Upload
arif-mirza
View
924
Download
28
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN PENGUNGKAPAN DALAM
LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
I. Latar Belakang
Laporan tahunan merupakan jendela informasi yang memungkinkan pihak-
pihak di luar manajemen suatu perusahaan untuk mengetahui kondisi suatu
perusahaan pada suatu periode pelaporan. Dimana informasi yang didapat dari
suatu laporan keuangan perusahaan tergantung pada tingkat pengungkapan
(Disclosure) dari laporan tahunan yang bersangkutan. Pengungkapan informasi
dalam laporan tahunan harus memadai agar dapat digunakan sebagai dasar
pengambilan keputusan, sehingga menghasilkan keputusan yang cermat dan tepat.
Perusahaan diharapkan lebih transparan dalam mengungkapkan informasi
keuangan perusahaannya, sehingga dapat membantu mengambil keputusan seperti
investor, kreditur dan pemakai informasi lainnya dalam mengantiispasi kondisi
ekonomi yang semakin berubah (Almilia dan Retrinasari, 2007).
Transparansi laporan tahunan dilakukan oleh manajemen sebagai sarana
pertanggungjawaban keuangan selama satu periode akuntansi. Transparansi dalam
laporan keuangan identik dengan pengungkapan informasi Laporan tahunan.
Pengungkapan dalam laporan tahunan dikelompokkan menjadi pengungkapan
yang sifatnya wajib (mandatory disclosure) dan pengungkapan yang sifatnya
sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib merupakan ketentuan yang
harus diikuti oleh setiap perusahaan atau institusi yang berisi tentang hal-hal yang
harus dicantumkan dalam laporan tahunan menurut standar yang berlaku.
Sedangkan pengungkapan yang bersifat sukarela ini tidak disyaratkan oleh
standar, tetapi dianjurkan dan akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan
yang melakukannya. Perusahaan yang melaporkan laporan tahunan yang lengkap
memebrikan nilai tambah tersendiri bagi perusahaan.
Kelengkapan laporan tahunan menjadi hal yang penting sebagai sumber
informasi dari laporan tahunan, berupa pengungkapan sukarela dan
pengungkapan wajib bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti investor,
calon investor, kreditur, dan calon kreditur, analisis sekuritas pemerintah, serikat
kerja, pemasok, pelanggan dan masyarakat. Sebagai dasar pengambilan
keputusan, maka informasi yang disajikan harus mudah dipahami, dipercaya,
relevan, dan transparan, hal tersebut disebabkan kegiatan investasi merupakan
kegiatan yang mengandung resiko dan ketidakpastian. Karena resiko yang
melekat ini, maka informasi yang disajikan oleh perusahaan diharapkan dapat
mengurangi tingkat resiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor.
Investor dalam menggunakan informasi tersebut berhubungan karakteristik
perusahaan, yang terdiri dari karakteristik perusahaan mencakup size perusahaan,
status perusahaan, rasio leverage, rasio likuiditas, umur perusahaan, profitabilitas
perusahaan dan hal-hal ini yang berhubungan dengan intern perusahaan.
Informasi tentang karakteristik perusahaan dapat diperoleh investor melalui
pengungkapan sukarela yang dilaporakan oleh perusahaan. Bertitik tolak pada
pemikiran tersebut, maka penting artinya untuk melakukan penelitian yang
berhubungan dengan karakteristik perusahaan dengan pengungkapan sukarela.
2
Beberapa hasil penelitian yang berbeda tentang pengaruh karakteristik-
karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan pengungkapan meliputi : Rasio
leverage suatu perusahaan (Ainun Na’im dan Fuad Rakhman, 2000), yang
menyatakan semakin tinggi Rasio leveage maka akan menyediakan informasi
secara lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan kreditur jangka panjang. Size
perusahaan (Fitriani, 2001) yang menyatakan size perusahaan mempengaruhi
kelengkapan pengungkapan, semakin besar size suatu perusahaan maka akan
semakin tinggi pengungkapannya. Rasio likuiditas (Almilia dan Retrinasari,
2007), yang menyatakan kondisi perusahaan yang sehat, yang antara lain
ditunjukkan dengan tingkat likuiditas yang tinggi, berhubungan dengan
pengungkapan yang lebih luas. Net Profit Margin (Fitriani (2001), yang
memberikan bukti empiris NPM memberikan bukti mempengaruhi kelengkapan
laporan keuangan, profitabilitas yang tinggi akan mendorong para manajer untuk
memberikan informasi yang terinci. Status perusahaan (Fitriani, 2001),
memberikan bukti empiris bahwa perusahaan asing (PMA) memungkinkan
melakukan pengungkapan yang lebih luas.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
(Almilia dan Retrinisari, 2007) yang menggunakan periode panelitian 2001-2004.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah periode penelitian
sekarang tahun 2005-2009 dan penelitian ini menambahkan variabel tipe
kepemilikan perusahaan yang dilakukan (Sudarmaji dan Sularko, 2007) karena
tipe kepemilikan perusahaan diukur dengan prosentase saham yang dimilki oleh
publik. Semakin besar tipe kepemilikan saham yang dimiliki oleh publik, maka
3
semakin besar tekanan bagi perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial,
sehingga pihak perusahaan akan berusaha untuk lebih lengkap dalam
mengungkapan informasi sosial tersebut.
Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan dalam latar belakang diatas
maka penelitian ini mengangkat judul “ ANALISIS PENGARUH
KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP KELENGKAPAN
PENGUNGKAPAN DALAM LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI”.
2. Rumusan Masalah
Dalam beberapa dekade ini perhatian kepada perusahan sangat
diperhatikan. Perusahaan tidak hanya menyediakan barang dan jasa bagi
masyarakat tetapi juga harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan bisa
memberikan kontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat dimana mereka
berada. Maka dari itu perlu adanya pengungkapan sosial dalam prakteknya. Untuk
itu rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
a. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan ?
b. Apakah tingkat leverage berpengaruh terhadap kelengkapan
pengungkapan laporan keuangan ?
c. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kelengkapan
laporan keuangan ?
4
d. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan
laporan keuangan ?
e. Apakah status perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan
laporan keuangan ?
f. Apakah tipe kepemilikan berpengaruh terhadap kelengkapan
laporan keuangan ?
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan
penelitian ini adalah :
a. Untuk memberikan bukti empiris apakah likuiditas
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
b. Untuk memberikan bukti empiris apakah leverage
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
c. Untuk memberikan bukti empiris apakah profitabilitas
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
d. Untuk memberikan bukti empiris apakah ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
e. Untuk memberikan bukti empiris apakah status perusahaan
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
f. Untuk memberikan bukti empiris apakah tipe kepemilikan
berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan.
5
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan, antara
lain :
a. Dapat memberikan bukti empiris ada atau tidaknya kegunaan
pengungkapan informasi sosial pada akuntansi konvensional dan memberikan
wacana betapa pentingnya Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial bagi
kelangsungan ilmu akuntansi.
b. Sebagai bahan masukan bagi pihak yang berkepentingan seperti
investor yang berguna dalam proses decision making dalam penanaman
modalnya.
c. Memberikan rekomendasi kepada IAI dalam hal pengambilan
keputusan tentang standar pengungkapan tanggungjawab sosial bagi
perusahaan publik di Indonesia. Karena setiap perusahaan akan menaikkan
image melalui pengungkapan informasi sosial yang akan dipublikasikan.
6
5. TINJAUAN PUSTAKA
5.1. Landasan Teori
Tuntutan terhadap perusahaan untuk memberikan informasi transparan,
organisasi yang akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good
corporate govermance) semakin memaksa perusahaan untuk memberikan
informasi mengenai aktivitas sosialnya. Masyarakat membutuhkan informasi
mengenai sejauh mana perusahaan sudah melaksanakan aktivitas sosialnya
sehingga hak masyarakat untuk hidup aman dan tenteram, kesejahteraan karyawan
dan keamanan mengkonsumsi makanan dapat terpenuhi.
Kesadaran masyarakat yang semakin memikirkan akan kelestarian alam
untuk kelangsungan hidup manusia dan penekanan pada kesejahteraan sosial, kini
telah mengubah konsep akuntansi, yaitu untuk lebih memperhatikan kepedulian
terhadap sosial dan lingkungan, perhatian ini adalah bentuk pertanggungjawaban
sosial perusahaan kepada masyarakat yang dalam akuntansi dinamakan Sosial
Responsibility Accounting (SRA) atau Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial.
5.1.1 Corporate Sosial Responsibility (CSR)
Ebert (2003) mendefinisikan Corporate Sosial Responsibility (CSR)
sebagai usaha perusahaan untuk menyeimbangkan komitmen-komitmennya
terhadap kelompok-kelompok dan individual-individual dalam lingkungan
perusahaan tersebut, termasuk didalamnya adalah pelanggan, perusahaan-
perusahaan lain, para karyawan, dan investor. CSR memberikan perhatian
terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan
stakeholders yang melebihi tanggungjawab di bidang hukum (Darwin, 2004).
7
Dalam kemajuan industri sekarang, tekanan masyarakat kepada perusahaan agar
mereka melakukan pembenahan sistem operasi perusahaan menjadi suatu sistem
yang memiliki kepedulian dan tanggungjawab terhadap sosial sangat kuat,
perkembangan teknologi dan industri yang pesat dituntut untuk memberikan
kontribusi positif terhadap lingkungan sekitar.
Penerapan CSR dalam perusahaan-perusahaan diharapkan selain
memiliki komitmen financial kepada pemilik atau pemegang saham
(shareholders), tapi juga memiliki komitmen sosial terhadap para pihak lain yang
berkepentingan, karena CSR merupakan salah satu bagian dari strategi bisnis
perusahaan dalam jangka waktu panjang. Menurut (Ramanatahan, 1976) ada tiga
tujuan akuntansi pertanggungjawaban sosial perusahaan, yaitu :
a. Mendefinisikan dan mengukur kontribusi neto periodik suatu perusahaan
kepada masyarakat, yang meliputi bukan hanya manfaat dan biaya sosial yang
diinternalisasikan ke perusahaan, namun juga yang timbul dari eksternalitas
yang mempengaruhi segmen-segmen sosial yang berhubungan.
b. Membantu menentukan apakah strategi dan praktek perusahaan yang secara
langsung mempengaruhi relativitias sumbernya dan status kekuatan individu,
masyarakat dan segmen-segmen sosial adalah konsisten dengan prioritas sosial
yang diberikan secara luas pada satu pihak dan keinginan individu pada pihak
lain.
c. Memberikan dengan cara yang optimal kepada semua kelompok sosial
informasi yang relevan dengan tujuan, kebijakan progam, strategi dan
kontribusi suatu perusahaan terhadap tujuan-tujuan sosial.
8
Akuntansi pertanggungjawaban sosial perusahaan menurut National
Association of Accountants (NAA : 1976) mempunyai dua tujuan, yaitu :
a. Tujuan Internal
Untuk memungkinkan perbaikan terhadap proses pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan ini berhubungan dengan proses penetapan
tujuan, sasaran, prioritas dalam kaitannya dengan perencanaan sumber daya
dan mendorong para manajer untuk memikirkan dampak sosial dari setiap
keputusannya memberikan dasar untuk mengadakan evaluasi internal terhadap
prestasi sosial perusahaan.
b. Tujuan Eksternal
Untuk memberikan dasar yang seragam bagi pelaporan eksternal
dan memungkinkan adanya pemeriksaan yang independent atas laporan
pertanggungjawaban sosial perusahaan. Untuk itulah maka
pertanggungjawaban sosial perusahaan (CSR) perlu diungkapkan dalam
perusahaan sebagai wujud pelaporan tanggungjawab sosial kepada
masyarakat.
5.1.2 Pengungkapan Sosial Sebagai Tanggungjawab Perusahaan
Tanggungjawab adalah suatu kewajiban perusahaan yang tidak hanya
menyediakan barang dan jasa baik bagi masyarakat maupun juga dalam
mempertahankan kualitas lingkungan sosialnya secara fisik maupun memberikan
kontribusi positif terhadap kesejahteraan masyarakat dimana mereka berada.
Perusahaan bertanggungjawab secara sosial ketika manajemennya memiliki visi
atas kinerja operasionalnya, tidak hanya memungkinkan atas laba atau profit
9
perusahaan tetapi juga dalam menjalankan aktivitasnya, memperhatikan
lingkungan yang ada di sekitarnya. Perusahaan tidak hanya memandang laba
sebagai satu-satunya tujuan dari perusahaan tetapi ada tujuan yang lainnya yaitu
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan, karena perusahaan mempunyai
tanggungjawab yang lebih luas dibandingkan hanya mencari laba untuk pemegang
saham (Gray et. al., 1987).
Pengungkapan tanggungjawab sosial atau sering disebut sebagai Corporate
Sosial Reporting (CSR) adalah proses pengkomunikasian efek-efek sosial dan
lingkungan atas tindakan-tindakan ekonomi perusahaan pada kelompok-kelompok
tertentu dalam masyarakat dan pada masyarakat secara keseluruhan (Gray et. al.,
1987). Kontribusi negatif perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya telah
menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat adalah dengan mengungkapkan
informasi-informasi mengenai operasi perusahaan sehubungan dengan lingkungan
sebagai tanggungjawab perusahaan.
Gray et. al., (1995) menyebutkan tiga studi yang menjelaskan mengapa
perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan
aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh emiten tersebut, yaitu :
a. Decision-userfulness study
Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti menemukan bahwa
informasi sosial dibutuhkan users, seperti analisis, banker, dan pihak lain yang
terlibat. Penelitian tersebut menyebutkan bahwa informasi aktivitas sosial
perusahaan berada pada posisi moderately important.
10
b. Economic theory study
Studi dalam corporate responsibility reporting ini mendasari pada
economic agency theory dan accounting positivism theory yang
menganalogikan menejemen sebagai agen dari suatu principal. Principal
diartikan sebagai pemegang saham atau traditional users lain. Namun,
pengertian users tersebut telah berkembang menjadi seluruh interest group
perusahaan yang bersangkutan sebagai agen, manajemen akan berupaya
mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan publik (stakeholder).
c. Social and political theory studies
Bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi
organisasi, dan teori ekonomi public. Teori stakeholder mengasumsikan
bahwa perusahaan berusaha mencari pembenaran dari para stakeholder
dalam menjalankan operasi perusahaannya. Semakin kuat posisi stakeholder,
semakin besar kecenderungan perusahaan mengadaptasi diri terhadap
keinginan stakeholdernya.
Pengungkapan sosial dalam tanggungjawab perusahaan sangat perlu
dilakukan, karena bagaimanapun juga perusahaan memperoleh nilai tambah
dari kontribusi masyarakat di sekitar perusahaan termasuk dari penggunaan
sumber-sumber sosial (sosial resources). Jika aktivitas perusahaan
menyebabkan kerusakan sumber-sumber sosial maka dapat timbul adanya
biaya sosial (social cost) yang harus ditanggung oleh masyarakat, sedang
apabila perusahaan meningkatkan mutu social resources maka akan
menimbulkan social benefit (manfaat sosial).
11
5.1.3 Pelaporan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan
Ada dua jenis ungkapan dalam pelaporan keuangan yang telah ditetapkan
oleh badan yang memiliki otoritas di pasar modal. Yang pertama adalah ungkapan
wajib (mandatory disclosure), yaitu informasi yang harus diungkapkan oleh
emiten yang diatur oleh peraturan pasar modal di suatu Negara. Sedangkan yang
ke dua adalah ungkapan sukarela (voluntary disclosure), yaitu ungkapan yang
dilakukan secara sukarela oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh standar yang
ada. Pengungkapan sosial yang diungkapkan oleh perusahaan merupakan
informasi yang sifatnya sukarela. Karenanya, perusahaan memiliki kebebasan
untuk mengungkapkan informasi yang tidak diharuskan oleh badan penyelenggara
pasar modal. Keragaman dalam pengungkapan disebabkan oleh entitas yang
dikelola oleh manajer yang memiliki filosofis manajerial yang berbeda dan
keluasan dalam kaitannya dengan pengungkapan informasi kepada masyarakat.
Standar pelaporan pertanggungjawaban sosial saat ini belum mempunyai
standar yang baku, hal ini dikarenakan adanya permasalahan yang berhubungan
dengan biaya dan manfaat sosial. Perusahaan dapat membuat sendiri modal
pelaporan pertanggungjawaban sosialnya.
Dalam menyusun dan mengungkapkan informasi tentang aktivitas
pertanggungjawaban sosial perusahaan, Zhegal dan Ahmed (1990)
mengidentifikasi hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan, yaitu
sebagai berikut :
a. Lingkungan
12
Bidang ini meliputi aktivitas pengendalian pencemaran dan
pelestarian lingkungan hidup. Meliputi, pengendalian terhadap polusi,
pencegahan atau perbaikan terhadap kerusakan lingkungan konservasi alam,
dan pengungkapan lain yang berkaitan dengan lingkungan.
b. Energi
Bidang ini meliputi aktivitas dalam pengaturan penggunaan energi dalam
hubungannya dengan operasi perusahaan dan peningkatan efisiensi terhadap
produk perusahaan. Meliputi, konservasi energi, efisien energi, dll.
c. Praktik bisnis yang wajar
Meliputi pemberdayaan tehadap minoritas perempuan, dukungan terhadap
usaha minoritas, tanggungjawab sosial.
d. Sumber daya manusia
Bidang ini meliputi aktivitas untuk kepentingan karyawan sebagai sumber
daya manusia bagi perusahaan maupun aktivitas didalam suatu komunitas.
Aktivitas tersebut antara lain, progam pelatihan dan peningkatan
keterampilan, perbaikan kondisi kerja, upah dan gaji serta tunjangan yang
memadai, pemberian beberapa fasilitas, jaminan keselamatan kerja,
pelayanan kesehatan, pendidikan, seni, dll.
5.1.4 Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan
Tanggungjawab Sosial Perusahaan
Karakteristik perusahaan dapat menjelaskan variasi luas pengungkapan
sukarela dalam laporan tahunan, karakteristik perusahaan merupakan prekditor
kualitas pengungkapan (Lang and Lundholm, 1993).
13
Lang and Lundhlom (1993) dan Wallance (1994) membagi karakteristik
perusahaan menjadi tiga kategori yaitu, variabel struktur (structure-related
variables), variabel kinerja (performance-related variable), dan variabel pasar
(market-related variables).
Dalam penelitian ini, karateristik perusahaan yang mempengaruhi
pengungkapan sosial diproksikan kedalam likuiditas, leverage, profitabilitas,
ukuran perusahaan, status perusahaan dan tipe kepemilikan.
a. Likuiditas
Perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi diharapkan melakukan
disclosure secara lebih luas. Alasan yang mendasari diharapkan adalah
perusahaan yang secara finansialnya kuat akan lebih mengungkapkan secara
luas. Likuiditas perusahaan akan memberikan kemampuan perusahaan untuk
melakukan kegiatannya.
Tingkat likuiditas perlu diuji karena keputusan investor tentang
efektivitas operasi bisnis perusahaan dinilai dari likuiditas perusahaan dimasa
lalu. Likuiditas dapat mengurangi ketidakpastian harga saham dipasar
sekunder. Perusahaan yang mempunyai likuiditas dianggap lebih mampu
memanage bisnisnya, sehingga menghasilkan tingkat risiko yang lebih kecil.
Jadi dapat diambil kesimpulan awal bahwa semakin likuid suatu perusahaan
emiten maka akan semakin rendah tingkat risiko perusahaan, sehinga
perusahaan akan mengungkapkan laporan tahunan kepada investor.
14
b. Financial Leverage
Teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio
leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi,
karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal seperti itu lebih
tinggi (Jensen & Meckling, 1976). Oleh karena itu perusahaan dengan rasio
leverage yang tinggi memiliki kewajiban untuk melakukan ungkapan yang
lebih luas daripada perusahaan dengan rasio leverage yang rendah. Semakin
tinggi leverage, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami pelanggaran
kontrak utang, maka manajer akan berusaha untuk melaporkan laba sekarang
lebih tinggi dibandingkan laba di masa depan. Dengan laba yang dilaporkan
lebih tinggi akan mengurangi kemungkinan perusahaan melanggar perjanjian
utang. Manajer akan memilih metode akuntansi yang akan memaksimalkan
laba sekarang.
Kontrak utang biasanya berisi tentang ketentuan bahwa perusahaan
harus menjaga tingkat leverage tertentu (rasio utang atau ekuitas), interest
coverage, modal kerja dan ekuitas pemegang saham [Watt & Zimerman
(1990) dalam Scott (1997)]. Supaya laba yang dilaporkan tinggi maka
manajer harus mengurangi biaya-biaya (termasuk biaya untuk
mengungkapkan informasi sosial). Dalam penelitian ini leverage diproksi
dengan rasio hutang terhadap modal. Dalam pengungkapan tanggung jawab
sosial tingkat leverage sangat berpengaruh karena berhubungan dengan
hutang perusahaan. Tanpa hubungan yang baik dengan debtholders, maka
15
berdasarkan teori agensi, hal ini akan berpengaruh negative terhadap
pengungkapan sosial.
c. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi
bebas dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial
kepada pemegang saham (Heinze, 1976) dalam Hackston dan Milne (1996),
hubungan antara profitabilitas dan tingkat pengungkapan pertanggungjwaban
sosial adalah bahwa ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi,
perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang
dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan tersebut. Sebaliknya
ketika tingkat profitabilitas rendah perusahaan akan berharap pengguna
laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan.
d. Ukuran Perusahaan (Size)
Terdapat beberapa penjelasan mengenai pengaruh ukuran (size)
terhadap kualitas ungkapan. Berbagai penelitan empiris yang telah dilakukan
menunjukan pengaruh total aktiva hampir selalu konsisten dan secara
statistik signifikan. Beberapa penjelasan yang mungkin dapat menjelaskan
fenomena ini adalah bahwa perusahaan besar mempunyai biaya informasi
yang rendah, perusahaan besar juga mempunyai kompleksitas dan dasar
pemilikan yang lebih luas dibanding perusahaan kecil (Cooke, 1989). Size
perusahaan merupakan variabel independen yang banyak digunakan untuk
menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan keuangan perusahaan.
16
e. Status Perusahaan
Afiliasi dapat diartikan sebagai hubungan keluarga karena perkawinan
dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal;
hubungan antara dua perusahaan dimana terdapat satu atau lebih anggota
direksi atau dewan komisaris yang sama hubungan; hubungan antara dua
perusahaan yang dikendalikan, baik secara langsung maupun tidak langsung
oleh pihak yang sama; atau hubungan antara perusahaan dan pemegang saham
utama.
Menurut Susanto (1992) dalam Fitriani (2001), Afiliasi perusahaan
dengan perusahaan asing (multinasional) mungkin akan melakukan
pengungkapan yang lebih luas. Terdapat beberapa alasan mengenai dugaan
ini. Pertama, perusahaan berbasis asing mendapatkan pelatihan yang lebih
baik, misalnya dalam bidang akuntansi, dari perusahaan induknya diluar
negeri. Kedua, perusahaan berbasis asing mungkin mempunyai sistem
informasi manajemen yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan
pengendalian internal dan kebutuhan informasi perusahaan induknya. Ketiga,
kemungkinan juga terdapat permintaan informasi yang lebih besar kepada
perusahaan berbasis asing dari pelanggan, pemasok, analisis dan masyarakat
pada umumnya. Perusahaan dengan status yang berbeda akan memiliki
stakeholders yang berbeda, sehingga tingkat kelengkapan pengungkapan yang
harus dilakukan pun berbeda.
17
f. Tipe Kepemilikan
Tipe kepemilikan perusahaan adalah perbandingan jumlah anggota
pemegang saham publik dengan yang dimiliki oleh perusahaan dalam
mendapatkan modal, salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan adalah
dengan menjual sahamnya, semakin banyak saham yang dijual, maka
semakin banyak pula saham beredar di masyarakat. Sehingga tekanan
terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkan
informasi sosial.
5.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu
TABEL 2.1PENELITIAN TERDAHULU
No. Peneliti (tahun)
Variable Hasil
1 Belkouli(1989)
Hacson dan Milne (1996)
Cerf (1961) ((dalam Gunawan (2002))
Singhvi dan Desai (1971)
Variable Independen = kinerja sosial perusahaan, visibilitas politis, financial leverageVariable Dependen = pengungkapan sosial
Variable Independen = Ukuran perusahaan dan profitabilitasVariable Dependen = pengungkapan social
Variable Independen = bahwa besar aktiva, jumlah pemegang saham dan status pendaftaran (status listing)Variable Dependen = kualitas pengungkapan sosial perusahaan
Variable Independen = besar aktiva, jumlah pemegang saham, status pendaftaran, KAP yang mengaudit, rate of
Kinerja sosial perusahaan dan visibilitas politis mempunyai pengaruh positif terhadap pengungkapan sosial sedangkan financial leverage berpengaruh negative terhadap pengungkapan sosial.
Ukuran perusahaan dan industri mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah pengungkapan sosial sedangkan profitabilitas berpengaruh negative.
Besar aktiva, jumlah pemegang saham dan status pendaftaran (status listing) memiliki hubungan yang signifikan dengan indeks ungkapan.
Besar aktiva, jumlah pemegang saham, status pendaftaran, KAP yang mengaudit, rate of return, dan earning margin
18
Chow dan Wong Boren (1987)
Almilia dan Rtrinasari (2007)
Sudarmaji dan Sularto (2007)
return, dan earning marginVariable Dependen = kualitas pengungkapan sosial perusahaan
Variable Independen = besar perusahaan, leverage ratio, dan proporsi aktiviaVariable Dependen = kualitas pengungkapan sosial perusahaan
Variable Independen = liquiditas, leverage, profitabilitas, ukuran parusahaan dan status perusahaanVariable Dependen = kelengkapan pengungkapan laporan keuangan
Variable Independen = profitabilitas, likuiidtas dan tipe kepemilikanVariable Dependen = pengungkapan informasi sosial
menunjukkan hubungan yang signifikan dengan kualitas ungkapan.
Besar perusahaan mempunyai hubungan yang positif terhadap pengungkapan sosial sedangkan leverage ratio, dan proporsi aktivia mempunyai hubungan yang negative.
Likuiditas dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan, sedangkan variabel lain yaitu leverage, profitabilitas dan status perusahaan tidak berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan .
Semua variabel tidak signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial laporan keuangan
Sumber : Dikembangkan untuk penelitian ini.
5.3. Kerangka Pemikiran Teori dan Pengembangan Hipotesis
5.3.1. Kerangka Pemikiran Teori
Suatu perusahaan yang telah menjadi perusahaan public
mempunyai kewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangannya,
dimana kandungan laporan keuangan tersebut mencerminkan kinerja
manajemen. Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang tidak
diwajibkan peraturan. Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan
bebas, dimana manajemen dapat memilih jenis informasi yang akan
19
diungkapkan yang dipandang relevan untuk pengambilan keputusan bagi
pihak-pihak pemakainya. Oleh karena itu penelitian dilakukan untuk
mengetahui apakah likuiditas, finansial leverage, profitabilitas, ukuran
perusahaan, status dan tipe kepemilikan berpengaruh terhadap
pengungkapan informasi sosial perusahaan.
Gambar 1.1.Kerangka Penelitian
5.3.2 Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran hipotesis yang
akan diuji dalam penelitian ini adalah :
20
Pengungkapan
Informasi Sosial
Likuiditas
Leverage
Profitabilitas
Ukuran Perusahaan
(Size)
Status Perusahaan
Tipe Kepemilikan
a. Likuiditas terhadap karakteristik pengungkapan sosial
Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya kepada kreditur jangka pendek
(Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty: 78). Cooke (1989) dalam Marwata (2001)
menjelaskan bahwa tingkat likuiditas dapat dipandang dari dua sisi. Disatu sisi,
tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan
perusahaan. Perusahaan semacam ini cenderung untuk melakukan
pengungkapan informasi yang lebih luas kepada pihak luar karena ingin
menunjukkan bahwa perusahaan itu kredibel.
Wallace et al (1994) dalam Fitriani (2001) menyatakan bahwa likuiditas
dapat juga dipandang sebagai ukuran kinerja manajemen dalam mengelola
keuangan perusahaan. Dari sisi ini, perusahaan dengan likuiditas rendah
cenderung mengungkapkan lebih banyak informasi kepada pihak eksternal
sebagai upaya untuk menjelaskan lemahnya kinerja manajemen. Penelitian
tentang hubungan antara rasio likuiditas dengan luas pengungkapan telah
dikemukakan oleh Cooke (1989) dalam fitriani (2001). Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan bahwa rasio likuiditas mempunyai hubungan positif
dengan luas pengungkapan. Kondisi perusahaan yang sehat, yang antara lain
ditunjukkan dengan tingkat likuiditas yang tinggi, berhubungan dengan
pengungkapan yang lebih luas. Hal tersebut didasarkan pada ekspektasi bahwa
perusahaan yang secara keuangan kuat, akan cenderung untuk mengungkapkan
lebih banyak informasi. Karena ingin menunjukkan kepada pihak ekstern
bahwa perusahaan tersebut kredibel. Sehingga hipotesis yang pertama adalah
21
H1 = Likuiidtas berpengaruh positif pada karakteristik pengungkapan
sosial.
b. Leverage terhadap karakteristik pengungkapan sosial
Perjanjian terbatas seperti perjanjian hutang yang
tergambar dalam tingkat leverage dimaksudkan membatasi
kemampuan manajemen untuk menciptakan transfer
kekayaan antar pemegang saham dan pemegang obligasi
(Jensen dan Meckling, 1976; Smith dan Warner, 1979 dalam
Belkaoui dan Karpik, 1989). Menurut Belkaoui dan Karpik
(1989) keputusan untuk mengungkapkan informasi sosial
akan mengikuti suatu pengeluaran untuk pengungkapan yang
menurunkan pendapatan. Sesuai dengan teori agensi maka
manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi
akan mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang
dibuatnya agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders.
Berdasarkan penelitian Eddy Rismanda Sembiring (2005) tinggi
rendahnya tingkat leverage perusahaan tidak mempengaruhi luas
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Ketergantungan perusahaan
terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam
tingkat leverage. Leverage ini juga dengan demikian mencerminkan tingkat
resiko keuangan perusahaan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis
yang ke dua adalah
22
H2= Tingkat leverage berpengaruh positif pada karakteristik
pengungkapan sosial.
c. Profitabilitas terhadap karakteristik pengungkapan sosial
Dikaitkan dengan teori agensi dengan premis bahwa perolehan laba
yang sangat besar akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi sosial
yang lebih luas. Hubungan antara profitabilitas dan tingkat
pengungkapan tanggungjawab sosial adalah bahwa ketika
perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan
(manajemen) menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal
yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan
perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas
rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan
membaca “good news” kinerja perusahaan, misalnya dalam
lingkup sosial, dan dengan demikian investor akan tetap
berinvestasi di perusahaan tersebut. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan yang
negatif terhadap tingkat pengungkapantanggungjawab sosial
perusahaan.
Menurut penelitian Eddy Rismanda Sembiring (2005) tingkat
profitabilitas tidak mempengaruhi pengungkapan tanggungjawab sosial
perusahaan. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa hipotesis yang ke tiga
adalah
23
H3 = Profitabilitas berpengaruh positif pada karakteristik pengungkapan
sosial.
d. Ukuran Perusahaan terhadap karakteristik pengungkapan sosial
Size perusahaan merupakan variabel penduga yang
banyak digunakan untuk menjelaskan variasi pengungkapan
dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini dikaitkan dengan
teori agensi, dimana perusahaan besar yang memiliki biaya
keagenan yang lebih besar akan mengungkapkan informasi
yang lebih luas untuk mengurangi biaya keagenan tersebut.
Di samping itu perusahaan besar merupakan emiten yang
banyak disoroti, pengungkapan yang lebih besar merupakan
pengurangan biaya politis sebagai wujud tanggungjawab
sosial perusahaan.
Perusahaan besar tidak akan lepas dari tekanan dan perusahaan yang
lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap
masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan
progam sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan akan semakin luas.
Dalam penelitian Eddy Rismanda Sembiring (2005),
ukuran perusahaan (Size) berpengaruh positif terhadap
pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan. Berdasarkan
uraian di atas, maka hipotesis keempat adalah :
24
H4 = Ukuran perusahaan berpengaruh positif pada karakteristik
pengungkapan sosial.
e. Status Perusahaan terhadap karakteristik pengungkapan sosial
Menurut Susanto (1992) dalam Fitriani (2001), Afiliasi perusahaan
dengan perusahaan asing (multinasional) mungkin akan melakukan
pengungkapan yang lebih luas. Terdapat beberapa alasan mengenai dugaan ini.
Pertama, perusahaan berbasis asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik,
misalnya dalam bidang akuntansi, dari perusahaan induknya diluar negeri.
Kedua, perusahaan berbasis asing mungkin mempunyai sistem informasi
manajemen yang lebih efisien untuk memenuhi kebutuhan pengendalian
internal dan kebutuhan informasi perusahaan induknya. Ketiga, kemungkinan
juga terdapat permintaan informasi yang lebih besar kepada perusahaan
berbasis asing dari pelanggan, pemasok, analisis dan masyarakat pada
umumnya. Perusahaan dengan status yang berbeda akan memiliki stakeholders
yang berbeda, sehingga tingkat kelengkapan pengungkapan yang harus
dilakukan pun berbeda.
Perusahaan dengan status PMA akan memberikan pengungkapan yang
lebih luas dibanding perusahaan domestik. Perusahaan besar dianggap
mempunyai informasi yang lebih banyak dibandingkan perusahaan kecil.
Fitriani (2001) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa status perusahaan
mempunyai hubungan negatif dengan kelengkapan pengungkapan. Perusahaan
dengan status PMA akan indeks kelengkapan pengungkapannya lebih rendah
25
jika dibandingkan dengan perusahaan yang berstatus lainnya. Hipotesis kelima
adalah :
H5 = Status perusahaan berpengaruh negatif pada karakteristik
pengungkapan sosial.
e. Tipe Kepemilikan terhadap karakteristik pengungkapan sosial
Tipe kepemilikan perusahaan adalah perbandingan jumlah anggota
pemegang saham publik dengan yang dimiliki oleh perusahaan dalam
mendapatkan modal, salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan adalah
dengan menjual sahamnya, semakin banyak saham yang dijual, maka
semakin banyak pula saham beredar di masyarakat. Sehingga tekanan
terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkan
informasi sosial
H6 = tipe kepemilikan berpengaruh positif pada karakteristik
pengungkapan sosial.
26
6. METODE PENELITIAN
6.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian adalah
penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menyelesaikan pemecahan
masalah yang ada sekarang dengan menggunakan data-data, menyajikan data,
menganalisis data, dan menginterprestasikan (Marzuki, 2005 : 17).
6.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah sejumlah unsur-unsur dimana suatu kesimpulan akan
disusun (Emory dan Cooper, 1998). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perusahaan sub sektor manufaktur yang telah terdaftar (listing) di BEJ.
Dipilihnya satu kelompok industri yaitu industri manufaktur sebagai populasi
dimaksudkan untuk menghindari bias yang disebabkan oleh efek industri
(industrial effect), dan selain itu sektor manufaktur memiliki jumlah terbesar
perusahaan dibandingkan sektor lainnya. Penelitian ini mengambil periode
analisis dari tahun 2007 sampai 2009.
Metode pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah metode judgement sampling, yaitu salah satu bentuk purposive
sampling dengan mengambil sampel yang telah ditentukan sebelumnya
berdasarkan maksud dan tujuan penelitian.
Adapun kriteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian sampel adalah :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEi dan sahamnya
aktif diperdagangkan selama periode 2007-2009.
27
2. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan tahunan
periode 2007-2009, serta menyerahkan laporan tahunannya tersebut
kepada BAPEPAM dan telah mempublikasikannya berturut-turut.
3. Informasi pengungkapan sosial diungkapkan pada laporan
tahunan perusahaan yang bersangkutkan selama periode 2007-2009.
6.3 Jenis dan Sumber Pengumpulan Data
Ada 2 jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data kualitatif
dan data kuantitatif. Data kualitatif diambil dari buku, jurnal, makalah, penelitian
terdahulu, dan situs internet yang berhubungan dengan tema penelitian ini.
Sedangkan, data kuantitatif berupa data angka-angka yang terdapat pada laporan
keuangan auditing yang didapat dari pojok BEI Pojok UNDIP.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari :
1. ICMD (Indonesian capital market directory)
2. Data base pasar modal, pojok BEI UNDIP, tahun 2006-2008, untuk
mengetahui informasi pengungkapan sosial yang diungkapkan.
6.4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode
studi dokumentasi, metode ini dilakukan dengan mengumpulkan seluruh data
dari PRPM (Pusat Referensi Pasar Modal), PIPM (Pusat Informasi Pasar Modal),
Pojok BEJ UNDIP, maupun diskusi untuk memeperoleh dan mengetahui factor-
faktor utama dan pendukung yang berkaitan dengan penelitian.
6.5 Variabel Penelitian
28
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Variabel Independen (variabel bebas)
Variabel independent adalah tipe variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain (Nur Indriantoro dan Bambang
Supomo,1999 :63). Variabel independent dalam penelitian ini adalah
kepemilikan manajemen, tingkat leverage, ukuran perusahaan, profitabilitas,
tipe industri dan ukuran dewan komisaris.
b. Variabel Dependen (variabel terikat)
Variabel dependent adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh
variabel independent (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 1999 : 63).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pengungkapan informasi sosial.
6.6 Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
a. Likuiditas
Likuiditas adalah kemampuan perusahaan melakukan kegiatan usahanya.
Likuiditas diukur dengan membagi aktiva lancar dengan hutang lancar
perusahaan (Almilia dan Retrinasari, 2007)
Aktiva lancar Likuiditas =
Hutang lancar
b. Tingkat leverage
Tingkat leverage adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua
kewajiban. Perusahaan yang memiliki hutang lebih banyak akan mempunyai
biaya keagenan yang besar, untuk itu perusahaan harus memenuhi informasi
29
yang cukup bagi kreditur. Tingkat Leverage dalam penelitian ini, diukur
dengan membagi hutang terhadap ekuitas (Almilia dan Retrinasari, 2007).
c. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki
perusahaan. Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan
adalah proxy dari nilai logaritma dari total assets (Almilia dan Retrinasari,
2007).
c. Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan, yang berguna untuk bagi pihak-pihak yang berkepentingan
(pemegang saham, kreditur dan menajemen perusahaan. Profitabilitas dalam
penelitian ini diukur dengan net profit margin (Almilia dan Retrinasari, 2007).
Net Profit Margin = Laba bersih
Pendapatan
d. Status perusahaan
Status perusahaan menggunakan variabel dummy yang penggolongannya
dilakukan dengan memberikan notasi 0 untuk perusahaan PMDN dan diberi
notasi 1 untuk perusahaan PMA.
e. Tipe Kepemilikan
Tipe kepemilikan perusahaan adalah perbandingan jumlah anggota pemegang
saham publik dengan yang dimiliki oleh perusahaan dalam mendapatkan
modal. Dalam penelitian ini tipe kepemilikan diukur dengan menggunakan
prosentase kepemilikan oleh publik (Sudarmaji dan Sularto, 2007).
30
f. Pengungkapan informasi sosial
Pengungkapan informasi sukarela merupakan pengungkapan bebas,
dimana manajemen dapat memilih jenis informasi yang akan diungkapkan
yang dipandang relevan untuk pengambilan keputuan baik pihak – pihak yang
memakainya. Diukur dengan index disclosure yang diperoleh lewat
pembagian antara total item pengungkapan yang sesungguhnya diungkapkan
dengan total item pengungkapan yang diharapkan oleh perusahaan (Almilia
dan Retrinasari, 2007)
6.7 Teknik Analisis
Alat analisis yang digunakan adalah :
1. Pengujian terhadap penyimpangan Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel terikat dengan variabel bebas keduanya mempunyai
hubungan distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
memiliki distribusi data normal atau mendekati normal (Imam Ghozali, 2005 :
74).
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Kolmogorov Sminorov yaitu dengan kriteria jika signifikansi kolmogorov
sminorov < 5% maka data tidak normal, sebaliknya jika signifikansi
kolkmogorov sminorov > 5% maka data normal (Imam Ghozali, 2005 : 114).
31
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji ini dilakukan untuk penyebaran data. Uji ini dapat dilakukan
dengan melihat nilai prediksi variabel terikat dengan residunya. Alat anlisis
yang digunakan adalah uji gletser dengan kriteria apabila pengujian nilai
signifikansi variabel bebas tidak ada yang signifikan maka tidak terjadi
heteroskedastisitas dan sebaliknya (Imama Ghozali, 2005 : 105).
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas / independent.
Multikolinieritas dalam penelitian diukur berdasarkan tingkat Variance
Inflation Faktor (VIF) dan nilai Tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan
setiap variabel bebas dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance
mengukur variabilitas variabel bebas terpilih yang tidak dapat dijelaskan
variabel bebas lainnya, model regresi yang bebas dari multikolinieritas adalah
yang mempunyai VIF kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1 (Imam
Ghozali, 2005 : 91).
d. Uji Autokorelasi
Digunakan untuk menguji statistic dari Durbin Watson untuk
mendeteksi apakah ada serial korelasi (Autokorelasi) atau tidak dalam data
time series yang digunakan. Serial korelasi adalah problem dimana dalam
sekumpulan observasi untuk variabel teertentu antara observasi yang satu
dengan yang lain ada hubungan atau korelasi. Langkah awal pendeteksian ini
32
adalah mencari nilai dari analisis regresi dan selanjutnya mencari nilai dl dan
du pada table dengan criteria Algifari (1997).
Kurang dari 1,10 = ada auto korelasi
1,10 – 1,54 = tanpa kesimpulan
1,54 – 2,46 = tidak ada auto korelasi
2,46 – 2,90 = tanpa kesimpulan
Lebih dari 2,91 = ada auto korelasi
2. Pengujian Hipotesis
Penelitian ini hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi
berganda. Pendekatan regresi berganda digunakan dengan alasan bahwa
metode ini dapat digunakan sebagai model prediksi terhadap suatu variabel
dependen dengan variabel independent.
Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis yang diajukan :
Rumus :
Y = ß0 + ß1 X1 + ß2 X2+ ß3 X3 + ß4 X4 + ß5 X5 + ß6 X6 + e
Keterangan :
Y = Pengungkapan informasi sosial
ß = Konstanta
ß1 X1 = Likuiditas
ß2 x2 = leverage
ß3 x3 = profitabilitas
ß4 x4 = ukuran perusahaan
33
ß5 x5 = status perusahaan
ß6 x6 = tipe kemilikan
e = Standart eror
a) Uji t
Uji t digunakan untuk menguji tingkat signifikan antara likuiditas, finansial
leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, status perusahaan dan tipe
kepemilikan secara Parsial terhadap pengungkapan informasi sosial.
Hipotesa yang akan diuji adalah :
- Ho : ß = 0 (tidak ada pengaruh yang signifikan antara likuiditas, finansial
leverage, profitabilitas, ukuran perusahaan, status perusahaan dan tipe
kepemilikan secara parsial terhadap pengungkapan informasi sosial).
- Ha : ß > 0 (ada pengaruh yang signifikan antara likuiditas, finansial leverage,
profitabilitas, ukuran perusahaan, status perusahaan dan tipe kepemilikan
secara parsial terhadap pengungkapan informasi sosial).
- Level of Significant a = 0,05
- Criteria pengujian
Ho diterima apabila : nilai Signifikansi lebih besar dari 0,05
Ha diterima apabila : nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
b) Uji F
Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen
atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat.
34
3. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui sumbangan
variasi variabel-variabel bebas terhadap perubahan variabel terikat. Koefisien
determinasi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
R2 = Adjusted R Square x 100%
Keterangan :
R2 = koefisien determinasi
35
DAFTAR PUSTAKA
Almilia Spica Luciana dan Retrinasari Ikka, 2007, Analisis Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufkatur Yang Terdaftar Di BEI, Proceeding Sminar Nasional FE Trisakti Jakarta.
Anggraini Retno Reni. 2006. ”Pengungkapan Informasi Sosial dan faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengukapan Informasi sosial dalam Laporan Keuangan Tahunan (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”, Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang.
Belkaoui. Ahmed R. 2000. Teori Akuntansi. Jilid 1. Edisi Pertama (Terjemahan).
Salemba Empat. Jakarta.
Dessy Amalia, 2005. ”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure) pada Laporan Tahunan Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi Indonesia. Vol. 1. No. 2 November 2005.
Edy Supriyanto. 2001. “ Analisis Pengaruh Modal Kerja terhadap Laba perusahaan yang Go Public Di Bursa Effek Jakarta pada Tahun 2001”. Jurnal Akuntansi Indonesia Vol.2, No.2 Juli 2006 : 141-154.
Elliot, Robert K. and Peter D Jacobson. 1994. “ Cost of Benefit of Bussines Information Disclousure”. Accounting Horison 8. (Desember) 80-96.
Hendriksen. Eldon S. dan Michael F. van Breda. 1995. Teori Akuntansi. Jilid 2. Edisi Kelima (Terjemahan). Interaksara. Jakarta.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
Imam Ghozali, 2005. Aplikasi Analisis multivariate Dengan Program SPSS.. Badan Penerbit UNDIP. Semarang.
Indonesian Capial Market Directory. 2008
Indriani, 2006. ”Karakteristik Perusaan dalam laporan Tahunan perusahaan Publik Indonesia”. Jurnal MAKSI. Vol. 1, No.6. hal. 106-115.
Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo, 1999, Metodologi Penelitian, BPFE, Yogyakarta.
36
Marwata. 2001. “Hubungan antar Karakteristik Perusahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela dalam Laporan Tahunan Perushaan Publik Di Indonesia“. Simposium Nasional Akutansi IV.
Meek, Gary K dan Clare B.Roberts.1995.” Factors Influencing Voluntary
Annual Report Disclosure By US, UK and Continental Eurepan Multinational Corporations”. Journal of International Business Studies Vol 26 No 3, hal 552-572
Sembiring Rismanda Eddy, 2005, Karakteristik Perusahaan dan Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Study Empiris Pada Perusahaan Yang Tercatat Di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VII, Solo.
Supranto M.A., J., 1992, Metode Riset, Edisi Keempat, Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.
Umar Husein, 1999, Metode Penelitian, Aplikasi dalam Pemasaran, Penerbit Gramedia, Jakarta.
Yuniarti, Gunawan. 2000.” Analisa Pengaruh Informasi Tahunan pada Perusahaan yang terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”. Simposium NasionalAkuntansi III.
37
52