26
BAB I LATAR BELAKANG Industri kecil menengah sekarang ini berkembang dengan baik seiring dengan terbukanya pikiran masyarakat untuk membuka usaha sendiri dan menciptakan lowongan kerja daripada mencari lowongan kerja. Industri kecil menengah memang cukup menjanjikan mengingat modal yang digunakan tidak terlalu besar dan resikonya pun tidak besar mengingat modal yang tidak terlalu besar, hanya memerlukan perencanaan yang matang sehingga industri yang dijalankan dapat berkembang dan berjalan dengan baik. Dalam perkembangan industri rumah tangga dituntut untuk terus berkembang dalam persaingan dengan industri kecil lainnya bahkan dengan industri besar dengan kapasitas yang lebih banyak dan kualitas yang lebih bagus. Oleh karena itu jika suatu industri rumah tangga ingin survive, terutama dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini, mereka diharuskan memperbaiki kualitas secara kontinu , menjaga kestabilan dan memperbaiki kekurangan proses produksi agar dapat bertahan dipersaingan industri. Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang banyak maka industri rumah tangga harus bekerja keras bersaing dengan industri besar yang memiliki lahan pemasaran yang lebih luas daripada industri rumahan. Dalam mengisi celah pasar yang ada mereka juga dituntut mencari inovasi baru meningkatkan kualitas produk dan produksi untuk bertahan dalam kerasnya persaingan industri. Apabila indusri rumah tangga ingin menembus pasar internasional mereka harus mempunyai standar kualitas produk dan proses produksi. Industri Budidaya Jamur Tiram Bapak Darmuji merupakan salah satu usaha mikro yang berperan dalam

Proposal Petrus

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Proposal Petrus

BAB I

LATAR BELAKANG

Industri kecil menengah sekarang ini berkembang dengan baik seiring dengan terbukanya pikiran masyarakat untuk membuka usaha sendiri dan menciptakan lowongan kerja daripada mencari lowongan kerja. Industri kecil menengah memang cukup menjanjikan mengingat modal yang digunakan tidak terlalu besar dan resikonya pun tidak besar mengingat modal yang tidak terlalu besar, hanya memerlukan perencanaan yang matang sehingga industri yang dijalankan dapat berkembang dan berjalan dengan baik. Dalam perkembangan industri rumah tangga dituntut untuk terus berkembang dalam persaingan dengan industri kecil lainnya bahkan dengan industri besar dengan kapasitas yang lebih banyak dan kualitas yang lebih bagus.

Oleh karena itu jika suatu industri rumah tangga ingin survive, terutama dalam menghadapi era globalisasi sekarang ini, mereka diharuskan memperbaiki kualitas secara kontinu , menjaga kestabilan dan memperbaiki kekurangan proses produksi agar dapat bertahan dipersaingan industri. Untuk memenuhi kebutuhan pasar yang banyak maka industri rumah tangga harus bekerja keras bersaing dengan industri besar yang memiliki lahan pemasaran yang lebih luas daripada industri rumahan. Dalam mengisi celah pasar yang ada mereka juga dituntut mencari inovasi baru meningkatkan kualitas produk dan produksi untuk bertahan dalam kerasnya persaingan industri. Apabila indusri rumah tangga ingin menembus pasar internasional mereka harus mempunyai standar kualitas produk dan proses produksi.

Industri Budidaya Jamur Tiram Bapak Darmuji merupakan salah satu usaha mikro yang berperan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat akan makanan kecil. Industri Budidaya Jamur Tiram ini dalam produksinya belum menerapkan aspek produksi bersih dan sanitasi lingkungan dengan baik. Oleh karena itu, kerugian yang diakibatkan oleh ceceran bahan penolong dapat diminimalisasi dengan adanya penerapan produksi bersih, dan untuk menghasilkan produk yang tidak hanya bernilai ekonomi tinggi tetapi juga higienis, maka harus ditunjang dengan adanya sistem sanitasi lingkungan.

BAB II

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah penerapan produksi bersih pada industri ini dapat meningkatkan produktifitas?

Page 2: Proposal Petrus

2. Apakah dengan menerapkan sanitasi lingkungan dapat meningkatkan kenyamanan kerja?

BAB IV

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukannya penelitian adalah untuk mengimplementasikan perbaikan aspek produksi bersih dan sanitasi lingkungan

BAB V

MANFAAT PENELITIAN

Pemilik Industri

1. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari usahanya.2. Menjaga kenyamanan ruang produksi.3. Meningkatkan produktifitas kenerja karyawan.

Pemerintah

1. Meningkatkan perekonomian bangsa melalui peningkatan perekonomian masyarakat khususnya dibidang Usaha Industri Kecil Menengah

2. Membantu peran pemerintah untuk mensukseskan Usaha Industri Kecil Menengah

Penulis

1. Untuk penyelesaian tugas akhir program pendidikan Diploma Tiga2. Dapat mengaplikasikan pengetahuan yang sudah didapat di kampus ke

dunia industri

BAB VIHIPOTESA PENELITIAN

Penerapan produksi bersih dan sanitasi lingkungan sangat baik dilaksanankan di industri. Industri yang tidak menerapakan produksi bersih dan sanitasi lingkungan maka dapat menyebabkan menurunnya produktifitas kenerja karyawan dan dapat mengganggu proses produksi

Page 3: Proposal Petrus

BAB VII

TINJAUAN PUSTAKA

Produksi Bersih

Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang

bersifat preventif dan terpadu. Strategi tersebut perlu diterapkan secara terus-

menerus pada proses produksi dan daur hidup produk dengan tujuan untuk

mengurangi resiko terhadap manusia dan lingkungan. Produksi bersih diperlukan

sebagi cara untuk mendukung upaya perlindungan lingkungan. Upaya tersebut

dikaitkan dengan kegiatan pembangunan atau pertumbuhan ekonomi, mencegah

terjadinya pencemaran lingkungan, memelihara, dan memperkuat pertumbuhan

ekonomi dalam jangka panjang, mendukung prinsip environmental equality,

mencegah terjadinya proses degradasi lingkungan, dan pemanfaatan sumberdaya

alam melalui penerapan daur ulang limbah. Selain itu, upaya tersebut dapat

dijadikan sebagai suatu cara untuk memperkuat daya saing produk

(KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP, 2009) Pada awalnya strategi

pengelolaan lingkungan mengacu pada pendekatan kapasitas daya dukung, namun

upaya ini memerlukan biaya tinggi untuk perbaikan kondisi lingkungan yang telah

tercemar dan rusak.Upaya tersebut dianggap kurang memuaskan, konsep strategi

pun berubah menjadi upaya pemecahan masalah dengan pengelolaan limbah yang

terbentuk (end of pipe treatment), namun berbagai kendala muncul dan masalah

pencemaran lingkungan masih tetap terjadi.

Menurut BAPEDAL (1996), kendala yang muncul dalam penerapan end of

pipe treatment antara lain:

a. Pendekatan bersifat reaktif, artinya tindakan pengelolaan lingkungan dilakukan

setelah limbah terbentuk.

b. Limbah tetap terbentuk, karena tidak didukung oleh minimisasi limbah pada

sumbernya cenderung tidak dilakukan.

c. Tidak efektif memecahkan masalah, karena pada kenyataannya seringkali

kegiatan pengelolaan limbah dianggap hanya mengubah bentuk limbah dan

memindahkannya dari satu media ke media lain.

Page 4: Proposal Petrus

d. Upaya tersebut meningkatkan biaya produksi, namun tidak seiring dengan

perbaikan kerusakan dan pencemaran.

e. Peraturan perundang-undangan yang mengatur persyaratan pembuangan

limbah pada umumnya cenderung dilanggar dan upaya penegakan hukum

lingkungan belum dapat berjalan sepenuhnya.

Ruang Lingkup Produksi Bersih

Produksi bersih diterapkan pada seluruh siklus produksi.Hal tersebut

bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi

yang lebih baik pada penggunaan bahan mentah, energi, dan air.Selain itu, upaya

tersebut mendorong kondisi lingkungan yang lebih baik melalui pengurangan

sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk

terhadap lingkungan dari siklus hidup produk dengan rancangan yang ramah

lingkungan dengan didukung oleh efektivitas dari segi biaya.Ruang lingkup

produksi bersih dapat dilihat pada Gambar 1.

Diterapkan dalam produksi dan siklus pelayanan

Produks

Pelay Pelayanan :

Efisiensi Manajemen lingkungan dalam rancangan dan pengiriman

Dampak :

1. Perbaikan efisiensi2. Kondisi lingkungan yang lebih baik3. Peningkatan keuntungan kompetitif

Dampak :

4. Perbaikan efisiensi5. Kondisi lingkungan yang lebih baik6. Peningkatan keuntungan kompetitif

Proses :

1. Konservasi bahan baku

2. Pengurangan jumlah atau tingkat toksisitas emisi pada sumber

3. Evaluasi dari pilihan teknologi

4. Reduksi biaya dan teknologi

Produk :

1. Reduksi limbah melalui rancangan pengelolaan yang lebih baik

2. Penggunaan limbah untuk produk baru

Page 5: Proposal Petrus

Gambar 1. Ruang Lingkup Produksi Bersih

Sumber: UNIDO (2002) dalam INDRASTI & FAUZI (2009)

2. 4 .2 Prinsip-prinsip Pokok Produksi Bersih

Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih adalah:

a. Mengurangi atau meminimumkan penggunaan bahan baku, air, energi, dan

menghindari pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya serta mereduksi

terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga dapat mencegah dan

mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan lingkungan serta

resikonya terhadap manusia.

b. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi berlaku baik terhadap proses

maupun produk yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul mengenai daur

hidup produk.

c. Perubahan dalam pola pikir, sikap, dan tingkah laku dari semua pihak terkait,

baik dari pemerintah, masyarakat maupun kalangan industriawan. Selain itu,

perlu diterapkan pola manajemen di kalangan industri maupun pemerintah

yang telah mempertimbangkan aspek lingkungan.

d. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen dan prosedur standar

operasi sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan.

e. Pelaksanaan program produksi bersih tidak hanya mengandalkan peraturan

pemerintah saja, tetapi lebih didasarkan pada kesadaran untuk merubah sikap

dan tingkah laku.

2. 4 .3 Penerapan Produksi Bersih

Teknik produksi bersih merupakan gabungan antara teknik pengurangan

limbah pada sumber pencemar dan teknik daur ulang.Pemilihan penerapan

produksi bersih menurut INDRASTI & FAUZI (2009), dapat dikelompokan

menjadi lima bagian yaitu :

a. Good house keeping (GHK)

Page 6: Proposal Petrus

Meliputi tindakan prosedural, administratif maupun institusional yang dapat

digunakan perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah dan emisi.

Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan dalam penerapan GHK meliputi :

pengembangan program produksi bersih, pengembangan sumberdaya manusia,

tata cara penanganan dan investasi bahan, pencegahan kehilangan bahan,

pemisahan limbah menurut jenisnya, tata cara perhitungan biaya, dan penjadwalan

produksi.

b. Perubahan material input

Tindakan ini untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan

beracun yang masuk atau yang digunakan dalam proses produksi, sehingga dapat

menghindari terbentuknya limbah B3 dalam proses produksi. Perubahan material

input termasuk pemurnian bahan dan substitusi bahan.

c. Perubahan teknologi

Meliputi modifikasi proses dan peralatan yang dilakukan untuk mengurangi

limbah dan emisi, perubahan teknologi dapat dimulai dari yang sederhana, dalam

waktu yang singkat, dan biaya murah sampai dengan perubahan yang memerlukan

investasi tinggi, seperti: perubahan peralatan, tata letak pabrik, penggunaan

peralatan otomatis, dan perubahan kondisi proses.

d. Perubahan produk

Meliputi substitusi produk, konservasi produk, dan perubahan komposisi

produk.

e. On-site reuse

Merupakan upaya penggunaan kembali bahan-bahan yang terkandung dalam

limbah, baik untuk digunakan kembali pada proses awal atau sebagian material

input dalam proses yang lain.

Aplikasi produksi bersih dalam suatu industri dapat diterapkan pada unsur

unsur sebagai berikut:

a. Proses produksi

Page 7: Proposal Petrus

Aplikasi produksi bersih pada proses produksi mencakup peningkatan efisiensi

dan efektivitas dalam pemakaian bahan baku, energi, dan sumberdaya lainnya

serta mengganti atau mengurangi penggunaan bahan berbahaya dan beracun

sehingga mengurangi jumlah dan toksisitas limbah serta emisi yang dihasilkan.

b. Produk

Penerapan produksi bersih pada produk, fokus terhadap upaya pengurangan

dampak keseluruhan daur hidup produk mulai dari bahan baku sampai

pembuangan akhir setelah produk tidak digunakan.

c. Jasa

Aplikasi produksi bersih pada jasa menitikberatkan pada upaya penerapan

proses 5R (rethink, reduce, reuse, recycle dan recovery) secara menyeluruh pada

setiap kegiatannya mulai dari penggunaan bahan baku sampai ke pembuangan

akhir.

2. 4 . 4 Keuntungan Penerapan Produksi Bersih

Keuntungan yang diperoleh oleh suatu industri apabila menerapkan

konsep produksi bersih, diantaranya: mengurangi biaya produksi, mengurangi

limbah yang dihasilkan, meningkatkan produktivitas, mengurangi konsumsi

energi, meminimalisasi masalah pembuangan limbah, dan memperbaiki nilai

produk samping.Keuntungan-keuntungan tersebut, dilihat dari sudut pandang

ekonomi dan lingkungan, akan dapat terwujud dengan beberapa cara berikut:

Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan bahan baku, sehingga mengurangi biaya

untuk bahan baku.

Meminimisasi limbah, sehingga akan mengurangi biaya penanganan dan

pembuangan limbah.

Mengurangi atau mengeliminasi kebutuhan akan penanganan dengan konsep end

of pipe treatment

Memperbaiki teknologi produksi.

Memperbaiki kualitas manajemen.

Meningkatkan penghargaan pekerja terhadap perlindungan lingkungan.

Page 8: Proposal Petrus

Memperbaiki kinerja, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan citra

perusahaan.

2. 4 . 5 Kendala Penerapan Produksi Bersih

Terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam penerapan produksi

bersih pada suatu industri. Kendala-kendala tersebut antara lain :

a. Kendala ekonomi

Kendala ekonomi timbul apabila kalangan usaha tidak merasa mendapatkan

keuntungan dalam penerapan produksi bersih, sehingga sulit bagi perusahaan

untuk membuat keputusan tentang penerapan konsep produksi bersih, misalnya

besarnya modal yang dikeluarkan untuk biaya tambahan peralatan dan kontrol

pencemaran sekaligus penerapan produksi bersih lainnya.

b. Kendala teknologi

Kendala teknologi timbul akibat kurangnya sosialisasi mengenai konsep

produksi bersih, kemungkinan penerapan sistem baru tidak sesuai dengan yang

diharapkan, dan kemungkinan adanya penambahan peralatan yang mengakibatkan

terbatasnya ruang produksi.

c. Kendala sumber daya manusia

Kendala sumberdaya manusia timbul akibat kurangnya dukungan dari pihak

manajemen puncak, keengganan untuk berubah baik secara individu maupun

organisasi, lemahnya komunikasi internal mengenai proses produksi yang baik,

pelaksanaan manajemen perusahaan yang kurang fleksibel, birokrasi yang sulit,

dan kurangnya dokumentasi serta penyebaran informasi.

2. 5 Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan merupakan usaha-usaha pengawasan terhadap semua

faktor yang ada dalam lingkungan fisik, yang memberi pengaruh terhadap

kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial. Sanitasi lingkungan industri

Page 9: Proposal Petrus

dapat memberikan pengaruh positif dalam pencegahan penyakit dan gangguan

kesehatan akibat kondisi tempat kerja yang tidak memenuhi persyaratan.Selain itu

dapat memberikan pencitraan yang baik bagi industri yang bersangkutan karena

produk yang dihasilkan diproses dengan memperhatikan kebersihan, baik tempat

kerja, peralatan maupun karyawan.Beberapa komponen dalam industri menurut

yang harus diperhatikan untuk menerapkan sanitasi lingkungan yaitu: lokasi,

bangunan, tata letak pabrik, peralatan, personil, dan proses produksi (SUB DINAS

BINA PENYEHATAN LINGKUNGAN, 1999).

Sanitasi bertujuan untuk menghilangkan kontaminan dari makanan dan

mesin pengolahan makanan serta mencegah terjadinya kontaminasi kembali

(WINARNO, 2004). Kontaminasi yang mungkin timbul berasal dari pestisida,

bahan kimia, insekta, tikus dan partikel-partikel benda asing seperti kayu, metal,

pecahan gelas dll, tetapi yang terpenting dari semuanya adalah kontaminasi

mikroba. Prinsip sanitasi adalah membersihkan dan sanitasi. Membersihkan

berarti menghilangkan mikroba yang berasal dari sisa makanan dan tanah yang

mungkin dapat menjadi media yang baik bagi pertumbuhan mikroba. Sedangkan

sanitasi berarti menggunakan zat kimia dan atau metode fisika untuk

menghilangkan sebagian besar mikroorganisme yang tertinggal pada permukaan

alat dan mesin pengolah makanan.

Tata cara pelaksanaan untuk memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan

industri menurut KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

INDONESIA Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002 dalam beberapa aspek yaitu :

1. Air Bersih

a. Air bersih untuk keperluan industri dapat diperoleh dari perusahaan air minum

(PAM), perusahaan daerah air minum (PDAM), sumber air tanah atau sumber lain

yang telah diolah sehingga memenuhi persyaratan kesehatan.

b. Tersedia air bersih untuk kebutuhan karyawan sesuai dengan persyaratan

kesehatan.

c. Distribusi air bersih untuk perkantoran harus menggunakan sistem perpipaan.

d. Sumber air bersih dan sarana distribusinya harus bebas dari pencemaran fisik,

kimia dan bakteriologis.

Page 10: Proposal Petrus

e. Dilakukan pengambilan sampel air bersih pada sumber, bak penampungan dan

pada kran terjauh untuk diperiksakan di laboratorium minimal 2 kali setahun,

yaitu musim kemarau dan musim hujan.

2. Udara ruangan

a. Suhu dan kelembaban

Agar ruang kerja industri memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan

upaya-upaya sebagai berikut:

Tinggi langit-langit dari lantai minimal 2,5 m.

Bila suhu udara > 30 0C perlu menggunakan alat penata udara seperti Air

Conditioner (AC), kipas angin, dll.

Bila suhu udara luar < 18 0C perlu menggunakan alat pemanas ruang.

Bila kelembaban udara ruang kerja > 95 % perlu menggunakan alat

dehumidifier.

Bila kelembaban udara ruang kerja < 65 % perlu menggunakan humidifier

(misalnya : mesin pembentuk aerosol).

b. Debu

Agar kandungan debu di dalam udara ruang kerja industri memenuhi

persyaratan kesehatan maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

Pada sumber dilengkapi dengan penangkap debu (dust enclosure).

Untuk menangkap debu yang timbul akibat proses produksi, perlu dipasang

ventilasi lokal (local exhauster) yang dihubungkan dengan cerobong dan

dilengkapi dengan penyaring debu (filter).

Ruang proses produksi dipasang ventilasi (memasukkan udara segar).

c. Pertukaran udara

Agar pertukaran udara ruang industri dapat berjalan dengan baik maka perlu

dilakukan upaya-upaya sebagai berikut:

Memasukkan udara segar untuk mencapai persyaratan nilai ambang batas

(NAB) dengan menggunakan ventilasi atau AC.

Kebutuhan suplai udara segar 10 L/orang/dt.

Membersihkan saringan atau filter udara AC secara periodik sesuai ketentuan

pabrik.

Page 11: Proposal Petrus

d. Gas pencemar

Agar kandungan gas pencemar dalam udara ruang kerja industri tidak melebihi

konsentrasi maksimum perlu dilakukan tindakan-tindakan sebagai berikut:

Pada sumber dipasang hood (penangkap gas) yang dihubungkan dengan local

exhauster dan dilengkapi dengan filter penangkap gas.

Melengkapi ruang proses produksi dengan alat penangkap gas.

Dilengkapi dengan suplai udara segar.

e. Mikroba

Agar angka kuman di dalam udara ruang kerja industri tidak melebihi NAB

maka perlu dilakukan beberapa tindakan sebagai berikut :

Untuk industri yang berpotensi mencemari udara dengan mikroba agar

melengkapi ventilasi atau AC dengan sistem saringan udara bertingkat untuk

menangkap mikroba atau upaya desinfeksi dengan sinar ultra violet atau

bahan kimia.

Memelihara sistem ventilasi agar berfungsi dengan baik.

Memelihara sistem AC sentral.

3. Limbah

a. Limbah padat

Limbah padat yang dapat dimanfaatkan kembali dengan pengolahan daur

ulang dan pemanfaatan sebagian (reuse, recycling, recovery) agar dipisahkan

dengan limbah padat yang non bahan berbahaya dan beracun (B3).

Limbah B3 dikelola ke tempat pengolahan limbah B3 sesuai peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Limbah radioaktif dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Limbah cair

Saluran limbah cair harus kedap air, tertutup, limbah cair dapat mengalir

dengan lancar dan tidak menimbulkan bau.

Semua limbah cair harus dilakukan pengolahan fisik, kimia atau biologis sesuai

kebutuhan.

Page 12: Proposal Petrus

4. Pencahayaan

Agar pencahayaan memenuhi persyaratan kesehatan perlu dilakukan tindakan

sebagai berikut:

a. Pencahayaan alam maupun buatan diupayakan agar tidak menimbulkan kesilauan

dan memilki intensitas sesuai dengan peruntukannya.

b. Kontras sesuai kebutuhan, hindarkan terjadinya kesilauan atau bayangan.

c. Untuk ruang kerja yang menggunakan peralatan berputar dianjurkan untuk tidak

menggunakan lampu neon.

d. Penempatan bola lampu dapat menghasilkan penyinaran yang optimum dan bola

lampu sering dibersihkan.

e. Bola lampu yang mulai tidak berfungsi dengan baik segera diganti.

5. Kebisingan

Agar kebisingan tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu

diambil tindakan sebagai berikut:

a. Pengaturan tata letak ruang harus sedemikian rupa agar terhindar dari kebisingan.

b. Sumber bising dapat dikendalikan dengan beberapa cara antara lain: meredam,

menyekat, pemindahan, pemeliharaan, penanaman pohon, peninggian tembok,

membuat bukit buatan, dan lain-lain.

c. Rekayasa peralatan (engineering control).

6. Getaran

Agar getaran tidak mengganggu kesehatan atau membahayakan perlu diambil

tindakan sebagai berikut :

a. Melengkapi ruang kerja dengan peredam getar.

b. Memperbaiki atau memelihara sistem penahan getaran.

c. Mengurangi getaran pada sumber, misalnya dengan memberi bantalan pada

sumber getaran.

7. Radiasi

a. Pencegahan terhadap radiasi medan listrik.

Page 13: Proposal Petrus

b. Merancang instalasi yang sesuai dengan peraturan.

c. Menyediakan alat pelindung (isolasi) radiasi pada sumber.

d. Pencegahan terhadap radiasi medan magnet listrik :

Lokasi perkantoran jauh atau tidak berada dibawah Saluran Udara Tegangan

Tinggi (SUTT) atau Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET), jarak vertikal

bangunan dari sumber maksimal 10 m dan jarak horisontal minimal 20 m.

Untuk pengguna kabel umum tegangan menengah tidak dipergunakan sebagai

tempat kerja (20 kV).

8. Vektor penyakit

a. Pengendalian secara fisika

Konstruksi bangunan tidak memungkinkan masuk dan berkembang biaknya

vektor dan penyebab penyakit ke dalam ruang kerja dengan memasang alat

yang dapat mencegah masuknya serangga dan tikus.

Menjaga kebersihan lingkungan, sehingga tidak terjadi penumpukan sampah

dan sisa makanan.

Pengaturan peralatan dan arsip secara teratur.

Meniadakan tempat perindukan serangga dan tikus.

b. Pengendalian dengan bahan kimia yaitu dengan melakukan penyemprotan,

pengasapan, memasang umpan, membubuhkan abate pada tempat

penampungan air bersih.

c. Pengendalian penjamu dengan listrik frekuensi tinggi.

d. Cara mekanik dengan memasang perangkap.

9. Ruang dan bangunan

a. Bangunan harus kuat, terpelihara, bersih dan tidak memungkinkan terjadinya

gangguan kesehatan dan kecelakaan.

b. Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, dan tidak licin,

pertemuan antara dinding dengan lantai berbentuk conus.

c. Dinding harus rata, bersih dan berwarna terang, permukaan dinding yang selalu

terkena percikan air terbuat dari bahan yang kedap air.

d. Langit-langit harus kuat, bersih, berwarna terang, ketinggian minimal 3,0 m dari

lantai.

Page 14: Proposal Petrus

e. Luas jendela, kisi-kisi atau dinding gelas kaca untuk masuknya cahaya minimal 1/6

kali luas lantai.

10. Toilet

a. Toilet harus dibersihkan minimal 2 kali sehari.

b. Tidak menjadi tempat berkembang biaknya serangga dan tikus.

11. Instalasi

a. Instalasi untuk masing-masing peruntukan sebaiknya menggunakan kode warna

dan label.

b. Diupayakan agar tidak terjadi hubungan silang dan aliran balik antara jaringan

distribusi air limbah dengan air bersih sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

c. Jaringan instalasi agar ditata sedemikian rupa agar memenuhi syarat estetika.

d. Jaringan instalasi tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus.

e. Pengoperasian instalasi sesuai dengan prosedur tetap yang telah ditentukan.

f. Konstruksi instalasi diupayakan agar sesuai dengan standar desain yang berlaku.

BAB VIII

METODOLOGI PENELITIAN

Metode PKL yang dilaksanakan di Industri Budidaya Jamur Tiram milik Bapak Darmuji menggunakan metode observasi pada tahap awal. Observasi yang dilakukan meliputi observasi tidak langsung dan observasi langsung. Observasi tidak langsung dilakukan untuk mendapatkan data sekunder pada Dinas Koperasi UKM Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bogor, dan observasi langsung dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan dan wawancara dengan pemilik serta para pekerja untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi pengrajin. Setelah observasi, dilakukan analisis untuk mendapatkan masalah prioritas yang harus diperbaiki, dengan mempertimbangkan kondisi industri dan alokasi waktu implementasi. Metode selanjutnya adalah pembuatan rencana tindak lanjut (action plan) untuk menyelesaikan masalah. Tahap kedua dan ketiga yaitu sosialisasi dan implementasi.

Pada tahap implementasi menggunakan teknik penyuluhan dan diskusi dengan pemilik dan karyawan IKM. Teknik penyuluhan yang digunakan yaitu

Page 15: Proposal Petrus

melalui pendekatan interpersonal untuk membangun kesadaran secara bertahap mengenai pentingnya menerapkan aspek produksi bersih dan sanitasi lingkungan.

BAB IX

BAHAN DAN ALAT

1. Tempat dan Waktu Praktik kerja lapang (PKL) dilaksanakan di Industri Budidaya Jamur Tiram milik Bapak Darmuji yang berlokasi di Jalan Kandang Roda Gang. H.Hari Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. Kegiatan PKL dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2014.

2. Alat dan Bahan Alat yang diperlukan dalam pelaksanaan penyuluhan untuk pemecahan masalah adalah alat kantor, masker, tempat sampah, kain bekas, peralatan/sarana kebersihan (sikat lantai, sapu, dan kain lap), laptop/netbook. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu kertas, dan sabun.

3. Cara Kerja

Produksi Bersih

Penyuluhan yang akan dilakukan adalah memberikan informasi mengenai produksi bersih, pemilik industri diberikan pemahaman tentang pentingnya efisiensi dan efektifitas produksi. Kepada pemilik industri dijelaskan kemungkinan-kemungkinan produk yang terbuang pada setiap tahapan proses. Selain itu juga diberikan tambahan pengetahuan tentang pemanfaatan limbah yang dihasilkan oleh industri. Penerapan produksi bersih dilakukan dengan cara penggantian kapas pada baglok Jamur Tiram menjadi cincin bambu atau paralon untuk menutupi Jamur Tiram tersebut, memanfaatkan ceceran serbuk gergaji sebagai pakan ternak.

. Sanitasi Lingkungan

Sanitasi yang baik di lingkungan usaha dan cara menerapkannya kepada pemilik usaha kecil dan pekerja dengan cara diskusi, serta membantu untuk menerapkan sanitasi di lingkungan usaha. Penerapan sanitasi lingkungan dilakukan dengan cara memberikan beberapa alat kebersihan seperti sapu lantai, sikat lantai, dan lap. Alat kebersihan tersebut digunakan oleh pekerja untuk melakukan pembersihan area tempat kerja baik di ruangan maupun di luar ruangan produksi.

Page 16: Proposal Petrus

BAB XJADWAL PENELITIAN

Nama Kegiatan

Waktu Pelaksanaan

Juni

Minggu ke-

Juli

Minggu ke-

Agustus

Minggu ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Identifikasi Masalah

Pembuatan Rencana Aksi

Sosialisasi

Implementasi

Pengawasan dan Evaluasi

BAB XIBIAYA PENENLITIAN

Harga peralatan dan bahan yang digunakan :

NO JENIS BARANG JUMLAH HARGA (RUPIAH)

BAB XIIPENUTUP

Page 17: Proposal Petrus

Besar harapan penulis agar proposal ini dapat diterima sehingga program dan target pencapaian dari pelaksanaan penelitian ini dapat tercapai dan terlaksana. Penulis mohon maaf banyak terdapat kekurangan. Atas perhatiannya penulis

ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

BAPEDAL. 1996. Produksi Bersih. Badan Pengendalian Dampak Lingkungan. Jakarta.

INDRASTI, NARSITI SISWI & FAUZY, ANAS MIFTAH. 2009. Produksi Bersih.

IPB Press. Bogor.

Id.wikipedia.org/wiki/jamur_tiram. Diakses pada 20 September 2014.

KEMENLH. 2009. Panduan Penerapan Produksi Bersih. Kementerian Lingkungan

Hidup. Jakarta.

KEMENKES. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

Perkantoran dan Industri. Kementerian Kesehatan. Jakarta.

PRESIDEN RI. 2008. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Presiden Republik Indonesia.

Jakarta.

WARSONO, S., ENDRA, M.S., ARSYADI, R., & ARIF D. 2010. Akuntansi UMKM

Ternyata Mudah Dipahami dan Dipraktikkan. Penerbit Buku Akuntansi Asghard

Chapter. Yogyakarta.

Page 18: Proposal Petrus
Page 19: Proposal Petrus