

2) Mitigasi (Mitigation)

Adalah upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan

oleh bencana.

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik

melaui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

menghadapi ancaman bencana. (UUPB No.24/2007).

Ada 2 bentuk mitigasi :

a. Mitigasi struktural contohnya adalah penanaman pohon

bakau atau benteng, membuat chekdam, bendungan, tanggul

sungai, penunjukan kawasan perlindungan dan pembangunan

rumah perlindungan.

b. Mitigasi non-struktural melalui penyusunan peraturan tata ruang,

rancangan rumah dan pelatihan-pelatihan. Bentuknya bisa saja melalui

pelarangan pembakaran hutan dalam perladangan atau pelarangan

penambangan batu atau bahan galian lain di daerah dengan kelerengan

curam.

3) Kesiapsiagaan (Preparedness)

9

Page 10: proposal penelitian Disaster Management

Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana,

melalui pengorganisasian langkah-langkah yang tepat, efektif dan siap-siaga.

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

tepat guna dan berdaya guna. (UUPB No.24/2007).

Misalnya : Penyiapan Sistem Pengelolaan Bencana dalam bentuk penyiapan

organisasi, sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi, Rencana

Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman penanggulangan bencana.

4) Peringatan Dini (Early Warning)

Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan

akan segera terjadi.

Pemberian peringatan dini harus :

• Menjangkau masyarakat (accesible)

• Segera (immediate)

• Tegas tidak membingungkan (coherent)

• Bersifat resmi (official)

Di Indonesia, peringatan bencana yang berhubungan dengan keadaan

cuaca dan kondisi geofisika disampaikan oleh Badan Meteorologi dan

Geofisika (BMG). Dalam menyampaikan peringatan tentang bencana, BMG

bekerjasama dengan kepolisian. Contoh tanda bahaya: kentongan, lonceng,

teriakan berantai, pengeras suara mesjid atau sirine.

b) Pada Saat Bencana ( SAAT BENCANA)

1) Tanggap Darurat (Emergency Response)

Adalah upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk

menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan

korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan

dengan segera pada saat kejadian bencan untuk menangani dampak buruk

yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban,

harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan

10

Page 11: proposal penelitian Disaster Management

pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana. (UUPB

No.24/2007)

Pada saat bencana ada dua hal penting yang dapat dilakukan. Pertama-tama

menyelamatkan diri dan orang terdekat. Dan apabila BAKORNAS PBP dan

organisasinya belum siap Anda yang cukup sehat bisa membantu

menyelamatkan orang lain. Yang bisa dilakukan pada tahap tanggap darurat

adalah tindakan di bawah ini.

Penyelamatan diri dan orang terdekat:

a. Jangan panik.

b. Untuk bisa menyelamatkan orang lain, Anda harus dalam selamat.

c. Selamatkan diri bersama orang terdekat, lari atau menjauh dari

pusat bencana, tidak perlu membawa barang-barang apapun.

d. Kalau terjadi gempa bumi dan kebetulan Anda berada di dalam

rumah mungkin Anda tidak akan sempat lari keluar rumah karena

gempa bumi umumnya hanya berlangsung beberapa detik.

c) Setelah Bencana (PASCA BENCANA)

1) Bantuan Darurat (Relief)

Bantuan darurat bencana adalah upaya memberikan bantuan untuk

memenuhi kebutuhan dasar pada saat keadaan darurat. (UUPB No.24/2007)

Upaya yang dilakukan untuk memberikan bantuan yang berkaitan dengan

pemenuhan kebutuhan dasar berupa :

a. pangan,

b. sandang

c. tempat tinggal sementara

d. kesehatan, sanitasi dan air bersih

Pendekatan pemberian bantuan dapat bersifat konvensional, artinya

bersifat karitatif atau dapat juga berbentuk kegiatan yang memberdayakan

sehingga kondisi korban lebih baik daripada sebelum terjadi bencana.

Yang biasa dilakukan pada tahap ini:

11

Page 12: proposal penelitian Disaster Management

a. Mendirikan pos komando bantuan.

b. Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan

Bencana (SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.

c. Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan

pos koordinasi.

d. Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.

e. Menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.

f. Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan

korban.

g. Memakamkan korban meninggal.

2) Pemulihan (Recovery)

Pemulihan merupakan proses pemulihan kondisi masyarakat yang

terkena bencana dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada

keadaan semula.

Pemuliahan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi

masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan

mengfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan

melakukan upaya rehabilitasi. (UUPB No.24/2007).

Fungsi-fungsi lembaga sosial dan administrasi lokal diberdayakan

kembali. Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan

pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar puskesmas, dll).

Yang perlu dilakukan pada tahap ini:

a. Mengumpulkan keluarga yang terpisah dan fungsikan kembali keluarga.

b. Memberikan layanan pendidikan dan lakukan penyembuhan trauma

(trauma healing)

c. Memperbaiki infrastruktur lokal: penyediaan penerangan, media

komunikasi, perbaikan jalur transportasi dan penyediaan air bersih.

d. Memfungsikan kembali pasar dan puskesmas.

e. Memulihkan atau membangun sistem komunikasi.

3) Rehabilitasi (Rehabilitation).

12

Page 13: proposal penelitian Disaster Management

Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayan

publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca

bencana dengan sasaran uatama untuk

Normalisasi atau bejalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan

kehidupan masyarakat pada wilayah pasca bencana. (UUPB No.24/2007)

Yang perlu dilakukan pada tahap ini:

a. Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan

memberi kepercayaan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat

utamanya korban bencana. Termasuk dalam kegiatan ini adalah

pemetaan wilayah bencana.

b. Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari

sistem pengelolaan lingkungan.

c. Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap.

d. Relokasi korban dari tenda penampungan.

e. Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana.

f. Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam

jangka menengah.

g. Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja.

h. Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran,

rumah sakit dan pasar mulai dilakukan.

i. Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatanfasilitasi atau

pendampingan

4) Rekonstruksi (Recontruction)

Adalah Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan

fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada

kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.

Rekontruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana,

kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan

maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan bekembangnya

kegiatan perekonomian, sosial dan bidaya, tegaknya hukum dan ketertiban,

13

Page 14: proposal penelitian Disaster Management

dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan

bermasyarakat pada wilayah pasca bencana. (UUPB No.24/2007).

Tahapan ini merupakan penuntasan dari apa yang sudah direncanakan

dan dimulai dalam tahap rehabilitasi dan merupakan bagian tidak

terpisahkan dari proses pembangunan yang biasa dilaksanakan. Pada saat

ini apa bila belum ada sistem pengelolaan bencana yang baku maka sistem

pengelolaan penanggulangan bencana yang baru sudah mulai diterapkan.10

TAHAPAN TujuanKegiatan

(antara lain)

10 Diktat Disaster Management KMPLHK RANITA

14

Page 15: proposal penelitian Disaster Management

PENCEGAHAN

Upaya yang dilakukan

untuk mencegah

terjadinya bencana,

bahkan jika mungkin

meniadakan ancaman.

Mengurangi atau

meniadakan ancaman.

Melarang pembakaran

hutan dalam

perladangan.

Melarang

penambangan batu di

daerah curam.

MITIGASI

Upaya yang dilakukan

untuk meminimalkan

dampak yang

ditimbulkan oleh

ancaman.

Mengurangi resiko

dan kerentanan.

Meningkatkan

kapasitas.

Mitigasi struktrural

(fisik)

Membuat chekdam,

bendungan, tanggul,

dan sarana lainnya.

Menghindari

pembangunan rumah

di wilayah rawan.

Mitigasi Non Struktural

(non fisik)

Membuat peraturan tata

ruang, dan mengadakan

pelatihan.

15

Page 16: proposal penelitian Disaster Management

KESIAPSIAGAAN

Upaya yang dilakukan

untuk mengantisipasi

bencana melalui

pengorganisasian

berbagai program,

kegiatan, atau sarana

secara tepat, efektif, dan

siap siaga.

Meningkatkan dan

menjaga kemampuan

masyarakat dalam

menghadapi ancaman.

Menyiapkan:

Sarana komunikasi

Sistem Informasi

Pos komando

Sistem dan lokasi

evakuasi.

Sistem Peringatan

Dini (Early Warning

System / EWS)

PENANGANAN

DARURAT

Upaya yang dilakukan

segera pada saat kejadian

bencana untuk

menanggulangi dampak

yang ditimbulkan,

terutama berupa

penyelamatan korban

dan harta, evakuasi dan

pengungsian, serta

memberi bantuan darurat

berupa pangan, sandang,

papan, kesehatan, air,

dan sanitasi.

Meminimalkan korban

jiwa, serta penderitaan

fisik dan mental yang

dialami oleh

masyarakat.

Pendataan Cepat

Menggalang bantuan.

Menemukan dan

menyelamatkan

korban.

Menangani korban

meninggal.

Menangani

pengungsian.

Sekolah darurat.

16

Page 17: proposal penelitian Disaster Management

REHABILITASI

Upaya yang diambil

setelah terjadi bencana

untuk membantu

masyarakat memperbaiki

rumah, fasilitas umum

penting, dan kegiatan

ekonomi.

Menyediakan berbagai

fasilitas kepada

masyarakat untuk

kembali bekerja.

Memperbaiki rumah.

kantor pemerintahan,

rumah ibadah, lahan

dan sarana produksi,

serta pasar.

Menyediakan

peralatan produksi

REKONSTRUKSI

Program jangka

menengah dan panjang

guna perbaikan kembali

aset fisik, sosial, dan

ekonomi, untuk

mengembalikan

kehidupan masyarakat

pada kondisi yang lebih

baik dari sebelumnya.

Memperbaiki dan

membangun kembali

berbagai sarana menjadi

lebih baik dibandingkan

sebelum ancaman

terjadi.

Membangun berbagai

fasilitas dan bangunan

sesuai dengan rancangan

tata ruang dan rancang

bangunan yang

meminimalkan resiko

dan dampak ancaman.

PERENCANAAN

PEMBANGUNAN

Upaya berkelanjutan

yang ditujukan untuk

mengembangkan atau

merawat sumber daya

sosial, ekonomi, dan

lingkungan masyarakat

menjadi lebih baik.

Meningkatkan

kemampuan untuk

mengatasi kehilangan,

dan pemulihan di

tingkat rumah tangga,

komunitas, dan

masyarakat.

Fokus pada faktor-

faktor dan penyebab

kerentanan.

Menekankan upaya

non struktural,

contohnya: pemilikan

tanah dan perumahan,

peluang mendapatkan

kredit,

penganekaragaman

mata pencaharian, dan

17

Page 18: proposal penelitian Disaster Management

inovasi teknologi.

.

D. Kajian Resiko Bencana

1. Definisi

Kajian Pengurangan risiko bencana merupakan aktivitas yang sudah

selayaknya diterapkan diberbagai bidang dalam kehidupan.Tidak hanya pada saat

sebelumterjadi bencana saja melainkan selutruh aktivita syang ada, dikehidupan

sehari-hari kita pun seharusnya menerapkan prinsip dari pengurangan bencana.

Langkah untuk mengurangi risiko bencana ialah dengan adanya kelembagaan

yang menjadikan PRB sebagai prioroitas aksi nasional dan lokal.Hal yang

dilakukan adalah seperti memperkenalkan risiko bencana dalam sistem

pendidikan yang menjadi investasi jangka panjang bagi pembangunan

berkalanjutan.Hal ini dapat diberikan dalam bidag lingkungan, infratruktur,

hunian, pertanian, penggunaan lahan, pengelolaan sumbeer aya air, dan

mengentasan kemiskinan.

Dalam Termiologi “pengurangan bencana“ yang dilansir oleh UN/ISDR3/4

badan resmi PBB yang menangani pengurangan risiko bencana, bencana(disaster)

diartikan sebagai gangguan serius pada fungsinya komunitas atau masyarakat

disertai kehilangan dan dampak yang luas terhadap manusia, materi, ekonomi,

atau lingjkungan yang melampaui kemampuan komunitas atau masyarakat yang

terdampak untuk mengatasinya menggunakan sumber daya yang dimilki.

Pembahasan tentang bencana biasanya diawali dengan adanya suatu fenomena

yang mempunyai potensi ancaman terhadap kehidupan dan penghidupan.11

11Priyono, Juniawan. https://juniawan.wordpress.com tanggal 30

Januari 2013, paradigma penanggulangan bencana, diakses pada

tanggal tanggal 23 Januari 2015 pukul 19:35

18

Page 19: proposal penelitian Disaster Management

2. Paradigma Pengurangan Resiko Bencana

Fenomena kesalahan paradigma banyak orang tentang konsep PRB sangatlah

beragam.Pertama , PRB dianggap hanya sebagai aktivitas prabencana semata.

Seperti pencegahan dan mitigasi yang tidak berlaku pada fase emergency respon

dan fase pasca bencana, recovery dan rekonstruksi

Kesalahan paradigma kedua, bahwa siklus penanggulangan bencana dianggap

bukan sebagai siklus, namun sebuah tahapan yang harus secara sistematis

diterapkan.Misalnya pada fase mitigasi seolah-olah aktivitas ini hanya dilakukan

saat sebelum bencana atau sebaliknya rekonstruksi hanya dilakukan pasca

bencana.

Kesalahan pandangan seperti inilah yang justru menghambat proses

pengurangan risiko bencana, padahal dalam kondisi tertentu semua rangkaian

siklus dapat dilakukan dalam waktu yang bersamaan, seharusnya cara pandang

yang benar dalam penanggulangan bencana haruslah fleksibel dan tidak kaku.

Pandangan tentang PRB harusnya secara global dan tidak dikotak-kotakkan

dalam sebuah tahapan, seluruh siklus dalam penanggulangan bencana sudah

semstinya berprinsip PRB, bahkan sebaiknya diterapkan dalam seluruh kegiatan

atau aktivitas kita sehari-hari, misalnya dalam berkendara motor salahsatu

tindakan yang berprinsip PRB adalah memakai helm tertib lalu lintas.

a) Perubahan paradigma manajemen bencana

Berkenaan dengan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan perubahan

paradigma. Manajemen bencana perlu menerapkan paradigma pengelolaan resiko

bencana secara menyeluruh. Paradigma ini memandang bencana sebagai suatu

fenomena yang tidak terpisahkan dari kehidupan dan tidak selalu dan begitu saja

menjadi masalah. Paradigma ini mempermasalahkan tingginya resiko bencana

karena faktor kerentanan dan kemampuan komunitas yang tidak mampu

mengatasi bahaya dan ancaman bencana. Oleh karenanya, paradigma ini melihat

manajemen bencana sebagai suatu keseluruhan tindakan dengan penekanan pada

upaya pencegahan, kesiapsiagaan, dan sikap proaktif. Paradigma ini juga

memandang manajemen bencana sebagai suatu upaya yang melibatkan semua

19

Page 20: proposal penelitian Disaster Management

pihak baik pemerintah maupun komunitas. Pandangan alternatif dalam berbagai

aspek manajemen bencana dapat dilihat dalam table berikut:

Perubahan paradigma juga yang dapat dibaca sebagai perubahan dari cara

pandang bagaimana merespon/mengelola bencana, yaitu:

1) Dari linear ke siklus.

Dulu penilaian pengelolaan bencana adalah dari saat benana terjadi, fase

emergency, pemulihan dan kembali ke normal, pada saat sekarang banyak

dimaknai, bahwa pengelolaan sebagai sebuah siklus, sehingga respon setelah

bencana dimaknai sebagai sebuah rangkaian kegiatan untuk menghadapi bencana

dimasa mendatang, sehingga pemulihan kondisi tidak hanya kembali ke normal,

namun harus lebih baik, serta saat pembangunan juga sekaligus sebagai media

kampanye dan pengorganisasian untuk melakukan mitigasi dan kesiapsiagaan °

Dari responsif ke pengelolaan. Dahulu respon bencana selalu dimulai

ketika/setelah bencana terjadi, sekarang pengelolaan bencana banyak dilakukan

dengan lebih menyeluruh, dengan membangun kapasitas komunitas, membangun

kesiapsiagaan, yang seperti halnya siklus dalam siklus bencana, respon tidak

hanya setelah bencana terjadi, namun saat bencana, setelah dan sebelum bencana

terjadi.

2) Dari karitatif ke pemberdayaan.

Dahulu, respon bencana sering berupa pemberian bantuan barang yang

danggap dibutuhkan komunitas terkena dampak bencana, saat sekarang sering

bantuan kepada mayarakat terkena dampak bencana dimaknai sebagai pintu

masuk untuk melakukan pengorganisasian komunitas untuk selanjutnya

melakukan penguatan kapasitas komunitas terkena dampak, hingga

pengorganisasian untuk melakukan advokasi baik lewat kampanye maupun

pengorganisasian itu sendiri

3) Dari mengelola dampak ke mereduksi resiko.

Dahulu saat terjadi bencana respon diberikan untuk meminimalisir dampak

bencana yang menimpa komunitas, saat sekarang respon diberikan tidak hanya

untuk dampak yang sudah terjadi, namun juga untuk mereduki kemungkinan

20

Page 21: proposal penelitian Disaster Management

resiko yang bisa terjadi seandainya terjadi bencana, sehingga harapannya muncul

langkah antisipatif sebagai bagian kesiapsiagaan, selain itu saat sekarang mulai

dilakukan penanganan bencana dimulai dari analisa penyebab bencana, sehingga

respon yang diberikan tidak hanya untuk segi dampaknya, namun juga bagaimana

mengatasi penyebab bencana.

b) Pergeseran paradigma

Cara orang memandang bencana dari waktu ke waktu terus bergeser. Pada

masa lampau orang memahami bencana secara konvensional sebagai suatu

peristiwa, dan sekarang ini pandangan holistik dirasa lebih tepat dengan

memahami bencana sebagai kondisi yang tidak bisa ditangani sendiri oleh

masyarakat. Pergeseran pandangan dari konvensional menuju holistik melewati

beberapa “terminal”, seperti dibawah ini:

PANDANGAN KONVENSIONAL PANDANGAN ILMU ALAM

Bencana merupakan sifat alam

Terjadinya bencana merupakan suatu:

o kecelakaan (accident);

o tidak dapat diprediksi;

o tidak menentu;

o tidak terhindarkan;

o tidak terkendali.

Masyarakat dipandang sebagai

‘korban’ dan ‘penerima bantuan’ dari

pihak luar.

Bencana merupakan unsur lingkungan

fisik yang membahayakan kehidupan

manusia.

Sebagai kekuatan alam yang luar biasa.

Merupakan proses geofisik, geologi,

hidrometeorologi, dan biologi.

Pandangan ini tidak memperhitungkan

manusia sebagai penyebab bencana.

PANDANGAN ILMU TERAPAN PANDANGAN PROGRESIF

Besaran bencana didasarkan pada

besarnya ketahanan atau kerusakan

akibat bencana.

Pengkajian bencana lebih ditujukan

pada upaya untuk meningkatkan

Menganggap bencana sebagai bagian

dari pembangunan masyarakat yang

‘normal’.

Bencana sebagai masalah yang tidak

21

Page 22: proposal penelitian Disaster Management

kekuatan fisik struktur bangunan

untuk memperkecil kerusakan.

pernah berhenti dalam pembangunan.

Peran sentral dari masyarakat dalam

manajemen bencana adalah mengenali

bencana itu sendiri.

3. VCA (Vulnerability Analisis and Assesment)

a) Konsepsi umum

Kajian resiko bencana dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

sebagai berikut:

Risiko Bencana=Ancaman Krentanan

Kapasitas

Berdasarkan pendekatan tersebut, terlihat bahwa tingkat resiko bencana amat

bergantung pada:

1. Tingkat ancaman kawasan

2. Tingkat kerentanan kawasan terancam

3. Tingkat kapasitaskawasan terancam

b) Prinsip Pengkajian Resiko Bencana

Pengkajian resiko bencana memiliki ciri khas yang menjadi prinsip

pengkajian. Olehkarenanya pengkajian dilaksanakan berdasarkan:

1. Data dan segala bentuk rekaman kejadian yang ada.

2. Integrasi analisis probabilitas kajian ancaman dari para ahli dengan kearifan

local masyarakat.

3. Kemampuan untuk menghitung potensi jumlah jiwa terpapar, kerugian

harta benda dan kerusakan lingkungan.

22

Page 23: proposal penelitian Disaster Management

4. Kemampuan untuk diterjemahkan menjadi kebijakan pengurangan resiko

bencana

c) Metode Umum

Pengkajian risiko bencana dilaksanakan dengan menggunakan metode pada

gambar berikut:

d) Indeks Ancaman Bencana

Indeks Ancaman Bencana disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu

kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat

untuk bencana yang pernah terjadi tersebut.Dapat dikatakan bahwa indeks ini

disusun berdasarkan data dan catatan sejarah kejadian yang pernah terjadi pada

suatu daerah.

Ancaman Komponen/IndikatorKelas Indeks

Bahan RujukanRendah Sedang Tinggi

Banjir

Rob

Pemicu <11 sampai

2>2

BMKG, Dinas PU,

Pemda, Masyarakat,

dll

Tanda-tanda

peringatan>2

1 sampai

2<1

BMKG, Dinas PU,

Pemda, Masyarakat,

dll

23

Page 24: proposal penelitian Disaster Management

Peringatan awal >21 sampai

2<1

BMKG, Dinas PU,

Pemda, Masyarakat,

dll

Kecepatan kejadian

dan dampak

>12 jam

<1

meter

6-12 jam

1-2

meter

<6 jam

>2

meter

BMKG, Dinas PU,

Pemda, Masyarakat,

dll

Frekuensi1 kali /

tahun

1-2

kali /

tahun

>2 kali /

tahun

BMKG, Dinas PU,

Pemda, Masyarakat,

dll

Waktu kejadian siang pagi malam

BMKG, Dinas PU,

Pemda, Masyarakat,

dll

Durasi <1 hari 1-2 hari >2 hari

BMKG, Dinas PU,

Pemda, Masyarakat,

dll

Posisi<100

meter

100-200

meter

>200

meter

BMKG, Dinas PU,

Pemda, Masyarakat,

dll

e) Indeks Kerentanan

Peta kerentanan dapat dibagi-bagi ke dalam kerentanan sosial, ekonomi, fisik

dan ekologi/lingkungan.Kerentanan dapat didefinisikan sebagai Eksposure kali

Sensitivity."Aset-aset" yang terekspos termasuk kehidupan manusia (kerentanan

sosial), wilayah ekonomi, struktur fisik dan wilayah ekologi/lingkungan.Tiap

"aset" memiliki sensitivitas sendiri, yang bervariasi per bencana (dan intensitas

bencana).Indikator yang digunakan dalam analisis kerentanan terutama adalah

informasi keterpaparan.Dalam dua kasus informasi disertakan pada komposisi

paparan (seperti kepadatan penduduk, rasio jenis kelamin, rasio kemiskinan, rasio

orang cacat dan rasio kelompok umur).Sensitivitas hanya ditutupi secara tidak

langsung melalui pembagian faktor pembobotan.12

Ancaman Komponen / Kelas Indeks Sumber

12

24

Page 25: proposal penelitian Disaster Management

Indikator DataRendah Sedang Tinggi

Banjir

Rob

Sosial Budaya

1Kepadatan

Penduduk

<500

Jiwa/km2

500-1000

Jiwa/km2

>100

Jiwa/km2

2Kelompok

Rentan>20% 20-40% >40%

Ekonomi

1Luas lahan

produktif>5 Ha 5-10 Ha >10 Ha

2

Kontribusi

PDRB per

sektor

<Rp 100

Juta

Rp 100 -

300 Juta

>Rp 300

Juta

Fisik

1 RumahTidak

Permanen

Semi

Permanen

Permane

n

2Fasilitas

Umum<1

1 sampai

3>3

3Fasilitas

Kritis<1

1 sampai

2>2

Lingkungan atau Ekologi

1Hutan

Lindung<20 Ha 20-50 Ha >50 Ha

2 Hutan Alam <25 Ha 25-75 Ha >75 Ha

3

Hutan

Bakau /

Mangrove

<10 Ha 10-30 Ha >30 Ha

4Semak

Belukar<10 Ha 10-30 Ha >30 Ha

5 Rawa <5 Ha 5-20 Ha >20 Ha

KOMPOSISI UNTUK ANALISIS KERENTANAN

25

Page 26: proposal penelitian Disaster Management

f) Indeks Kapasitas

Indeks kapasitas diperoleh berdasarkan tingkat ketahanan daerah pada suatu

waktu. Tingkat ketahanan Daerah bernilai sama untuk seluruh kawasan pada

kabupaten/kota yang merupakan lingkup kawasan terendah kajian kapasitas ini.

Oleh karenanya penghitungan Tingkat Ketahanan Daerah dapat dilakukan

bersamaan dengan penyususnan Peta ancaman bencan pada daerah yang sama.

Indeks kapasitas diperoleh dengan melaksanakan diskusi terfokus kepada

beberapa pelaku penanggulangan bencana pada suatu daerah. Panduan diskusi

dan alat bantu untuk memeperoleh Tingkat Ketahanan Daerah terlampir.

Berdasarkan tingkat ketahanan daerah yang diperoleh dari diskusi terfokus,

diperoleh indeks kapasitas. Hubungan tingkat ketahanan daerah dengan indeks

kapasitas terlihat pada tabel berikut.

Ancaman Komponen/Indikator Kelas Indeks Sumber

26

Kerentanan

Kerentanan Sosial

Kepadatan Penduduk

Kepekaan Sosial

Kerentanan Ekonomi

PDRB per Sektor

Penggunaan Lahan (kawasan

budidaya)

Kerentanan Fisik

Kerentanan Bangunan

Kerentanan Prasarana

Kerentanan Ekologi

Penggunaan Lahan (kawasan

lindung)

Page 27: proposal penelitian Disaster Management

Data

Rendah Sedang Tinggi

Banjir

Rob

1 Aturan

Kelembagaan

Penanggulangan

Bencana

Tingkat

Ketahanan

1 dan

Tingkat

Ketahanan

2

Tingkat

Ketahanan

3

Tingkat

Ketahanan

4 dan

Tingkat

Ketahanan

5

Fgd pelaku

PB (BPBD,

Bappeda,

Dinsos,

Dinkes,

UKM,

Dunia

Usaha,

Universitas,

LSM,

Tokoh

Masyarakat,

Tokoh

Agama,

dll).

2 Peringatan Dini

dan Kajian Risiko

Bencana

3 Pendidikan

Kebencanaan

4 Pengurangan

Faktor Risiko

Dasar

5 Pembangunan

Kesiapsiagaan

pada seluruh lini

E. Pemetaan GIS

1. Definisi

Saat ini peta sudah sangat familiar di kalangan masyarakat Indonesia.Sebuah

peta mampu menjelaskan berbagai hal secara spasial maupun keterkaitan antar

fenomena di lapangan.Melalui peta, dapat dihasilkan suatu gambaran mengenai

kondisi dan kualitas lingkungan.Berdasarkan berbagai kelebihan dari sebuah peta,

teknik untuk membuat peta juga semakin berkembang.

27

Page 28: proposal penelitian Disaster Management

Saat ini, ada beberapa software yang dapat digunakan dalam pengelolaan peta,

diantaranya adalah Sistem Informasi Geografi (SIG) dan Penginderaan

Jauh.System informasi Geografi (SIG) merupakan suatu sistem pengolahan

berbasiskomputer yang digunakan untuk pengolahan, penyimpanan, analisis, dan

mengaktifkan atau memanggil kembali data yang memiliki referensi keruangan

untuk berbagai tujuan yang berkaitan dengan pemetaan.

ArcGIS merupakan salah satu di antara sekian banyak perangkat lunak yang

digunakan dalam System Informasi Geografis.ArcGIS memiliki kemampuan

yang tinggi dalam pembuatan peta digital hingga analisis spasial.

2. Manfaat ArcGIS

ArcGIS memiliki kemampuan yang tinggi dalam pembuatan peta digital dan

analisis spasial. Manfaat lain dari ArcGIS antara lain:

a) Mengetahui persebaran penduduk.

b) Mengetahui sebaran hutan produksi.

c) Mengetahui daerah rawan kecelakaan.

d) Mengetahui indeks potensi sosial.

e) Mengetahui sebaran pertambangan.

f) Mengetahui daerah-daerah yang berpotensi tsunami.

g) Mengetahui sebaran hutan rakyat.

h) Mengetahui kemenangan partai.

i) Mengetahui sebaran kritis.

j) Mengetahui jumlah produksi padi.

Selain manfaat di atas, masih banyak lagi manfaat ArcGIS di bidang pemetaan

dan perencanaan. Oleh karena itu, perlu diketahui cara pembuatan peta

menggunakan software ArcGIS.

3. Mengenal Sistem Satuan

Koordinat adalah satuan yang digunakan untuk menentukan titik lokasi suatu

objek/keadaan dalam bumi. Terdapat tiga satuan utama koordinat yang sering

digunakan dalam peta, yaitu sebagai berikut:

a) Decimal Degree (DD), merupakan satuan umum pada peta.

28

Page 29: proposal penelitian Disaster Management

b) Degree Minute Second (DMS), merupakan satuan koordinat yang digunakan

untuk menempatkan daerah menggunakan perbedaan waktu, bahkan

digunakan untuk menentukan perbedaan waktu dari suatu daerah dengan

daerah lain.

c) Universal Transverse Mercator, merupakan satuan koordinat berdasarkan

satuan jarak dan berhubungan dengan proyeksi yang digunakan, yaitu konversi

UTM.

4. Format Data dalam ArcGIS

Ada dua jenis data di dalam ArcGIS, yaitu data raster dan data vector. Data

raster adalah data yang disimpan dalam bentuk kotak segi empat (grid), sehingga

membentuk suatu ruang yang teratur. Sedangkan data vector adalah data yang

direkam dalam bentuk koordinat titik yang menampilkan, menempatkan, dan

menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis, atau area.

Dalam ArcGIS, format data yang digunakan adalah Shapefile. Shapefile

adalah file yang menyimpan data vector dalam ArcGIS. Shapefile inilah yang

kemudian diolah dan dianalisis dalam berbagai pekerjaan spasial dengan

ArcGIS.Saat ditampilkan dalam layer, Shapefile masih sebagai sebuah theme.

Sebelum melakukan digitasi, bentuk terlebih dahulu sebuah shapefile kosong

untuk wadah data vector yang telah terdigitasi. Pembuatan wadah ini supaya data

yang telah dimiliki tidak hanya menjadi obyek grafis dalam layer ArcGIS.

F. Konteks Global Manajemen Bencana

Persolaan kebencanaan pada saat ini tidak saja menjadi isu

Negara yang mengalami bencana, akan tetapi sudah menjadi

perhatian bangsa-bangsa di seluruh dunia. Bencana menjadi

ancaman yang serius bagi seluruh umat manusia, sehingga perlu

mendapatkan respons yang tepat mulai dari tatanan lokal,

regional, dan global. Kesadaran masyaraat internasional

terhadap ancaman bencana tercermin dalam antara lain

29

Page 30: proposal penelitian Disaster Management

Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Kerangka Aksi

Hyogo.

1. Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

Resolusi nomor 60/195 tentang International Strategy for

Disaster Reduction/ISDR. International Strategy for Disaster

Reduction adalah suatu pendekatan global untuk mengurangi

risiko bencana dengan melibatkan seluruh komponen

masyarakat untuk mengurangi kehilangan kesempatan dan

kehidupan, kerugian di sektor sosial ekonomi dan kerusakan

lingkungan akibat bencana alam. Focus ISDR, yaitu:

a) Mengingkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya

pengurangan risiko bencana;

b) Mewujudkan komitmen pemerintah dalam rangka pelaksaan

kebijakan dan upaya pengurangan risiko bencana;

c) Mendorong kerjasama antar komponen dalam rangka

pengurangan risiko bencana;

d) Meningkatkan penggunaan ilmu pengetahuan untuk

mengurangi risiko.

2. Kerangka Aksi Hyogo (Hyogo Framework for Action)

Kerangka Aksi Hyogo menghasilkan suatu kerangka kerja

aksi 2005-2015 untuk membangun ketahanan bangsa dan

komunitas terhadap bencana. Konferensi mengadopsi lima

prioritas aksi, yaitu:

a) Memastikan bahwa pengurangan risiko bencana merupakan

sebuah prioritas nasional dan lokal dengan dasar

kelembagaan yang kuat untuk pelaksanaannya;

b) Mengindetifikasi, mengkaji dan memonitor risiko-risiko

bencana dan meningkatkan peringatan dini;

30

Page 31: proposal penelitian Disaster Management

c) Menggunakan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk

membangun sebuah budaya keselamatan dan ketahanan di

semua tingkat;

d) Mengurangi risiko-risiko yang mendasar;

e) Memperkuat kesiapsiagaan terhadap bencana demi respons

yang efektif di semua tingkat.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi, Waktu dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian kami berada di desa Surya Bahari, kecamatan Pakuhaji,

kabupaten Tangerang, tepatnya di RT. 01/RW. 01 dan RT. 03/RW. 04 yang berada di

daerah pesisir pantai. Penelitian kami dilaksanakan pada hari Jumat, 24 April 2015

dan Sabtu, 25 April 2015. Objek penelitian yang akan kami teliti adalah warga dari

desa Surya Bahari yang berprofesi sebagai nelayan jaring dan nelayan pancing, para

pedagang ikan.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan kami lakukan adalah deskriptif kuantitatif.

Deskriptif disini diartikan dengan mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian

yang terjadi sekarang, fokus perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada

saat penelitian berlangsung. Sedangkan kuantitatif merupakan salah satu bentuk

metode yang dilakukan dalam sebuah penelitian dengan cara menguji teori tertentu

dengan cara meneliti hubungan antarvariabel, variabel ini diukur (biasanya dengan

instrumen penelitian) sehingga data yang terdiri dari angka-angka dapat dianalisis

berdasarkan prosedur statistik. Dan metode kuantitatif deskriptif adalah penelitian

yang dilakukan dengan mengaitkan berbagai variabel dan menginterpretasikan dalam

bentuk data yang berupa angka-angka dan mendeskripsikannya berbagai kejadian atau

31

Page 32: proposal penelitian Disaster Management

peristiwa yang telah ada dari berbagai variabel dengan menguji berbagai teori yang

sudah ada .

C. Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini populasi yang dijadikan objek penelitian adalah nelayan

jaring, nelayan pancing, dan pedagang di desa Surya Bahari sejumlah orang. Hal ini

dilakukan karena dari sekian banyak pekerjaan warga di desa Surya Bahari, ketiga

pekerjaan itulah yang paling merasakan dampak adanya banjir rob yang terjadi di desa

Surya Bahari. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara

random sampling, cara ini merupakan   teknik pengambilan anggota sampel secara

acak dari populasi tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut. Teknik ini

dilakukan apabila anggota/unsur populasi homogen. Berdasarkan pada kajian resiko

bencana terbagi menjadi tiga aspek, kapasitas, ancaman, dan kerentanan tiap aspek

dalam pengambilan sampelnya pun berbeda-beda. Berikut ini adalan penjelasan untuk

ketiga aspek tersebut.

1. Kajian Ancaman

Pada penelitian ini, populasi yang dijadikan objek penelitian adalah berdasarkan

matapencaharian, yakni; nelayan jaring, nelayan pancing, dan pedagang ikan di desa

Surya Bahari dengan jumlah tiga puluh orang. Hal ini dilakukan kepada objek-objek

tersebut dikarenakan banjir rob mengganggu aktifitas ekonomi warga atau objek

terdampak. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini pun dilakukan secara

random sampling, cara ini merupakan teknik pengambilan anggota sampel secara acak

dari populasi tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka jumlah masing-masing yang menjadi sampel

dalam penelitian ini adalah sepuluh orang nelayan jaring, sepuluh orang nelayan

pancing, dan sepuluh orang pedagang ikan di desa Surya Bahari.

2. Kajian Kapasitas

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

observasi dan pembagian angket. Observasi yang dilakukan ini dengan cara

memperhatikan kondisi pesisir laut, masyarakat dan pemukiman yang berdekatan

dengan pesisir laut.

32

Page 33: proposal penelitian Disaster Management

Untuk tahap pembagian angket, kami memberikan angket kepada beberapa warga

sesuai profesi dan di lokasi yang telah disebutkan di atas. Pertanyaan yang diajukan

antaralain mengenai peraturan daerah tentang bencana, peringatan dini bencana,

sosialisasi tentang kependidikan kebencanaan, tindakan untuk

pengurangan resiko banjir rob dan kesiapsiagaan darurat saat banjir

rob.

Dalam teknik pengumpulan data, disini kami mengumpulkan data dari berbagai

profesi yang terkena dampak banjir Rob di Desa Surya Bahari. Kami mengambil data

secara acak baik dari warga desa dengan berbagai profesi berdasarkan jawaban

mereka berikan.

3. Kajian Kerentanan

Untuk analisis kajian kerentanan banjir rob dari desa Surya Bahari kami

mengambil sampel hanya satu orang yang paling berpengaruh dari tiap profesi, yaitu

satu orang dari nelayan pancing, satu orang dari nelayan jaring, satu orang dari

pedagang.

D. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

1. Kajian Ancaman

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa studi

kepustakaan dengan menggunakan data monografi desa Surya Bahari. Selain itu, kami

juga menggunakan teknik wawancara dan pembagian angket.

Pada tahap wawancara, kami melakukan wawancara dengan menyusun pedoman

susunan pertanyaan kepada objek yang menjadi sampel kami. Hal-hal yang menjadi

fokus kami yaitu mengenai indeks ancaman dan profil bencana yang terdiri dari

sejarah bencana dan sejarah desa Surya Bahari. Untuk tahap pembagian angket, kami

memberikan kuisioner kepada warga sesuai profesi dan di lokasi yang telah disebutkan

di atas.

Jadi, instrumen yang akan kita gunakan dalam penelitian ini adalah mengenai

pengetahuan penyebab dan tanda-tanda datangnya banjir rob, kecepatan datangnya

banjir rob, frekuensi, durasi dan waktu kejadian, serta posisi jarak yang digenangi

banjir rob.

33

Page 34: proposal penelitian Disaster Management

2. Kajian Kapasitas

Pada penelitian ini populasi diambil berdasarkan matapencaharian, dengan

jumlah tiga puluh orang diantaranya adalah nelayan pancing, nelayan jaring dan

pedagang ikan dan hal ini dilakukan karena banjir Rob mengganggu aktifitas ekonomi

warga terdampak. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara

random sampling, cara ini merupakan   teknik pengambilan anggota sampel secara

acak dari populasi tanpa memperhatikan strata dalam populasi tersebut. Teknik ini

dilakukan apabila anggota/unsur populasi homogen.

Berdasarkan kriteria tersebut, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini

adalah sepuluh orang nelayan jaring, sepuluh orang pedagang ikan, dan sepuluh orang

nelayan pancing di desa Surya Bahari

3. Kajian Kerentanan

Pada indeks kerentanan kami melakukan dengan cara studi pustaka, wawancara,

dan observasi. Wawancara kami lakukan kepada orang-orang yang berpengaruh

dalam ketiga profesi tersebut. Kami hanya mewancarai satu orang pada setiap profesi.

Wawancara yang kami lakukan disini mengacu pada kerentanan pada sisi sosial

budaya, ekonomi, fisik, ekologis

E. Teknik Pengolahan Data

1. Kajian Ancaman

Pada penelitian ini, teknik analisa yang akan kami lakukan adalah

dengan pengumpulan data berupa nilai dan deskriptif, pada

pengolahan data tersebut kami melakukan teknik deskriptif dan

deskripsi nilai yang didapat dari hasil wawancara dan penyebaran

angket, kemudian data yang didapat dideskripsikan berdasarkan

dengan skala pada table indeks ancaman bagi masyarakat

terdampak. Kemudian data yang telah disederhanakan dimasukkan

dalam bentuk penyajian data berupa tabel.

Untuk pengolahan data kajian ancaman ini, kami akan

mendapatkan hasil berupa nilai yang didapat berdasarkan soal

34

Page 35: proposal penelitian Disaster Management

pilihan ganda yang apabila jawabannya A (mengetahui), akan

mendapat nilai satu angka dan tidak mendapat nilai apabila

jawabannya B (tidak mengetahui).

2. Kajian Kapasitas

Pada penelitian ini, teknik analisa yang akan kami lakukan adalah dengan

pengumpulan data berupa nilai dan deskriptif, pada pengolahan data tersebut kami

melakukan ternik deskriptif dan deskripsi nilai yang didapat dari hasil wawancara dan

penyebaran angket. Nilai yang didapatkan dari angket dideskripsikan dengan skala

kapasitas warga terdampak yang terdapat pada tabel indeks kapasitas. Kemudian data

yang diperoleh disederhanakan dalam bentuk penyajian data berupa tabel.

3. Kajian Kerentanan

Pada penelitian ini, teknik analisa yang akan kami lakukan adalah dengan

pengumpulan data berupa nilai dan deskriptif, pada pengolahan data tersebut kami

melakukan ternik deskriptif dan deskripsi nilai yang didapat dari hasil wawancara dan

observasi, Nilai yang didapatkan dari angket dideskripsikan dengan skala kapasitas

warga terdampak yang terdapat pada tabel indeks kerentanan. Kemudian data yang

diperoleh disederhanakan dalam bentuk penyajian data berupa tabel.

F. Teknik Analisis Data

1. Kajian Ancaman

Setelah proses pengolahan data selesai, kemudian dilakukan

analisis data. Teknik analisis data yang akan digunakan pada

penelitian ini adalah presentase dan pemetaan peta bencana. Hasil

observasi diolah dalam bentuk tabel yang berisi skala ancaman

desa Surya Bahari. Analisis data dilakukan dengan menggunakan

penyajian data dari tabel kajian ancaman dengan tabel sebagai

berikut:

Ancaman Komponen/Indikator Kelas Indeks Bahan Rujukan

35

Page 36: proposal penelitian Disaster Management

Rendah Sedang Tinggi

Banjir

Rob

Pemicu <11 sampai

2>2

BMKG, Dinas

PU, Pemda,

Masyarakat, dll

Tanda-tanda

peringatan>2

1 sampai

2<1

BMKG, Dinas

PU, Pemda,

Masyarakat, dll

Peringatan awal >21 sampai

2<1

BMKG, Dinas

PU, Pemda,

Masyarakat, dll

Kecepatan kejadian

dan dampak

>12 jam

<1 meter

6-12 jam

1-2

meter

<6 jam

>2

meter

BMKG, Dinas

PU, Pemda,

Masyarakat, dll

Frekuensi1 kali /

tahun

1-2

kali /

tahun

>2 kali /

tahun

BMKG, Dinas

PU, Pemda,

Masyarakat, dll

Waktu kejadian siang Pagi malam

BMKG, Dinas

PU, Pemda,

Masyarakat, dll

Durasi <1 hari 1-2 hari >2 hari

BMKG, Dinas

PU, Pemda,

Masyarakat, dll

Posisi<100

meter

100-200

meter

>200

meter

BMKG, Dinas

PU, Pemda,

Masyarakat, dll

Teknik presentase data adalah hasil data yang dikumpulkan kemudian diolah lalu

dilakukan perhitungan dengan teknik presentase, yakni dengan rumus:

X= nN

x100 %

Keterangan: X = presentase jawaban responden

n = jumlah responden

Jawaban: N = jumlah keseluruhan responden

36

Page 37: proposal penelitian Disaster Management

Kemudian hasil dari presentase tersebut akan dipaparkan dalam bentuk diagram.

2. Kajian Kapasitas

Setelah proses pengolahan data selesai, kemudian dilakukan analisis data. Teknik

analisis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah presentase dan pemetaan

peta bencana. Hasil observasi diolah dengan dalam bentuk tabel yang berisi skala

kapasitas desa surya bahari. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel

kajian kapasitas dengan tabel sebagai berikut:

Ancaman Komponen/Indikator

Kelas IndeksSumber

DataRendah Sedang Tinggi

Banjir

Rob

1 Aturan

Kelembagaan

Penanggulangan

Bencana

Tingkat

Ketahanan

1 dan

Tingkat

Ketahanan

2

Tingkat

Ketahanan

3

Tingkat

Ketahanan

4 dan

Tingkat

Ketahanan

5

Fgd pelaku

PB (BPBD,

Bappeda,

Dinsos,

Dinkes,

UKM,

Dunia

Usaha,

Universitas,

LSM,

Tokoh

Masyarakat,

Tokoh

Agama,

dll).

2 Peringatan Dini

dan Kajian

Risiko Bencana

3 Pendidikan

Kebencanaan

4 Pengurangan

Faktor Risiko

Dasar

5 Pembangunan

Kesiapsiagaan

pada seluruh lini

37

Page 38: proposal penelitian Disaster Management

Teknik presentase data adalah hasil data yang dikumpulkan kemudian diolah lalu

dilakukan perhitungan dengan teknik presentase, yakni dengan rumus:

X= nN

x100 %

Keterangan: X = presentase jawaban responden

n = jumlah responden

Jawaban: N = jumlah keseluruhan responden

Kemudian hasil dari presentase tersebut akan dipaparkan dalam bentuk diagram.

1. Kajian Kerentanan

Pada indeks kerentanan Dalam tahap analisis data dari hasil wawancara, kami

menganalisis dan menilai bagaimana tingkat kerentanan banjir rob yang ada pada

daerah yang terdampak dari tiga profesi yang kami telah kami ambil sampel datanya.

dan mengaitkan ke alat ukur mengenai indeks kerentanan, yaitu indeks kerentanan

banjir rob. Adapun indeks kerentanan banjir rob sebagai berikut.

38

Page 39: proposal penelitian Disaster Management

39

AncamanKomponen /

Indikator

Kelas Indeks Sumber

DataRendah Sedang Tinggi

Banjir

Rob

Sosial Budaya

1Kepadatan

Penduduk

<500

Jiwa/km2

500-1000

Jiwa/km2

>100

Jiwa/km2

2Kelompok

Rentan<20% 20-40% >40%

Ekonomi

1Luas lahan

produktif<5 Ha 5-10 Ha >10 Ha

2

Kontribusi

PDRB per

sektor

<Rp 100

Juta

Rp 100 -

300 Juta

>Rp 300

Juta

Fisik

1 RumahTidak

Permanen

Semi

PermanenPermanen

2Fasilitas

Umum<1

1 sampai

3>3

3Fasilitas

Kritis<1

1 sampai

2>2

Lingkungan atau Ekologi

1Hutan

Lindung<20 Ha 20-50 Ha >50 Ha

2Hutan

Alam<25 Ha 25-75 Ha >75 Ha

3

Hutan

Bakau /

Mangrove

<10 Ha 10-30 Ha >30 Ha

4Semak

Belukar<10 Ha 10-30 Ha >30 Ha

5 Rawa <5 Ha 5-20 Ha >20 Ha

Page 40: proposal penelitian Disaster Management

Daftar Pustaka

40

Page 41: proposal penelitian Disaster Management

Logbook TRADAS XXVI

http://www.ferryefendi.blogspot.in/2007/12/konsep-bencana-disaster.html?m=1. 2007.

Konsep Bencana Disaster. Diakses pada tanggal 23 Januari 2015 pukul 17:11 WIB

Aliens, Goling. http://golingaliens.blogspot.in/2012/01/disaster-management-dm.html?m=1.

2012. Disaster Management (DM). Diakses pada tanggal 23 Januari 2015 pukul 17:55 WIB

DIKTAT Disaster Management KMPLHK RANITA 2010

http://www.belajargeografi.com/2013/01/teori-pasang-surut.html, M. Yusuf, Teori Pasang

Surut, diakses pada Kamis, 9 April 2015 pukul 22.33 WIB.

http://id.wikipedia.org/wiki/Rob, Rob, diakses pada Kamis, 9 April 2015 pukul 22.29 WIB.

http://rizkynovi99.blogspot.com/2013/05/pengertian-penyebab-dampak-dan-cara.html,

Pengertian, Penyebab, Dampak dan Cara Menanggulangi Banjir, diakses pada Kamis, 9

April 2015 pukul 22.31 WIB.

http://ini-itu-bacadulu.blogspot.com/2013/11/tentang-banjir-rob.html, Tentang Banjir Rob,

diakses pada Kamis, 16 April 2015 pukul 14.54 WIB.

41