Upload
sobian-yan
View
93
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Proposal PTK
Citation preview
A. JUDUL :
Upaya Peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan
kolaborasi strategi Critical Insident dan Index Card Match pada materi
Akhlak kelas VI di SDN 12 Pontianak Utara.
B. LATAR BELAKANG
Tujuan Pendidikan Agama Islam pada sekolah umum adalah
meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan siswa
terhadap ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang bertaqwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagaimana diamanatkan Pasal 3 Bab
II Undang-Undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Tujuan Pendidikan Umum PAI ini terelaborasi untuk masing-masing satuan
pendidikan dan jenjangnya, dan kemudian dijabarkan menjadi kompetensi-
kompetensi yang harus dikuasai siswa. ( Ditjen Kelembagaan Agama Islam, 2004;
4).
Proses pembelajaran yang menghasilkan out put yang tinggi dalam
penguasaan kompetensi yang ditetapkan, merupakan harapan semua pendidik dan
semua unsur yang mendukung pendidikan seperti orang tua, masyarakat, dan
negara. Karena ini merupakan salah satu cermin keberhasilan dunia pendidikan
dalam menyelenggarakan proses pendidikan yang pada akhirnya mendukung
tercapainya tujuan pendidikan nasional termasuk di dalamnya pendidikan Agama
Islam.
1
Untuk mencapai standar kompetensi pada setiap jenjang pendidikan
sebagaimana yang telah ditetapkan oleb BNSP , membutuhkan seperangkat sistem
pembelajaran yang membutuhkan keahlian dari pendidik yang terlatih dalam
menyampaikan materi pembelajaran.
Kompetensi-kompetensi dasar yang dituangkan di dalam silabus
membutuhkan kecermatan guru dalam menuangkannya ke dalam bentuk indikator
dan tujuan pembelajaran hingga tersaji dalam bentuk RPP yang siap dilaksanakan.
Di lapangan yang sering terjadi adalah bahwa guru dalam menyajikan
materi pembelajaran tidak lagi mengoreksi atau bahkan menyeleksi indikator yang
akan disampaikan kepada siswa. Karena pada umumnya mereka terima jadi RPP
dari berbagai penerbit yang ada. Karena keterbatasan pengetahuan, strategi
pembelajaranpun disampaikan secara monotone dengan model teacher centered.
Hal ini berakibat pada rendahnya motivasi dan aktifitas belajar siswa yang pada
akhirnya mempengaruhi prestasi belajarnya. Hal tersebut secara jujur penulis akui
karena keterbatasan pengetahuan terutama di dalam penerapan strategi
pembelajaran aktif. Akibatnya sebagaimana yang terjadi di lapangan, prestasi
belajar siswa rendah. Sebagai contoh data prestasi siswa kelas V SDN 12
Pontianak Utara pada materi akhlak semester satu tahun ajaran 2009/2010 dari 24
orang siswa, hanya 5 orang yang mendapat skor nilai 8 – 10 , dan 10 orang siswa
yang mendapat nilai 6,5 – 7,9 selebihnya dibawah ketuntasan minimal yaitu 6,5.
Setelah mengikuti perkuliahan pada program S I penyetaraan yang
diselenggarakan STAIN Pontianak, Saya merasakan apa yang saya lakukan
2
selama ini belumlah cukup untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Khususnya
setelah mengikuti materi perkuliahan Strategi Pembelajaran Aktif membuka mata
saya akan kekurangan yang selama ini saya lakukan dalam menyampaikan materi
pembelajaran kepada siswa saya.
Untuk menerapkan hasil pengetahuan yang telah saya terima di bangku
kuliah, dalam penelitian ini saya berusaha mencari jalan keluar terhadap
permasalahan yang saya hadapi di lapangan. Terutama dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran PAI yang saya sampaikan.
Dalam penelitian ini saya berusaha untuk mengkolaborasikan dua strategi
mengajar sekalibus dalam satu situasi proses pembelajaran. Hal ini beralasan
karena strategi-strategi yang telah dipelajari kebanyakan telah diuji dan diteliti.
Adapun strategi yang akan saya jadikan fokus penelitian adalah kolaborasi strategi
Critical Insident dan Index Card Match dengan materi pilihan Akhlak di kelas VI
SD. Pemilihan strategi Critical Insident dalam materi keimanan saya rasa
sangat tepat, karena strategi ini melibatkan pengalaman pribadi kedalam materi
pembelajaran sehingga siswa akan termotivasi untuk aktif dalam proses
pembelajaran. Pengkombinasian Strategi Critical Insident dan Index Card Match
cukup beralasan karena strategi card match merupakan permainan yang
menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan
sebelumnya. Dengan demikian Index card match dapat dijadikan sebagai evaluasi
proses sebelum evaluasi hasil dilaksanakan.
Harapan saya sebagai peneliti , mudah-mudahan strategi yang saya pilih
ini benar-benar sosok dengan materi pembelajaran yang akan saya sampaikan
3
dalam penelitian ini sehingga mendukung tercapainya hasil pembelajaran
( prestasi belajar) siswa yang lebih baik.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi diri saya sebagai guru di lapangan
khususnya dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran
PAI di SDN 12 Pontianak Utara.
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Setelah melihat lebih jauh kedalam permasalahan yang dihadapi siswa, saya
menemukan beberapa kelemahan-kelemahan yang dilakukan selama ini,
diantaranya:
1. Proses pembelajaran yang dilakukan dirasa monoton dan berpusat pada
guru.
2. Sarana dan prasarana untuk kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah
dirasa sangat kurang.
3. Kurangnya upaya mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
4. Perilaku siswa yang masih jauh dari perilaku sopan dan terpuji.
Diantaranya sering berkelahi diantara teman, kurang penghargaan terhadap
guru, kurang disiplin dalam belajar, tugas-tugas PR sering tidak
dikerjakan.
5. Lingkungan masyarakat yang kurang kondusif bagi perkembangan akhlak
siswa.
6. Prestasi siswa yang jauh dari memadai , sebagian besar dibawah standar
kriteria ketuntasan minimal.
4
D. BATASAN MASALAH
Peneliti memfokus permasalahan dilapangan terhadap prestasi belajar
siswa yang masih rendah, dan membatasi lingkup permasalahan yang akan diteliti
yaitu dengan memfokuskan permasalah pada pendidikan akhlak terpuji . Kelas
yang akan menjadi objek penelitian kali ini adalah kelas VI dengan pertimbangan
mereka akan melanjutkan sekolah kejenjang yang lebih tinggi.
Pada penelitian kali ini , peneliti berusaha untuk menerapkan strategi
dengan mengkolaborasikannya dua strategi sekaligus dalam satu pertemuan, hal
ini beralasan karena strategi-strategi yang ada telah dijadikan objek penelitian
oleh peneliti sebelumnya. Untuk itu saya berusaha mencari nuansa baru dengan
menggabungkan dua strategi sekaligus dalam satu pertemuan.
Pemilihan strategi jatuh pada Critical Insident dan Index Card Match. Hal
ini beralasan karena strategi ceritical insident ( pengalaman penting) berupaya
menggali pengalaman siswa yang tak terlupakan untuk diceritakan kembali
didepan kelas, dengan harapan dapat mengugah perasaan siswa dan mengajaknya
untuk aktif sejak awal pertemuan. Disamping itu materi akhlak sangat erat
kaitannya dengan perilaku siswa sehari-hari. Berdasarkan alasan tersebut maka
pemilihan strategi Critical insident peneliti anggap sangatlah tepat.
Strategi Index Card Match dipilih adalah untuk memberkan variasi agar
kelas lebih hidup, disamping strategi Index Card Match dapat dipergunakan untuk
mengulang materi yang telah disampaikan sekaligus sebagai sarana penilaian
proses disamping mengajak peserta didik untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran.
5
Harapan saya penelitian ini dapat membuahkan hasil, terutama dalam
upaya peningkatan prestasi belajar siswa di sekolah tempat saya mengajar.
Khususnya Siswa kelas VI SDN 12 Pontianak Utara yang menjadi fokus
penenelitian saya.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar belakang masalah, Rumusan Masalah dan Batasan
Masalah yang seperti diungkapkan di atas, maka dalam penelitian ini masalah
yang menjadi fokus perhatian saya adalah “Upaya meningkatkan prestasi belajar
siswa dengan menggunakan kolaborasi strategi Critical Insident dan Index Card
Match dalam materi Akhlak di kelas VI SDN 12 Pontianak Utara”.
Rumusan masalah dalam penelitian ini secara lebih khusus dapat diperinci
sebagai berikut :
a. Bagaimanakah prestasi belajar siswa sebelum menggunakan kolaborasi
strategi Critical Insident dan Index Card Match pada materi Akhlak
kelas VI di SDN 12 Pontianak Utara?
b. Bagaimanakah prestasi belajar siswa sesudah menggunakan kolaborasi
strategi Critical Insident dan Index Card Match pada materi Akhlak
Kelas VI di SDN 12 Pontianak Utara?
c. Apakah kolaborasi strategi Critical Insident dan Index Card Match
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi Akhlak kelas
VI di SDN 12 Pontianak Utara?
6
D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang penggunaan kolaborasi
strategi Critical Insident dan Index Card Match pada materi Akhlak di kelas VI
SDN 12 Pontianak Utara, khususnya untuk mendapat kejelasan tentang :
a. Untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa sebelum
menggunakan kolaborasi strategi Critical Insident dan Index Card
Match pada materi Akhlak kelas VI di SDN 12 Pontianak Utara.
b. Untuk mengetahui sejauh mana prestasi belajar siswa sesudah
menggunakan kolaborasi strategi Critical Insident dan Index Card
Match pada materi Akhlak kelas VI di SDN 12 Pontianak Utara.
c. Untuk mengetahui apakah penggunaan kolaborasi strategi Critical
Insident dan Index Card Match dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa pada materi Akhlak kelas VI di SDN 12 Pontianak Utara.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu sudut teoritis
dan sudut praktis.
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
literatur ilmu pengetahuan dibidang penelitian pendidikan Agama Islam
khususnya dalam penggunaan strategi pembelajaran aktif PAI, karena
dapat dijadikan sebagai bahan bacaan, rujukan atau perbandingan dalam
7
penelitian yang berhubungan dengan penggunaan strategi Critical Insident
dan Index Card Match.
b. Manfaat Praktis
Sebagai calon sarjana dalam bidang Pendidikan Agama Islam, manfaat
langsung yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai
pengalaman berharga yang menjadi tonggak pertama bagi saya untuk
melakukan penelitian berikutnya.
Penelitian ini memberikan pengalaman baru dalam menambah wawasan
saya tentang Pendidikan Agama Islam terutama dalam menjalankan tugas
profesi saya sebagai Guru Agama Islam khususnya terhadap penerapan
strategi pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran yang saya
laksanakan sehari-hari.
c. Manfaat secara tidak langsung.
Hasil penelitian ini secara tidak langsung dapat sebagai masukan bagi
Sekolah tempat saya mengajar (SDN 12 Pontianak Utara) terutama bagi
rekan-rekan guru yang ingin meningkatkan prestasi belajar siswanya.
Bagi Lembaga pendidikan seperti STAIN yang berperan mencetak calon
guru profesional di dalam Pendidikan Agama Islam, hasil penelitian ini
dapat dijadikan bahan referensi. masukan dan studi banding bagi
mahasiswanya yang akan melakukan riset terutama dalam Penelitian
Tindakan Kelas.
8
F. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Hasil Belajar dan Prestasi Belajar
Sebelum kita sampai pada pengertian hasil belajar, terlebih dahulu kita
memahami pengertian belajar. Belajar merurut Winkel ( 1996: 53 ) dalam
bukunya Psikologi Pengajaran mengemukakan sebagai berikut: “ Belajar adalah
suatu aktifitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan-perubahan itu dapat berupa
hasil yang baru atau pula penyempurnaan hasil yang diperoleh.”
Berdasarkan pendapat tersebut, belajar adalah proses perubahan tingkah
laku pada diri seseorang sebagai akibat proses interaksinya dengan
lingkungannya. Sebagai akibat proses belajar, perubahan yang terjadi pada diri
seseorang tersebut meliputi pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan
yang terjadi menghasilkan sesuatu yang baru atau menyempurnakan sesuatu yang
telah dimiliki sebelumnya.
Perubahan pola tingkah laku sebagai konsekuensi dari proses belajar inilah
yang dinamakan hasil belajar. Sebagaimana pendapat Prayitno (1973: 33 ) sebagai
berikut: “hasil belajar adalah suatu yang diperoleh, dikuasai atau merupakan hasil
dari adanya proses belajar.”
Menurut Ngalim Purwanto (1986: 28 )
(Sunartombs.wordpress.com/2009/01/05) memberikan pengertian prestasi belajar
9
yaitu: “Hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang
dinyatakan dalam raport”.
Istilah hasil belajar berasal dari bahasa Belanda “prestatie” , dalam bahasa
Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Winkel (1996: 162)
mengemukakan bahwa “prestasi belajar suatu bukti keberhasilan belajar atau
kemampuan seseorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai dengan
bobot yang dicapainya.” Sedangkan menurut S Nasution (1996: 17 ) prestasi
belajar adalah : “kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa,
dan berbuat.” Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai
seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar.
Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran
terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor
setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan
instrumen tes atau instrumen yang relevan. Prestasi belajar dapat diketahui setelah
diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau
rendahnya prestasi belajar siswa.
Menurut Muhibbin Syah (1997 : 141 ) menjelaskan bahwa : “Prestasi
belajar merupakan taraf keberhasilan murid atau santri dalam mempelajari materi
pelajaran di sekolah atau pondok pesantren dinyatakan dalam bentuk skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu.”
10
Jika dilihat dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa:
a. prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dari suatu
kegiatan atau usaha belajar yang dapat diukur dengan alat tes
tertentu. Atau dengan kata lain sebagai hasil dari proses belajar
yang meliputi penguasaan kognitif. Afektif, dan psikomotor
yang dapat diukur dengan tes tertentu.
b. Prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai
seseorlang setelah melaksanakan proses pembelajaran.
c. Prestasi belajar dapat diukur dengan menggunakan alat
evaluasi.
Pengertian hasil belajar dan prestasi belajar adalah sama, namun hasil
belajar sering digunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-
macam aturan yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-
tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes
akhir catur wulan dan sebagainya. Dalam tulisan ini, pengertian prestasi belajar
dimaksudkan adalah hasil tes akhir dari proses pembelajaran dalam satu kali
pertemuan yang dilakukan secara tertulis melalui alat evaluasi.
Menurut Robert yang dikutip oleh Syahril (1987:29) ada lima macam
kemampuan yang dihasilkan sebagai akibat dari hasil belajar antara lain :
a. Keterampilan intelektual.
11
b. Strategi kognitif berupa kemampuan mengatur cara belajar dan berfikir
dalam arti yang luas termasuk dalam memecahkan masalah.
c. Informasi vertikal berupa pengetahuan dalam arti fakta dan
sebagainya.
d. Keterampilan metodik.
e. Sikap dan nilai.
Hasil belajar siswa dapat dinyatakan secara kualitatif dan dapat pula dinyatakan
secara kuantitatif. Secara kualitatif hasil belajar dapat diungkapkan dengan
pernyataan sangat baik, baik, sedang , kurang dan sebagainya. Sedangkan secara
kuantitatif hasil belajar dapat dinyatakan dengan angka-angka.
Hasil belajar merupakan umpan balik dari kegiatan proses belajar
mengajar, hasil belajar adalah beberapa bentuk prinsip perpaduan pola tingkah
laku dan nilai-nilai ideal dalam arti fakta-fakta, kecakapan yang dicapai dan
keterampilan.
Keberhasilan suatu kegiatan belajar dapat dilihat dari hasil belajar setelah
mengikuti usaha belajar. Hasil belajar merupakan dasar yang digunakan untuk
menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai suatu materi pelajaran.
Manusia melakukan kegiatan belajar dengan berbagai macam cara sesuai dengan
keadaan. Bila seseorang telah melakukan kegiatan belajar maka dalam dirinya
akan terjadi perubahan-perubahan yang merupakan pernyataan perbuatan belajar,
12
perubahan ini disebut dengan hasil belajar. Perubahan yang terjadi pada proses
belajar meliputi perubahan kognitif (pengetahuan) , afektif (rasa), dan
psikomotor (tingkah laku). Hasil belajar sesuai dengan tujuan dan bidang
tertentu dapat diukur atau diketahui dengan mengadakan penelitian evaluasi yang
menunjukkan sudah sejauh mana suatu kemampuan telah dicapai.
Seseorang dapat dinyatakan berhasil dalam belajar apabila telah terjadi
perubahan tingkah laku dalam dirinya. Menurut Djamarah (2000: 96 ) indikator
dari proses belajar mengajar itu dianggap berhasil adalah:
a. Daya serap terhadap bahan pelajaran yang diajarkan mencapai perstasi
tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam Tujuan Belajar Khusus (TPK) telah
dicapai oleh anak didik baik secara individual maupun kelompok.
Dalam hal ini Djamarah juga menjelaskan beberapa tingkat keberhasilan dari
suatu proses belajar mengajar yaitu:
a. Istimewa atau maksimal. Apabila seluruh bahan pelajaran dapat
dikuasai anak didik.
b. Baik sekali ( optimal ) . Apabila sebagian besar (76% - 94%) bahan
pelajaran dikuasai anak didik.
c. Baik (minimal). Apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik hanya
66% - 75%.
d. Kurang. Apabila bahan pelajaran dikuasai anak didik kurang dari 65%.
13
Kriteria Penilaian Hasil Belajar:
10,0 : Istimewa
7,6 – 9,9 : Baik sekali
6,6 – 7, 5 : Baik
0 - 6,5 : Kurang
2. Tujuan Hasil Belajar
Menurut Suharsimi Arikunto (1998: 7 ) bahwa: “Tujuan penilaian hasil
belajar adalah untuk dapat mengetahui siswa-siswi mana yang berhak melanjutkan
pembelajarannya karena sudah berhasil menguasai materi dan apakah metode
mengajar yang digunakan sudah tepat atau belum”.
Hal ini senada dengan Ditjen Kelembagaan Agama Islam (2004: 74 )
“Tujuan utama penilaian adalah untuk mengetahui pencapaian kompetensi dasar
yang dikuasai oleh peserta didik dalam serangkaian pembelajaran”.
Jadi berdasarkan pendapat tersebut di atas, tujuan penilaian hasil belajar
adalah untuk mendapatkan ketuntasan belajar siswa secara individu dan sebagai
sarana umpan balik bagi guru dalam melakukan proses pembelajaran mengenai
ketepatan dalam menggunakan strategi dan metode pengajaran.
14
3. Strategi Critical Insident
Strategi Critical Insident menurut Hisyam Zaini dkk,( Mengutip buku M.
L Silberman,2002: 2) Strategi ini digunakan untuk memulai perkuliahan. Tujuan
penggunaan strategi ini adalah untuk melibatkan mahasiswa sejak awal dengan
melihat pengalaman mereka.
Jadi Strategi Critical Insident adalah strategi yang digunakan untuk
memulai proses pembelajaran dengan tujuan melibatkan pengalaman siswa
sehari-hari dengan materi pembelajaran yang akan di sampaikan.
Langkah-langkah penerapan
1. Menyampaikan topik atau materi yang akan dipelajari dalam
pertemuan ini.
2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengingat-
ingat pengalaman mereka yang tidak terlupakan berkaitan dengan
materi yang ada.
3. Tanyakan kepada mereka pengalaman apa yang menurut mereka
tidak terlupakan.
4. Sampaikan materi pembelajaran dengan mengkaitkan
pengalaman-pengalaman siswa dengan materi yang akan
disampaikan.
15
4. Strategi Pembelajaran Index Card Match
Melvin L Silberman ( 2004: 268) mengatakan bahwa: salah satu cara yang
pasti untuk membuat pembelajaran tetap melekat dalam pikiran adala dengan
mengalokasikan waktu untuk meninjau kembali apa yang dipelajari. Materi yang
telah dibahas oleh siswa cenderung lima kali lebih melekat dalam pikiran
ketimbang materi yang tidak dibahas. Pembahasan memungkinkan siswa untuk
memikirkan kembali informasi tersebut dan menemukan cara untuk
menyimpannya di dalam otak. Hal ini dapat di implementasikan dengan
menggunakan strategi pembelajaran aktif yang disebut dengan strategi index card
match atau pencocokan kartu indeks.
Strategi Index Card Match merupakan cara aktif dan menyenangkan untuk
meninjau ulang materi pelajaran. Cara ini memungkinkan siswa untuk
berpasangan dan memberi pertanyaan kepada temannya. ( Melvin L Silberman,
2004 : 269 ).
Jadi berdasarkan pendapat di atas, strategi Index Card
Match adalah strategi pembelajaran yang mengajak siswa untuk
membahas kembali atau meninjau kembali materi yang telah
dipelajari dengan cara pencocokan kartu indeks.
Langkah-langkah Penerapan
1. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada dalam
16
kelas.
2. Bagi kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3. Tulis pertanyaan pada separoh kertas potongan dengan materi yang
telah diberikan sebelumnya.
4. pada separoh kertas yang lain tulis jawaban dari pertanyaan yang dibuat
tadi.
5. Kocoklah semua kertas sehingga tercampur antara soal dan jawaban.
6. Berikan kertas potongan secara acak sehingga semua siswa
mendapatkan potongan kertas.
7. Mintalah siswa menemukan pasangannya dengan mencocokkan antara
pertanyaan dan jawabannya.
8. Setelah siswa menemukan pasangannya dan duduk berdekatan, mintalah
setiap pasangan membacakan pertanyaan dan jawabannya dengan keras
kepada teman-temannya.
9. Guru mengklarifikasi dan menyimpulkan.
5. Prosedur Penerapan Kolaborasi Strategi
Karena di dalam penelitian ini peneliti hendak mengkolaborasikan kedua
strategi tersebut dalam satu pertemuan , maka prosedur penerapannya dapat
dilakukan sebagai berikut:
1. Diawal pertemuan Guru menjelaskan topik atau materi pembelajaran
yang akan disampaikan.
17
2. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengingat
pengalamannya yang tak terlupakan yang berkaitan dengan materi
yang akan disampaikan.
3. Guru menanyakan kepada siswa pengalaman yang menurut mereka
tidak terlupakan.
4. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan mengkaitkan cerita
siswa dengan materi yang sedang diajarkan.
5. Guru membagikan Card ( potongan kertas ) kepada siswa yang berisi
pertanyaan dan jawaban tentang materi yang telah disampaikan.
6. Guru meminta siswa menemukan pasangannya berdasarkan pasangan
pertanyaan dan jawaban dari potongan kertas yang dibagikan.
7. Guru meminta siswa yang sudah menemukan pasangannya untuk
duduk berdekatan.
8. Jika semua sudah menemukan pasangannya, masing-masing pasangan
maju kedepan bergantian sesuai petunjuk guru. Mereka membacakan
potongan kertas yang mereka dapat kemudian menempelkannya di
papan tulis.
9. Guru mengklarifikasi dan menyimpulkan.
G. METODE PENELITIAN
Metode Penelitian adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan
penelitian dengan menggunakan langkah-langkah yang relevan dengan masalah
yang dirumuskan ( Hadari Nawawi, 2000: 61) Sedangkan menurut Suharsimi
18
Arikunto ( 2002: 126 ) metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitian.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode adalah
cara yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan. Untuk menentukan salah satu
metode yang digunakan dalam memecahkan suatu masalah sangat tergantung
pada masalah dan tujuan penelitian. Oleh karena itu, ketepatan dalam
menggunakan metode akan mempermudah memecahkan masalah. Sehingga
tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini dapat dicapai secara optimal.
Dalam upaya memecahkan masalah dalam penelitian ini, maka diperlukan
suatu metode yang tepat. Ini dimaksudkan agar kegiatan yang dilakukan lebih
jelas, terarah, serta mudah dipahami.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas ( PTK). Menurut Susilo (2007:16) Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu
Penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar
dengan melakukan penekanan dan penyempurnaan atau peningkatan praktik atau
proses pembelajaran.
Menurut I Wayan Santyasa ( 2007: 5 ) PTK diidentifikasikan sebagai
suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan. Tindakan tersebut
dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan
19
mereka dalam melaksanakan tugas sehari-hari, memperdalam pemahaman
terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi dimana
praktik-praktik pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan
tersebut, PTK dilaksanakan dalam proses berdaur (Cyclical ) yang terdiri dari
empat tahapan yaitu : Planning, action, observation / evaluation, dan reflection.
Hopkins dalam wiraatmadja (2007: 11 ) mengatakan bahwa PTK
merupakan suatu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan
tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inquri, atau
suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat
dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.
Pendapat lain diungkapkan oleh Basuki Wibawa (2004 : 9 ) dalam
bukunya yang berjudul ”Penelitian tindakan Kelas”, Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap
berbagai ”aksi” atau tindakan yang dilakukan oleh guru/pelaku, mulai dari
perencanaan sampai dengan penilaian terhadap tindakan nyata di kelas yang
berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang
dilakukan.
Model yang dilakukan Kurt Lewin dalam Basuki Wibawa (2004: 13)
bahwa konsep inti PTK ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah,
yaitu: Perencanaan (Planning), Aksi atau Tindakan (Acting), Observasi
20
(Observing), dan Refleksi (Reflecting). Dalam hal ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
Planning
Refleksi PTK Aksi
.
Observasi
Model Action Research Kurt Lewin
Berdasarkan langkah-langkah seperti yang digambarkan di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa dalam PTK ini memiliki empat tahapan dasar yang
sangat penting dan mempunyai keterkaitan antara satu dengan lainnya, yaitu: (1)
tahapan perencanaan tindakan (Planning) , (2) tahap tindakan (Acting), (3) tahap
pengamatan (Observing), dan (4) tahap refleksi (Reflecting).
Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Basuki Wibawa
( 2004: 22 ) mengatakan bahwa dalam tahapan ini harus diawali dengan tahapan
Pra-PTK, yang meliputi : identifikasi masalah, analisis masalah, rumusan
masalah, dan rumusan hipotesis masalah. Tahapan pra-PTK ini sangat esensial
21
untuk dilaksanakan sebelum suatu rencana tindakan disusun. Tanpa tahapan ini
suatu proses PTK akan kehilangan arah dan arti sebagai suatu penelitian ilmiah.
Dalam hal ini, tahapan pelaksanaan Pra Penelitian Tindakan Kelas ( PTK)
dapat digambarkan sebagai berikut:
Pra PTK
Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan
Pengamatan Tindakan
Refleksi terhadap Tindakan
Tahapan Pelaksanaan Pra-PTK
Dalam tahapan pra-PTK ini merupakan suatu upaya reflektif dari guru
terhadap masalah yang ada di kelasnya. Masalah ini tentunya bukan yang bersifat
individual pada salah seorang murid saja, namun lebih merupakan masalah umum
yang bersifat klasikal, misalnya kurangnya motivasi belajar di kelas, takutnya
untuk bertanya atau menjawab pertanyaan, rendahnya semangat untuk mencatat
pelajaran, dan kurangnya keseriusan dalam belajar.
a. Tahapan Pra-PTK
Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau
disadari oleh guru. Dalam tahapan pertama ini, peneliti melakukan identifikasi
22
masalah yang dirasakan dalam proses belajar mengajar di kelas. Dalam hal ini
peneliti menemukan permasalahan yang meliputi antara lain:
(a) Dalam proses pembelajaran siswa cendrung pasif hal ini ditandai
dengan kurangnya aktifitas siswa, sehingga masih ada diantara mereka
yang mengantuk saat guru menerangkan pelajaran.
(b) Proses pembelajaran berjalan monoton karena berpusat pada apa yang
diterangkan oleh guru, sedang siswa hanya duduk, mendengarkan
penjelasan guru (pasif).
(c) Perhatian siswa tidak terpusat pada proses pembelajaran berlangsung
sering kali ditemukan berbicara dengan teman sebangku saat guru
menerangkan pelajaran.
(c ) Pada saat guru melakukan evaluasi pembelajaran, materi yang
disampaikan kurang diserap oleh siswa, hal ini terlihat dengan hasil
evaluasi diakhir pertemuan yang menunjukkan prestasi belajarnya rendah
dan masih banyak dibawah kriteria Ketuntasan Minimal yang ditentukan
sekolah (6,5).
Setelah melakukan identifikasi masalah, kemudian peneliti melakukan
analisis terhadap permasalahan yang ditemukan di dalam proses pembelajaran,
maka masalah yang ada dapat dirumuskan( sebagaimana telah dipaparkan pada
bagian pendahuluan tentang rumusan masalah) sebagai berikut:
1). Proses pembelajaran yang dilaksanakan monoton dan berpusat pada
guru.
23
2). Strategi yang diterapkan guru dan proses pembelajaran kurang
melibatkan siswa sehingga pola mengajar guru satu arah dan tidak
interaktif.
3). Kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan
mengakibatkan siswa yang pasif menjadi mengantuk karena bosan dan
siswa yang aktif sibuk berbicara dengan teman sebangku.
4). Rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran berakibat pada
rendahnya perhatian dan konsentrasi siswa tehadap materi pembelajaran
yang disampaikan. Pada akhirnya mempengaruhi prestasi belajar siswa
khususnya dalam mata pelajaran PAI yang disampaikan.
Setelah rumusan masalah dibuat, kemudian peneliti membuat hipotesis dan
tindakan yang akan dilakukan. Sebagaimana dikemukakan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dalam Basuki Wibawa (2004: 5) ,
bahwa: ”Rumusan hipotesis tindakan hendaknya menyatakan intervensi yang akan
dilaksanakan dan hasil yang diperoleh”.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: ”Peningkatan prestasi
belajar siswa dengan menggunakan kolaborasi strategi Critical insident dan Index
card match pada materi akhlak kelas VI di SDN 12 Pontianak Utara”.
b. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Siklus I
a. Tahap Perencanaan Tindakan ( Planning)
Perencanaan pembelajaran menurut Departemen Pendidikan Nasional
( 2004 : 25 ) adalah : “Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan
24
secara rinci. Segala keperluan PTK mulai dari materi / bahan ajar, rencana
pembelajaran, yang mencakup metode / teknik mengajar, serta teknik dan
instrumen, observasi / evaluasi dipersiapkan secara matang pada tahap
perencanaan ini”. Jadi perencanaan tindakan dapat diartikan sebagai langkah-
langkah secara terperinci dan sistematis yang dilakukan peneliti sebelum
pelaksanaan tindakan.
Pada tahap perencanaan ini, peneliti menyiapkan segala perangkat yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan. Adapun hal-hal yang harus peneliti
siapkan antara lain :
1. Menentukan materi ajar yang akan dijadikan objek penelitian. Dalam
hal ini peneliti telah memilih materi ajar tentang Akhlak “Perilaku
dengki dan bohong”. Kelas VI SD.
2. Menentukan Kompetensi Dasar, Indikator dan Tujuan Pembelajaran
yang sesuai dengan Materi akhlak ”Bohong dan Dengki” untuk kelas
VI SDN 12 Pontianak Utara.
3. Menyusun skenario pembelajaran dengan strategi pembelajaran
konvensional.
4. Memilih dan menentukan media dan sumber belajar yang sesuai
dengan materi akhlak “Bohong dan Dengki” pada Kelas VI SDN 12
Pontianak Utara.
5. Membuat dan menyusun prosedur dan alat evaluasi yang mendukung
tujuan pembelajaran pada materi akhlak ”Bohong dan Dengki” pada
kelas VI SDN 12 Pontianak Utara.
25
6. Membuat dan menyusun alat observasi yang akan dilakukan pada saat
pelaksanaan tindakan.
7. Menyusun jadwal pelaksanaan tindakan. Sebagaimana tercantum
dalam silabus Kurikulum SD maka jadwal pelaksanaan untuk materi
“dengki dan bohong” di kelas VI SD pada pertengahan Semester I.
Pelaksanaan diperkiraan sekitar Bulan Agustus – September 2010.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Action).
Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti berusaha menerapkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun kedalam situasi kegiatan
pembelajaran di kelas.
c. Tahap Observasi Tindakan (Observing)
Pada tahap ini peneliti dengan didampingi oleh teman sejawat mengamati
jalannya proses pembelajaran materi “Bohong dan Dengki” di kelas VI SDN 12
Pontianak Utara, mulai dari awal kegiatan sampai selesai. (proses interaksi guru
siswa sampai proses evaluasi).
d. Tahap Refleksi Tindakan (Reflecting).
Pada tahap ini peneliti menganalisa data dari hasil observasi dan evaluasi
hasil belajar siswa pada saat pelaksanaan tindakan ( strategi konvensional ).
Kemudian membuat kesimpulan dan selanjutnya merencanakan pelaksanaan
siklus ke dua.
c. Tahapan Penelitian Tindakan Kelas Siklus II
26
1. Tahap Perencanaan Tindakan ( Planning)
Pada tahap ini peneliti merencanakan untuk menerapkan kolaborasi
strategi Critical Insident dan Index Card Match pada materi ”Dengki dan Bohong”
di kelas VI SDN 12 Pontianak Utara.
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus pertama, peneliti menyiapkan segala
perangkat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan tindakan. Sebagai berikut:
a. Menentukan materi ajar yang akan dijadikan objek penelitian.
Dalam hal ini peneliti memilih materi akhlak ”Bohong dan
Dengki” di kelas VI.
b. Menentukan Kompetensi Dasar, Indikator dan Tujuan
Pembelajaran
c. Menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan strategi
Critical Insident dan Index Card Match.
d. Memilih dan menentukan media dan sumber belajar sesuai dengan
materi bohong dan dengki pada kelas VI SDN 12 Pontianak Utara.
e. Membuat dan menyusun prosedur dan alat evaluasi yang relevan
dengan Tujuan Pembelajaran pada materi akhlak “Bohong dan
Dengki” di kelas VI SDN 12 Pontianak Utara.
f. Membuat dan menyusun alat observasi yang akan digunakan pada
saat pelaksanaan tindakan.
g. Menyusun jadwal pelaksanaan tindakan. Sebagaimana tercantum
dalam silabus Kurikulum SD maka jadwal pelaksanaan untuk
materi “dengki dan bohong” di kelas VI SD pada pertengahan
27
Semester I. Pelaksanaan diperkiraan sekitar Bulan Agustus –
September 2010.
2. Tahap Tindakan (Action)
Pada tahap pelaksanaan tindakan ini, peneliti mencoba menerapkan
(mengimplementasikan) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah
disusun kedalam situasi kegiatan pembelajaran di kelas.
3. Tahap Observasi ( Observing)
Pada tahap ini, peneliti dibantu oleh teman sejawat mengamati jalannya
proses pembelajaran pada materi akhlak ”Bohong dan Dengki” di kelas VI
SDN 12 Pontianak Utara. Sejak dari awal sampai akhir kegiatan ( proses
interaksi guru siswa sampai proses evaluasi).
4. Tahap Refleksi ( Reflecting)
Pada tahap ini peneliti menganalisa data dari hasil observasi dan evaluasi
hasil belajar siswa pada saat pelaksanaan tindakan (kolaborasi strategi Critical
Insident dan Index Card Match). Kemudian membuat kesimpulan dan selanjutnya
jika dipandang perlu melaksanakan siklus ke III.
d. Pengumpulan Data
28
Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 9) , yang dimaksud dengan metode
pengumpulan data adalah cara dan langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk
mencatat peristiwa atau proses tindakan secara rinci, sesuai dengan maksud untuk
memperoleh jawaban dari kalimat pertanyaan yang sudah diajukan dalam
rumusan masalah.
Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah hasil
evaluasi belajar siswa pada siklus pertama dan siklus kedua yang merupakan
Instrumen yang akan digunakan peneliti mengetahui hasil penelitian.
Teknik observasi dengan menggunakan teman sejawat sebagai observer
adalah bertujuan untuk menjaga objektifitas dari hasil penelitian ini.
e. Analisis Data
Data yang diperoleh berupa hasil belajar atau prestasi belajar yang dicapai
siswa pada siklus pertama dan kedua dikumpulkan kemudian dianalisis melalui
beberapa proses yakni mereduksi data, penyajian data dan melakukan penarikan
kesimpulan. Setelah data dianalisis, langkah selanjutnya adalah proses mereduksi
data dengan menyusun data kedalam kategori-kategori sesuai dengan kodefikasi
data. Setelah semua proses tersebut, tahap selanjutnya adalah menarik
kesimpulan terhadap semua data yang diperoleh.
29
DAFTAR PUSTAKA
- Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, (2004) Pedoman
Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum, Jakarta.
- Winkel. W.S. 1996, Psikologi Pengajaran, Jakarta, Grasindo.
- Ngalim Purwanto ,1986.( Sunartombs.wordpress.com/2009/01/05)
- S Nasution (1996:
- Muhibbin Syah ,1997, Psikologi Belajar, Jakarta, Logos Wacana Ilmu.
- Syahril ,1987,
- Djamarah Saiful Bahri ,2000, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,
Surabaya, Usaha Nasional.
- Arikunto Suharsimi, 1998, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah
Pendekatan Edukatif, Jakarta , Bina Aksara.
- Zaini Hisyam dkk, (2002), strategi Pembelajaran aktif di Perguruan Tinggi,
Yogyakarta, Center for Teaching Staff Development.
- Melvin L Silberman (2004), Active Learning ( terjemahan), Bandung,
Musa Media dan Nuansa.
- Hadari Nawawi, 2000, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta,
Gajah Mada University Press.
- Arikunto Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Jakarta, Rinneka Cipta.
- Arikunto , 2007, Makalah Seminar ”Penilaian Laporan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), STKIP PGRI, Pontianak.
30
- Departeman Pendidikan Nasional. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar
dan Menengah Direktorak Tenaga Kependidikan, (2004), Penilitian
Tindakan Kelas (PTK), Jakarta.
- Ratna, (2010) Skripsi, Upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam
membaca huruf hijaiyah dengan menggunakan strategi card short dikelas
II SDN 76 Pontianak Kota. (STAIN) Pontianak.
31