25
PROPOSAL PENELITIAN TENTANG HUKUM PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI TERHADAP MARAKNYA KEJAHATAN DUNIA MAYA ( CYBERCRIME ) OLEH : SASIWI SAKTI OKTAVIANI N.I.M 08.12000.000019 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS TULUNGAGUNG

Proposal Penelitian Tentang Hukum

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal Penelitian Tentang Hukum

PROPOSAL PENELITIAN TENTANG HUKUM

PENGARUH KEMAJUAN TEKNOLOGI TERHADAP MARAKNYA

KEJAHATAN DUNIA MAYA ( CYBERCRIME )

OLEH :

SASIWI SAKTI OKTAVIANI

N.I.M 08.12000.000019

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TULUNGAGUNG

2011 / 2012

Page 2: Proposal Penelitian Tentang Hukum

KATA PENGANTAR

Dunia semakin berkembang, ras manusia semakin menguasai alam dalam

kehidupan. Ekslpoitasi dan eksplorasi terhadap kekayaan alam semesta terus dilakukan

guna memenuhi hasrat keingintahuan dan kebutuhan untuk terus hidup di dalam bumi yang

semakin renta.tak terkecuali eksploitasi dan eksplorasi di bidang ilmu pengentahuan,

termasuk di dalamnya dunia maya, dimana di era sekarang lebih terkenal dengan sebutan

dunia internet.

Keingin tahuan manusia itu sendirilah yang mendorong kegiatan di dunia maya

semakin dalam. Segera setalah menguasai dunia yang tidak terjangkau batasan tersebut,

manusia menemukan celah untuk melakukan kecurangan atau dalam hokum biasa dikenal

dengan istilah wanprestasi.

Kecurangan tersebut kemudian berkembang menjadi kejahatan dunia maya atau

kita sebut “ Cyber Crime “. Mulai dari pembajakan situs, penyebaran virus yang merusak

system, pembobolan rekening, pencurian uang, dll.

Untuk itulah penelitian ini diarahkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

perkembangan teknologi terhadapa Cybercrime. Diharapkan melalui penelitian ini dapat

dihasilkan aturan atau lebih memperkaya perUndang-Undangan yang membatasi ruang

gerak orang berselancar di dunia maya, serta menentukan aturan-aturan baku untuk

meminimalisir cyber crime.

Terima kasih,

Penyusun

Page 3: Proposal Penelitian Tentang Hukum

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kebutuhan dan penggunaan akan teknologi informasi yang diaplikasikan dengan

Internet dalam segala bidang seperti e-banking, ecommerce,e-government, e-

education dan banyak lagi telah menjadi sesuatu yang lumrah. Bahkan apabila

masyarakat terutama yang hidup di kota besar tidak bersentuhan dengan persoalan

teknologi informasi dapat dipandang terbelakang atau ”GAPTEK”. Internet telah

menciptakan dunia baru yang dinamakan cyberspace yaitu sebuah dunia

komunikasi berbasis komputer yang menawarkan realitas yang baru berbentuk

virtual (tidak langsung dan tidak nyata). Walaupun dilakukan secara virtual, kita

dapat merasa seolah-olah ada di tempat tersebut dan melakukan hal-hal yang

dilakukan secara nyata, misalnya bertransaksi, berdiskusi dan banyak lagi.

Perkembangan Internet yang semakin hari semakin meningkat baik teknologi dan

penggunaannya, membawa banyak dampak baik positif maupun negatif. Tentunya

untuk yang bersifat positif kita semua harus mensyukurinya karena banyak manfaat

dan kemudahan yang didapat dari teknologi ini, misalnya kita dapat melakukan

transaksi perbankan kapan saja dengan e-banking, e-commerce juga membuat kita

mudah melakukan pembelian maupun penjualan suatu barang tanpa mengenal

tempat. Mencari referensi atau informasi mengenai ilmu pengetahuan juga bukan

hal yang sulit dengan adanya e-library dan banyak lagi kemudahan yang

didapatkan dengan perkembangan Internet. Tentunya, tidak dapat dipungkiri bahwa

teknologi Internet membawa dampak negatif yang tidak kalah banyak dengan

manfaat yang ada. Internet membuat kejahatan yang semula bersifat konvensional

seperti pengancaman, pencurian dan penipuan kini dapat dilakukan dengan

menggunakan media komputer secara online dengan risiko tertangkap yang sangat

kecil oleh individu maupun kelompok dengan akibat kerugian yang lebih besar baik

untuk masyarakat maupun negara disamping menimbulkan kejahatan-kejahatan

baru.

Banyaknya dampak negatif yang timbul dan berkembang, membuat suatu

paradigma bahwa tidak ada komputer yang aman kecuali dipendam dalam tanah

sedalam 100 meter dan tidak memiliki hubungan apapun juga. David Logic

Page 4: Proposal Penelitian Tentang Hukum

berpendapat tentang Internet yang diibaratkan kehidupan jaman cowboy tanpa

kepastian hukum di Amerika.

Seperti seorang hacker dapat masuk ke dalam suatu sistem jaringan perbankan

untuk mencuri informasi nasabah yang terdapat di dalam server mengenai data

base rekening bank tersebut, karena dengan adanya e-banking jaringan tersebut

dapat dikatakan terbuka serta dapat diakses oleh siapa saja. Kalaupun pencurian

data yang dilakukan sering tidak dapat dibuktikan secara kasat mata karena tidak

ada data yang hilang tetapi dapat diketahui telah diakses secara illegal dari sistem

yang dijalankan. Tidak kurang menghebohkannya adalah beredarnya gambar-

gambar porno hubungan seksual/pornografi, misalnya antara seorang bintang

sinetron Sukma Ayu dan Bjah, penyanyi yang sedang naik daun. Gambar-gambar

tersebut beredar secara luas di Internet baik melalui e-mail maupun dalam tampilan

website yang dapat disaksikan oleh siapa saja secara bebas. Pengungkapan

kejahatan ini masih sangat kecil sekali, dikarenakan banyak kendala dan hambatan

yang dihadapi dalam upaya pengungkapannya. Saat ini, bagi mereka yang senang

akan perjudian dapat juga melakukannya dari rumah atau kantor hanya dengan

mengakses situs www.indobetonline.com atau www.tebaknomor.com dan banyak

lagi situs sejenis yang menyediakan fasilitas tersebut dan memanfaatkan fasilitas

Internet banking untuk pembayarannya. E-commerce tidak sedikit membuka

peluang bagi terjadinya tindak pidana penipuan, seperti yang dilakukan oleh

sekelompok pemuda di Medan yang memasang iklan di salah satu website terkenal

“Yahoo” dengan seolah – olah menjual mobil mewah Ferrary dan Lamborghini

dengan harga murah sehingga menarik minat seorang pembeli dari Kuwait.

Perbuatan tersebut dapat dilakukan tanpa adanya hubungan terlebih dahulu antara

penjual dan pembeli, padahal biasanya untuk kasus penipuan terdapat hubungan

antara korban atau tersangka.

, masih banyak lagi kejahatan yang memanfaatkan Internet. Tentunya masih hangat

dalam pikiran kita saat seorang hacker bernama Dani Hermansyah, pada tanggal 17

April 2004 melakukan deface dengan mengubah nama – nama partai yang ada

dengan nama- nama buah dalam website www.kpu.go.id, yang mengakibatkan

berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap Pemilu yang sedang berlangsung

pada saat itu. Dikhawatirkan, selain nama – nama partai yang diubah bukan tidak

mungkin angka-angka jumlah pemilih yang masuk di sana menjadi tidak aman dan

dapat diubah, padahal dana yang dikeluarkan untuk sistem teknologi informasi

Page 5: Proposal Penelitian Tentang Hukum

yang digunakan oleh KPU sangat besar sekali. Untung sekali bahwa apa yang

dilakukan oleh Dani tersebut tidak dilakukan dengan motif politik, melainkan

hanya sekedar menguji suatu sistem keamanan yang biasa dilakukan oleh kalangan

underground (istilah bagi dunia Hacker). Terbukti setelah melakukan hal tersebut,

Dani memberitahukan apa yang telah dilakukannya kepada hacker lain melalui chat

room IRC khusus Hacker sehingga akhirnya tertangkap oleh penyidik dari Polda

Metro Jaya yang telah melakukan monitoring di chat room tersebut. Deface disini

berarti mengubah atau mengganti tampilan suatu website. Pada umumnya, deface

menggunakan teknik Structured Query Language (SQL) Injection. Teknik ini

dianggap sebagai teknik tantangan utama bagi seorang hacker untuk menembus

jaringan karena setiap jaringan mempunyai sistem keamanan yang berbeda-beda

serta menunjukkan sejauh mana kemampuan operator jaringan, sehingga apabila

seorang hacker dapat masuk ke dalam jaringan tersebut dapat dikatakan

kemampuan hacker lebih tinggi dari operator jaringan yang dimasuki.

Dengan demikian maka terlihat bahwa kejahatan ini tidak mengenal batas wilayah

(borderless) serta waktu kejadian karena korban dan pelaku sering berada di negara

yang berbeda. Semua aksi itu dapat dilakukan hanya dari depan komputer yang

memiliki akses Internet tanpa takut diketahui oleh orang lain/ saksi mata, sehingga

kejahatan ini termasuk dalam Transnational Crime/ kejahatan antar negara yang

pengungkapannya sering melibatkan penegak hukum lebih dari satu negara.

Mencermati hal tersebut dapatlah disepakati bahwa kejahatan IT/ Cybercrime

memiliki karakter yang berbeda dengan tindak pidana umum baik dari segi

pelaku, korban, modus operandi dan tempat kejadian perkara sehingga butuh

penanganan dan pengaturan khusus di luar KUHP. Perkembangan teknologi

informasi yang demikian pesatnya haruslah di antisipasi dengan hukum yang

mengaturnya dimana kepolisian merupakan lembaga aparat penegak hukum yang

memegang peranan penting didalam penegakan hukum, sebab tanpa adanya hukum

yang mengatur dan lembaga yang menegakkan maka dapat menimbulkan

kekacauan didalam perkembangannya. Dampak negatif tersebut menimbulkan

suatu kejahatan yang dikenal dengan nama “CYBERCRIME” yang tentunya harus

diantisipasi dan ditanggulangi. Dalam hal ini Polri sebagai aparat penegak hukum

telah menyiapkan unit khusus untuk menangani kejahatan cyber ini yaitu UNIT V

IT/CYBERCRIME Direktorat II Ekonomi Khusus Bareskrim Polri.

Page 6: Proposal Penelitian Tentang Hukum

2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan cybercrime dan modus operandi pelaku ?

2. Sudah berkompentenkah Undang-Undang yang ada saat ini dengan

perkembangan kejahatan dunia maya ?

3. Adakah peran serta masyarakat dalam meningkatkan cyber crime?

4. Bagaimanakah tindakan atau penanggulangan untuk sebisa mungkin

meminimalisir cyber crime ?

3. Kontribusi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk :

1. Kontribusi Teoritis

Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan, dengan

tema yang sama akan tetapi dengan metode dan teknik analisa yang lain,

sehingga dapat dilakukan proses verifikasi demi kemajuan ilmu pengetahuan.

2. Kontribusi Praktis

a. Pemerintah, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk menentukan

kebijakan atau Undang-Undang yang lebih sesuai dan berhubungan dengan

kejahatan dunia maya, sehingga nantinya dapat mengatasi dan

meminimalisir tindak criminal.

b. Dapat dijadikan referensi untuk Melakukan upaya-upaya pelatihan (training)

bagi para hakim, pejabat dan para penegak hukum mengenai kejahatan

ekonomi dan cyber crime.

c. Menjadikan hasil penelitian ini untuk mengembangkan keamanan system

computer dan jaringan agar terhindar dari pelaku kejahatan dunia maya.

Page 7: Proposal Penelitian Tentang Hukum

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Cyber Crime dan Modus Operandinya

cybercrime dirumuskan sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan

memakai jaringan komputer sebagai sarana/ alat atau komputer sebagai objek, baik

untuk memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain.

MODUS OPERANDI

Kejahatan yang berhubungan erat dengan penggunaan teknologi yang berbasis

komputer dan jaringan telekomunikasi ini dikelompokkan dalam beberapa bentuk

sesuai modus operandi yang ada, antara lain:

a. Unauthorized Access to Computer System and Service

Kejahatan yang dilakukan dengan memasuki/menyusup ke dalam suatusistem

jaringan komputer secara tidak sah, tanpa izin atau tanpa sepengetahuan dari

pemilik sistem jaringan komputer yang dimasukinya. Biasanya pelaku

kejahatan (hacker) melakukannya dengan maksud sabotase ataupun pencurian

informasi penting dan rahasia

b. Illegal Contents

Merupakan kejahatan dengan memasukkan data atau informasi ke Internet

tentang sesuatu hal yang tidak benar, tidak etis, dan dapat dianggap melanggar

hukum atau mengganggu ketertiban umum.

c. Data Forgery

Merupakan kejahatan dengan memalsukan data pada dokumen-dokumen

penting yang tersimpan sebagai scripless document melalui Internet. Kejahatan

ini biasanya ditujukan pada dokumen-dokumen e-commerce dengan membuat

seolah-olah terjadi “salah ketik” yang pada akhirnya akan menguntungkan

pelaku karena korban akan memasukkan data pribadi dan nomor kartu kredit

yang dapat saja disalah gunakan.

d. Cyber Espionage

Merupakan kejahatan yang memanfaatkan jaringan Internet  untuk melakukan

kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem jaringan

komputer (computer network system) pihak sasaran.

Page 8: Proposal Penelitian Tentang Hukum

e. Cyber Sabotage and Extortion

Kejahatan ini dilakukan dengan membuat gangguan, perusakan atau

penghancuran terhadap suatu data, program komputer atau sistem jaringan

komputer yang terhubung dengan Internet

f. Offense against Intellectual Property

Kejahatan ini ditujukan terhadap hak atas kekayaan intelektual yang dimiliki

pihak lain di Internet.

g. Infringements of Privacy

Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang

tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang

apabila diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban secara materil

maupun immateril, seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau

penyakit tersembunyi dan sebagainya.

2. Penegakan Hukum Positif terhadap Cyber Crime

Menjawab tuntutan dan tantangan komunikasi global lewat Internet, Undang-

Undang yang diharapkan (ius konstituendum) adalah perangkat hukum yang

akomodatif terhadap perkembangan serta antisipatif terhadap permasalahan,

termasuk dampak negatif penyalahgunaan Internet dengan berbagai motivasi yang

dapat menimbulkan korban-korban seperti kerugian materi dan non materi. Saat ini,

Indonesia belum memiliki Undang – Undang khusus/ cyber law yang mengatur

mengenai cybercrime Tetapi, terdapat beberapa hukum positif lain yang berlaku

umum dan dapat dikenakan bagi para pelaku cybercrime terutama untuk kasuskasus

yang menggunakan komputer sebagai sarana, antara lain:

a. Kitab Undang – Undang Hukum Pidana

Dalam upaya menangani kasus-kasus yang terjadi para penyidik melakukan

analogi atau perumpamaan dan persamaaan terhadap pasal-pasal yang ada

dalam KUHP. Pasal-pasal didalam KUHP biasanya digunakan lebih dari satu

Pasal karena melibatkan beberapa perbuatan sekaligus pasal – pasal yang dapat

dikenakan dalam KUHP pada cybercrime antara lain :

1) Pasal 362 KUHP yang dikenakan untuk kasus carding dimana pelaku

mencuri nomor kartu kredit milik orang lain walaupun tidak secara fisik karena

hanya nomor kartunya saja yang diambil dengan menggunakan software card

generator di Internet untuk melakukan transaksi di e-commerce. Setelah

Page 9: Proposal Penelitian Tentang Hukum

dilakukan transaksi dan barang dikirimkan, kemudian penjual yang ingin

mencairkan uangnya di bank ternyata ditolak karena pemilik kartu bukanlah

orang yang melakukan transaksi.

2)  Pasal 378 KUHP dapat dikenakan untuk penipuan dengan seolah olah

menawarkan dan menjual suatu produk atau barang dengan memasang iklan di

salah satu website sehingga orang tertarik untuk membelinya lalu mengirimkan

uang kepada pemasang iklan. Tetapi, pada kenyataannya, barang tersebut tidak

ada. Hal tersebut diketahui setelah uang dikirimkan dan barang yang

dipesankan tidak datang sehingga pembeli tersebut menjadi tertipu.

3) Pasal 335 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pengancaman dan pemerasan

yang dilakukan melalui e-mail yang dikirimkan oleh pelaku untuk memaksa

korban melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelaku dan

jika tidak dilaksanakan akan membawa dampak yang membahayakan. Hal ini

biasanya dilakukan karena pelaku biasanya mengetahui rahasia korban.

4) Pasal 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus pencemaran nama baik

dengan menggunakan media Internet. Modusnya adalah pelaku menyebarkan

email kepada teman-teman korban tentang suatu cerita yang tidak benar atau

mengirimkan email ke suatu mailing list sehingga banyak orang mengetahui

cerita tersebut.

5) Pasal 303 KUHP dapat dikenakan untuk menjerat permainan judi yang

dilakukan secara online di Internet dengan penyelenggara dari Indonesia.

6) Pasal 282 KUHP dapat dikenakan untuk penyebaran pornografi maupun

website porno yang banyak beredar dan mudah diakses di Internet. Walaupun

berbahasa Indonesia, sangat sulit sekali untuk menindak pelakunya karena

mereka melakukan pendaftaran domain tersebut diluar negri dimana pornografi

yang menampilkan orang   dewasa bukan merupakan hal yang ilegal.

7) Pasal 282 dan 311 KUHP dapat dikenakan untuk kasus penyebaran foto atau

film pribadi seseorang yang vulgar di Internet , misalnya kasus Sukma Ayu-

Bjah.

8) Pasal 378 dan 262 KUHP dapat dikenakan pada kasus carding, karena

pelaku melakukan penipuan seolah-olah ingin membeli suatu barang dan

membayar dengan kartu kreditnya yang nomor kartu kreditnya merupakan

curian.

Page 10: Proposal Penelitian Tentang Hukum

9) Pasal 406 KUHP dapat dikenakan pada kasus deface atau hacking yang

membuat sistem milik orang lain, seperti website atau program menjadi tidak

berfungsi atau dapat digunakan sebagaimana mestinya.

b. Undang-Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

Menurut Pasal 1 angka (8) Undang – Undang No 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta, program komputer adalah sekumpulan intruksi yang diwujudkan dalam

bentuk bahasa, kode, skema ataupun bentuk lain yang apabila digabungkan

dengan media yang dapat dibaca dengan komputer akan mampu membuat

komputer bekerja untuk melakukan fungsi-fungsi khusus atau untuk mencapai

hasil yang khusus, termasuk persiapan dalam merancang intruksi-intruksi

tersebut. Hak cipta untuk program komputer berlaku selama 50 tahun (Pasal

30). Harga program komputer/ software yang sangat mahal bagi warga negara

Indonesia merupakan peluang yang cukup menjanjikan bagi para pelaku bisnis

guna menggandakan serta menjual software bajakan dengan harga yang sangat

murah. Misalnya, program anti virus seharga $ 50 dapat dibeli dengan harga

Rp20.000,00. Penjualan dengan harga sangat murah dibandingkan dengan

software asli tersebut menghasilkan keuntungan yang sangat besar bagi pelaku

sebab modal yang dikeluarkan tidak lebih dari Rp 5.000,00 perkeping.

Maraknya pembajakan software di Indonesia yang terkesan “dimaklumi”

tentunya sangat merugikan pemilik hak cipta. Tindakan pembajakan program

komputer tersebut juga merupakan tindak pidana sebagaimana diatur dalam

Pasal 72 ayat (3) yaitu “Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak

memperbanyak penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program

komputer dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau

denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

c. Undang-Undang No 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi

Menurut Pasal 1 angka (1) Undang – Undang No 36 Tahun 1999,

Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan/atau penerimaan

dan setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara,

dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik

lainnya. Dari definisi tersebut, maka Internet dan segala fasilitas yang

dimilikinya merupakan salah satu bentuk alat komunikasi karena dapat

mengirimkan dan menerima setiap informasi dalam bentuk gambar, suara

maupun film dengan sistem elektromagnetik. Penyalahgunaan Internet yang

Page 11: Proposal Penelitian Tentang Hukum

mengganggu ketertiban umum atau pribadi dapat dikenakan sanksi dengan

menggunakan Undang- Undang ini, terutama bagi para hacker yang masuk ke

sistem jaringan milik orang lain sebagaimana diatur pada Pasal 22, yaitu Setiap

orang dilarang melakukan perbuatan tanpa hak, tidak sah, atau memanipulasi:

a) Akses ke jaringan telekomunikasi

b) Akses ke jasa telekomunikasi

c) Akses ke jaringan telekomunikasi khusus

Apabila anda melakukan hal tersebut seperti yang pernah terjadi pada website

KPU www.kpu.go.id, maka dapat dikenakan Pasal 50 yang berbunyi “Barang

siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22,

dipidana dengan pidana  penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda

paling banyak Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah)”.

d. Undang-Undang No 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1997 tanggal 24 Maret

1997 tentang Dokumen Perusahaan, pemerintah berusaha untuk mengatur

pengakuan atas mikrofilm dan media lainnya (alat penyimpan informasi yang

bukan kertas dan mempunyai tingkat pengamanan yang dapat menjamin

keaslian dokumen yang dialihkan atau ditransformasikan. Misalnya Compact

Disk – Read Only Memory (CD – ROM), dan Write – Once -Read – Many

(WORM), yang diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang tersebut sebagai alat

bukti yang sah.

e. Undang-Undang No 25 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

Undang-Undang ini merupakan Undang-Undang yang paling ampuh bagi

seorang penyidik untuk mendapatkan informasi mengenai tersangka yang

melakukan penipuan melalui Internet, karena tidak memerlukan prosedur

birokrasi yang panjang dan memakan waktu yang lama, sebab penipuan

merupakan salah satu jenis tindak pidana yang termasuk dalam pencucian uang

(Pasal 2 Ayat (1) Huruf q). Penyidik dapat meminta kepada bank yang

menerima transfer untuk memberikan identitas dan data perbankan yang

dimiliki oleh tersangka tanpa harus mengikuti peraturan sesuai dengan yang

diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Dalam Undang-Undang Perbankan

identitas dan data perbankan merupakan bagian dari kerahasiaan bank sehingga

apabila penyidik membutuhkan informasi dan data tersebut, prosedur yang

Page 12: Proposal Penelitian Tentang Hukum

harus dilakukan adalah  engirimkan surat dari Kapolda ke Kapolri untuk

diteruskan ke Gubernur Bank Indonesia.  Prosedur tersebut memakan waktu

yang cukup lama untuk mendapatkan data dan informasi yang diinginkan.

Dalam Undang-Undang Pencucian Uang proses tersebut lebih  cepat karena

Kapolda cukup mengirimkan surat kepada Pemimpin Bank Indonesia di daerah

tersebut dengan tembusan kepada Kapolri dan Gubernur Bank Indonesia,

sehingga data dan informasi yang dibutuhkan lebih cepat didapat dan

memudahkan  proses penyelidikan terhadap pelaku, karena data yang diberikan

oleh pihak bank, berbentuk: aplikasi pendaftaran, jumlah rekening masuk dan

keluar serta kapan dan  dimana dilakukan transaksi maka penyidik dapat

menelusuri keberadaan pelaku berdasarkan data– data tersebut. Undang-

Undang ini juga mengatur mengenai alat bukti elektronik atau digital evidence

sesuai dengan Pasal 38 huruf b yaitu alat bukti lain berupa informasi yang

diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat

optik atau yang serupa dengan itu.

f. Undang-Undang No 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme

Selain Undang-Undang No. 25 Tahun 2003, Undang-Undang ini mengatur

mengenai alat bukti elektronik sesuai dengan Pasal 27 huruf b yaitu alat bukti

lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan

secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu. Digital

evidence atau alat bukti elektronik sangatlah berperan dalam penyelidikan kasus

terorisme, karena saat ini komunikasi antara para pelaku di lapangan dengan

pimpinan atau aktor intelektualnya dilakukan dengan memanfaatkan fasilitas di

Internet untuk menerima perintah atau menyampaikan kondisi di lapangan

karena para pelaku mengetahui pelacakan terhadap Internet lebih sulit

dibandingkan pelacakan melalui handphone. Fasilitas yang sering digunakan

adalah e-mail dan chat room selain mencari informasi dengan menggunakan

search engine serta melakukan propaganda melalui bulletin board atau mailing

list.

g. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Internet & Transaksi

Elektronik

Page 13: Proposal Penelitian Tentang Hukum

Undang-undang ini, yang telah disahkan dan diundangkan pada tanggal 21

April 2008, walaupun sampai dengan hari ini belum ada sebuah PP yang

mengatur mengenai teknis pelaksanaannya, namun diharapkan dapat menjadi

sebuah undang-undang cyber atau cyberlaw guna menjerat pelaku-pelaku

cybercrime yang tidak bertanggungjawab dan menjadi sebuah payung hukum

bagi masyarakat pengguna teknologi informasi guna mencapai sebuah kepastian

hukum.

C. METODE PENELITIAN

Page 14: Proposal Penelitian Tentang Hukum

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui perkembangan Cyber Crime dan perkembangannya

b. Untuk mengetahui Undang-Undang yang masih berkompeten dengan kejahatan

dunia maya.

c. Untuk mengetahui peran masyarakat dalam perkembangan Cyber Crime

d. Untuk mengetaui tindakan atau penanggulangan untuk meminimalisir tindak

kejahatan dunia maya.

2. Metode Penelitian

Dalam hal ini dilakukan dengan memakai metode penelitian hukum normatif dan

penelitian hukum sosiologis. Dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Penetapan lokasi dan sampel

Penelitian ini akan mengambil sampel atas berbagai referensi yang memuat

tentang kasus-kasus pidana di dunia maya ( Cyber Crime).

b. Pendekatan Studi

Penelitian ini menggunakan pendekatan naturalistik kualitatif dan kuantitatif,

dengan model analisis yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data deskriptif

yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari data kasus yang telah terjadi.

c. Identifikasi Masalah

Tahap ini merupakan pengumpulan informasi dengan pendekatan terhadap

objek-objek yang akan diteliti. Seberapa besar isu yang timbul dalam

masyarakat tentang itu. Bagaimana respon singkat dari orang-orang yang terkait

ataupun tidak.

d. Observasi dan  Survei

Tahap ini merupakan inti dari semua yang dikerjakan pencarian data yang

diharapkan. Dengan cara mencari kasus Cyber Crime yang diteliti, seberapa

banyak data yang diharapkan yang muncul dan dibutuhkan.

e. Pengumpulan Data

Tahap ini merupakan penghitungan kasar dan pencatatan data yang didapat dari

setiap kasus kejahatan dunia maya.

f. Analisis Data

Page 15: Proposal Penelitian Tentang Hukum

Analisis data merupakan penghitungan yang dilakukan dengan melakukan

perbandingan dari jumlah yang diteliti ataupun perkembangan data dari yang

pernah diteliti sebelumnya.

g. Evaluasi Data

Tahap pemeriksaan keakuratan data yang sudah dihitung, ketepatan, dan

kelayakan data untuk dijadikan ilmiah yang memenuhi tujuan dan keluaran

serta kegunaan yang diharapkan.

h. Keabsahan Data

Data yang telah terkumpul diuji validitasnya dengan melakukan crosscheck

dengan berbagai sumber data lain dan fakta dilapangan.

i. Penyajian Data

Penyajian data ini merupakan tahap penulisan dan penuangan data dalam

bentuk ilmiah yang dapat dipertangungjawabkan keberadaanya serta

originalitasnya.

j. Penulisan Laporan Penelitian

Tahap ini memberikan sistematika dan kronologis dan hal-hal yang terjadi

dilapangan selama penelitian berlangsung yang disajikan dengan bukti-bukti

penelitian dari gambar dan foto. Kemudian melampirkannya sebagai hasil dari

penelitian.

Lampiran :

Page 16: Proposal Penelitian Tentang Hukum

JADWAL PENELITIAN

Penelitian ini akan memakan waktu 3 bulan, dengan jadwal sebagai berikut :

No Deskripsi KegiatanBulan 1 Bulan 2 Bulan 3

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pengajuan Judul Penelitian

2 Pembuatan Instrumen Penelitian

3 Pengujian Instrumen Penelitian

4 Pengumpulan Data

5 Pengolahan Data

6 Ringkasan Eksekutif

(Executive Summary)

7 Seminar Hasil Penelitian

8 Penulisan Laporan Penelitian

9 Penggandaan Laporan Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: Proposal Penelitian Tentang Hukum

Kansil, C.S.T., 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka

Rifai.S.H, Ahmad. 2010 . KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana)

Disertai Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia. Jakarta : CV.

Mandar Maju

http://www.duniamaya.org/index.php/security/kejahatan-dunia-maya-cybercrime/ •

http://beckhans.blogspot.com/2009/04/situs-kpu-diacak-hacker-pemilu-2009_15.html •

http://dilunisme.blogspot.com/2008/12/etika-profesi-cyber-ethic-contoh-kasus.html •

http://badkiddies.blogspot.com/2008_08_01_archive.html •

http://ronny-hukum.blogspot.com/ •

http://moduskejahatan.blogspot.com/2008/06/penanggulangan-kejahatan-hacking- di.html •

http://cybercrime.wordpress.com/