Upload
safira-musafirina
View
452
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 1/32
1. Judul : Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi Dan Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Federal International Finance(FIF) Cabang Jember.
2. Latar Belakang Masalah
Salah satu masalah nasional yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini
adalah penanganan terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia. Jumlah
sumber daya manusia yang besar apabila dapat didayagunakan secara efektif dan
efisien akan bermanfaat untuk menunjang gerak laju pembangunan nasional yang
berkelanjutan. Saat ini, kemampuan sumber daya masih rendah baik dilihat dari
kemampuan intelektual maupun keterampilan teknis yang dimiliki. Persoalan
yang ada saat ini adalah bagaimana dapat menciptakan sumber daya manusia yang
bisa menghasilkan kinerja yang optimal sehingga tujuan perusahaan dapat
tercapai. Produktivitas kerja merupakan tuntutan utama bagi perusahaan agar
kelangsungan hidup atau operasionalnya dapat terjamin. Banyak hal yang dapat
mempengaruhi produktivitas kerja, untuk itu perusahaan harus berusaha
menjamin agar faktor-faktor yang berkaitan dengan produktivitas tenaga kerja
dapat dipenuhi secara maksimal.
Budaya organisasi merupakan falsafah, ideologi, nilai-nilai, anggapan,
keyakinan, harapan, sikap dan norma-norma yang dimiliki secara bersama serta
mengikat suatu komunitas tertentu. Secara spesifik, budaya dalam organisasi akan
ditentukan dalam kondisi team work, leaders dan characteristic of organization
serta administration process yang berlaku. Budaya organisasi menjadi penting
karena merupakan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi dalam hierarki organisasi
yang mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi.
Budaya yang produktif adalah budaya yang dapat menjadikan organisasi lebih
kuat dan tercapainya tujuan perusahaan. Faktor lain yang berperan dalam
menjadikan karyawan lebih berperilaku terarah apabila ada unsur-unsur positif
dalam dirinya masing-masing.
1
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 2/32
Robbins (2001:528) mengemukakan bahwa organizational culture as an
intervening variable. Employee form an overall subjective perception of the
organization based on such factor as degree of risk tolerance, team emphasis and support of people. These favorable or unfavorable perception then affect
employee performance and satisfaction, with the impact being greater for stronger culture.
Motivasi mempersoalkan cara mendorong gairah kerja bawahan agar mau
bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk
mewujudkan tujuan perusahaan. Pada umumnya ada dua hal penting yang mampu
memberikan motivasi atau dorongan terhadap para pekerja yakni masalah
compensation (kompensasi) dan e xpectancy (harapan). Kompensasi berkaitan erat
dengan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan terhadap para karyawan yang
telah memberikan kontribusi bagi perusahaan dan selalu dijadikan ukuran puas
atau tidaknya seseorang dalam menjalankan tugas atau pekerjaannya. Mengenai
expectancy, setiap orang akan memiliki harapan yang berbeda dalam setiap
kegiatan yang dilakukannya. Oleh karena itu tanpa nilai harapan yang dimiliki
seseorang tidak akan melakukan usaha-usaha untuk memenuhi kebutuhannya.
Adapun faktor-faktor lain yang mampu memberikan motivasi bagi karyawan yaitu
partisipasi, komunikasi, mengakui andil bawahan, pendelegasian wewenang dan
pemberian perhatian yang dilakukan oleh atasan (pimpinan).
Behavior merupakan bagian dari budaya yang berkaitan dengan kinerja,
hal ini disebabkan dengan berperilaku seseorang akan memperoleh apa yang
dikehendaki dan apa yang diharapkan. Jadi, tingkah laku merupakan tindakan
yang nyata dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh apa yang diharapkan.
Dalam suatu organisasi tentunya banyak faktor yang mempengaruhi seseorang
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan jalannya organisasi atau
perusahaan diwarnai oleh perilaku individu yang merasa berkepentingan dalam
kelompoknya masing-masing. Perilaku individu yang berada dalam suatu
organisasi tentunya sangat mempengaruhi organisasi baik secara langsung
maupun tidak. Hal ini diakibatkan oleh adanya kemampuan individu yang
berbeda-beda dalam menjalankan tugasnya. Perilaku akan timbul akibat adanya
pengaruh atau rangsangan dari lingkungan (baik internal maupun eksternal).
2
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 3/32
Begitu pula individu akan berperilaku karena adanya dorongan oleh serangkaian
kebutuhan.Menurut Handoko (1992:193) kepuasan kerja atau job satisfaction adalah
keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana
para karyawan memandang pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan cerminan
dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif
pekerja terhadap pekerjaan yang dihadapi dan lingkungannya. Sebaliknya,
karyawan yang tidak puas akan bersikap negatif terhadap pekerjaan dan bentuk
yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Adanya ketidakpuasan kerja
karyawan seharusnya dapat dideteksi oleh perusahaan.
Mc Kenna and Beech (1995:121); in research undertaken by Income Data
Service, London (IDS,1989) it was concluded that the performance factors most
usually appraised were as follows : (1) knowledge, ability and skill on the job, (2)attitude to work, expressed as enthusiasm, commitment and motivation, (3)
quality of work on a consistent basis with attention to detail, (4) volume of performance output, (5) interaction, amplified in communication, skill and ability
to related to others in terms.
Perilaku-perilaku tertentu yang timbul dari para anggota organisasi padaakhirnya akan menjadi suatu kebiasaan atau budaya dalam organisasi yang
bersangkutan. Begitu pula dengan motivasi, setiap anggota dalam suatu organisasi
tentunya memiliki motif yang berbeda-beda dalam melakukan setiap pekerjaan.
Berbagai macam motivasi yang berbeda itulah yang nantinya akan menghasilkan
output (prestasi kerja yang dicapai) yang berbeda pula. Hasil-hasil dari pekerjaan
yang dilakukan akan berpengaruh terhadap kepuasan kerja yang selanjutnya akan
berdampak pada kinerja karyawan.
Federal International Finance (FIF) Cabang Jember merupakan salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang asuransi khususnya asuransi pembiayaan
ASTRA. Dalam menjalankan usahanya, Federal International Finance (FIF)
Cabang Jember memberikan pelayanan dan kemudahan bagi konsumen baik
dalam hal asuransi maupun pemberian kredit kendaraan bermotor (khususnya
sepeda motor jenis Honda). Sebagai suatu perusahaan tentu di dalamnya terdapat
berbagai macam karakter karyawan dengan segenap kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki, perilaku-perilaku tertentu yang menjadi kebiasaan, motivasi yang
3
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 4/32
dimiliki para anggota dalam melaksanakan tugas dan kepuasan terhadap hasil dari
pekerjaan yang dilakukan yang akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerjakaryawan.
Berdasarkan yang telah diuraikan maka permasalahan job performance
berkaitan dengan efektivitas kerja, untuk itulah diperlukan suatu model yang
membicarakan job performance (kinerja) dengan variabel-variabel yang
mempengaruhinya. Berpijak dari pemikiran tersebut, penelitian ini dibuat dengan
judul “Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi dan Kepuasan Kerja Terhadap
Kinerja Karyawan Pada PT. Federal International Finance (FIF) Cabang
Jember”.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang telah diungkapkan dapat dibuat
perumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan
pada PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Jember ?
b. Bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT.
Federal International Finance (FIF) Cabang Jember ?
c. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT.
Federal International Finance (FIF) Cabang Jember ?
d. Bagaimana pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Federal
International Finance (FIF) Cabang Jember ?
e. Bagaimana pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT.
Federal International Finance (FIF) Cabang Jember ?
4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
4.1 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja
karyawan pada PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Jember.
b. Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja karyawan
pada PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Jember.
4
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 5/32
c. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kepuasan kerja karyawan pada
PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Jember.d. Untuk mengetahui pengaruh motivasi terhadap kinerja karyawan pada pada
PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Jember.
e. Untuk mengetahui pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada
PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Jember.
4.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa manfaat antara lain: bagi peneliti, bagi
akademisi dan bagi pihak manajemen.
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan wawasan dan pengetahuan
bagi peneliti lebih lanjut.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dan bagaimana cara mengaplikasikan teori
yang dipelajari di bangku kuliah.
3. Bagi Pihak Manajemen
Penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak
manajemen dalam pengambilan kebijaksanaan terutama bidang Manajemen
Sumber Daya Manusia.
5. Tinjauan Pustaka
5.1 Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian Hamid (Universitas Airlangga, 2002) yang berjudul Pengaruh
Budaya Organisasi Baru Terhadap Motivasi dan Prestasi Kerja di PT. Nusantara
IV (Persero) Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan Structural Equation
Modelling (SEM) dengan variabel bebas (X) adalah budaya organisasi baru
sedangkan variabel terikat (Y) adalah motivasi (Y1) dan prestasi kerja (Y2).
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh konstruk budaya
organisasi baru terhadap motivasi kerja dan prestasi kerja dan (2) untuk
5
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 6/32
mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap prestasi kerja. Hasil analisis SEM
menunjukkan bahwa: (a) terdapat pengaruh secara signifikan budaya organisasi baru terhadap motivasi kerja; (b) terdapat pengaruh secara signifikan motivasi
kerja baru terhadap prestasi kerja karyawan dan (c) terdapat pengaruh secara
signifikan budaya organisasi baru terhadap prestasi kerja.
Penelitian Koesmono (2002) yang berjudul Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Motivasi Dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor
Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur, menggunakan
Structural Equation Modeling (SEM). Penelitian ini menggunakan teknik quota
sampling dengan jumlah sampel sebanyak 382 orang karyawan di lima kota yakni
Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Mojokerto dan Pasuruan. Hasil dari penelitian ini
adalah terdapat efek langsung dari variabel budaya organisasi terhadap motivasi
sebesar 0,680; variabel motivasi terhadap kepuasan kerja sebesar 1,462; variabel
budaya organisasi terhadap kepuasan kerja sebesar 1,183; variabel budaya
organisasi terhadap kinerja sebesar 0,506; sedangkan variabel kepuasan kerja
terhadap kinerja sebesar 0,003. terdapat pengaruh tidak langsung antara variabel
budaya organisasi terhadap kepuasan kerja sebesar 0,994; variabel budaya
organisasi terhadap kinerja sebesar 0,267; sedangkan pengaruh tidak langsung
variabel motivasi terhadap kinerja sebesar 0,005.
6
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 7/32
Tabel 2.1 Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang
Perbedaan Hamid Koesmono Sekarang
Tempat penelitian
PT. NusantaraIV (Persero)
Sumatera
Utara
IndustriPengolahan
Kayu Skala
Menengah Di
Jawa Timur
PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Jember
Variabel
yang
digunakan
Variabel
bebas (X)
yaitu: budaya
organisasi
baru
Variabel
terikat (Y)
yaitu:
Motivasi (Y1)
Prestasi kerja
(Y2)
Variabel
bebas (X)
yaitu: budaya
organisasi
Variabel
terikat (Y)
yaitu:
Motivasi (Y1)
Kepuasan
kerja (Y2)
Variabel bebas (X) yaitu:
Budaya organisasi (X1)
Motivasi (X2)
Variabel perantara (Z) yaitu:
Kepuasan kerja
Variabel terikat (Y) yaitu:
Kinerja karyawan
Jumlah
responden
50 responden 382
responden
40 responden
Alat
pengukuran
Structural
Equation
Modelling
(SEM)
Structural
Equation
Modelling
(SEM)
Analisis jalur ( path analysis), uji
asumsi klasik, uji F dan uji t.
5.2 Landasan Teori
5.2.1 Budaya Organisasi
Pada dasarnya seseorang yang berada dalam kehidupan organisasi
berusaha untuk menentukan dan membentuk sesuatu yang dapat mengakomodasi
kepentingan semua pihak, agar dalam menjalankan aktivitasnya tidak berbenturan
dengan berbagai sikap dan perilaku masing-masing individu. Beraneka ragamnya
bentuk organisasi tentunya mempunyai budaya yang berbeda-beda, hal ini wajar
karena lingkungan organisasinya berbeda pula misalnya, perusahaan jasa,
manufaktur dan perdagangan. Menurut Beach (1993:12) kebudayaan merupakan
inti dari apa yang penting dalam organisasi, seperti aktivitas memberi perintah dan
larangan serta menggambarkan sesuatu yang dilakukan dan tidak dilakukan yang
mengatur perilaku anggota. Jadi budaya mengandung apa yang boleh dilakukan
atau tidak sehingga dapat dikatakan sebagai suatu pedoman yang dipakai untuk
menjalankan aktivitas organisasi.
7
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 8/32
Budaya organisasi dalam perusahaan merupakan alat untuk
mempersatukan setiap individu yang melakukan aktivitas bersama-sama. Kreitner dan Kinicki (1995:532) mengemukakan bahwa budaya organisasi adalah perekat
sosial yang mengikat anggota dari organisasi. Agar suatu karakteristik atau
kepribadian yang berbeda-beda antara orang yang satu dengan yang lain dapat
dipersatukan dalam suatu kekuatan organisasi maka diperlukan adanya perekat
sosial. Menurut Bliss (1999:8) di dalam budaya terdapat kesepakatan yang
mengacu pada suatu sistem makna secara bersama, dianut oleh anggota organisasi
dalam membedakan organisasi yang satu dengan yang lainnya. Lain halnya
dengan Kartono (1994:138) mengemukakan bahwa bentuk kebudayaan yang
muncul pada kelompok-kelompok kerja di perusahaan berasal dari macam-macam
sumber, antara lain: dari stratifikasi kelas sosial asal buruh-buruh/pegawai, dari
sumber-sumber teknis dan jenis pekerjaan, iklim psikologis perusahaan sendiri
yang diciptakan oleh majikan, para direktur dan manajer-manajer yang
melatarbelakangi iklim kultur buruh-buruh dalam kelompok kecil-kecil yang
informal.
Robbins (1998:248) mendefinisikan budaya organisasi (organizational
culture) sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota
yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Lebih lanjut,
Robbins (1998:248) menyatakan bahwa sebuah sistem pemaknaan bersama
dibentuk oleh warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain.
Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilai-nilai
organisasi.
Menurut Robbins (1998:248) terdapat tujuh karakteristik yang membentuk
budaya organisasi, yaitu : (1) inovasi dan pengambilan risiko; (2) perhatian
terhadap detil; (3) berorientasi pada hasil; (4) berorientasi pada manusia; (5)
berorientasi pada tim; (6) agresivitas dan (7) stabilitas. Yang dimaksud dengan:
(1) inovasi dan keberanian mengambil risiko (inovation and risk taking ), adalah
sejauh mana organisasi mendorong para karyawan bersikap inovatif dan berani
mengambil risiko. Selain itu bagaimana organisasi menghargai tindakan
pengambilan risiko oleh karyawan dan membangkitkan ide karyawan; (2)
8
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 9/32
perhatian terhadap detil (attention to detail ), adalah sejauh mana organisasi
mengharapkan karyawan memperlihatkan kecermatan, analisis dan perhatiankepada rincian; (3) berorientasi kepada hasil (outcome orientation), adalah sejauh
mana manajemen memusatkan perhatian pada hasil dibandingkan perhatian pada
teknik dan proses yang digunakan untuk meraih hasil tersebut; (4) berorientasi
kepada manusia (people orientation), adalah sejauh mana keputusan manajemen
memperhitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di dalam organisasi; (5)
berorientasi tim (team orientation), adalah sejauh mana kegiatan kerja
diorganisasikan sekitar tim-tim tidak hanya pada individu-individu untuk
mendukung kerjasama; (6) agresivitas (aggressiveness), adalah sejauh mana
orang-orang dalam organisasi itu agresif dan kompetitif untuk menjalankan
budaya organisasi sebaik-baiknya dan (7) stabilitas (stability), adalah sejauh mana
kegiatan organisasi menekankan status quo sebagai kontras dari pertumbuhan.
5.2.2 Motivasi
Berbagai usaha yang dilakukan oleh manusia tentunya untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhannya, namun agar keinginan dan kebutuhannya dapat
terpenuhi tidaklah mudah didapatkan apabila tanpa diiringi usaha yang maksimal.
Mengingat kebutuhan orang yang satu dengan yang lain berbeda-beda tentunya
cara untuk memperolehnya akan berbeda pula. Dalam memenuhi kebutuhannya
seseorang akan berperilaku sesuai dengan dorongan yang dimiliki dan apa yang
mendasari perilakunya, untuk itu dapat dikatakan bahwa dalam diri seseorang ada
kekuatan yang mengarah pada tindakannya. Menurut Sulistiyani dan Rosidah
(2003:58) yang dimaksud dengan motivasi adalah proses pemberian dorongan
kepada anak buah supaya anak buah dapat bekerja sejalan dengan batasan yang
diberikan guna mencapai tujuan organisasi secara optimal. Pengertian proses
pemberian dorongan tersebut adalah serangkaian aktivitas yang harus dilalui atau
dilakukan untuk menumbuhkan dorongan kepada pegawai untuk bekerja sejalan
dengan tujuan organisasi. Teori motivasi merupakan konsep yang bersifat
memberikan penjelasan tentang kebutuhan dan keinginan seseorang serta
9
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 10/32
menunjukkan arah tindakannya. Motivasi seseorang berasal dari faktor internal
dan eksternal.Menurut Mangkunegara (2005:61) terdapat beberapa aspek yang dapat
memotivasi kerja karyawan yaitu partisipasi, komunikasi, mengakui andil
bawahan, pendelegasian wewenang dan pemberian perhatian.
a. Partisipasi
Dalam upaya memotivasi kerja, pegawai perlu diberikan kesempatan ikut
berpartisipasi dalam menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin.
b. Komunikasi
Pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu yang berhubungan dengan
usaha pencapaian tugas, dengan informasi yang jelas, pegawai akan lebih
mudah untuk dimotivasi kerjanya.
c. Mengakui andil bawahan
Pemimpin mengakui bahwa bawahan (pegawai) mempunyai andil di dalam
usaha pencapaian tujuan. Dengan pengakuan tersebut, pegawai akan lebih
mudah dimotivasi kerjanya.
d. Pendelegasian wewenang
Pemimpin memberikan otoritas atau wewenang kepada pegawai (bawahan)
untuk sewaktu-waktu mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang
dilakukannya, akan membuat pegawai yang bersangkutan menjadi termotivasi
untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh pemimpin.
e. Memberi perhatian
Pemimpin memberikan perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai
(bawahan), akan memotivasi pegawai bekerja sesuai apa yang diharapkan oleh
pemimpin.
5.2.3 Kepuasan Kerja
Luthans (1995:126) mengemukakan bahwa kepuasan pekerjaan
merupakan hasil persepsi para karyawan tentang seberapa jauh pekerjaan
seseorang memberikan segala sesuatu yang dipandang penting melalui hasil
kerjanya. Istilah kepuasan pekerjaan ini merujuk pada sikap atau reaksi emosional
10
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 11/32
seorang individu terhadap pekerjaannya. Menurut Handoko (1992:193) yang
dimaksud dengan kepuasan kerja atau job satisfaction adalah keadaan emosionalyang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan mana para karyawan
memandang pekerjaannya.
Menurut Dole and Schroeder (2001:238) kepuasan kerja dapat
didefinisikan sebagai perasaan dan reaksi individu terhadap lingkungan
pekerjaannya. Sedangkan menurut Testa (1999:156) kepuasan kerja merupakan
kegembiraan atau pernyataan emosi yang positif hasil dari penilaian salah satu
pekerjaan atau pengalaman-pengalaman pekerjaan. Nasarudin (2001:273); Igalens
and Roussel (1999:1017) mengemukakan bahwa job satisfaction may be as a
pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal of one’s job
or job experience. Dalam pernyataan tersebut mengandung makna bahwa
kepuasan kerja merupakan suatu keadaan emosi yang positif atau dapat
menyenangkan yang dihasilkan dari suatu penilaian terhadap pekerjaan atau
pengalaman-pengalaman kerja seseorang.
Dengan kata lain, kepuasan pekerjaan adalah keadaan emosional
seseorang dalam arti pengalaman kerjanya (Luthans, 1995:126). Kepuasan kerja
merupakan cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak
dalam sikap positif pekerja terhadap pekerjaan yang dihadapi dan lingkungannya.
Sebaliknya, karyawan yang tidak puas akan bersikap negatif terhadap pekerjaan
dan bentuk yang berbeda–beda satu dengan yang lainnya. Seseorang atau
kelompok yang mempunyai sikap positif terhadap pekerjaannya, menunjukkan
adanya kepuasan pekerjaan yang tinggi. Sebaliknya seseorang atau kelompok
yang mempunyai sikap negatif terhadap pekerjaannya, menunjukkan orang
tersebut tidak puas dengan pekerjaannya.
Menurut Muchinsky (1997:424), variabel-variabel yang dapat dijadikan
indikasi menurunnya kepuasan kerja adalah absenteeism, turnover,and job
performance. Mengutip pendapat tersebut As’ad (1995:103) menjelaskan bahwa
variabel yang dapat dijadikan indikasi menurunnya kepuasan kerja adalah
tingginya tingkat absensi (absenteeism), tingginya keluar masuknya karyawan
(turnover ), menurunnya produktivitas kerja atau prestasi kerja karyawan
11
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 12/32
( performance). Apabila indikasi menurunnya kepuasan kerja karyawan tersebut
muncul kepermukaan, maka hendaknya segera ditangani supaya tidak merugikan perusahaan. Mengacu pada pendapat Handoko (1992:167) dan As’ad (1995:105),
Nimran (1998:36) mengemukakan bahwa dampak kepuasan kerja perlu dipantau
dengan mengkaitkannya pada output yang dihasilkan, yaitu produktivitas kerja
menurun, turn over meningkat dan efektivitas lainnya seperti menurunnya
kesehatan fisik mental, berkurangnya kemampuan mempelajari pekerjaan baru
dan tingginya tingkat kecelakaan.
Untuk mengetahui indikator apa saja yang mempengaruhi kepuasan kerja,
menurut Luthans (1997:431) terdiri dari atas lima indikator, yaitu: (1)
pembayaran, seperti gaji dan upah. Karyawan menginginkan sistem upah dan
kebijakan promosi yang dipersepsikan sebagai adil, tidak meragukan dan segaris
dengan pengharapannya. Bila upah dilihat sebagai adil yang didasarkan pada
tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu dan standar pengupahan
komunitas kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan; (2) pekerjaan itu sendiri.
Karyawan cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi
kesempatan untuk mengunakan kemampuan dan ketrampilannya, kebebasan dan
umpan balik mengenai betapa baik mereka bekerja. Karakteristik ini membuat
kerja lebih menantang. Pekerjaan yang kurang menantang menciptakan
kebosanan, tetapi yang terlalu banyak menantang juga dapat menciptakan frustasi
dan perasaan gagal; (3) rekan kerja. Bagi kebanyakan karyawan rekan kerja juga
mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu tidaklah mengejutkan
bila mempunyai rekan kerja yang ramah dan mendukung menghantar ke kepuasan
kerja yang meningkat; (4) promosi pekerjaan. Promosi terjadi pada saat seorang
karyawan berpindah dari suatu pekerjaan ke posisi lainnya yang lebih tinggi,
dengan tanggung jawab dan jenjang organisasionalnya. Pada saat dipromosikan
karyawan umumnya menghadapi peningkatan tuntutan dan keahlian, kemampuan
dan tanggung jawab. Sebagian besar karyawan merasa positif karena
dipromosikan. Promosi memungkinkan perusahaan untuk mendayagunakan
kemampuan dan keahlian karyawan setinggi mungkin; (5) kepenyeliaan
(supervisi). Supervisi mempunyai peran yang penting dalam manajemen.
12
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 13/32
Supervisi berhubungan dengan karyawan secara langsung dan mempengaruhi
karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Umumnya karyawan lebih sukamempunyai supervisi yang adil, terbuka dan mau bekerjasama dengan bawahan.
5.2.4 Kinerja
Seseorang akan selalu mendambakan penghargaan terhadap hasil
pekerjaannya dan mengharapkan imbalan yang adil. Kinerja Sumber Daya
Manusia (SDM) merupakan istilah yang berasal dari kata job performance atau
actual performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
seseorang). Menurut Mangkunegara (2002:67) kinerja merupakan hasil kerja
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Cascio (1995:275) mengemukakan bahwa kinerja merupakan prestasi karyawan
dari tugas-tugasnya yang telah ditetapkan. Sedangkan menurut Soeprihantono
(1998:7) kinerja merupakan hasil pekerjaan seorang karyawan selama periode
tertentu dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, misalnya standart,
target/sasaran/kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati
bersama. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah prestasi kerja
atau hasil kerja (output ) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai seseorang
per satuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2005:9).
Menurut Umar dalam Mangkunegara (2005:18) aspek-aspek yang terdapat
dalam kinerja antara lain: (1) mutu pekerjaan; (2) kejujuran karyawan; (3)
inisiatif; (4) kehadiran; (5) sikap; (6) kerja sama; (7) keandalan; (8) pengetahuan
tentang pekerjaan; (9) tanggung jawab dan (10) pemanfaatan waktu kerja.
5.2.5 Penilaian Kinerja Karyawan
Menurut Mangkunegara (2005:10) penilaian prestasi kerja ( performance
appraisal ) adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan
apakah seorang karyawan melakukan pekerjaannya sesuai dengan tugas dan
tanggung jawabnya. Sedangkan menurut Mangkuprawira (2003:223) penilaian
13
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 14/32
kinerja merupakan proses yang dilakukan dalam mengevaluasi pekerjaan
seseorang. Penilaian kinerja perlu dilakukan seobjektif mungkin karena akanmemotivasi karyawan dalam melakukan kegiatannya. Disamping itu pula,
penilaian kinerja dapat memberikan informasi untuk kepentingan pemberian gaji,
promosi dan melihat perilaku karyawan. Apabila hal tersebut telah dilakukan
dengan benar, maka para karyawan, penyelia, departemen SDM dan juga
perusahaan akan memperoleh hasil yang menguntungkan sesuai dengan tujuan
organisasi.
5.2.6 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja
Mangkunegara (2005:10) mengemukakan bahwa tujuan penilaian kinerja
adalah untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja organisasi melalui
peningkatan kinerja dari SDM organisasi. Secara lebih spesifik, tujuan dari
penilaian kinerja adalah:
1) Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja,
2) Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka
termotivasi untuk berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya
berprestasi sama dengan prestasi yang terdahulu,
3) Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan
aspirasinya dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau terhadap
pekerjaan yang diembannya sekarang,
4) Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga
karyawan termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya, dan
5) Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan
kebutuhan pelatihan khusus, rencana diklat, dan kemudian menyetujui rencana
itu jika tidak ada hal-hal yang perlu diubah.
Manfaat atau kegunaan penilaian kinerja karyawan adalah:
1) Sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang digunakan untuk prestasi,
pemberhentian dan besarnya balas jasa,
2) Untuk mengukur sejauh mana seorang karyawan dapat menyelesaikan
pekerjaannya,
14
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 15/32
3) Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dalam
perusahaan,4) Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal
kerja, metode kerja, struktur organisasi, gaya kepengawasan, kondisi kerja dan
pengawasan,
5) Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan
yang berada dalam organisasi,
6) Sebagai alat untuk meningkatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai
performance yang baik,
7) Sebagai alat untuk dapat melihat kekurangan atau kelemahan dan
meningkatkan kemampuan karyawan selanjutnya,
8) Sebagai kriteria menentukan, seleksi dan penempatan karyawan,
9) Sebagai alat untuk memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan,
dan
10)Sebagai dasar untuk memperbaiki atau mengembangkan uraian tugas ( job
description).
5.2.7 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
Sesungguhnya antar budaya perusahaan dengan kepuasan karyawan
terdapat hubungan di mana budaya (culture) memberi pedoman seorang karyawan
dengan cara mempersepsikan karakteristik budaya suatu organisasi, nilai yang
dibutuhkan karyawan dalam bekerja, berinteraksi dengan kelompoknya, dengan
sistem dan administrasi, serta berinteraksi dengan atasannya. Hasil penelitian Kirk
(2001:640) menyatakan bahwa budaya organisasi dapat meningkatkan kepuasan
kerja karyawan.
5.2.8 Pengaruh Budaya Organisai Terhadap Kinerja Karyawan
Budaya organisasi yang disosialisasikan dengan komunikasi yang baik
dapat menentukan kekuatan menyeluruh perusahaan, kinerja dan daya saing
dalam jangka panjang. Molenaar (2002:23), Kotter dan Heskett (1992:149)
15
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 16/32
mengemukakan bahwa budaya mempunyai kekuatan yang penuh, berpengaruh
pada individu dan kinerjanya bahkan terhadap lingkungan kerja.Berbagai tindakan yang dilakukan oleh seseorang tentunya berbeda-beda
dalam bentuk perilakunya. Dalam organisasi, implementasi budaya disajikan
dalam bentuk perilaku, artinya perilaku individu dalam organisasi akan diwarnai
oleh budaya organisasi yang bersangkutan. Perilaku individu berkenaan dengan
tindakan yang nyata dilakukan oleh seseorang dan dapat diartikan bahwa dalam
melakukan tindakan seseorang pasti tidak akan terlepas dari perilakunya. Berikut
ditampilkan diagram yang menggambarkan hubungan antara komunikasi, budaya
organisasi yang berdampak pada kinerja karyawan.
Gambar 2.1 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Karyawan
Sumber: Robbins dalam Mangkunegara, 2005:29.
Berdasarkan diagram, tampak bahwa pembentukan kinerja yang baik
dihasilkan jika terdapat komunikasi antara seluruh karyawan sehingga membentuk
internalisasi budaya perusahaan yang kuat dan dipahami sesuai dengan nilai-nilai
organisasi yang dapat menimbulkan persepsi yang positif antara semua tingkatan
karyawan untuk mendukung dan mempengaruhi iklim kepuasan yang berdampak
pada kinerja karyawan.
5.2.9 Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003:190) kepuasan atau ketidakpuasan
secara individual pegawai dan secara subjektif berasal dari kesimpulan yang
berdasarkan pada perbandingan antara apa yang diterima pegawai dari pekerjaan
yang dilakukan dengan apa yang diharapkan, diinginkan atau dipikirkan.
FAKTOR OBYEKTIF
Inovasi dan pengambilan
risiko
Perhatian terhadap detil
Orientasi hasil
Orientasi manusia
Orientasi tim
Agresivitas
Stabilitas
16
Manajemen
puncak
Faktor
komunikasi
atau
sosialisasi
Budaya
organisasi
Tinggi
Rendah
Kinerja
Kepuasan
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 17/32
Kepuasan kerja dapat mempengaruhi kehadiran seseorang dalam dunia kerja dan
ingin melakukan perubahan kerja, yang selanjutnya juga berpengaruh terhadapkemauan untuk bekerja. Keinginan pegawai atau motivasu untuk bekerja biasanya
ditunjukkan dengan dukungan yang mengarah pada tujuan.
Terdapat empat kemungkinan yang menunjukkan hubungan antara
motivasi dengan kepuasan kerja, yaitu:
a. Kepuasan tinggi, motivasi tinggi, menunjukkan nilai positif untuk organisasi
dan pegawai (situasi yang paling ideal),
b. Kepuasan rendah, motivasi tinggi, menunjukkan nilai positif untuk organisasi
tetapi negatif untuk pegawai,
c. Motivasi rendah, kepuasan tinggi, menunjukkan nilai negatif untuk organisasi
dan nilai positif untuk pegawai, dan
d. Motivasi rendah, kepuasan rendah, menunjukkan nilai negatif untuk organisasi
dan pegawai.
Gambar 2.2 berikut ini menunjukkan kemungkinan hubungan antara
motivasi dan kepuasan kerja pegawai.
Tinggi-----------------------------------Kepuasan-----------------------------------Rendah
I. Nilai positif untuk organisasi dan
pegawai
II. Nilai positif untuk organisasi,
negatif untuk pegawai
III. Nilai negatif untuk organisasi,
positif untuk pegawai
IV. Nilai negatif untuk organisasi dan
pegawai
Gambar 2.2 Pengaruh Motivasi Terhadap Kepuasan Kerja
Sumber: Klingner & Nalbandian dalam Sulistiyani dan Rosidah, 2003:191.
5.2.10 Pengaruh Motivasi Terhadap Kinerja Karyawan
Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi
situasi kerja di perusahaan ( situation). Motivasi merupakan kondisi atau energi
yang menggerakkan diri karyawan yang terarah atau tertuju untuk mencapai
tujuan organisasi. Mangkunegara (2005:61) mengemukakan bahwa sikap mental
17
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 18/32
karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat
motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal.Motivasi yang tinggi dapat mengakibatkan moril yang tinggi, suatu sikap
dan persamaan yang positif terhadap perusahaan, pekerjaan, atasan, teman-teman
sekerja dan orang-orang bawahan. Menurut Moekijat (1999:192) moril yang
tinggi mempunyai hubungan yang positif dengan hasil yang tinggi. Jadi motivasi
mempengaruhi moril yang selanjutnya mempengaruhi hasil.
5.2.11 Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan
Menurut Strauss dan Syales dalam Handoko (1992:196), kepuasan kerja
juga penting untuk aktualisasi diri. Karyawan yang tidak memperoleh kepuasan
kerja tidak akan pernah mengalami kematangan psikologik dan pada gilirannya
akan menjadi frustasi. Karyawan seperti ini akan sering melamun, mempunyai
semangat rendah, cepat lelah dan bosan, emosi yang tidak stabil, sering absen dan
melakukan kesibukan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan yang harus
dilakukan.
Sedangkan karyawan yang mendapatkan kepuasan kerja biasanya
mempunyai catatan kehadiran yang baik, dan berprestasi kerja lebih baik dari
pada karyawan yang tidak memperoleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja
mempengaruhi tingkat perputaran karyawan dan absensi. Jika kepuasan kerja
karyawan meningkat maka perputaran karyawan dan absensi menurun.
Linz (2002:13) mengemukakan bahwa secara positif sikap terhadap kerja
ada hubungan positif dengan kepuasan kerja. Semakin positif sikap kerja makin
besar pula kepuasan kerja, pada umumnya seseorang merasa puas dengan
pekerjaannya karena berhasil dan memperoleh penilaian yang adil dari
pimpinannya.
5.2.12 Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi dan Kepuasan Kerja
Terhadap Kinerja
Menurut Kreitner dan Kinicki (1995:532) budaya organisasi sebagai
perekat sosial perlu diciptakan dan dihayati serta dilaksanakannya nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya demi kehidupan bersama dalam organisasi.
18
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 19/32
Dalam kehidupan sehari-hari sebelum seseorang memiliki motivasi maka
akan didahului oleh motif yang ada pada dirinya. Pemenuhan terhadap kebutuhanmotivasi tidak terelakkan bagi semua karyawan. Sebab apabila motivasi terpenuhi
dengan baik akan muncul kepuasan kerja dan pada akhirnya akan berdampak pada
ketenangan kerjanya. Menurut Hughes et al. (1999:388) motivation, satisfaction
and performance seem clearly related.
Koesmono (2002:10) mengemukakan bahwa faktor-faktor perilaku
organisasi: budaya organisasi, motivasi dan kepuasan kerja memang mempunyai
pengaruh terhadap kinerja karyawan.
5.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual
Sumber: Data Diolah
Organisasi harus memiliki nilai-nilai yang telah diyakini, dijunjung tinggi
dan menjadi motor penggerak oleh sebagian besar anggota organisasi sebagai
aturan main yang sah untuk mencapai tujuan yang dikehedaki, membuat nilai itu
menjadi budaya organisasi. Sama halnya dengan motivasi yang juga merupakan
pendorong atau penggerak gairah kerja bawahan agar mau bekerja keras untuk
mencapai tujuan perusahaan. Pemberian dorongan dimaksudkan untuk
menggiatkan orang-orang agar dapat bersemangat dan mencapai hasil yang
dikendaki keseluruhan anggota organisasi.
Kepuasan kerja juga merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kehadiran seseorang dalam dunia kerja dan ingin melakukan
perubahan dalam bekerja yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap kemauan
19
Budaya organisasi
(X1)
Motivasi (X2)
Kepuasan kerja (Z)KINERJA
KARYAWAN (Y)
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 20/32
untuk bekerja. Apabila dalam suatu organisasi terdapat budaya yang kuat,
motivasi dan kepuasan kerja di antara para anggotanya maka kinerja karyawanakan meningkat.
Berpijak dari pemikiran tersebut, dikemukakan suatu kerangka konseptual
yang berfungsi sebagai penuntun sekaligus mencerminkan alur pemikiran dalam
penelitian ini. Kerangka konseptual menggambarkan adanya pengaruh budaya
organisasi, motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan.
6. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Diduga budaya organisasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan
pada PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Jember.
2. Diduga budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada PT.
Federal International Finance (FIF) Cabang Jember.
3. Diduga motivasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT.
Federal International Finance (FIF) Cabang Jember.
4. Diduga motivasi berpengaruh terhadap kinerja karyawan pada Federal
International Finance (FIF) Cabang Jember.
5. Diduga kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja pada Federal
International Finance (FIF) Cabang Jember.
7. Metodologi Penelitian
7.1 Rancangan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang ada,
karakteristik masalah yang diteliti dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan
sebagai e xplanatory research atau confirmatory research, yaitu penelitian yang
menjelaskan hubungan kausal dan menguji keterkaitan antara beberapa variabel
melalui pengujian hipotesis atau penelitian penjelasan (Singarimbun dan Efendi,
1995:256). Peneliti melaksanakan kegiatan penelitian terhadap fakta-fakta yang
terjadi saat ini dari suatu populasi pekerja dari PT. Federal International Finance
(FIF) Cabang Jember. Penelitian ini juga akan menyajikan pengaruh budaya
20
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 21/32
organisasi, motivasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT.
Federal International Finance (FIF) Cabang Jember.
7.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dan kuesioner. Sumber data
primer adalah obyek penelitian yaitu responden.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang pengumpulannya dilakukan oleh pihak lain
berupa data olahan yang memperkuat data primer. Sumber data sekunder
adalah sumber-sumber seperti, artikel, internet, jurnal dan sebagainya.
7.3 Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data antara lain:
kuesioner, wawancara dan studi pustaka.
1. Kuesioner
Yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden, selanjutnya responden diminta untuk mengisi daftar
pertanyaan tersebut.
2. Wawancara
Yaitu suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan bertanya
langsung pada responden.
3. Studi Pustaka
Yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan buku dan mempelajari
literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
7.4 Identifikasi Variabel
21
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 22/32
a. Variabel independent (X), yaitu variabel bebas atau variabel yang tidak
tergantung pada variabel lain. Yang termasuk variabel independent dalam penelitian ini adalah:
Variabel X1 : Budaya Organisasi
Variabel X2 : Motivasi
b. Variabel intervening (Z), yaitu variabel perantara yang secara konkret
pengaruhnya tidak tampak tetapi secara teoritis dapat mempengaruhi
hubungan antara variabel bebas dan tergantung yang sedang diteliti. Yang
termasuk intervening variable dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja
karyawan.
c. Variabel dependent (Y), yaitu variabel yang terikat atau tergantung pada
variabel lain. Dalam hal ini yang merupakan variabel dependent adalah kinerja
karyawan pada PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Jember.
7.5 Definisi Operasional Variabel dan Teknik Pengukurannya
7.5.1 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel adalah faktor-faktor atau variabel yang
digunakan dalam penelitian. Adapun definisi operasional variabel dalam
penelitian ini adalah:
1. Variabel independent atau variabel bebas (X)
A. Budaya organisasi (X1) adalah perekat sosial yang mengikat anggota
organisasi secara bersama-sama. Indikatornya antara lain:
1) Inovasi dan pengambilan risiko,
2) Perhatian terhadap detil,
3) Orientasi terhadap hasil,
4) Orientasi terhadap manusia,
5) Orientasi terhadap tim,
6) Agresivitas dan
7) Stabilitas.
B. Motivasi (X2) adalah kekuatan atau dorongan yang menyebabkan seseorang
berperilaku dengan cara tertentu. Indikatornya meliputi:
22
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 23/32
1) Partisipasi,
2) Kominikasi,3) Mengakui andil bawahan,
4) Pendelegasian wewenang, dan
5) Perhatian dari atasan.
2. Variabel intervening (Z) atau variabel perantara adalah kepuasan kerja yaitu
tingkat perasaan individu baik secara positif atau negatif aspek-aspek dalam
pekerjaannya. Indikatornya meliputi:
1) Pembayaran gaji dan upah,
2) Pekerjaan itu sendiri,
3) Rekan kerja,
4) Promosi pekerjaan, dan
5) Kepenyeliaan (supervisi).
3. Variabel dependent atau variabel terikat (Y) adalah kinerja karyawan yaitu
prestasi kerja karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Indikatornya antara
lain:
1) Mutu pekerjaan,
2) Kejujuran karyawan,
3) Inisiatif,
4) Kehadiran,
5) Sikap,
6) Kerja sama,
7) Keandalan,
8) Pengetahuan tentang pekerjaan,
9) Tanggung jawab, dan
10) Pemanfaatan waktu kerja.
7.5.2 Teknik Pengukuran
Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Likert.
Skala ini dimulai dengan pernyataan selalu sampai dengan tidak pernah, dengan
skor masing-masing adalah sebagai berikut:
Selalu = skor 5
23
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 24/32
Sering = skor 4
Kadang-kadang = skor 3Jarang = skor 2
Tidak pernah = skor 1
7.6 Metode Populasi dan Pengambilan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh karyawan pada PT. Federal
International Finance (FIF) Cabang Jember. Menurut Arikunto (1992:34) bila
subyek populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua sedangkan bila subyek
lebih dari 100 maka diambil 10% sampai 15% dari populasi. Dikarenakan jumlah
karyawan PT. Federal International Finance (FIF) Cabang Jember hanya
berjumlah 40 orang, maka populasi dalam penelitian ini bertindak pula sebagai
sampel. Atau dapat dikatakan bahwa penelitian ini menggunakan metode
penelitian populasi (sensus).
7.7 Metode Analisis Data
7.7.1 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan terhadap
sampel dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test dengan
menetapkan derajat keyakinan (α) sebesar 5%. Menurut Santoso (2002:74) uji ini
digunakan untuk menguji variabel independent dan variabel dependent yang tidak
diketahui distribusinya. Apabila distribusi datanya normal atau mendekati normal
maka menggunakan statistik parametrik namun bila distribusinya tidak normal
maka menggunakan statistik non parametrik. Kriteria pengambilan keputusan
adalah sebagai berikut:
a. Signifikansi > 0,05 berarti data terdistribusi normal
b. Signifikansi < 0,05 berarti data tidak terdistribusi normal
7.7.2 Uji Validitas
24
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 25/32
Uji validitas dilakukan guna memastikan akurasi alat ukur yang
digunakan. Dalam penelitian ini digunakan uji validitas dengan teknik product pearson’s moments (Arikunto dalam Umar, 2003:189):
( ) ( )( )
( ) ( )∑ ∑∑ ∑
∑∑∑
−−
−=
2222 Y Y n X X n
Y X xynr xy
di mana:
r = korelasi produk momen X = skor pertanyaan
Y = total skor n = jumlah responden
Pengujian keberartian koefisien r xy menggunakan uji t pada taraf
signifikansi 5% dengan rumus sebagai berikut (Umar, 1998:197):
t =2
1
2
r
nr
−
−
; df = n-2
di mana:
r = koefisien korelasi pearson’s
df = degree of freedom (derajat kebebasan)
Keputusan pengujian sebagai berikut:
1. Item pertanyaan instrumen penelitian dikatakan valid apabila thitung > t tabel (t0.05 ;
90) artinya instrumen dapat digunakan,
2. Item pertanyaan instrumen penelitian dikatakan tidak valid apabila thitung < t tabel
(t0.05 ; 90) artinya instrumen tidak dapat digunakan.
7.7.3 Uji Reliabilitas
Pengujian keandalan alat ukur dalam penelitian ini menggunakan
reliabilitas model Alpha (α) yang digunakan adalah metode Cronbach (Nasution,
2001:87) yang formulasinya sebagai berikut:
α =( )11 −+ k
kr
di mana:
α = koefisien reliabilitas
r = koefisien rata-rata korelasi antar variabel
k = jumlah variabel bebas dalam persamaan
25
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 26/32
Tabel 3.1
Hubungan Jumlah Butir Pertanyaan Dengan Reliabilitas InstrumenJumlah Butir Pertanyaan Reliabilitas
5 0,20
10 0,33
20 0,50
40 0,67
80 0,80
160 0,89
320 0,94
640 0,97
Sumber: Ebel and Frisbie (1991:89)Dalam penelitian ini, jumlah butir pertanyaan atau item untuk masing-
masing variabel adalah 5 butir, maka angka kritis untuk mengukur reliabilitas
instrumen adalah 0,20.
Keputusan yang digunakan untuk menguji reliabilitas ini adalah :
1. Jika nilai α > 0,20 maka seluruh butir pertanyaan reliabel artinya instrumen
layak dan dapat digunakan,
2. Jika nilai α < 0,20 maka seluruh butir pertanyaan tidak reliabel artinya
instrumen tidak layak untuk digunakan.
7.7.4 Path Analysis (Analisis Jalur)
Analisis jalur ( path analysis) merupakan bagian dari analisis regresi yang
digunakan untuk menganalisis hubungan kausal antarvariabel di mana variabel-
variabel bebas mempengaruhi variabel tergantung, baik secara langsung maupun
tidak langsung, melalui satu atau lebih variabel perantara (Sarwono, 2006:147).
PyX1
PzX1 PzY
PzX2
26
Budaya organisasi
(X1)
Motivasi (X2)
Kepuasan kerja (Z)KINERJA
KARYAWAN (Y)
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 27/32
PyX2
Gambar 3.1 Model Analisis Jalur ( Path Analysis)Sumber: Data Diolah
Keterangan:
PyX1= koefisien jalur pengaruh langsung budaya organisasi terhadap kinerja
karyawan
PyX2= koefisien jalur pengaruh langsung motivasi terhadap kinerja karyawan
PzX1= koefisien jalur pengaruh langsung budaya organisasi terhadap kepuasan
kerja
PzX2= koefisien jalur pengaruh langsung motivasi terhadap kepuasan kerja
PzY = koefisien jalur pengaruh langsung kepuasan kerja terhadap kinerja
karyawan
Persamaan struktural analisis jalur ( path analysis) adalah sebagai berikut:
Z = PzX1 + PzX2 + ei ………………………………… (persamaan 1)
Y = PyX1 + PyX2 + ei ………………………………... (persamaan 2)
di mana:
Y = kinerja karyawan
X1 = budaya organisasi
X2 = motivasi
Z = kepuasan kerja
ei = variabel pengganggu
7.7.5 Uji Asumsi Klasik
7.7.5.1 Uji Multikolinieritas
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel independent . Jika terjadi korelasi, maka
dinamakan terjadi masalah mutikolinieritas (multikol). Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independent . Untuk mendeteksi
adanya multikol (Santoso, 2002:213):
1) Besaran Variance Inflation Factor (VIF) dan TOLERANCE
a. Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1
b. Mempunyai angka TOLERANCE mendekati 1.
27
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 28/32
2) Besaran korelasi antar variabel independent
Pedoman suatu model regresi yang bebas multikol adalah koefisien korelasiantar variabel independent haruslah lemah (di bawah 0,5). Jika korelasi kuat,
maka terjadi problem multikol.
7.7.5.2 Uji Autokorelasi
Autokorelasi menyatakan bahwa dalam pengamatan-pengamatan yang
berbeda tidak terdapat korelasi antar error term. Autokorelasi terjadi kebanyakan
pada serangkaian data runtut waktu. Maka intisari dari autokorelasi adalah bahwa
error term pada satu periode waktu secara sistematik tergantung kepada error
term pada periode-periode yang lain. Pengujian yang dipergunakan yaitu uji
Durbin-Watson untuk mendeteksi adanya korelasi dalam setiap model. Menurut
Sarwoko (2005:141) formula statistik d Durbin-Watson pada pengamatan ke t
adalah:
∑
∑
−
−
−−
= N
t
t
N
t
t t
e
ee
d
1
2
2
1 )(
di mana:
e = error term
n = observasi
t = waktu
Pengujian adanya autokorelasi dalam model dapat digunakan kriteria
sebagai berikut:
Jika hipotesis Ho menyatakan tidak ada serial korelasi positif, maka:
D < DL : menolak Ho
D > DU : tidak menolak Ho
DL ≤ D ≤ DU : tidak tersimpulkan
Jika hipotesis Ho menyatakan tidak ada serial korelasi negatif, maka:
D > 4-DL : menolak Ho
D < 4-DU : tidak menolak Ho
4-DU ≤ d ≤ 4-DL : tidak tersimpulkan
28
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 29/32
7.7.5.3 Uji Heteroskedastisitas
Asumsi ini menyatakan bahwa apakah dalam model regresi terjadiketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan yang lain. Jika varians satu
residual satu pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas. Namun
jika varians residual satu pengamatan lain berbeda, disebut heteroskedastisitas
(Santoso, 2002:215). Dalam perhitungan melalui program SPSS dasar
pengambilan keputusannya adalah:
1) Jika ada pola tertentu, titik-titik membentuk pola (melebar, bergelombang,
menyempit) maka terjadi heteroskedastisitas.
2) Jika tidak ada pola yang jelas, titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka
0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
7.7.6 Uji Hipotesis
7.7.6.1 Uji F
Untuk menguji tingkat signifikansi koefisien regresi secara menyeluruh
digunakan formulasi uji-F (Dajan, 1991:252) :
F ={ }
( ){ }k n R
k R
−−
−
/1
1/
2
2
di mana:
n = jumlah variabel
k = jumlah variabel bebas
R 2 = koefisien determinasi
F = F hitung selanjutnya dibandingkan dengan F tabel
a. Ho: b1: b2: b3 = 0, tidak ada pengaruh secara simultan antara variabel bebas X1,
X2, X3 terhadap variabel terikat Y.
b. Ha: b 1: b2: b3 ≠ 0, ada pengaruh secara simultan antara variabel bebas X1, X2, X3
terhadap variabel terikat Y.
c. Level of significant 95% (α = 0.05)
d. Kriteria pengambilan keputusan
Jika Fhitung < Ftabel : Ho diterima
Jika Fhitung > Ftabel : Ho ditolak
29
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 30/32
7.7.6.2 Uji t
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara individu antaravariabel budaya organisasi (X1), motivasi (X2) dan kepuasan kerja (X3) terhadap
kinerja karyawan (Y). Keputusan untuk menolak atau menerima Ho dilakukan
dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel pada derajat kebebasan (df = n-2)
dan α = 5% dengan formulasi sebagai berikut (Supranto, 1996:253).
t =Sbi
bi
di mana:
t = t hitung
bi = bobot regresi
Sbi = standart deviasi dari variabel bebas
a. Ho: b1: b2: b3 = 0, tidak ada pengaruh secara parsial antara variabel bebas X1,
X2, X3 terhadap variabel terikat Y.
b. Ha: b 1: b2: b3 ≠ 0, ada pengaruh secara parsial antara variabel bebas X1, X2, X3
terhadap variabel terikat Y.
c. Level of significant 95% (α = 0.05)
d. Kriteria pengambilan keputusan
Jika Fhitung > Ftabel : Ho diterima
Jika Fhitung < Ftabel : Ho ditolak
7.8 Kerangka Pemecahan Masalah
Untuk mempermudah dan memperjelas dalam pemecahan masalah dapat
dilihat pada Gambar 3.2 berikut ini:
30
a.
START
b. Pengumpulan data
c. Uji Normalitas Data
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 31/32
Gambar 3.2 Kerangka Pemecahan Masalah
Sumber: Data Diolah
Keterangan Kerangka Pemecahan Masalah
a. Start yaitu tahap awal atau persiapan penelitian terhadap masalah yang
dihadapi,
b. Tahap pengumpulan data yaitu mengumpulkan data-data yang diperlukan
untuk penelitian,
c. Uji normalitas data untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data
yang digunakan,
d. Menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap data untuk mengetahui
sejauh mana keandalan instrumen penelitian dan apakah instrumen tersebut
telah sesuai untuk digunakan,
31
d.1 Uji Validitas
e. Analisis Jalur ( Path Analysis)
f. Uji Asumsi Klasik
h. Simpulan
i. STOP
d.2 Uji Reliabilitas
g. Uji F dan
uji t
5/13/2018 Proposal Skripsi Phira - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/proposal-skripsi-phira 32/32
e. Melakukan analisis jalur untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap
variabel terikat,f. Uji asumsi klasik untuk mengetahui adanya multikol, autokorelasi dan
heteroskedastisitas,
g. Melakukan uji F dan uji t,
h. Menyimpulkan hasil penelitian, dan
i. Stop yaitu hasil akhir dari penelitian.
32