39
1 PENGARUH OBESITAS TERHADAP TEKANAN DARAH DAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA LANSIA “ Sebuah Penelitian Observasional pada Wanita Lanjut Usia Penderita Obesitas KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh derajat Sarjana Kedokteran pada program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Disusun oleh FADLI ROBBY AMSRIZA 20040310084 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2007

Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

boleh di copy tapi harus di sertakan di daftar pustaka

Citation preview

Page 1: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

1

PENGARUH OBESITAS TERHADAP TEKANAN DARAH DAN

KADAR GLUKOSA DARAH PADA LANSIA

“ Sebuah Penelitian Observasional pada Wanita Lanjut Usia Penderita Obesitas

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat guna memperoleh derajat Sarjana

Kedokteran pada program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh

FADLI ROBBY AMSRIZA

20040310084

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2007

Page 2: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

2

HALAMAN PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH OBESITAS TERHADAP TEKANAN DARAH DAN KADAR

GLUKOSA DARAH PADA LANSIA

“Sebuah Penelitian Observasional pada Wanita Lanjut Usia Penderita Obesitas

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : Fadli Robby Amsriza

No. Mhs : 20040310084

Telah diseminarkan dan disetujui pada tanggal : 18 Desember 2005

Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah

Dr. Ratna Indriawati, M.Kes

Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Dr. H. Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes

Page 3: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

3

MOTTO

“...Adakah sama orang-orang yang tidak mengetahui? Hanyalah orang-orang yang

berakal yang bisa menerima pelajaran”.

(Q.S Az-Zumar: 9)

“...Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hambanya ialah orang

yang berilmu pengetahuan. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Pengampun”.

( Q.S Faathir: 28)

Page 4: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

4

Bab I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari harapan

hidup penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, dengan

perkembangannya yang cukup baik, maka diharapkan makin tinggi harapan

hidupnya diproyeksikan dapat mencapai lebih dari 70 tahun 2020 yg akan datang

(Darmojo, 1999).

Pada tahun 2020 jumlah orang lanjut usia diproyeksikan sebesar 11,34%

(BPS, 1992). Dari data USA Bureau of the Census, bahkan Indonesia diperkirakan

akan mengalami pertambahan warga lansia terbesar seluruh dunia, antara tahun 1990

- 2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella & Taeuber). Perubahan struktur penduduk

akibat penurunan mortalitas dan peningkatan usia harapan hidup yang bermula sejak

dasawarsa 70-an di negara-negara berkembang membawa konsekwensi

pembengkakan penduduk lanjut usia (Surapati & Prayitno, 1994).

Peningkatan upaya kesehatan di Indonesia sebagai hasil dari bertambah

baiknya keadan ekonomi dan taraf hidup masyarakat mengakibatkan, jumlah orang

yang berusia lanjut semakin bertambah. Di negara maju seperti Amerika Serikat

pertambahan usia lanjut mencapai 1000 orang perhari (Soeprapto, 1986)

Mencapai masa tua adalah suatu anugrah tersendiri dimana seseorang dapat

melalui tantangan kehidupan secara fisik, psikologis, sosial, biologis, dan ekonomi

yang telah dialami sebelumnya, serta dapat lebih mendekatkan diri dengan sang

Page 5: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

5

pencipta yaitu ALLAH SWT. Seiring dengan pertambahan usia, apa lagi memasuki

masa lansia (lanjut usia), terjadi berbagai perubahan pada tubuh.

Penuaan identik dengan degenerasi berbagai jaringan dan organ tubuh,

Sehingga tubuh lebih rentan terhadap berbagai faktor yang dapat menyebabkan

penyakit, misalnya penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes mellitus dan

Obesitas. Penelitian pada tahun 1985 dan 1987 menunjukkanbahwa penyakit

kardiovaskuler merupakan penyakit dengan prevalensi utama, yaitu 28,9% dari

10,2% seluruh penyakit (Darmojo, 1991).

Penuaan dapat mengubah metabolisme tubuh, menyebabkan perubahan

komposisi tubuh dan perubahan pola makan. Jika dibandingkan dengan orang yang

lebih muda, lansia cenderung memiliki komposisi lemak tubuh yang lebih besar.

Komponen massa tubuh berupa lemak membutuhkan energi yang lebih sedikit untuk

memeliharanya dibandingkan massa tubuh berupa otot (Sinaga, 1994).

Dengan demikian, jika lansia makan dengan kuantitas yang sama seperti

orang yang masih muda, Maka kecenderungan untuk menjadi obesitas akan lebih

besar. Aktivitas fisik yang cenderung menurun seiring dengan bertambahnya usia

juga dapat mempertinggi risiko terjadinya obesitas (Sinaga, 1994).

Obesitas yang terjadi pada lansia dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya

beberapa penyakit, seperti hipertensi, dislipidemia, penyakit kardiovaskular, diabetes

mellitus, kangker, dll. Nabi Muhammad SAW. Bersabda makanlah selagi lapar dan

berhentilah sebelum kenyang (HR. Bukhori & muslim). melalui hadist ini Islam

mengajarkan agar tidak makan berlebihan,karena jika makan berlebihan dapat

mengakibatkan obesitas

Page 6: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

6

B. Perumusan masalah

Dengan meningkatnya jumlah penduduk lansia terutama dengan riwayat

obesitas, maka penyakit – penyakit yang timbul sebagai akibat dari proses penuaan

akan semakin banyak pula, seperti diabetes mellitus dan hipertensi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah; seberapa besarkah obesitas dapat berpengaruh terhadap tekanan darah dan

kadar glukosa darah pada lansia.

C. Keaslian penelitian

Penelitian yang berhubungan dengan obesitas, lansia, dan hipertensi antara

lain:

1. Penelitian Rahmatullah, (1999).

Tentang gambaran tekanan darah pada kasus – kasus obesitas.

Didapatkan hasil, kejadian hipertensi pada kelompok obesitas lebih tinggi

dari pada kelompok normal (Rahmatullah, 1999).

2. Penelitian Darmojo, (2000).

Tentang penyakit kardiovaskuler pada usia lanjut.

Didapatkan hasil bahwa pada populasi lansia memiliki tekanan darah yang

lebih tinggi daripada populasi yang lebih muda (Darmojo, 2000)

3. Penelitian Djojosoewarno, (2003).

Pengaruh menopause terhadap tekanan darah normal.

Page 7: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

7

Didapatkan hasil bahwa pada wanita lansia yang telah menopause memiliki

tekanan darah yang lebih tinggi daripada wanita muda yang belum

menopause (Djojosoewarno, 2003).

Namun, pada penelitian kali ini lebih di fokuskan pada efek obesitas terhadap

tekanan darah dan kadar glukosa darah pada wanita lanjut usia.

D. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum :

a. Mengetahui dan mengkaji prevalensi obesitas pada lansia.

b. Mengetahui dan mengkaji pengaruh obesitas terhadap kesehatan lansia.

2. Tujuan Khusus :

a. Mengkaji hubungan hipertensi, hiperglycemi, dan obesitas, terhadap

lansia.

b. Mengetahui prevalensi jumlah penderita hipertensi pada lansia dengan

obesitas.

c. Mengetahui dan mengkaji pengaruh obesitas terhadap tekanan darah pada

lansia.

d. Mengetahui dan mengkaji pengaruh obesitas terhadap kadar glukosa

darah pada lansia.

E. Manfaat penelitian

1. Bagi peneliti, sebagai syarat kelulusan program study S1. Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Page 8: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

8

2. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

informasi untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dalam rangka

pencegahan obesitas sebagai faktor resiko diabetes mellitus dan hipertensi

pada lansia.

Page 9: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

9

Bab II

Tinjauan pustaka

A. Lanjut Usia (Lansia)

Definisi lansia menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia

adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas. Tua dapat dipandang dari tiga

segi yaitu segi kronologis, biologis, dan psikologis. Secara kronologis seseorang

disebut tua apabila umur sama atau telah melampaui usia 65 tahun. Tua biologis

merupakan penilaian seseorang berdasarkan perkembangan biologis yang umumnya

tampak pada penampilan fisik, sedangkan tua psikologis biasanya didasarkan atas

perilaku yang tampak pada diri seseorang (Rochmah, 2004).

B. Proses Menua

Proses menua adalah suatu proses yang mengubah seorang dewasa sehat

menjadi seorang yang bersifat rapuh, dengan penurunan hampir seluruh sistem

fisiologis tubuh dan naiknya kerentanan terhadap penyakit dan kematian (Aswin,

2004). Proses menua dimulai sejak kehidupan janin sampai akhir segmen kehidupan.

Proses menua yang berlangsung sebelum usia 30 tahun, akan berjalan bersama

dengan proses tumbuh kembang, dan akan mengakibatkan perubahan anatomi,

fisiologi, dan biokimiawi menuju suatu titik kehidupan maksimal sebagai seorang

manusia pada puncak kehidupan produktif. Proses menua setelah melampaui usia 30

tahun, akan terjadi perubahan – perubahan yang meliputi jumlah, konfigurasi,

komposisi sel lemak, serta perubahan perbandingan komposisi tubuh. Perubahan -

Page 10: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

10

perubahan yang terjadi mengakibatkan meningkatnya persentase jumlah sel lemak,

menurunnya jumlah sel solid, masa tulang, dan air dalam tubuh (Wasilah, 2004).

Karakteristik menua ditandai oleh kegagalan tubuh dalam mempertahankan

homeostasis tubuh terhadap suatu stress walaupun stress tersebut masih dalam batas -

batas fisiologis. Kegagalan dalam mempertahankan homeostasis tersebut selalu

menurunkan ketahanan tubuh untuk hidup dan mengakibatkan meningkatnya

kemudahan kerusakan pada diri seseorang. Semua orang akan mengalami tua, proses

menua dimulai dari memburuknya fungsi – fungsi sel, kemuadian organ, dan

kemudian organismenya, tetapi tidak menyebabkan berhentinya suatu fungsi

(Rochmah, 2004).

Manusia dapat dipandang sebagai suatu mesin dengan kehebatan

susunan dan ketahanannya; namun suatu mesin yang tanpa henti – hentinya

menunaikan tugas yang dibebankannya, cepat atau lambat akhirnya akan mengalami

penyusutan dan akhirnya cacat (Brocklehurst & Allen, 1987).

C. Batas-Batas Usia Lanjut

1. Batasan usia menurut WHO, 1997 meliputi :

a. usia pertengahan (middle age), yaitu kelompok usia 45 sampai 59 tahun

b. lanjut usia (elderly), antara 60 sampai 74 tahun

c. lanjut usia tua (old), antara 75 sampai 90 tahun

d. usia sangat tua (very old), diatas 90 tahun

2. Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 dinyatakan sebagai berikut :

Page 11: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

11

“Seorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah

yang bersangkutan mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya

mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima

nafkah dari orang lain”.

Saat ini berlaku UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang

berbunyi sebagai berikut: lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun

keatas.

D. Penyakit - Penyakit pada Lanjut Usia di Indonesia

1. Penyakit sistem kardiovaskuler

Pada lansia banyak dijumpai penyakit jantung koroner dan hipertensi.

Perubahan-perubahan yang dapat dijumpai pada penderita jantung koroner

adalah pada pembuluh darah jantung terjadi arteriosklerosis yang dapat

membendung aliran darah menuju otot – otot jantung. Masalah lain pada lansia

adalah hipertensi yang sering ditemukan dan menjadi faktor utama penyebab

stroke dan penyakit jantung koroner (Ismayadi, 2004).

2. Penyakit Saluran Pencernaan

Penyakit yang sering terjadi pada pencernaan lansia antara lain gastritis

dan ulkus peptikum, dengan gejala yang biasanya tidak spesifik, penurunan

berat badan, mual-mual, perut terasa tidak enak. Namun keluhan seperti

kembung, perut terasa tidak enak seringkali akibat ketidakmampuan mencerna

makanan karena menurunnya fungsi kelenjar pencernaan (Ismayadi, 2004).

Page 12: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

12

3. Penyakit Sistem Urogenital

Pada pria berusia lebih dari 50 tahun bisa terjadi pembesaran kelenjar

prostat (hipertrofi prostat), yang mengakibatkan gangguan buang air kecil,

sedang pria lanjut usia banyak dijumpai kanker pada kelenjar prostat. Pada

wanita bisa dijumpai peradangan kandung kemih sampai peradangan ginjal

akibat gangguan buang air kecil. Keadaan ini disebabkan berkurangnya tonus

kandung kemih dan adanya tumor yang menyumbat saluran kemih (Ismayadi,

2004).

4. Penyakit Gangguan Endokrin (Metabolik)

Penurunan hormon tiroid dapat menyebabkan lansia tampak lesu dan

kurang bergairah. Kemunduran fungsi kelenjar endokrin lainnya seperti adanya

menopause pada wanita, sedang pada pria terjadi penurunan sekresi kelenjar

testis. Penyakit metabolik yang banyak dijumpai ialah diabetas melitus dan

osteoporosis (Ismayadi, 2004).

5. Penyakit pada Persendian Tulang

Penyakit pada sendi ini adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada

permukaan sendi-sendi tulang yang banyak dijumpai pada lansia. Lansia sering

mengeluhkan linu-linu, pegal, dan kadang-kadang terasa nyeri. Biasanya yang

terkena adalah persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi-sendi lutut dan

panggul. Gangguan metabolisme asam urat dalam tubuh (gout) menyebabkan

nyeri yang sifatnya akut (Ismayadi, 2004).

Terjadinya osteoporosis menjadi penyebab tulang-tulang lanjut usia

mudah patah. Biasanya patah tulang terjadi karena lanjut usia tersebut jatuh,

Page 13: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

13

akibat kekuatan otot berkurang, koordinasi anggota badan menurun, mendadak

pusing, penglihatan yang kurang baik, dan bisa karena cahaya kurang terang

dan lantai yang licin (Ismayadi, 2004).

6. Penyakit yang Disebabkan Proses Keganasan

Penyebab pasti belum diketahui, hanya nampak makin tua seseorang

makin mudah dihinggapi penyakit kanker. Pada wanita, kanker banyak

dijumpai pada rahim, payudara dan saluran pencernaan, yang biasanya dimulai

pada usia 50 tahun. Kanker pada pria paling banyak dijumpai pada paru-paru,

saluran pencernaan dan kelenjar prostat ismayadi, 2004).

7. Penyakit-Penyakit Lain

Penyakit saraf yang terpenting adalah akibat kerusakan pembuluh darah

otak yang dapat mengakibatkan perdarahan otak atau menimbulkan kepikunan

(Ismayadi, 2004).

E. Obesitas

Secara klinis obesitas dapat terjadi pada smua usia. Definisi obesitas menurut

kamus kedokteran dorland adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan

skelatal dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh.

Obesitas merupakan suatu kondisi dimana seseorang memiliki kelebihan

berat badan minimal 20% dari berat bada normal. Derajat obesitas dapat di tentukan

dengan menghitung indeks masa tubuh (IMT). Hasilnya didapat dari berat badan

dalam kilogram di bagi dengan tinggi badan kuadrat dalam meter. Nilai 25 – 29,9

Page 14: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

14

dikategorikan sebagai overweight , sedangkan nilai > 30 dikategorikan sebagai

obesitas (Juanda, dkk, 2005).

Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:

1. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%

2. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%

3. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%.

F. Penyebab Obesitas

Secara ilmiah obesitas terjadi karena adanya ketidak seimbangan sistematik

antara asupan kalori dengan pemakaian energy (Ma’ruf, 2005).

Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor, yaitu:

1. Faktor genetik.

Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab

genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik

memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang (Herini,

1999).

2. Faktor lingkungan.

Faktor lingkungan seseorang memegang peranan yang cukup berarti.

Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup misalnya apa yang

dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya

(Salam, 1989).

3. Faktor psikis.

Page 15: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

15

Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi

kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap

emosinya dengan makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi

diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak

wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang

berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan

sosial (Nasar, 1995).

4. Jenis kelamin.

Obesitas lebih umum dijumpai pada wanita terutama mulai pada saat

remaja dan pada saat pasca menopause. Hal ini mumgkin disebabkan oleh

faktor endokrin dan perubahan hormonal (Salam, 1989).

5. Faktor kesehatan.

Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya:

a. Hipotiroidisme

b. Sindroma Cushing

c. Sindroma Prader-Willi

d. Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang

banyak makan.

(Anonim, 2004)

6. Obat-obatan.

Obat-obat tertentu bisa menyebabkan penambahan berat badan,

misalnya kortikosteroid (Anonim, 2004).

7. Faktor perkembangan.

Page 16: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

16

Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-

kanak, bisa memiliki sel lemak sampak 5 kali lebih banyak dibandingkan

dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat

dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan

cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel (Syarif, 2004).

8. Aktivitas fisik.

Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu

penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah

masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih

sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya

lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami

obesitas (Herini, 1999).

G. Ciri – Ciri Obesitas

1. Sering terlihat dagu yang berganda (double chin).

2. Perut buncit dan dinding berlipat – lipat.

3. Kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian

dalam saling menempel.

4. Pada pria buah dada seolah – olah berkembang.

5. Pada pria penisnya terlihat kecil karena sebagian organ tersembunyi dalam

jaringan lemak pubis (Abdoerrachman,dkk, 1985).

H. Pemeriksaan Obesitas

Page 17: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

17

Untuk menetukan apakah seseorang menderita overweight atau obesitas ada

berbagai cara, salah satunya dengan menggunakan indeks berdasarkan berat badan

(kg) dibagi tinggi badan (m) pangkat 2, yang disebut indeks masa tubuh (IMT).

Rumus IMT : BB = kg/m2

TB2

Ket : IMT = index masa tubuh

BB = berat badan

TB = tinggi badan

Tabel 1. Klasifikasi IMT Asia (WHO, 2000)

Status Wanita Pria

Normal 17 – 23 18 – 25

Kegemukan 23 – 27 25 – 27

Obesitas > 27 > 27

Contoh wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg

IMT = 56 = 22,37 (normal)

1,61 x 1,61

Untuk mengetahui berat badan ideal dapat menggunakan rumus berocca

sebagai berikut : BB Ideal = (TB – 100) – 10% (TB – 100).

Batas ambang yang diperoleh adalah ± 10%. Bila > 10% dikatakan

kegemukan dan bila diatas > 20% dikatakan obesitas.

Contoh : Wanita dengan TB = 161 cm,BB = 58 kg

Page 18: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

18

BB ideal = (161 – 100) – 10%(161 – 100)

=61 – 6,1 = 54,9 (55 kg)

BB 58 kg masih dalam batas ≥ 10%

Cara lain menilai obesitas dengan memeriksa lingkar pinggang (LP) tepat

dibawah titik tulang pinggul. Pria dengan LP ≥ 90 cm, dan wanita dengan LP ≥ 80

cm masuk kategori obesitas (Soegih, 2006). Bisa juga dilakukan pengukuran lingkar

lengan kiri atas, bila lingkar lengan kiri atas < 23,5 cm, orang tersebut menderita

kurang energi kronik (Azwar, 2004).

Pemeriksaan obesitas bisa juga dilakukan dengan mengukur komposisi lemak

tubuh dengan menggunakan alat skin Fold atau body fat analizer, wanita dikatakan

obesitas apabila komposisi lemak tubuhnya > 25% berat badan, sedangkan pria >

20% berat badan (Soegih, 2006).

I. Penatalaksanaan

Pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan

komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini

juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat

badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani

kebiasaan makan yang sehat.

Obat obatan yang dapat digunakan untuk mengatasi obesitas Ada dua jenis,

yaitu:

1. Obat yang mengurangi nafsu makan, contohnya fenfluramin,

deksfenfluramin, fentermin.

Page 19: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

19

2. Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, contohnya orlistat

(menghalangi penyerapan lemak di usus).

J. Komplikasi

Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema

kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan

seseorang.

Obesitas meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:

1. Diabetes tipe 2

2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)

3. Stroke

4. Serangan jantung (infark miokardium)

5. Gagal jantung

6. Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar)

7. Batu kandung empedu dan batu kandung kemih

8. Gout dan artritis gout

9. Osteoartritis

(Anonim, 2004)

K. Fisiologi tekanan darah

Tekanan darah sangat penting dalam sistem sirkulasi darah dan selalu

diperlukan untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler

dan sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap. Jantung

Page 20: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

20

bekerja sebagai pompa darah, karena ia dapat memindahkan darah dari pembuluh

vena kepembuluh arteri pada sirkulasi tertutup. Aktivitas pompa jantung berlangsung

dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi, sehingga dapat menimbulkan

perubahan tekanan darah di dalam sistem sirkulasinya yang pada waktu sistole

ventrikel darah dipompa ke aorta dan arteri pulmonalis. Pada saat itu kenaikan

tekanan arteri sampai pada puncaknya yaitu sekitar seratus duapuluh milimeter air

raksa. Kenaikan tekanan ini menyebabkan aorta mengalami distensi, sehingga

tekanan didalamnya turun sedikit. Dan pada saat diastole ventrikel, maka tekanan

aorta cenderung menurun sampai sekitar delapan puluh milimeter air raksa. Dan

tekanan inilah yang pada pemeriksaan dikenal dengan tekanan diastoik. Jadi adanya

perubahan pada siklus jantung inilah yang menyebabkan terjadinya aliran darah di

dalam sistem sirkulasi tertutup pada tubuh manusia (Masud, 1989).

L. Hipertensi

Menurut kamus kedokteran Dorland, hipertensi adalah suatu peningkatan

tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan

tanpa gejala, dimana tekanan yang tinggi di dalam arteri menyebabkan

meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung

dan kerusakan ginjal (Makmun, 2004).

Tekanan darah biasanya dinyatakan dengan tekanan sistolik dan tekanan

diastolic. Tekanan sistolik yaitu pada saat ventrikel jantung berkontraksi atau

menguncup, sedangkan tekanan diastolic yaitu pada saat ventrikel jantung relaksasi

atau mengembang. tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring

Page 21: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

21

tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmhg, dibaca seratus dua puluh per delapan

puluh (Martono, 2004).

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap manusia mengalami

kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan

tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang

secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Tekanan darah arteri normal adalah

140/90 mmHg dan dinyatakan sebagai hipertensi bila tekanan darah arteri sama atau

lebih besar dari 160/96 mmHg (Mansjoer dkk, 1999).

M. Klasifikasi tekanan darah

Tabel 2. klasifikasi tekanan darah pada dewasa menurut JNC-VII, 2003

kategori

tekanan darah

sistolik

(mmHg)

tekanan darah

diastolik

(mmHg)

Normal < 120 < 80

normal tinggi 120-139 80-89

Stadium 1

(hipertensi ringan) 140-159 90-99

stadium 2

(hipertensi sedang) 160-179 100-109

stadium 3

(hipertensi berat) 180-209 110-119

stadium 4

(hipertensi maligna)

> 210 > 120

Klasifikasi hipertensi pada usia lanjut menurut JNC-VI (joint national

comittee on hypertension):

1. Hipertensi sistolik saja (isolated systolic hypertension), terdapat pada 6-12%

penderita si atas usia 60 tahun, terutama pada wanita. Insiden meningkat

dengan bertambahnya umur.

Page 22: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

22

2. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension), terdapat antara 12-14%

penderita diatas usia 60 tahun, terutama pada pria. Insiden menurun dengan

bertambahnya umur.

3. Hipertensi sistolik-diastolik, terdapat pada 6-8% penderita usia diatas 60

tahun, lebih banyak pada wanita. Insiden meningkat dengan bertambahnya

umur.

N. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua jenis, yaitu

hipertensi essensial (Primer) dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial (primer)

sampai saat ini belum diketahui penyebabnya, sedangkan hipertensi sekunder bisa

disebabkan oleh penyakit ginjal, kehamilan, penyakit jantung, dan penyakit endokrin

(Martono, 2004).

O. Pengendali tekanan darah

1. Ginjal

Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran

garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan

mengembalikan tekana darah ke normal. Dan jika tekanan darah menurun,

ginjal akan meningkatkan retensi garam dan air, sehingga volume darah

bertambah dan tekanan darah kembali ke normal. Ginjal juga bisa

meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin,

Page 23: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

23

yang memicu pembentukan hormon angiotensi, yang selanjutnya akan

memicu pelepasan hormon aldosteron.

2. Sistem saraf simpatis.

Sistem saraf simpatis berfungsi untuk meningkatkan tekanan darah

selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar),

meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, juga mempersempit

sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu

(misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak),

meningkatkan retensi air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan

volume darah dalam tubuh, melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan

norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah

untuk bekerja lebih cepat.

P. Patogenesis hipertensi pada lansia

Pada usia lanjut patogenesis terjadinya hipertensi usia lanjut sedikit berbeda

dengan yang terjadi pada dewasa muda. Faktor yang berperan pada usia lanjut

terutama adalah:

1. Penurunan kadar renin karena menurunnya jumlah nefron akibat proses

menua. Hal ini menyebabkan suatu sirklus vitiosus: hipertensi-glomerulo-

sklerosis-hipertensi yang berlangsung terus menerus.

2. Peningkatan sensitivitas terhadap asupan natrium. Makin lanjutnya usia

makin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium.

3. Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer akibat proses menua akan

Page 24: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

24

meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang pada akhirnya akan

mengakibatkan hipertensi sistolik saja (Djojosoewarno, 2004).

4. Perubahan ateromatous akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel

yang berlanjut pada pembentukan beebagai sitokin dan substansi kimiawi lain

yang kemudian menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginjal,

meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifeer dan keadaan lain

yang berakibat pada kenaikan tekanan darah.

Q. Manifestasi klinis:

1. Sakit kepala

2. Pusing

3. Mudah marah

4. Mata berkunang – kunang

5. Mudah lelah

R. Pemeriksaan

Untuk memeriksa tekanan darah seseorang dapat menggunakan alat

sphigmomanometer (tensi meter) digital, atau air raksa.

S. Komplikasi hipertensi

1. Stroke

2. Gagal ginjal

3. Atherosclerosis

Page 25: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

25

4. Gagal jantung

5. Penyakit jantung koroner

6. Acute myocard infark

7. Retinopati hipertensi

T. Obat anti-hipertensi

1.Antagonis kalsium.

Efek obat ini adalah sebagai vasodilator pembuluh darah, sehingga dapat

mengurangi tahanan perifer yang akan berakibat menurunkan tekanan darah.

2.Penghambat ACE

ACE inhibitor membatasi pembentukan angiotensin II yang bersifat

vasokonstriktor terhadap endotel.

3.Diuretik

Diuretik bekerja mengurangi volume darah sehingga tekanan darah dapat

turun.

U. Pengobatan hipertensi pada lansia

Pertama tentukan dahulu stage, sebagai first line therapy adalah pemberian

diuretik. Karena hasil dari beberapa trial menunjukkan hasil yang baik dalam

menurunan tekanan darah. Kemudian dilihat stagenya kembali, bila perlu diberikan

terapi kombinasi dan selain itu dilihat secara individual keadaan pasien dan juga

memperhitungkan efek samping dari setiap obat terhadap kondisi pasien (Makmun,

2004).

Page 26: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

26

V. Hiperglikemia

Hiperglikemia adalah kadar glukosa darah yang tinggi (Anonim, 2007).

Menurut kamus kedokteran dorland, hiperglikemia adalah peningkatan glukosa

secara abnormal di dalam darah, seperti pada diabetes melitus.

W. Pengaturan konsentrasi glukosa darah

Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil di dalam darah merupakan

salah satu mekanisme homeostatis yang diatur paling halus dan sangat berkaitan erat

dengan hormon insulin & glukagon. Insulin mempunyai efek meningkatkan ambilan

glukosa di jaringan seperti jaringan adiposa dan otot. Sekresi hormon ini dirangsang

oleh keadaan hiperglikemi, kerja insulin ini disebabkan oleh peningkatan transpor

glukosa (GLUT 4) dari bagian dalam sel ke membran plasma. Sedangkan kerja

glukagon berlawanan dengan kerja insulin, hormon glukagon menimbulkan

glikogenolisis dengan mengaktifkan enzim fosforilase. Glukagon bekerja dengan

menghasilkan cAMP. Baik glikogenolisis maupun glukoneogenesis di hati turut

menimbulkan hiperglikemia (Mayes, 2003).

Page 27: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

27

Gambar 1. Glukagon & Insulin action

(Sumber : www.endocrineweb.com, 2007)

X. Homeostasis glukosa pada lansia

Secara garis besar kadar glukosa darah pada orang dewasa normal merupakan

manifestasi dari kemampuan sekresi insulin oleh pankreas dan kemampuan ambilan

glukosa oleh sel – sel jaringan sasaran.

Gangguan toleransi glukosa (GTG) adalah suatu keadaan perubahan

homeostasis glukosa sehingga didapatkan kadar glukosa darah 2 jam sesudah makan

lebih tinggi dari 140mg/dl. Apabila kadar tersebut lebih tinggi atau sama dengan 200

mg/dl keadaan tersebut dimasukkan dalam kriteria diabetes melitus (Wasilah, 2004).

WHO menyebutkan bahwa tiap kenaikan 1 dekade umur, kadar glukosa darah

puasa akan naik sekitar 1 -2 mg/dl dan 5,6 – 13 mg/dl pada 2 jam sesudah makan.

Morrow & halter (1994), mengatakan bahwa KGD 2 jam sesudah pembebanan

glukosa sebanyak 75 gr akan naik 15 mg/dl tiap penambahan 1 dekade umur apabila

Page 28: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

28

seseorang telah melampaui usia 30 tahun. Namun demikian morrow & halter

selanjutnya mengatakan bahwa patofisiologi gangguan toleransi glukosa pada usia

lanjut sampai saat ini belum jelas atau dapat dikatakan belum seluruhnya diketahui.

Selain faktor intrinsik, faktor ekstrinsik seperti menurunnya ukuran masa

tubuh dan naiknya lemak tubuh mengakibatkan kecenderungan timbulnya penurunan

aksi insulin pada jaringan sasaran (Wasilah, 2004). Para ahli menduga bahwa

gangguan intoleransi glukosa pada usia lanjut disebabkan karena menurunnya sekresi

insulin oleh sel beta pankreas. Sedangkan ahli – ahli lain menduga intoleransi

glukosa pada usia lanjut disebabkan oleh karena adanya resistensi insulin. Kedua

pendapat di atas merupakan pendapat yang bersifat kontroversial.

Umur memang sangat erat hubungannya dengan terjadinya kenaikan kadar

glukosa darah, sehingga pada golongan umur yang makin tua prevalensi gangguan

toleransi glukosa akan meningkat dan demikian pula prevalensi diabetes melitus

(Goldberg & coon, 1994).

Barbieri et al (2001), mendapatkan adanya penurunan resistensi insulin pada

usia lanjut dengan usia antara 90 – 100 tahun. Selanjutnya dikatakan bahwa

timbulnya resistensi insulin pada usia lanjut karena 4 faktor yaitu : perubahan

komposisi tubuh, pola makan dan penurunan aktivitas fisik, perubahan neuro-

hormonal dan meningkatnya stress oksidatif.

Tabel 3. Status Gula darah (WHO, 1985)

Status Baik sekali Baik Buruk Sangat buruk

Page 29: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

29

Glukosa darah

Gula darah

puasa

< 100mg/dl 100 - 119mg/dl 120 -139mg/dl ≥ 140mg/dl

Gula darah

sewaktu

< 120mg/dl 120 - 169mg/dl 170-199mg/dl ≥ 200mg/dl

Y. Kerangka Konsep

Z. Hipotesis

Lingkungan

Obat - obatan

Aktivitas fisik

Jenis kelamin

Pola makan

Genetik Psikis

Obesitas

Lansia

Hiperglikemi

Gangguan

ginjal

Resistensi

insulin

Penyakit

kardiovaskular

Menopause

Rokok

Penurunan

produksi

insulin

Intoleransi

glukosa

Kompikasi :

-Stroke

-Gagal ginjal

-Atherosclerosis

-Gagal jantung

-Infark myokard

-Jantung koroner

Kompikasi :

-Diabetes melitus

-Retinopati

-Neuropati

-Nephropati

Hipertensi

Page 30: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

30

Dari kajian teori di atas, dapat diajukan hipotesis bahwa obesitas pada lansia

menyebabkan peningkatan tekanan darah dan glukosa darah, dan juga meningkatkan

faktor resiko hipertensi dan diabetes melitus.

Bab III

Page 31: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

31

Metode Penelitian

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan

penelitian potong lintang (cross sectional). Penelitian ini dilakukan di kelurahan

Mrisen, Delanggu, Klaten. Jawa Tengah.

B. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 30 orang wanita lanjut usia (60-74 tahun) yang

menderita obesitas (IMT >27).

C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

1. Kriteria inklusi pada penelitian kali ini lansia wanita berusia 60-74 tahun

(elderly) penderita obesitas dengan IMT >27, sudah menopause, tidak

mengkonsumsi obat-obatan anti hipertensi dan anti diabetes.

2. Kriteria eksklusi pada penelitian kali ini adalah perokok, penderita penyakit

ginjal dan penderita penyakit jantung.

Page 32: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

32

D. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di desa Gaden, kelurahan Mrisen, Delanggu,

Klaten. Jawa Tengah pada Agustus 2007.

E. Identifikasi variabel penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas, variabel

tergantung, variabel perancu.

1. Variabel bebas

Wanita usia 60-74 tahun penderita obesitas dengan IMT >27.

2. Variabel tergantung

Tekanan darah dan kadar glukosa darah.

3. Variabel perancu

Perokok, obat-obatan anti hipertensi dan anti diabetes.

F. Definisi Operasional

Wanita lanjut usia adalah seorang wanita yang mencapai usia 60 tahun keatas

(UU No. 13 tahun 1998)

Obesitas adalah peningkatan berat badan melebihi batas kebutuhan skelatal

dan fisik sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh (Dorland, 2002).

Dikatakan obesitas jika IMT (Indeks Massa Tubuh) >27.

Page 33: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

33

Tekanan darah adalah tekanan di dalam pembuluh arteri ketika darah

dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Tekanan darah biasanya dinyatakan

dengan tekanan sistolik dan tekanan diastolik. Tekanan sistolik yaitu pada saat

ventrikel jantung berkontraksi atau menguncup, sedangkan tekanan diastolic yaitu

pada saat ventrikel jantung relaksasi atau mengembang.

Kadar glukosa darah adalah jumlah kandungan glukosa di dalam darah, dapat

diukur menggunakan glukometer digital, hasilnya dengan satuan mg/dl.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Sphigmomanometer air raksa

2. Stetoskop

3. Glukometer digital

4. Kapas

5. Lancet

6. Alkohol

7. Kuesioner

8. Inform consent

Page 34: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

34

H. Cara Kerja

Peneliti mendatangi rumah masing-masing sampel secara acak. Peneliti

meminta izin, menimbang dan mengukur tinggi badan calon sampel untuk

menentukan termasuk kriteria obesitas atau bukan.

Sampel mengisi inform consent Sebagai tanda persetujuan mengikuti

penelitian. Sampel juga harus mengisi kuesioner yang di berikan untuk mengetahui

identitas pasien, kebiasaan merokok, penyakit yang diderita, dan untuk mendapatkan

data tambahan lainnya.

Untuk memeriksa tekanan darah Peneliti menggunakan sphigmomanometer

dan stetoskop. Langkah pertama memasang manset pada lengan sampel, lalu

menempelkan stetoskop pada daerah vena mediana cubiti, lalu sphigmomanometer

dipompa dan di kempeskan secara perlahan-lahan untuk mengukur tekanan sistolik

dan diastolik. Catat hasil pengamatan dan rapikan perlengkapan.

Untuk mengukur kadar gula darah sewaktu pertama-tama Peneliti melakukan

disinfektan pada jari telunjuk sampel dan mengeluarkan darah perifer menggunakan

lancet. Peneliti memeriksa kadar glukosa darah menggunakan glukometer digital,

setelah itu di amati dan dicatat hasilnya.

Page 35: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

35

Gambar 2. Bagan cara kerja

I. Analisis Data

Analisis data menggunakan paket program SPSS versi 15.00 (Evaluation) for

windows tahun 2007 dengan metode analisis chi-square.

Inform Consent

Setuju

Kriteria inklusi

Kriteria eksklusi

Identitas

Kebiasaan

Tinggi badan

Berat badan

Tekanan

darah

Glukosa

darah

Pelaksanaan

Sampe

l

Kelompok

perlakuan

Kelompok

kontrol

Glukosa darah

Tekanan darah

Tinggi badan

Berat badan

Mencatat hasil Analisis Data

Page 36: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

36

Daftar Pustaka

Abdoerrachman, M.H., dkk. (1985). Buku kuliah ilmu kesehatan anak edisi 1.

Jakarta. Bagian ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia.

Ainun, N. (2006). Perbedaan respon paparan dingin terhadap kenaikan tekanan darah

hipertensi dan non hipertensi. Skripsi strata satu, Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta.

Anonim. (2004). Informasi lengkap tentang hipertensi dan obesitas. Medicastore.

Diakses 19 April 2007, dari http://www.medicastore.com/cybermed

Anonim. (2006, 9 Desember). Obesitas Lampu Kuning Kesehatan. OTC Digest.

4.16-17.

Anonim. (2006, 9 Desember). Menghindari Obesitas. OTC Digest. 4.20 – 22.

Anonim. (2006, 9 Desember). Obesitas Mengundang Penyakit. OTC Digest. 4.18-19.

Anonim. (2006, 9 Oktober). Gemuk itu buruk. OTC Digest. 2.32 – 33.

Anonim. (2007). Normal Regulation of Blood Glucose. endocrineweb.com. diakses 2

mei 2007, dari http://www.endocrineweb.com/insulin.html

Arikan, E., Guldiken, S., Altum, B.U., Kara, M., Tugrul, A. (2004). The effects of

body mass index on the cardiovascular risk factors in the patiens with

essential hypertension. Turkish Journal of Endocrinology and Metabolism.

2 : 49-56.

Aswin, S., (2004). Perubahan struktural dan fungsional otak menua strategi

optimalisasi otak menua menuju hidup sehat. Dalam naskah lengkap kongres

nasional III dan temu ilmiah nasional II pergemi. Medika FK UGM.

Azwar, MPH. (2004). Tubuh sehat ideal dari segi kesehatan. Seminar kesehatan

obesitas. Senat mahasiswa fakultas kesehatan masyarakat universitas

indonesia. jakarta. Kampus UI Depok.

Barbieri M, Rizzo MR, Manzella D, Paulisso G. Age-related insulin resistance: is it

an obligatory finding? The lesson from healthy centerians. Diabetes metab

Res Rev 2001: 17: 19-26.

Page 37: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

37

Bender, R., Jokel, K.H., Richter, B., Spraul, M., Berger, M. (2002). Body weight,

blood pressure, and mortality in a cohort of obese patients. American Journal

of Epidemiologi, 158, 3.

Brocklehurst JC & Allen SC. Theory on nature of aging. Geriatric Medicine for

Student, 3rd

ed. Churchill Livingstone London New york 1987:3 – 12.

Darmojo, R.B., & Martono, H.H. (2004). Buku Ajar Geriatri. Jakarta. Balai penerbit

FKUI.

Darmojo, R.B., (2000). Penyakit kardiovaskular pada usia lanjut. Jurnal Kardiologi

Indonesia. Vol. XXV : 2.

Departement Kesehatan Republik Indonesia. (2003). Peran Diit Dalam

Penanggulangan Diabetes. Jakarta.

Djojosoewarno, P., (2004). Pengaruh menopause terhadap tekanan darah normal.

Dalam naskah lengkap kongres nasional III dan temu ilmiah nasional II

pergemi. Medika FK UGM.

Dwi, F.A., (2007). Intensitas konsumsi fast food terhadap angka kejadian obesitas

pada mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Skripsi strata

satu,Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Goldberg, AP & Coon PJ. Diabetes Mellitus and Glucose Metabolism in the Elderly.

W.R. Hazzard, E.L. Biernab, J.P. Blass, W.H. Ettinger Jr., J.B. Halter (Eds.),

R. Andres (Ed.Em.) Principle of Geriatric Medicine and Gerontologi, 3rd

ed.

International Ed. McGraw-Hill, Inc. New york Paris Sydney Tokyo, 1994:

825-843.

Guyton, & Hall. (1997). Textbook of Medical Physiology (9th

ed). (Setiawan, I., dkk.,

Trans.). Jakarta: EGC. (Buku asli diterbitkan 1996).

Hakim, L.H. (2003). Simposium pendekatan holistik penyakit kardiovaskular II.

Jakarta. Bagian penyakit dalam FKUI.

Hartanto, H., dkk. (2002). Kamus kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta. EGC.

Herini, ES. (1999). Karakteristik keluarga dengan anak obesitas. Berita kedokteran

masyarakat, volume ; XV (2).

Indra, M.R. (2005). Dasar genetik obesitas viseral. Jurnal Kedokteran Brawijaya.

Vol. XXII.

Ismayadi. (2004). Proses menua [Versi elektronik]. Perpustakaan digital Universitas

Sumatra Utara.

Page 38: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

38

JNC 7 Express. (2003). Prevention Detection Evaluation and Treatment of High

Blood Pressure. U.S. Department of Health and Human Sevices. USA.

Laboratorium Klinik Prodia. (2004). Mengendalikan hipertensi untuk mencegah

komplikasi [brosur].

Ma’ruf. A. (2005). Studi sekresi leptin sebagai dasar diet penurunan berat badan

secara fisiologis [Versi elektronik]. Airlangga University Digital Library.

1306.

Makmun, L.H., (2004). Penyakit serebro-kardio-vaskular pada usia lanjut

berdasarkan evidence. Dalam naskah lengkap kongres nasional III dan temu

ilmiah nasional II pergemi. Medika FK UGM.

Masud, I.M.S. (1989). Dasar-dasar fisiologi kardiovaskuler. Jakarta. EGC.

Mayes, Peter A., Murray, Robert K., dan Rodwell Victor W., (2003), Biokimia

Harper, edisi 25, EGC, Jakarta.

Morrow LA and Halter JB. Treatment of the Elderly with Diabetes Mellitus. CR

Kahn & CG Weir (Eds.) Joslin’s Diabetes Mellitus 13th

ed. Lea & Febringer

Philadelphia London Tokyo A Waverly Company, 1994: 552-559.

Pramono, N. (1998). Upaya Meningkatkan Kualitas Hidup Wanita Lanjut Usia.

Semarang. Balai penerbit FK Undip.

Prodjodisastro, S. Dkk. (1986). Permasalahan Kesehatan Dan Penanggulangannya

Pada Usia Lanjut. Jakarta. RSPAD Gatot Soebroto.

Rahmatullah, P. (1999). Gambaran tekanan darah pada kasus – kasus obesitas. Jurnal

Kardiologi Indonesia. Vol. XXIV.

Reaven, G. (1988). Syndrom X : The Risks of Insulin Resistance [Abstrak].

American Diabetes Association, 14, 654.

Salam, MA. (1989), epidemiologi dan patologi obesitas. Dalam obesitas

permasalahan dan penanggulangannya. Laboratorium farmakologi klinik, FK

UGM. Yogyakarta.

Sinaga, E. (2003, 15 Juli). Pola makan sehat untuk lansia [Versi Elektronik].

Republika Online.

Sjarif, D.R.(2004). Waspadai kegemukan pada anak. Keluarga Sehat. Diakses 26

April 2007, dari http://www.keluargasehat.com/keluarga-

ibuisi.php?news_id=874

Page 39: Proposal Penelitian Pengaruh Obesitas Terhadap Tekanan Darah Dan Kadar Glukosa Darah Pada Lansia

39

Supit, A. (2007, Juni). Hipertensi pada lansia kontrol ketat cegah komplikasi [versi

elektronik]. Majalah Farmacia, Vol.6 No.1.

Terumo Corp. (2004). MedisafeTM

mini blood glukose reader guide book. Tokyo.

Wasilah, R. (2004). Diabetes melitus usia lanjut bagaimana mengelolanya. Dalam

naskah lengkap kongres nasional III dan temu ilmiah nasional II pergemi.

Medika FK UGM.

Wasilah, R. Gangguan toleransi glukosa pada usia lanjut laki-laki: kajian pengaruh

pembebanan glukosa terhadap sekresi insulin dan peran insulin dalam

ambilan glukosa oleh sel jaringan sasaran (in vivo). Desertasi, Universitas

Gajah Mada, 2002: Feb. 25.

Wikipedia Indonesia. (2007, 22 Oktober). ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Diakses 4 November 2007, dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan_darah_tinggi