Proposal Skripsi Tugas Mpq Kuan Edit

Embed Size (px)

Citation preview

Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja Usaha Nasabah(Studi Pada Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) SM NU Al-Amanah Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal)

PROPOSAL SKRIPSIDisusun Untuk Memenuhi TugasMata Kuliah Metodologi Penelitian

Disusun Oleh:Ali Rizal Milchun Naim1 1 2 4 1 1 0 9 1

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAMINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGOSEMARANG2013

BAB IPENDAHULUANLatar BelakangPerbankan dalam kehidupan suatu negara merupakan salah satu agen pembangunan (agent of development). Hal ini dikarenakan fungsi utama dari perbankan sebagai lembaga intermediasi keuangan, yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk pinjaman atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. Zubairi Hasan, Undang-undang Perbankan Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hlm 6

Pada saat terjadi krisis moneter di Indonesia banyak bank konvensional yang menggunakan prinsip bunga mengalami kepailitan. Namun, kondisi itu berbeda dengan perbankan yang menggunakan prinsip syariah. Hal ini disebabkan bank syariah tidak dibebani oleh nasabah membayar bunga simpanannya, melainkan bank syariah hanya membayar bagi hasil yang jumlahnya sesuai dengan tingkat keuntungan yang diperoleh dalam sistem pengelolaan perbankan syariah. Zainudin Ali, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hlm 3Bank Syariah di Indonesia sudah muncul sejak tahun 1992 atas dasar dorongan kebutuhan masyarakat terhadap layanan jasa perbankan syariah. Komitmen pemerintah dalam usaha pengembangan perbankan syariah baru mulai terasa sejak tahun 1998 yang memberikan kesempatan luas kepada bank syariah untuk berkembang. Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, hlm 203Sebagaimana yang kita ketahui bahwa lembaga keuangan menurut ketentuan perundang-undangan dibagi menjadi dua, yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank. Baitul Maal Wat Tamwil merupakan salah satu lembaga keuangan syari'ah non perbankan, yang biasa disebut BMT. Ahmad Sumiyanto, BMT Menuju Koperasi Modern, Solo: ISES Publishing, 2008, hal.15Menurut pasal 1 undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Bank didefinisikan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Makhalul Ilmi, Teori dan Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, Yogyakarta: UII press, 2002, hal. 112Dimana undang-undang tersebut juga mencantumkan kebebasan penentuan imbalan dan sistem keuangan bagi hasil, juga dengan terbitnya Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 yang memberikan batasan tegas bahwa bank diperbolehkan melakukan kegiatan usaha dengan berdasarkan prinsip bagi hasil. Maka mulailah bermunculan lembaga keuangan yang menggunakan sistem syariah, seperti Bank Muamalat Indonesia (BMI), BNI Syariah, BPRS-BPRS, dan Baitul Maal wat Tamwiil (BMT). Adapun bank umum merupakan lembaga keuangan makro, bank perkreditan rakyat merupakan lembaga keuangan menengah, sedangkan BMT merupakan salah satu contoh lembaga keuangan mikro yang berlandaskan syariah dan berbadan hukum koperasi maka secara otomatis dibawah pembinaan Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. Baitul Maal wat Tamwiil BMT mempunyai dua fungsi pokok dalam kaitan dengan kegiatan perekonomian masyarakat, yakni fungsi pengumpulan dana (funding) dan fungsi Pembiayaan dana (financing). Sesuai dengan fungsi tersebut, melahirkan produk-produk BMT, yakni pengumpulan dan Pembiayaan dana.Dengan hadirnya lembaga keuangan ini diharapkan mampu menjangkau masyarakat paling bawah yang pada umumnya membutuhkan permodalan untuk mengembangkan usahanya. Kebutuhan masyarakat Indonesia akan jasa-jasa perbankan syariah semakin meningkat, seiring dengan kesadaran masyarakat muslim dan bahkan non muslim bahwa jasa-jasa perbankan syariah lebih sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat. Kebutuhan masyarakat terhadap perbankan syariah semakin meningkat manakala kita melihat bahwa sebagian besar dari mereka adalah pelaku usaha. Zubairi Hasan, Op.Cit, hlm 11Bagi dunia perekonomian masalah keterbatasan modal selalu dirasakan sebagai salah satu kendala utama yang selalu dikeluhkan. Dengan adanya keterbatasan modal sendiri diharapkan adanya akses serta terjangkaunya kredit perbankan dengan jumlah yang relatif terjangkau, syarat yang terjangkau, dan prosedur yang mudah dan tepat waktu. Sesuai dengan sifat kebutuhannya para pedagang kecil membutuhkan sumber pembiayaan yang mudah dan cepat serta murah. Mudah dan cepat berarti tanpa persyaratan surat-surat yang menyulitkan, dan cepat diambil bila diperlukan tanpa harus menunggu. Mengingat keadaan demografis di Indonesia dimana masih banyak penduduk yang tinggal pedesaan dan menjadi pedagang kecil, keberadaan Baitul Maal wat Tamwiil BMT terasa sangat penting. Dengan adanya Baitul Maal wat Tamwiil BMT ini diharapkan dapat membantu para pelaku usaha dalam mengatasi masalah permodalan mereka.Karena modal menjadi salah satu pokok permasalahan dalam semua jenis usaha. Begitu juga dengan para pedagang kecil yang kebanyakan tinggal di desa dan tergolong ekonomi lemah.Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang membuat Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) SM NU Al-Amanah Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal tetap eksis sebagai mitra usaha anggota. Melalui pembiayaan kepada usaha anggota, Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) SM NU Al-Amanah Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal dalam satu tahun lebih telah mampu dan berhasil membantu usaha mikro dalam upaya meningkatkan pendapatan melalui pemberian pembiayaan. Sampai pada periode tahun 2010-2011, jumlah usaha yang mendapat pembiayaan mudharabah dari Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) SM NU Al-Amanah Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal adalah sebanyak 122 usaha anggota (per Januari 2010 hingga Maret 2011).Bukti dari keberhasilan tersebut adalah dengan tidak adanya anggota yang sama yang mengajukan kembali pembiayaan modal kepada Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) SM NU Al-Amanah Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal karena telah berhasil meningkatkan pendapatan sehingga berdampak pada penguatan modal. Sumber diambil dari penelitian sebelumnya dengan judul PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA ANGGOTA (Studi Kasus Di Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) SM NU Al-Amanah Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal)Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis bermaksud untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pembiayaan terhadap peningkatan kinerja usaha nasabah khususnya di lingkungan usaha mikro Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.Penelitian tersebut akan diberi judul Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja Usaha Nasabah (Studi Pada Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) SM NU Al-Amanah Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal)

Rumusan MasalahBerdasarkan uraian diatas, maka perumusan masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah pembiayaan Mudharabah berpengaruh terhadap kinerja usaha nasabah? 2. Bagaimana kinerja usaha nasabah sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan Mudharabah ?

Tujuan dan Manfaat

Tujuan PenelitianAdapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh pembiayaan Mudharabah terhadap kinerja usaha nasabah 2. Untuk mengetahui kinerja usaha nasabah sebelum dan sesudah mendapatkan pembiayaan Mudharabah

Manfaat Penelitian

Bagi Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) SM NU Al-Amanah Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal dapat memberikan informasi bagi pihak pengelola BMT untuk mensosialisasikan BMT kepada masyarakat, serta untuk bahan masukan kaitannya dengan Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja Usaha Nasabah pada Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) SM NU Al-Amanah Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal. Bagi program studi S1 Ekonomi Islam, IAIN Walisongo Semarang, skripsi ini merupakan tambahan kekayaan hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai rujukan dan untuk dikembangkan lebih lanjut. Bahan masukan atau bahan untuk dikembangkan dalam penelitian- penelitian lebih lanjut, khususnya tentang Pengaruh Pembiayaan Mudharabah Terhadap Kinerja Usaha Nasabah pada Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) SM NU Al-Amanah Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAPembiayaan Pengertian PembiayaanDalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah. Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain. Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta, UPP AMP YKPN, hlm 304

Menurut Hendry pembiayaan adalah kerjasama antara lembagadan nasabah dimana lembaga sebagai pemilik modal (shahibul maal) dan nasabah sebagai fungsi untuk menghasilkan usahanya. Pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 kemudian direvisi menjadi Undang-Undang Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu. Arrison Hendry, Perbankan Syariah, Jakarta: Muamalah Institute, 1999, hlm 25Dari pengertian pembiayaan diatas dapat disimpulkan bahwa pembiayaan adalah suatu pemberian pinjaman berdasarkan prinsip kepercayaan dan persetujuan pinjam-meminjam antara pemilik modal dan nasabah sebagai fungsi untuk menghasilkan usahanya dimana nasabah berkewajiban mengembalikan hutangnya sesuai dengan persetujuan yang disepakati.

Jenis-jenis PembiayaanPembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang mengalami kekurangan dana (Deficit Unit). Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat dibagi menjadi 2 hal sebagai berikut :

a. Pembiayaan Produktif : Pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi, dalam arti luas yaitu untuk peningkatan usaha.b. Pembiayaan Konsumtif : pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta : Gema Insani Press, 2001, hlm. 160Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan permodalan dan memenuhi kebutuhan pembiayaan, bank syariah memiliki ketentuan-ketentuan yang berbeda dengan bank konvensional. Adapun piranti syariah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan bank syariah dapat dibagi menjadi tiga produk, yaitu : Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Edisi 2, Yogyakarta: Ekonisia, 2003, hlm. 56Produk Penyaluran Dana (Financing)

Dalam menyalurkan dananya kepada nasabah, secara garis besar produk pembiayaan syariah terbagi ke dalam empat kategori yang di bedakan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu :a) Pembiayaan dengan prinsip jual belib) Pembiayaan dengan prinsip sewac) Pembiayaan dengan prinsip bagi hasild) Pembiayaan dengan akad pelengkapPembiayaan dengan prinsip jual beli ditujukan untuk memiliki barang, sedangkan yang menggunakan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa. Prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Adiwarman A.Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih Dan Keuangan, Edisi 3, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hlm. 88Produk Penghimpunan Dana (Funding)

Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunan dana masyarakat adalah prinsip Wadiah dan Mudharabah. Ibid, hlm 98Produk Jasa (Service)

Selain menjalankan fungsinya sebagai intermediaries (penghubung) antara pihak yang membutuhkan dana (deficit unit) dengan pihak yang kelebihan dana (surplus unit), bank syariah dapat pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah dengan mendapat imbalan berupa sewa atau keuntungan. Ibid, hlm 103

Pembiayaan MudharabahPengertian

Mudharabah adalah Pembiayaan dengan akadSyirkahadalah perjanjian pembiayaan antara BMT dan anggota di mana BMT menyediakan dana untuk penyediaan modal kerja sedangkan peminjam berupaya mengelola dana tersebut untuk pengembangan usahanya. http://skripsiiain.blogspot.com/2013/10/baitul-maal-wa-tamwil-bmt-sebuah.html , 21.25 WIB 18/11/2013Rukun dan Syarat Mudharabah

Menurut ulama Syafiiyah, rukun Mudharabah ada enam, yaitu:a. Pemilik barang yang menyerahkan barang-barangnya.b.Yang bekerja, yaitu mengelola barang yang diterima dari pemilik barang.c. Akad mudharabah, dilakukan oleh pemilik dengan pengelola barang.d. Mal, yaitu harta pokok atau modal.e. Amal, yaitu pekerjaan pngelolaan harta sehingga menghasilkan labaf. Keuntungan. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 139Adapun syarat-syarat mudharabah yaitu:a. Yang terkait dengan orang yang melakukan transaksi haruslah orangyang cakap bertindak hukum dan cakap diangkat sebagai wakil, karenapada satu sisi posisi orang yang akan mengelola modal adalah wakildari pemiliki modal.b. Yang terkait dengan modal, disyaratkan:1) Berbentuk uang2) Jelas jumlahnya3) Tunai4) Diserahkan sepenuhnya kepada pedagang atau pengelola modal.Jika modal itu berbentuk barang, menurut para ulama fiqh tidak dibolehkan, karena sulit untuk menentukan keuntungannya. Akan tetapi, jika modal itu berupa wadiah (titipan) pemilik modal pada pedagang, boleh dijadikan modal mudharabah.c. Yang terkait dengan keuntungan, disyaratkan bahwa pembagiankeuntungan harus jelas dan bagian masing-masing diambilkan darikeuntungan dagang itu, seperti setengah, sepertiga atau seperempat.d. Melafazkan ijab dari yang punya modal, seperti aku serahkan uang inikepadamu untuk dagang, jika ada keuntungan akan dibagi dua danqabul dari pengelola.e. Mudharabah bersifat mutlak, pemilik modal tidak mengikat pengelolaharta untuk berdagang di negara tertentu, memperdagangkan barangbarangtertentu, sementara di waktu lain tidak, karena persyaratan yangmengikat sering menyimpang dari tujuan akad, yaitu keuntungan.Karena itu harus ada persyaratannya. Ibid, hlm. 140KinerjaDalam berbagai literatur pengertian dari kinerja banyak sekali diantaranya yaitu: Kinerja merujuk pengertian sebagai hasil. Dalam konteks hasil, (Bernardin) yang dikutip Sudarmanto menyatakan bahwa kinerja merupakan catatan hasil yang diproduksi (dihasilkan) atas fungsi pekerjaan tertentu atau aktivitas-aktivitas selama periode waktu tertentu Sudarmanto, Kinerja Dan Pengembangan Kompetensi SDM, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hlm 8

Pengertian kinerja sebagai hasil juga terkait dengan produktivitas dan efektivitas (Richard) yang dikutip Sudarmanto Produktivitas merupakan hubungan antara jumlah barang dan jasa yang dihasilkan dengan jumlah tenaga kerja, modal, dan sumber daya yang digunakan dalam produksi.Kinerja merujuk pengertian sebagai perilaku. Terkait dengan kinerja sebagai perilaku, (Murphy dan Richard) yang dikutip Sudarmanto menyatakan bahwa kinerja merupakan seperangkat perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi atau unit organisasi tempat orang bekerja. Kinerja juga bisa dikatakan sesuatu yang secara aktual orang kerjakan dan dapat diobservasi. Dalam pengertian ini, kinerja mencakup tindakan-tindakan dan perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi. Ibid, hlm. 9Berdasarkan pengertian di atas, karena penulis mendefinisikan kinerja sebagai hasil dari suatu usaha yang dikerjakan, maka penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja merupakan hasil yang diproduksi (dihasilkan) dari suatu usaha dalam periode waktu tertentu yang menghasilkan jumlah barang dan jasa dengan jumlah tenaga kerja, modal, dan sumber daya yang digunakan dalam sebuah usaha tertentu.

2.2.1Laba (Keuntungan)Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi selama periode tertentu dengan biaya yang berkaitan dengan pendapatan tersebutKeuntungan adalah kenaikan bersih dari asset bersih sebagai akibat dari memegang asset yang mengalami peningkatan nilai selama periode yang dipilih oleh pernyataan pendapatan. Muhammad SyafiI Antonio, loc.cit, hlm 205Menurut Sadono keuntungan adalah perbedaan nilai uang dari hasil penjualan yang diperoleh dengan seluruh biaya yang dikeluarkan. Sadono Sukirno, Pengantar Teori Mikro Ekonomi, Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 1999, hlm 387Berdasarkan definisi di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa yang dinamakan laba adalah hasil yang diperoleh dari penjualan barang dagang berupa pertambahan nilai uang selama periode tertentu.

2.2.2Perkembangan UsahaPerkembangan (development) adalah proses atau tahapan pertumbuhan ke arah yang lebih maju. Pertumbuhan sendiri (growth) adalah tahapan peningkatan sesuatu dalam hal jumlah, ukuran dan arti pentingnya. Pertumbuhan juga dapat berarti sebuah tahapan perkembangan (a stage of development).Caray, Definisi Dan Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan, http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/03/ dibrowsing tanggal 18/11/2013Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) perkembangan berarti mekar terbuka atau membentang, menjadi besar, luas dan banyak, serta menjadi tambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan dan lain sebagainya. Tim Penyusun Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, hlm 538Sedangkan usaha menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) yaitu kegiatan yang mengerahkan tenaga, pikiran atau badan dalam bidang perdagangan dengan maksud mencari keuntungan. Ibid, hlm 1254Berdasarkan definisi di atas maka penulis menarik kesimpulan bahwa yang dinamakan perkembangan usaha adalah peningkatan keuntungan dalam suatu bidang usaha tertentu dalam hal jumlah, ukuran dan sebagainya.

Kerangka TeoritikModel konseptual yang didasarkan pada tinjuan pustaka, maka kerangka pemikiran teoritik penelitian dijelaskan pada gambar 2.1

Gambar 2.1Kerangka Pemikiran Teoritik

Kinerja (Y)

- Laba- PerkembanganusahaPembiayaan (X)

- Besarnya pembiayaan yang diberikan- Jumlah angsuran

Hipotesis PenelitianBerdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka teori maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:

H1: Pembiayaan musyarakah berpengaruh positif terhadap kinerja usaha nasabahH2: Ada perbedaan yang signifikan antara pendapatan setelah dan sebelum menambah modalH3: Ada perbedaan yang signifikan antara laba setelah dan sebelum menambah modalH4: Ada perbedaan yang signifikan antara perkembangan usaha setelah dan sebelum menambah modal