Upload
zhiendar
View
8.002
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA DALAM
MENCERITAKAN KEGEMARAN MELALUI PERCAKAPAN PADA
SISWA SDN BALEREJO 02 MADIUN
PROPOSAL
Disusun Oleh:
ENDARWATI
7B/09.141.067
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, hanya dengan limpahan
rahmat dan hidayah-Nya maka penulis dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berbicara dalam Menceritakan Kegemaran
melalui Percakapan pada Siswa SDN Balerejo 02 Madiun dengan baik.
Proposal ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Penelitian
Tindakan Kelas. Dengan selesainya proposal ini penulis mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Drs. Edy Siswanto, M.Pd. selaku dosen mata kuliah
Penelitian Tindakan Kelas yang memberikan dorongan sehingga cepat
terselesaikan proposal ini. Begitu juga kepada teman- teman yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
Penulis menyadari banyak kekurangan dalam penyusunan proposal ini.
Namun, harapan besar semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya.
.
Madiun, Desember 2012
Penulis
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dunia pendidikan pada saat ini memerlukan adanya reformasi
berkelanjutan dalam merencanakan dan menyelenggarakan pendidikan di masa
depan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan yang bersifat evolutif,
antisipatif dan terus menerus sejalan dengan perubahan dan tantangan yang
dihadapi dari waktu ke waktu dan tetap berpijak pada dasar pendidikan nasional.
Untuk melaksanakan reformasi ini hal pertama dan utama yang harus dilakukan
adalah penyegaran wawasan bagi para perencana, pelaksana dan pengelola
pendidikan. Selain itu situasi pembelajaran yang dapat membuat anak tertarik dan
senang pada pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan. Menurut sebagian
besar siswa, pembelajaran bahasa Indonesia sangat disepelekan karena bahasa
Indonesia selalu berhubungan dengan kegiatan sehari-hari dan dalam proses
pembelajaran sering menggunakan bahasa Indonesia.
Kegiatan belajar mengajar di sekolah dasar keterampilan berbicara
merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbahasa yang harus diajarkan
kepada siswa dan diharapkan harus dikuasai oleh siswa. Keterampilan berbicara
diperlukan untuk menyampaikan informasi kepada siapa saja dengan baik.
Kegiatan berbicara bisa dilakukan secara perorangan, berpasangan, atau
berkelompok (St.Y.Slamet, 2007:31). Salah satu bentuk dari keterampilan
berbicara tersebut adalah keterampilan berbicara dalam menceritakan kegemaran
siswa.
Menurut St.Y.Slamet (2007:35), Keterampilan berbicara dalam
menceritakan kegemaran memiliki beberapa manfaat bagi siswa yaitu untuk
mengkomunikasikan ide, perasaan , dan kemauan. Selain itu berbicara dapat juga
dimanfaatkan untuk lebih menambah pengetahuan dan cakrawala pengalaman.
Bila anak bertanya: apa, siapa, mengapa, bagaimana, di mana, berapa, dan
sebagainya maka dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut anak mengamati,
1
2
memahami dan mencari lingkungannya. Berpijak pada hal tersebut, maka
dibutuhkan solusi untuk mengatasi permasalahan dalam pelajaran Bahasa
Indonesia pada siswa kelas IV di SDN Balerejo 02 Madiun. Untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam berbicara mengenai kegemarannya, dilakukan dengan
memberikan contoh teks bacaan 50 – 100 kata. Kita harus melibatkan siswa secara
aktif, dan mengarahkan pada siswa dalam menceritakan kegemarannya dan berani
mengutarakan pendapat dengan baik dan benar.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dianggap perlu penelitian ini
menggunakan percakapan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dalam
menceritakan kegemaran siswa. Oleh sebab itu, penelitian ini akan mengkaji
tentang “Meningkatkan Kemampuan Berbicara dalam Menceritakan Kegemaran
melalui Percakapan pada Siswa Kelas IV SDN Balerejo 02 Madiun”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah yang dapat dirumuskan adalah:
Bagaimanakah percakapan dapat meningkatkan kemampuan berbicara dalam
menceritakan kegemaran pada siswa kelas IV SDN Balerejo 02 Madiun?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah:
Dapat meningkatkan kemampuan berbicara dalam menceritakan kegemaran
melalui percakapan pada siswa kelas IV SDN Balerejo 02 Madiun.
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan,
hipotesis tindakan penelitian ini adalah: Melalui percakapan dapat meningkatkan
kemampuan berbicara dalam menceritakan kegemaran pada siswa kelas IV SDN
Balerejo 02 Madiun.
3
E. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan beberapa manfaat yaitu:
1. Bagi siswa
Siswa mampu berbicara dengan baik dan benar.
2. Bagi guru
penelitian ini dimungkinkan dapat terus diterapkan kepada para siswa
supaya berani menceritakan kegemaran dan mengutarakan pendapatnya.
3. Bagi peneliti lain
penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan untuk melakukan
penelitian sejenis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Berbicara
Menurut Mulgrave dalam Henry Guntur Tarigan (2008: 16), berbicara
merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada penyimak hampir-hampir
secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik bahan
pembicaraannya maupun para penyimaknya; apakah dia bersikap tenang serta
dapat menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengkomunkasikan gagasan-
gagasannya; dan apakah dia waspada serta antusias atau tidak. Selain itu,
berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan
anak, yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak, dan pada masa
tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari (Henry Guntur Tarigan,
2008: 3)
Menurut Djago Tarigan dalam St.Y.Slamet (2007: 33), berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Kaitan antara bahasa
lisan dan pesan sangat erat. Pesan yang diterima pendengar tidaklah dalam wujud
asli, tetapi dalam bentuk lain yaitu bunyi bahasa. Bunyi bahasa yang didengar
oleh pendengar tersebut kemudian diubah menjadi bentuk semula yaitu pesan.
Senada dengan pendapat tersebut, H.G Tarigan dalam St.Y.Slamet (2007: 33),
mengemukakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi
artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Jadi berbicara lebih dari sekedar
pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata tetapi sebagai saran untuk
mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan pendengar atau penyimak.
Konsep dasar berbicara sebagai sarana berkomunikasi mencakup sembilan
hal (Logan et al dalam St.Y.Slamet, 2007: 33) yaitu:
1. Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan resiprokal.
Berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi
komunikasi lisan, seperti berdiskusi, tanya jawab dan wawancara.
4
5
2. Berbicara adalah proses individu berkomunikasi
Berbicara adalah salah satu alat komunikasi penting untuk dapat
menyatakan diri sebagai anggota masyarakat.
3. Berbicara adalah ekspresi kreatif
Berbicara merupakan ekspresi diri, jika memiliki pengetahuan dan
pengalaman yang kaya maka dengan mudah menguraiakan
pengetahuan dan pengalamannya.
4. Berbicara adalah tingkah laku
Merupakan tingkah laku yang harus dipelajari dahulu kemudian baru
bisa dikuasai.
5. Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari
Keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mekanistis.
Semakin banyak berlatih maka semakin terampil seseorang dalam
berbicara.
6. Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman
Semakin banyak pengalaman dan pengetahuan maka seseorang
semakin terdorong untuk berbicara.
7. Berbicara adalah sarana memperlancar cakrawala
Berbicara digunakan untuk memperoleh memperoleh pengetahuan,
mengadaptasi, mempelajari, dan mengontrol lingkungan.
8. Kemampuan linguistik dan lingkungan berkaitan erat
Faktor linguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu
berperan dalam kegiatan berbicara yang terjadi di lingkungan
masyarakat.
9. Berbicara adalah pancaran pribadi.
Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar
(audible) dan yang kelihatan (visible). Selain itu gaya berbicara
seseorang memancarkan kepribadian seseorang tersebut.
Dari sembilan hal diatas perlu diperhatikan agar keefektifan berbicara
dapat terwujud. Berbicara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada
6
orang atau khalayak secara lisan dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti
oleh pendengarnya (Hudoro Sameto, 2004: 3).
B. Tujuan dan Jenis-jenis Berbicara
1. Tujuan Berbicara
Menurut St.Y.Slamet (2007: 36) tujuan utama berbicara adalah untuk
berkomunikasi. Sedangkan menurut Ochs dan Winkler dalam Henry
Guntur Tarigan (2008: 16-17), apakah sebagai alat sosial (social tool)
ataupun sebagai alat perusahaan maupun profesional (bussines or
professional tool), maka Pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud
umum, yaitu memberitahukan, melaporkan (to inform), menjamu,
menghibur (to entertain), dan membujuk, mendesak, mengajak,
meyakinkan (to persuade). Gabungan atau campuran dari maksud-maksud
itu pun mungkin saja terjadi. Suatu pembicaraan misalnya, mungkin saja
merupakan gabungan dari melaporkan dan menjamu, begitu pula mungkin
sekaligus menghibur atau meyakinkan.
Gorys Keraf dalam St.Y.Slamet (2007: 37), menyatakan bahwa tujuan
berbicara (pidato) sebagai berikut:
Mendorong pembicara untuk memberi semangat, membangkitkan
kegairahan serta menunjukkan rasa hormat dan pengabdian.
Meyakinkan: pembicara berusaha mempengaruhi keyakinan atau
sikap mental/intelektual kepada para pendengarnya.
Berbuat/bertindak: pembicara menghendaki tindakan atau reaksi
fisik dari para pendengar dengan terbangkitkannya emosi.
Memberitahukan: pembicara berusaha menguraikan atau
menyampaikan sesuatu kepada pendengar, dengan harapan agar
pendengar mengetahui tentang sesuatu hal, pengetahuan dan
sebagainya.
Menyenangkan: pembicara bermaksud menggembirakan,
menghibur para pendengar agar terlepas dari kerutinan yang
dialami oleh pendengar.
7
Sejalan dengan pendapat diatas, Djago Tarigan dalam St.Y.Slamet
(2007: 37), menyatakan bahwa tujuan berbicara meliputi: (1) menghibur,
(2) menginformasikan, (3)menstimuli, (4) meyakinkan, dan (5)
menggerakkan.
2. Jenis-jenis Berbicara
Berbicara dapat ditinjau sebagai seni dan sebagai ilmu. Menurut
Henry Guntur Tarigan (2008: 24-25), Secara garis besar, berbicara
(speaking) sebagai seni dapat dibagi atas:
a) Berbicara di muka umum pada masyarakat (public speaking) yang
mencakup empat jenis yaitu:
Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat memberitahukan
atau melaporkan; yang bersifat informatif (informative
speaking);
Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat kekeluargaan
persahabatan (fellowship speaking);
Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat membujuk,
mengajak, mendesak, dan meyakinkan (persuasive speaking)
Berbicara dalam situasi-situasi yang bersifat merundingkan
dengan tenang dan hati-hati (deliberative speaking).
b) Berbicara pada konferensi (conference speaking) yang meliputi:
1. Tidak resmi (informal), dan dapat diperinci lagi atas:
Kelompok studi (study groups)
Kelompok pembuat kebijaksanaan (policy making
groups)
Komik
2. Resmi (formal) yang mencakup pula:
Konferensi
Diskusi panel
Simposium
3. Prosedur parlementer (parliamentary prosedure)
4. Debat
8
Menurut St.Y.Slamet (2007: 37), berbicara sebagai ilmu menelaah
hal-hal yang berkaitan dengan: (1) mekanisme berbicara dan mendengar,
(2) latihan dasar tentang ujaran dan suara, (3) bunyi-bunyi bahasa, dan (4)
patologi ujaran. Gorys Kerap dalam St.Y.Slamet (2007: 38) membedakan
jenis berbicara kedalam tiga macam yaitu:
Persuasif: bertujuan untuk mendorong, meyakinkan dan
bertindak.
Instruktif: bertujuan untuk memberitahukan.
Rekreatif: bertujuan untuk menyenangkan
Djago Tarigan dalam St.Y.Slamet (2007: 38), membedakan macam
berbicara berdasarkan pada: (1) situasi, (2) tujuan, (3) metode
penyampaian, (4) jumlah penyimak, dan (5) peristiwa khusus. Menurut dia
berbicara menjadi beragam sekali tergantung dasar apa yang dipergunakan
untuk membedakannya.
C. Kegemaran
Kegemaran adalah kesukaan/kesenangan. Kegemaran merupakan sesuatu
yang kita sukai, walaupun kegiatan tersebut kita lakukan berulang-ulang.Selain
kegemaran, kita dapat menceritakan kembali kejadian atau peristiwa yang kita
lihat. Langkah-langkah menceritakan kembali kegemaran yaitu:
1. Mengingat kegemaran/sesuatu yang pernah kita sukai
2. Mencatat hal-hal yang berkaitan dengan kegemaran/sesuatu yang akan
disampaikan. untuk menuliskan kegemaran kita dapat menggunakan
pedoman sebagai berikut:
a. Siapa saja yang terlibat dalam kegemaran?
b. kegemaran tentang apa yang kita sukai?
c. Di mana kegemaran tersebut terjadi?
d. Kapan kegemaran tersebut terjadi?
e. Mengapa kita terkesan dengan kegemaran tersebut?
f. Bagaimana proses terjadinya pengalaman itu?
3. Mengembangkan catatan-catatan yang dibuat menjadi cerita yang menarik.
9
4. Menyampaikan cerita kegemaran yang disukai. Gunakanlah ekspresi,
intonasi, dan gaya penceritaan yang tidak monoton (sama).
5. Menyampaikan kesan yang dirasakan terhadap kegemaran yang disukai.
Kesan adalah sesuatu yang terasa sesudah melihat atau mendengar sesuatu.
Hal-hal yang harus diperhatikan agar dapat bercerita dengan baik adalah:
1. Mengingat-ingat urutan jalan cerita.
2. Menggunakan bahasa yang baik, jelas, dan mudah dipahami.
3. Menyampaikan cerita dengan ekspresi dan intonasi yang jelas.
4. Menghayati cerita.
5. Menyampaikan hikmah yang dapat diperoleh
(http://www.erickvand.com/2012/03/pengertian-dan-bagaimana-
menceritakan.html diunduh pada tanggal 28 desember 2012 pukul 17.00
WIB).
D. PERCAKAPAN
Percakapan / diskusi adalah dialog antara dua orang atau lebih. Percakapan
ini bersifat interaktif yaitu komunikasi secara spontan antara dua orang atau lebih.
Dalam sebuah percakapan, kedua komunikan dan komunikator berinteraksi saling
memberikan kontribusi dalam sebuah komunikasi lisan maupun tulisan. Diskusi
atau percakapan sama halnya dengan berbicara dengan dua orang atau lebih.
Tetapi di saat yang sama, masing-masing komunikator dan komunikan memiliki
giliran dan kesempatan untuk berbicara dan yang lainnya mendengar.
Ada dua macam bentuk percakapan atau diskusi yakni:
1. Terstruktur yaitu percakapan yang telah dipersiapkan menggunakan teks,
penghafalan dan lain-lain.
2. Tidak terstruktur atau spontan: percakapan ini sering dilakukakan dalam
kegiatan sehari-hari tanpa ada bantuan apapun.
Jenis-jenis percakapan lainnya, yaitu:
Percakapan yang bersifat interaktif membutuhkan kontribusi percakapan
yakni respon reaksi terhadap apa yang sebelumnya telah dikatakan.
Percakapan yang bersifat spontan merupakan percakapan yang biasa tanpa
aturan tetapi dilakukan sampai batas tertentu, dan dalam beberapa cara, tak
10
terduga. Namun, terdapat ruang lingkup spontanitas yang mengharuskan
mengikuti aturan demi tujuan kebijaksanaan, misalnya talk show atau
perdebatan.
Percakapan mengikuti aturan etiket karena percakapan adalah interaksi
sosial, dan karena bergantung pada konvensi sosial. Maka percakapan pun
harus mengikuti aturan-aturan yang diberlakukan seperti tidak saling sindir
menyindir, konten percakapan yang bersifat SARA, adu domba dan lain-
lain yang dapat mengganggu percakapan tersebut.
( http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2306378-pengertian-
percakapan-diskusi/#ixzz2GVSwm8hT diunduh pada tanggal 28 desember
2012 pukul 17.15 WIB).
Menurut Brown dan Yule dalam Syukur Ghazali (2010: 96), terdapat dua
jenis interaksi percakapan yaitu:
1) Percakapan transaksional yang bertujuan untuk saling bertukar informasi.
Percakapan ini berfungsi untuk pemberian informasi dan menerima
informasi tentang fakta, kejadian, kebutuhan, opini, sikap, dan perasaan.
Misalnya, polisi memberi petunjuk jalan kepada seorang pelancong,
seorang penjaga toko yang memberikan penjelasan kepada konsumen
tentang kebijakan dari toko mengenai pengembalian dan penukaran barang
yang dianggap tidak memuaskan.
2) Percakapan interaksional yang bertujuan untuk menjalankan fungsi-fungsi
sosial dari bahasa seperti memberi salam, berpamitan, memperkenalkan
diri, mengucapkan terima kasih dan meminta maaf.
Percakapan juga merupakan sebuah tindakan kerjasama. Para penutur saling
bergantian didalam berbicara, baik secara transaksional maupun secara
interaksional. Percakapan dikatakan berhasil apabila memiliki dasar-dasar sebagai
berikut:
Kejujuran
Sikap yang benar
Minat terhadap orang lain
Membuka diri sendiri (Larry King dan Bill Gilbert, 2005: 75).
11
Untuk meningkatkan kemampuan berbicara dapat dilakukan dengan
berbagai jenis kegiatan yaitu:
1. Percakapan
Murid melakukan percakapan dengan teman sekelas, mengadakan
kelompok kecil, berbicara ketika peroleh giliran, mengatasi perbedaan
pendapat dan mengakhiri percakapan.
Berikut ini merupakan langkah-langkah dalam melakukan percakapan:
Memulai percakapan
Penulis membimbing siswa untuk membuka suatu percakapan
atau penulis menyampaikan pertanyaan untuk didiskusikan.
Menjaga berlangsungnya percakapan
Murid-murid secara bergiliran menyampaikan komentar atau
mengajarkan pertanyaan, mereka mendukung pendapat teman-
teman kelompok dan memperluas komentar mereka.
Mengakhiri percakapan
Pada akhir percakapan, diharapkan siswa sudah mencapai
tujuan dan dapat menjawab semua pertanyaan.
2. Berbicara estetik (mendongeng)
Penulis menyajikan karya sastra kepada murid-muridnya dengan
teknik bercerita.
˗ Memilih cerita
Penulis menyajikan cerita tradisional.
˗ Menyiapkan diri untuk bercerita
Hendaknya murid dapat membaca kembali dua atau tiga kali
cerita yang akan diceritakan untuk memahami perwatakan
pelaku-pelakunya dan dapat menceritakan secara urut.
˗ Mendongeng
Kegiatan bercerita (mendongeng) pengalaman pribadi di depan
kelas.
12
3. Berbicara untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi, dalam
hal ini siswa dibimbing untuk mengembangkan kreatifitas berbicara
dan menanggulangi adanya perbendaharaan kata pada anak SD.
4. Kegiatan dramatik
Bermain drama merupakan media bagi murid-murid untuk
menggunakan bahasa verbal dalam konteks yang bermakna dalam
memainkan drama. Anak berinteraksi dengan teman-teman di kelas
dengan menceritakan kegemaran atau pengalaman pribadi
(
http://www.scribd.com/doc/116094511/meningkkemampuanberbicara
diunduh pada tanggal 29 desember 2012 pukul 10.00 WIB).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDN Balerejo 02 yang terletak di Desa
Balerejo kecamatan Kebonsari kabupaten madiun.
2. Waktu Penelitian
Tindakan penelitian ini dikenakan pada siswa kelas IV semester
genap Tahun Ajaran 2012/2013, yaitu bulan Maret sampai Juli 2011,
dilaksanakan pada hari kamis. Jam pelajaran 2 pertemuan setiap minggu
dengan setiap pertemuan 2 x 35 menit.
B. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas IV SDN Balerejo 02 Tahun Ajaran
2012/2013 yang berjumlah 14 siswa.
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari siswa dan guru, yang
meliputi:
1. Melihat kemampuan siswa dalam menceritakan kegemaran melalui
percakapan.
2. Data siswa berupa tabel yang berisi intonasi, jeda, lafal, dan ekspresi siswa
ketika menceritakan kegemarannya.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Suharsimi Arikunto
mengemukakan penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara besama (2006: 3).
Kemmis (Zainal Arifin, 2011:97) mengartikan, action research as a form
of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including
13
14
educational) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their
on social or educational practices, (b) their understanding of these practices,
and (c) the situations in which practices are carried out.
Pada dasarnya, penelitian tindakan kelas meneliti masalah yang
bersumber dari kelas. Dalam penelitian ini, masalah muncul dari siswa kelas IV
yang berkaitan dengan kemampuan berbicara dalam menceritakan
kegemarannya.
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan
penelitian maka penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus.
Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan (planning),
tahap pelaksanaan (action), tahap pengamatan (observation) dan tahap refleksi
(reflection). Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah
sebagai berikut:
Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto, 2010: 17)
Refleksi
Perencanaan
Siklus I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi Siklus II Pelaksanaan
Pengamatan
?
15
Siklus I
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Peneliti, kepala sekolah, dan guru menentukan waktu atau jadwal
pelaksanaan penelitian
b. Peneliti melakukan pengamatan sebagai kegiatan pendahuluan untuk
mengamati kondisi siswa saat kegiatan pembelajaran bahasa indonesia
berlangsung
c. Menyusun tabel penilaian afektif siswa yang berisi intonasi, jeda,
lafal, dan ekspresi siswa ketika menceritakan kegemarannya.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan penerapan dari tahap perencanaan. Ketika
pembelajaran bahasa indonesia berlangsung, siswa diminta menceritakan
kegemarannya masing-masing didepan kelas secara bergantian. Hal ini dapat
melatih kemampuan siswa dalam berbicara dengan baik dan benar tanpa rasa
malu atau takut.
3. Tahap Pengamatan
Tahap pengamatan digunakan untuk memperoleh data yang akurat.
Dalam penelitian ini melihat kemampuan berbicara siswa dalam
menceritakan kegemarannya melalui percakapan. Peneliti bekerjasama
dengan guru melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang terjadi
terhadap siswa selama penelitian berlangsung.
4. Tahap Refleksi
Refleksi (Reflecting) merupakan kegiatan evaluasi tentang perubahan
yang terjadi atau hasil yang diperoleh atas data yang terhimpun sebagai
bentuk dampak tindakan yang telah dirancang (Sudarwan Danim, 2010: 104).
Dalam kegiatan refleksi ini guru bersama peneliti (observer) mendiskusikan
hasil penelitian siklus I. Hasil yang diperoleh didiskusikan, dianalisis,
ditindaklanjuti ketercapaian tindakan penilaian. Apabila hasil yang diperoleh
16
belum sesuai dengan indikator keberhasilan, maka dilanjutkan kembali
dengan tindakan penelitian siklus II. Kegiatan refleksi ini dilakukan ketika
guru sudah selesai melaksanakan kegiatan. Hasil refleksi ini digunakan untuk
melakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.
Siklus II
Tahap ini dilakukan pada siklus II pada prinsipnya sama dengan siklus I,
yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Tindakan akan
dilakukan pada siklus II dengan beberapa perubahan analisis refleksi pada
siklus I dengan harapan pada siklus II akan lebih baik.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian
adalah:
1. Observasi
Observasi (observing) adalah kegiatan mengamati dampak atas tindakan yang
dilakukan (Sudarwan Danim, 2010: 103). Melihat kemampuan siswa dalam
menceritakan kegemarannya melalui percakapan. Dalam menceritakan
kegemarannya siswa sudah benar atau masih merasa malu/takut.
2. Dokumentasi
Mengumpulkan lembar penilaian afektif yang berupa tabel berisi intonasi,
jeda, lafal dan ekspresi siswa ketika menceritakan kegemarannya didepan
kelas.
F. Analisis Data
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan analisis data kualitatif
dengan model analisis interaktif yang terdiri dari reduksi data, sajian data,
penarikan simpulan dan pengumpulan data. Reduksi data berarti merangkum dan
memfokuskan pada hal-hal penting. Dengan mereduksi data, data yang telah
terkumpul akan lebih mudah untuk dianalisa dan disimpulkan.
Pengumpulan Data
Penarikan Simpulan/ Verifikasi
Sajian dataReduksi Data
17
DAFTAR PUSTAKA
H. A. Syukur Ghazali. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: PT Refika Aditama.
Henry Guntur Tarigan. 2008. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Hudoro Sameto. 2004. Cara Berbicara dan Presentasi dengan Audio-Visual. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
http://www.erickvand.com/2012/03/pengertian-dan-bagaimana-menceritakan.html diunduh pada tanggal 28 desember 2012 pukul 17.00 WIB.
http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2306378-pengertian-percakapan-diskusi/#ixzz2GVSwm8hT diunduh pada tanggal 28 desember 2012 pukul 17.15 WIB.
http://www.scribd.com/doc/116094511/meningkkemampuanberbicara diunduh
pada tanggal 29 desember 2012 pukul 10.00 WIB.
Kartadinata Sunaryo, dkk. 2002. Bimbingan di Sekolah Dasar. Bandung: CV.Maulana.
King Larry dan Bill Gilbert. 2005. Seni Berbicara Kepada Siapa Saja, Kapan Saja, dan Di mana Saja. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Rofi’uddin Ahmad dan Zuhdi Darmiyati. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang : Universitas Negeri Malang.
St.Y.Slamet. 2007. Dasar-Dasar Kerterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press.
Sudarwan Danim. 2010. Karya Tulis Inovatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsimi Arikunto. 2010. Penelitian Tindakan. Jogjakarta: Aditya Media.
Zainal Arifin. 2011. Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
18