Upload
busianto
View
1.202
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PTK
Citation preview
PROPOSAL
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA
MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT PADA SISWA
KELAS IV SDN GUNUNGSARI MELALUI MEDIA SEDOTAN
Disusun Oleh :
Devi Andriana M
PGSD VII B
09141044
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2012
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya bagi Allah yang telah melimpahkan segala karunia dan
memberikan segala kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang
berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Matematika Materi Penjumlahan Bilangan Bulat
Pada Siswa Kelas IV SDN Gunungsari Melalui Media Sedotan” tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan, penulis mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga proposal ini dapat terselesaikan, terutama
kepada:
1. Bapak Dr. H. Parji, M.Pd. selaku Rektor IKIP PGRI Madiun.
2. Bapak Drs. Edy siswanto, M.Pd. Selaku dosen mata kuliah penelitian tindakan kelas.
3. Bapak Drs. Ibadullah Malawi, M.Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
4. Bapak Susilo, S.Pd. selaku Kepala Sekolah SDN Gunungsari.
5. Teman-teman mahasiswa IKIP PGRI Madiun yang telah memberikan dukungan,
semangat dan doa.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
tercapainya mutu yang lebih baik. Besar harapan penulis, proposal ini berguna dan
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Madiun, Desember 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Pemecahan Masalah 2
D. Tujuan Penelitian 3
E. Manfaat Penelitian 3
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS PENELITIAN 4
A. Kurikulum ............................................................................... 4
B. Belajar ..................................................................................... 5
C. Media ...................................................................................... 5
D. Pembelajaran Matematika ....................................................... 5
E. Pengertian dan Fungsi Alat Peraga ......................................... 7
F. Hipotesis Tindakan ................................................................. 9
BAB III METODE PENELITIAN …........................................................ 10
A. Lokasi dan Subjek Penelitian 10
B. Waktu Penelitian 10
C. Materi Pembelajaran 10
D. Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 10
E. Teknik Pengumpulan Data 15
F. Instrumen penelitian ................................................................. 15
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal bagi siswa yang bertugas
menghantarkan perkembangan siswa secara optimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk menghantarkan perkembangan siswa adalah dengan mewujudkan prestasi belajar
siswa, antara lain prestasi belajar matematika.
Salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar mata
pelajaran matematika di SD adalah kurangnya pengetahuan bagi guru SD, serta terbatasnya
dana dan sarana tentang bagaimana cara membuat dan menggunakan media/alat peraga
dalam pembelajaran matematika. Di sisi lain pentingnya media/alat peraga dalam
pembelajaran matematika telah diakui oleh semua jajaran pengelola pendidikan dan para ahli
pendidikan.
Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia Sekolah Dasar
berada pada tahap konkret operasional, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1)Pola berpikir
dalam memahami konsep yang abstrak masih terikat pada benda konkret (2)Jika
diberikan permasalahan belum mampu memikirkan segala alternatif pemecahannya
(3)Pemahaman terhadap konsep yang berurutan melalui tahap demi tahap, misal pada
konsep panjang, luas, volum, berat, dan sebagainya.(4)Belum mapu menyelesaikan
masalah yang melibatkan kombinasi urutan operasi pada masalah yang kompleks.
(5)Mampu mengelompokkan objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat tertentu,
dapat mengadakan korespondensi satu-satu dan dapat berpikir membalik.(6) Dapat
mengurutkan unsur-unsur atau kejadian (7) Dapat memahami ruang dan waktu. (8)
Dapat menunjukkan pemikiran yang abstrak.
Selain itu, menurut Pujiati (2004 ; 1) yang menyarikan pada Bruner bahwa untuk
memahami pengetahuan yang baru, maka diperlukan tahapan-tahapan yang runtut,
yaitu: enactive, ikonik, dan simbolik. Tahap enactive, yaitu tahap belajar dengan
memanipulasi benda atau objek yang kongkret, tahap ikonik, yaitu tahap belajar
dengan menggunakan gambar, dan tahap simbolik, yaitu tahap belajar melalui
manipulasi lambang atau simbul. (Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran
Berhitung di SD, Pujiati, 2004)
Berdasarkan pada uraian diatas, siswa pada usia sekolah dasar dalam
memahami konsep-konsep matematika masih sangat memerlukan kegiatan-kegiatan yang
berhubungan dengan benda nyata (pengalaman-pengalaman konkret) yang dapat diterima
akal mereka.
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencoba mengetengahkan salah
satu bentuk pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dalam penyampaian
pembelajaran ini peneliti menggunakan media/alat peraga berupa sedotan dalam
penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN Gunungsari Madiun, dengan urutan
pembelajaranya sebagai berikut: Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok
kecil (berpasangan dalam satu bangku), kemudian sedotan kita bagikan kepada masing-
masing kelompok sebanyak 20 biji. Guru memperagakan sedotan itu untuk menjumlah
dua bilangan bulat. Siswa diberi lembar tugas untuk dikerjakan dengan cara
memperagakan sedotan itu sebagai alat untuk menjawab lembar tugas tersebut,
sedangkan guru mengamati proses penggunaan sedotan itu untuk menjawab tugas yang
telah diberikan. Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa disuruh memperagakan
hasil kerjanya di depan kelas, begitu seterusnya sampai siswa terampil menggunakan
sedotan itu untuk menjumlah dua bilangan bulat.
Pada akhir pengajaran, guru mengadakan tanya jawab agar siswa terampil
menggunakan sedotan itu sebagai alat bantu untuk menjumlah dua bilangan bulat
sekaligus sebagai alat evaluasi .
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
Bagaimana penggunaan dan penerapan media sedotan dapat meningkatkan keterampilan
siswa dalam menjumlah dua bilangan bulat di kelas IV SDN Gunungsari Madiun ?
C. Pemecahan masalah
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka peneliti menetapkan langkah-
langkah pemecahan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Memberikan beberapa contoh penggunaan media sedotan dalam penyelesaian
penjumlahan bilangan bulat.
2. Memaksimalkan penggunaan media sedotan pada penjumlahan bilangan bulat.
3. Melatih siswa menyelesaikan soal penjumlahan bilangan bulat dengan
menggunakan media sedotan.
4. Membina keterampilan siswa menjumlah bilangan bulat dengan menggunakan media
sedotan dalam bentuk permainan adu cepat.
5. Memberikan latihan soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
6. Mengadakan evaluasi proses dan evaluasi kognitif.
7. Memberikan pekerjaan rumah
D. Tujuan Penelitian
Penulisan penelitian ini bertujuan agar siswa mampu meningkatkan keterampilan
penggunaan media sedotan dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan
penjumlahan bilangan bulat.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi semua pihak,
antara lain:
1. Memberikan pembelajaran secara langsung bagi guru tentang pembelajaran yang
menggunakan media sedotan guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap
operasi penjumlahan bilangan bulat, sehingga menambah wawasan dalam
melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
2. Meningkatkan keterampilan bagi siswa tentang penggunaan media sedotan dalam
proses pembelajaran sehingga siswa dapat berperan aktif dan kreatif terutama pada
penjumlahan bilangan bulat.
3. Memberikan pengalaman langsung bagi peneliti dalam menerapkan pembelajaran
dengan menggunakan media sedotan dalam penjumlahan bilangan bulat serta
memberikan dorongan untuk melaksanakan penelitian lagi dengan pembelajaran-
pembelajaran matematika yang lain.
4. Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi sekolah untuk meningkatkan
pemahaman tentang fungsi penelitian tindakan kelas.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kurikulum
Perkembangan pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi kurikulum
matematika. Pembaharuan pendidikan oleh Menteri Pendidikan Nasional antara lain
telah menghasilkan Standar Nasional tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah.
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan menggunakan
prinsip-prinsip sebagai berikut: a) Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi,
perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna
bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan pelayanan pendidikan
yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk mengekpresikan dirinya secara
bebas, dinamis dan menyenangkan. b) Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan
kelima pilar belajar, yaitu: (a) belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu
melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna
bagi orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui
proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. c). Pelaksanaan
kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan,
pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan
kondisi peserta didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi
peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral. d).
Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang
saling menerima dan menghargai, akrap, terbuka, dan hangat e). Kurikulum
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber
belajar dan tehnologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar. f). Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam,
sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan
seluruh bahan kajian secara optimal. g). Kurikulum yang mencakup seluruh komponen
kompetensi mata pelajaran, muatan lokal dan pengembangan diri diselenggarakan
dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antar
kelas dan jenis serta jenjang pendidikan. (Menteri Pendidikan Nasional, 2006 : 6-7).
B. Belajar
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses,
diantaranya proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi. Sekolah yang
menerapkan MBS memiliki efektivitas proses belajar mengajar yang tinggi. Ini
ditunjukkan oleh sifat proses belajar mengajar yang menekankan pada pemberdayaan
peserta didik. Dalam buku Manajemen Berbasis Sekolah yang diterbitkan Depdinas
(2006 : 15) menyatakan bahwa proses belajar mengajar bukan sekedar memorisasi dan
recall, bukan sekedar penekanan pada penguasaan pengetahuan tentang apa yang
diajarkan (logos), akan tetapi lebih menekankan pada internalisasi tentang apa yang
diajarkan sehingga tertanam dan berfungsi sebagai muatan nurani dan dihayati (ethos)
serta dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh peserta didik (pathos). Proses
belajar mengajar yang efektif juga lebih menekankan pada belajar mengatahui
(learning to know), belajar bekerja (learning to do), belajar hidup bersama (learning
to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be). Untuk
mengoptimalkan pembelajaran diperlukan media/alat peraga.
C. Media
Untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan secara optimal dibutuhkan
pengetahuan dan pemahaman tentang media. Pengetahuan itu meliputi: 1. Media
sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar, 2. Fungsi
media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, 3. Tentang proses-proses mengajar,
4. Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan, 5. Nilai atau manfaat
media pendidikan dalam pengajaran, 6. Memilih dan menggunakan pendidikan, 7.
Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan, 8. Media pendidikan dalam setiap
mata pelajaran dan 9. Usaha inovasi dalam media pendidikan dan lain-lain. Dititik dari
beberapa pokok yang telah di kemukakan diatas, jelaslah bahwa media pendidikan
merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan
bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan usaha pengajaran di sekolah.
(Hamalik, 1980 : 15-16).
D. Pembelajaran Matematika
Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di SD berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan
menggunakan bilangan, simbul serta ketajaman penalaran yang dapat membantu
memperjelas dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu dalam
menyusun perencanaan pembelajaran agar tujuan yang diinginkan tercapai, maka perlu
kita perhatikan hal-hal berikut ini: 1. kesiapan intelektual siswa 2. teori mengajar dan
3. teori belajar.
1). Kesiapan Intelektual Siswa
Guru mengajar dengan baik haruslah memperhatikan kesiapan kognitif siswa,
yang mencakup dua hal yaitu mengenai perkembangan intelektual anak dan
pengalaman belajar yang telah diperoleh siswa.
Tahap-tahap berpikir anak yang dikemukakan Piaget harus diperhatikan
penyusunan kurikulum sekolah. Khususnya dalam menyusun skenario pembelajaran
matematika, karena perkembangan intelektual anak yang dikemukakan Pieget dirasakan
untuk pengajaran matematika di sekolah. Dengan demikian media mengajar matematika
yang dipergunakan harus sesuai dengan perkembangan intelektual anak.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa media/alat peraga dalam pembelajaran
matematika di SD memegang peran sangat penting untuk menanamkan konsep-konsep
baru.
2). Teori Mengajar
Metoda laboratory mengutamakan usaha mengembangkan kemampuan indera,
terutama penglihatan, peraba, dan gerak otot/kinetis, untuk dapat membantu secara
optimal kemampuan abstraksi dan keterampilan siswa. Pada dasarnya kemampuan
mental yang ingin dicapai melalui kegiatan laboratory sama dengan pada kegiatan
yang sifatnya heuristic. Yaitu, siswa menemukan konsepatau keterampilan yang
dipelajari. Cara yang digunakan terutama dalam bentuk penemuan terbimbing melalui
media yang berupa lembar kerja atau tugas terstruktur serta dimungkinkan di lengkapi
alat peraga. (Elly E. 1996 ; 3).
3). Teori Belajar
Belajar matematika merupakan suatu struktur hirarqi dari apa yang telah
terbentuk sebelumnya, jika konsep-konsep awal tidak dipahami oleh siswa sebelumnya,
dimungkinkan pemahaman konsep-konsep itu sulit untuk dilanjutkan.
Berdasarkan struktur kognitif, materi pokok harus disusun menurut urutan
tingkat kesukaran yang logis, dan didasarkan atas pengalaman belajar sebelumnya.
Menurut Ausubel bahan pelajaran/materi pokok haruslah “meaningful” artinya
bahan pelajaran haruslah mempunyai arti, cocok dengan kemampuan siswa dan harus
relevan dengan struktur kognitif yang dimiliki siswa. Dengan kata lain materi pokok
baru haruslah ditanamkan konsep-konsepnya, kemudian dipahamkan konsep-konsep itu
dengan beberapa latihan soal termasuk didalamnya soal uraian, baru pembinaan
keterampilannya melalui drill, menghafal, permainan dan sebagainya. Jika ke tiga dari
konsep itu ditinggalkan maka siswa akan menjumpai kesulitan-kesulitan, sebab konsep-
konsep awal bila belum dipahami oleh siswa belum dapat digunakan untuk
menyelesaikan soal yang hampir sama dengan materi pokok yang dipelajarinya.
Belajar menemukan (discoveri learning), merupakan proses belajar yang
memungkinkan siswa menemukan untuk dirinya melalui suatu rangkaian pengalaman
kongkret.
E. Pengertian dan Fungsi Alat Peraga
1. Pengertian
Alat paraga merupakan bagian dari media, oleh karena itu istilah media perlu
dipahami lebih dahulu sebelum dibahas mengenai pengertian alat peraga lebih lanjut.
Media pengajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara terjadinya
proses belajar, dapat terwujud sebagai perangkat lunak, maupun perangkat keras.
Berdasarkan fungsinya, media pengajaran dapat berbentuk alat peraga dan sarana.
a. Alat Peraga
Alat peraga merupakan media pengajaran yang mengandung atau
membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari (Elly Estiningsih, 1994). Fungsi
utamanya adalah untuk menurunkan keabstrakan konsep agar siswa mampu menangkap
arti konsep tersebut. Dengan melihat, meraba dan memanipulasi objek/alat peraga,
maka siswa mempunyai pengalaman nyata dalam kehidupan tentang arti dari konsep.
Contoh:
1). Benda-benda kongkrit di sekitar siswa seperti buah-buahan, pensil, biji-bijian,
kapur, lidi, dan sebagainya dapat berfungsi sebagai alat peraga saat
mengenalkan bilangan dengan cara membilang banyaknya anggota dari
kelompok benda, sehingga pada akhirnya akan ditemikan bilangan yang sesuai
dengan kelompok benda tersebut pada akhir membilang.
2). Papan tulis, buku tulis, dan daun pintu yang berbentuk persegi-panjang dapat
berfungsi sebagai alat peraga pada saat guru menerangkan bangun
persegipanjang.
3). Sedotan yang dipotong-potong ataupun sedotan siswa dapat mengenal nilai tempat
dan menjumlah bilangan.
Dari segi pengadaannya alat peraga dapat dikelompokkan sebagai alat peraga
sederhana dan alat peraga buatan pabrik. Pembuatan alt perga sederhana biasanya
memanfaatkan lingkungan sekitar dan dapat dibuat sendiri. Sedangkan alat buatan
pabrik pada umumnya berupa perangkat keras dan lunak yang pembuatannya memiliki
ketelitian ukuran serta memerlukan biaya yang tinggi.
b. Sarana
Sarana merupakan suatu media pengajaran yang berfungsi sebagai alat untuk
melakukan kegiatan belajar. Seperti halnya alat peraga, sarana juga dapat berupa
perangkat keras dan lunak. Contoh sarana yang berupa perangkat keras: papan tulis,
penggaris, jangka, kartu permainan, dan sebagainya. Sedangkan contoh sarana yang
berupa perangkat lunak antara lain: lembar kerja (LK), lembar tugas (LT), aturan
permainan dan lain sebagainya.
Kadang-kadang suatu media dapat berfungsi ganda, pada saat tertentu berfungsi
sebagai alat peraga dan pada saat yang lain dapat berfungsi sebagai sarana. Contoh
kartu bilangan berukuran (10 x 10 ) cm. Kartu bilangan tersebut dapat berfungsi
sebagai alat perga ketika digunakan untuk mengenalkan lambing bilangan, namun pada
saat digunakan dalam perlombaan untuk menutup atau memasangkan dengan kartu
bilangan lain yang senilai, maka kartu tersebut berfungsi sebagai sarana belajar. Oleh
karena itu penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika diperlukan teknik
yang tepat, yaitu dengan mempertimbangkan waktu penggunaan dan tujuan yang akan
dicapai.
2. Fungsi Alat Peraga
Satu hal yang perlu mendapat perhatian adalah teknik penggunaan alat perga
dalam pembelajaran matematika secara tepat. Untuk itu perlu dipertimbangkan kapan
digunakan dan jenis alat peraga mana yang sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Agar dalam memilih dan menggunakan alat peraga sesuai dengan tujuan
yang akan dicapai dalam pembelajaran, maka perlu diketahui fungsi alat peraga.
Secara umum fungsi alat perga adalah:
a. sebagai media dalam menanamkan konsep-konsep matematika
b. sebagai media dalam memantapkan pemahaman konsep
c. sebagai media untuk menunjukkan hubungan antara konsep matematika dengan
dunia di sekitar kita serta aplikasi konsep dalam kehidupan nyata.
Ciri-ciri pembelajaran matematika saat ini adalah pembelajaran aktif, kreatif, efektif
dan menyenangkan. pembelajaran ini minimal memiliki kreteria sebagai berikut :
1) siswa dapat berpartisipasi dalam pelaksanaan belajar mengajar,
misalnya dalam bentuk interaksi siswa-guru dan siswa-siswa
2). memungkinkan proses belajar mengajar secara umpan balik
3). penggunaan media/alat peraga yang relevan.
Dari uraian tentang pengertian dan fungsi alat peraga serta ciri-ciri pembelajaran
diatas, penggunaan media sangat berfungsi dalam pembelajaran matematika khususnya
materi pokok baru. Agar konsep dasar dalam pembelajaran dapat dikuasai oleh siswa
maka perlu ditingkatkan penggunaannya, sehingga dalam pembelajaran berikutnya
tidak mengalami kendala yang berarti.
Dalam pembahasan ini peneliti memilih sedotan sebagai media dalam
pembelajaran penjumlahan bilangan bulat dikarenakan sedotan mudah dicari, tidak
membutuhkan biaya mahal, mudah diperagakan dan dapat meningkatkan keterampilan
siswa dalam menjumlah bilangan bulat.
F. Hipotesis Tindakan
Untuk mengetahui apakah media lidi dapat meningkatkan keterampilan siswa
dalam penjumlahan bilangan bulat, maka hipotesis tindakan yang akan diuji
kebenarannya dalam penelitian ini adalah:
“Penggunaan media sedotan dapat meningkatkan keterampilan siswa pada
penjumlahan bilangan bulat”.
BAB III
METODE PENELITIAN
Sebagaimana telah disebutkan pada bagian pendahuluan, bahwa tujuan penelitian
ini adalah agar siswa mampu meningkatkan keterampilan penggunaan media sedotan
dalam menyelesaikan soal yang berhubungan dengan penjumlahan bilangan bulat.
Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan data yang dapat melukiskan
keterampilan siswa.
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Gunungsari kecamatan Nglames
kabupaten Madiun dengan jumlah siswa sebanyak 20 anak.
B. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yaitu pada bulan September dan Oktober
2012.
C. Materi Pembelajaran
Untuk menentukan mata pelajaran dan materi pokok yang akan digunakan dalam
penelitian ini dipilih mata pelajaran matematika dengan materi pokok penjumlahan
bilangan bulat di kelas IV semester I.
Materi pembelajaran ini dilaksanakan dalam waktu 3 pertemuan dengan setiap
pertemuan 2 x 35 menit, dan masing-masing pertemuan ditutup dengan tes tertulis.
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Siklus I
a. Rancangan Pembelajaran
Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti telah menyiapkan/menyusun
perangkat pembelajaran antara lain:
1).Silabus, yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar,
indikator, pengalaman belajar, alokasi waktu, sumber/ alat/ bahan belajar dan
penilaian.
2).Rencana pembelajaran, yang memuat mata pelajaran, kelas/semester, materi
pokok, alokasi waktu, kompetensi dasar, langkah- langkah pembelajaran, sarana,
sumber, bahan belajar dan penilaian.
3). Lembar penilaian proses, lembar pengamatan dan lembar soal tes.
4). Sedotan sejumlah 220 buah.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
1). Kegiatan awal meliputi :
a). Guru mengucapkan salam di depan kelas.
b). Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (berpasangan).
c). Guru membagi sedotan kepada tiap-tiap kelompok sebanyak 20 buah.
d).Guru mengadakan tanya jawab tentang penjumlahan bilangan cacah denga tujuan
untuk merangsang siswa agar termotivasi.
2). Kegiatan inti meliputi :
a).Guru menginfomasikan kepada siswa bahwa masing-masing harus memegang
10 sedotan.
b). Guru dan siswa mengadakan kesepakatan, sedotan yang dipegang oleh siswa
yang duduk di sebelah kanan adalah positif dan di sebelah kiri adalah negatif.
c). Guru memberi contoh cara menjumlah bilangan bulat dengan menggunakan
sedotan. Misalnya :
4 + ( - 7 ) = . . .
Langkah-langkah penggunaan :
(a). Siswa yang duduk disebelah kanan, meletakkan 4 sedotan di atas
mejanya.
(b). Siswa yang duduk disebelah kiri, meletakkan 7 sedotan di atas mejanya.
(c) Kemudian kedua sedotan itu digabung menjadi satu, sehingga posisiny
menjadi :
sedotan yang diambil dari siswa yang duduk di
sebelah kanan ( sedotan yang menunjuk bilangan
positif )
I I I sedotan yang diambil dari siswa yang duduk di
sebelah kiri ( sedotan yang menunjuk bilangan
negatif )
I I I I
I I I I
(d). Sedotan yang tidak punya pasangan (yang berada diluar kotak) sebanyak
3 sedotan dari siswa disebelah kiri.
(e). Jadi 4 + (-7) = -3
3). Kegiatan Akhir :
a). Pengecekan keterampilan siswa, tentang penggunaan sedotan dalam
menjumlah bilangan bulat dengan cara tanya jawab
b). Pemberian tugas ( PR terdiri dari 5 soal ).
c).Observasi
Aktivitas observasi dilakukan ketika peneliti melakukan
pembelajaran, Observer melakukan observasi untuk melihat seberapa jauh
keefektifan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran ketika
diterapkan.
d. Evaluasi
1). Evaluasi proses, pada saat siswa menggunakan sedotan dalam
penjumlahan bilangan bulat.
2). Evaluasi tertulis, pada saat siswa mengerjakan lembar tes.
e. Refleksi
Data-data dari observasi dan evaluasi dikumpulkan, kemudian
berdasarkan hasil ini peneliti melakukan refleksi diri tentang
pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini ,
peneliti akan tahu kelebihan dan kekurangan dari skenario
pembelajaran yang telah direncanakan dan dilaksanakan.
Setelah mengetahui kekurangan dari skenario pembelajaran pada siklus ini,
peneliti merencanakan perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya,
sampai peneliti menemukan hasil yang terbaik sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan.
2. Siklus II
a. Rancangan Pembelajaran
Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti telah menyiapkan/menyusun
perangkat pembelajaran antara lain:
1). Silabus, yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar,
indikator, pengalaman belajar, alokasi waktu, sumber/ alat bahan belajar dan
penilaian.
2). Rencana pembelajaran, yang memuat mata pelajaran, kelas/semester, materi
pokok, alokasi waktu, kompetensi dasar, langkah-langkah pembelajaran,
sarana, sumber, bahan belajar dan penilaian.
3). Lembar penilaian proses, lembar pengamatan dan lembar soal tes.
4). sedotan sejumlah 220 buah, yang berwarna merah 110 buah dan
yang tidak berwarna 110 hijau.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
1). Kegiatan awal meliputi :
a). Guru mengucapkan salam di depan kelas.
b). Mengerjakan tugas PR
c). Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (berpasangan)
d). Guru membagi sedotan kepada tiap-tiap kelompok sebanyak 10 buah
berwarna merah dan 10 buah berwarna hijau.
e).Guru mengadakan tanya jawab tentang penjumlahan bilangan bulat
dengan tujuan untuk merangsang siswa agar termotivasi.
2. Kegiatan inti meliputi :
a. Guru menginfomasikan kepada siswa bahwa masing-masing
kelompok harus memengang 10 sedotan berwarna merah dan 10 sedotan
berwarna hijau.
b).Guru dan siswa mengadakan kesepakatan, sedotan yang berwarna
merah adalah positif dan sedotan yang berwarna hijau adalah negatif.
c). Guru memberi contoh cara menjumlah bilangan bulat dengan
menggunakan sedotan.
Misalnya :
4 + ( - 7 ) = . . . .
Langkah-langkah penggunaan :
(a). Siswa yang memegang sedotan berwarna merah, meletakkan
4 sedotan di atas meja.
(b).Siswa yang memegang sedotan yang berwarna hijau, meletakkan 7
sedotan di atas mejanya.
(c). Kemudian kedua sedotan itu digabung menjadi satu, sehingga
posisinya menjadi :
sedotan yang berwarna merah sebanyak 4 buah.
( sedotan yang menunjuk bilangan positif )
I I I sedotan yang berwarna hijau sebanyak 7 buah.
( sedotan yang menunjuk bilangan negatif )
(d). sedotan yang tidak punya pasangan (yang berada diluar kotak)
sebanyak 3 sedotan yang berwarna hijau (negatif).
(e). Jadi 4 + (-7) = -3
b. Kegiatan Akhir :
1). Pengecekan keterampilan siswa, tentang penggunaan sedotan dalam
menjumlah bilangan bulat dengan cara tanya jawab.
2).Pemberian tugas ( PR terdiri dari 5 soal )
c. Observasi
Aktivitas observasi dilakukan ketika peneliti melakukan pembelajaran pada
siklus I, Observer melakukan observasi untuk melihat seberapa jauh
keefektifan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran ketika
diterapkan pada siklus II.
d. Evaluasi
1). Evaluasi proses, pada saat siswa menggunakan sedotan dalam penjumlahan
bilangan bulat.
2). Evaluasi tertulis, pada saat siswa mengerjakan lembar tes.
e. Refleksi
Data-data dari observasi dan evaluasi pada siklus II dikumpulkan, kemudian
berdasarkan hasil ini peneliti melakukan refleksi diri tentang pembelajaran yang
telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti akan tahu kelebihan dan
kekurangan dari skenario pembelajaran yang telah direncanakan dan dilaksanakan
pada silkus II. Setelah mengetahui kekurangan dari skenario pembelajaran pada
siklus ini, peneliti merencanakan perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus III,
sampai peneliti menemukan hasil yang terbaik sesuai dengan skenario
pembelajaran yang telah direncanakan.
I I I I
I I I I
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi yaitu mengumpulkan data dengan
menggunakan dokumen. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang
(Sugiyono, 2010: 329). Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
memperoleh daftar nama dan jumlah siswa kelas IV SDN Gunungsari Kecamatan
Nglames Kabupaten Madiun.
2. Tes
Tes digunakan sebagai instrumen untuk memperoleh data prestasi belajar
matematika siswa, dengan menggunakan tes formatif di akhir pembelajaran. Tes dalam
penelitian ini berupa post test dengan menggunakan soal tes berupa soal objektif
berjumlah 20 butir dengan masing-masing jawaban skor 1 untuk benar dan skor 0 untuk
yang salah.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes. Tes digunakan
untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diberikan. Tes hasil
belajar ini dalam bentuk tes objektif atau pilihan ganda sebanyak 20 butir soal dengan 4
options. Tes hasil belajar matematika diberikan setelah siswa mempelajari materi
penjumlahan bilangan dengan mengunakan mediasedotan.
G. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul akan dianalisi secara deskriptif kuantitatif maupun
kualitatif. Data yang akan dianalisis secara deskriptif kuantitatif adalah data tentang
keaktifan siswa yang dikumpulkan melalui “cek list” pada rubrik pengamatan
keaktifan siswa dan data tentang kemampuan menghitung penjumlahan yang
dinyatakan dengan nilai yang dicapai siswa atas penilaian latihan dan penugasan
tentang penjumlahan.
Data kualitatif berupa catatan pengamatan, dokumen fortopolio siswa,
dokumen foto, dan wawancara yang akan dianalisis dengan analisis kualitatif dengan
tahapan pemaparan data, penyederhanaan data, pengelompokan data sesuai fokus
masalah dan pemaknaan.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar Arsyad. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Daryanto. 2010. Media Pembelajaran Peranannya Sangat Penting dalam Mencapai
Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Departemen pendidikan nasional badan penelitian dan pengembangan pusat kurikulum. 2007.
Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika,(online),
(http://puskurbuk.net/web/download/prod2007/50_Kajian%20Kebijakan
%20Kurikulum%20Matematika.pdf, Diunduh pada 21 maret 2012).
Herman Hudojo. 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP Malang.
Heruman. 2007. Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Ibadullah Malawi. 2010. Evaluasi Pendidikan. Madiun: IKIP PGRI Madiun.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai. 2010. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Djoko Moesono & Sujono, 1998. Matematika 4, Jakarta: Depdibud.
Depdiknas, 2004. Pedoman Pengembangan Silabus, Jakarta.
Depdiknas, 2003. Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika,
Jakarta.
Pujiati, 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Berhitung di SD,
Jogjakarta: PPPG JOGJAKARTA.
Depdiknas, 2006. Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta.
Oemar Hamalik, 1980. Media Pendidikan, Jakarta
Elly E, 1996. Metoda Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar, Jogjakarta: PPPG
JOGJAKARTA.
Karim Muchtar A, 1999. Metodologi Pembelajaran, Jakarta.