138
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Auditor independen ialah akuntan publik bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas keuangan komersial dan non komersial (Arens dkk,2008 dalam buku auditing edisi sembilan). Profesi auditor merupakan suatu pekerjaan yang berlandaskan pada pengetahuan yang kompleks dan hanya dapat dilakukan oleh individu dengan kemampuan dan latar pendidikan tetentu. Salah satu tugas auditor dalam menjalankan profesinya adalah menyediakan informasi yang berguna bagi publik untuk pengambilan keputusan ekonomi. Auditor adalah pihak yang sangat berperan dalam system pengendalian perusahaan dimana auditor menjadi kunci dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Profesi auditor harus bersifat independen dan berkomitmen secara 1

Proposal Skipsi DESTY Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

skiripsi ekonomi

Citation preview

Page 1: Proposal Skipsi DESTY Fix

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Auditor independen ialah akuntan publik bersertifikat atau kantor akuntan

publik yang melakukan audit atas entitas keuangan komersial dan non komersial

(Arens dkk,2008 dalam buku auditing edisi sembilan). Profesi auditor merupakan

suatu pekerjaan yang berlandaskan pada pengetahuan yang kompleks dan hanya

dapat dilakukan oleh individu dengan kemampuan dan latar pendidikan tetentu. Salah

satu tugas auditor dalam menjalankan profesinya adalah menyediakan informasi yang

berguna bagi publik untuk pengambilan keputusan ekonomi.

Auditor adalah pihak yang sangat berperan dalam system pengendalian

perusahaan dimana auditor menjadi kunci dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

Profesi auditor harus bersifat independen dan berkomitmen secara eksplisit dalam

melayani kepentingan publik. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang jasa, aset

utama yang harus di miliki oleh sebuah Kantor Akuntan Publik (KAP) adalah tenaga

kerja profesional agar dapat bertanggung jawab kepada publik, para auditor harus

berupaya meningkatkan kemampuan atau kinerja dalam menjalankan profesinya.

Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun

terakhir, mulai dari kasus Enron di Amerika sampai dengan kasus Telkom di

Indonesia membuat kredibilitas auditor semakin dipertanyakan. Kasus Telkom

1

Page 2: Proposal Skipsi DESTY Fix

2

tentang tidak diakuinya KAP Eddy Pianto oleh SEC dimana SEC tentu memiliki

alasan khusus mengapa mereka tidak mengakui keberadaan Kantor Akuntan Publik

(KAP) Eddy Pianto. Hal tersebut bisa saja terkait dengan kompetensi dan

independensi yang dimiliki oleh auditor masih diragukan oleh SEC, dimana

kompetensi dan independensi merupakan dua karakteristik sekaligus yang harus

dimiliki oleh auditor. Kualitas audit ditentukan oleh dua hal yaitu kompetensi dan

independensi (Christiawan, 2002).

Kualitas hasil kerja berhubungan dengan seberapa baik sebuah pekerjaan

diselesaikan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk auditor,

kualitas kerja dilihat dari kualitas audit yang dihasilkan yang dinilai dari seberapa

banyak auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang

diselesaikan (Tan Alison, 1999 ).

Kemampuan auditor dalam mendeteksi kesalahan pada laporan keuangan dan

melaporkannya pada pengguna laporan keuangan adalah definisi kualitas audit oleh

De Angelo (1981). Peluang mendeteksi kesalahan tergantung pada kompetensi

auditor, sedangkan keberanian auditor melaporkan adanya kesalahan pada laporan

keuangan tergantung pada independensi auditor. Kompetensi diukur dari kemampuan

auditor, misalnya tingkat pengalaman, spesialisasi auditor, jam audit, dan lain-lain;

sedangkan independensi diukur dari sejauh mana auditor dapat bersikap independen

dalam melakukan proses audit dan memberikan opini (Fitriany, 2010).

Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi

yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan

Page 3: Proposal Skipsi DESTY Fix

3

yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih dapat dipercaya

dibandingkan laporan keuangan yang tidak atau belum diaudit. Akuntan publik dalam

melaksanakan pemeriksaan audit, memperoleh kepercayaan dari klien dan para

pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang

disusun dan disajikan oleh klien.

Negara yang dikelola oleh pemerintah mencakup dana yang cukup besar

jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana untuk penyelenggaraan

pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu pengawasan yang cukup andal guna

menjamin pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik sehingga

efektivitas dan efisiensi penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan.

Menurut Mardiasmo (2005), terdapat tiga aspek utama yang mendukung

terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan,

pengendalian, dan pemeriksaan. Pengawasan merupakan kegiatan yang dilakukan

oleh pihak di luar eksekutif, yaitu masyarakat dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(DPRD) untuk mengawasi kinerja pemerintahan. Pengendalian(control) adalah

mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin bahwa sistem dan

kebijakan manajemen dilaksanakan dengan baik sehingga tujuan oranisasi dapat

tercapai. Sedangkan pemeriksaan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak

yang memiliki independensi dan memiliki kompetensi professional untuk memeriksa

apakah hasil kinerja pemerintah telah sesuai denagn standar yang ditetapkan.

Pengawasan intern yang dilakukan oleh Aparat Pengawasan Intern

Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah

Page 4: Proposal Skipsi DESTY Fix

4

(SPIP) terdiri dari audit, review, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan

lainnya. Pengawasan bersifat membantu agar sasaran yang ditetapkan organisasi

dapat tercapai, dan secara dini menghindari terjadinya penyimpangan pelaksanaan,

penyalahgunaan wewenang, pemborosan dan kebocoran. Audit yang merupakan

salah satu bagian dari pengawasan, pada praktisnya terdiri dari tindakan mencari

keterangan tentang apa yang dilaksanakan dalam suatu instansi yang diperiksa,

membandingkan hasil dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyetujui atau menolak

hasil dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan.

Pemeriksaan yang dilakukan APIP terkadang menemui kendala dalam

pelaksanaannya dimana adanya rasa kekeluargaan, kebersamaan dan pertimbangan

manusiawi yang terlalu menonjol. Masalah lain yang dihadapi dalam peningkatan

kualitas APIP adalah bagaimana meningkatkan sikap/perilaku, kemampuan aparat

pengawasan dalam melaksanakan pemeriksaan, sehingga pengawasan yang

dilaksanakan dapat berjalan secara wajar, efektif dan efisien. Pengguna laporan hasil

pemeriksaan yang dilakukan oleh APIP menginginkan adanya aparat pengawasan

yang bersih, berwibawa, tertib dan teratur dalam menjalankan tugas dan fungsinya

sesuai ketentuan dan norma yang berlaku. Norma dan ketentuan yang berlaku bagi

auditor intern pemerintah terdiri dari Kode Etik APIP dan Standar Audit APIP.

Kode etik dimaksudkan untuk menjaga perilaku APIP dalam melaksanakan

tugasnya, sedangkan Standar Audit dimaksudkan untuk menjaga mutu hasil audit

yang dilaksanakan APIP.

Page 5: Proposal Skipsi DESTY Fix

5

Dengan adanya aturan tersebut, masyarakat atau pengguna laporan dapat

menilai sejauh mana auditor pemerintah telah bekerja sesuai dengan standar dan etika

yang telah ditetapkan. Kode Etik APIP dalam Peraturan Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara (PERMENPAN) Nomor PER/04/M.PAN/03/2008,

salah satu tujuannya adalah mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak etis, agar

terpenuhi prinsip-prinsip kerja yang akuntabel dan terlaksananya pengendalian audit

sehingga terwujud auditor yang kredibel dengan kinerja yang optimal dalam

pelaksanaan audit. Prinsip-prinsip perilaku yang berlaku bagi auditor antara lain

integritas, obyektifitas dan kompetensi. Integritas diperlukan agar auditor dapat

bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit; obyektifitas diperlukan agar

auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi oleh tekanan atau permintaan pihak

tertentu yang berkepentingan atas hasil audit; serta kompetensi auditor didukung oleh

pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas.

Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi denganserius

dan sistematis. Segenap jajaran penyelenggara negara, baik dalam tataran eksekutif,

legislatif, dan yudikatif harus memiliki komitmen bersama untuk menegakkan good

governance dan clean government. Beberapa hal yang terkait dengan kebijakan untuk

mewujudkan good governance pada sektor publik antara lain meliputi penetapan

standar etika dan perilaku aparatur pemerintah, penetapan struktur organisasi dan

proses pengorganisasian yang secara jelas mengatur tentang peran dan tanggung

jawab serta akuntabilitas organisasi kepada publik, pengaturan sistem pengendalian

Page 6: Proposal Skipsi DESTY Fix

6

organisasi yang memadai, dan pelaporan eksternal yang disusun berdasarkan sistem

akuntansi yang sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan.

Berkaitan dengan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara, dalam pasal 9 ayat (1) UU Nomor 15 Tahun 2004 disebutkan

bahwa: “Dalam menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab

keuangan negara, BPK (Badan Pengelola Keuangan) dapat memanfaatkan hasil

pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah.” Seperti telah disebutkan di atas,

peran dan fungsi audit internal termasuk unsur yang penting dalam sistem

pengendalian organisasi yang memadai. Untuk dapat mendukung efektivitas

pelaksanaan audit oleh auditor eksternal sesuai amanat pasal 9 ayat (1) tersebut di

atas maka peran dan fungsi audit internal perlu diperjelas dan dipertegas. Kondisi saat

ini, masih ada daerah dalam penyelenggaraan pemerintahannya yang belum siap

dengan sistem pemerintahan yang baru untuk menyelenggarakan pemerintahan

daerah sesuai dengan tatakelola pemerintahan yang baik. Banyak terjadi kasus di

sejumlah daerah yang berkaitan dengan masalah korupsi, ketidakberesan,

penyalahgunaan wewenang dan jabatan, pelanggaran, dan masih banyak lagi kasus

pidana lainnya(Ruslan Ashari 2011).

Prinsip-prinsip perilaku yang berlaku bagi auditor antara lain integritas,

obyektifitas, kompetensi dan komitmen organisasi. Integritas diperlukan agar auditor

dapat bertindak jujur dan tegas dalam melaksanakan audit. Obyektifitas diperlukan

agar auditor dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi oleh tekanan atau permintaan

pihak tertentu yang berkepentingan atas hasil audit serta kompetensi auditor didukung

Page 7: Proposal Skipsi DESTY Fix

7

oleh pengetahuan, dan kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas

(Sukriyah,dkk 2009 dalam Harvita Yulian dkk,2012).

Akuntan secara terus menerus berhadapan dengan dilemma etika yang

melibatkan pilihan-pilihan antara nilai-nilai yang bertentangan. Dilema yang sering

terjadi dalam setting auditing,misalnya dapat terjadi ketika auditor dan klien tidak

sepakat terhadap beberapa aspek fungsi dan tujuan pemeriksaan. Dalam keadaan

ini,klien bias mempengaruhi proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor. Klien

dapat menekan auditor untuk mengambil tindakan yang melanggar standar

pemeriksaan. Sehingga dapat dianggap bahwa auditor yang termotivasi oleh etika

profesi dan standar pemeriksaan, maka auditor akan berada pada situasi konflik.

Memnuhi tuntutan klien, berarti melanggar standar. Namun tidak memenuhi tuntutan

klien,bias menghasilkan sangsi oleh klien berupa kemungkinan penghentian peugasan

(Indriantoro dan Supomo,2002).

Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk memberikan penilaian atas

kewajaran dari laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat pada umumnya,

dan para pelaku bisnis pada khususnya, memperoleh informasi keuangan yang andal

sebagai dasar memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi. Seorang akuntan juga

bertanggung jawab apabila terjadi maipulasi-manipulasi keuangan. Seperti yang

terjadi pada kasus Enron, salah satu KAP big four Arthur Andersen, menjadi pihak

yang bertanggung jawab atas runtuhnya Enron menjadi suatu persoalan besar bagi

profesi akuntan publik dan menjadi tantangan berat untuk memperbaiki citra profesi

audit.

Page 8: Proposal Skipsi DESTY Fix

8

Dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan penerapan prinsip-prinsip

audit dan prosedur audit serta berperilaku bermoral dalam profesi audit merupakan

hal yang sangat penting untuk mempertahankan kualitas audit. Akuntan publik yang

diperkerjakan oleh kantor akuntan publik dapat juga mengalami konflik-konflik

organisasional-profesional baik yang berpengaruh dalam lingkungan maupun diluar

lingkungan.

Penelian mengenai kualitas audit penting agar mereka dapat mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas audit dan dapat meningkatkan kualitas

audit yang dihasilkannya. Tidak mudah menjaga independensi, integritas, serta

obyektifitas auditor. Kompetensi, komitmen organisasi dan pengalaman kerja yang

melekat pada auditor bukan jaminan bahwa auditor dapat meningkatkan kualitas hasil

pemeriksaannya. Oleh karena menarik peneliti mengadakan penelitian tentang

pengaruh pengalaman kerja, independensi, integritas, obyektifitas, kompetensi dan

komitmen organisasi terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Penelitian ini penting untuk

mengetahui atau menilai sejauh mana auditor pemerintah dapat konsisten menjaga

kualitas jasa audit yang diberikannya.

Variabel kualitas hasil audit yang diteliti oleh Mansur (2007) dalam Singgih

dan Bawono (2010) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil audit

ditinjau dari persepsi auditor atas pelatihan dan keahlian,independensi dan

penggunaan kemahiran professional memberikan pengaruh positif terhadap kualitas

hasil audit. Sedangkan menurut Aji (2009) dalam Singgih Bawono (2010) meneliti

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hasil audit ditinjau dari persepsi

Page 9: Proposal Skipsi DESTY Fix

9

auditor atas independensi,pengalaman dan akuntabilitas ,dan pada penelitian tersebut

member hasil bahwa idependensi, pengalaman, akuntabilitas berpengaruh simultan

terhadap kualitas hasil audit. Dan variabel independensi dan akuntabilitas

berpengaruh secara parsial terhadap kualitas hasil audit dan variabel pengalaman

tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. Rahman (2009) dalam Singgih

Bawono (2010) meneliti tentang pengaruh kompetensi ,independensi ,dan due

professional care terhadap kualitas audit ,hasilnya adalah ketiga variabel independen

tersebut berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit.

Variabel pengalaman kerja dalam penelitian Budi dkk (2004) dan

Ayuningtyas, (2012) menjelaskan bahwa variabel pengalaman kerja tidak

berpengaruh positif terhadap kualitas hasil audit. Sedangkan penelitian yang

dilakukan Asih (2006) , Singgih Bawono, (2010) , Mabruri Winarna, (2010) , dan

Carolita, (2012) menyatakan bahwa variabel pengalaman kerja berpengaruh signfikan

terhadap kualitas hasil audit.

Variabel independensi dalam penelitian Cristiawan (2002) , Alim dkk, (2007)

dan Ayuningtyas (2012) menjelaskan adanya pengaruh signifikan terhadap kualitas

hasil adit. Hal yang sama dilakukan oleh Mendisar dkk, (2007) dan Singgih Bawono,

(2010) menjelaskan variabel independensi secara simultan berpengaruh terhadap

kualitas audit. Menurut Mabruri Winarna, (2010) variabel independensi berpengaruh

positif terhadap kualitas audit. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Carolita,

(2012) menjelaskan bahwa variabel independensi tidak mempunyai pengaruh

signifikan terhadap kualitas hasil audit.

Page 10: Proposal Skipsi DESTY Fix

10

Variabel objektifitas dalam penelitian Sukriah dkk, (2009) dan Mabruri

Winarna, (2010) menjelaskan adanya pengaruh positif terhadap kualitas hasil audit.

Juga di ungkapkan oleh Ayuningtyas, (2012) dan Carolita, (2012) menjelaskan

adanya pengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit.

Variabel integritas dalam penelitian yang dilakukan Sukriah dkk,(2009)

menjelaskan tidak adanya pengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit. Sedangkn

penelitian Mabruri Winarna,(2010) , Ayuningtyas dkk,(2012) dan Carolita,

(2012)menjelaskan adanya pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil audit.

Variabel kompetensi pada penelitian Suraida (2005) dalam Kurniawan dkk,

(2009) menjelaskan adanya pengaruh signifikan tehadap kualitas audit. Begitu juga

yang dilakukan oleh Cristiwan (2002) dan Alim dkk,(2007) dalam Kurniawan (2006),

bahwa kompetensi berpengaruh terhadap skeptikisme professional dan ketepatan

pemberian opini akuntan publik . Sedangkan menurut Carolita (2012) bahwa variabel

kompetensi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit.

Variabel komitmen organisasi pada penelitian yang dilakukan oleh Asih,

(2009) dan Carolita dkk, (2012) variabel komitmen organisasi berpengaruh

signifikan terhadap kualitas hasil audit . Komitmen organisasi merupakan keadaan

yang seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-

tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaanya dalam organisasi

tersebut..Sedangkan penelitian menurut menurut Kalbers dan Forgarty(1995) dalam

Trianingsih (2007) menyatakan bahwa komitmen organisasi tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas hasil audit.

Page 11: Proposal Skipsi DESTY Fix

11

Setelah melihat penjelasan diatas,bahwa terkait dengan banyaknya topik yang

dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, penelitian ini merupakan replikasi dari

penelitian , Carolita dkk, (2012). Penelitian kali ini ada beberapa kesamaan,

diantaranya bahwa penelitian saat ini menggunakan variabel yang sama pada peneliti

sebelumnya variabel pengalaman kerja, independensi, integritas,obyektifitas,

kompetensi, komitmen organisasi dan kualitas hasil pemeriksaan. Namun dalam

penelitian ini terdapat pada survei penelitiannya. Penelitian sebelumnya berada di

Kantor Akuntan Publik(KAP) di wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah. Sedangkan

penelitian saat ini berada di Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah. Alasan

peneliti memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah karena Jawa Tengah

adalah merupakan Ibu Kota Profinsi, yang mana memiliki wilayah yang lebih luas,

sedangkan Semarang hanyalah wilayah Kota. Dan di Jawa Tengah terdapat beberapa

Kantor Akuntan Publik (KAP)yang dapat mendukung peneliti untuk melakukan

penelitian. Penelitian ini akan meneliti para akuntan professional yang bekerja di

Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah. Dengan demikian penelitian ini

berjudul “ Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Objektifitas, Integritas,

Kompetensi dan Komitmen Organisasi terhadap Kualitas Hasil Audit”(Studi Empiris

pada KAP se_Jawa Tengah).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diketahui bahwa penelitian ini mengulas sisi yang

berbeda dari peneliti sebelumnya mengenai kualitas kerja auditor internal dan

Page 12: Proposal Skipsi DESTY Fix

12

eksternal. Hal ini dilakukan karena auditor sangat berperan dalam sistem

pengendalian perusahaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja dari

perusahaan. Permasalahan yang hendak dijawab pada penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas hasil audit pada

Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah .

2. Apakah terdapat pengaruh independensi terhadap kulitas hasil audit pada

Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.

3. Apakah terdapat pengaruh objektifitas terhadap kulitas hasil audit pada Kantor

Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.

4. Apakah terdapat pengaruh integritas terhadap kulitas hasil audit pada Kantor

Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.

5. Apakah terdapat pengaruh kompetensi terhadap kulitas hasil audit pada Kantor

Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.

6. Apakah terdapat pengaruh komitmen organisasi terhadap kulitas hasil audit

pada Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.

1.3. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan dalam penelitian

ini adalah memperoleh bukti empiris untuk menganalisis tentang :

1. Pengaruh pengalaman kerja terhadap kualitas hasil audit pada Kantor Akuntan

Publik (KAP) se Jawa Tengah .

2. Pengaruh independensi terhadap kulitas hasil audit pada Kantor Akuntan

Publik (KAP) se Jawa Tengah.

Page 13: Proposal Skipsi DESTY Fix

13

3. Pengaruh objektifitas terhadap kulitas hasil audit pada Kantor Akuntan Publik

(KAP) se Jawa Tengah.

4. Pengaruh integritas terhadap kulitas hasil audit pada Kantor Akuntan Publik

(KAP) se Jawa Tengah.

5. Pengaruh kompetensi terhadap kulitas hasil audit pada Kantor Akuntan Publik

(KAP) se Jawa Tengah.

6. Pengaruh komitmen organisasi terhadap kulitas hasil audit pada Kantor

Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan referensi tambahan di bidang akuntansi dalam pengembangan

penelitian mengenai kualitas audit di Indonesia dan memberikan gambaran

tentang :

Pengaruh variabel pengalaman kerja terhadap kualitas hasil audit pada

Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah .

Pengaruh variabel independensi terhadap kualitas hasil audit pada

Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.

Pengaruh variabel integritas terhadap kulitas hasil audit pada Kantor

Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.

Pengaruh variabel integritas terhadap kulitas hasil audit pada Kantor

Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.

Page 14: Proposal Skipsi DESTY Fix

14

Pengaruh variabel kompetensi terhadap kulitas hasil audit pada Kantor

Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.

Pengaruh variabel komitmen organisasi terhadap kulitas hasil audit

pada Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi praktis dan

bermanfaat bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk dapat menyediakan

jasa audit yang berkualitas dan memberikan nilai tambah bagi perusahaan

sebagai pemilik Laporan keuangan maupun kepada masyarakat sebagai

pengguna Laporan Keuangan.

3. Untuk menambah dan memperdalam wawasan dan pengetahuan penulis

tentang apa yang telah penulis lakukan dan sebagai refensi untuk penelitian

selanjutnya.

Page 15: Proposal Skipsi DESTY Fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori

2,1.1. Teori Atribusi

Teori atribusi menjelaskan bagaimana kita menentukan penyebab dan motif

tentang perilaku seseorang (Gibson dkk,1994 dalam Metha Kartika dkk,2012). Teori

ini dikembangkan untuk menjelaskan cara-cara dalam menilai orang secara berlainan,

tergantung ,makna apa yang dihubungkan kesuatu perilaku tertentu (Robbins dan

judge,2008 dalam Metha Kartika dkk,2012 ).

Teori atribusi menjelaskan tentang pemahaman akan reaksi seseorang

terhadap peristiwa di sekitar mereka, dengan mengetahui alasan-alasan mereka atas

kejadian yang dialami. Teori atribusi dijelaskan bahwa terdapat perilaku yang

berhubungan dengan sikap dan karakteristik individu, maka dapat dikatakan bahwa

hanya melihat perilakunya akan dapat diketahui sikap atau karakteristik orang

tersebut serta dapat juga memprediksi perilaku seseorang dalam menghadapi situasi

tertentu.

Dalam hidupnya, seseorang akan membentuk ide tentang orang lain dan

situasi disekitarnya yang menyebabkan perilaku seseorang dalam persepsi sosial yang

disebut dengan dispositional atributions dan situational attributions (Luthans, 2005).

Dispositional attributions atau penyebab internal yang mengacu pada aspek perilaku

15

Page 16: Proposal Skipsi DESTY Fix

16

individual yang ada dalam diri seseorang seperti kepribadian, persepsi diri,

kemampuan, motivasi. Sedangkan situational attributions atau penyebab eksternal

yang mengacu pada lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi perilaku, seperti

kondisi sosial, nilai-nilai sosial, dan pandangan masyarakat. Dengan kata lain, setiap

tindakan atau ide yang akan dilakukan oleh seseorang akan dipengaruhi oleh faktor

internal dan faktor eksternal individu tersebut.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teori atribusi dikarenakan peneliti

akan melakukan studi empiris untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

auditor terhadap kualitas hasil audit, khususnya pada karakteristik personal auditor itu

sendiri. Pada dasarnya karakteristik personal seorang auditor merupakan salah satu

penentu terhadap kualitas hasil audit yang akan dilakukan karena merupakan suatu

faktor internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas

2.1.2. Teori Perilaku Etis

Pada dasarnya mengetahui sikap pada diri seseorang dapat diketahui

berdasarkan respon atau perilaku yang akan diambil oleh seseorang terhadap masalah

atau keadaan yang dihadapi. Pembentukan atau perubahan sikap tersebut dipengaruhi

oleh beberapa faktor pokok yaitu faktor individu dan faktor lingkungan.

Menurut Maryani dan Ludigdo ,2000 dalam Metha Kartika dkk,2012 Perilaku

etis merupakan perilaku yang sesuai dengan norma sosial yang diterima secara umum

oleh masyarakat dan berhubungan dengan tindakan-tindakan yang bermanfaat dan

tidak dapat membahayakan. Perilaku kepribadian merupakan karakteristik individu

dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Karakteristik tersebut meliputi sifat,

Page 17: Proposal Skipsi DESTY Fix

17

kemampuan, nilai, keterampilan, silkap, dan intelegensi yang muncul dalam pola

perilaku seseorang. Dan dapat disimpulkan bahwa perilaku merupakan wujud dari

karakteristik seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Teori perilaku etis ini dapat menjelaskan tentang suatu kinerja auditor yang

dapat diukur dengan karakteristik personal auditor dalam melaksanakan

pekerjaannya. Jika seseorang auditor memiliki sikap sesuai dengan etika profesi yang

berlaku, maka kualitas auditor yang dihasilkan semakin baik. Sedangkan apabila

seorang auditor melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan etika profesi, yang

tidak dilandasi dengan kejujuran, dan tidak bertanggung jawab atas pekerjaannya,

maka dikhawatirkan perilaku tersebut akan merusak nama baik profesi akuntan

publik dan kepercayaan masyarakat.

2.1.3. Persepsi

Pengertian Persepsi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 : 215)

yaitu sebuah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu, atau merupakan proses

seseorang mengetahui mengenai beberapa hal melalui panca indranya. Persepsi

merupakan pengalaman tentang obyek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan atau dengan

perkataan lain,

Persepsi adalah memberikan makna pada stimulasi indrawi (sensory stimuli).

Persepsi merupakan bagaimana masyarakat melihat atau mengintepretasikan

kejadian-kejadian, tujuan-tujuan dan masyarakat itu sendiri. Pengalaman masyarakat

di dunia ini disebabkan persepsi yang tergantung pada stimulasi fisik (physical

Page 18: Proposal Skipsi DESTY Fix

18

stimuli) dan keadaan mudah terpengaruhnya individual (individual predispositions).

Stimulasi fisik adalah masukan-masukan sensorik penglihatan, suara dan sentuhan.

Sedangkan individual presdispositions termasuk alasan-alasan kebutuhan-kebutuhan,

sikap, pembelajaran yang lalu dan masing-masing individu pasti memiliki persepsi

yang berada walaupun objek yang dinilai sama. Masing-masing individu akan melihat

dari sudut pandang yang berbeda. Persepsi masing-masing individu dipengaruhi

faktor-faktor individual dan lingkungan sekitar individu tersebut. Persepsi sangatlah

penting dan sangatlah wajar jika dalam suatu kondisi yang melibatkan orang banyak

maka kemungkinan besar akan terjadi perbedaan persepsi terhadap suatu hal yang

mungkin dapat memicu timbulnya konflik.

Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk

petunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan

diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan

bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan

Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita

menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan

Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti

terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dikarenakan persepsi bertautan dengan

cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka

persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi

diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif

dengan bantuan indera (Chaplin, 1989: 358) Sebagai cara pandang, persepsi timbul

Page 19: Proposal Skipsi DESTY Fix

19

karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat

komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi

makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan

Hilgard, 1991 : 209).

Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs),

pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah

diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap,

sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan

keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54).

2.1.4. Auditing

Menurut Committee of Auditing Concepts (2005) Pengertian Auditing adalah

suatu proses sistemik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti –bukti secara

objektif mengenai suatu pernyataan tentang kegiatan atau kejadian ekonomis untuk

menentukan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah

ditentukan, serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak – pihak yang

berkepentingan.

Menurut Arrens and Loebbecke (2005) pengertian auditing adalah suatu

kegiatan pengumpulan dan penilaian bukti – bukti yangmenjadi pendukung informasi

kuantitatif suatu entitas untuk menentukan dan melaporkan sejauhmana kesesuaian

antara informasi kuantitatif tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit

harus dilakukan oleh institusi atau orang yang kompeten dan independen.

Page 20: Proposal Skipsi DESTY Fix

20

Menurut Leo Hebert (2005) pengertian auditing adalah suatu proses kegiatan

selain bertujuan untuk mendeteksi kecurangan atau penyelewengan dan memberikan

simpulan atas kewajaran penyajian akuntabilitas, juga menjamin ketaatan terhadap

hukum, kebijaksanaan dan peraturan melalui pengujian apakah aktivitas organisasi

dan program dikelola secara ekonomis, efisien dan efektif.

2.1.5. Kualitas Audit

Hasil penelitian Deis dan Giroux (1992) dalam Badriyah (2009) menunjukan

bahwa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang besar akan berusaha untuk menyajikan

kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang kecil. Penelitian ini

dilakukan atas empat hal yang dianggap mempunyai hubungan kualitas audit yaitu (1)

lama waktu auditor telah melakukan pemeriksaan terhadap suatu perusahaan,

semakin lama seorang auditor telah melakukan audit pada klien yang sama maka

kualitas yang dihasilkan akan semakin rendah, (2) jumlah klien, semakin banyak

jumlah klien maka kualitas audit akan semakin baik karena auditor dengan jumlah

klien yang banyak akan berusaha menjaga reputasinya, (3) kesehatan keuangan klien,

semakin sehat kondisi keuangan klien maka akan ada kecenderungan klien tersebut

untuk menekan auditor agar tidak mengikuti standar, dan (4) review oleh pihak

ketiga, kualitas audit akan meningkat jika auditor tersebut mengetahui bahwa hasil

pekerjaannya akan direview oleh pihak ketiga.

Widagdo (2002) melakukan penelitian tentang atribut – atribut kualitas

auditor oleh kantor akuntan publik yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan

klien. Terdapat 12 (dua belas) atribut yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :(1)

Page 21: Proposal Skipsi DESTY Fix

21

pengalaman melakukan audit, (2) memahami industri klien, (3) responsif atas

kebutuhan klien, (4) taat pada standar umum, (5) independensi, (6) sikap hati-hati, (7)

komitmen terhadap kualitas audit, (8) keterlibatan pimpinan KAP, (9) melakukan

pekerjaan lapangan dengan tepat, (10) keterlibatan komite audit, (11) standar etika

yang tinggi, dan (12) tidak mudah percaya. Hasil penelitian Widagdo (2002)

menunjukan bahwa ada 7 atribut kualitas auditor yang berpengaruh terhadap

kepuasan klien, antara lain pengalaman melakukan audit, memahami industri klien,

responsif atas kebutuhan klien, taat pada standar umum, komitmen terhadap kualitas

audit dan keterlibatan komite audit. Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi,

sikap hati – hati, melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, standar etika yang

tinggi dan tidak mudah percaya tidak berpengaruh terhadap kepuasan klien.

Dari pengertian tentang kualitas audit di atas maka dapat disimpulkan bahwa

kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana auditor pada saat

mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam

sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana

dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor berpedoman pada standar auditing dan

kode etik akuntan publik yang relevan. Sehingga berdasarkan definisi di atas dapat

terlihat bahwa auditor dituntut oleh pihak yang berkepentingan dengan perusahaan

untuk memberikan pendapat tentang kewajaran pelaporan keuangan yang disajikan

oleh manajemen perusahaan dan untuk menjalankan kewajibannya ada 3 komponen

yang harus dimiliki oleh auditor yaitu kompetensi (keahlian), independensi dan due

Page 22: Proposal Skipsi DESTY Fix

22

professional care. Tetapi dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami

konflik kepentingan dengan manajemen perusahaan.

Kualitas auditor menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 maret 2008 adalah auditor yang

melaksanakan tupoksi dengan efektif, dengan cara mempersiapkan kertas kerja

pemeriksaan, melaksanakan perencanaan, koordinasi dan penilaian efektifitas tindak

lanjut audit, serta konsistensi laporan audit.

Kualitas audit seperti dikatakan oleh De Angelo (1981) dalam Alim dkk.

(2007), yaitu sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan

melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.

Sedangkan Christiawan (2005) mengungkapkan, kualitas audit ditentukan oleh dua

hal yaitu independensi dan kompetensi. Dari definisi di atas, maka kesimpulannya

adalah auditor yang kompeten adalah auditor yang “mampu” menemukan adanya

pelanggaran sedangkan auditor yang independen adalah auditor yang "mau"

mengungkapkan pelanggaran tersebut. Jelas terlihat bahwa independensi dan

kompetensi seperti dikatakan Christiawan (2005) dan merupakan faktor penentu

kualitas audit dilihat dari sisi auditor.

2.1.6. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja sangatlah penting diperlukan dalam rangka kewajiban

seorang auditor terhadap tugasnya untuk memenuhi standar umum audit.

Pengetahuan seorang auditor dimulai dengan pendidikan formal yang diperluas

melalui pengalaman yang selanjutnya dilakukan dalam bentuk praktik.

Page 23: Proposal Skipsi DESTY Fix

23

Knoers dan Haditono (1999), Asih (2006), dalam Elisa dan Icuk (2010)

mengatakan bahwa pengalaman merupakan suatu proses dan pembelajaran dan

penambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal

maupun non formal atau bias juga diartikan sebagai suatu proses yang membawa

seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Variabel pengalaman

akan diukur dengan menggunakan indicator lamanya bekerja ,frekuensi pekerjaan

pemeriksaan yang telah dilakukan , dan banyaknya pelatihan yang telah diikuti.

Menurut Cristiawan (2002) pengalaman akuntan public akan terus meningkat

seiring dengan makin banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi

keuangan perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas

pengetahuannya dibidang akuntansi dan auditing.

Brdasarkan penelitian indah (2010) menjelaskan bahwa auditor yang

berpengalaman lebih banyak menemukan item-item yang tidak umum dibandingkan

dengan auditor yang kurang berpengalaman. Dan itu merupakan nilai lebih bagi

auditor yang memiliki pengalaman terlebih dahulu.

2.1.7. Independensi

Kantor Akuntan Publik atau auditor yang independen ialah auditor yang tidak

memihak atau tidak dapat diduga memihak, sehingga tidak merugikan pihak

manapun. Dalam melakanakan suatu tugas yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh

seorang akuntan public yang telah diberikan kepercayaan oleh klien dan para pemakai

laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran dari sebuah laporan yang telah

disusun dan disajikan oleh para klien.

Page 24: Proposal Skipsi DESTY Fix

24

Standar Auditing Seksi 220.1 (SPAP : 2001) menyebutkan bahwa independen

bagi seorang akuntan public artinya tidak mudah dipengaruhi karena ia melaksanakan

pekerjaannya untuk kepentingan umum. Oleh karena itu ia tidak dibenarkan memihak

kepada siapapun , sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian tehnis yang

dimilikinya ,ia akan kehilagan sikap tidak memihak yang justru sangat diperlukan

untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.

Beberapa penelitian sebelum nya mengenai independensi juga menunjukkan

bahwa ada banyak faktor yang berpengaruh pada independensi, tetapi dalam

penelitian ini faktor yang ingin dipelajari adalah faktor yag terkait dengan auditor.

2.1.8. Objektifitas

Audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi

bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,

dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan

tersebut denagan kriteria yang telah ditetapkan serta penyampaian hasil-hasilnya

kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi,2002).

Dalam pasal 1 ayat (2) Kode Etik Akuntan Indonesia mengamanatkan bahwa

setiap anggota harus mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan

tugasnya. Dengan mempertahankan integritas, ia akan bertindak jujur, tegas, dan

tanpa pretense. Dengan mempertahankan objektifitas, ia akan bertindak adil, tanpa

dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya.

Objektifitas merupakan keharusan yang dilakukan oleh seorang auditor. Para

auditor harus bjektif dalam melakukan aktifitas pelaporan. Dalam Lisda (2007)

Page 25: Proposal Skipsi DESTY Fix

25

mengungkapkan bahwa auditor harus memiliki sikap mental yang objektif ,tidak

memihak dan menghindari timbulnya pertentanga. Dalam prinsip tersebut dinyatakan

bahwa objektifitas adalah suatu kualitas yang membeikan nilai atas jasa yang

diberikan.

2.1.9. Integritas

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan

merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas

mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana

dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Integritas mengharuskan seorang

auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab

dalam melaksanakan audit. Dengan integritas yang tinggi ,makan auditor dapat

meningkatkan ualitas auditnya.

2.1.10. Kompetensi

Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk

melaksanakan audit dengan benar (Rai, 2008). Dalam melakukan audit, seorang

auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta

keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional

yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional

maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium (Suraida, 2005 dalam

Sukriyah, 2009).

Seorang auditor memiliki peran sebagai pengontrol dan penjaga kepentingan

public yang terkait dengan bidang keuangan. Dalam melaksanakan peran audit,

Page 26: Proposal Skipsi DESTY Fix

26

mereka bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna

memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji

material, guna mendukung mendukung peran yang cukup mulia itu.

2.1.11. Komitmen Organisasi

Komitmen merupakan salah satu konsistensi dari wujud keterkaitan seseorang

terhadap suatu hal. Komitmen merupakan salah satu pendukung suatu kinerja yang

profesional. Memiliki komitmen akan menjadikan suatu dorongan bagi sesorang

untuk berkerja lebih baik atau sebaliknya dapat menyebabkan seseorang justru

meninggalkan pekerjaannya, akibat terdapat suatu komitmen lain.

Komitmen adalah sebuah sikap dan perilaku yang mendorong antara satu

dengan yang lainnya. Komitmen organisasional pada dasranya sangat dipengaruhi

oleh beberapa faktor yang berhubungan dengan lingkungan kerja. Pada dasarnya

individu yang lebih puas dengan supervisior-nya, dengan penghargaan kinerja yang

adil, dan individu yang merasa organisasi mereka peduli tentang kesejahteraannya,

secara otomatis mereka mempunyai komitmen yang organisasional yang tinggi. Dan

komitmen juga berhubungan dengan usaha dan kinerja.

Berdasarkan uraian iatas, maka komitmen organisasional adalah hubungan

antara karyawan dengan organisasi denga ditunjukkan adanya keinginan kuat untuk

mempertahankan keanggotaannya, menerima nilai, dan tujuan organisasi serta

bersedia untuk berusaha keras demi tercapainya tujuan dan kelangsungan

organisasinya.

Page 27: Proposal Skipsi DESTY Fix

27

2.2. Hubungan Logis Antar Variabel

2.2.1 Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas Hasil Audit

pengalaman didefinisikan sebagai lamanya waktu dalam bekerja di bidangnya.

Pengalaman ini seringkali digunakan oleh peneliti-peneliti sebagai alternatif dalam

pengukuran keahlian seseorang (Bouwman dan Bradley,1997.,dalam Malikha, 2010).

Karena pengalaman diasumsikan dengan mengerjakan sesuatu tugas berulangkali,

maka akan memberikan kesempatan mengerjakannya dengan lebih baik. Moeckel

(1990) meneliti bahwa peningkatan pengalaman yang dimulai dari level staff,

menghasilkan memory structure yang kaya akan lebih berkembang. Pengalaman bagi

seorang auditor merupakan elemen penting dalam menjalan kan profesinya selain dari

pendidikan.

Mengingat fungsinya sebagai pemeriksa yang harus mampu memberikan

masukan ataupun pendapat. Sebagaimana menunjukkan bahwa ketika akuntan

pemeriksa menjadi lebih berpengalaman, maka auditor menjadi lebih sadar terhadap

kekeliruan yang tidak lazim serta lebih menonjol dalam menganalisa yang berkaitan

dengan kekeliruan tersebut. Pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor

penting dalam memprediksi kinerja auditor (Sularso dan Na’im, 1999; Bonner, 1990;

Davis, 1997; Jeffrey, 1992). Pengalaman auditor akan semakin berkembang dengan

bertambahnya pengalaman audit, diskusi mengenai audit dengan rekan sekerja,

pengawasan dan review oleh akuntan senior, mengikuti program pelatihan dan

penggunaan standar auditing.

Page 28: Proposal Skipsi DESTY Fix

28

Kebanyakan orang memahami bahwa semakin banyak jumlah jam terbang

seorang auditor, tentunya dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik daripada

seorang auditor yang baru memulai kariernya. Atau dengan kata lain auditor yang

berpengalaman diasumsikan dapat memberikan kualitas audit yang lebih baik

dibandingkan dengan auditor yang belum berpengalaman. Hal ini dikarenakan

pengalaman akan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis maupun secara

psikis.

H1 : Pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.

2.2.2. Pengaruh Independensi terhadap Kualitas hasil Audit

Seorang akuntan diharuskan mempunyai karakter yang salah satu yaitu

independensi,karakter ini sangatlah penting untuk profesi akuntan public didalam

melaksanakan pemeriksaan atau melakukan audit terhadap kliennya. Kepercayaan

yang diberikan oleh klien kepada akuntan public dalam melaksanakan pemeriksaan

an para pengguna laporan keuangan agar dapat membuktikan kewajaran laporan

keuangan yang telah disusun dan disajikan oleh klien. Independensi merupakan salah

satu aspek yang sangat penting bagi sebuah profesionalime seorang akuntan dalam

membentuk integritas pribadi yang tinggi.

Fearnly dan page (1994) dalam Hussey dan lan (2001) mengatakan bahwa

sebuah audit hanya dapat menjadi efektif jika auditor bersikap independensi dan

dipercaya untuk lebih cenderung melaporkan pelanggaran perjanjian antara prisipal

dan agen. Sedangkan menurut Cristiawan (2002), seorang akuntan public yang

independen adalah akuntan public yang tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak

Page 29: Proposal Skipsi DESTY Fix

29

siapapun, dan berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik

perusahaan, tetapi juga pihak lain memakai laporan keuanganyang mempercayai hasil

pekerjaannya.

Dari ke dua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa jika seorang auditor

bersikap independen, maka ia akan member penilaian yang senyatanya terhadap

laporan keuangan yang diperiksa, tanpa memiliki beban apapun terhadap pihak

manapun. Dengan demikian maka jaminan atas keandalan laporan yang memberikan

oleh auditor tersebut dapat dipercaya oleh semua pihak yang kepentingan. Jadi

kesimpulan nya adalah semakin tinggi independensi seorang auditor maka kualitas

audit yang diberikannya semakin baik.

H2: Independensi auditor berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.

2.2.3. Pengaruh Obyektifitas Terhadap Kualitas Hasil Audit

Hubungan laporan keuangan dengan klien sangatlah dapat mempengaruhi

objektivitas dan dapat menimbulkan pihak ketiga yang dapat berkesimpulan bahwa

objektivitas auditor tidak dapat dipertahankan. Sehubungan dengan kepentingan

keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil audit yang

diterbitkan. Obyektifitas sebagai bebasnya seseorang dari pengaruh pandangan

subyektif pihak-pihak lain yang berkepentingan. Dengan adanya kepentingan

keuangan , seorang auditor jelas berkepentingan dengan hasil pemeriksaan yang

diterbitkan (Sukriah, dkk 2009 dalam Harvita, 2012). Dalam pasal 1 ayat (2) Kode

Etik Akuntan Indonesia mengamanatkan: bahwa setiap anggota harus

mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan tugasnya. Dengan

Page 30: Proposal Skipsi DESTY Fix

30

mempertahankan integritas, ia akan bertindak jujur, tegas, dan tanpa pretensi.

Pusdiklatwas BPKP (2005), menyatakan obyektifitas sebagai bebasnya seseorang dari

pengaruh pandangan subyektif pihak-pihak lain yang berkepentingan, sehingga dapat

mengemukaan pendapat menurut apa adanya.

Unsur perilaku yang dapat menunjang obyektifitas antara lain (1) dapat

diandalkan dan dipercaya, (2) tidak merangkap sebagai panitia tender, kepanitiaan

lain dan atau pekerjaan-pekerjaan lain yang merupakan tugas operasional obyek yang

diperiksa, (3) Tidak berangkat tugas dengan niat untuk mencari-cari kesalahan orang

lain, (4) dapat mempertahankan kriteria dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang resmi,

serta (5) dalam bertindak maupun mengambil keputusan didasarkan atas pemikiran

yang logis. Dengan mempertahankan objektifitas, ia akan bertindak adil, tanpa

dipengaruhi tekanan atau permintaan pihak tertentu atau kepentingan pribadinya,

sehingga semakin tinggi tingkat obyektifitas auditor maka semakin baik kualitas hasil

audit.

H3: Obyektifitas auditor berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.

2.2.4. Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas Hasil Audit

Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan

merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusannya. Integritas

mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan, berani, bijaksana

dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Keempat unsur itu diperlukan

untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan

yang andal (Pusdiklatwas BPKP, 2005). Audit Kemungkinan Auditor merupakan

Page 31: Proposal Skipsi DESTY Fix

31

ujung tombak dari pelaksanaan tugas audit yang seharusnya dapat meningkatkan

pengetahuan yang telah dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat maksimal dalam

praktiknya. Pada penelitian Akram dan Inapty (2009) dinyatakan bahwa integritas

pada dasarnya dapat menerima kesalahan-kesalahan yang tidak sengaja dilakukan dan

juga dapat menerima perbedaan-perbedaan pendapat, akan tetapi integritas tidak

dapat menerima kecurangan prinsip.

Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan transparan,

berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Sunarto (2003)

dalam Sukriah (2009) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang

tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima

kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan

kualitas hasil pemeriksaannya (Pusdiklatwas BPKP, 2005 dalam Harvita, 2012 ).

H4: Integritas auditor berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.

2.2.5. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit

Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk

melaksanakan audit dengan benar (Rai, 2008). Dalam melakukan audit, seorang

auditor harus memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta

keahlian khusus di bidangnya. Kompetensi berkaitan dengan keahlian profesional

yang dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, ujian profesional

maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium (Suraida, 2005 dalam

Sukriyah, 2009).

Page 32: Proposal Skipsi DESTY Fix

32

Auditor menemukan serta melaporkan pelanggaran pada sistem akuntansi

pada perusahaan sangatlah besar seperti yang telah ditetapkan pada standar akuntansi

dan standar audit yang berlaku. Kompetensi auditor merupakan kemampuan seorang

auditor untuk mengaplikasikan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki nya

dalam melakukan audit sehingga auditor dapat melakukan audit dengan teliti, cermat,

dan obyektif. Menurut Christiawan (2002) dan Alim dkk (2007) jika seorang auditor

mempunyai kompetensi yang tinggi maka akan semakin abaik kualitas hasil auditnya.

Kompetensi auditor adalah kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk

melaksanakan audit dengan benar. Dalam melaksanakan audit, seorang auditor harus

memiliki mutu personal yang baik, pengetahuan yang memadai, serta keahlian khusus

dibidangnya. Menurut Tubbs (1992) dalam Mabruri dan Winarna (2010) menyatakan

bahwa dalam mendeteksi sebuah kesalahan, seorang auditor harus didukung dengan

pengetahuan tentang apa dan bagaimana kesalahan tersebut terjadi.

H5: Kompetensi auditor berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.

2.2.6. Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kualitas Hasil Audit

Komitmen merupakan salah satu konsistensi dari wujud keterkaitan seseorang

terhadap suatu hal. Komitmen merupakan salah satu pendukung suatu kinerja yang

profesional. Memiliki komitmen akan menjadikan suatu dorongan bagi sesorang

untuk berkerja lebih baik atau sebaliknya dapat menyebabkan seseorang justru

meninggalkan pekerjaannya, akibat terdapat suatu komitmen lain.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwasanya komitmen organisasi seorang

auditor berpengaruh dalam keprofesionalan seorang auditor dalam mengaudit. Jika

Page 33: Proposal Skipsi DESTY Fix

33

auditor memiliki suatu komitmen yang baik dalam melaksanakan tugasnya makan

akan semakin baik kualitas hasil audit nya.

H6: Komitmen organisasi berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjelaskan berbagai penelitian yang relevan dari penelitian

sebelumnya. Sebagai acuan penelitian ini dapat disebutkan beberapa hasil penelitian

yang sebelumnya.

Metha Kartika Carolita,Shiddiq Nur Rahardjo (2012) ,penelitiannya berjudul

pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas, kompetensi, dan

komitmen otganisasi terhadap kualitas hasil audit. Penelitian ini membuktikan

bahawa pengalaman kerja , independensi, objektifitas, integritas, kompetensi, dan

komitmen organisasi secara bersama- sama berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.

M. Nizarul Alim, Trisni hapsari dan Liliek Purwanti. (2007), penelitiannya

berjudul pengaruh kompetensi dan independensi terhadap kualitas auditor sebagai

etika editor sebagai variabel moderasi. Penelitian ini membuktikan bahwa kompetensi

berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Sementara itu interaksi kompetensi

dan etika auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas auditor. Penelitian ini

juga menemukan bukti empiris bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap

kualitas auditor.

Havidz Mabruri,Jaka Winarna (2010), penellitiannya berjudul analisis faktor-

faktor yang mempengaruhi kualitas hasil audit di ligkungan pemerintah daerah.

Penelitian ini membuktikan bahwa Independensi, Obyektivitas, Pengalaman Kerja,

Page 34: Proposal Skipsi DESTY Fix

34

Pengetahuan, Integritas Auditor secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap kualitas hasil audit.

Harvita Yulian Ayuningtyas, Sugeng Pamudji (2012) ,penelitiannya berjudul

pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas, dan kompetensi

terhadap kualitas hasil audit. Penelitian ini membuktikan Pengalaman kerja,

independensi,Objektifitas,integritas,kompetensi bersama2 berpengaruh positif

terhadap hasil kualitas audit.

Elisha Mualiani Singgih dan Icuk Rangga Bawono. Jurnal SNA XIII

Purwokerto 2010 , penalitiannya berjudul pengaruh independensi, pengalaman, due

professional care, dan akuntabilitas terhadap kualitas audit . Penelitian ini

membuktikan Independensi, pengalaman, due professional care & akuntabilitas

secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sementara itu

Independensi, due professional care dan akuntabilitas secara parsial signifikan

terhadap kualitas audit, pengalaman ≠ terhadap kualitas audit.Independensi

merupakan faktor dominan yang berpengaruh pd kualitas audit.

Akhmad Samsul Ulum (2005) , penelitiannya dengan judul pengaruh orientasi

etika terhadap independensi dan kualitas audit auditor BPK-RI. Peneitian ini

membuktikan Relativisme berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit.

Sementara Idealisme tidak berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit.

Skripsi , Metha Kartika Carolita,Shiddiq Nur Rahardjo (2012) ,penelitiannya

berjudul pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas,

kompetensi, dan komitmen otganisasi terhadap kualitas hasil audit. Penelitian ini

Page 35: Proposal Skipsi DESTY Fix

35

membuktikan bahawa pengalaman kerja , independensi, objektifitas, integritas,

kompetensi, dan komitmen organisasi secara bersama- sama berpengaruh terhadap

kualitas hasil audit.

Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

No Peneliti dan

Tahun

Sampel & Periode

penelitian

Variabel dan metode analisis

Hasil Keterangan

1. Havidz

Mabruri

,

Jaka

Winarna

(2010)

PNS yang bekerja di inspektorat/Bawasda Di Surakarta,Karanganyar,Sukoharjo,Wonogiri

X1 : IndependensiX2 : ObyektivitasX3 : Pengalaman KerjaX4 : PengetahuanX5 : Integritas AuditorY :Kualitas Hasil Audit

Independensi, Obyektivitas,Pengalaman Kerja,Pengetahuan,Integritas Auditor secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap kualitas hasil audit

X1:signifikanX2:signifikan X3:signifikanX4:signifikanX5:signifikanF: X1,X2,X3,X4,X5 secara statistic berpengaruh signifikan

2. Harvita Yulian Ayuningtyas,Sugeng Pamudji (2012)

Staf atau pejabat pemeriksa dan auditor Yang sudah mengikuti diklat sbg auditor,Di jawa tengah

X1 :Pengalaman kerjaX2 : IndependensiX3 : ObjektifitasX4 :Integritas X5 : KompetensiY :Kualitas hasil audit

-Pengalaman kerja, independensi,tidak berpengaruh signifikan,sedangakn Objektifitas,integritas,kompetensi bersama2 berpengaruh positif terhadap hasil kualitas audit

X1: tidak signifikanX2:tidak signifikanX3:signifikanX4:signifikanX5:signifikanF:signifikan

Page 36: Proposal Skipsi DESTY Fix

36

3. Elisha Mualiani Singgih dan Icuk Rangga Bawono. Jurnal SNA XIII Purwokerto 2010

KAP “Big Four” di IndonesiaBerjumlah 2000 orang

=

independensi

= pengalaman

= due

professional care

=

akuntabilitasY = kualitas audit

- Independensi, pengalaman, due professional care & akuntabilitas secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

- Independensi, due professional care dan akuntabilitas secara parsial signifikan terhadap kualitas audit, pengalaman ≠ terhadap kualitas audit.Independensi merupakan faktor dominan yang berpengaruh pd kualitas audit.

X1:signifikanX2:signifikanX3:signifikanF:signifikant : secara parsial berpengaruh terhadap kualitas auditBeta: berpengaruh terhadap kualitas audit

4. M. Nizarul Alim, Trisni hapsari

53 KAP di Jawa Timur

= kompetensi

=

independensiVariabel

Kompetensi, independensi, etika auditor berpengaruh signifikan

X1:signifikanX2:signifikant : berpengaruh terhadap kualitas auditor

Page 37: Proposal Skipsi DESTY Fix

37

dan Liliek Purwanti. Jurnal SNA X Unhas Makasar. 2007

moderasi = etika auditor Y = kualitas auditor

terhadap kualitas audit.

5. Akhmad Samsul Ulum (2005)

Auditor BPK diseluruh wilayah Indonesia berjumlah 1837

X1 : IdealismeX2 : RelativismeX3 : IndependensiY : Kualitas audit

-independensi berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit.-Idealisme dan relativisme tidak berpengaruh secara langsung terhadap kualitas audit

X1:tidak berpengaruhX2:tidak berpengaruhX3: signifikanF: signifikan

6. Metha Kartika Carolita,Shiddiq Nur Rahardjo (2012)

Auditor Yg bekerja di KAP semarang

X1 : Pengalaman kerjaX2 :IndependensiX3 : ObjektifitasX4 : IntegritasX5 : KompentensiX6 :KomitmenY : Kualitas hasil audit

-Independensi , Kompentensi, Pengalaman kerja ,Objektifitas , Integritas, Komitmen bersama2 berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit

X1:tidak signifikanX2:tidak signifikanX3:signifikanX4:signifikanX5:tidak signifikanX6:signifikanF: signifikant :signfikan

7. Skripsi , Metha Kartika

Auditor Yg bekerja di KAP

X1 : Pengalaman kerjaX2 :Independens

Independensi , Kompentensi, Pengalaman kerja

X1:tidak signifikanX2:tidak signifikanX3:signifikan

Page 38: Proposal Skipsi DESTY Fix

38

Carolita,Shiddiq Nur Rahardjo (2012)

semarang iX3 : ObjektifitasX4 : IntegritasX5 : KompentensiX6 :KomitmenY : Kualitas hasil audit

,Objektifitas , Integritas, Komitmen bersama2 berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas hasil audit

X4:signifikanX5:tidak signifikanX6:signifikanF: signifikant :signfikan

8. Skripsi, Heri Kurniawan Syah,(2012)

KAP di Semarang

X1:independensiX2:pengalaman auditorX3:due professional careX4:akuntabilitasX5:objektivitasX6:kompetensiY: kualitas audit

Independensi,pengalaman auditor,due professional care,akuntabilitas,kompetensi bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit.

X1:signifikanX2:signifikanX3:signifikanX3:signifikanX4:signifikanX5:signifikanX6:signifikanF: bersama-sama berpengaruh signifikan

2.4. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah suatu model pemecahan masalah , mulai dari

penetapan permasalahan penelitian , metode pemecahan masalah sampai dengan

pemecahan masalah. Pemaparan kerangka pemikiran menjelaskan mengenai

permasalahan penelitian yang akan dipecahkan, dan metode penyelesaian masalah

yang akan dilakukan dalam penelitian. Disamping disajikan dalam bentuk

pemaparan , kerangka pemikiran juga disajikan dalam suatu kerangka / model

kerangka pemikiran.

Page 39: Proposal Skipsi DESTY Fix

39

Dalam penelitian ini saya menggunakan model kerangka pemikiran

langsung , dimana kualitas hasil audit yang diberikan oleh auditor dapat dipengaruhi

secara langsung oelh faktor-faktor pengalaman kerja, independensi, objektifitas,

integritas, kompetensi serta komitmen organisasi.

GAMBAR 2.4

Kerangka Pemikiran

H1

H2

H3

H4

H5

H6

INDEPENDENSI (X2)

OBJEKTIFITAS (X3)

INTEGRITAS (X4)

KOMPETENSI (X5)

KOMITMEN ORGANISASI (X6)

KUALITAS HASIL AUDIT (Y)

PENGALAMAN KERJA (X1)

Page 40: Proposal Skipsi DESTY Fix

BAB III

METODE PENELITIAN DAN ANALISIS

3.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini menggunakan dua jenis variabel :

a. Variabel Independen ( independent variabel )

Variabel independen merupakan varibel stimulus atau variabel yang

mempengaruhi variabel lain. Atau dengan kata lain variabel independen

adalah variabel yang menjadi sebab terjadinya atau terpengaruhnya

variabel dependen dimana faktornya diukur , dimanipulasi atau dipilih

oleh peneliti untuk menentukan hubunganya dengan suatu gejala yang di

observasi. Dan Variabel independen pada penelitian ini adalah

pengalaman kerja, independensi , objektivitas, integritas, kompetensi, dan

komitmen organisasi audit.

b. Variabel dependen (dependent variabel )

Variabel dependen adalah variabel yang memberikan reaksi atau respon

jika dihubungkan dengan variabel independen. Atau dengan kata lain

variabel dependen yaitu variabel yang nilainya di pengaruhi oleh variabel

dependen. Dan Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas

hasil audit.

40

Page 41: Proposal Skipsi DESTY Fix

41

3.2. Definisi Operasional Variabel

Definisi oprasional variabel merupakan suatu cara untuk menemukan dan

mengukur variabel – variabel tersebut dilapangan dengan merumuskan secara singkat

dan jelas , serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pernyataan dan kuisioner untuk

masing-masing indicator variabel dalam penelitian ini diukur dngan skala likert yaitu

skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan perepsi seseorang atau

kelompok tentang fenomena social. Kuisioner berasal dari penelitian terdahulu

sehingga sudah di uji validitas dan realibilitasnya.

Variabel dependen (Y) yang akan digunakan adalah kualitas audit sedangkan

variabel independennya (X) terdiri dari pengalaman kerja (X1), independensi (X2),

Objektifitas (X3), Integritas (X4), Kompetensi (X5), dan Komitmen organisasi (X6).

3.2.1. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan suatu ukuran tentang lama waktu atau masa

suatu kerja seorang auditor dalam melakukan audit dan jumlah tugas pemeriksaan

yang telah dilakukan. Dalam penelitian ini, untuk mengukur variabel pengalaman

kerja menggunakan instrument yang dikembangkan oleh Sukriah,dkk (2009). Dalam

instrument tersbut terdapat 2 indikator yaitu tentang lamanya bekrja sebagai auditor

dan banyaknya tugas pemeriksaan, dengan jumlah 8 item pertanyaan. Persepsi

responden terhadap indicator tersebut diukur dengan 5 point skala likert, dara skala 1

menunjukan jawaban sangat tidak setuju sampai dengan skala 5 jawaban sangat

setuju.

Page 42: Proposal Skipsi DESTY Fix

42

3.2.2. Independensi

Independensi dimaksudkan bahwa seorang auditor mempunyai kebebasan

posisi dalam mengambil sikap maupun penampilannya dalam hubungan dengan pihak

luar yang terkait dengan tugas yang dilaksanakannya. Dalam instrumen tersebut

terdapat 3 indikator yaitu independensi penyusunan program, independensi pelak

sanaan pekerjaan, dan independensi pelaporan dengan jumlah 9 item pertanyaan.

Persepsi responden terhadap indicator tersebut diukur dengan 5 point skala likert,

dara skala 1 menunjukan jawaban sangat tidak setuju sampai dengan skala 5 jawaban

sangat setuju.

3.2.3. Objektifitas

Menurut kode etik IAI objektifitas mempunyai prinsip-prinsip bahwa seorang

auditor harus bersikap adil, tidak memihak, jujur, serta bebas atau tidak berada

dibawah pengaruh pihak luar. Dalam instrument pada variabel objektifitas terdaat 2

indikator yaitu bebas dari benturan kepentingan dan pengungkapan kondisi sesuai

fakta, dengan jumlah 8 item pertanyaan . Persepsi responden terhadap indicator

tersebut diukur dengan 5 point skala likert, dara skala 1 menunjukan jawaban sangat

tidak setuju sampai dengan skala 5 jawaban sangat setuju.

3.2.4. Integritas

Integritas mengharuskan seorang auditor agar bersikap jujur dan transparan,

berani, bijaksana, dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit. Dalam

penelitian ini untuk mengukur variabel pengalaman kerja menggunakan instrument

yang dikembangkan instrument yang dikembangkan oleh Sukriah,dkk (2009) dalam

Page 43: Proposal Skipsi DESTY Fix

43

metha (2012). Dalam instrument tersebut terdapat 4 idikator dengan jumblah 13 item

pertanyaan. Persepsi responden terhadap indicator tersebut diukur dengan 5 point

skala likert, dara skala 1 menunjukan jawaban sangat tidak setuju sampai dengan

skala 5 jawaban sangat setuju.

3.2.5. Kompetensi

Kompetensi merupakan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan, dan

pengalaman yang berhubungan dengan akuntan public sebagai auditor. Dalam

penelitian ini untuk mengukur variabel pengalaman kerja menggunakan instrument

yang dikembangkan oleh Sukriah,dkk (2009) dalam metha (2012). Dalam instrument

tersebut terdapat 2 indikator yaitu mutu personal, pengetahuan umum, dan keahlian

kusus, dengan jumlah 10 item pertanyaan. Persepsi responden terhadap indicator

tersebut diukur dengan 5 point skala likert, dara skala 1 menunjukan jawaban sangat

tidak setuju sampai dengan skala 5 jawaban sangat setuju.

3.2.6. Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi sering diidentifikasikan dengan mensyaratkan beberapa

tingkat persetujuan dengan tujuan dan nilai organisasi atau profesi, termasuk moral

dan nilai etika. Instrument ini terdiri dari 12 item pertanyaan. Persepsi responden

terhadap indicator tersebut diukur dengan 5 point skala likert, dara skala 1

menunjukan jawaban sangat tidak setuju sampai dengan skala 5 jawaban sangat

setuju.

Page 44: Proposal Skipsi DESTY Fix

44

3.2.7. Kualitas Hasil Audit

Kualitas auditor menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara No. Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 maret 2008 adalah auditor yang

melaksanakan tupoksi dengan efektif, dengan cara mempersiapkan kertas kerja

pemeriksaan, melaksanakan perencanaan, koordinasi dan penilaian efektifitas tindak

lanjut audit, serta konsistensi laporan audit. Dalam penelitian ini untuk mengukur

variabel pengalaman kerja menggunakan instrument yang dikembangkan oleh

Sukriah,dkk (2009). Dalam instrument tersebut terdapat 2 indikator yaitu kesesuaian

pemeriksaan dengan standar audit dan kualitas hasil laporan pemeriksaan ,dengan

jumlah 10 item pertanyaan. Persepsi responden terhadap indicator tersebut diukur

dengan 5 point skala likert, dara skala 1 menunjukan jawaban sangat tidak setuju

sampai dengan skala 5 jawaban sangat setuju.

3.3. Objek Penelitian dan Unit Sampel

3.3.1. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Kantor Akuntan Publik se Jawa Tengah,

mengingat tentang pengaruh pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas,

kompetensi, dan komitmen akuntansi terhadap kualitas hasil audit dengan studi

empiris pada Kantor Akuntan Publik se Jawa Tengah .Kantor Akuntan Publik yang

dijadikan objek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut .

Page 45: Proposal Skipsi DESTY Fix

45

Tabel 3.3.1

Daftar KAP (Kantor Akuntan Publik)

No Nama KAP Alamat

1. KAP DRS. SUGENG PAMUDJI Jl. Bukit Agung Blok AA No. 1-2, Semarang.

2. KAP HANANTA BUDIANTO DAN REKAN

Jl. Sisinga Mangaraja no 21/ 22 , Semarang

3. KAP RUCHENDY, MARDJITO & RUSHADI

Jl. Beruang Raya No.48, Semarang

50197

4. KAP WARTONO Jl. KH. Samanhudi 121 Solo 57147

5. KAP DRA. HARTATI & REKAN (Cabang)

Jl. Citarum Tengah No. 22 Bugangan,

Semarang 50126

6. KAP DRS. TAHRIR HIDAYAT Jl. Pusponjolo Tengah I/2A, Semarang

50145

7. KAP Pho Seng Ka cabang dari Achmad Rasyid Hasbullah dan Jarry

Jl. Tambak Mas 19 no 40

8. KAP DARSONO DAN BUDI CAHYO SANTOSO

Jl. Mugas Dalam No. 65, Semarang 50241

9. KAP NGURAH ARYA & REKAN Jl. Pamularsih Raya No. 16, Semarang 50148 (024) 7601329

10. KAP DRS. BENNY GUNAWAN Jl. Puri Anjasmoro Blok DD I No. 3, Semarang 50144 (024) 7606011

Page 46: Proposal Skipsi DESTY Fix

46

11. KAP YULIANTI, SE, BAP Jl. MT Haryono No. 648, Semarang 50124 (024) 3547668

12. KAP DRS. IDJANG SOETIKNO Jl. Durian Raya Mediterania Villa No.20 Banyumanik, Semarang 50263 (024) 7463125

13. KAP DRS.BAYUDI WATU & REKAN

Jl. Dr.Wahidin No. 85, Semarang 50253 (024) 8444183

14. KAP BUSRONI DAN PAYAMTA Jl. Ir. Sutami No. 25, Surakarta 57126 (0271) 669458

15 KAP DRS. HANUNG – TRIATMOKO, AKT

Jl. Ki Mangun Sarkoro No. 55, Surakarta 57135 (0271) 723110

3.3.2. Unit Sampel

Unit sampel adalah suatu elemen / sekelompok elemen yang menjadi dasar

untuk dipilih sebagai sampel (Indriantoro dan Supomo ,1999) .Unit sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada KAP se Jawa

Tengah.

3.4. Jenis dan Sumber Data

3.4.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data subjek yang

mana merupakan data yang langsung diperoleh dari responden atau sumber aslinya

yaitu dengan menggunakan kuisioner. Dikarenakan berhubungan langsung dengan

Page 47: Proposal Skipsi DESTY Fix

47

penerimaan seorang auditor terhadap suatu perilaku oleh karena itu harus dilakukan

suatu pengumpulan pendapat dari para auditor dengan data yang valid.

3.4.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Menurut

(Indriantoro dan Supomo, 1999) data primer adalah data yang diperoleh atau

dikumpulkan langsung dari sumbernya ,diamati dan dicatat untuk pertama kalinya .

Data tersebut merupakan jawaban atas kuisioner yang dibagikan kepada responden ,

dalam hal ini auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) se Jawa Tengah

dan dapat mewakili kinerja auditor eksternal di Jawa Tengah . Dengan replikasi

kuesioner yang dikembangkan oleh Metha Kartika Carolita dan Shiddiq Nur Raharjo,

2012 dalam penelitian yang dilakukan tentang “Pengaruh pengalaman kerja,

independensi, objektifitas, integritas, kompetensi dan komitmen organisasi terhadap

kualitas hasil audit (studi pada KAP Semarang)”.

3.5. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang

mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2002),dalam Metha

(2012). Popilasi dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di 15 KAP terpilih

di Jawa Tengah sesuai pada tabel daftar KAP.

Dalam penelitian ini tehnik pengambilan sempel diambil dengan

menggunakan metode purposive sampling, metode ini dilakukan agar data yang telah

diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian yang relative dapat dibandingkan dengan

hasil penelitian sebelumnya (Carolita, 2012). Pada metode ini terdapat kriteria

Page 48: Proposal Skipsi DESTY Fix

48

penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pada responden yang

telah memiliki pengalaman kerja sebagai auditor lebih dari 1 tahun yang bekerja pada

KAP se Jawa Tengah.

3.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kuisioner. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diperoleh

melalui kuisioner yang langsung desebarkan kepada auditor se Jawa Tengah.

Kuesioner akan dititpkan kepada salah satu auditor yang bekerja pada KAP tersebut

dan akan diambil kembali setelah 1 minggu kemudian . Kuesioner yang telah diisi

akan secara langsung diambil oleh peneliti pada KAP yang bersangkutan. Jawaban

dari responden akan diberi skor dengan menggunakan 5 (lima) point skala likert,

mulai dari pertanyaan sangat tidak setuju sampai dengan sangat setuju. pemilihan

lima skala likert ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kemungkinan bahwa

responden bimbang dengan banyaknya pilihan jawaban yang akan berdampak pada

validitas data yang dihasilkan , karena asumsinya , apabila pilihan jawaban semakin

sedikit maka batasan antara keduanya semakin jelas sehingga secara otomatis

kesimpulan yang diambil akan semakin valid.

Jawaban sangat setuju dengan jawaban sangat tidak setuju dengan memberi

tanda silang pada jawaban yang akan dipilih oleh responden pada lembar kuesioner.

Page 49: Proposal Skipsi DESTY Fix

49

Tabel 3.6

Penilaian kuesioner

Pernyataan STS TS N S SS

Nilai 1 2 3 4 5

Keterangan :

STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

N : Netral

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

3.7. Metode Analisis

Menganalisis data merupakan salah satu proses penyederhanaan data ke dalam

bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Dengan menggunakan metode

kuantitatif, diharapkan akan didapatkan hasil pengukuran yang ukuran tentang respon

yang diberikan, maka akan terbentuk angka yang dapat diolah dengan menggunakan

metode statistik. Pada penelitian ini analisis ini digunakan untuk menjawab

bagaimana pengaruh pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas,

kompetensi dan komitmen organisasi terhadap kualitas hasil audit pada Kantor

Akuntan Publik se Jawa Tengah.

Page 50: Proposal Skipsi DESTY Fix

50

3.7.1. Statistik Deskriptif

Pada metode statistik deskriptif ini dimana proses untuk menganalisis data

dengan cara menggambarkan sampel data yang telah dikumpulkan dalam kondisi

sebenarnya tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku umum. Statistik

deskriptif pada umumnya digunakan oleh peneliti untuk memberikan informasi

karakteristik variabel penelitian yang utama dan data responden. Analisis deskriptif

dalam penelitian ini diolah dengan Statistical Package for Sosial Sciences 16 (SPSS

16), yang merupakan sebuah software yang berfungsi untuk menganalisis data dan

melakukan perhitungan statistik, baik untuk statistik parametrik dan non-parametrik.

3.7.2. Uji Kualitas Data

Dalam melakukan pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner

membutuhkan kesungguhan responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dan

faktor situasional merupakan hal yang sangat penting untuk menjaga kualitas

kuesioner yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Keabsahan (validity) suatu hasil

penelitian sangatlah tergantung pada alat pengukur variabel yang akan diteliti. Alat

ukur atau instrumen berupa kuesioner dikatakn memberikan hasil yang akurat dan

stabil jika alat ukur itu dapat diandalkan. Jika alat yang digunakan dalam proses

pengumpulan data tidak andal atau tidak dapat dipercaya, maka hasil penelitian yang

diperoleh tidak akan valid. Oleh karena itu dalam penelitian ini diperlukan uji

validitas dan uji reliabilitas.

Page 51: Proposal Skipsi DESTY Fix

51

3.7.3. Uji Validitas

Validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid suatu kuesioner. Suatu

kuesioner dikatakan valid jika suatu pertanyaan pada kuesioner mampu

mengungkapkan suatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali,2011). Pada

penelitian ini uji validitas dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-

masing pertanyaan dengan total skor pertanyaan.

Perhitungan yang akan dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer program

SPSS (Statiscal Package for Social Science). Dimana validitas data diukur dengan

membandingkan r hitung dan r tabel, jika :

Apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5%), maka dapat dikatakan

kuesioner tersebut valid.

Apabila r hitung < r tabel (pada taraf signifikasi 5%), maka dapat dikatakan

kuesioner tersebut tidak valid.

Menurut Santoso (2000) dan ulfa (2007) dalam Carolita(2012), terdapat dua

syarat penting yang berlaku pada sebuah kuesioner, yaitu keharusan sebuah angket

untuk valid. Suatu angket dikatakan valid jika pertanya suatu angket mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh angket tersebut.

3.7.4. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan

indikator dari variabel, dan kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu

(Ghozali, 2011). Uji reliabilitas dimaksudkan untuk menguji konsistensi kuesioner

Page 52: Proposal Skipsi DESTY Fix

52

dalam mengukur suatu variabel yang sama (Sekaran, 2003). Hasil yang didapat

sangat tergantung pada kesungguhan responden dalam menjawab semua item

pertanyaan.

3.7.5. Uji Asumsi Klasik

Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

berganda, maka akan dilakukan pengujian terhadap asumsi-asumsi yang diperlukan

dalam analisis regresi berganda . Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji

multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.

3.7.6. Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah dalam model penelitian

ini, terdapat variabel pengganggu atau residu yang memiliki distribusi normal. Jika

asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil.

3.7.7. Uji Multikolinieritas

Menurut Ghozali (2011), uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah

variabel dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara

variabel bebas. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

otogonal. Variabel otogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi sesama variabel

bebas sama dengan nol.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi yaitu

mempunyai nilai VIF dibawah 10 dan mempunyai nilai tolerance diatas 0,10. Jika

Page 53: Proposal Skipsi DESTY Fix

53

variabel bebas dapat memenuhi kriteria tersebut maka variabel bebas tersebut tidak

mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variabel bebas lainnya.

3.7.8. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Pada umumnya data crossection mengandung situasi heteroskesdatisitas karena

data ini dapat menghimpun data yang dapat mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang,

dan besar) (Ghozalli, 2011).

3.7.9. Analisis Regresi Berganda

Model pengujian menggunakan metode analisis regresi berganda. Hal ini

akan menujukkan hubungan (korelasi) antara kejadian satu dengan kejadian yang

lainnya. Karena terdapat lebih dari dua variabel, maka hubungan linier dapat

dinyatakan dalam persamaan regresi linier berganda. Pada penelitian ini

menggunakan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel

independen (pengalaman kerja, independensi, obyektifitas, integritas, kompetensi,

dan komitmen organisasi) terhadap kualitas hasil audit, dengan persamaan regresi

yang digunakan untuk model yang digunakan dalam analisis regresi linear berganda

adalah sebagai berikut :

…………………………….(1)

Keterangan :

Y = Kualitas hasil audit

Page 54: Proposal Skipsi DESTY Fix

54

a = Nilai intersep (konstanta)

b1,b2,b3,b4,b5,b6 = Koefisien arah regresi

X1 = Pengalaman kerja

X2 = Independensi auditor

X3 = Obyektifitas auditor

X4 = Integritas auditor

X5 = Kompetensi

X6 = Komitmen organisasi

E = Error

3.8. Uji Koefisiensi Determinasi (R2)

Koefisiensi determinasi (R²) pada intinya adalah untuk mengukur seberapa

jumlah kemampuan model dalam menvariasi variabel dependen. Nilai koefisiensi

determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan antar

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu variabel-variabel independen memberikan hampir

semua infomasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependen. Secara umum,

koefisiensi determinasi untuk data silang (crossection) relative rendah karena adanya

variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun

waktu (time series) biasnya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi

( Kusuma, 2011).

3.9. Uji F

Page 55: Proposal Skipsi DESTY Fix

55

Uji F merupakan uji yang menguji secara serempak (simultan) antara variabel

independen dan variabel dependen.

Pengujian nilai kritis (F tabel)

Untuk menguji hipoesis menggunakan uji – F dengan tingkat signifikansi (α) 5%

dengan sampel (n) dan jumlah variabel (k).

hipotesis

Ho : β = 0 ; tidak ada pengaruh yang signifikan anatara variabel independen secara

bersama-sama dengan variabel dependen.

Ha : β > 0 ; ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen bersama -

samadengan variabel dependen.

Kriteria pengujian :

Jika nilai F hitung > F tabel, Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen dengan

variabel dependen.

Jika nilai F hitung < F tabel, Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel independen

dengan variabel dependen.

3.10. Uji t

Uji t merupakan suatu uji yang digunakan untuk mengetahui secara partial

pengaruh variabel independen dengan variabel dependen.

Penentuan Nilai Kritis (t tabel)

Page 56: Proposal Skipsi DESTY Fix

56

Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji – t dengan tingkat

signifikasi (α) 5% dengan sampel (n).

Kriteria Hipotesis

Ho : β = 0 ; tidak ada pengaruh yang signifikan anatara variabel independen

dengan variabel dependen.

Ha : β > 0 ; ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan

variabel dependen.

Kriteria pengujian :

Jika nilai t hitung > t tabel, Ho ditolak dan Ha dierima. Hal ini berarti bahwa

terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

Jika nilai t hitung < t tabel, Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti bahwa

tidak terdapat hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen.

Page 57: Proposal Skipsi DESTY Fix

B A B IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum

Responden dalam penelitian ini adalah akuntan publik yang ada di Jawa

Tengah. Dari data yang disebar sebanyak 90 kuesioner (15 KAP x 6 kuesioner.

Kuesioner yang kembali adalah sebanyak 76 kuesioner dan yang diolah adalah 72

kuesioner, karena empat kuesioner dianggap tidak sah, karena tidak ada identitas

responden. Secara terperinci dapat dijelaskan sebagai berikut :

Tabel 4.1Penyebaran Kuesioner

Keterangan Jumlah

- Kuesioner yang disebarkan

- Kuesioner tidak kembali

- Kuesioner kembali tetapi tidak dapat digunakan

- Kuesioner yang digunakan

- Respon rate

90 kuesioner

14 kuesioner

4 kuesioner

72 kuesioner

80,00 %

Penyebaran kuesioner dilakukan pada 15 KAP di Jawa Tengah, dengan total

kuesioner yang disebar sebanyak 90 kuesioner, dan kuesioner yang di olah sebanyak

72 kuesioner atau 80 persen. Distribusi penyebaran kuesioner adalah sebagai

berikut :

57

Page 58: Proposal Skipsi DESTY Fix

58

Tabel 4.2Penyebaran Kuesioner Yang Kembali

No.

Nama KAP

Kuesioner Yang

diterima KAP

Kuesioner yang

Kembali dan di olah

1. KAP Drs. Sugeng Pamudji 6 52. KAP Hananta Budianto dan Rekan 6 43. KAP Ruchendy, Mardjito & Rushadi 6 44. KAP Wartono 6 55. KAP Dra. Hartati & Rekan (Cabang) 6 46. KAP Dra. Tahrir Hidayat 6 37. KAP Pho Seng Ka Cbg ARH&J 6 58. KAP Darsono dan Budi Cahyo Santoso 6 49. KAP Ngurah Arya & Rekan 6 410. KAP Drs. Benny Gunawan 6 411. KAP Yulianti, SE, BAP 6 312. KAP Drs. Idjang Soetikno 6 313. KAP Drs. Bayudi Watu & Rekan 6 414. KAP Busrono dan Payamta 6 415. KAP Hanung-Triatmoko, Akt 6 4

Total 90 72

Sumber : data primer yang diolah

4.1.1 Gambaran Umum Responden

Identitas dari 72 responden dapat dikelompokkan menurut : jenis kelamin,

umur, tingkat pendidikan dan masa kerja sebagai berikut :

Tabel 4.3Gambaran Umum Responden

Keterangan Jumlah ProsentaseLaki-laki 28 38,89Perempuan 44 61,11Jumlah 72 100

Page 59: Proposal Skipsi DESTY Fix

59

Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah reponden sebanyak 28

orang atau 38,89 persen adalah laki-laki dan 44 responden atau 61,11 persen adalah

perempuan.

Tabel 4.4Umur Responden

No. Umur Frekuensi Prosentase

1.

2.

3.

4.

20-30 tahun

31-35 tahun

36-40 tahun

>40 tahun

34

26

9

3

48,57

36,11

12,50

4,17

Jumlah 72 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa jumlah responden sebanyak 34

responden atau 48,57 persen berusia 20-30 tahun, 26 responden atau 36,11 persen

berusia 31-35 tahun, 9 responden atau 12,50 persen berusia 36-40 tahun dan 3

responden atau 4,17 persen berusia >40 tahun.

Tabel 4.5Pendidikan

No. Lama Bekerja Frekuensi Prosentase

1.

2.

3.

4.

S1

S2

S3

PPA

56

4

1

11

77,78

5,56

1,39

15,27

Jumlah 72 100

Page 60: Proposal Skipsi DESTY Fix

60

Tingkat pendidikan responden paling banyak adalah S-1 sebanyak 56

responden atau 77,78 persen, pendidikan S3 sebanyak 4 responden atau 5,556 persen,

S2 sebanyak 1 responden atau 1,39 persen, dan PPA sebanyak 11 responden atau

15,27 persen.

Tabel 4.6Lama Bekerja di KAP

No. Lama Bekerja Frekuensi Prosentase

1.

2.

3.

1-3 tahun

4 -6 tahun

7-9 tahun

51

16

5

70,83

22,22

6,94

Jumlah 72 100

Responden dengan masa kerja 1 sampai dengan 3 tahun menempati

prosentase tertinggi yaitu sebanyak 51 orang atau 70,82 persen, responden dengan

masa kerja 4-6 tahun sebanyak 16 orang atau 22,22 persen, dan responden dengan

masa kerja 7-9 tahun sebanyak 5 orang atau 6,94 persen.

Tabel 4.7Posisi di KAP

No. Posisi di KAP Frekuensi Prosentase

1.2.3.4.5.6.

ManajerSupervisorPatnerAuditor SeniorAuditor JuniorLain-Lain

11012580

1,391,39

016,6780,56

0Jumlah 72 100

Page 61: Proposal Skipsi DESTY Fix

61

Responden dengan posisi di KAP sebagai auditor junior adalah yang paling

banyak, yaitu sebanyak 58 orang atau 80,56 persen, auditor senior sebanyak 12 orang

atau 16,67, dan manajer dan supervisor, masing-masing 1 orangatau 1,39 persen.

4.2. Analisis Deskriptif

Penelitian menggunakan variable bebas pengalaman kerja, independensi,

obyektivitas, integritas, kompetensi, komitmen organisasi dan variabel terikat, yaitu

kualitas audit. Statistik deskriptif dari masing-masing variabel adalah sebagai

berikut:

Tabel 4.8Analisis Deskriptif

Variabel Minimum Maksimum Mean StandarDeviasi

Kisaran teoritis

Kisaran aktual

Pengalaman kerja 14 40 30,10 5,984 8-40 14,-40Independensi 15 45 32,96 8,626 9-45 15-45

Obyektivitas 13 40 28,40 6,962 8-40 13,40

Integritas 22 65 44,82 10,919 13-65 22-65

Kompetensi 23 50 32,58 7,220 10-50 23-50

Komitmen organisasi

24 60 40,26 9,249 12-60 24-60

Kualitas audit 30 50 41,83 4,982 10-50 30-50

Sumber : data primer yang diolah

Variabel pengalaman kerja mempunyai bobot jawaban antara 14 sampai

dengan 40, rata-rata (mean) sebesar 30,10 dan standar deviasi 5,984, menunjukan

tidak ada kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai

rata-rata jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk pengalaman kerja

(30,10) di atas nilai median kisaran teoritis (3x8 = 24), sehingga dapat disimpulkan

Page 62: Proposal Skipsi DESTY Fix

62

bahwa secara umum karakteristik personal responden memiliki pengalaman kerja

yang tinggi.

Variabel independensi mempunyai bobot jawaban antara 15 sampai dengan

45, rata-rata (mean) sebesar 32,96 dan standar deviasi 8,626, menunjukan tidak ada

kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai rata-rata

jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk independensi (32,96) di atas

nilai median kisaran teoritis (3x9 = 27), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara

umum karakteristik personal responden memiliki independensi yang tinggi.

Variabel obyektivitas mempunyai bobot jawaban antara 13 sampai dengan

40, rata-rata (mean) sebesar 28,40 dan standar deviasi 6,962, menunjukan tidak ada

kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai rata-rata

jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk obyektivitas (28,40) di atas

nilai median kisaran teoritis (3x8 = 24), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara

umum karakteristik personal responden memiliki obyektivitas yang tinggi.

Variabel integritas mempunyai bobot jawaban antara 22 sampai dengan 65,

rata-rata (mean) sebesar 44,82 dan standar deviasi 10,919, menunjukan tidak ada

kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai rata-rata

jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk integritas (44,82) di atas nilai

median kisaran teoritis (3x13 = 39), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum

karakteristik personal responden memiliki integritas yang tinggi.

Variabel kompetensi mempunyai bobot jawaban antara 23 sampai dengan

50, rata-rata (mean) sebesar 32,58 dan standar deviasi 7,220, menunjukan tidak ada

Page 63: Proposal Skipsi DESTY Fix

63

kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai rata-rata

jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk kompetensi (32,58) di atas

nilai median kisaran teoritis (3x10 = 30), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara

umum karakteristik personal responden memiliki kompetensi yang tinggi.

Variabel komitmen organisasi mempunyai bobot jawaban antara 24 sampai

dengan 60, rata-rata (mean) sebesar 40,26 dan standar deviasi 9,249, menunjukan

tidak ada kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai

rata-rata jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk kompetensi (40,26)

di atas nilai median kisaran teoritis (3x12 = 36), sehingga dapat disimpulkan bahwa

secara umum karakteristik personal responden memiliki komitmen organisasi yang

tinggi.

Variabel kualitas audit mempunyai bobot jawaban antara 30 sampai dengan

50, rata-rata (mean) sebesar 41,83 dan standar deviasi 4,982, menunjukan tidak ada

kesejangan yang cukup besar pada karakteristik personal responden. Nilai rata-rata

jawaban responden terhadap item petanyaan konstruk kualitas audit (41,83) di atas

nilai median kisaran teoritis (3x10 = 30), sehingga dapat disimpulkan bahwa secara

umum karakteristik personal responden memiliki kualitas audit yang tinggi.

Page 64: Proposal Skipsi DESTY Fix

64

4.3 Pengujian Kualitas Data

4.3.1 Uji Validitas

Uji Validitas adalah pengujian keterkaitan atau hubungan antar item

pertanyaan dalam satu variabel. Hasil pengolahan dengan menggunakan bantuan

SPSS adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9Uji Validitas

Variabel No. Item r hitung r tabel Keterangan

Pengalaman kerja

1.2.3.4.5.6.7.8.

0,8070,7930,8940,8850,8730,8300,8330,966

0,235 ValidValidValidValidValidValidValidValid

Independensi 1.2.3.4.5.6.7.8.9.

0,8060,8750,9140,8990,9080,8800,8420,8110,853

0,235 ValidValidValidValidValidValidValid ValidValid

Obyektivitas 1.2.3.4.5.6.7.8.

0,7580,8960,8660,7980,7610,8570,8030,845

0,235 ValidValidValidValidValidValidValidValid

Page 65: Proposal Skipsi DESTY Fix

65

Variabel No. Item r hitung r tabel Keterangan

Integritas 1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.

0,8980,8710,8280,8720,8250,8890,9010,8830,8260,7650,8270,8120,785

0,235 ValidValidValidValidValidValidValidValidValid ValidValidValidValid

Kompetensi 1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.

0,8380,8400,7970,7950,8270,8330,8080,7720,7870,743

0,235 ValidValidValidValidValidValidValid ValidValidValid

Komitmen organisasi

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.

0,6650,7550,7670,7710,8070,7950,8510,8390,8280,8030,7870,798

0,235 ValidValidValidValidValidValidValidValidValid ValidValidValid

Page 66: Proposal Skipsi DESTY Fix

66

Kualitas Haisl pemeriksaan

1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.

0,6300,7040,6990,6000,7460,7340,7180,6950,6370,566

0,235 ValidValidValidValidValidValidValidValidValidValid

Sumber : data primer yang diolah

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan korelasi product moment, yaitu

dengan membandingkan nilai r hitung, dibandingkan dengan r tabel (0,235).

Berdasarkan kategori di atas, maka semua item dalam indikator variabel

pengalaman kerja, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi, komitmen

organisasi dan kualitas audit adalah valid. Sehingga bisa dilanjutkan pada proses

selanjutnya.

4.3.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah pengujian terhadap hasil jawaban responden

apakah konsisten atau reliabel dari waktu kewaktu. Adapun hasil uji reliabilitas antara

pengalaman kerja, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi, komitmen

organisasi dan kualitas audit dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Page 67: Proposal Skipsi DESTY Fix

67

Tabel 4.10Uji Reliabilitas

No. Indikator

Nilai r

Alpha Keterangan

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Pengalaman kerja

Independensi

Obyektivitas

Integritas

Kompetensi

Komitmen organisasi

Kualitas audit

0,944

0,958

0,932

0,966

0,938

0,945

0,862

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Reliabel

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa masing-masing variabel

antara pengalaman, kerja, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi,

komitmen organisasi dan kualitas audit, ternyata diperoleh > 0,6 maka item

pertanyaan tersebut bersifat reliabel. Dengan demikian, maka hasil uji reabilitas

terhadap keseluruhan variabel adalah reliabel.

4.3.3 Uji Asumsi Klasik

4.3.3.1. Normalitas

Uji Normalitas digunakan untuk melihat normal tidaknya penyebaran data

variabel dependen dengan cara melihat nilai komogorov-smirnov. Data distribusi

normal, jika nilai signifikasi kolmogorov-smirnov > 0,05. Hasil normalitas adalah

sebagai berikut :

Page 68: Proposal Skipsi DESTY Fix

68

Tabel 11Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

72

,0000000

1,93170595

,066

,066

-,053

,562

,911

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

Absolute

Positive

Negative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

Sumber : data primer yang diolah

Hasil nilai signifikasi komogorov-smirnov adalah sebesar 0,911 > 0,05,

sehingga dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi secara normal.

4.3.3.2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik adalah

model yang bebas dari multikolinearitas. Uji multikolinearitas data dapat dilihat dari

besarnya nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance.

Model regresi yang bebas dari multikolinearitas adalah yang mempunyai VIF

kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1. Mengacu pada kedua pendapat di

atas maka berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh nilai :

Page 69: Proposal Skipsi DESTY Fix

69

Tabel 4.12Multikolinearitas

Coefficientsa

,493 2,029

,495 2,018

,454 2,203

,510 1,962

,446 2,243

,388 2,578

pengalaman kerja

independensi

obyektivitas

Integritas

Kompetensi

Komitmen organisasi

Model1

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Kualitas audita.

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan hasil tersebut maka variabel bebas dalam penelitian ini

(pengalaman, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi, dan komitmen

organisasi ) tidak terjadi multikolinier karena VIF < 10 dan Tolerance > 0,1.

4.3.3.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari satu residual pengamatan kepengamatan lain.

Jika variance dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut homoskedastisitas. dan jika varians berbeda, disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil

heteroskedastisitas dapat di gambarkan sebagai berikut :

Page 70: Proposal Skipsi DESTY Fix

70

3210-1-2-3

Regression Studentized Residual

2

1

0

-1

-2

Re

gre

ss

ion

Sta

nd

ard

ize

d P

re

dic

ted

Va

lue

Dependent Variable: Kualitas audit

Scatterplot

Sumber : data primer yang diolah

Berdasarkan grafik hasil penelitian, deteksi yang ada adalah penyebaran, dan

tidak membentuk pola tertentu, sehingga model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari satu residual pengamatan kepengamatan lain.

4.4. Goodness Of Fit

4.4.1 Uji F

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah pengalaman, independensi,

obyektivitas, integritas, kompetensi dan komitmen organisasi secara bersama-sama

berpengaruh terhadap kualitas audit yang diambil auditor. Hasil pengujian ini dapat

dilihat pada tabel 4.13

Gambar 4.2 : Heteroskedastisitas

Page 71: Proposal Skipsi DESTY Fix

71

Tabel 4.13Hasil Uji F

ANOVAb

1497,064 6 249,511 61,216 ,000a

264,936 65 4,076

1762,000 71

Regression

Residual

Total

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Komitmen organisasi, obyektivitas, pengalaman kerja,Integritas, independensi, Kompetensi

a.

Dependent Variable: Kualitas auditb.

Sumber : Data primer yang diolah

Nilai signifikasi F sebesar 0,000 < 0,05, dengan demikian persamaan semua

variabel pengalaman, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi, dan

komitmen organisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas audit yang

diambil auditor.

4.4.2 Koefisien Determinasi (R2 )

Persentase variabel dependen (kualitas audit) dapat dijelaskan oleh variabel

independen (pengalaman, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi, dan

komitmen organisasi) dalam model penelitian ditunjukkan oleh besarnya Koefisien

Determinasi. Koefisien Determinasi ini menunjukan seberapa besar pengaruh

variabel bebas terhadap variabel dependent atau bebas yang dinyatakan dalam persen

(%).

Page 72: Proposal Skipsi DESTY Fix

72

Tabel 4.14Koefisien Determinasi

Model Summaryb

,922a ,850 ,836 2,019Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Predictors: (Constant), Komitmen organisasi,obyektivitas, pengalaman kerja, Integritas,independensi, Kompetensi

a.

Dependent Variable: Kualitas auditb.

Nilai koefisien determinasi untuk variabel pengalaman, independensi,

obyektivitas, integritas, kompetensi, dan komitmen organisasi dapat menjelaskan

kualitas audit yang diambil auditor KAP di Jawa Tengah sebesar 83,60 % sedangkan

sisanya diterangkan oleh faktor lain yang tidak diamati dalam penelitian ini, seperti

pengetahuan, kompleksitas tugas dan lain-lain.

4.5 Analisis Regresi Linier Berganda

4.5.1 Model Persamaan Regresi

Perhitungan regresi linier berganda antara pengalaman, independensi,

obyektivitas, integritas, kompetensi, komitmen organisasi terhadap kualitas audit

dengan dibantu program SPSS dalam proses penghitungannya dapat diperoleh hasil

sebagai berikut :

Page 73: Proposal Skipsi DESTY Fix

73

Tabel 4.15Uji Regresi Berganda

Coefficientsa

15,896 1,466 10,842 ,000

,177 ,057 ,212 3,095 ,003

,076 ,039 ,132 1,936 ,057

,195 ,051 ,272 3,813 ,000

,134 ,031 ,293 4,356 ,000

,074 ,050 ,108 1,499 ,139

,103 ,042 ,191 2,476 ,016

(Constant)

pengalaman kerja

independensi

obyektivitas

Integritas

Kompetensi

Komitmen organisasi

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig.

Dependent Variable: Kualitas audita.

Sumber : data primer yang diolah

Y = 0,212X1 + 0,132 X2 + 0,272 X3 + 0,293 X4 + 0,108X5 + 0,191X6 + e

Hasil persamaan regresi linier berganda tersebut di atas memberikan

pengertian bahwa :

a. b1 (nilai koefisien regresi pengalaman kerja) bernilai positif, mempunyai arti

apabila pengalaman kerja semakin meningkat, maka kualitas audit yang diambil

auditor semakin meningkat.

b. b2 (nilai koefisien regresi independensi) bernilai positif, mempunyai arti apabila

independensi semakin meningkat, maka kualitas audit yang diambil auditor

semakin meningkat.

Page 74: Proposal Skipsi DESTY Fix

74

c. b3 (nilai koefisien regresi obyektivitas) bernilai positif, mempunyai arti apabila

obyektivitas semakin meningkat, maka kualitas audit yang diambil auditor

semakin meningkat.

d. b4 (nilai koefisien regresi integritas) bernilai positif, mempunyai arti apabila

integritas meningkat, maka kualitas audit yang diambil auditor semakin

meningkat.

e. b5 (nilai koefisien regresi kompetensi) bernilai positif, mempunyai arti apabila

kompetensi meningkat, maka kualitas audit yang diambil auditor semakin

meningkat.

f. b6 (nilai koefisien regresi komitmen organisasi) bernilai positif, mempunyai arti

apabila komitmen organisasi meningkat, maka kualitas audit yang diambil

auditor semakin meningkat.

4.5.2 Pengujian Hipotesis

a. H1 : Pengaruh Pengalaman Kerja terhadap Kualitas audit

Hasil perhitungan tabel 4.15, diperoleh nilai signifikasi untuk pengalaman

kerja adalah = 0,003 < 0,05 menandakan bahwa pengalaman kerja mempunyai

pengaruh terhadap kualitas audit. Dengan demikian H1 yang menyatakan

pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas hasil audit diterima.

b. H2 : Pengaruh Independensi terhadap Kualitas audit

Hasil perhitungan tabel 4.15, diperoleh nilai signifikasi untuk

independensi adalah = 0,057 > 0,05 menandakan bahwa independensi tidak

Page 75: Proposal Skipsi DESTY Fix

75

mempunyai pengaruh terhadap kualitas audit. Dengan demikian H2 yang

menyatakan independensi berpengaruh terhadap kualitas hasil audit di tolak.

c. H3 : Pengaruh Obyektivitas terhadap Kualitas audit

Hasil perhitungan tabel 4.15, diperoleh nilai signifikasi untuk

obyektivitas adalah = 0,000 < 0,05 menandakan bahwa obyektivitas

mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit. Dengan demikian H3 yang

menyatakan objektifitas berpengaruh terhadap kualitas hasil audit di terima.

d. H4: Pengaruh Integritas terhadap Kualitas audit

Hasil perhitungan tabel 4.15, diperoleh nilai signifikasi untuk integritas

adalah = 0,000 < 0,05 menandakan bahwa integritas mempunyai pengaruh

positif terhadap kualitas audit. Dengan demikian H4 yang menyatakan integritas

berpengaruh terhadap kualitas hasil audit di terima.

e. H5 : Pengaruh Kompetensi terhadap Kualitas audit

Hasil perhitungan tabel 4.15, diperoleh nilai signifikasi untuk kompetensi

adalah = 0,139 > 0,05 menandakan bahwa kompetensi tidak mempunyai

pengaruh positif terhadap kualitas audit. Dengan demikian H5 yang menyatakan

kompetensi berpengaruh terhadap kualitas hasil audit di tolak.

f. H6 : Pengaruh Komitmen Organisasi terhadap Kualitas audit

Hasil perhitungan tabel 4.15, diperoleh nilai signifikasi untuk komitmen

organisasi adalah = 0,016 < 0,05 menandakan bahwa komitmen organisasi

mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit. Dengan demikian H6 yang

Page 76: Proposal Skipsi DESTY Fix

76

menyatakan komitmen organisasi berpengaruh terhadap kualitas hasil audit di

terima.

4.6 Pembahasan

4.6.1 Pengaruh Pengalaman Terhadap Kualitas audit

Pengalaman audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas

audit, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Kondisi ini

terjadi karena pengalaman sebagai seorang auditor pun memiliki peran penting

terhadap audit judgment. Semakin banyak jam terbang yang dimiliki oleh auditor

dalam mengaudit suatu laporan keuangan perusahaan akan semakin besar pengaruh

yang diberikan terhadap audit judgment. Karena berbagai kejadian yang terjadi saat

mengaudit klien satu dengan klien yang lainnya berbeda, dimana masing-masing

klien memiliki struktur organisasi yang berbeda, bidang usaha yang ditempuh pun

berbeda, dan perilaku para klien yang berbeda beda pula. Hasil ini mendukung

penelitian Tubagus Mansur (2007), yang menyatakan pengalaman audit mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit.

4.6.2 Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas audit

Independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas

audit, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih besar dari 0,05. Kondisi ini

terjadi karena auditor dalam penelitian ini adalah auditor KAP, dimana independensi

sudah pasti dimiliki oleh anggota auditor, Kondisi ini terjadi karena auditor dalam

penelitian ini adalah auditor junior, dimana independensi tidak sepenuhnya

Page 77: Proposal Skipsi DESTY Fix

77

didapatkan, semua berhubungan dengan ketua tim auditor, sehingga keputusan

pemberian opini tidak sepenuhnya atas idenya.

Hasil ini tidak sesuai dengan Chow dan Rice dalam Singgih dan Bawono

(2010), menjelaskan bahwa manajemen perusahaan berusaha menghindari opini

wajar dengan pengecualian, karena bisa mempengaruhi harga pasar saham

perusahaan dan kompensasi yang dimiliki oleh manajer. Namun laporan keuangan

adalah hasil proses negosiasi antara auditor dengan klien. Disinilah auditor berada

pada situasi yang dilematis, di satu sisi auditor harus bersikap independen dalam

memberikan opini mengenai kewajiban laporan keuangan yang berkaitan dengan

kepentingan banyak pihak, namun disisi lain dia juga harus bisa memenuhi tuntutan

yang diinginkan oleh klien yang membayar fee atas jasanya agar kliennya puas

dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasanya di waktu yang akan datang.

posisinya yang unik seperti itulah yang menempatkan auditor pada situasi dilematis,

sehingga dapat mempengaruhi kualitas auditnya. Hasil ini mendukung penelitian

Gusti dan Ali (2008) yang menyatakan independensi tidak mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap kualitas audit, namun hasil penelitian ini mendukung

penelitian Alim, Hapsari dan Purwanti (2007), Siggih dan Bawono (2010), yang

menyatakan independensi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas

audit.

4.6.3 Pengaruh Obyektivitas Terhadap Kualitas audit

obyektivitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit,

hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Kondisi ini terjadi

Page 78: Proposal Skipsi DESTY Fix

78

karena hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi obyektivitas dan dapat

mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa obyektivitas auditor dapat

dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas

berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan. Hasil ini

mendukung penelitian Taufik Ahmad Rahman, (2009), Singgih dan Bawono (2010),

yang menyatakan obyektivitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kualitas audit.

4.6.4 Pengaruh Integritas Terhadap Kualitas audit

Integritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit, hal

ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Kondisi ini terjadi karena

auditor sebabagai ujung tombak pelaksanaan tugas audit harus senantiasa

meningkatkan pengetahuan yang dimiliki agar penerapan pengetahuan dapat

maksimal dalam praktiknya. Auditor yang memiliki integritas yang tinggi dapat

menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur , tetapi

tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka

auditor dapat meningkatkan kualitas auditnya Hasil ini mendukung penelitian

Mediasari dan Nellysari (2008), yang menyatakan integritas mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap kualitas audit, namun penelitian ini tidak mendukung hasil

penelitian Singgih dan Bawono (2010), yang menyatakan integritas mempunyai

pengaruh yang tidak signifikan terhadap kualitas audit.

Page 79: Proposal Skipsi DESTY Fix

79

4.6.5 Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas audit

Kompetensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas

audit, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih besar dari 0,05. Kondisi ini

terjadi karena auditor dalam penelitian ini sebagian besar adalah auditor junior,

dimana kompetensi yang diperoleh berkaitan dengan keahlian profesional yang

dimiliki oleh auditor sebagai hasil dari pendidikan formal, sedangkan untuk ujian

profesional maupun keikutsertaan dalam pelatihan, seminar, simposium masih

rendah.

Hasil ini mendukung penelitian Alim, Hapsari dan Purwanti (2007)

menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit, namun

penelitian ini tidak mendukkung penelitian Taufik ahmad Rahman (2009), yang

menyatakan kompetensi tidak berpengaruh signiifkan terhadap kualitas audit.

4.6.6 Pengaruh Komitmen Organisasi Terhadap Kualitas audit

Komitmen organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas

audit, hal ini dibuktikan dengan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05. Kondisi ini

terjadi karena komitmen merupakan salah satu konsistensi dari wujud keterkaitan

seseorang terhadap suatu organisasi, auditor dalam penelitian ini adalah auditor yang

masih muda dan masih baru bekerja, sehingga akan berusaha untuk berkomitmen

kepada organisasinya untuk mendapatkan pengalaman yang banyak. Dengan masa

kerja yang relatif kecil ini, auditor tidak memiliki banyak pilihan untuk bekerja di

tempat lain, sehingga berkomitmen terhadap organisasinya. Hasil ini mendukung

Page 80: Proposal Skipsi DESTY Fix

80

penelitian Carolita dan Rahardjo (2012)) menyatakan bahwa komitmen organisasi

berpengaruh terhadap kualitas audit.

Page 81: Proposal Skipsi DESTY Fix

81

Page 82: Proposal Skipsi DESTY Fix

B A B V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat dibuat

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengalaman audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas

hasil audit.

2. Independensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kualitas hasil audit.

3. Obyektivitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas

hasil audit.

4. Integritas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas hasil

audit.

5. Kompetensi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kualitas hasil audit.

6. Komitmen organisasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kualitas hasil audit.

7. Nilai koefisien determinasi(R2) untuk variabel pengalaman, independensi,

obyektivitas, integritas, kompetensi, dan komitmen organisasi dapat menjelaskan

82

Page 83: Proposal Skipsi DESTY Fix

83

kualitas audit yang diambil auditor KAP di Jawa Tengah sebesar 83,60 %, dari

presentase 100%.

8. Nilai signifikasi F sebesar 0,000 < 0,05, dengan demikian persamaan

semua variabel pengalaman, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi,

dan komitmen organisasi secara bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas

audit yang diambil auditor.

5.2 Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

1. Tidak mudahnya mendapatkan kembali kuesioner yang telah disebar sesuai

dengan yang diharapkan karena pengumpulan penelitian dilakukan pada waktu

saat auditor disibukkan dengan banyaknya pekerjaan di KAP .

2. Penelitian yang digunakan menggunakan metode kuesioner sehingga kurangnya

komunikasi antara auditor dengan peneliti dalam melakukan penelitian.

5.3 Saran

Saran dalam penelitian ini ditujukan kepada Inspektorat dan masyarakat,

sebagai berikut :

1. Bagi KAP, hasil penelitian ini memperhatikan bahwa pengalaman kerja,

independensi, objektifitas, integritas, kompetensi dan komitmen organisasi

terhadap kualitas hasil audit,audit sebaiknya sebaiknya dilakukan oleh auditor

yang sudah berpengalaman dan memiliki pengetahuan yang cukup dalam

mengaudit.

Page 84: Proposal Skipsi DESTY Fix

84

2. Bagi Auditor diharapkan dapat melakukan tugasnya dalam mengaudit dengan

profesional , jujur dan independen.

5.4 Aganeda Penelitian Yang Akan Datang

1. Penelitian selanjutnya sebaiknya tidak pada saat masa sibuk auditor dan KAP

yang akan kita jadikan penelitian.

2. Sebaiknya penggunaan selain metode survey seperti metode interview dapat

digunakan untuk mendapatkan komunikasi dua arah dengan subyek dan

mendapatkan kejujuran jawaban subyek.

3. Karena dalam penelitian ini terdapat kuesioner yang tidak lengkap pengisiannya,

untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat memeriksa terlebih dahulu

kelengkapan jawaban pada kuesioner.

Page 85: Proposal Skipsi DESTY Fix

85

DAFTAR PUSTAKA

Alim, M. Nizarul. Trisni Hapsari dan Lilik Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi

dan Independensi Terhadap Kualitas Audit dengan Etika Auditor sebagai

Variabel Moderasi.. Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar .

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19

Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995. Edisi Kedua. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan. Balai Pustaka.

Maryani, T. & Ludigdo, U. 2000. “Survei atas Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Sikap dan Perilaku Etis Akuntan”. Jurnal Tema. Vol. II No.1 Maret; 49-62.

Sukriah, Ika. Akram dan Biana Adha. (2009). Pengaruh Pengalaman Kerja,

Independensi, Obyektifitas,Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil

Pemeriksaan. Simposium Nasional Akuntansi 12. Palembang.

Trisnaningsih, Sri. 2007.Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi sebagai

Media Pemgaruh Pemahaman Good Governance , Pemahaman SIA dan

Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional

Akuntansi X. Makasar.

Page 86: Proposal Skipsi DESTY Fix

86

Indriantoro, Nur. Dan Supomo, Bambang. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis.

Catatan Kedua, Yogyakarta: Penerbit BFFE UGM.

DeAngelo, L. E. 1981a. Auditor Size and Audit Quality. Journal of Accounting and

Economics 3 (1): 167-175.

Mabruri dan Jaka Winarna. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kualitas Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah. Simposium Nasional

Akuntansi 13. Purwokerto.

Carolita, Metha. Kartika. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,

Objektifitas, Integritas,Kompetensi dan Komitmen Akuntansai Terhadap

Kualitas Hasil Audit. Jurnal Tema. Vol. 1, No. 2.

Ayuningtyas,Harvita. Yulian. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja,Independensi,

Objektifitas, Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit.

Jurnal Tema, Vol.1 No. 2.

Singgih dan Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Profesional

Care, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit. SNA XIII .Purwokerto.

Carolita, Metha. Kartika. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi,

Objektifitas, Integritas,Kompetensi dan Komitmen Akuntansai Terhadap

Kualitas Hasil Audit.Skripsi.Fakultas Ekonomi.Universitas Diponegoro.

Semarang.

Ayuningtyas,Harvita. Yulian. 2012. Pengaruh Pengalaman Kerja,Independensi,

Objektifitas, Integritas, dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Audit.

Skripsi.Fakultas Ekonomi.Universitas Diponegoro. Semarang.

Page 87: Proposal Skipsi DESTY Fix

87

Syah, Heri. Kurniawan. 2012. Pengaruh Independensi, Pengalaman Auditor, Due

Profesional Care, Akuntabilitas, Objektifitas, dan Kompetensi Terhadap

Kualitas Audit. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Semarang. Semarang.