Proposal Skripsi Wija

Embed Size (px)

Citation preview

Proposal Skripsi: Pengaruh Cara Belajar

JUDUL:

Pengaruh Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran Pada Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi Di SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/2006

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pemerintah merumuskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa pendidikan dilakukan agar mendapatkan tujuan yang diharapkan bersama yaitu: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU RI No 20/ 2003). Jadi jelaslah pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan sengaja agar anak didik memiliki sikap dan kepribadian yang baik, sehingga penerapan pendidikan harus diselengggarakan sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan UU No 20/ 2003. Menurut UU RI No 20/ 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional jenis dari pendidikan menengah salah satunya adalah sekolah menengah kejuruan (SMK). Penjelasan pasal 15 menjelaskan bahwa Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta diklat terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Pemberlakuan kurikulum 2004 dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan upaya antisipatif untuk mencegah kesenjangan antara hasil pendidikan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat yang akan selalu berkembang. Kesenjangan antara hasil pendidikan kejuruan dengan tuntutan kebutuhan masyarakat

terlihat dari tingkat pengetahuan dan penguasaan ketrampilan lulusan SMK yang masih belum sepadan dengan tuntutan dunia kerja, serta belum sesuainya bidang keahlian mereka dengan bidang-bidang pekerjaan yang dibutuhkan dunia kerja. Masalah tersebut menjadi sebab meningkatnya jumlah lulusan SMK yang mengganggur dan mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan ijasah kejuruannya. Sejalan dengan pemberlakuan kurikulum SMK edisi 2004 dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan kejuruan, masalah yang harus mendapat perhatian adalah masalah cara belajar siswa. Mengingat keberhasilan pencapaian tujuan belajar tidak hanya semata-mata ditentukan faktor kurikulum melainkan factor cara belajar yang juga sangat menentukan berhasil tidaknya kegiatan pendidikan. Thabrany(1993) mengemukakan bahwa cara belajar merupakan faktor kunci yang menentukan berhasil tidaknya belajar. Hal ini sangat penting mengingat siswa SMK disiapkan sebagai tenaga kerja terampil guna memasuki dunia kerja. Dalam hal ini agar tujuan tersebut tercapai maka tingkat penguasaan dan keterampilan serta bidang keahlian lulusan SMK harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan dunia kerja. Cara belajar merupakan suatu cara bagaimana siswa melaksanakan kegiatan belajar misalnya bagaimana mereka mempersiapkan belajar, mengikuti pelajaran, aktivitas belajar mandiri yang dilakukan, pola belajar mereka, cara mengikuti ujian. Kualitas cara belajar akan menentukan kualitas hasil belajar yang diperoleh. Cara belajar yang baik akan menyebabkan berhasilnya belajar, sebaliknya cara belajar yang buruk akan menyebabkan kurang berhasil atau gagalnya belajar [The Liang Gie (1984)]. Masalah cara belajar dewasa ini perlu mendapat perhatian karena kualitas cara belajar siswa SMK cukup memprihatinkan. Dari hasil pengamatan dan wawancara peneliti kepada siswa SMK PGRI 2 Malang khususnya kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran umumnya mereka kurang memiliki kemauan bekerja keras untuk meraih keberhasilan/ prestasi belajar. Mereka umumnya hanya belajar saat menghadapi ujian, jarang sekali melakukan studi atau belajar secara rutin. Sukir (1995) mengemukan bahwa masih cukup banyak siswa yang mempunyai cara belajar kurang baik seperti belajar dengan waktu yang tidak teratur (tidak memiliki jadwal), belajar sambil menontonTV atau mendengarkan radio, melakukan belajar dengan berpindah-pindah, sering terlambat masuk sekolah, dan hanya belajar pada waktu menghadapi ujian saja. Buruknya cara belajar merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar sehingga menyebabkan menurunnya mutu pendidikan. Slameto (2002) mengemukakan bahwa faktor cara belajar yang buruk merupakan penyebab masih cukup banyaknya siswa yang sebenarnya pandai tetapi hanya meraih prestasi yang tidak lebih baik dari siswa yang sebenarnya kurang pandai tetapi mampu meraih prestasi yang tinggi karena mempunyai cara belajar yang baik. Aspek lain yang perlu mendapat perhatian berkaitan dengan cara belajara siswa adalah karakteristik mata diklat yang dipelajari. Setiap mata diklat memiliki sifat maupun ciri khusus yang berbeda dengan mata diklat lainnya. Menurut Winkel (1996: 245) dilihat dari segi sasaran belajar karakteristik mata diklat dibedakan menjadi 1) Menuntut kemampuan pengetahuan, 2) Mengutamakan aspek sikap, 3) Mengutamakan aspek ketrampilan. Dari hasil observasi awal di SMK PGRI 2 Malang saat penulis menjalani Program Praktek Lapangan (PPL) diperoleh data bahwa sebagian siswa mengalami kesulitan dalam menerima dan mempelajari materi pelajaran Melakukan Prosedur Administrasi. Kesulitan yang dihadapi siswa dalam materi tersebut mungkin disebabkan oleh cara belajar yang kurang sesuai. Dimana pada

akhirnya masalah ini berdampak pada rendahnya prestasi belajar siswa dilihat dari nilai Ulangan Harian siswa. Cara belajar bukanlah satu-satunya variabel yang berhubungan dengan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Masih banyak variabel lain yang mempengaruhi antara lain motivasi dan minat belajar, lingkungan, sarana, prasarana, guru, dan lain sebagainya. Jadi dalam penelitian ini hanya meneliti tentang cara belajar siswa, sehubungan dengan masih rendahnya prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang Pengaruh Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran Pada Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi Di SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/2006. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pola-pola cara belajar siswa kelas 1 dalam mempelajari mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang ? 2. Bagaimana prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang ? 3. Adakah pengaruh cara belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang ? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui tujuan dari penelitian yaitu: 1. Mengetahui tentang pola-pola cara belajar siswa kelas 1 dalam mempelajari mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang. 2. Mengetahui prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang. 3. Mengetahui pengaruh cara belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang. D. Hipotesis Penelitian Menurut PPKI (2000: 12) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis diangggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini yaitu mengenai ada tidaknya pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/2006 hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Ha : Ada pengaruh yang signifikan antara cara belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/ 2006. Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara cara belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas 1 pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi di SMK PGRI 2 Malang Tahun Pelajaran 2005/ 2006.

Hipotesis yang diajukan selanjutnya akan diuji kebenarannya dengan bantuan statistik dengan data-data yang terkumpul. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Bagi Universitas Negeri Malang. Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pengetahuan tentang prestasi belajar yang ada hubungannya dengan cara belajar yang dimiliki siswa. 2. Bagi Sekolah Menengah Kejuruan PGRI 2 Dengan mengetahui pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan sekolah yang bersangkutan. 3. Bagi Guru Sebagai masukan dalam mengelola dan meningkatkan strategi belajar mengajar serta mutu pengajaran. Dengan mengetahui pola-pola cara belajar siswa maka guru dapat menyesuaikan proses belajar mengajar yang diciptakan. 4. Bagi Siswa Dengan mengetahui pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar maka diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menyesuaikan cara belajar sehingga dapat diperoleh prestasi yang memuaskan. 5. Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dengan terjun langsung ke lapangan dan memberikan pengalaman belajar yang menumbuhkan kemampuan dan ketrampilan meneliti serta pengetahuan yang lebih mendalam terutama pada bidang yang dikaji. F. Asumsi Penelitian Menurut PPKI (2000: 13) asumsi penelitian adalah anggapan-anggapan dasar tentang suatu hal yang dijadikan pijakan berfikir dan dalam melakukan penelitian. Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan beberapa asumsi dasar sebagai berikut: 1. Perbedaan tingkat intelegensi dianggap tidak mempunyai pengaruh yang berarti. 2. Masing-masing siswa belajar menurut caranya sendiri. 3. 4. Semua siswa memperoleh fasilitas dan kesempatan yang sama dalam menerima pelajaran mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi. Sekolah telah melaksanakan evaluasi belajar secara benar sehingga nilai-nilai hasil belajar siswa pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi yang tercantum didalam buku raport semester gasal merupakan pencerminan prestasi belajar siswa yang sesungguhnya.

G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ini meliputi cara belajar dan prestasi belajar mata diklat Melakukan Prosedur

Administrasi. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua siswa kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran SMK PGRI 2 Malang. Penjabaran variabel, sub variabel dan indikator pada tabel 1. 2. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian di SMK PGRI 2 Malang ini peneliti hanya membatasi pada hal-hal tertentu saja yaitu: 1. Penelitian ini hanya menggunakan sampel siswa kelas 1 jurusan Administrasi Perkantoran di SMK PGRI 2 Malang tahun pelajaran 2005/2006. 2. Prestasi belajar siswa pada mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai raport semester gasal 2005/2006. H. Definisi Operasional Untuk menghindari persepsi dan kesamaan konsep dalam mengartikan istilah maka perlu ditegaskan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Pengaruh adalah hubungan sebab-akibat yang ditimbulkan oleh dua variabel (variabel bebas dan variabel terikat). 2. Cara belajar siswa adalah cara atau strategi siswa dalam usahanya mencapai prestasi belajar yang diharapkannya. Pada penelitian ini penulis membagi cara belajar menjadi 5 yaitu persiapan belajar, cara mengikuti pelajaran, aktifitas belajar, pola belajar dan cara mengikuti ujian. 3. Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Prestasi belajar adalah hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh siswa dalam periode tertentu. Dalam hal ini prestasi belajar siswa diukur berdasarkan nilai raport siswa kelas 1 jurusan Adminstrasi Perkantoran semester gasal tahun pelajaran 2005/ 2006 dengan alasan data mudah didapat serta obyek yang akan diteliti masih berada di sekolah tersebut sehingga dapat mengisis angket yang disebarkan.

4.

KAJIAN PUSTAKA A. Temuan Penelitian yang Relevan Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan dua penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Muhyono(2001) dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan Minat dan Cara Belajar Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas 1 Cawu 2 SMU N 6 Malang Tahun Pelajaran 2000/ 2001 dan Kholifah (2003) dalam penelitiaannya yang berjudul Pengaruh Cara dan Kebiasaan Belajar terhadap Prestasi Belajar siswa mata pelajaran Akuntansi di Madrasah Aliyah Al-Azhar Pasuruan . Persamaan tersebut terdapat pada pengkajian topik yang sama tentang cara belajar siswa terhadap prestasi belajar, metode pengumpulan datanya dengan instrument angket dan dokumentasi , jenis penelitian ex post facto, dalam teknik analisis datanya menggunakan analisis deskriptif korelasional. Sedangkan perbedaannya terletak pada dua penelitiannya sebelumnya tidak hanya meneliti cara belajar tetapi juga minat dan kebiasaan belajar, selain itu lokasi penelitian, bidang studi, subyek serta hasil penelitian yang disesuaikan

dengan judul yang dibahas. Untuk lebih jelasnya persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan dua penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.Tabel 2. Persamaan dan perbedaan penelitian dengan dua penelitian yang relevan Persamaan perbedaan Topik Penelitian dan Muhyono Minat dan cara belajar tehadap prestasi belajar fisika Ex post facto Angket dan tes Analisis Regresi SMU N 6 Malang Fisika Siswa kelas 1 Cawu 2 Tapel 2000/2001 Kholifah Cara dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar Akuntansi Ex post facto Angket dan dokumentasi Prosentase dan regresi berganda Madrasah Aliyah AlAzhar Pasuruan Akuntansi Siswa Madrasah Aliyah kelas 1, 2, dan 3 Penelitian ini Cara Belajar terhadap prestasi belajar melakukan prosedur administrasi Ex post facto Angket, dokumentasi dan wawancara Deskriptif korelasional SMK PGRI 2 Malang Melakukan Prosedur Administrasi Siswa kelas 1 Jurusan Administrasi perkantoran Tapel 2005/2006 semester gasal Mengetahui pengaruh cara belajar terhadap prestasi belajar mata diklat Melakukan Prosedur Administrasi terhadap prestasi belajar -

Jenis penelitian Instrumen penelitian Teknik Analisis Data Lokasi penelitian Bidang studi/ Mata Diklat Subyek/ sampel

Tujuan Penelitian

Mengetahui hubungan minat dan cara belajar fisika terhadap prestasi belajar

Mengetahui pengaruh cara dan kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar

Hasil Penelitian (Sumber: Peneliti, 2005)

Sesuai dengan tujuan penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian

B. Pengertian Belajar Belajar menurut Slameto (2003:2) secara psikologis adalahSuatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Skinner dalam Dimyati(2002:9) menyatakan belajar adalah suatu perilaku pada saat

orang belajar maka responnya menjadi lebih baik. Sehingga dengan belajar maka orang akan mengalami perubahan tingkah laku. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana didalamnya terjadi suatu interaksi antara seseorang (siswa) dengan lingkungannya yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku yang akan memberikan suatu pengalaman baik bersifat kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik (keterampilan). C. Cara belajar 1. Pengertian Cara Belajar Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi belajar yang diterapkan siswa, hal ini sesuai dengan pendapat The Liang Gie (1987:48) yang mengemukakan bahwa cara belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dalam usaha belajarnya. Hamalik (1983: 38) secara lebih jelas mengemukakan bahwa cara belajar adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan situasi belajarnya, misalnya kegiatan-kegiatan dalam mengikuti pelajaran, menghadapi ulangan/ ujian dan sebagainya. Dari pendapat-pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa cara belajar siswa adalah kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan siswa pada situasi belajar tertentu, kegiatan-kegiatan tersebut merupakan pencerminan usaha belajar yang dilakukannya. 2. Aspek-aspek Cara Belajar Aspek-aspek yang diteliti dalam cara belajar menurut Thabarany (1994: 43) adalah: (1) Persiapan belajar Siswa Pada hakekatnya setiap pekerjaan yang akan dilakukan harus dipersiap kan terlebih dahulu.Dengan persiapan sebaik-baiknya maka kegiatan/pekerjaan akan dapat dilaksanakan dengan baik sehingga akan memperoleh keberhasilan. Demikian pula halnya dengan belajar, beberapa persiapan yang perlu dilakukan dalam belajar menurut Thabrany (1994:49) adalah: a. Persiapan mental Persiapan mental yang dimaksud adalah bahwa tekad untuk belajar benar-benar sudah siap. Menurut Gie (1987:58) persiapan mental merupakan upaya menumbuhkan sikap mental yang diperlukan dalam belajar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa persiapan mental yang perlu dilakukan adalah: 1. Memahami arti/ tujuan belajar 2. Kepercayaan pada diri sendiri 3. Keuletan 4. Minat terhadap pelajaran b. Persiapan sarana Thabrany (1994: 48) mengemukakansarana yang dibutuhkan dalam belajar yaitu ruang belajar dan perlengkapan belajar 1. Ruang Belajar Menurut Thabrany (1994: 48) Ruang belajar mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan hasil belajar seseorang. Persyaratan yang diperlukan untuk ruang belajar adalah:

bebas dari gangguan, sirkulasi dan suhu udara yang baik, penerangan yang memadai. 2. Perlengkapan belajar Thabrany (1994:53) menjelaskan perlengkapan belajar yang perlu disiapkan dalam belajar adalah: a. Perabot belajar seperti meja, kursi, dan rak buku b. Buku pelajaran c. Buku catatan d. Alat-alat tulis (2) Cara mengikuti pelajaran Langkah-langkah dalam mengikuti pelajaran yang perlu dilakukan adalah melakukan persiapan-persiapan dengan mempelajari materi-materi yang akan dibahas dan meninjau kembali materi sebelumnya, bersikap afektif selama kegiatan belajar sampai KBM berakhir. Menurut Hamalik (1983:50) langkah-langkah/cara mengikuti pelajaran yang baik adalah: 1. Persiapan, yang harus dilakukan adalah mempelajari bahan pelajaran yang sebelumnya diajarkan, mempelajari bahan yang akan dibahas dan merumuskan pertanyaan tentang materi/ bahan pelajaran yang belum dipahami.

2. Aktivitas selama mengikuti pelajaran, hal yang perlu diperhatikan selama mengikuti pelajaran antara lain kehadiran, konsentrasi, catatan pelajaran, dan partisipasi terhadap belajar. 3. Memantapkan hasil belajar, Suryabrata (1989:37) mengemukakan bahwa untuk memantapkan hasil belajar maka harus membaca kembali catatan pelajaran

(3) Aktivitas belajar mandiri Bentuk aktivitas belajar mandiri yang dilakukan siswa dapat berupa kegiatan-kegiatan belajar yang dilakukan sendiri ataupun kegitan-kegiatan belajar yang dilakukan sendiri ataupun kegiatan belajar yang dilakukan secara berkelompok. 1. Aktivitas belajar sendiri Yang dapat dilakukan berupa, membaca bahan-bahan pelajaran dari berbagai sumber informasi selain buku-buku pelajaran, membuat ringkasan bahn-bahan pelajaran yang telah dipelajari, menghafalkan bahan-bahan pelajaran, mengerjakan latihan soal dan lain sebagainya. 2. Aktivitas belajar kelompok Adapun yang dapat dilakukan dalam belajar antara lain, mendiskusiakn bahan-bahan pelajaran yang belum dimengerti, membahas penyelesaian soal-soal yang sulit dan saling bertanya jawab untuk memperdalam penguasaan bahan-bahan pelajaran. (4) Pola belajar Siswa Pola belajar adalah cara siswa melaksanakan suatu kegiatan belajar yaitu bagaimana siswa mengatur dan melaksanakan kegiatan-kegiatan belajarnya. Pola belajar siswa menunjukkan apakah siswa membuat perencanaan belajar, bagaimana mereka melaksanakan dan menilai kegiatan belajarnya. (5) Cara siswa mengikuti ujian Agar mendapatkan hasil yang baik dalam ulangan baik ulangan harian maupun ulangan

semester sebagai modal utama adalah penguasaan materi-materi pelajaran yang baik. Oleh karena itu sejak awal siswa harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar mendapatkan hasil baik dalam ulangan adalah: a. Persiapan menghadapi ulangan; kegiatan belajar untuk menghadapi ulangan, dan mempelajari/ mengauasai materi ulangan serta mempersiapkan perlengkapan ulangan seperti alat-alat tulis.

b. Saat ulangan berlangsung; harus benar-benar memahami soal, tenang, mengerjakan dari hal yang termudah dan meneliti setelah selesai. c. Setelah ulangan selesai; Hamalik (1983: 62) mengemukakan yang perlu dilakukan setelah ulangan berakhir adalah memeriksa kembali jawaban-jawaban yang dibuat dalam ulangan.

D. Prestasi Belajar Menurut Djalal (1986: 4) bahwa prestasi belajar siswa adalah gambaran kemampuan siswa yang diperoleh dari hasil penilaian proses belajar siswa dalam mencapai tujuan pengajaran . Sedangkan menurut Kamus bahasa Indonesia Millenium (2002: 444)prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai atau dikerjakan. Prestasi belajar menurut Hamalik (1994: 45) adalah prestasi belajar yang berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu. Berdasarkan pengertian diatas maka yang dimaksudkan dengan prestasi belajar adalah hasil belajar/ nilai pelajaran sekolah yang dicapai oleh siswa berdasarkan kemampuannya/usahanya dalam belajar. Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai dari suatu proses belajar yang telah dilakukan, sehingga untuk mengetahui sesuatu pekerjaan berhasil atau tidak diperlukan suatu pengukuran. Pengukuran adalah proses penentuan luas/ kuantitas sesuatu (Nurkancana, 1986: 2). Dalam kegiatan pengukuran hasil belajar, siswa dihadapkan pada tugas, pertanyaan atau persoalan yang harus dipecahkan/ dijawab. Hasil pengukuran tersebut masih berupa skor mentah yang belum dapat memberikan informasi kemampuan siswa. Agar dapat memberikan informasi yang diharapkan tentang kemampuan siswa maka diadakan penilaian terhadap keseluruhan proses belajar mengajar sehingga akan memperlihatkan banyak hal yang dicapai selama proses belajar mengajar. Misalnya pencapaian aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. Prestasi belajar menurut Bloom meliputi 3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam penelitian ini yang ditinjau adalah aspek kognitif yang meliputi: pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Prestasi belajar ditunjukkan dengan skor atau angka yang menunjukkan nilai-nilai dari sejumlah mata pelajaran yang menggambarkan pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa, serta untuk dapat memperoleh nilai digunakan tes terhadap mata pelajaran terlebih dahulu. Hasil tes inilah yang menunjukkan keadaan tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa. Prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa kelas 1 Jurusan Administrasi Perkantoran SMK PGRI 2 Malang melalui nilai raport semester gasal tahun ajaran 2005/2006 mata diklat melakukan prosedur administrasi. E. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Cara Belajar Belajar dan cara belajar memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Belajar sebagai proses atau aktivitas yang diisyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari dalam maupun luar siswa tersebut.

Menurut Suryabrata(2002:233) adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap cara belajar adalah: Faktor dari dalam diri siswa meliputi: (1) Faktor psikis yaitu: IQ, kemampuan belajar, motivasi belajar, sikap dan perasaan , minat dan kondisi akibat keadaan sosiokultural. (2) Faktor fisiologis dibedakan menjadi 2 yaitu: 1). Keadaan tonus jasmani pada umumnya, hal tersebut melatarbelakangi aktivitas belajar, keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar, 2). Keadaan fungsifungsi fisiologis tertentu. Faktor dari luar diri siswa: (1) Faktor pengatur belajar mengajar di sekolah yaitu kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, fasilitas belajar, pengelompokan siswa (2) Faktor-faktor sosial di sekolah yaitu sistem sekolah, status sosial siswa, interaksi guru dengan siswa. (3) Faktor situasional yaitu keadaan sosial ekonomi, keadaan waktu dan tempat, dan lingkungan. F. Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi dalam Kurikulum SMK Berbasis Kompetensi (KBK) 2004 Dalam KBK SMK 2004 mata diklat melakukan prosedur administrasi merupakan mata diklat produktif . 1. Pengertian Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi Melakukan prosedur administrasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan surat menyurat atau korespodensi di dalam dunia kerja. Surat menyurat memegang peranan yang penting di dalam dunia kerja sehingga surat harus ditangani secara khusus dan profesional dan oleh orang yang betul- betul mampu menangani secara baik dan terorganisir. 2. Fungsi dan Tujuan Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi Fungsi Mata Diklat Melakukan Prosedur Administrasi adalah mengembangkan kemampuan siswa secara kognitif, afektif dan psikomotorik tentang kegiatan korespodensi yang sangat penting dikuasai oleh lulusan SMK dalam dunia kerja juga kehidupan sehari-hari. 3. Ruang Lingkup Mata Diklat Melakukan Prosedur AdministrasiSub Kompetensi 1. Proses dokumen-dokumen kantor 2. Dasar Surat Menyurat 3. Mengurus/ menjaga sistem dokumen Lingkup Belajar a. Tata persuratan b. Tata naskah/ dokumen kantor a. Bahasa Surat Bisnis b. Bahasa Surat Dinas a. Macam-macam dokumen-dokumen kantor b. Referensi dan sistem indeks c. Sistem penomoran surat

(Sumber: KBK SMK 2004)

4. Sistem Evaluasi Hasil Belajar Menurut Ralph Tyler (dalam Arikunto, 2002: 3)evaluasi merupakan sebuah prosentase pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai. Menurut Dimyati (2002:200) yang dimaksud dengan evaluasi hasil belajar adalah proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau penguluran hasil belajar. Berdasarkan pengertian evaluasi hasil belajar kita dapat ketahui bahwa tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Menurut Dimyati (2002:200) hasil dari kegiatan evaluasi hasil belajar pada akhirnya difungsikan dan ditujukan untuk keperluan berikut ini: a) Untuk diagnostik dan pengembangan, b) Untuk seleksi, c) Untuk kenaikan kelas, d) Untuk penempatan . Sistem evaluasi hasil belajar yang digunakan di SMK PGRI 2 Malang yaitu menggunakan tes formatif dan tes sumatif. Menurut Arikunto (2002:47-48) tes sumatif adalah tes yang memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka telah mengikuti program dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawan atau kelompoknya, maka tidak diperlukan suatu tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang dicapai. Sedangkan tes formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar(PBM) untuk melihat tingkat keberhasilan PBM itu sendiri G. Pengaruh Cara belajar Terhadap Prestasi Belajar Cara belajar pada dasarnya merupakan satu cara atau strategi belajar yang diterapkan siswa sebagai usaha belajarnya dalam rangka mencapai prestasi yang diinginkan. Penilaian baik buruknya usaha yang dilakukan akan tergambar dalam bentuk prestasi. Usaha atau cara belajar seseorang akan terlihat dari prestasi yang diperoleh oleh siswa tersebut. Sehingga prestasi belajar yang baik juga dipengaruhi oleh cara belajar yang baik pula.Sedangkan Slameto (2003: 73) berpendapat bahwaBanyak siswa dan atau mahasiswa gagal atau tidak mendapat hasil yang baik dalam belajar karena tidak mengetahui cara-cara belajar yang efektif. Semakin baik siswa dalam mengetahui cara belajar yang baik maka kan baik pula prestasinya. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Hamalik (1983: 1) yang mengemukakan cara dan kebiasaan belajar yang tepat akan menentukan hasil yang memuaskan, sebaliknya cara belajar yang buruk akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Dengan memiliki cara belajar yang baik nanti akan terasa bahwa setiap usaha belajar selalu memberikan hasil yang sangat memuaskan, ilmu yang dipelajari dapat dikuasai sehingga ujian dapat dilakukan dengan berhasil. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan secara teoritis bahwa Ada Pengaruh Cara Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah rencana dan sruktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya (Kerlinger, 1990: 483). Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka metode dan jenis penelitian ini menggunakan penelitian Ex-Post Facto atau pengukuran sesudah kejadian dan deskriptif korelasional. Metode ini dipergunakan karena penelitian ini berusaha untuk menemukan ada tidaknya

pengaruh antara cara belajar terhadap prestasi belajar melakukan prosedur administrasi siswa kelas 1 jurusan ADP SMK PGRI 2 Malang. Deskriptif korelasional dipandang sesuai dengan penelitian ini karena bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang variabel yang diteliti dan bersifat korelasi karena penelitian ini bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu.(Arikunto, 1993: 215). Pada penelitian ini berusaha untuk menemukan ada tidaknya pengaruh antara cara belajar terhadap prestasi belajar mata diklat melakukan prosedur administrasi siswa kelas 1 Jurusan ADP SMK PGRI 2 Malang. Variabel dalam penelitian ini adalah cara belajar sebagai variabel bebas (X) terhadap prestasi belajar sebagai variabel terikat (Y), hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Cara Belajar (X) -----> Prestasi Belajar (Y)Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

B. Populasi dan Sampel Arikunto (1998: 115) berpendapat Populasi merupakan subyek penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (1997: 57) menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Berdasarkan pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan subyek penelitian yang memiliki ciri-ciri yang akan diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 1 jurusan Administrasi Perkantoran SMK PGRI 2 Malang semester gasal tahun pelajaran 2005/ 2006 yang berjumlah 88 orang. Menurut Arikunto (2002:10) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Agar sampel yang diambil mewakili data penelitian, maka perlu adanya perhitungan besar kecilnya populasi. Arikunto (1998:112) menyatakan bahwa: Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebihtergantung setidak-tidaknya dari a. Kemampuan penelitian dilihat dari segi waktu, keuangan, dan dana b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah population sampling yang teknik pelaksanaanya dilakukan dengan mengambil semua sampel yang ada di dalam populasi, karena jumlah sampel/subyek penelitian yang tidak mencapai 100 orang. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah populasi dari penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:Tabel 3. Rincian jumlah populasi dan sampel dalam penelitian ini

No. 1. 2.

Kelas 1 ADP I 1 ADP II Jumlah

Jumlah Siswa 44 44 88

Sumber: SMK PGRI 2 Malang

C. Instrumen Penelitian Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah: 1. Pengembangan instrumen Dalam penelitian ini, untuk mencapai hasil yang diharapkan maka dalam pengembangan instrumennya dengan mengemukakan kisi-kisi instrumennya. 2. Uji coba instrumen Sebelum instrumen digunakan sebagai alat pengumpul data, maka instrumen tersebut diujicobakan pada 20 siswa SMK PGRI 2 Malang yang akan dijadikan sampel. Uji coba instrumen dimaksudkan agar instrumen yang berupa angket harus valid dan reliabilitas sebelum disebarluaskan kepada responden. Kevaliditasan instrumen, apabila mempunyai validitas tinggi jika butir-butir yang membentuk instrumen tidak menyimpang dari fungsi instrumen. Untuk mendapatkan instrumen yang valid, maka peneliti akan menguji angket melalui analisis butir soal. Mengenai hal tersebut Arikunto (2002:169) menyatakan bahwa untuk menguji validitas setiap butir soal maka skorskor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Teknik validitas melalui analisis butir soal dengan rumus korelasi product moment dari pearson. Kriteria butir soal yang valid adalah jika rxy r tabel dan butir instrumen yang dikatakan tidak valid jika rxy r tabel. Arikunto (2002:170) menjelaskan reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sehingga alat pengumpul data karena instrumen sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabilitas akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Untuk mencari reliabilitas kebiasaan belajar dan prestasi belajar menggunakan rumus alpha. Bila instrumen reliabel berdasarkan uji coba, maka instrumen tersebut dapat digunakan sebagai insrtumen pengumpulan data. Berikut klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut:Reliabilitas 0,9 < rh 0,7 < rh 1 0,9 Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah Klasifikasi

0,4 < rh 0,2 < rh 0,0 < rh

0,7 0,4 0,2

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah: 1. Penggalian data Mendapatkan data maka diperlukan adanya instrumen pengumpulan data yaitu indikator ditransformasikan menjadi item pertanyaan yang kemudian dikelompokkan menjadi instrumen pertanyaan sesuai dengan variabelnya. Penelitian ini menggunakan metode statistik maka optionoption dalam angket harus diberi bobot berupa angka-angka seperti dikemukakan oleh Arikunto (2002). Datanya berupa data kuantitatif yaitu angka-angka, data penelitian yang kualitatif harus diubah menjadi data kuantitatif (berupa angka-angka yaitu dengan cara memberi skor). 2. Teknik pemberian skor Sehubungan dengan pemakaian angket dalam pengumpulan data, maka angket tersebut diskalakan dalam bentuk skor dengan menggunakan skala likert, dimana penyusunan angket ini dalam bentuk pilihan ganda dengan 5 pilihan ganda, sehingga responden tinggal memilih salah satu dari jumlah jawaban yang telah disediakan. Pemberian skor terhadap alternatif jawaban yang ada dalam angket adalah sebagai berikut: 1. Jawaban A diberi skor 5 2. Jawaban B diberi skor 4 3. Jawaban C diberi skor 3 4. Jawaban D diberi skor 2 5. Jawaban E diberi skor 1 Kemudian skor tersebut diklasifikasikan menjadi 5 yaitu: Sangat sering, sering, jarang, sangat jarang, tidak pernah. D. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Angket Sugiyono (1997: 96) menyatakan metode ini digunakan bila responden jumlahnya besar dapat membaca dengan baik dan dapat mengungkapkan hal-hal yang sifatnya rahasia. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai cara belajar siswa berupa pertanyaan dalam pilihan ganda kepada siswa kelas 1 SMK PGRI 2 Jurusan Administrasi Perkantoran. 2. Metode Dokumentasi Arikunto (2002: 135) mengatakan Dokumentasi asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang yang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, menyelidiki bendabenda tertulis seperti buku-buku, majalah, peraturan-peraturan, dengan catatan harian, serta dokumen. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai jumlah siswa, gambaran

umum SMK PGRI 2 Malang, data prestasi belajar nilai semester gasal tahun ajaran 2005/2006 mata diklat melakukan prosedur administrasi. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut: a. Persipan mengisi angket, dengan memberikat angket kebiasaan belajar kepada responden untuk diisi secara lengkap dan tidak lupa dengan mengisi identitas responden tersebut seperti: nama dan kelas. b. Setelah pengisian angket kemudian pengumpulan data prestasi belajar dengan melihat nilai raport mata diklat melakukan prosedur administrasi di SMK PGRI 2 Malang. c. Instrumen siap untuk diolah, dimana pengambilan data tersebut akan dibantu oleh pihak sekolah SMK PGRI 2 Malang. Proses pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap pertama dengan pengumpulan data tentang cara belajar siswa dan tahap kedua dengan pengumpulan data tentang prestasi belajar siswa. E. Teknik Analisis Data Arikunto (1998: 236) menjelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan analisis data adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil. Terkait dengan hal itu maka diperlukan adanya tehnik analisis data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ada dua macam, yaitu: (1) Teknik analisis deskriptif yaitu dengan perolehan persentase karena penelitian ini bersifat deskriptif dan mendeskripsikan tentang variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Nurkancana (1992: 22) langkah-langkah yang digunakan adalah: a. Menentukan interval, dengan menggunakan rumus interval hitung sebagai berikut: Data terbesar data terkecil Panjang kelas interval = --------------------------------------Jumlah kelas b. Menentukan prosentase variabel, untuk mengetahui jumlah perbandingan skor masing-masing variabel yaitu variabel cara belajar yang diklasifikasikan menjadi sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang dan untuk prestasi belajar diklasifikasikan menjadi istimewa, sangat baik, baik, cukup, dan kurang dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Rumus prosentase adalah sebagai berikut: P = F x 100% N keterangan: F= frekwensi N= jumlah subyek penelitian P= Prosentase

(2) Analisis korelasional. Dalam penelitian ini digunakan rumus statistik Regresi Linier Sederhana dan teknik ini digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dengan persamaan Regresi Linier seperti yang disebutkan oleh Sudjana (1996:312) sebagai berikut: Y = a + bx Regresi dengan x merupakan variabel bebasnya dan y variabel tak bebasnya dinamakan regresi y atas x. Adapun perhitungan analisis regresi seperti yang tersebut diatas, peneliti menganalisisnya dengan bantuan SPSS 10.0 For Windows. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2004. Kurikulum SMK Edisi 2004 Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Adminstrasi Perkantoran. Jakarta; Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Dikdasmen. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Djalal, M.F. 1986. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa Asing. Malang: P3T IKIP Malang Hadi, S. 1983. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Hamalik, O. 1994. Metode Belajar dan kesulitan-Kesulitan Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Kerlinger, Fred N. 1990. Aspek-aspek Penelitian Behavioral. Terjemahan oleh Landeng R. Simatupang. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Kholifah. 2003. Pengaruh Cara dan Kebiasaan Belajar terhadapPrestasi Belajar Akuntansi Siswa Madrasah Aliyah Al- Azhar Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FE Universitas Negeri Malang. Martin, A, dan Bhaskara. 2002. Kamus Bahasa Indonesia Millenium. Surabaya: Penerbit Karina. Muhyono. 2001. Hubungan Minat dan Cara Belajar Fisika dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa kelas 1 cawu 2 SMU Negeri 6 Malang Tapel 2000/2001. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang. Nurkancana, Wayan dan Sunartana. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Soeryabrata, S, Drs. 1989. Proses belajar Mengajar di Pergururan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset. Suryabrata, Sumadi. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Perkasa Rajawali. Sugiyono. 1997. Metodologi Penelitian Administrasi. Yogyakarta: BPFE-VII Sudjana, Nana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Thabrany, H. 1994. Rahasia Kunci Sukses Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada The Liang Gie. 1987. Cara Belajar Yang Efisisen. Yogyakarya: Liberty. Tim Tetap Penulis Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: UM Press. 5

kesulitan dalam pembelajaran akutansiBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu proses belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku.Berhasil tidaknya proses belajar mengajar tergantung dari faktor-faktor dan kondisi yang mempengaruhi proses belajar siswa. Faktor dan kondisi yang mempengaruhi proses belajar sesungguhnya banyak sekali macamnya, baik yang ada pada diri siswa sebagai pelajar,pada guru sebagai pengajar,metode mengajar,bahan materi pelajaran harus diterima siswa, maupun sarana dan prasarana. 1.2. Identifikasi Masalah Pokok permasalahan penelitian ini adalah kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar akuntansi. Untuk mempelajari materi akuntansi diperlukan cara dan metode belajar yang berbeda bila dibandingkan dengan ilmu sosial lainnya. Faktor kesulitan belajar yang bersumber dari siswa,misalnya motivasi, kemauan,perhatian,metode belajar yang kurang tepat,waktu belajar yang terbatas,kurangnya sumber belajar yang diperlukan.Disamping itu metode mengajar yang kurang tepat serta kurang mampunya siswa menerima materi pelajaran dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan siswa belajar akuntansi. 1.3. Perumusan Masalah a) Faktor-faktor kesulitan apakah yang dihadapi siswa dalam belajar akuntansi. b) Bagaimana pemecahannya agar kesulitan belajar siswa dapat di atasi. 1.4. Tujuan Tujuan umum untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui proses belajar mengajar (siswa,guru,materi pelajaran dan fasilitas)secara tepat guna di sekolah. 1.5. Kegunaan a) Memberi sumbangan terhadap ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan mata pelajaran akuntansi. b) Sebagai pedoman dalam mengatasi dan menanggulangi permasalahan yang timbul dalam pengajaran akuntansi. c) Memperbaiki proses belajar mengajar terutama pada pelajaran akuntansi sehingga dapat memperkecil kesulitan yang dihadapi siswa.

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Kesulitan Belajar Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlansung secara wajar. Kadang kadang lancar, kadang kadang tidak, kadang kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang semangat tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Dalam hal dimana anak didik/ siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan kesulitan belajar. Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelgensi yang rendah (kelainan) mental akan tetapi dapat juga disebabkan oleh faktor faktor non intelgensi. Dengan demikian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Macam macam kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi empat bagian : 1. dilihat dari jenis kesulitan belajar : - ada yang berat - ada yang sedang 2. dilihat dari bidang studi apa yang dipelajarinya : - ada yang sebagian bidang studi dan - ada yang keseluruhan bidang studi 3. dilihat dari sifat kesulitannya : - ada yang sifatnya permanen/ menetap dan - ada yang bersifat hanya sementara 4. dilihat dari faktor penyebabnya - ada yang karena faktor intelgensi dan - ada yang karena faktor non intelgensi 2. Faktor Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Faktor faktor yang menyebabkan kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu : 1) Faktor intern a) Sebab Yang Bersifat Fisik : 1. Karena sakit Seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. 2. Karena kurang sehat Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, pikiran terganggu. 3. Sebab karena cacat tubuh - Cacat tubuh yang bersifat ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, ganguan psikomotor. - Cacat tubuh yang tetap seperti buta, tuli, isu, hilang tangannya dan kakinya. Bagi golongan yang serius, maka harus masuk pendidikan yang khusus seperti SLB, bisu tuli, TPAC-SROC. b) Sebab Sebab Kesulitan Belajar Karena Rohani : 1. Intelgensi Anak yang IQ-nya tinggi dapat menyelesaikan segala persoalan apa yng dihadapi. 2. Bakat Bakat adalah potensi/ kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir 3. Minat

Tidak adanya minat seseorang anak terhadap sesuatu pelajaran akan timbul kesulitan belajar. 4. Motivasi Motivasi sebagai faktor yang inner (batin) berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar 5. Faktor kesehatan mental Dalam beljar tidak hanya menyangkut segi intelek, tetapi juga menyangkut segi kesehatan mental dan emosional. 6. Tipe tipe khusus seorang pelajar - Seorang yang bertipe visual, akan lebih cepat mempelajari bahan bahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik, gambar. - Anak yang bertipe auditif mudah mempelajari bahan yang disajikan dalam bentuk suara. - Individu yang betipe motorik, mudah mempelajari yang berupa tulisan tulisan, gerakan gerakan dan sulit mempelajaribahan yang berupa suara dan penglihatan. 2) Faktor Orang Tua a) Faktor Keluarga 1. Faktor Orang Tua a. Cara mendidik anak Orang tua yang tidak / kurang memperhatikan pendidikan anak anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak anaknya b. Hubungan Orang Tua Dan Anak Sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan. Yang dimaksud hubungan adalah kasih sayang penuh pengertian atau kebencian, sikap keras,acuh tak acuh, memanjakan dan lain lain. c. Contoh / bimbingan dari orang tua Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak anaknya. Segala yang diperbuat orangtua tanpa disadari akan ditiru oleh anaknya. 2. Suasana rumah / keluarga Suasana keluarga yang sangat ramai/ gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sulit untuk belajar. 3. Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi digolongkan dalam : a. keadaan yang kurang/miskin b. ekonomi yang berlebihan b) Faktor Sekolah yang dimaksud sekolah, antara lain adalah ; 1. Guru Guru dapat menjadi sebab kesulitan belajar, apabila : a. Guru tidak berkualtas b. Hubungan guru dengan murid kurang baik c. Guru guru yang menuntut pelajaran diatas kemampuan anak d. Guru tidak cakap dalam uasaha diagnosis kesulitan belajar e. Metode pengajaran guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar 2. Faktor alat Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat pratikum.. 3. Kondisi Gedung Terutama ditujukanpada ruan kelas / ruangan tepat belajar anak. 4. Kurikulum

Kurikulum yang kurang baik misalnya : a. Bahan bahannya terlalu tinggi b. Pembagian pelajaan tidak seimbang c. Adanya pendataan materi 5. Waktu sekolah dan disiplin kurang c) Faktor Mass Media Dan Lingkungan Sosial 1. Faktor mass media meliputi : bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku buku komik yang ada di sekeliling kita. 2. Lingkungan sosial a. Teman bergaul b. Lingkungan tetangga c. Aktivitas dalam masyarakat 3. Cara mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar Beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar, misalnya : 1. menunjukkan prestasi yang rendah dibawah rata rata yang dicaai oleh kelompok kelas. 2. hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah 3. lambat dalam melakukan tugas tugas kelas 4. menunjukkan sikap yang kurang wajar 5. menunjukkan tingkah laku yang berlainan Dari gejala yang tampak itu, guru bisa menginterpretasi bahwa ia kemungkinan mengalami kesulitan belajar. disamping melihat gejala gejala yang tampak, guru pun bisa mengadakan penyeledikan antara lain dengan : 1. Obsevasi : cara memperoleh data dengan lansung mengamati terhadap objek. 2. Interview : cara mendapatkan data dengan cara wawancara lansung terhadap orang yang diselidiki atau orang lain yang dapat memberikan informasi tentang orang yang diselidiki. 3. Tes diagnosis : suatu cara mengumpulkan data dengan tes. 4. Dokumentasi : cara mengetahui sesuatu dengan melihat catatan catatan, arsip arsip, dokumen dokumen yang berhubungan dengan orang yang diselidiki. 4. Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar Langkah langkah yang yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap, yaitu : 1) Pengumpulan data Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi. 2) Pengolahan data Data yang telah terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan secara cermat. 3) Diagnosis Diagnosis adalah keputusan penentuan mengenai hasil dari pengolahan data. 4) Prognosis Prognosis artinya ramalan. Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai apa yang harus diberikan kepadanya untuk membantu mengatasi masalahnya. 5) Treatment (perlakuan) Perlakuan disini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan (yang mengalami kesulitan belajar) sesuai dengan program yang telah pada tahap prognosis tersebut.

6) Evaluasi Evaluasi disini dimaksudkan untuk mengetahui apakah treatment yan telah diberikan diatas berhasil dengan baik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali. KESULITAN BELAJAR SISWA DAN BIMBINGAN BELAJAR Oleh : Akhmad Sudrajat A. Kesulitan Belajar. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya. Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut. 1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai. 2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik. 3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah. 4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. 5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya. Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain : 1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya. 2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah 3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari kawankawannya dari waktu yang disediakan.

4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya. 5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya. 6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan sebagainya. Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar apabila : 1. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference). 2. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam under achiever. 3. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang (repeater) Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan kegagalan atau kemajuan belajar siswa : (1) tujuan pendidikan; (2) kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian. 1. Tujuan pendidikan Dalam keseluruhan sistem pendidikan, tujuan pendidikan merupakan salah satu komponen pendidikan yang penting, karena akan memberikan arah proses kegiatan pendidikan. Segenap kegiatan pendidikan atau kegiatan pembelajaran diarahkan guna mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang dapat mencapai target tujuan-tujuan tersebut dapat dianggap sebagai siswa yang berhasil. Sedangkan, apabila siswa tidak mampu mencapai tujuan-tujuan tersebut dapat dikatakan mengalami kesulitan belajar. Untuk menandai mereka yang mendapat hambatan pencapaian tujuan pembelajaran, maka sebelum proses belajar dimulai, tujuan harus dirumuskan secara jelas dan operasional. Selanjutnya, hasil belajar yang dicapai dijadikan sebagai tingkat pencapaian tujuan tersebut. Secara statistik, berdasarkan distribusi normal, seseorang dikatakan berhasil jika siswa telah dapat menguasai sekurang-kurangnya 60% dari seluruh tujuan yang harus dicapai. Namun jika menggunakan konsep pembelajaran tuntas (mastery learning) dengan menggunakan penilaian acuan patokan, seseorang dikatakan telah berhasil dalam belajar apabila telah menguasai standar minimal ketuntasan yang telah ditentukan sebelumnya atau sekarang lazim disebut Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Sebaliknya, jika penguasaan ketuntasan di bawah kriteria minimal maka siswa tersebut dikatakan mengalami kegagalan dalam belajar. Teknik yang dapat digunakan ialah dengan cara menganalisis prestasi belajar dalam bentuk nilai hasil belajar. 2. Kedudukan dalam Kelompok Kedudukan seorang siswa dalam kelompoknya akan menjadi ukuran dalam pencapaian hasil belajarnya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila memperoleh prestasi belajar di bawah prestasi rata-rata kelompok secara keseluruhan. Misalnya, rata-rata prestasi belajar

kelompok 8, siswa yang mendapat nilai di bawah angka 8, diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian, nilai yang dicapai seorang akan memberikan arti yang lebih jelas setelah dibandingkan dengan prestasi yang lain dalam kelompoknya. Dengan norma ini, guru akan dapat menandai siswa-siswa yang diperkirakan mendapat kesulitan belajar, yaitu siswa yang mendapat prestasi di bawah prestasi kelompok secara keseluruhan. Secara statistik, mereka yang diperkirakan mengalami kesulitan adalah mereka yang menduduki 25 % di bawah urutan kelompok, yang biasa disebut dengan lower group. Dengan teknik ini, kita mengurutkan siswa berdasarkan nilai nilai yang dicapainya. dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah, sehingga siswa mendapat nomor urut prestasi (ranking). Mereka yang menduduki posisi 25 % di bawah diperkirakan mengalami kesulitan belajar. Teknik lain ialah dengan membandingkan prestasi belajar setiap siswa dengan prestasi rata-rata kelompok. Siswa yang mendapat prestasi di bawah rata rata kelompok diperkirakan pula mengalami kesulitan belajar. 3. Perbandingan antara potensi dan prestasi Prestasi belajar yang dicapai seorang siswa akan tergantung dari tingkat potensinya, baik yang berupa kecerdasan maupun bakat. Siswa yang berpotensi tinggi cenderung dan seyogyanya dapat memperoleh prestasi belajar yang tinggi pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki potensi yang rendah cenderung untuk memperoleh prestasi belajar yang rendah pula. Dengan membandingkan antara potensi dengan prestasi belajar yang dicapainya kita dapat memperkirakan sampai sejauhmana dapat merealisasikan potensi yang dimikinya. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar, apabila prestasi yang dicapainya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Misalkan, seorang siswa setelah mengikuti pemeriksaan psikologis diketahui memiliki tingkat kecerdasan (IQ) sebesar 120, termasuk kategori cerdas dalam skala Simon & Binnet. Namun ternyata hasil belajarnya hanya mendapat nilai angka 6, yang seharusnya dengan tingkat kecerdasan yang dimikinya dia paling tidak dia bisa memperoleh angka 8. Contoh di atas menggambarkan adanya gejala kesulitan belajar, yang biasa disebut dengan istilah underachiever. 4. Kepribadian Hasil belajar yang dicapai oleh seseorang akan tercerminkan dalam seluruh kepribadiannya. Setiap proses belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam aspek kepribadian. Siswa yang berhasil dalam belajar akan menunjukkan pola-pola kepribadian tertentu, sesuai dengan tujuan yang tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Siswa diakatan mengalami kesulitan belajar, apabila menunjukkan pola-pola perilaku atau kepribadian yang menyimpang dari seharusnya, seperti : acuh tak acuh, melalaikan tugas, sering membolos, menentang, isolated, motivasi lemah, emosi yang tidak seimbang dan sebagainya. B. Bimbingan Belajar Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkahlangkah sebagai berikut 1. Identifikasi kasus Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni : 1. Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan. 2. Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya

melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya. 3. Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya. 4. Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa. 5. Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial 2. Identifikasi Masalah Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial material; (b) struktural fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang. 3. Diagnosis Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktorfaktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya. 4. Prognosis Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus kasus yang dihadapi. 5. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus) Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten. 6. Evaluasi dan Follow Up Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa. Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah memberikan kriteria-kriteria

keberhasilan layanan bimbingan belajar, yaitu : Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang dibahas; Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan, dan Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya. Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas layanan yang telah diberikan, yaitu apabila: 1. Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah yang dihadapi. 2. Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang dihadapi. 3. Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance). 4. Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress release). 5. Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya 6. Siswa mulai menunjukkan kemampuannya dalam mempertimbangkan, mengadakan pilihan dan mengambil keputusan secara sehat dan rasional. 7. Siswa telah menunjukkan kemampuan melakukan usaha usaha perbaikan dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya, sesuai dengan dasar pertimbangan dan keputusan yang telah diambilnya Sumber bacaan : Abin Syamsuddin, (2003), Psikologi Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosda Karya Prayitno dan Erman Anti, (1995), Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta : P2LPTK Depdikbud Prayitno (2003), Panduan Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Depdikbud Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah,(1995), Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah Umum (SMU) Buku IV, Jakarta : IPBI Winkel, W.S. (1991), Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Jakarta: Gramedia MASALAH KESULITAN BELAJAR Kesulitan Belajar dan Alternatif Pemecahannya Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (Academic Performance) yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya. Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan disekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditunjukkan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata sehingga siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian, siswasiswa yang berkategori diluar rata-rata itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadahi untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari sini kemudian timbullah apa yang disebut kesulitan belajar (learning difficulty) yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetap juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi. 1. Faktor-faktor kesulitan belajar Secara garis besar, factor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam : 1). Faktor Intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. 2). Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang dating dari luar diri siswa. A. Faktor Intern Siswa

Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekuran mampuan psiko-fisik siswa, yakni : 1) Yang bersifat kognitif (ramah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual / intelegensi siswa. 2) Yang bersifat efektif (ramah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap. 3) Yang bersifat psikomotor (ramah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga) B. Faktor Ekstern Siswa Faktor eksern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar, yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa. Factor ini dibagi tiga macam : 1) Lingkungan keluarga 2) Lingkungan perkampungan / masyarakat 3) Lingkungan sekolah Selain faktor-faktor umum diatas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Diantara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai factor khusus ini adalah sindrom psikologis berupa Learning disability (ketidakmampuan belajar) sindrom (Syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indicator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan belajar itu. 1. Disleksia (dyslexia) : ketidakmampuan belajar membaca 2. Disgrapia (dysgraphia) : ketidakmampuan belajar menulis 3. Diskalkulia (dyscalculia) : ketidakmampuan belajar matematika 2. Diagnosis Kesulitan Belajar Banyak langkah-langkah diagnostic yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener & Sent ( 1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut : 1. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran. 2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar. 3. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal-hal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar. 4. Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa. 5. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. 3. Alternatif Pemecahan Kesulitan Belajar Sebelum memilih alternatif tertentu guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut : 1. Menganalisa hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa. 2. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan. 3. Menyusun program perbaikan, khususnya program remedial teaching (pengajaran perbaikan). Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah keempat, yaitu melaksanakan program perbaikan A. Analisis Hasil Diagnosis B. Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah Bidang-bidang kecakapan bermasalah ini dapat dikategorikan menjadi tiga macam : 1. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.

2. Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani guru dengan bantuan orang lain. C. Menyusun Program Perbaikan Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teaching), sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut : 1. Tujuan pengajaran remedial 2. Materi pengajaran remedial 3. Metode pengajaran remedial 4. Alokasi waktu pengajaran remedial 5. Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial. D. Melaksanakan Program Perbaikan Program pengajaran remedial ini lebih cepat dilaksanakan tentu saja akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa di mana saja, asal tempat itu memungkinkan siswa klien (siswa yang memerlukan bantuan) memusatkan perhatiannya terhadap proses pengejaran perbaikan tersebut.

PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MASALAH EKONOMI INTERNASIONAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI TERHADAP SISWA KELAS XII-IS SMA NEGERI SEMESTER I MELALUI PENERAPAN METODE BERVARIASISeptember 18, 2011 in Makalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa tumbuh kembang pada siswa merupakan masa penting dalam membentuk kepribadian siswa tersebut, maka dari itu pendidikan merupakan suatu bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terciptanya kepribadian yang utama, pendidikan juga merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang bertujuan untuk membentuk kedewasaan anak dan mengetahui sifat dasar yang ada pada diri anak atau manusia, sifat dasar yang ada pada manusia terdiri atas tiga komponen yang harus di bangun untuk membentuk kepribadian pada diri manusia yaitu Ruh, Jasmani dan Akal. Tujuan pendidikan nasional sendiri secara makro bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom sehingga mampu melakukan inovasi dalam pendidikan untuk suatu lembaga yang beretika, selalu menggunakan nalar, berkemampuan komunikasi sosial yang positif dan memiliki sumber daya manusia yang sehat dan tangguh. Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perubahan dalam sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana dan menyeluruh, dan sistem pendidikan yang konvensional menuju sistem pendidikan yang berorientasi kompetensi. Sistem pendidikan yang hanya berbasis pada input dan proses dipandang kurang dinamis, kurang efisien, dan mengarah pada stagnasi pedagogik, sehingga mengakibatkan sistem pendidikan sulit beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan aspirasi serta kebutuhan masyarakat. Sedangkan guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik

lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai mahkluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran. Cara mengajar yang menggunakan teknik yang beraneka ragam disertai dengan pengertian yang mendalam dari pihak guru akan memperbesar minat siswa dan akan mempertinggi pula hasil belajarnya. Dengan mengajak, merangsang dan memberi kesempatan kepada siswa untuk ikut serta menggunakan pendapat, belajar mengambil keputusan, bekerja dalam kelompok, membuat laporan dan lain-lain, akan membawa siswa pada suasana belajar yang sesungguhnya bukan pada suasana diajar saja. Berdasarkan dari semua itu, maka perlu dicari langkah-langkah penyelesaian agar siswa tidak merasa enggan dengan mata pelajaran tersebut. Dari harapan dan kenyataan tersebut diatas penulis ingin mencoba untuk membahas dan meneliti melalui judul Peningkatkan Prestasi Belajar Masalah Ekonomi Internasional Pada Mata Pelajaran Ekonomi Terhadap Siswa Kelas XII-IS Semester I Melalui Penerapan Metode Bervariasi. B. Identifikasi Masalah Berikut masalah yang terlihat dari paparan latar belakang diatas: 1. Masa tumbuh kembang pada siswa merupakan masa penting dalam membentuk kepribadian siswa tersebut. 2. Tujuan pendidikan nasional sendiri secara makro bertujuan membentuk organisasi pendidikan yang bersifat otonom 3. Agar tujuan pendidikan bisa tercapai, maka perubahan dalam sistem pendidikan harus dilakukan secara terencana dan menyeluruh, dan sistem pendidikan yang konvensional menuju sistem pendidikan yang berorientasi kompetensi. 4. Penerapan metode yang bervaraiasi untuk meningkatkan prestasi belajar Ekonomi pada siswa kelas XII-Ilmu Sosial. C. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah sebagaimana disebutkan diatas timbullah permasalahan yang jika dirumuskan berkisar pada pertanyaan sebagai berikut : Adakah Peningkatan Prestasi Belajar Ekonomi Pokok Bahasan Masalah Ekonomi Internasional Melalui Penerapan Metode Bervariasi Pada Siswa Kelas XII-Ilmu Sosial Semester I. D. Batasan Masalah Penelitian Penelitian ini di batasi hanya pada 1. Kelas XII-IS.1 semester I yang berjumlah 31 siswa 2. Pokok bahasan Masalah ekonomi internasional 3. Meningkatkan prestasi dan minat serta pemahaman siswa terhadap pokok bahasan yang di sajikan. 4. Karena dilaksanakan dengan biaya mandiri penelitian dilakukan selama 2 bulan E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini adalah : 1. Memberikan gambaran tentang penerapan metode bervariasi yang tepat untuk menjadikan siswa lebih tertarik dan aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan meningkatkan prestasi belajar. 2. Untuk mengetahui peranan pengajaran metode bervariasi terhadap pemahaman peserta didik pada pokok bahasan mata pelajaran Ekonomi. 3. Untuk mengetahui apakah pengajaran dengan penerapan metode bervariasi dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi pokok bahasan masalah ekonomi internasional. F. Manfaat Penelitian Hasil dan pelaksanaan classroom action research yang dilakukan ini akan memberikan manfaat yang berarti bagi perorangan maupun instansi di bawah ini : 1. Bagi guru : Dengan dilaksanakannya penelitian tindakan ini, guru dapat lebih terampil menggunakan pembelajaran bervariasi, guru akan terbiasa melakukan penelitian kecil yang tentu sangat bermanfaat bagi perbaikan proses belajar mengajar. 2. Bagi siswa : Hasil penelitian ini akan bermanfaat bagi siswa yang bermasalah di kelas ini agar berusaha meningkatkan aktivitas belajaranya sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. 3. Bagi sekolah : Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang banyak dalam rangka memperbaiki pembelajaran didalam kelas, peningkatan kualitas sekolah dan bermanfaat bagi sekolah-sekolah lain. 4. Bagi kurikulum : Hasil penelitian ini akan memberikan masukan bahwa dengan memberikan pembelajaran bervariasi dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bertanya, sehingga dapat mengembangkan kurikulum dalam menggunakan metode pengajaran. didikandalam pandangan dan pemahaman Islam Pemahaman pendidikan dalam islam Pendidikan dalam pengertian bahasa (lughawy) adalah berasal dari kata kerja: rababa, dan kata rabb adalah sebutan bagi tuan, raja atau yang di patuhi dan perbaikan [1]dan kata tarbiyah: pendidikan terambil dari arti yang ketiga yaitu: perbaikan. Defenisi tarbiyah (pendidikan) menurut ishtilah adalah: membina atau menciptakan insan muslim yang berakhlak baik dan sempurna dari segala aspek yang berbeda-beda, baik dari aspek kesehatan, akal, akidah, ruh keyakinan dan manajemen.[2] Makna yang sebenarnya dari pendidikan atau tarbiyah ialah menyerupai cara kerja seorang petani yang berusaha menghilangkan duri dan mengeluarkan tumbuhan-tumbuhan liar yang terdapat di antara tanaman-tanamannya agar tanaman tersebut bisa tumbuh dengan sempurna dan memberikan hasil yang baik.[3] Peranan pendidikan dalam islam Terdapat banyak ayat-ayat dan hadits-hadits yang menerangkan mengenai kemuliaan pendidikan terhadap anak, diantaranya Firman Allah swt. yang artinya sebagai berikut: Wahai sekalian orang-orang yang beriman jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka, yang kayu bakarnya terbuat dari manusia dan batu, di dalamnya terdapat malaikat yang sangat keras dan bengis mereka tidak mendurhakai Allah swt. Terhadap apa yang telah di perintahkan kepada mereka dan mereka melakukan apa yang telah di perintahkan kepadanya.[4] Imam Qatadah rahimahullah mengatakan: mereka taat kepada Allah swt. Dan tidak berbuat maksiat kepada Allah swt. Mereka melaksanakan perintah dan mereka memerintahkannya kemudian mereka menjauhi larangan-Nya.[5] Dari Ibn Umar ra. Ia mengatakan: saya telah mendengar Rasulullah saw. Bersabda: Setiap dari kalian adalah pemimpin dan kalian akan di tanyai mengenai tanggung jawab kalian masing-masing terhadap apa yang di pimpinnya, seorang Imam adalah pemimpin dan akan di tanyai tentang kepemimpinannya dan seorang isteri adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia akan di tanyai tentang kepemimpinannya.....[6], [7].

Dalam hadits lain Rasulullah saw. Bersabda: Tidak seorangpun hamba yang di berikan oleh Allah swt. Tanggung jawab sebagai pemimpin kemudian ia tidak menasihatinya atau menjaganya maka ia tidak akan mendapati bau surga.[8], [9]. Ibn Umar ra. Mengatakan: didiklah anak anda karena anda bertanggung jawab mengenai pendidikannya, didikan apa yang anda telah berikan untuknya? Ajaran apa yang anda telah berikan untuknya? ...[10]. Rasulullah saw. Telah mengabarkan bahwa pendidikan lebih baik dari bersedekah, beliau saw. Bersabda: seorang yang mendidik anaknya (dengan didikan yang baik) lebih baik dari bersedekah satu sak. [11],[12] Rasulullah saw. Juga telah memberikan penjelasan bahwa mendidik dan membina anak dengan akhlak yang baik atau akhlaqulkarimah adalah lebih baik dan lebih mulia dari segala bentuk pemberian, Rasulullah saw. Bersabda: Tidak ada pemberian orang tua terhadap anaknya yang lebih mulia dari (mendidiknya) supaya berakhlak mulia.[13] Adapun membina dan mendidik anak perempuan adalah merupakan pelindung dari api neraka, sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Jabir bin Abdullah ra. Ia berkata: Rasulullah saw. Bersabda: barangsiapa yang di karuniai dengan tiga anak perempuan kemudian ia mendidiknya, merawatnya, dan mengasihinya, maka ia akan mendapatkan imbalan surga, kemudian seorang laki-laki dari suatu kaum berkata: (bagaimana) jika Cuma dua wahai Rasulullah saw.? Rasulullah saw. Menjawab: iya dua (juga termasuk).[14],[15] -------------------------------------------------------------------------------[1]Perhatikan kitab Lisaanul arab oleh Ibn Mandzuur: 400/1, 401 kata (rababa), Kamus al Muhieth oleh al Fairuz Abaadi halaman: 111. [2]Target-target pendidikan islam dan tujuannya(Ahdaaf tarbiyah al islaamiyah wa ghaayatuhaa) oleh al Miqdad yaalijn hal: 20. [3]Risaalahtu ayyuhaa al waladoleh al Ghazaali halaman: 34. [4]Qs. Surah at Tahrim: 6. [5]Tafsir Ibn Katsir: 4/391. [6]Kitab Shahih Bukhari kitab tentang Jumat (853), Shahih Muslim al Imaarah (1829), Tirmidzi kitab Jihad (1705), Abu Daud al kharraaj, al imaarah, dan al Fai, Ahmad (2/121). [7]Di keluarkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab tentang Jumat, bab tentang shalat jumat di kampung dan kota, no hadits: 855, 6/14, dan di keluarkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab al Musnad: 2/5, 54,55. [8]Al Bukhari al ahkaam (6731), Muslim al Imaan (142), Ahmad (5/27), ad Daraaami ar Raqaaq (2796). [9]Di riwayatkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab al ahkaam bab tentang orang yang di berikan tanggung jawab untuk memimpin sesuatu dan tidak menasihatinya atau menjaganya, no hadits (6716) 199/24, dan Muslim di kitab Shahihnya pada kitab al Imaarah bab tentang kemuliaan pemimpin yang baik, dan hukuman buat pemimpin yang jahat dan anjuran untuk bersikap ramah: 214/12, dan di riwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya: 2/15.

[10]Tuhfatul maudud bi ahkaamil mauluud oleh Ibn al Qayyuum, halaman: 177. [11]Imam Tirmidzi al birru wa Shshilah (1951), Ahmad (5/96). [12]Di keluarkan oleh Imam Ahmad di Musnadnya (96/5), Tirmidzi kitab al birru wa Shshilah (337/4), dan al Haakim di Mustadrak (263/4) dan Tabrani (274/2). [13]Di riwayatkan oleh Imam Tirmizi di dalam kitab Sunannya pada kitab al birru wa shshilah: 337/4-338). [14]Tirmidzi al birru wa shshilah (1916), Abu Daud al adab (5147). [15]Di riwayatkan oleh Imam Muslim pada kitab al birru wa shshilahwal adab, pada bab mengenai keutamaan berbuat baik terhadap anak-anak perempuan no hadits: 2629.

Pendidikan dalam Islam5 Maret 2009 at 1:45 PM 14 komentar

Islam diturunkan sebagai rahmatan lil alamin. Untuk mengenalkan Islam ini diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu selam kurang lebih 23 tahun Rasulullah SAW membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya. Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orang-orang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11) Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat syaithan. Muadz bin Jabal ra. berkata: Andaikata orang yang beakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi. Ada yang bertanya, Bagaimana hal itu bisa terjadi? Ia menjawab, Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.

Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah kepadaNya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah SAW menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah. II. Pentingnya Pendidikan Islam Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan. Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan talimul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal. Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah (pemahaman/pemikiran) dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-tahapan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan. (QS. Ali Imran (3) : 103) Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al Quran sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah saja. Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan. Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh. Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji Al Quran, sholat malam, shoum (puasa) sunnah, berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan, maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan. Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya menjadi gaya hidup sehari-hari. III. Kesinambungan dalam Pendidikan Islam Pendidikan Islam dalam bahasa Arab disebut tarbiyah Islamiyah merupakan hak dan kewajiban dalam setiap insan yang ingin menyelamatkan dirinya di dunia dan akhirat. Sesuai dengan sabda Rasulullah SAW: Tuntutlah ilmu dari buaian sampai akhir hayat. Maka menuntut ilmu untuk mendidik diri memahami Islam tidak ada istilah berhenti, semaki banyak ilmu yang kita peroleh

maka kita bertanggung jawab untuk meneruskan kepada orang lain untuk mendapatkan kenikmatan berilmu, disinilah letak kesinambungan. Selain merupakan kewajiban, kegiatan dididik dan mendidik adalah suatu usaha agar dapat memiliki madzirah (alasan) untuk berlepas diri bila kelak diminta pertanggungjawaban di sisi Allah SWT yakni telah dilakukan usaha optimal untuk memperbaiki diri dan mengajak orang lain pada kebenaran sesuai manhaj yang diajarkan Rasulullah SAW. Untuk mengha