32
PROPOSAL skripsi lompat jauh KEBERHASILAN LATIHAN TOLAKAN MENGGUNAKAN PAPAN TOLAK MIRING DENGAN PAPAN TOLAK DATAR TERHADAP PRESTASI LOMPAT JAUH DI KELAS VI SD NEGERI PELEM I KECAMATAN PARE KABUPATEN KEDIRI A. Latar Belakang Masalah Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik, nomor ini meruakan jenis lompatan yaitu pencapaian jarak terjauh menjadi tujuan utama dari nomor ini. Dengan demikian semua potensi dan aspek teknis penunjang diarahkan untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Kosasih (1995:67) menjelaskan bahwa: yang menjadi tujuan dari lompat jauh adalah mencapai jarak yang sejauh-jauhnya. Maka untuk dpat mencapai jarak lompatan itu dengan terlebih dahulu harus sudah memahami unsure-unsur pokok pada lompatan”. Untuk mencapai hasil lompatan yang optimal. faktor mendasar yang harus dimiliki oleh pelompat adalah kemampuan kondisi fisik dan kemampuan penguasaan teknik. Pengaruh kondisi fisik akan terlihat pada kemampuan pelompat ketika melakukan awalan dan tolakan. Awalan yang cepat dan tolakan yang kuat dipengauhi oleh kecepatan dan power tungkai si pelompat, sedangkan keserasian gerakan awalan dan tolakan yang

PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proposal lompat jauh

Citation preview

Page 1: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

PROPOSAL skripsi lompat jauh

KEBERHASILAN LATIHAN TOLAKAN MENGGUNAKAN PAPAN TOLAK MIRING DENGAN PAPAN TOLAK DATAR TERHADAP PRESTASI LOMPAT JAUH DI

KELAS VI SD NEGERI

PELEM I KECAMATAN PARE

KABUPATEN KEDIRI

A. Latar Belakang Masalah

Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga atletik,

nomor ini meruakan jenis lompatan yaitu pencapaian jarak terjauh menjadi tujuan utama dari

nomor ini. Dengan demikian semua potensi dan aspek teknis penunjang diarahkan untuk

mencapai jarak yang sejauh-jauhnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Kosasih (1995:67)

menjelaskan bahwa: yang menjadi tujuan dari lompat jauh adalah mencapai jarak yang

sejauh-jauhnya. Maka untuk dpat mencapai jarak lompatan itu dengan terlebih dahulu harus

sudah memahami unsure-unsur pokok pada lompatan”.

Untuk mencapai hasil lompatan yang optimal. faktor mendasar yang harus dimiliki

oleh pelompat adalah kemampuan kondisi fisik dan kemampuan penguasaan teknik.

Pengaruh kondisi fisik akan terlihat pada kemampuan pelompat ketika melakukan awalan

dan tolakan. Awalan yang cepat dan tolakan yang kuat dipengauhi oleh kecepatan dan power

tungkai si pelompat, sedangkan keserasian gerakan awalan dan tolakan yang baik sangat

tergantung pada penguasaan tekniknya. Apabila kecepatan dan poser menolak ini dilakukan

dengan teknik awalan dan tolakan yang benar maka hasil lompatannya akan jauh.

Unsur-unsur yang mencapai pengaruh terhadap hasil lompatan diantaranya adalah

kecepatan horizontal dan tolakan vertikal. Kecepatan horizontal diperlukan pada saat

melakukan awalan, sedangkan tolakan vertikal diperlukan saat kaki tolak menyentuh papan

tolak untuk melakukan take off. Hal ini sesuai dengan pendapat Ballesteeros (1999:54) yaitu:

“lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat sewaktu dari awalan dengan

gaya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki tolak. Resultan dari kedua gaya menentukan

gerak parabola dari titik pusat gravitasi”.

Page 2: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

Untuk mencapai hasil yang maksimal maka saat take-off diperlukan dorongan

tenaga yang kuat untuk menyelesaikan suatu perpindahan dari kecepatan horizontal menjadi

kekuatan vertikal. Keterampilan mengubah kecepatan horizontal menjadi kecepatan vertikal

yang dihasilkan dari kekuatan toalkan akan mudah dipelajarii di lapangan. Latihan fase

menolak ini lebih banyak ditekankan pada bentuk laihan dinamis yang merupakan kombinasi

lari dan lompat.

Faktor kemampuan fisik yang mempengaruhi hasil loompatan jauh adalah

kecepatan dari tolakan vertikal. Dengan mentransfer kedua unsure tersebut didukung dengan

penguasaan teknik yang sempurna akan mendapatkan lintasan parabola yan menguntungkan

saat melayang. Yang pada akhirnya dapat memperbaiki hasil lompatan. Berbagai cara

dilakukan untuk meningkatkan hasil lompatan seperti mempercepat kecepatan horizontal,

meningkatkan power tungkai agar mendapat tolakan vertikal yang kuat. Demikian pula

penyempurnaan teknik dilakukan terus menerus untuk memperbaiki saat melayang di udara

serta membentuk gaya yang diinginkan. Pengalaman empiric telah banyak dilakukan para

pelatih untuk meningkatkan hasil lompat jauh, seperti meninggikan tempat tolakan,

menggunakan gawang dan tali yang harus dilewati pelompat pada saat sikap melayang di

udara dan menggantungkan sesuatu benda yang harus disentus oleh pelompat, semua upaya

tersebut berdaya guna untuk meningkatkan hasil lompatan. Para pelatih di Australia

menggunakan papan miring atau “inclined Board” (B. yuhechevisth, et all, 1994) sebagai

balok tolakan bagi atlet yang sudah mahir untuk memperbaiki take-off. Sedangkan bagi

pemula belum diketahui secara pasti seberapa jauh pengaruhnya terhadap hasil lompatan.

Berdasarkan informasi tersebut dan untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya

terhadap hasil lompatan, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai penggunaan

papan tolak miring dan papan tolak datar dengan tema sentral penelitian adalah perbedaan

pengaruh latihan lompat jauh antara kelompok yang menggunakan npapan tolak miring dan

kelompok yang menggunakan papan tolak datar terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada

siswa kelas VI SDN Sudimampir Lor I Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu.

Page 3: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

B. Rumusan masalah

Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang penulis uraikan timbl permasalahan

sebagai berikut yaitu:

1. Apakah latihan menggunakan papan tolak miring berpengaruh terhadap hasil lompatan pada siswa

kelas VI SDN Sudimampir Lor I Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu?

2. Apakah lathan menggunakan papan tolak datar berpengaruh terhadap hasil lompatan pada siswa

kelas VI SDN Sudimampir Lor I Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil lompat jauh antara kelompok yang berlatih menggunakan papan

tolak miring dan yang menggunakan papan tolak datar pada siswa kelas VI SDN Sudimampir

Lor I Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu?

C. Tujuan penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh latihan lompat jauh dengan menggunakan papan tolak miring

2. Untuk mengetahui pengaruh latihan lompat jauh dengan menggunakan papan tolak datar

3. Untuk mengetahui berapa perbedaan hasil lompat jauh antara kelompok yang berlatih dengan

menggunakan papan tolak miring dan kelompok yang berlatih dengan menggunakan papan tolak

datar.

D. Fungsi penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan keilmuan mengenai besarnya perbedaan hasil lompat

jauh antara kelompok yang berlatih dengan menggunakan papan tolak miring dan kelompok

yang menggunakan papan tolak datar.

2. Secara praktis dapat dijadikan acuan bagi para pelatih, guru pendidikan jasmani, pembinda

olahraga, serta bagi siswa itu sendiri untuk meningkatkan hasil lompat jauh.

Page 4: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

A. Hipotesis

Berdasarkan anggapan dasar tersebut di atas, maka hipotesis penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Latihan dengan menggunakan papan tolak miring berpengaruh positif terhadap hasil lompat jauh

pada siswa kelas VI SDN Sudimampir Lor I Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu.

2. Latihan dengan menggunakan papan tolak datar berpengaruh positif terhadap hasil lompat jauh

pada siswa kelas VI SDN Sudimampir Lor I Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu.

3. Terdapat perbedaan hasil latihan antara latihan menggunakan papan tolak miring dengan latihan

menggunakan papan tolak datar terhadap peningkatan hasil lompat jauh pada siswa kelas VI

SDN Sudimampir Lor I Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu.

B. Batasan Istilah

Penafsiran seseorang terhada suatu istilah sering berbeda-beda sehingga

menimbulkan kekeliruan dan mengaburkan pengertian oleh karena itu, penulis tentukan

pengertian operasional terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini denga

mengacu pada pendapat ahli, yaitu sebagai berikut:

1. Perbedaan, menurut Purwadarminta (1995:84) adalah perimbangan (antara beberapa benda atau

perkara). Yang dimaksud perbedaan dalam penelitian ini adalah membedakan pengaruh latihan

antara kelompok yang berlatih dengan menggunakan papan tolak miring dan kelompokk yang

menggunakan papan tolak datar terhadap hasil lompat jauh gaya jongkok.

2. Latihan menurut Harsono (1998:10) adalah “Suatu proses yang sistematis dari berlatih atau

bekerja yang dilakukan secara brulang-ulang dengan kian hari kian bertambah jumlah beban

latihannya atau pekerjaannya”.

3. Papan tolak miring, merupakan modifikasi dari papan tolak/balok tumpuan yang dimiringkan

dengan kemiringan 20 derajat.

4. Papan tolak datar, adalah balok tumpuan yang biasa dilakukan pada saat take off pada nomor

lompat jauh.

5. Hasil lompat jauh, adalah lompatan yang dilakukan oleh naracoba/sampel dari kelompok yang

berlatih dengan menggunakan papan tolak miring (inclined board) dan kelompok yang

menggunakan papan tolak datar.

Page 5: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

A. Tinjauan Teoritis

1. Lompat Jauh

Lompat jauh merupakan rangkaian gerakan yang dimulai dengan awalan tolaka,

melayang di udara, dan mendarat. Keempat fase teknik yang terdaoat dalam lompat jauh tersebut

diarahkan untuk mencapai hasil lompatan yang sejauh-jauhnya. Keuntungan tersebut

dilaksanakan dengan suatu pendaratan yang mulus agar dapat mencapai jarak lompatan yang

optimal.

Secara jelasnya fase-fase yang merupakan unsur pokok dalam lompat jauh adalah

sebagai berikut:

a. Awalan.

Awalan dilakukan dengan berlari yang kian lama kian mendekati kecepatan

maksimal, tetapi masih terkendali untuk melakukan tolakan. Frekuensi serta panjang

awalan makin meningkat sampai persiapan melakukan tolakan, sementara itu badan

pelompat semakin tegak. Dalam lima sampa tiga langkah terakhir pelompat

mempersiapkan diri untuk mengubah awalan (kecepatan horizontal) kepada tolakan

vertikal (kecepatan vertikal) tanpa mengurangi kecepatannya. Langkah yang sebelum

terakhir diperpanjang, sehingga titik berat badan menjadi lebih rendah dan tenaga

vertikal menjadi besar. Akan tetapi langkah panjang tersebut tidak akan

menguntungkan bila kecepatan lari awalan menjadi berkurang. Oleh karena itu

kecepatan saat awalan harus tetap dipertahankan. Jarak lari awalan yang digunakan

oleh setiap pelompat berbeda-beda tergantung pada kemampuan untuk mencapai

kecepatan maksimalnya. Mereka yang lebih cepat mencapai kecepatan maksimal

akan memerlukan jarak awalan yang lebih pendek ketimbang mereka yang lamban

mencapai kecepatan maksimalnya. Kebanyakan pelompat yang sudah terlatih

menggunakan awalan antara 22 – 23 langkah (putra) dan 17 – 19 langkah (putri).

b. Tolakan

Tolakan dilakukan sebagai tahao pelaksanaan kaki tolak untuk melakukan

take off. Seluruh telapak kaki bergulir ke depan, kaki tolak sedikit dibengkokkan (145

– 150 derajat) dan disusul oleh gerakan kaki ayun, lengan diayunkan tinggi ke depan

berawalan dengan gerak kaki sehingga menunjang gerak take off, badan bagian atas

dipertahankan tetap tegak dan pandangan mengarah ke depan. Pada kaki ayun

Page 6: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

sekarang hamper horizontal dan bagian bawahnya bergantung lurus ke bawah badan

tetap tegak lurus, lengan menunjang gerak tolakan (tinggi ke depan kemudian turun

ke belakang). Kaki tolak menolak dengan kuat samai lurus ketika meninggalkan

papan tolakkan sebagai tahap pelaksanaan kaki tolak untuk melakukan take off.

Seluruh telapak kaki bergulir ke depan, kaki tolak sedikit dibengkokkan (145 – 150

derajat) dan disusul oleh gerakan kaki ayun, lengan diayunkan ke depan berlawanan

dengan gerakan kaki sehingga menunjang gerkan take off. Badan bagian atas

dipertahankan tetap tegak dan pandangan mengarah ke depan. Gerakan tolakan

dimulai dengan mengabsopsi tenaga, dan melencangkan tungkai. Pada kaki ayun

sekarang hamper horizontal dan bagian bawahnya bergantung lurus ke bawah, badan

tetap tegak lurus, lengan menunjang gerak tolakan (tinggi ke depan kemudian turun

ke belakang), kaki tolak menolak dengan kuat sampai lutut lurus ketika meninggalkan

papan tolak.

c. Melayang di udara

Melayang di udara pada lompat jauh dapat dilakukan dengan beberapa gaya,

satu diantaranya adalah gaya jongkok. Setelah menolak, kaki ayun segera diayunkan

ke depan atas dengan sikap lutut bengkok ± 900, kemudian dipertahankan lebih dulu

beberapa saat agar lintasan titik berat badan penuh, badan agak sedikit condong ke

depan. Kaki tungkai ditekuk pada lutut, dengan kedua kaki bergantung di bawah dan

pandangan ke depan. Pelompat pada saat melayang di udara harus menjaga

keseimbangan badannya agar tidak berputar ke samping, ke depan atau ke belakang

untuk mempersiapkan pendaratan.

d. Mendarat

Mendarat harus dilakukan sedemikian rupa sehingga kaki yang diayunkan

ke depan tidak menjadi penyebab pendaratan yang meruginak. Untuk itu sewaktu

kaki menyentuh pasir, kepala ditundukkan dan lengan diayunkan ke depan membawa

pinggang ke deoan mendekati titik berat badan melewati titik pendaratan di pasir

sehingga tidak melakukan pendaratan yang dapat merugikan pelompat. Pada saat

mendarat kedua tungkai menjulur ke depan dengan rileks tidak tegang sehingga siap

menekuk pada saat yang tepat.

Page 7: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

Dilihat dari faktor fisiologis lompat jauh termasuk dalam olahraga anaeron, dimana

pelepasan energy terjadi secara anaerob (tanpa oksigen) untuk waktu yang singkat. Adanya

proses anaerob memungkinkan tubuh untuk menyediakan energy dalam jumlah yang besar dan

dalam waktu yang singkat, tanpa perlu menunggu tersedianya jumlah oksigen yang mencukupi,

menurut Giriwijoyo (1992: 45 – 46), bahwa: “dalam hal alah daya (metabolism) yaitu upaya

penyediaan tenaga untuk gerak, juga hanya ada dua mekanisme yaitu: olahdaya anaerob, yang

langsung mewujudkan gerak dan merupakan kemampuan endogen ESI khususnya otot. Bila

selama penampilannya, minimal 2/3 (70%) dari seluruh energy dipergunakan disediakan melalui

olahdaya anaerob artinya maksimal hanya 30% olahdaya anaerob yang dapat diliput (discover)

oleh olahdaya anaerob, selebihnya baru akan diliput nanti pada masa pemulihan menyelesaikan

penampilannya”. Waktu yang dapat dipertahankan pada penampilan yang maksimal, khususnya

pada olahdaya dengan intensitas yang homogeny adalah 0 – 2 menit lamanya.

Untuk berkontraksi, otot membutuhkan energy yang berasal dari makanan yang kita

makan. Kemudian makanan tersebut akan dicerna dalam tubuh, dipecahkan untuk membentuk

persenyawaan kimia yang disebut adenosine trifosfat (ATP). ATP merupakan satu-satunya

energy siap pakai untuk keperluan aktivitas fisik.

Walaupun ATP merupakan sumber energy yang langsung digunakan untuk

berkontraksi, namun jumlah ATP yang tersedia di dalam otot amatlah terbatas. Maka untuk

mempertahankan aktivitas otot yang berkelanjutan akan diperlukan regenerasi ATP yang tidak

putus-putus. Menenai pembentukan ATP, Joesoef (1992:2) menjelaskan bahwa: ada 3 proses

sumber pembentukan ATP sebagai berikut (1) system psosphagen, atau system laktat, yaitu

hanya dari 1 komponen, (2) pshosphocreatin (PC) – system ATP-PC, (3) glicolisis anaerobic,

atau system laktat yang berasal dari pemecahan partial glikogen (zat pati) atau gula dengan

menghasilkan 39 ATP.

Proses tidak memerlukan oksigen system oksigen (aerobic) yang terdiri dari dua

bagian yaitu oksidasi lengkap glikogen (zat padat) atau gula dengan menghasilkan 39 ATP dan

oksidasi lemah. Kedua sistem oksidasi ini mempunyai perjalanan akhir proses oksidasi yang

bermuara pada siklus krebs.

Karakteristik dari ketiga sumber pembentukan energy tersebut ditentukan dengan

lamanya kontraksi. Pembentukan ATP melalui system phospinagen (ATP PC) dengan cara

pemecahan phosphocreatin (PC) yang dapat mengubah adenosine diphospat (ADP) menjadi

Page 8: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

ATP. System phocpagen ini merupakan pengganti energy yang paling cepat dan segera dapat

digunakan. Namun persendian PC dalam tubuh sangat terbatas, maka energy yang dihasilkan

dari system ini hanya dapat digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang cepat dalam waktu singkat

dan salah satunya adalah pada nomor lompat jauh.

2. Fase-fase penting yang berpengaruh terhadap hasil lompatan

Lompat jauh terbagi dalam beberapa fase yaitu: awalan, tolakan, melaang di udara, dan

mendarat. Keempat fase tersebut mempunyai peranan dalam menentukan hasil lompatan selain

itu diperlukan kondisi fisik yang prima untuk dapat melakukan teknik atau fase-fase tersebut

kemampuan fisik dan teknik seperti tersebut di atas merupakan bagian integral yang tidak dapat

dipisahkan untuk mencapai hasil yang maksimal. Karena unsure-unsur yang mempengaruhi

kemampuan fisik dan teknik penting seklai ditingkatkan.

Dari keempat fase yang telah dijelaskan pad abagian terdahulu hasil lompatan

ditentukan oleh kedua fase terakhir (yaitu apa yang dilakukan di udara dan pada saat mendarat)

sebagai faktor pembatasnya. Namun sempurna atau tidaknya kedua fase terakhir ini sangat

ditentukan oleh dua fase yang lebih awal yaitu awalan dan tolakan. Secara jelasnya, fase-fase

pentingg yang berpengaruh kepada lompat jauh yaitu:

a. Kecepatan horizontal

Awalan pada lompat jauh dilakukan dengan berlari yang kian lama kian

mendekati kecepatan maksimal, tetapi masih terkendali, sebab dalam lompat jauh

tidak hanya dituntut kecepatannya saja, tetapi irama dan ketepatannya pun perlu

diperhatikan. Pada lompat jauh awalan mempunyai kontribusi yang penting dan

merupakan fase pertama yang akan menentukan fase berikutnya. Awalan yang

dilakukan dengan cepat, akan menghasilkan momentum yang sangat besar saat

melakuakn take off. Pendapat schmolinsky (1993:246) tentang hal ini bahwa: :the

Horisontal velocity at take off is mainly a function of momentum, built of during the

approach and maintained raight to the take off board”.

Dari kutipan tersebut, bahwa kecepatan horizontal terhadap atke off

mempunyai fungsi sebagai momentum, karena selama awalan harus dilakukan

dengan gaya dorong yang besar sehingga menimbulkan kekuatan gerak dari suatu

kecepatan untuk menunjang pada saat take off. Oleh karena itu pelompat dituntut

memiliki kecepatan. Lukin (1980) yang dikutip oleh Bruggeman et al (1990:27)

Page 9: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

mengemukakan bahwa; “the correlation coefficients between the approsach speed the

length of jump reveral that initial approach speed is very importants factor and that

the importance of this factor decreases as result improve”.

Berdasarkan kutipan di atas, bahwa ada hubungannya antara kecepatan

horizontal sewaktu awalan terhadap hasil lompatan, sehingga kecepatan awalan ini

merupakan factor yang penting dalam lompat jauh.

b. Tolakan vertikal

Tolakan vertikal dalam lompat jauh merupakan fase kedua yang penting

dalam menentukan hasil lompatan. Tolakan merupakan perpindahan dari kecepatan

horizontal menjadi kecepatan vertikal. Resultan dri kedua gaya tersebut uang

menentukan lintasan parabola dari titik pusat gravitasi, untuk lebih jelasnya teori

penjumlahan sederhana dari dua vektor menurut Bauerfeld (1979:21)

Keterangan:

R = resultan merupakan penjumlahan dua vector gaya

V = vektor vertikal, penggambaran kemampuan membawa titik berat badan ke atas

H = vektor horizontal, sebagai gambaran besarnya gaya dorong ke depan..

c. Take off

Take off pada saat kaki tolak menapak di papan tolak dilakukan secara aktif

dengan koordinasi yan baik dan dilakukan dalam waktu yang singkat. Dengan

demikian diperlykan keterampilan untuk mengubah kecepatan menjadi suatu

kekuatan vertikal dalam waktu yang relatif singkat dengan gerakan yang terkendali

sehingga menghasilkan sudut lompat yang tepat untuk memperoleh hasil lompatan

maksimal, Pate et al (1993:180) mengemukakan bahwa: “pada saat tolakan daya

gerak horizontal tubuh diubah bentuknya ke arah atas. Kecepatan lari awalan harus

cukup untuk mendorong tubuh pada arah horizontal tetapi tetap terkendali sehingga

memungkinkan membuat sudut lompat yang tepat.

Gerakan dimulai dengan meluruskan lutut dan pergelangan kaki tolak, paha

kaki ayun didorong ke depan hampir horizontal dan bagian bawahnya tergantung

lurus ke bawah, badan tegak lurus, lengan menunjang gerakan tolakan. Yang perlu

diperhatikan saat menolak adalah sudut elevasinya yang menentukan gerakan lintasan

parabola dari titik berat badan pelompat saat take off. Hal ini dikemukakan Hidayat

Page 10: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

(1990:63) sebagai berikut: “pada lompat jauh misalnya, parabola dari titik berat badan

kita ditentukan oleh kecepatan lari, kekuatan tolakan, dan sudut elevasi dari tolakan”.

Sudut yang dibentuk titik berat badan rata-rata pelompat saat take off berkisar antara

18 – 22 derajat sesuai penjelasan Schmolinsky (1963:233) yaitu “white the take off

angle in all jumpers between 18 and 220”.

d. Tolakan vertikal

Tolakan vertikal penting sekali dalam menentukan hasil lompatan didukung

dengan teknik menolak yang sempurna. Denngan kemampuan tolakan yang kuar dan

dipengaruhi gaya dorong yang dihasilkan dari awalan, akan menghasilkan lintasan

parabola yang besar sehingga jaraknyapun akan jauh. Schmolinsky (1993:233)

mengemukakan:

The jumping distance which teorically passibe in mainly oetermined by the take-off zolacity, the take off velocity, the take off heigt, take off the body CG and the take off angle. How ever, the position of the jumpers body at the end of the take off pace will depend on the extent to which he can utilized the length of the flight and the magnitude of the lost on landing.

Berdasarkan kutipan tersebut, bahwa secara teoritis hasil lompatan jelas

ditentukan oleh kecepatan saat take off, ketinggian titik berat badan, dan sudut suatu

take off. Namun posisi tubuh pelompat diakhiri take off akan tergantung pada

penjumlahan dari kecepatan horizontal yang dibentuk dari awalan dengan kekuatan

gaya vertikal dari kekuatan tumpuan. Karena itu pelompat dapat mengatur lamanya

saaat melayang di udara dan terakhir dan terhindar dari kesalahan saat mendarat.

3. Latihan dan prinsip-prinsip latihan

Kenyataan menunjukkan bahwa untuk meraih suatu tujuan orang akan melakukan

apapun agar keinginannya terwujud. Proses tersebut dinyatakan usaha. Usaha yang ditempuh

berbeda-beda sesuai engan tingkat kemampuannya. Dalam olahraga usaha-usaha yang dilakukan

adlah latihan dan hakekat dari hasil latihan tersebut adalah untuk menciptakan hasil yang

maksimal.

Mengenai pengertian latihan ini. Bompa (1990:3) mengatakan: “training above

everything is a systematic athletic activity of long duration, progressively and individually

grade”. Sedangkan menurut Giriwijoyo (1992:78) bahwa:

Page 11: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

Latihan ialah upaya sadar dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan fungsional yang sesuai dengan tuntutanpenampilan cabang olahraga itu baik pada aspek kemampuan dasar (latihan fisik) maupun dalam aspek kemampuan keterampilan (latihan teknik).

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa latihan adalah

upaya sadar yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Latihan terebut harus dilakukan

berulang-ulang dan meningkatkan intensitas latihannya untuk meningkatkan kemampuan fisik

dan pengusaan teknik.

Proses latihan tersebut dilakukan secara bertahap dengan system tangga atau step type

approach yang penulis kutif dari Harsono (1998:105)

Penambahan beban/intensitas latihan secara bertahap .

Susmber Harsono (1998:105)

Penambahan beban latihan atau intensitas latihan pada saat eksperimen dilakukan

secara bertahap pada tiga tangga pertama, sedangkan pada tangga keempat beban latihan

diturunkan untuk memberikan kesempatan kepada organism tubuh melakukan regenerasi. Untuk

lebih jelasnya mengenai penambahan beban latihan secaa bertahap. Harsono (1998:105-106)

mengemukakan sebagai berikut:

Beban latihan pada 3 tangga atau (atau cycle) pertama ditingkatkan secara bertahap. Pada cycle 4 beban diturunkan (ini adalah disebut unloading phase), yang maksudnya adalah untuk member kesempatan kepada organism tubuh untuk melakukan regenerasi. Maksud regenerasi adalah agar atlet dapat mengumpulkan tenaga atau mengakumulasikan fisiologis dan psikologis untuk persiapan beban latihan yang lebih berat lagi di tangga-tangga ke 5-6.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan setiap program latihan yang dilakukan

harus disusun sedemikian rupa yaitu beban letihannya kian hari kian bertambah, latihan tersebut

harus dilakukan secara kontinu, disesuaikan dengan karakteristik individu yang berbeda dan

sesuai dengan kebutuhan latihan agar latihan yang dilakukan memperoleh hasil yang diharapkan.

4. Latihan dengan papan tolak miring

Latihan menolak pada papan tolak miring adalah suatu bentuk latihan yang dirancang

khusus untuk memperbaiki teknik dan mengembangkan power tungkai kaki tolak yang akhirnya

mempengaruhi hasil. Dalam penelitian ini peniliti menggunakan papan tolak miring sebagai

salah satu bentuk latihan untuk memperbaiki teknik sekaligus mengembangkan power kaki

tumpu saat take off. Papan tolak miring merupakan modifikasi balok tumpuan yang ditinggikan

dengan kemiringan 200 terhadap perbaikan teknik dijelaskan oleh Nugraha (1997) dalam artikel

Page 12: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

mengemukakan bahwa: bentuk-bentuk latihan dengan awalan pendek dan menolak pada papan

tolak yang ditinggikan, akan sangat membantu untuk merasakan saat melayang di udara atau

membentuk gaya lompat yang diinginkan.

Kemudian pendapat ini diperkuat oleh PASI (1993:80) sebagai berikut: dengan lari

awalan, melompatlah keatas untuk menempatkan kaki penolak pada suatu pati lompat dan

kenudian didorong ke atas kuat-kuat denan mengangkat lutut dari kaki yang bebas, dan gerakan

lengan yang berimbang. Tujuannya untuk memperbaiki teknik bertolak, saat melayang dan

koordinasi umum.

Latihan dengan menggunakan papan tolak miring salin untuk memperbaiki teknik

menolak dan mempertahankan posisi saat melayang di udara, juga berpengaruh terhadap

peningkatan power otot tumpu. Otot-otot yang berkontraksi pada saat menumpu adalah otot-otot

pendoring bagian bawah seperti yang dikemukakan Pate et al (1993:325) mengemukakan bahwa:

Dengan lari awalan melompatlah ke atas untuk menempatkan kaki penolak pada suatu pati lompat dan kemudian didorong ke atas kuat-kuat, dengan menangkat lutut dari kaki yang bebas, dan gerakan lengan yang berimbang tujuannya untuk memperbaiki teknik bertolak saat melayang dan koordinasi umum.

Latihan dengan mengggunakan papan tolak miring selain untuk memperbaiki teknik

menolak dan mempertahankan posisi saat melayang di udara, juga berpengaruh terhadap

peningkatan power otot kaki tumpu. Otot-otot yang berkontraksi pada saat menumpu adalah

otot-otot pendorong seperti yang Pate et al (1993:325) mengemukakan bahwa:

Kelompok otot yang berperan dalam keadaan bertenaga tertentu misalnya pendorong bagian bawah untuk gerakan bertenaga, misalnya lari dan lompat, kekuatan harus dikembangkan pada otot-otot (yaitu otot ektensor sendi panggul dan lutut serta fleksor kaki pada sendi pergelangan kaki).

Dengan bidang tumpuan yang miring menyebabkan otot berkontraksi secara eksentris

pada saat pertama kali telapak kaki menyentuh bidang tersebut dilanjutkan dengan kontraksi otot

secara konsentris pada saat menolakkan kaki tumpu yaitu gerakan fleksi dorsal kemudian secara

flesi plantar. Gerakan fleksi dorsal saat pertama kali kaki tumpu menyentuh papan miring yang

mengakibatkab otot tibialis anterior berkontraksi, demikian juga pada tahap penolakan dua otot

kuat yang terletak pada bagian belakang tungkai bawah berkontraksi, otot-otot ini adalah

gastrocaenmius dan solcus.

Ditinjau secara mekanik sudut sendi pergelanan kaki tumpu ang bertolak pada bidag

miring kurang menguntungkan, namun untuk pengembangan peningkatan kekuatan sangat

Page 13: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

menguntungkan sebagaimana dijelaskan oleh Pate et al (1993:321) mengemukakan bahwa

“……..otot menghasilkan puncak hanya apabila sudut sendi berada dalam kedudukan yang

paling tidak menguntungkan secaa mekanik”.

Pelaksanaan latihannya dengan cara lari kemudian menolak di papan tolak miring.

Awalan yang digunakan dalam latihan antara 5-9 langkah. Latihan ini menggunakan system

repitisi (ulangan) yang terbagi dalam beberapa set dengan diselingi dalam setiap setnya. Harsono

(1998:189) mengemukakan bahwa: agar perkembangan otot efektoif setiap bentuk latihan

dilakukan dalam tiga set dengan istirahat 3 – 5 menit. Untuk menambah beban latian menolak

pada papan tolak miring denga cara meningkatkan jumlah repitisi (ulangan) dalam latihannya.

Mekanik latihan yang harus menerus diasumsikan akan menimbulkan power otot

pergelangan kaki tumpu, sehingga tolakan akan lebih kuat. Pada saat menolak kaki tolak harus

menerapkan tenaga ke bawah pada papan tolakan, dengan mendorong tubuh ke atas. Hal ini

sesuai dengan Pate el al (1993:179) mengemukakan tentang hukum aksi reaksi yaitu : hukum

aksi-reaksi untuk setiap penggunaan tenaga terhadap suatu permukaan ada reaksi yang sama dan

berlawanan.

Berdasarkan kutipan diatas, maka semakin kuatt aksi yang ditimbulkan saat take off

maka reaksi yang dihasilkannya pun akan kuat pula, dengan meningkatnya power kaki tumpu

yang didukung oleh penguasaan teknik yang sempurna serta koordinasi gerak yang baik saat take

off, berpengaruh terhadap lintasan titik berat badan saat melayang di udara sehingga dapat

membantu mempersiapkan posisi yang baik untuk mendarat yang akhirnya menghasilkan

jauhnya lompatan.

5. Latihan menggunakan papan tolakan datar

Latihan menolak pada papan tolak datar merupakan bentuk latihan untuk memperbaiki

teknik sekaligus mengembangkan kemampuan fisik khususnya power kaki tumpu. Latihan

menolak ini harus dilakukan dengan kuat dans singkat mulai dari menapakkan kaki,

mengabsorpso tenaga, dan melencangkan tungkai untuk take off. Dengan demikian dari

pelompat dituntut power yang tinggi untuk menunjang pelaksanaan tolakan.

Papan tolakan datar merupakan balok tumpuan yang biasa dipergunakan pada nomor

lompat jauh. Latihan menolak pada papan tolak datar bila ditinjau dari segi mekanik lebih efisien

karena gerakan menolak pada papan tolak datar sesuai dengan gerak anatmis kaki sehingga

persendian bergerak dalam ruang geraknya. Seperi yang dikemukakan oleh Pate et al (1993:179),

Page 14: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

“………pola saat kaki tolak menyentuh bidang tumpuan maka otot kaki tumpu brkontraksi seara

eksentris, sehingga otot bisa mengembangkan tenaga maksimal yang dihasilkan oleh otot

tergantung oleh kontraksi otot saat berkontraksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Pate et al

(1993:179) yang mengemukakan bahwa Biasanya sebuah otot dapat mengembangkan tenaga

mengemukakan apabila mendekati panjang maksimalnya pada saat istirahat (PMI). PMI

biasanya sama dengan panjang otot jika sendi yang dilekatinya diluruskan sepenuhnya (tetapi

tidak melampaui batas lurus).

Latihan dinamis negative ini sangat besar pengaruhnya terhadap pengembangan masa

otot, seperti dikemukakan Hidayat (1990:56) latihan dinamis negative atau eksentris ini dapat

meningkatkan puncak tegangan otot lebih baik daripada latihan dinamis positif.

Latihan menolak pada papan datar ketika melakukan take off koordinasi gerakan

terkendali karena tahanan merupakan bidang datar sehingga posisi tubuh saat menolak dalam

keadaan stabil, yang akhirnya akan menghasilkan keseimbangan agar dapat menentukan posisi

badan yang nama yang paling efektif.

Pelaksanaan latihannya dengan cara lari kemudian menolak papan tolak datar. Awalan

yang digunakan dalam latihan antara 5-9 langkah. Latihan ini menggunakan system repitis yang

berbagi dalam beberapa set dnegan diselingi istirahat dalam setiap setnya. Peningkatan beban

latihan diberikan secara bertahap karena peningkatan hasil latihan tergantung dari beban yang

diberikan saat latihan, seperti dikemukakan oleh Jonath et al (1997:29) bahwa peningkatan

prestasi terus menerus hanya dapat dicapai dengan peningkatan beban latihan. Selanjutnya

Harsono (1998:102) mengemukakan sebagai berikut: Meskiipun latihan dilakukan terus menerus

dan berulang-ulang dan meski dilakukan secara sistematik sekalipun, akan tetapi apabila tidak

dibarengi dengan penambahan beban maka prestasinya tidak akan meningkat. Intensitas latihan

lompatan pada papan tolak datar ini dengan cara menambah jumlah repitisi (ulangan) dalam

latihannya sehingga melalui proses latihan yang terus menerus secara sistematik akan

menghasilkan peningkatan yang berarti.

B. Prosedur Penelitian

1. Metode penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara atau jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan.

Telah diuraikan tentang masalah yang diteliti yaitu perbandinand hasil latihan lompat jauh antara

kelompok yang menggunakan papan tolak miring dnegan yang menggunakan papan tolak datar.

Page 15: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

Untuk membuktikan kebenarannya hipotesis yang penulis ajukan, metode yang digunakan

adalah metode eksperimen. Gambaran mengenai metode eksperimen, Surakhmad (1995:149)

memberikan arti bahwa: “eksperimen adalah mengadakan kegiatan percobaan untuk melihat

suatu hasil”. Arikunto (1997:3) berpendapat bahwa: “eksperimen adalah suatu cara untuk

mencapai hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua fkctor yang sengaja ditimbulkan

oleh peneliti dengan mengeliminir atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor yang bisa

mengganggu”.

Dalam penelitian ini yang menjadi faktor penyebab adalah latihan dengan

menggunakan papan tolak miring dan latihan menggunakan papan tolak datar. Sedangkan yang

menjadi faktor akibat adalah peningkatan hasil lompat jauh.

Pelaksanaan penelitian eksperimen ini dilakukan dengan cara memberikan program

latihan kepada dua kelompok eksperimen dengan menggunakan latihan papan tolak miring dan

latihan menggunakan papan tolak datar yang dilakukan selama 16 kali pertemuan. Tujuannya

adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh masing-masing latihan tersebut serta untuk

membandingkan hasil manakah diantara kedua latihan tersebut yang lebih efektif dalam

meningkatkan lompat jauh.

Suatu penelitian dilakukan untuk menguji hipotesis karena hipotesis merupakan

jawaban sementara terhadap masalah penelitian. Hipotesis dapat didefinisikan: “Pernyataan

mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari

sampel penelitian”. (Depdikbud, 1992:38).

Untuk hal tersebut Hadi (1990:63) mengemukakan hipotesis adalah dugaan yang

mungkin benar atau mungkin salah, dia akan ditolak jika salah atau palsu, akan diterima jika

fakta-fakta membenarkannya”.

Dari uraian tersebut bahwa eksperimen adalah suatu kegiatan dalam penelitian yang

dilakukan untuk mendapatkan fakta-fakta atau informasi dari data yang terkumpul serta menguji

hipotesis sehingga mendapatkan hasil yang berguna dari persoalan yang dibahas.

2. Populasi dan sampel

Populasi menurut Arikunto (1999:102) adalah keseluruhan subyek penelitiana.

Populasi yang penulis gunakan dalam penelitian ini siswa putra kelas VI Sekolah Dasar Negeri 1

Sudimampir Lor I Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu. Alasan penulis mengambil

populasi tersebut disesuaikan dengan kemampuan penulis dari segi waktu, dana, dan ekonomi.

Page 16: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

Dalam penelitian ini populasi yang ada berjumah 40 siswa putra kelas VI. Sedangkan sampel

yang dipergunakan 30 orang. Mengenai besar kecilnya sampel sepengathuan penulis tidak ada

ketentuan yang mutlak namun untuk lebuh jelasnya diungkapkan oleh Nasution (1991:123)

menjelaskan bahwa untuk sederhananya kita jumlah tiap golongan atau kategoiri sedemikian

rupa sehingga populasi berjumlah 100 orang proporsi yang dipilih sebanyak 100 orang atau 10

persen cukup memadai.

Berdasarkan pendapat diatas maka jumlah sampel yang penulis pergunakan dalam

penelitian ini tidaklah menyimpang dari pendapat ahli tersebut. Dalam penelitian ini untuk

memilih sampel terebut menggunakan teknik random sampling. Dalam hal ini Depdikbud

(1992:44) mengemukakan bahwa dalam penentuan sampel secara rambang (random sampling)

semua anggota populasi secara individual atau secara kolektip diberi peluang yang sama untuk

menjadi anggota sampel.

Kriteria pemilihan sampel dengan teknik ini dimaksudkan supaya tidak terjadi

kemungkinan memihak dan memberi kemungkinan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk

dipilih. Random sampling dikemukakan oleh Nasution (1992:101) sebagai berikut:

Ciri utama dari sampling acakan atau random sampling adalah bahwa setiap unsure dari keseluruhan populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Selain itu kesempatan itu harus independen artinya kesempatan bagi suatu unsur untuk dipilih tidak boleh mempengaruhi unsure-unsur lain untuk dipilih.

Mengenai random sampling Kartono (1993:122) mengemukakan pula sebagai berikut:

Teknik ini memungkinkan cara pengambilan/pemilihan sampel secara random

(random sampling) tanpa dipilih dulu. Dalam random sampling ini setiap anggota dari populasi

mempunyai kemungkinan dan kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Dari kedua pendapat tersebut cukup memberika alas an mengaoa oenulis

menggunakan teknik random sampling ini untuk memilih sampel dari seluruh populasi yang ada.

Cara yang penulis tempuh dalam random sampling ini yaitu dengan system undian. Dan selurug

populasi yang ada diundi dengan cara mengambil kertas undian yang digulung didalamnya

terdapat kata sampel dan bukan sampel. Populasi yang mengambil kertas yang berisikan kata

sampel dengan sendirinya akan menjadi sampel penelitian. Sebaliknya populasi yang mengambil

kertas berisikan bukan sampel berarti orang yang bersangkutan tidak termasuk sampel. Dengan

demikian dapat diberikan hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan

dipilih menjadi sampel.

Page 17: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

Berdasarkan hasil pengambilan gulungan kertas tersebut maka terbentuklah sampel

dengan jumlah 30 orang. Ketiga puluh orang tersebut diundi kembali untuk menentukan

pembagian kelompok yang terbagi menjadi dua kelompok, masing-masin kelomppok sebanyak

15 orang. Kelompok A adalah menggunakan papan tolak miring dan kelompok B adalah latihan

menggunakan papan tolak datar.

3. Prosedur pengumpulan data

Data dikumpulkan berdasarkan data tes awal dan tes akhir dari suatu eksperimen.

Untuk mendapatkan data yang diperlukan ini perlu digunakan alat pengukur sebagai alat

mengumpulkan data, seperti yang dikemukakan oleh Nurhasan (1991:1) sebagai berikut: dalam

proses pengukuran membutuhkan alat pengukur dengan alat ini kita akan mendapatkan data yang

merupakan hasil pengukuran”.

Alat pengumpul data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah tes lompat jauh

gaya jongkok yang dilakukan sebelum pelaksanaan eksperimen dan setelah eksperimen berakhir.

Untuk menghindari kesalahan dalam pelaksanaan tes maka perlu petunjuk pelaksanaan untuk

menghasikan tes yang objektif berhubung sampel yang digunakan masih taraf pemula. Adanya

petunjuk pelaksaan tes adalah agar testi tidak salah dalam melakukan tes dan testor tidak salah

dalam memberikan penjelasan dan pelaksanaan tes sehingga petunjuk dan pelaksanaan tes ini

merupakan pedoman tata cara melakukan tes yang sesungguhnya.

Alat-alat yang digunakan adalah sebagai berikut (a) meteran, (b) bendera kecil. (c)

blanko formulir dan alat tulis.

a. Petunjuk umum

Sebelum tes dilaksanakan kepada para testi diberikan penjelasan mengenai

jenis tes yang akan diberikan. Contoh peragaan serta penjelasan mengenai system

penilaian: (a) para testi diharuskan memakai pakaian olahraga, (b) petugas dharuskan

memakai pakaian olahraga, (c) testi berdiri dilintasan awalan, (d) melakukan awalan

lompatan dengan jarak 20 – 30 meter, (e) menolak pada papan tolak dengan melebihi

batas akhir papan tolak, (f) saat melayang di udara menggunakan gaya jongkok, (g)

perolehan nilai berdasarkan jarak lompatan yang dilakkan oleh testi, setiap testi diberi

kesempatan tiga kali lompatan kemudian diambil satu lompatan terjauh, (h)

pengetesan dilaksanakan pada awal sebelum diberikan eksperimen dan tes akhr

Page 18: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

dilaksanakan setelah berakhirnya masa eksperimen. Adapun yang dinilai adalah hasil

berupa jarak yang diperoleh dalam melakukan lompatan dengan menggunakan gaya

jongkok.

b. Pelaksanaan latihan

Masa latihan dalam penelitian ini adalah lima minggu atau 16 kali pertemuan,

yaitu mulai tanggal 1 juli sampai tanggal 6 agustus 2010. Mengenai masa latihan dan

pengaruh tersebut dijelaskan oleh Habbelinck dan Day (1998:28): “The effects of

training can be observed after two or three weeks it is convenient to label them

medium term effects”. Maksud dari kalimat tersebut adalah akibat dari suatu latihan

dapat terlihat setelah dua atau tiga minggu.

Frekuensi tiga kali latihan perminggu berdasarkan pendapat Pate et al

(1994:300) yang mengemukakan: “Three training sessions per week (altemate days)

perform three sets each exercise per session. In each perform as many repetilions as

possible”. Sedangkan Harsono (1998:194) mengemukakan bahwa: “sebaikanya

dilakukan tiga kali dalam seminggu misalnya senin, rabu dan jumat dan diselingi

dengan satu kali istirahat untuk memberikan kesempatan bagi otot untuk berkembang

dan mengadaptasikan dari pada hari istrahat tersebut”.

Bentuk latihan dalam penelitian ini adalah latihan menolak (take off). Latihan

tersebut untuk meningkatkan dhasil lompatan kelompok a melakukan latihan

menggunakan papan tolak miring dan kelompok B melakukan latihan menggunakan

papan tolak datar. Karena dalam penelitian ini latihan yang dilakukan adalah latihan

teknik sekaigus melatih power kaki tumpu. Banyaknya intensitas latihan yang

diberikan pada kelompok A dan kelompok B adalah sama.

Program latihan dengan menggunakan papan tolak miring dan papan tolak

datar terdiri dari:

1) Latihan pendahuluan

Latihan pendahuluan ini berisikan pemanasan (warning Up) berupa peregangan

statis dan dinamis selama 10 menit, yang bertujuan untuk menaikan suhu tubuh

dan mempersiapkan kondisi fisik dan psikis serta untuk menghindari terjadinya

cedera. Untuk lebih jelasnya Omasegaard (1996:53) menjelaskan sebagai berikut

“Both tes practical esperience prove the effect of the warm up to be beneficial: (1)

Page 19: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

increased performance of short duration, maximal loads, (2) increased stamina,

(3) improved coordination, (4) increased concentration, (5) increased self esteem.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat pemansan dapat

meningkatkan penampilan dalam waktu yang singkat dengan beban maksimal,

meningkatkan stamina, memperbaiki koordinasi, meningkatkan konsentrasi dan

keperyaan diri. Bentuk pemanasan tersebut menekankan pada otot, dan gerak

persendian pada bagian lenan, pinggang, dan tungkai. Sedangkan jenis latihannya

berupa peregangan statis dan peregangan dinamis.

2) Latihan inti

Latihan ini disesuaikan dengan program latihan yang telah disusun dalam setiap

pertemuan.

3) Latihan penenangan

Latihan penenangan bertujuan untuk mengembalikan kondisi tubuh kepada

keadaan semula seperti sebelum latihan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Omosegaard (1996:54) yaitu “cool down is actually the opposite to the warm up,

as the purpose is to bring thje body temperature down to normal, physically as

phychologically”.

Maksud dari kalimat di atas dapat disimpulkan bahwa penenangan sebenarnya

lawan dari pemanasan, sebagai tujuan untuk membawa tubuh pada temperature

yang normal baik fisik maupun mental. Sedangkan jenis latihannya adalah

peregangan, relaksasi otot dan gerakan-gerakan ringan sambil mengatur

pernafasan. Adapun program latihan secara keseluruhan dituangkan pada

lampiran.

Pada proses latihan penambahan beban latihan dilakukan secara bertahap dengan

system tangga atau step type approach yang telah penulis jelaskan pada bab terdahulu setiap satu

tangga dalam penelitian ini lamanya satu minggu atau tiga kali latihan. Penambahan beban

latihan atau intensitas dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap pada tiga

tangga pertama. Sedangkan pada tangga keempat intensitas diturunkan, maksudnya adalah untuk

memberikan kesempatan pada otot-otot tubuh untuk melakukan regenerasi, dalam penelitian ini

yaitu untuk otot tungkai.

Page 20: PROPOSAL Skripsi Lompat Jauh

4. Desain penelitian

Dalam suatu penelitian eksperimen harus dipilih desain yang tepat dan sesuai dengan

variable-variabel yang terkandung dalam penelitian tersebut, dan desain yang diterapkan dalam

penelitian ini dapat digambarkan seperti di bawah ini:

RO1 X1 O2 RO3 X2 O4

Keterangan

R : adalah random

X1 : adalah latihan menggunakan papan tolak miring

X2 : adalah latihan menggunakan papan tolak datar

O1 : adalah tes awal kelompok latihan yang menggunakan papan tolak miring

O2 : adalah tes akhri kelompok latihan yang menggunakan papan tolak miring

O3 : adalah tes awal kelompok latihan yang menggunakan papan tolak datar

O4 : adalah tes akhri kelompok latihan yang menggunakan papan tolak datar

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Menentukan populasi

b. Memilih sampel

c. Mengadakan tes awal

d. Membagi kelompok

e. Memberikan latihan eksperimen sebanyak 16 kali pertemuan

f. Mengadakan tes akhir

g. Hasil tes yang diperoleh diolah secara statistic

h. Menguji hipotesisi

i. Mengambil kesimpulan dari hasil penelitian