12
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL 70% KOMBINASI BAWANG MERAH (Allium cepa L.), KUBIS (Brassica oleracea var capitata L.) DAN SARANG SEMUT (Myrmecoida sp.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN MRSA (Meticillin Resistant Staphylococcus aureus). DISUSUN OLEH : Angga Dominius I 11112063 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

Proposal Skripsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

qa

Citation preview

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK METANOL 70% KOMBINASI BAWANG MERAH (Allium cepa L.), KUBIS (Brassica oleracea var capitata L.) DAN SARANG SEMUT (Myrmecoida sp.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus DAN MRSA (Meticillin Resistant Staphylococcus aureus).

DISUSUN OLEH :

Angga Dominius

I 11112063

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah masalah yang sering terjadi pada bakteri patogen manusia adalah resisten terhadap banyak antibiotik (Multi-drug resistent) contohnya seperti Staphylococcus aureus, MRSA, Escherichia coli O157:H7, Mycobacterium tuberculosis dan Pseudomonas aerugenosa (Hafidh et al, 2011), kini hal tersebut telah menjadi kendala utama dalam perkembangan antibiotik masa kini. Kendala tersebut kemudian membuat banyak peneliti untuk melakukan kajian terhadap pengobatan alternatif seperti tanaman obat obatan. Diketahui kebanyakan tanaman obat obatan yang digunakan sebelumnya memiliki senyawa fenolik yang bersifat sebagai antibiotik spektrum luas (Fernandez et al., 1996; Kitanov et al., 1991 dalam Ismail et al., 2012).Bakteri multi-drug resistent strain Staphylococcus aureus secara luas tersebar di rumah sakit dan meningkat pula pada beberapa komunitas. S. aureus adalah bakteri patogen yang paling sering diisolasi pada manusia dan sangat sering menyebabkan infeksi kulit dan jaringan ikat, infeksi endovaskular, pneumonia, artritis septik, endokarditis, osteomielitis, infeksi benda asing dan sepsis. MRSA (Methicillin-resistent S. aureus) adalah bakteri S. aureus yang resisten terhadap semua antibiotik penicillin dan obat lain golongan -lactam. Bakteri bakteri ini ditemukan juga dalam jumlah besar di rumah sakit, lingkungan layanan kesehatan lain dan pasien pasien yang menggunakan fasilitas fasilitas ini (David dan Daum, 2010).

Sejak pertengahan tahun 1990an, telah terjadi ledakan jumlah infeksi MRSA yang dilaporkan pada populasi dengan faktor risiko rendah yang terpapar sistem layanan kesehatan tersebut (David dan Daum, 2010). Pada beberapa dekade belakangan, insiden infeksi MRSA terus meningkat di berbagai belahan dunia. Di Asia, prevalensi infeksi MRSA kini mencapai 70%, sementara di Indonesia pada tahun 2006 prevalensinya berada pada angka 23,5% (Sulistyaningsih, 2010). Data dari Pusat Program Surveilans Antimikroba juga menunjukkan terjadinya peningkatan MRSA di antara S. aureus yang diisolasikan dari pasien Intensive Care Unit (ICU) di seluruh dunia. Penelitian terbaru pada 68 sampel tenaga tenaga medis dan paramedis di ruang ICU dan ruang perawatan bedah RSUD Abdul Moeloek tahun 2010 ditemukan infeksi S. aureus dan MRSA sebanyak 38,24 % untuk MRSA; 22,05% sensitif antibiotik, 29,41% positif Staphylococcus sp dan sisanya tidak didapatkan pertumbuhan koloni pada media Mannitol Salt Agar (MSA) (Mahmudah et al., 2013), penelitian ini secara langsung menekankan bahwa infeksi S. aureus dan MRSA perlu mendapatkan perhatian yang serius dari para peneliti untuk menemukan antibiotik yang efektif pada kedua mikroorganisme ini.Berdasarkan alasan alasan di atas, dirasakan sangat penting untuk menemukan agen antimokroba baru. Namun, penggunaan agen antimikroba baru mungkin akan memiliki masa hidup efektif yang rendah (Coates et al., 2002 Rahman et al., 2011). Oleh sebab itu, peneliti saat ini sedang berlomba lomba untuk merubah pandangan mereka terhadap produk produk herbal, pencarian terhadap agent baru akan membawa pada perkembangan ke arah lebih baik pada obat obatan untuk melawan bakteri bakteri resisten banyak obat (multidrug resistentI) khususnya dari strain S. aureus yaitu MRSA ini (Braga et al., 2002 dalam Rahman et al., 2011).Sejak dahulu kala penggunaan obat obatan herbal dalam hal penyembuhan penyakit telah sering dilakukan. Orang orang dari seluruh benua telah lama menggunakan tanaman herbal baik dalam bentuk asli maupun olahan berupa infusa dari ratusan tanaman obat yang diakui oleh beberapa suku sebagai tanaman asli mereka. Secara historis, hasil terapi tanaman tanaman herbal dapat dicapai dengan campuran, cukup sering menyembuhkan atau menghilangkan gejala yang dihasilkan suatu penyakit. Namun, dapat terjadi toksikasi pada dosis tinggi (Cowan, 1999). Adapun diketahui beberapa tanaman yang memiliki potensial terapi, seperti Illicium verum, Crataegus oxyacantha ssp monogyna (sejenis belukar), Allium cepa (bawang merah) (Benmalek et al., 2013), kubis-kubisan (Brassica oleracea L.)(Sibi et al., 2013) dan sarang semut (Myrmecoida sp) (Efendi and Hertiani, 2013). Pada penelitian ini digunakan tiga kombinasi tanaman sekaligus yaitu : Allium cepa, Brassica oleracea var capitata L. dan Myrmecoida sp. Penggunaan tanaman genus Allium seperti bawang putih dan bawang merah untuk terapi berbagai jenis penyakit telah dilaporkan di dunia. Banyak anggota dari genus ini terbukti memiliki aktivitas antibakteri, antijamur, antiprotozoa dan antihelmintes (Ismail et al., 2012). Kemampuan ini diketahui karena tanaman genus Allium memiliki kandungan antioksidan berupa allisin yang terbukti memiliki efek antibakteri secara in vitro (Shinkafi dan Dauda, 2013). Sayuran golongan Brassicaecae sudah menjadi sayuran konsumsi yang tidak asing bagi penduduk dunia dan pula telah dianggap sebagai sayuran penting di India, China, Jepang dan Eropa. Diketahui di dalam sayuran ini terkandung antioksidan yang memiliki efek antibakteria pula terutama pada S. aureus, E. Coli, P. aeruginosa dan bakteri bakteri dari makanan lainnya (food borne) (Sibi et al., 2013). Kemudian, tanaman selanjutnya adalah Myrmecoid sp. Tanaman golongan ni yang banyak dimanfaatkan sebagai bagian dari pengobatan adalah M. Tuberosa, M. Pendans dan Hydnophytum formicarum (Rubiaceae) (Soeksmanto et al., 2010). Tanaman sarang semut jenis Myrmecoida tuberosa dilaporkan mengandung senyawa senyawa kimia fenolik dan terpenoid/steroid (Hertiani et al, 2010). Golongan senyawa fenol telah banyak dilaporkan memiliki aktivitas antimikroba yang potensial (Rios dan Recio 2005 dalam Efendi and Hertiani, 2013).Kombinasi ketiga bahan alam yang memiliki sifat antibakteri yang sinergis ini diharapakan akan menghasilkan efek antibiotik yang maksimal sesuai dengan hasil penelitian antibakteria Andualem (2013) bahwa dengan menggunakan bawang putih dan madu, dimana efek antibakteri masing masing bahan dibandingkan dengan efektivitas kloramfenikol sangatlah minimal namun, setelah dikombinasikan kedua bahan ini dapat memberikan hasil yang cukup signifikan. Inilah yang mendasari kenapa peneliti menggunakan metode kombinasi dalam penelitiannya.Berdasarkan alasan alasan yang telah diutarakan secara terperinci di atas maka penulis merasa tertarik untuk menguji efektivitas 3 kombinasi bahan yang telah disebutkan di atas terhadap bakteri S. aureus dan MRSA yang diharapkan kombinasi tersebut dapat memberikan efek antibakteri yang signifikan sehingga dapat memberikan pilihan pengobatan alternatif terbaru dalam menekan infeksi nosokomial dari kedua bakteri tersebut.

Penelitian ini menggunakan ekstrak metanol 70 % dengan metode kultur sesuai dengan standard internasional yaitu CLSI metode disc diffusion dan standard dilusi sebesar 0,5 McFarland serta menggunakan media Mueller Hilton sebagai media tanam kedua bakteri ini. Kontrol positif diperlakukan dengan antibiotik Siprofloksasin.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah disampaikan diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

Bagaimana aktivitas antibakteri ekstrak metanol 70% kombinasi bawang merah (Allium cepa l.), kubis (Brassica oleracea var capitata L) dan sarang semut (Myrmecoida sp.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan MRSA (meticillin resistant staphylococcus aureus) pada metode disc diffusion?1.3 Hipotesis

Kombinasi ektrak metanol 70% bawang merah (Allium cepa l.), kubis (Brassica oleracea var capitata L) dan sarang semut (Myrmecoida sp.) memberikan aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan MRSA (meticillin resistant staphylococcus aureus).1.4 Tujuan Penelitian1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efek antibakteri ekstrak metanol 70% kombinasi bawang merah (Allium cepa L.), kubis (Brassica oleracea var capitata L.) dan sarang semut (Myrmecoida sp.).1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak metanol 70% kombinasi bawang merah (Allium cepa L.), kubis (Brassica oleracea var capitata L.) dan sarang semut (Myrmecoida sp.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan MRSA (meticillin resistant staphylococcus aureus) pada metode disc diffusion.

2. Untuk membedakan aktivitas ketiga kombinasi tersebut terhadap antibiotik sintetik yang sering digunakan.1.5 Manfaat Penelitian1.5.1 Bagi Instansi yang Menangani Legalitas Obat

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan dalam pertimbangan untuk melakukan kajian lebih mendalam terhadap ketiga tanaman ini pada khususnya dan tanaman tanaman herbal lain pada umumnya guna meningkatkan kemajuan negeri dalam bidang pemberdayaan sumber daya alam untuk industri obat obatan herbal berbasis evidence based medicine.1.5.2 Bagi Perguruan Tinggi

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangsih yang berarti pada perguruan tinggi untuk terus melanjutkan perjuangan penelitian sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang berguna bagi kemajuan bangsa dan negara yang secara langsung telah mewujudkan tri dahrma perguruan tinggi yaitu : penelitian dan pengembangan dan sekaligus pengabdian kepada masyarakat.

1.5.3 Bagi PenulisHasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berharga bagi peneliti sehingga dapat menerapkan penelitian ilmiah yang diperoleh untuk penelitian dimasa mendatang dan dapat digunakan sebagai informasi awal bagi peneliti tentang efektivitas ketiga kombinasi tersebut untuk memerangi wabah infeksi nosokomial S. aureus dan MRSA.DAFTAR PUSTAKA

1. Fernndez MA, Garca MD, and Senz MT. Antibacterial activity of the phenolic acids fractions of Scrophularia frutescens and Scrophularia sambucifolia. Journal of Ethnopharmacology.1996.53(1):1114.

2. Kitanov GM and Nikolov NTZ. Phenolic constituents of Hypericum maculatum. Fitoterapia. 1991;62(1):92.

3. Ismail S, Jalilian FA, Talebpour AH, Zargar M, Shameli K, Sekawi Z et al. Chemical Composition and Antibacterial and Cytotoxic Activities of Allium hirtifolium Boiss. BioMed Resch Int. 2012;2013:1-8

4. David MZ and Daum RS. Community-associated metichillin-Resistant Staphylococcus aureus : Epidemiology and clinical consequences of an emerging epidemic. Clin. Microbiol. Rev. 2010;23(3):616. DOI : 10.1128/CMR.00081-09.

5. Sulistyaningsih. 2010. Uji kepekaan beberapa sediaan antiseptic Terhadap bakteri staphylococcus aureus dan Staphylococcus aureus resisten metisilin (MRSA). (Tesis). Universitas Padjajaran. Bandung. 2pp.

6. Mahmudah R, Soleha UT, Ekowati CN. Identifikasi mathicillin-resistant S. aureus (MRSA) pada tenaga medis dan para medis di ruang intensive care unit (ICU) dan ruang perawatan bedah RSUD Abdul Moeluk. Med J Lampung Univ. 2013;2(4):70-78.

7. Coates A, Hu Y, Bax R, Page C: The future challenges facing the developement of new antimicrobial drugs. Nat Rev Drug Discov. 2002;1:895-910.

8. Braga LC, Leite AAM, Xavier KGS, Takahashi JA, Bemquerer MP, Chartone-Souza E. Nascimento AMA: Synergic interaction between pomegranate extracts and antibiotics against Staphylococcus aureus. Can J Microbiol. 2005;51:541-547.

9. Rahman S, Parvez AK, Islam R, Khan MH. Antibacterial activity of natural spices on multiple drug resistant Escherichia coli isolated from drinking water, Bangladesh. Annal of clinical microbiology and antimicrobial. 2011;10(10):1-4.

10. Cowan MM. Clinical microbiologists have two reasons to be interested in the topic of antimicrobial plant extracts. Clin Microb Rev. 1999;12:564-582.

11. Benmalek Y, Yahia OA, Belkebir A and Fardeau ML. Anti-microbial and anti-oxidant activities of Illicium verum, Crataegus oxyacantha ssp monogyna and Allium cepa red and white varieties. Bioengineered.2013;4(4):244-248.

12. Efendi YN and Hertiani T. Antimicrobial potency of ant-plant extract (myrmecodia tuberosa jack.) against Candida albicans, Escherichia coli, and Staphylococcus aureus. Trad. Med. J. 2013;81(1):53-58.

13. Sibi G, Shukla A, Dhananjaya K. Ravikumar KR and Mallesha H. In vitro antibacterial activities of Broccoli (Brassica oleracea L.var italica) against food borne bacteria. J. app pharm sci. 2013;3(05):100-103.

14. Shinkafi SA and Dauda H. Antibacterial Activity of Allium Cepa (Onion) On Some Pathogenic Bacteria Associated With Ocular Infections. Sch. J. App. Med. Sci. 2013;1(3):147-151.

15. Soeksmanto A, Subroto MA. Wijaya H dan Simanjuntak P. Anticancer Activity, Test for Extracts of Sarang semut Plant (Myrmecodya pendens) to HeLa and MCMB2 Cells. Pakistan Journal of Biological Science. 2010;13(3):148-151.

16. Hertiani T, Ediati S, Saad S and Ulfah M. Preliminary Study on Immunomodulatory Effect of Sarang-Semut Tubers Myrmecodia tuberosa and Myrmecodia pendens. OJBS. 2010;10(3):136-141.

17. Ros JL and Recio MC. Perspective paper, Medicinal plants and antimicrobial activity. Journal of Ethnopharmacology. 2005;100:80-84.

18. Andualem B. Combined antibacterial activity of stingless bee (Apis mellipodae) honey and garlic (Allium sativum) extracts against standard and clinical pathogenic bacteria. Asian pac j trop biomed. 2013;3(9):725-731.

19. Hafidh RR, Abdulamir AS, Vern LS, Bakar FA, Abas F et al. Inhibition of Growth of Highly Resistant Bacterial and Fungal Pathogens by a Natural Product.The open microbiology journal.2011;5: 96-106.