Upload
benni-pramudita
View
3.734
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di era globalisasi sekarang ini, banyak aktivitas yang tidak terlepas
dari praktek kecurangan atau fraud. Kecurangan yang terjadi tidak mudah
dihilangkan seperti membalikkan kedua telapak tangan. Banyak tindakan
kecurangan yang masih terjadi dan masih sulit untuk diatasi serta ditekan
keberadaannya. Kecurangan bisa saja terjadi dilakukan oleh perorangan,
tetapi juga bisa dilakukan oleh sekelompok orang didalam organisasi yang
bekerja sama dalam praktek kecurangan. Beberapa kecurangan kebanyakan
terjadi di perusahaan-perusahaan yang memiliki struktur organisasi yang
cukup kompleks, tetapi tidak menutup kemungkinan dalam perusahaan kecil
pun yang baru berdiri indikasi terjadinya kecurangan atau fraud lebih besar
terjadi. Dalam pemerintahan tindak kecurangan juga banyak terjadi seperti di
pemerintahan pusat hingga pemerintahan daerah juga tidak luput dari praktek
kecurangan. Kecurangan yang terjadi di instansi pemerintahan seringkali
berkaitan dengan praktik korupsi dan kolusi diantara kelompok yang
berkepentingan.
Dalam prakteknya kecurangan yang terjadi khususnya di perusahaan
biasanya disebabkan oleh sistem pengendalian perusahaan tidak mampu
untuk menekan tindakan kecurangan yang dilakukan oleh pegawainya.
Pegawai yang melakukan kecurangan biasanya mempunyai kekuasaan atau
kesempatan untuk melakukan kecurangan yang merugikan perusahaan.
Kecurangan tidak hanya terjadi pada jajaran pegawai tingkat bawah saja,
tetapi untuk pegawai jajaran tingkat atas kecurangan bisa terjadi lebih besar.
Perusahaan bidang perbankan pun menjadi lahan basah orang atau
kelompok untuk melakukan kecurangan. Perbankan memberikan peluang
yang cukup besar untuk berbuat curang. Beberapa tahun terakhir ini banyak
kasus kecurangan yang terjadi di bidang perbankan, dari praktek korupsi,
kolusi dan kecurangan lainnya. Beberapa kasus fraud yang terjadi di bidang
perbankkan terjadi akibat tindakan yang dilakukan oleh orang di dalam bank
yang bersangkutan.
Kasus terakhir yang menggemparkan dunia perbankan nasional di
indonesia ialah kasus Malinda dee, seorang karyawan di salah satu bank di
indonesia yang membobol rekening milik nasabahnya hingga meraup Rp. 17
M. Kepolisian menjerat Melinda Dee bernama asli Inong Melinda dalam
kasus pembobolan dana nasabah citibank ini dengan pasal 49 ayat 1 dan 2 UU
no 7 tahun 1992 sebagaimana diubah dengan UU no 10 tahun 1998 tentang
perbankan dan atau pasal 6 UU no 15 tahun 2002 sebagaimana diubah dengan
UU no 25 tahun 2003 sebagaimana diubah dengan UU no 8 tahun 2010
tentang tindak pidana pencucian uang. Selain itu juga Melinda Dee diduga
dengan sengaja melakukan kejahatannya dengan mengaburkan transaksi dan
pencatatan tidak benar terhadap beberapa slip transfer penarikan dana pada
rekening nasabahnya dengan dibantu tersangka D ( Chempornet, 30 maret
2011 ).
Pakar tindak pidana pencucian uang Yenti Ganarsih mengatakan,
kasus-kasus kejahatan perbankan belakangan ini sudah termasuk dalam
kategori kejahatan pencucian uang karena modusnya dengan menyebarkan
dana yang berhasil digelapkan kepada beberapa pihak atau perusahaan lain.
Yenti menyarankan agar pihak berwajib juga menggunakan UU Pencucian
Uang untuk menyelesaikan berbagai kasus perbankan belakangan ini
sehingga bisa melacak larinya dana yang digelapkan dari perbankan.
Beberapa kasus kejahatan di perbankan hanya akan diselidiki menggunakan
UU pidana perbankan atau UU korupsi jika pelaku adalah pejabat negara atau
pimpinan perusahaan negara, namun para penerima dana sulit diungkap atau
dipidanaka ( Arsip Berita, 14 mei 2011 ).
Dari beberapa kasus yang telah terjadi di dunia perbankan di
indonesia, membuktikan bahwa perbankan di indonesia masih rawan terhadap
tindakan kecurangan atau fraud. Kasus fraud perbankan rata-rata disebabkan
oleh tindakan kecurangan dari orang di dalam bank dimana tempat dia
bekerja. Kasus pembobolan dana nasabah yang terjadi berulang kali di
Indonesia dinilai karena perbankan nasional tidak memiliki fraud database
yang bisa menjadi bahan pembelajaran untuk menghindari kasus pembobolan
dana masa lalu terjadi kembali di masa mendatang. Pengamat perbankan dari
Strategic Indonesia Jos Luhukay mengatakan bank nasional saat ini memiliki
informasi yang minim tentang kasus pembobolan dana yang pernah terjadi di
Indonesia, karena belum adanya fraud database. Hanya dua sumber bagi bank
untuk mempelajari kasus fraud yaitu media massa dan pengalaman dari
bankir yang pernah menghadapi kasus pembobolan dana, ujar mantan Wakil
Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia tersebut, hari ini ( ArsipBerita,
2 mei 2011 ).
Tindakan yang diambil oleh bank indonesia sebagai regulator
peraturan perbankan di indonesia ialah dengan menyiapkan pedoman untuk
mengurangi tindakan kecurangan yang terjadi di dunia perbankan. Bank
Indonesia akan segera menyusun pengaturan Pedoman Penyusunan Strategi
AntiFraud yang harus diterapkan dalam sistem pengendalian internal bank
untuk mencegah terjadinya kasus-kasus penyimpangan operasional di
perbankan, kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Muliaman D. Hadad (
ArsipBerita, 25 mei 2011 ).
Pedoman anti fraud atau anti pembobolan yang sedang disiapkan oleh
Bank Indonesia dalam menekan tindakan kecurangan serta mengurangi
praktek tindak pidana kejahatan perbankan akan diwajibkan untuk diadopsi di
perbankan indonesia. Pedoman anti fraud menjadi ukuran tentang kewajiban
perbankan nasional untuk memenuhi standar keamanan operasional bank.
Dari gambaran diatas peneliti tertarik untuk membahas tentang konsep
pedoman anti fraud dan peranannya dalam mengurangi tindakan fraud di
perbankan. Peneliti akan mengambil judul “PERANAN PEDOMAN ANTI
FRAUD DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECURANGAN
PERBANKAN NASIONAL DI INDONESIA” yang akan diteliti di salah
satu bank nasional di kota malang Bank Mandiri Cabang Universitas
Brawijaya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas dalam latar belakang, maka permasalahan yang
dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
a) Apakah pengertian dari pedoman anti fraud perbankan?
b) Bagaimanakan peran pedoman anti fraud di perbankan nasional di
indonesia ?
c) Bagaimana penerapan pedoman anti fraud dalam menurunkan tingkat
kecurangan perbankan nasional di indonesia indonesia ( studi kasus pada
Bank Mandiri Cabang Universitas Brawijaya Malang ) ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah :
a. Mengetahui pengertian dari pedoman anti fraud perbankan
b. Mengetahui bagaimana peran pedoman anti fraud di perbankan nasional
di indonesia
c. Mengetahui bagaimana penerapan pedoman anti fraud dalam menurunkan
tingkat kecurangan perbankan nasional di indonesia ( studi kasus pada
Bank Mandiri cabang Universitas Brawijaya Malang ) ?
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang ingin disampaikan oleh peneliti dalam penelitian ini
ialah :
a. Peneliti
1. Memberikan manfaat ilmu pengetahuan tentang pedoman anti fraud
dan bagaimana peran pedoman anti fraud dalam mengurangi tingkat
kecurangan perbankan di indonesia
2. Memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana program
studi S1 pada Jurusan Akuntansi Universitas Brawijaya Malang
b. Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat untuk
menambah wawasan dan dapat dijadikan referensi atau bahan penelitian
lebih lanjut.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Kecurangan
Beberapa orang (pakar) mendefinisikan kecurangan dengan pendapat
berbeda-beda. Albrecht, (2009) mengemukakan dalam bukunya “Fraud
examination” menyatakan bahwa fraud is a generic term, and embraces all
the multifarious means which human ingenuity can devise, which are resorted
to by one individual, to get an advantage over another by false
representations. No definite and invariable rule can be laid down as general
proportion in defining fraud, as it includes surprise, trickery, cunning and
unfair ways by which another is cheated. The only boundaries defining it are
those which limit human knavery ( Albrecht, 2009 ).
Sedangkan definisi fraud menurut Black Law Dictionary ialah 1. A
knowing misrepresentation of the truth or concealment of a material fact to
induce another to act to his or her detriment; is usual a tort, but in some
cases (esp. when the conduct is willful) it may be a crime, 2. A
misrepresentation made recklessly without belief in its truth to induce
another person to act, 3. A tort arising from knowing misrepresentation,
concealment of material fact, or reckless misrepresentation made to induce
another to act to his or her detriment. Yang diterjemahkan (tidak resmi),
kecurangan adalah : 1. Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu
kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang
dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan
yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa
kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) memungkinkan merupakan
suatu kejahatan; 2. penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang
secara ceroboh/tanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya
berakibat dapat mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak atau
berbuat; 3. Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat diketahui keterangan
atau penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta material,
atau penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan yang mempengaruhi orang
lain untuk berbuat atau bertindak yang merugikannya.
Dari beberapa pendapat di atas mengenai pengertian fraud
( kecurangan) mengemukakan tentang adanya aktivitas penipuan, cara yang
tidak adil dan ketidakjujuran demi mendapatkan keuntungan lebih dari yang
lain dengan cara-cara yang tidak etis yang menyebabkan kerugian untuk
orang lain. Beberapa tindakan kecurangan yang dilakukan dapat disebabkan
tindakan yang disengaja maupun tidak disengaja. Kecurangan yang dilakukan
secara disengaja merupakan salah satu bentuk kejahatan.
2.2. Jenis-jenis Kecurangan
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasis
Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat, merupakan organisasi professional
bergerak di bidang pemeriksaan atas kecurangan yang berkedudukan di
Amerika Serikat dan mempunyai tujuan untuk memberantas kecurangan,
mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam beberapa klasifikasi, dan
dikenal dengan istilah “Fraud Tree” yaitu Sistem klasifikasi mengenai hal-hal
yang ditimbulkan oleh kecurangan
1. Penyimpangan atas asset (Asset Misappropriation); Asset
misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset atau harta
perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang paling
mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat diukur/dihitung
(defined value).
2. Pernyataan palsu atau salah pernyataan (Fraudulent Statement);
Fraudulent statement meliputi tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau
eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi
kondisi
keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan
(financial engineering) dalam penyajian laporan keuangannya untuk
memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan dengan istilah
window dressing.
3. Korupsi (Corruption). Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena
menyangkut kerja sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di
mana hal ini merupakan jenis yang terbanyak terjadi di negara-negara
berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan masih kurang
kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya masih
dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena
para pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis
mutualisma). Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan
wewenang/konflik kepentingan (conflict of interest), penyuapan (bribery),
penerimaan yang tidak sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan
secara ekonomi (economic extortion) ( Albrech, 2009 ).
2.3. Penyebab Orang Melakukan Kecurangan ( Triangle Fraud)
Siapa yang melakukan fraud atau kecurangan, ini yang selalu menjadi
pertanyaan untuk orang yang menyelidiki tentang fenomena kecurangan dan
gejalanya. Albrecht, (2009) menyatakan bahwa Pelaku fraud umumnya lebih
berpendidikan, lebih beragama, dan sedikit dari mereka yang memiliki
catatan kriminalitas. Mereka juga memiliki kesehatan psikologis yang lebih
baik. Sedangkan untuk perbandingan yang nomor dua, yaitu dengan pelajar,
mereka hanya berbeda tipis. Dimana pelaku fraud cenderung lebih tidak jujur,
lebih mandiri, lebih dewasa, lebih memiliki penyimpangan sosial, serta lebih
empatik daripada pelajar/mahasiswa ( Albrecht, 2009 ).
Alasan orang untuk melakukan sebuah kecurangan dipicu oleh
beberapa alasan yang berbeda. Dalam buku “Fraud Examination” karangan
Albrect mengemukakan bahwa ada tiga alasan utama mengapa orang-orang
melakukan fraud, yaitu: (1) tekanan (2) kesempatan dan (3) suatu cara untuk
merasionalisasi bahwa tindakan fraud diperbolehkan. Ketiga elemen itulah
yang kita sebut dengan fraud triangle ( Albrecht, 2009 ).
Elemen pertama orang melakukan kecurangan ialah saat dia berada
dalam tekanan. Tekanan paling umum yang sering membuat orang
melakukan sebuah kecurangan ialah tekanan finansial, dimana tekanan akan
kebutuhan pribadi keuangan menjadi penyebab yang mendorong orang untuk
berbuat curang. Tekanan yang lain berhubungan dengan pekerjaan, dimana
pekerjaan seseorang menuntut dia secara sadar atau tidak untuk melakukan
kecurangan. Faktor-faktor yang memicu timbulnya fraud yang berhubungan
dengan tekanan pekerjaan, yaitu seperti tidak adanya penghargaan terhadap
pekerjaan yang telah dilakukannya, ketidakpuasan terhadap pekerjaan,
ketakutan akan kehilangan pekerjaan, sedang mencari-cari promosi kenaikan
jabatan, serta kurangnya upah atau gaji yang diberikan ( Albrecht, 2009 ).
Penyebab kedua orang dapat melakukan tindakan kecurangan ialah
adanya kesempatan. Setidaknya ada enam faktor utama yang dapat
meningkatkan kesempatan bagi individu-individu untuk dapat terlibat dalam
tindakan fraud, yaitu: Kurangnya pengendalian yang mengitari untuk dapat
mencegah atau mendeteksi adanya perilaku kecurangan/fraud;
Ketidakmampuan untuk menilai kualitas dari performa kinerja. ;Gagal untuk
mendisiplinkan pelaku fraud.; Kurangnya akses informasi. ;Ketidak
mampuan, ketidak cakapan, serta sikap apatis. ;Kurangnya jejak audit
( Albrecht, 2009 ).
Penyebab yang ketiga dalam fraud triagle ialah rasionalisasi.
Rasionalisasi disini maksudnya adalah pelaku fraud meyakinkan diri mereka
sendiri bahwa fraud tersebut diperbolehkan dengan berbagi argumentasi yang
mereka berikan. Ada beberapa rasionalisasi yang biasanya digunakan oleh
para fraudsters/pelaku fraud, yaitu: ‘perusahaan meminjamkannya padaku’;
‘aku hanya meminjam-nanti akan kukemablikan lagi’; ‘tidak ada orang yang
terluka’; ‘aku pantas mendapatkan lebih’; ‘ini untuk tujuan baik’; ‘kami akan
memperbaiki pencatatan secepatnya setelah kesulitan ekonomi kami selesai’;
‘sesuatu harus dikorbankan, entah tiu integritasku atau reputasiku’( Albrecht,
2009).
2.4. Kecurangan di Perusahaan Multinasional
Skandal fraud yang terjadi sampai sekarang sudah tidak terhitung, dari
yang tingkat kecil hingga skandal mega fraud yang menyebabkan perusahaan
itu hancur. Beberapa skandal kecurangan yang terjadi di berbagai negara dan
penyebab yang memicu kebangkrutan di perusahaan tersebut menurut
Sunarsip ( kompas, 15/7/02 ), ada berbagai sebab yang memicu kebangkrutan
berbagai perusahaan tersebut, sebagaimana diikhtisarkan dalam tabel berikut
ini :
Skandal Kejahatan Korporat di AS
Nama Perusahaan Pemicu Permasalahan
Enron Corp Manipulasi Pembukuan
Tyco Internasional Penggelapan Pajak
Adelphia Communications Penipuan Sekuritas
Global Crossing Insider Trading, Penipuan Sekuritas
Xerox Corporation Manipulasi Pembukuan
Worldcom Manipulasi Pembukuan
Wald Disney Company Manipulasi Pembukuan
ImClone System Inc Insider Trading
Sumber: Gugus Irianto, Skandal Korporasi dan Akuntan 2 juli 2003
Dalam daftar skandal kejahatan kecurangan yang terjadi di berbagai
perusahaan di atas sangat memprihatikan, khususnya skandal kecurangan
yang terjadi pada Enron Corp di tahun 2001 yang menampar wajah profesi
akuntan di dunia. Beberapa skandal kecurangan diatas pemicu
permasalahannya ialah manipulasi pembukuan, penggelapan pajak dan
insider trading. Dari data diatas rata-rata skandal kecurangan yang terjadi
karena manipulasi pembukuan, dan ini yang berimbas pada profesi akuntan
dan Arthur Andersen, salah satu dari The Big Five Public Accounting Firms,
juga ikut terlilit dalam permasalahan ini ( Gugus Irianto, 2003 ).
Beberapa kasus fraud atau kecurangan juga terjadi di indonesia,
khususnya kasus manipulasi pembukuan dan manipulasi pasar. Perusahaan-
perusahaan di indonesia terkena sangsi yang dijatuhkan oleh Badan Pengawas
Pasar Modal (Bapepam) baik itu perseorangan atau dalam bentuk lembaga
berbadan hukum, beberapa diantaranya ialah 12 perusahan sekuritas , 1 rekan
dari salah satu KAP besar di Indonesia (didenda sebesar Rp. 100 juta), salah
satu manajemen perusahaan farmasi (didenda sebesar Rp. 500 juta), dan
sekitar 15 individu dan 1 PT (secara keseluruhan didenda lebih dari Rp. 3
milyar) . Total denda keuangan secara keseluruhan mencapai lebih dari Rp.
4,4 milyar. Berikut ini data tentang perusahaan yang tersandung masalah :
Nama Perusahaan Jumlah Denda
Jasabanda Sekuritas dan Ficor Sekuritas Indonesia 500 juta*)
BNI Securities 150 Juta*)
Kuo Capital Raharja, Megakarya Securities dan Intra Asia
Securities
100 Juta*)
Arab Malaysia Securities, Samuel Sekurities, dan Intra Asia
Securities, Global Inter Capital, Jalur Wahana, dan Panin
Securities
75 Juta*)
Sumber: Gugus Irianto, Skandal Korporasi dan Akuntan 2 juli 2003
2.5. Kasus Perbankan Nasional
Kasus kecurangan perbankan yang terjadi di indonesia bulan
september 2010 yang dikemukakan oleh Bank Indonesia menyatakan bahwa
hampir 70% bank perkreditan rakyat yang tutup selama ini karena terjadi
kasus kecurangan perbankan atau fraud. Direktur Kredit, BPR dan UMKM
Bank Indonesia (BI) Edy Setiadi menyatakan sebagian besar bank perkreditan
rakyat (BPR) yang berstatus pengawasan khusus disebabkan karena terjadi
pembobolan dana oleh manajemen atau pemilik bank mikro itu ( kompas, 13
mei 2011 ).
Skandal kecurangan lain yang terjadi di dunia perbankan seperti yang
dikutip dari okezone 8 juni 2011 ialah tentang Bank Indonesia (BI) yang
mengatakan fraud (kekacauan) di perbankan khusus kartu kredit mencapai
2.741 kasus dengan nilai kerugian mencapai Rp11,78 miliar dari Januari
sampai April 2011. BI mengatakan fraud ini terjadi karena pencurian
identitas. Bank sentral mencatat fraud dari pencurian identitas tercatat
sebanyak 1.204 kasus dengan kerugian Rp5,963 miliar. Sedangkan terbanyak
kedua adalah fraud kartu kredit terjadi akibat adanya pemalsuan kartu yang
mencapai 545 kasus dengan kerugian Rp 2,530miliar. Sedangkan untuk fraud
kartu ATM (debet), BI memaparkan terdapat 3.246 kasus dengan kerugian
sebanyak Rp 294 juta. Paling banyak kasus fraud kartu ATM (debet} karena
hilang dan atau dicuri dimana mencapai 3.005 kasus dengan kerugian Rp62
juta ( Okezone, 8 juni 2011 ).
Beberapa kasus kecurangan dalam bidang perbankan yang telah
terekam dan di publikasikan di harian kompas. Berikut ini adalah sembilan
kasus perbankan pada kuartal pertama yang dihimpun oleh Strategic
Indonesia melalui Badan Reserse Kriminal Mabes Polri:
1. Pembobolan Kantor Kas Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tamini Square.
Melibatkan supervisor kantor kas tersebut dibantu empat tersangka dari
luar bank. Modusnya, membuka rekening atas nama tersangka di luar
bank. Uang ditransfer ke rekening tersebut sebesar 6 juta dollar AS.
Kemudian uang ditukar dengan dollar hitam (dollar AS palsu berwarna
hitam) menjadi 60 juta dollar AS.
2. Pemberian kredit dengan dokumen dan jaminan fiktif pada Bank
Internasional Indonesia (BII) pada 31 Januari 2011. Melibatkan account
officer BII Cabang Pangeran Jayakarta. Total kerugian Rp 3,6 miliar.
3. Pencairan deposito dan melarikan pembobolan tabungan nasabah Bank
Mandiri. Melibatkan lima tersangka, salah satunya customer service bank
tersebut. Modusnya memalsukan tanda tangan di slip penarikan, kemudian
ditransfer ke rekening tersangka. Kasus yang dilaporkan 1 Februari 2011,
dengan nilai kerugian Rp 18 miliar.
4. Bank Negara Indonesia (BNI) Cabang Margonda Depok. Tersangka
seorang wakil pimpinan BNI cabang tersebut. Modusnya, tersangka
mengirim berita teleks palsu berisi perintah memindahkan slip surat
keputusan kredit dengan membuka rekening peminjaman modal kerja.
5. Pencairan deposito Rp 6 miliar milik nasabah oleh pengurus BPR tanpa
sepengetahuan pemiliknya di BPR Pundi Artha Sejahtera, Bekasi, Jawa
Barat. Pada saat jatuh tempo deposito itu tidak ada dana. Kasus ini
melibatkan Direktur Utama BPR, dua komisaris, komisaris utama, dan
seorang pelaku dari luar bank.
6. Pada 9 Maret terjadi pada Bank Danamon. Modusnya head teller Bank
Danamon Cabang Menara Bank Danamon menarik uang kas nasabah
berulang-ulang sebesar Rp 1,9 miliar dan 110.000 dollar AS.
7. Penggelapan dana nasabah yang dilakukan Kepala Operasi Panin Bank
Cabang Metro Sunter dengan mengalirkan dana ke rekening pribadi.
Kerugian bank Rp 2,5 miliar.
8. Pembobolan uang nasabah prioritas Citibank Landmark senilai Rp 16,63
miliar yang dilakukan senior relationship manager (RM) bank tersebut.
Inong Malinda Dee, selaku RM, menarik dana nasabah tanpa
sepengetahuan pemilik melalui slip penarikan kosong yang sudah
ditandatangani nasabah.
9. Konspirasi kecurangan investasi/deposito senilai Rp 111 miliar untuk
kepentingan pribadi Kepala Cabang Bank Mega Jababeka dan Direktur
Keuangan PT Elnusa Tbk ( Kompas, 3 mei 2011 ).
2.6. Pedoman Anti Fraud Indonesia
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Muliaman D. Hadad
menyatakan di bahwa pedoman antifraud tersebut harus mencakup empat
tahapan yaitu tahap preventif yang mencakup penguatan governance,
pengawasan aktif dari manajemen, dan penerapan prinsip know your
employee, tahap deteksi termasuk whistleblowing system, fraud data, dan
pelaporannya. Kemudian tahap ketiga adalah investigasi yang meliputi
standar investigasi, evaluasi kelemahan sistem, dan pengenaan sanksi, dan
empat tahap monitoring yang meliputi evaluasi mengenai asesmen dan
appetite risiko fraud yang terjadi di bank. Selain itu, lanjutnya, dengan
semakin terintegrasinya sistem keuangan yang memungkinkan terjadinya
penyimpangan yang melibatkan bank dan lembaga keuangan nonbank, Bank
Indonesia akan meningkatkan koordinasi dan menyelenggarakan pemeriksaan
bersama dengan otoritas pengawas lembaga keuangan nonbank dan lembaga
penjamin simpanan. Dalam kesempatan itu, BI juga meminta agar perbankan
melakukan penguatan pengendalian internal Bank, dengan memperkuat
seluruh lapis pengawasan yang ada untuk mencegah, mendeteksi, dan
meminimalkan peluang atau kesempatan terjadinya risiko dari kegiatan
operasional, termasuk diantaranya menyempurnakan prosedur standar
operasional (SOP) ( ArsipBerita, 25 mei 2011 ).
Bank Indonesia (BI) mengatakan maraknya kasus pembobolan dan
fraud di perbankan belakang ini terjadi karena kelalaian pihak perbankan
dalam hal-hal klasik dan sederhana. BI mengatakan semua kecolongan di
permasalahan dasar ini. "Modusnya klasik, sederhana, basic classic malah,
itu berarti lebih banyak karena semua kecolongan pada permasalahan yang
basic dalam internal kontrolnya, hal yang basic, akuntan publiknya tidak
mampu menangkap hal-hal yang basic dan pengawasan kita tidak menangkap
ada hal yang aneh padahal ini basic," ungkap Gubernur BI Darmin Nasution
di Jakarta. Kemudian menanggapi pelanggaran dari PT Bank Mega Tbk
(MEGA), Darmin mengatakan juga disini ada pelanggaran yang bersifat
dasar seperti kepala cabang Bank Mega yang juga ikut terlibat dalam
pembobolan dana PT Elnusa Tbk (ELSA) ( Okezone, 1 juni 2011 ).
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penelitian yang Digunakan
Dalam menyusun skripsi ini, metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus.
Menurut Moh. Nazir, Phd (2003;54-55), metode deskriptif yaitu suatu metode
dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang yang
bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,
faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki. Secara harfiah, metode deskriptif adalah metode
penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga
metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka..
Adapun teknik pengumpulan data serta informasi yang dilakukan oleh
penulis dalam penyusunan skripsi ini yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data
yang bersifat teoritis dari literatur, catatan-catatan kuliah, bahan tulisan
lainnya yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti sehingga dapat
dijadikan data sekunder. Tujuan dari penelitian kepustakaan ini adalah
untuk mendapatkan landasan teori dan berbagai pengertian mengenai
masalah yang diteliti.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu suatu metode penelitian yang digunakan dengan cara melakukan
penelitian secara langsung terhadap masalah yang akan dibahas yang
merupakan objek penelitian untuk mendapatkan data-data dan informasi
yang diperlukan. Data dikumpulkan dengan cara mempelajari data
tertulis, wawancara dengan pejabat yang berwenang, memberikan
kuesioner dan meneliti praktik serta prosedur pelaksanaan secara
langsung.
DAFTAR PUSTAKA
Albrech, W. Steve, Conan C. Albrech ext. 2009. Fraud Examination . Canada : South-
Western, a part of Cengage Learning
Moh. Nazir, Ph.D. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia
Ganarsih, Yenti. Diunduh dari KCM (kompas Cyber Media ) www.kompas.com 20
juni 2011. Tanggal upload 14 mei 2011
Irianto SE. MSA. Ph.D. Ak. , Gugus. 2003. Skandal Korporasi dan Akuntan. Malang
: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
Luhukay, Jos . Mantan Direktur Utama PT Bank Danamon Indonesia. Diunduh dari
www.ArsipBerita.com 20 juni 2011. Tanggal upload 25 mei 211
D. Hadad, Muliaman. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI). BI Susun Pedoman Anti
Fraud. diunduh dari www.arsipberita.com senin 19 juni 2011. Tanggal upload 25
mei 2011
Rusadi Putra, Idris. Kuartal 1, Fraud Kartu Kredit capai 2.741 Kasus. Diunduh dari
www.okezone.com senin 19 juni 2011, tanggal upload 8 juni 2011
Strategic Indonesia melalui Badan Reserse Kriminal Mabes Polri. Inilah 9 Kasus
Kejahatan Perbankan. Diunduh dari http://bisniskeuangan.kompas.com/read/-
2011/05/03/09441743/Inilah.9.Kasus.Kejahatan.Perbankan tanggal 19 juni 2011.
Diupload tanggal 3 mei 2011
http://chempornet.com/malinda-dee-si-seksi-melinda-dee-pembobol-citibank/
diunduh tanggal 19 juni 2011. Tanggal upload 30 maret 2011
Nasution, Darmin. Gubernur Bank Indonesia. Fraud & Pembobolan Bank Cuma Gara-
Gara Hal Mendasar. Diunduh dari www.kompas.com tanggal 19 juni 2011. Tanggal
upload 23 mei 2011
Setiadi, Edy. Direktur Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia. Hampir 70% BPR tutup
karena fraud. diunduh di arsipberita.com tanggal 19 juni 2011. Tanggal upload 13 mei
2011
PERANAN PEDOMAN ANTI FRAUD DALAM MENURUNKAN TINGKAT KECURANGAN PERBANKAN NASIONAL DI
INDONESIA
STUDI KASUS BANK MANDIRI CABANG
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
Disusun untuk memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Forensic Accounting and Fraud Examination
Dosen : GUGUS IRIANTO, SE. MSA. Ph.D. Ak.
Oleh :
Benni P. Wijaya
0810230050
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya Malang
2011
2. Akuntan dapat memiliki peran sentral dalam upaya pencegahan (prevention),
pendeteksian (detection), dan investigasi (investigation) fraud. Setujukah
anda dengan pernyataan tersebut? Jelaskan (catatan: kaitkan jawaban Sdr.
dengan profesi akuntan yang mana yang relevan untuk memiliki peran
masing-masing)?
Setuju, karena Akuntan memang memiliki peran yang sangat penting
dalam perusahaan dalam pencegahan, pendeteksian dan investigasi fraud
atau kecurangan yang terjadi di perusahaan atau. Pencegahan kecurangan
memang tidak mudah, dalam buku albrech menjelaskan bahwa pencegahan
kecurangan di suatu lingkungan organisasi diawali dengan menciptakan
budaya yang jujur, terbuka dan saling membantu di dalam organisasi. Jika
setiap pegawai di dalam perusahaan dapat mendukung terciptanya lingkungan
yang jujur dan terbuka, maka kecurangan mungkin tidak akan pernah terjadi.
Sedangkan untuk peran akuntan dalam pencegahan ( prevention) ialah
akuntan dapat menciptakan suatu sistem internal kontrol yang baik dalam
perusahaan, akuntan menciptakan pengendalian di setiap sistem operasional
di perusahaan, seperti pembuatan struktur organisasi, SOP dan kebijakan
serta pembuatan sistem pengendalian berbasis komputer atau sofware.
Semakin kuat sistem pengendalian yang dibuat oleh akuntan, maka
kesempatan untuk melakukan kecurangan atau fraud akan semakin kecil.
Ketika sistem tidak mampu untuk mencegah tindakan kecurangan,
maka tindakan kecurangan akan terjadi di dalam organisasi atau perusahaan.
Inilah peran akuntan yang kedua untuk mendeteksi (detection) kejadian atau
hal-hal gejala terjadiinya kecurangan di dalam perusahaan. Albrech dalam
bukunya fraud examination menyatakan bahwa gejala kecurangan dibagi
menjadi 6 grup, antara lain : (1) anomali akuntansi, (2) kelemahan
pengendalian internal, (3) anomali analitik, (4) gaya hidup mewah, (5)
kebiasaan yang berbeda dan (6) adanya tips. Peran akuntan dalam mendeteksi
gejala kecurangan dapat dilakukan dalam mendeteksi terjadinya anomali
akuntansi di dalam pencatatan transaksi untuk laporan keuangan. Akuntan
dapat mendeteksi dari pencatatan akuntansi, psoting hingga pembuatan
laporan keuangan apakah sudah dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi
berlaku umum. Akuntan dapat membantu juga untuk menemukan kelemahan-
kelemahan pengendalian internal di perusahaan dan memberikan
rekomendasi untuk membuat perbaikan pengendalian.
Peran penting akuntan selanjutnya ialah bagaimana seorang akuntan
dapat menginvestigasi kecurangan yang terjadi, mencari penyebabnya, dalang
dibalik kecurangan, dan dampak yang ditimbulkan dari kecurangan yang
telah terjadi. Akuntan sangat diperlukan untuk menginvestigasi dan
menemukan letak kecurangan yang ada. Kecurangan bisa dilakukan dalam
penyusunan laporan keuangan, dalam organisasi seperti korupsi dan kolusi.
Akuntan yang bertugas dalam menginvestigasi biasanya ialah akuntan
internal perusahaan atau disebut juga sebagai auditor internal.
3. Berbagai upaya dapat dilakukan oleh manajemen suatu organisasi dalam
menghadapi tindakan kecurangan keuangan (fraud). Jelaskan pendekatan-
pendekatan yang dapat dipilih oleh manajemen dalam menghadapi
kecurangan?
Pendekatan yang dapat dipilih manajemen dalam menghadapi tindakan
kecurangan keuangan ialah dapat dilakukan dalam berbagai cara, antara lain :
a. Pendekatan Preventif Fraud
Perusahaan dapat menghadapi kecurangan dengan pendekatan preventif
atau pencegahan sebelum kecurangan itu terjadi. Pendekatan ini
memfokuskan bagaimana kondisi di dalam perusahaan tidak
memungkinkan terjadinya tindak kecurangan. Seperti menanamkan
budaya kejujuran dan etika yang baik untuk seluruh jajaran karyawan dan
manajer agar setiap sumber daya manusia di dalam perusahaan memiliki
integritas yang tinggi kepada perusahaan. Hal ini bisa dilakukan
perusahaan dengan menaikkan pangkat pegawai yang jujur serta dengan
mengikutkan karyawannya dalam training fraud. Kedua perusahaan dapat
menciptakan lingkungan kerja yang positif dimana setiap pekerja
mempunyai etos kerja yang tinggi dan berperilaku baik. Ketiga
perusahaan dapat mengeliminasi kesempatan untuk berbuat kecurangan di
dalam lingkungan organisasi. Perusahaan yang baik harusnya memiliki
sistem pengendalian yang kuat, semakin kuat sistem pengendalian di
perusahaan maka pencegahan terhadap tindak kecurangan akan semakin
besar pula. Perusahaan dapat terus memonitor kegiatan operasionalnya.
b. Pendekatan Deteksi Kecurangan
Mendeteksi indikasi terjadinya kecurangan memang tidak mudah, tetapi
mendeteksi kecurangan dapat dilakukan dengan mengenali gejala-gejala
tindakan kecurangan dan dari data pendeteksian kecurangan. Mendeteksi
kecurangan dengan meneliti gejala-gejala kecurangan yang terjadi di
dalam perusahaan. Perusahaan dapat mendeteksi gejala kecurangan yang
dibagi menjadi enam grup, antara lain : (1)anomali akuntansi,
(2)kelemahan pengendalian internal, (3)anomali analitik, (4)gaya hidup
mewah, (5)kebiasaan yang tidak seperti biasa, dan (6)adanya uang tip.
Beberapa bentuk pendeteksian kecurangan dapat difokuskan kedalam
enam grup diatas. Untuk anomali akuntansi, pendeteksian dapat dilakukan
pada pencatatan dan hasil dari proses dalam prosedur sistem akuntansi
perusahaan. Kelemahan pengendalian internal di perusahaan
menunjukkan adanya peluang indikasi terjadinya kecurangan, contohnya
seperti pengendalian yang lemah pada sistem pembelian maka perusahaan
dapat memfokuskan deteksi di sistem pembelian. Anomali analitikal ialah
mendeteksi kesesuaian hubungan dalam data finansial atau nonfinansial
yang tidak wajar, seperti perusbahan volume, harga dan lain-lain. Gaya
hidup mewah merupakan faktor bawaan seseorang dapat melakukan
kecurangan, perusahaan dapat melakukan pendeteksian terhadap
karyawan perusahaan yang memiliki gaya hidup yang mewah. Perubahan
kebiasaan merupakan salah satu hal yang mengindikasikan terjadinya
kecurangan, perusahaan dapat mencek karyawan yang terjadi perubahan
pola perilaku yang mungkin saja melakukan sebuah kecurangan. Terakhir
adanya tip-tip atau hadiah yang diberikan mungkin saja sebagai uang
tutup mulut untuk menutupi kecurangan.
c. Pendekatan Investigasi
Pendektan investigasi yang bisa dilakukan perusahaan ialah dengan
beberapa tahapan melalui penyelidikan aksi pencurian, penyelidikan aksi
penyembunyian , dan penyelidikan aksi konversi hasil dari pencurian
serta membuat laporan terjadinya kecurangan. Pendekatan investigasi ini
dilakukan perusahaan dengan menyelidiki proses dari pembuatan laporan
keuangan hingga setiap akun dalam laporan apakah menunjukkan nilai
yang wajar. Penyelidikan oleh perusahaan dilakukan dengan menganalisis
bagaimana cara pegawai melakukan kecurangan,selanjutnya bagaimana
pegawai menyembunyikan harta yang didapat dari tindakan kecurangan,
serta menyelidiki bagaimana cara pegawai merubah atau mengkonversi
harta pencurian menjadi aktiva lain.
4. Bagaimana relevansi matakuliah ini (a) dalam konteks perusahaan swasta dan
instansi publik di Indonesia, dan (b) terkait dengan pasar kerja di masa yang
akan datang?
Mata kuliah forensic accounting and fraud examination mengajarkan
mahasiswa tentang kejujuran dan untuk meraih prestasi dengan kerja keras
sendiri. Relevansi yang bisa diambil dalam :
a. Konteks perusahaan swasta dan instansi publik
Forensic accounting and fraud examination, ialah salah satu mata kuliah
yang sekarang ditempuh di jurusan akuntansi. Dalam mata kuliah ini
diajarkan tentang bagaimana untuk mencegah, mendeteksi dan
menginvestigasi terjadinya kecurangan di dalam organisasi atau
perusahaan. Perkuliahan mata kulian ini memberikan materi tentang
bagaimana untuk menekan terjadinya kecurangan yang terjadi dalam diri
sendiri, orang lain serta di dalam perusahaan. Studi kasus sering dibahas
dalam perkuliahan, dan ini memberikan gambaran bagaimana kasus-kasus
kecurangan terjadi di perusahaan baik di indonesia maupun di tingkat
internasional. Pelajaran inilah yang memberikan kemampuan dan
pengalaman bagi mahasiswa untuk dapat terjun langsung di lapangan
serta diharapkan dapat membantu perusahaan menekan terjadinya praktek
kecurangan di perusahaan swasta maupun instansi publik. Harapan yang
besar bagi mahasiswa untuk dapat bekerja secara profesional dan
memiliki etika yang baik untuk tidak malakukan kecurangan yang
merugikan orang lain dan perusahaan.
b. Terkait dengan pasar kerja di masa depan
Dalam perkembangannya dengan pasar kerja di masa depan, mata kuliah
forensic accounting and fraud examination memberikan pengaruh yang
cukup besar. Pasar kerja membutuhkan seorang karyawan dan pegawai
yang memiliki kapabilitas serta integritas yang besar dalam menjalankan
pekerjaannya. Perkembangannya pasar kerja menginginkan seorang
karyawan yang memiliki loyalitas yang kuat terhadap perusahaan dan
mampu bekerja dengan jujur. Seseorang yang memiliki kemampuan yang
besar dalam bekerja, dan memiliki intergritas loyalitas yang besar pula
memberikan keuntungan untuk perusahaan.
5. Bagaimana menanamkan kejujuran dan rasa malu untuk mahasiswa sebagai
bagian dari fraud awareness training. Gunakan imajinasi terbaikmu untuk
menjawab pertanyaan ini.
Menanamkan rasa kejujuran memang tidak mudah, menanamkan
kejujuran harus dimulai dari sekarang dan dari diri pribadi orang tersebut.
Kejujuran tidak bisa dibangun hanya dengan lewat ceramah, penataran atau
indoktinasi kepada masing-masing individu, melainkan kejujuran itu bisa
dibangun lewat pemberian kepercayaan itu sendiri dan saling mempercayai
diantara satu orang dengan orang lain.
Beberapa cara agar orang menjadi jujur ialah dengan peraturan.
Namun lagi-lagi peraturan seperti apapun, jika seseorang mau menyimpang
atau melakukan hal yang tidak jujur, maka bisa saja dicari strategi
penyimpangan itu. Menanamkan kejujuran harus dengan pendekatan
ketauladanan, menumbuhkan rasa malu tatkala disebut tidak jujur, pemberian
penghargaan, dan juga dengan hukuman. Seseorang akan jujur manakala
yang bersangkutan tahu bahwa semua orang dalam lingkungannya telah
berbuat jujur. Seseorang biasanya tidak mau berbuat salah sendirian, karena
akan malu kalau dianggap berperilaku berbeda. Dan juga sebaliknya
seseorang tidak akan mau berbuat jujur sendiri, sementara lainnya tidak jujur.
Kejujuran didukung juga oleh lingkungan, dimana lingkungan yang selalu
mengakui adanya kejujuran dari pribadi orang tersebut. Untuk itu
membangun kejujuran harus dengan pendektan positif dengan memberikan
citra positif kepada seseorang dan sebaliknya sedikit demi sedikit mengurangi
cara-cara negatif seperti memberi pengawasan yang terlalu berlebihan.
Menanamkan kejujuran dan rasa malu untuk mahasiswa juga harus
dimulai dari lingkungan mahasiswa itu berada serta orang-orang disekitarnya.
Lingkungan dan orang-orang disekitarnya yang selalu memberikan dukungan
positif agar menciptakan budaya yang jujur. Kejujuran yang ditanamkaan
untuk mahasiswa bisa diterapkan melalui pemberian penghargaan terhadap
kejujuran dan hukuman jika melakukan kecurangan. Hukuman yang
diberikan terhadap mahasiswa yang melakukan kecurangan harus
memberikan efek jera sehingga mahasiswa harus berpikir jutaan kali untuk
melakukan kecurangan. Seperti hukuman tidak akan diluluskan dalam mata
kuliah yang dilakukan kecurangan, hingga pemberian sangsi tegas
dikeluarkan dari universitas tempat perkuliahan. Seharusnya menanamkan
kejujuran dan rasa malu untuk mahasiswa tidak hanya sebatas memberikan
tekanan dari peraturan yang ada, tetapi menanamkan rasa kesadaran akan
pentingnya kesadaran hingga mahasiswa sendiri yang malu saat dirinya
melakukan tindakan kecurangan.
*HANYA USAHA DAN DOA YANG BISA UNTUK
MEWUJUDKAN SEBUAH HARAPAN*