40
EFEK RADIASI IONISASI PADA PEKERJA DI RUANG X-RAY RADIOLOGI RSWS BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pembangunan Nasional yang telah dan akan dilaksanakan saat ini, dilakukan melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi maju dan telah mampu menghasilkan peluang kerja sehingga diharapkan dapat meningkatkan status sosial ekonomi dan kualitas hidup keluarga dan masyarakat. Hal ini akan berhasil jika pelbagai risiko yang akan mempengaruhi kehidupan para pekerja, keluarga dan masyarakat dapat diantisipasi. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja (PAK), penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik. Ergonomi merupakan ilmu berupaya untuk menyerasikan mesin dan pekerja, tanpa menganggap pekerja harus menyesuaikan diri dengan mesin dan lingkungan. Dalam hal ini, pengukuran keselarasan 1

proposal radiasi ionisasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PAK

Citation preview

Page 1: proposal radiasi ionisasi

EFEK RADIASI IONISASI PADA PEKERJA DI RUANG X-RAY

RADIOLOGI RSWS

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Pembangunan Nasional yang telah dan akan dilaksanakan saat ini,

dilakukan melalui penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi maju dan telah

mampu menghasilkan peluang kerja sehingga diharapkan dapat meningkatkan

status sosial ekonomi dan kualitas hidup keluarga dan masyarakat. Hal ini akan

berhasil jika pelbagai risiko yang akan mempengaruhi kehidupan para pekerja,

keluarga dan masyarakat dapat diantisipasi. Pelbagai risiko tersebut adalah

kemungkinan terjadinya penyakit akibat kerja (PAK), penyakit yang berhubungan

dengan pekerjaan dan kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan kecacatan dan

kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara

penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini

dikenal sebagai pendekatan ergonomik. Ergonomi merupakan ilmu berupaya

untuk menyerasikan mesin dan pekerja, tanpa menganggap pekerja harus

menyesuaikan diri dengan mesin dan lingkungan. Dalam hal ini, pengukuran

keselarasan pekerjaan dengan pekerja meliputi pemeriksaan sejumlah faktor yaitu:

pekerja, mesin, dan lingkungan.

Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai ditempat kerja

khususnya yang berhubungan dengan radiasi ionisasi salah satunya pada pegawai

xray bagian Radiologi Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo.

Pelayanan kesehatan kerja yang diberikan melalui penerapan ergonomi,

diharapkan dapat meningkatkan mutu kehidupan kerja (Quality of Working Life),

dengan demikian meningkatkan produktifitas kerja dan menurunkan prelavensi

penyakit akibat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Agar penyelenggaraan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) lebih efektif, efisien dan terpadu

1

Page 2: proposal radiasi ionisasi

diperlukan sebuah manajemen K3 baik bagi pengelola maupun karyawan

sehingga pada era globalisasi sangat diharapkan kontribusi mereka dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang akan tercermin dengan

meningkatnya profesionalisme, kemandirian, etos kerja dan produktivitas kerja.

Untuk mendukung itu semua diperlukan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang

sehat, selamat, nyaman dan menjamin peningkatan produktivitas kerja.

TUJUAN PENELITIAN

1.1.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui efek kesehatan pekerja dibagian radiologi RSWS

terhadap radiasi ionisasi.

1.1.2. Tujuan Khusus

Untuk memantau sumber radiasi di ruang xray radiologi RSWS

Untuk memantau efek radiasi pada pekerja di ruang xray radiologi RSWS

Mengetahui apakah ada ketersediaan fasilitas, peralatan, yang memadai

untuk proteksi dan keselamatan pekerja

Untuk memantau penggunaan alat proteksi diri dari radiasi xray di ruang

radiologi RSWS

Unuk memantau efektifitas penggunaan alat proteksi diri dari radiasi di

ruang xray radiologi RSWS

Mengetahui apakah telah ada pelatihan penggunaan proteksi diri ketika

menjalankan tugas di bagian Radiologi RSWS

Mengetahui apakah pekerja dibagian Radiologi RSWS melakukan cek

kesehatan secara berkala

2

Page 3: proposal radiasi ionisasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Radiologi

1. Definisi Radiologi

Radiologi adalah cabang atau spesiaisasi kedokteran yang berhubungan

dengan studi dan penerapan teknologi pencitaan seperti x-ray dan radiasi untuk

mendiagnosa dan mengobati penyakit.

Ahli radiologi menunjukkan susunan dari pencitraan radiologi seperti

USG, CT, kedokteran nuklir, tomografi emisi positron (PET) dan MRI untuk

mendiagnosa atau mengobati penyakit. Radiologi intervensi adalah kinerja

(biasanya minimal invasif) prosedur medis dengan bimbingan teknologi

pencitraan. Akuisisi pencitraan medis biasanya dilakukan oleh ahli radiografi atau

teknolog radiologis.

2. Perlengkapan dan Alat-Alat yang Digunakan

a. Radiografi (atau Roentgenographs, dinamai penemu sinar-X,

Wilhelm Conrad Röntgen) yang diproduksi oleh transmisi X-Rays

melalui pasien ke perangkat menangkap kemudian diubah menjadi

gambar untuk diagnosis. Pencitraan yang asli dan masih sering

memproduksi film yang diresapi perak. Dalam Film - Layar

radiografi tabung x-ray menghasilkan sinar x-ray yang melewati

pasien. Sinar-X yang melewati pasien disaring untuk mengurangi

penyebaran dan suara, kemudian menyerang sebuah film yang

belum dikembangkan, yang dipasang erat-erat ke layar fosfor yang

memancarkan cahaya dalam sebuah kaset. Film ini kemudian

dikembangkan secara kimiawi dan hasilnya gambar muncul di

film.

b. Fluoroscopy (Radioscopy; screening): Meskipun sinar-x tidak

dapat terlihat oleh mata tetapi dapat menyebabkan beberapa unsur

3

Page 4: proposal radiasi ionisasi

kimia seperti (Kalsium tungstat, Barium sulfat, Seng sulfid, Seng

cadmium sulfid, Barium platinocyanida, dan sebagainya) menjadi

bersinar atau dapat terlihat. Layar fluoresen yang digunakan untuk

tujuan ini terdiri dari papan yang telah di mengandung kalsium

tungstat. Sinar-x menembus tubuh pasien dan ditangkap pada

papan dan gambar kemudian dapat dilihat.

c. Tabung Sinar X: sinar x dihasilkan melalui arus listrik bervoltase

tinggi. Diperlukan 10 kilovolt untuk dapat menghasilkan sinar-x

kemampuan rendah. 30 sampai 100 KVP kilovolt peak) atau lebih

yang dibutuhkan mesin untuk radiologi dan fluoroscopy. Mesin X-

ray untuk kegunaan radiasi terapeutik tetap memerlukan voltase

yang tinggi. (1 kilovolt=1000 volt)

Tabung sinra-x terdiri dari bola lampu hampa udara yang

mengandung anoda dan katoda yang terpisah dengan jarak yang

tidak terlalu jauh. Anoda (+) dinamakan sebagai target dan katoda

(-) dinamakan sebagai filament. Apabila listrik sudah mengalir

elektron akan bergerak dari filament dan menghantam target

dengan kekuatan penuh. Energi yang dikeluarkan biasanya

dikonversikan menjadi panas dan hanya sebagian (sekitar 1%)

yang menjadi sinar cahayameliputi sinar-x.

Tabung sinar-x sangat tertutup dalam sebuah tabung yang pada

salah satu sisinya ada sebuah bukaan kecil yang dilapisi oleh

lapisan aluminium. Sejak diketahui sinar-x dapat menembus

aluminium, sinar-x akan menembus aluminium sementara sinar

yang lainnya ertahan olehnya. Jumlah sinar-x yang keluar dapat

diatur dengan menyesuaikan diafragma.

d. Apron: proteksi tubuh yang digunakan untuk pemeriksaan

radiografi atau fluoroskopi dengan tabung puncak sinar x hingga

150 kVp harus menyediakan sekurang – kurangnya setara 0,5 mm

lempengan Pb.Tebal kesetaraan timah hitam harus diberi tanda

secara permanen dan jelas pada apron tersebut.

4

Page 5: proposal radiasi ionisasi

Saat ini sudah ada alat proteksi baru yaitu apron dengan desain

yang lebih ringan tetapi memenuhi persyaratan proteksi, biaya dan

dapat mengurangi rasa sakit pada pinggang karena beratnya lebih

ringan dibandingkan dengan apron yang sebelumnya ada.

e. Penahan Radiasi Gonad: Penahan radiasi gonad jenis kontak yang

digunakan untuk radiologi diagnostik rutin harus mempunyai

lempengan Pb, tebal sekurang – kurangnya setara 0,25 mm dan

hendaknya mempunyai tebal setara lempengan Pb 0,5 mm pada

150 Kvp. Proteksi ini harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai

untuk mencegah gonad secara keseluruhan dari paparan berkas

utama.

f. Sarung Tangan Proteksi: Sarung tangan proteksi yang digunakan

untuk fluoroskopi harus memberikan kesetaraan atenuasi sekurang

– kurangnya 0,25 mm Pb pada 150 kVp. Proteksi ini harus dapat

melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan pergelangan

tangan.

g. Penahan Radiasi

i. Penahan radiasi yang ditempatkan di antara operator atau

panel control dan tabung sinar-X atau pasien harus pada

posisi dan rancangan yang tepat sehingga dapat

melindungi operator dari radiasi bocor dan hamburan.

Penahan radiasi harus mempunyai ketebalan minimum

yang setara dengan 1,5 mm Pb.

ii. Jendela pengamatan yang terpasang di penahan radiasi

setidaknya mempunyai ketebalan yang setara dengan 1,5

mm Pb. Ketebalan yang setara dengan Pb tersebut harus

tertera pada penahan radiasi dan jendela pengamat atau

kaca intip.

h. Masker: Masker melindungi radiografer dari penularan dan infeksi

nasokimia karena radiografer harus berinteraksi dengan pasien saat

melakukan pemeriksaan. Masker berfungsi sebagai penyaring

5

Page 6: proposal radiasi ionisasi

udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara

buruk (misal berdebu, beracun, virus, dsb).

i. Sarung tangan ( hand gloves): Sarung tangan adalah untuk

melindungi radiografer dari infeksi nasokimia mengingat

radiografer selalu melakukan pemeriksaan dan kontak

langsung dengan pasien yang dapat menularkan penyakit / infeksi

yang diderita pasien.

II.2. Radiasi Ionisasi

Radiasi dapat diartikan sebagai energi yang dipancarkan dalam bentuk

partikel atau gelombang dimana energi bergerak melalui media atau melalui

ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Salah satu karakterisik dari semua

radiasi adalah radiasi mempunyai panjang gelombang, yaitu jarak dari suatu

puncak gelombang ke puncak gelombang berikutnya.

Radiasi dapat dibagi menjadi radiasi pengion dan radiasi non-pengion.

Radiasi pengion adalah radiasi yang apabila menumbuk atau menabrak sesuatu,

akan muncul partikel bermuatan listrik yang disebut ion. Radiasi pengion disebut

juga radiasi atom atau radiasi nuklir. Termasuk ke dalam radiasi pengion adalah

sinar-X, sinar gamma, sinar kosmik, serta partikel beta, alfa dan neutron. Partikel

beta, alfa dan neutron dapat menimbulkan ionisasi secara langsung. Meskipun

tidak memiliki massa dan muatan listrik, sinar-X, sinar gamma dan sinar kosmik

juga termasuk ke dalam radiasi pengion karena dapat menimbulkan ionisasi secara

tidak langsung.

Efek radiasi terhadap tubuh manusia bergantung pada seberapa banyak

dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada lajunya; apakah diberikan secara

akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara gradual (sedikit demi sedikit).

Besar dosis terserap yang sama untuk jenis radiasi yang berbeda belum

tentu mengakibatkan efek biologis yang sama, karena setiap jenis radiasi pengion

memiliki keunikan masing-masing dalam berinteraksi dengan jaringan tubuh

6

Page 7: proposal radiasi ionisasi

manusia. Jika radiasi mengenai tubuh manusia, ada 2 kemungkinan yang dapat

terjadi: berinteraksi dengan tubuh manusia, atau hanya melewati saja.

Jika berinteraksi, radiasi dapat mengionisasi atau dapat pula mengeksitasi

atom. Setiap terjadi proses ionisasi atau eksitasi, radiasi akan kehilangan sebagian

energinya. Energi radiasi yang hilang akan menyebabkan peningkatan temperatur

(panas) pada bahan (atom) yang berinteraksi dengan radiasi tersebut. Dengan kata

lain, semua energi radiasi yang terserap di jaringan biologis akan muncul sebagai

panas melalui peningkatan vibrasi (getaran) atom dan struktur molekul. Ini

merupakan awal dari perubahan kimiawi yang kemudian dapat mengakibatkan

efek biologis yang merugikan.

Jika radiasi pengion menembus jaringan, maka dapat mengakibatkan

terjadinya ionisasi dan menghasilkan radikal bebas, misalnya radikal bebas

hidroksil (OH), yang terdiri dari atom oksigen dan atom hidrogen. Secara kimia,

radikal bebas sangat reaktif dan dapat mengubah molekul-molekul penting dalam

sel.

DNA(deoxyribonucleic acid) merupakan salah satu molekul yang terdapat

di inti sel, berperan untuk mengontrol struktur dan fungsi sel serta menggandakan

dirinya sendiri. Setidaknya ada dua cara bagaimana radiasi dapat mengakibatkan

kerusakan pada sel. Pertama, radiasi dapat mengionisasi langsung molekul DNA

sehingga terjadi perubahan kimiawi pada DNA. Kedua, perubahan kimiawi pada

DNA terjadi secara tidak langsung, yaitu jika DNA berinteraksi dengan radikal

bebas hidroksil. Terjadinya perubahan kimiawi pada DNA tersebut, baik secara

langsung maupun tidak langsung, dapat menyebabkan efek biologis yang

merugikan, misalnya timbulnya kanker maupun kelainan genetik.

Pada dosis rendah, misalnya dosis radiasi latar belakang yang kita terima

sehari-hari, sel dapat memulihkan dirinya sendiri dengan sangat cepat. Pada dosis

lebih tinggi (hingga 1 Sv), ada kemungkinan sel tidak dapat memulihkan dirinya

sendiri, sehingga sel akan mengalami kerusakan permanen atau mati. Sel yang

mati relatif tidak berbahaya karena akan diganti dengan sel baru. Sel yang

7

Page 8: proposal radiasi ionisasi

mengalami kerusakan permanen dapat menghasilkan sel yang abnormal ketika sel

yang rusak tersebut membelah diri. Sel yang abnormal inilah yang akan

meningkatkan risiko tejadinya kanker pada manusia akibat radiasi.

Efek radiasi terhadap tubuh manusia bergantung pada seberapa banyak

dosis yang diberikan, dan bergantung pula pada lajunya; apakah diberikan secara

akut (dalam jangka waktu seketika) atau secara gradual (sedikit demi sedikit).

Dosis radiasi akut sebesar 3,5 – 4 Sv (350 – 400 rem) yang diberikan

seluruh tubuh akan menyebabkan kematian sekitar 50% dari mereka yang

mendapat radiasi dalam waktu 30 hari kemudian. Sebaliknya, dosis yang sama

yang diberikan secara merata dalam waktu satu tahun tidak menimbulkan akibat

yang sama.

Selain bergantung pada jumlah dan laju dosis, setiap organ tubuh

mempunyai kepekaan yang berlainan terhadap radiasi, sehingga efek yang

ditimbulkan radiasi juga akan berbeda.

8

Page 9: proposal radiasi ionisasi

Untuk memudahkan penghitungan jumlah radiasi, biasanya kita hanya

memperhatikan berapa dosis radiasi yang mengenai seluruh tubuh. Besaran dosis

radiasi ini disebut Dosis Efektif. Dosis efektif menyatakan penjumlahan dari dosis

ekivalen yang diterima oleh setiap organ utama tubuh dikalikan dengan faktor

bobot-organnya.Dosis efektif (HE) : Effective dose (HE) : Besaran dosis yang

khusus digunakan dalam proteksi radiasi yang nilainya adalah jumlah perkalian

dosis ekivalen yang diterima organ (HT) dengan faktor bobot-organ (WT).

Satuan: Sv.

Biasanya, dosis efektif seringkali disebut secara singkat sebagai Dosis atau

Dosis Radiasi saja. Dalam satuan lama, sebelum tahun 1970, dosis radiasi

dinyatakan dalam rem, dengan 1 Sv sama dengan 100 rem.(1)

Suatu batas dosis didefinisikan dalam BSS sebagai “suatu nilai dalam

besaran dosis efektif atau ekivalen bagi setiap orang dalam kegiatan praktis

terkendali yang tidak boleh dilampaui.” Batas dosis efektif untuk paparan kerja

merupakan jumlah dosis efektif dari sumber eksternal dan dosis efektif terikat dari

masukan radionuklida dalam periode waktu yang sama. Paparan kerja bagi setiap

pekerja harus dikendalikan dan batasan berikut tidak boleh dilampaui:

(a)  dosis efektif sebesar 20 mSv rata-rata setiap tahun selama lima tahun berturut-

turut38;

(b)  dosis efektif sebesar 50 mSv dalam satu tahun tertentu;

(c)  dosis ekivalen sebesar 150 mSv dalam satu tahun untuk lensa mata;

(d)  dosis ekivalen sebesar 500 mSv dalam satu tahun untuk tangan dan kaki atau

9

Page 10: proposal radiasi ionisasi

kulit

Batas dosis ekivalen untuk kulit mencakup dosis rata-rata luasan 1 cm2

pada daerah yang teradiasi paling tinggi. Dosis pada kulit juga memberi kontribusi

pada dosis efektif, yaitu rata-rata dosis seluruh permukaan kulit dikalikan dengan

faktor bobot jaringan kulit.

Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy atau lebih yang diberikan secara

sekaligus pada seluruh tubuh dan tidak langsung mendapat perawatan medis, akan

dapat mengakibatkan kematian karena terjadinya kerusakan sumsum tulang

belakang serta saluran pernapasan dan pencernaan. Jika segera dilakukan

perawatan medis, jiwa seseorang yang mendapat dosis terserap 5 Gy tersebut

mungkin dapat diselamatkan. Namun, jika dosis terserapnya mencapai 50 Gy,

jiwanya tidak mungkin diselamatkan lagi, walaupun ia segera mendapatkan

perawatan medis.

Jika dosis terserap 5 Gy tersebut diberikan secara sekaligus ke organ

tertentu saja (tidak ke seluruh tubuh), kemungkinan besar tidak akan berakibat

fatal. Sebagai contoh, dosis terserap 5 Gy yang diberikan sekaligus ke kulit akan

menyebabkan eritema. Contoh lain, dosis yang sama jika diberikan ke organ

reproduksi akan menyebabkan mandul.

Efek radiasi yang langsung terlihat ini disebut Efek Deterministik. Efek ini

hanya muncul jika dosis radiasinya melebihi suatu batas tertentu, disebut Dosis

Ambang.

Efek deterministik bisa juga terjadi dalam jangka waktu yang agak lama

setelah terkena radiasi, dan umumnya tidak berakibat fatal. Sebagai contoh,

katarak dan kerusakan kulit dapat terjadi dalam waktu beberapa minggu setelah

terkena dosis radiasi 5 Sv atau lebih.

Jika dosisnya rendah, atau diberikan dalam jangka waktu yang lama (tidak

sekaligus), kemungkinan besar sel-sel tubuh akan memperbaiki dirinya sendiri

10

Page 11: proposal radiasi ionisasi

sehingga tubuh tidak menampakkan tanda-tanda bekas terkena radiasi. Namun

demikian, bisa saja sel-sel tubuh sebenarnya mengalami kerusakan, dan akibat

kerusakan tersebut baru muncul dalam jangka waktu yang sangat lama (mungkin

berpuluh-puluh tahun kemudian), dikenal juga sebagai periode laten. Efek radiasi

yang tidak langsung terlihat ini disebut Efek Stokastik.

Efek stokastik ini tidak dapat dipastikan akan terjadi, namun probabilitas

terjadinya akan semakin besar apabila dosisnya juga bertambah besar dan

dosisnya diberikan dalam jangka waktu seketika. Efek stokastik ini mengacu pada

penundaan antara saat pemaparan radiasi dan saat penampakan efek yang terjadi

akibat pemaparan tersebut. Kecuali untuk leukimia yang dapat berkembang dalam

waktu 2 tahun, efek pemaparan radiasi tidak memperlihatkan efek apapun dalam

waktu 20 tahun atau lebih.

Salah satu penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kanker.

Penyebab sebenarnya dari penyakit kanker tetap tidak diketahui. Selain dapat

disebabkan oleh radiasi pengion, kanker dapat pula disebabkan oleh zat-zat lain,

disebut zat karsinogen, misalnya asap rokok, asbes dan ultraviolet. Dalam kurun

waktu sebelum periode laten berakhir, korban dapat meninggal karena penyebab

lain. Karena lamanya periode laten ini, seseorang yang masih hidup bertahun-

tahun setelah menerima paparan radiasi ada kemungkinan menerima tambahan

zat-zat karsinogen dalam kurun waktu tersebut. Oleh karena itu, jika suatu saat

timbul kanker, maka kanker tersebut dapat disebabkan oleh zat-zat karsinogen,

bukan hanya disebabkan oleh radiasi.

Pemanfaatan sumber radiasi pengion untuk tujuan medik di Indonesia

terus meningkat dari tahun ke tahun. Sumber radiasi pengion yang dimaksud

adalah zat radioaktif dan pembangkit radiasi pengion. Dari perspektif pengawasan

keselamatan radiasi, penggunaan sumber radiasi pengion di bidang medik adalah

fasilitas radiasi dan zat radioaktif (FRZR) yang merupakan medan radiasi.

Dasar Hukum pengawasan pemanfaatan sumber radiasi pengion diatur dalam :

11

Page 12: proposal radiasi ionisasi

UUNo.10 tahun 1997 tentang ketenaganukliran

PP No.33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion dan Keamanan

Sumber Radioaktif

PP NO.29 tahun 2008 tentang Perizinan Pemanfaatan Sumber Radiasi

Pengion dan Bahan Nuklir

Peraturan kepala BAPETEN

UNDANG-UNDANG NO.10 TAHUN 1997

Merupakan dasar hukum yang paling tinggi dari peraturan perundang-

undangan pemanfaatan sumber radiasi sebagai landasan keselamatan bekerja di

medan radiasi. Adapun pasal-pasal terkait antara lain :

Pasal 14

Ayat 1: Pengawasan terhadap pemanfaatan tenaga nuklir dilaksanakan

oleh badan pengawas.

Ayat 2: Pengawasan sebagaimana dimaksud oada ayat 1 dilakasanakan

melalui peraturan, perizinan dan inspeksi.

Pasal 17:

Setiap pemanfaatan tenaga nuklir wajib memiliki izin, kecuali dalam hal-hal

tertentu yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Syarat-syarat dan tata cara perizinan diatur lebih lanjut denagn peraturan

pemerintah

Pasal 19

Ayat 1 : Setiap operator yang mengoperasikan reactor nuklir dan petugas

tertentu didalam instalasi yang memanfaatkan sumber radiasi pengion

wajib memiliki izin.

12

Page 13: proposal radiasi ionisasi

Ayat 2 : Persyarata untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada

ayat 1 diatur oleh Badan Pengawas.

PERATURAN PEMERINTAH PP No.33 tahun 1997

Dasar hukumnya adalah pasal 6 UU No.10 Tahun 1997. Adapun pasal

yang berkaitan yaitu :

Pasal 4

Setiap orang atau badan yang akan memanfaatakan tenaga nuklir wajib memliki

izin pemanfaatan tenaga nuklir dan memenuhi persyaratan keselamatan radiasi,

meliputi :

a. Persyaratan manajemen

b. Persyaratan proteksi radiasi

c. Persyaratan teknik

d. Verifikasi keselamatan PP No.29 tahun 2008

Dasar hukum pembentukannya adalah pasal 7 UU No.10 Tahun 1997. Adapun

pasal yang dianggap paling relevan adalah :

Pasal 11 Persyaratan izin pemanfaatan, meliputi :

a. Administratif

b. Teknis dan

c. Khusus

Pasal 12 Persyaratan administratif meliputi :

13

Page 14: proposal radiasi ionisasi

a. Identitas pemohon izin

b. Akta pendirian badan hukum atau badan usaha

c. Izin dan/atau persyaratan yang ditetapkan oleh instansi lain yang berwenang

sesuai dengan peraturan perundang-undangan

d.Lokasi pemanfaatan sumber radiasi pengion atau bahan nuklir

Pasal 14 Persyaratan teknis, meliputi :

a. Prosedur pekerja

b. Spesifikasi teknis sumber radiasi pengion atau bahan nuklir yang digunakan

sesuai dengan standar keselamtan radiasi

c. Perlengkapan proteksi radiasi dan/atau peralatan keamanan sumber radioaktif

d. Program P&KR dan/atau keamanan sumber radioaktif

e. Laporan verifikasi keselamatan radiadi dan/atau keamanan sumber radioaktif

f. Hasil pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi

g. Data kualifikasi personil

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Bahan dan Cara

14

Page 15: proposal radiasi ionisasi

III.1.1.Peralatan yang diperlukan

Peralatan yang diperlukan untuk melakukan walk through survey (survey

jalan sepintas) dalam rangka untuk survey dampak radiasi ionisasi pada pekerja

dibagian Radiologi RSWS:

o Alat tulis menulis

Berfungsi sebagai media untuk pencatatan selama survey jalan sepintas

o Kamera digital

Berfungsi sebagai alat untuk memotret kehidupan dan kegiatan para

pekerja di Bagian Radiologi RSWS

o Check List

Berfungsi sebagai alat untuk mendapatkan data primer mengenai survey

jalan sepintas yang dilakukan.

III.1.2.Cara Pemantauan

Merencanakan untuk memantau dan mengidentifikasi faktor yang

berhubungan dengan dampak radiasi ionanisasi pada pekerja di Bagian Radiologi

di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo dengan metode walk through survey

dengan menggunakan check list.

III.2. Lokasi

Lokasi survey dampak radiasi ionanisasi pada pekerja di Bagian Radiologi

adalah di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo.

III.3. Biaya

Biaya yang digunakan pada penilitian yang dilakukan adalah swadaya.

15

Page 16: proposal radiasi ionisasi

III.4. Jadwal

Penelitian mengenai penyakit muskuloskeletal pada petugas komputer

administrasi di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo yang akan dilaksanakan

penelitian mengenai penyakit muskuloskeletal pada petugas adminstrasi di Rumah

Sakit Wahidin Sudirohusodo yang akan dilaksanakan selama kurang lebih 1

minggu.

10 Desember 2012 : Melapor ke bagian K3 di RS. Ibnu Sina dan

diberikan pengarahan

11 Desember 2012 : Membuat makalah mengenai dampak radiasi

ionanisasi pada pekerja di Bagian Radiologi di Rumah Sakit Wahidin

Sudirohusodo

12 Desember 2012 : Membuat proposal penelitian

13 Desember 2012 : Melakukan survey di lokasi penelitian

14 Desember 2012 : Membuat laporan hasil penelitian

CHEK LIST KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

UNIT/ INSTALASI/ RUANGAN : Ruang Radiologi X-Ray RSWS

HARI/ TANGGAL : 13-14 Desember 2012

16

Page 17: proposal radiasi ionisasi

PENANGGUNG JAWAB :

1. Keluhan yang menyangkut kesehatan pekerja selama menjadi petugas

Radiologi:

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

........................................................................................................................

2. Alat pelindung yang digunakan

...................................................................................................................................

...................................................................................................................................

3. Alasan menggunakan alat pelindung diri

........................................................................................................................

........................................................................................................................

4. Sumber radiasi yang diketahui di tempat kerja

........................................................................................................................

........................................................................................................................

5. Berapa lama terpapar dengan radiasi sinar-X

........................................................................................................................

........................................................................................................................

6. Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan alat pelindung diri

........................................................................................................................

........................................................................................................................

7. Pengetahuan tentang pemeriksaan kesehatan pada pekerja

........................................................................................................................

........................................................................................................................

Check List: Pemantauan Efek Radiasi

Di Ruang X-Ray Radiologi RSWS

2012-12-12

17

Page 18: proposal radiasi ionisasi

No. Ya Tidak

1. Apakah terdapat sumber radiasi di tempat kerja?

2. Apakah pekerja mengetahui efek radiasi?

3. Apakah pekerja mengetahui bagaimana melindungi diri

dari radiasi?

4. Apakah pekerja menguasai dengan baik cara

menggunakan alat yang memiliki sumber radiasi?

5. Apakah tersedia alat pelindung diri?

6. Apakah pekerja menggunakan alat pelindung diri

selama bekerja?

7. Apakah para pekerja mengetahui fungsi alat pelindung

diri?

8. Apakah pekerja merasa nyaman menggunakan alat

pelindung diri?

9. Apakah pekerja mengalami keluhan kesehatan selama

menjadi pekerja di ruang x-ray?

10. Alat pelindung diri yang tersedia

Apron

Penahan Radiasi Gonad

Sarung Tangan Proteksi

Penahan Radiasi

Jendela pengamatan

Masker

Sarung tangan

11. Apakah pekerja selalu melakukan pemeriksaan

kesehatan secara berkala?

BAB IV

HASIL IDENTIFIKASI DAN PEMBAHASAN

1V.1 SEJARAH SINGKAT RUMAH SAKIT

18

Page 19: proposal radiasi ionisasi

Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudrohusodo adalah rumah sakit

kelas A pendidikan dengan status Perjan Rumah sakit berdasarkan Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia No.125 Tahun 2000, dengan identitas sebagai

berikut:

I. Nama Rumah Sakit : RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar.

II. Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Km.11, Tamalanrea Makassar

(90245)

III. Telepon : Kantor (0411) 584675, (0411) 584677, Rumah Sakit (0411)

583333, 584888

IV. Fax : (0411) 587676

V. Pemilikan : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Merujuk pada peraturan tesebut Perjan RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo akan mengembangkan unggulan Pelayanan, Pendidikan, dan

Penelitian di bidang Kegawat Daruratan, Urologi, Kanker, Jantung, Lipid,

dan Endokrin beserta pelayanan penunjangnya.

1V.2 Sumber Daya

a. Tenaga

Jumlah tenaga yang tersedia di Perjan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo

khususnya di Bagian Radiologi adalah …. Orang

1V.3 Sarana

RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo memiliki luas tanah 8,4 ha dengan luas gedung

28416.8 m2 yang terdiri dari: kantor, rawat jalan, rawat darurat, rawat inap

19

Page 20: proposal radiasi ionisasi

(Lontara 1-4; Pavilium Palem, Sawit dan Pinang). Khusus untuk petugas bagian

radiologi dapat ditemui dibagian Radiologi dan UGD RS. Wahidin Sudirohusodo

1V.4 HASIL WALK THROUGH SURVEY

Berikut ini adalah hasil pemantauan dan identifikasi faktor-faktor yang

mempunyai dampak radiasi ionisasi pada pekerja dibagian Radiologi di Rumah

Sakit Wahidin Sudirohusodo. Pemantauan dan identifikasi ini dilakukan dengan

metode walk through survey dengan menggunakan check list dan wawancara

Pada gambar di atas terlihat pekerja di Bagian Radiologi Rumah Sakit

Wahidin Sudirohusodo jarang menggunakan alat pelindung diri ketika melakukan

aktivitas. Hal ini disebabkan oleh karena petugas di Bagian Radiologi tersebut

merasa jika dilakukan penyinaran mereka dapat masuk didalam ruangan yang

tertutup didalam ruang penyinaran

Berdasarkan PP No.33 tahun 2007 tentang Keselamatan Radiasi Pengion

dan Keamanan Sumber Radioaktif didapatkan bahwa setiap pekerja diwajibkan

20

Page 21: proposal radiasi ionisasi

menggunakan alat pelindung diri untuk keselamatan dan proteksi dari paparan

sinar x-ray. Dari survey yang dilakukan didapatkan bahwa pekerja di Bagian

Radiologi melakukan proteksi diri dengan cara memasuki ruangan bebas radiasi

disetiap ruangan. Hal ini sesuai dengan perundang-undangan yang dibuat

mengenai keselamatan pekerja yang mana tempat kerjanya merupakan area yang

terpapar radiasi.

IV.4.2. Sistem Kerja Pekerja di Bagian Radiologi RS. Wahidin Sudirohusodo

Dari hasil Walk Through Survey yang telah dilakukan di Rumah Sakit

Wahidin Sudirohusodo , di dapatkan informasi sebagai berikut:

Jumlah petugas dampak radiasi ionisasi pada pekerja dibagian

Radiologi RSWS adalah sebanyak orang.

Dalam seminggu tiap petugas memiliki tujuh hari kerja yang mana

setiap harinya mereka mempunyai shift untuk bekerja diruangan

tersebut.

Masing-masing petugas memiliki waktu bekerja dinas paginya dari

pukul 08.00 sampai 16.00 ditambahkan dengan jadwal lembur masing-

masing pekerja.

Tugas pekerja di bagian Radiologi :

o Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga pasien

mengenai jadwal penyinaran xray yang akan dilakukan.

o Memonitor dan memposisikan pasien ditempat yang telah

disediakan dikamar penyinaran.

o Menunggu hasil penyinaran yang akan langsung tercetak pada

ruang penyinaran ataupun melakukan pencetakan hasil foto pada

kamar gelap.

V.4.3. Alat Kerja yang Digunakan

21

Page 22: proposal radiasi ionisasi

Apron

Penahan Radiasi Gonad

Sarung Tangan Proteksi

Penahan Radiasi

Jendela pengamatan

Masker

Sarung tangan

V.4.4. Tinjauan faktor-faktor yang mempengaruhi dampak radiasi

ionisasi pada pekerja di Bagian Radiologi RS. Wahidin Sudirohusodo

- Faktor Pribadi (Personal factors)

o Kondisi dari pekerja yang dapat memberikan dampak terhadap

paparan radiasi.

- Faktor Pekerjaan (Work factors)

Repetisi : pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama yaitu

memonitor pasien dan memposisikan pasien pada layar film.

Pekerjaan statis (Static exertions) : pekerjaan pekerja dibagian Radiologi

yang menuntut tetap pada posisinya, perubahan posisi dalam bekerja akan

menyebabkan pekerjaan terhenti.

Pekerjaan berat (Forceful exertions) : beban yang berat atau tahanan dari

benda kerja yang dihadapi pekerja di Bagian Radiologi tidak ada.

Stress mekanik (Mechanical stresses) : terjadinya kontak dari anggota

badan dengan objek pekerjaan.

Postur tubuh : posisi dari pekerja tidak terlalu membuat pekerja merasa

capek.

22

Page 23: proposal radiasi ionisasi

Getaran (vibrasi) : timbulnya getaran-getaran di area kerja yang

mengganggu konsentrasi pekerja dalam bekerja tidak ada.

Alat pelindung diri dan badge film untuk melindungi diri pekerja di

Bagian Radiologi jarang digunakan.

Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala setahun sekali.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

23

Page 24: proposal radiasi ionisasi

Berdasarkan penilaian Walk Through Survey dapat disimpulkan sebagai berikut :

- Faktor Pribadi (Personal factors)

o Kondisi dari pekerja yang dapat memberikan dampak terhadap

paparan radiasi.

- Faktor Pekerjaan (Work factors)

Repetisi : pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama yaitu

memonitor pasien dan memposisikan pasien pada layar film.

Pekerjaan statis (Static exertions) : pekerjaan pekerja dibagian Radiologi

yang menuntut tetap pada posisinya, perubahan posisi dalam bekerja akan

menyebabkan pekerjaan terhenti.

Pekerjaan berat (Forceful exertions) : beban yang berat atau tahanan dari

benda kerja yang dihadapi pekerja di Bagian Radiologi tidak ada.

Stress mekanik (Mechanical stresses) : terjadinya kontak dari anggota

badan dengan objek pekerjaan.

Postur tubuh : posisi dari pekerja tidak terlalu membuat pekerja merasa

capek.

Getaran (vibrasi) : timbulnya getaran-getaran di area kerja yang

mengganggu konsentrasi pekerja dalam bekerja tidak ada.

Alat pelindung diri dan badge film untuk melindungi diri pekerja di

Bagian Radiologi jarang digunakan.

Pemeriksaan kesehatan dilakukan secara berkala setahun sekali.

5.2 SARAN

24

Page 25: proposal radiasi ionisasi

1) Diharapkan agar pengurus organisasi / unit K3 mengevaluasi masalah yang

berhubungan dengan kesehatan, keselamatan dan lingkungan kerja di rumah

sakit wahidin sudirohusodo agar setiap petugas dapat bekerja optimal. Dan

sebaiknya setiap tenaga kerja diberikan selebaran tentang kesehatan kerja

dan penyakit akibat kerja.

2) Secara umum, dalam hal lingkungan kerja, diharapkan agar:

Para pekerja menggunakan alat pelindung diri yang telah disediakan

ditiap ruangan agar tidak terpapar radiasi secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA

25

Page 26: proposal radiasi ionisasi

Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat. Upaya Kesehatan Kerja Sektor

Informal di Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

Jakarta. (Online). [cited on 12th December 2012]. Available from URL :

www.itjen.depkes.go.id.htm.

Akadi, M.. Dasar-Dasar Proteksi Radiasi. Rineka Cipta, Jakarta.2000

Corwin, E. 2000. Buku Saku Patofisiologi. Terjemahan Brahm U. Pendit.

EGC, Jakarta

http://www.news-medical.net/health/What-is-Radiology.aspx

http://seminarradiologi.blogspot.com/2011/03/peraturan-perundang-

undangan-bidang.html

Kudryasov, Y.B. Radiation Byophysics (Radiation Ionazing). Nova

Science Publisher. 2008;p1.

Guerra, AB. Ionazing Radiation Detector for Medical Imaging. World

Science Publishing. 2004;p17.

Anonymous.2012.

http://www.batan.go.id/pusdiklat/elearning/proteksiradiasi/pengenalan_rad

iasi/.html.

Anymous. 2012. http://www.epa.gov/radiation/topics.html

Anonymous. 2012. http://www.oocities.org/radiologi_vet/bab_11.pdf

26