Upload
frebumi-ari
View
487
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN ASSET DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP DIVIDEN PER SHARE PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
FREBUMI ARI
922.10.047
USULAN PENELITIAN TESIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANGPROGRAM STUDI ILMU MANAJEMEN
PRORAM PASCA SARJANA TAHUN 2011
1
PENGARUH LIKUIDITAS, SOLVABILITAS, PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN ASSET DAN
UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP DIVIDEN PER SHARE PERUSAHAAN MANUFAKTUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh :
FREBUMI ARI
922.10.047
Pembimbing
Tanggal : .........................................
KETUA ANGGOTA
……………………… ………………………..
Mengetahui,
Ketua Progam Studi Manajemen
…………………………
2
1. Latar Belakang Penelitian
Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai
macam resiko dan ketidakpastian yang seringkali sulit diprediksikan oleh para
investor. Resiko merupakan tingkat kerugian yang ditanggung investor dalam
melakukan aktivitas investasi sedangkan ketidakpastian adalah suatu hal yang dapat
menunjukkan trend negatif dalam pergerakan saham akibat dari faktor makro
ekonomi. Untuk mengurangi kemungkinan resiko dan ketidakpastian yang akan
terjadi, investor memerlukan berbagai macam informasi, baik informasi yang
diperoleh dari kinerja perusahaan maupun informasi lain yang relevan seperti kondisi
ekonomi dan politik dalam suatu negara. Informasi yang diperoleh dari perusahaan
lazimnya didasarkan pada kinerja perusahaan yang tercermin dalam laporan
keuangan.
Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) 1999 mewajibkan bagi
setiap perusahaan (terutama perusahaan publik) wajib menyajikan laporan keuangan,
baik laporan keuangan interim/ quarter (unaudit) maupun laporan keuangan tahunan/
annual (audited). Laporan keuangan tahunan (yang telah di audit) antara lain
dipublikasikan oleh Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang memuat
laporan neraca dan laporan laba rugi, serta catatan yang berhubungan dengan laporan
keuangan tersebut. Berdasarkan laporan keuangan, investor dapat mengetahui kinerja
perusahaan dalam kemampuannya untuk menghasilkan profitabilitas dan besarnya
pendapatan dividen perlembar saham (dividend per share).
3
Husnan (1989) menyatakan bahwa perusahaan dalam mengelola keuangannya
selalu dihadapkan pada tiga permasalahan penting yang saling berkaitan. Ketiga
permasalahan tersebut adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan dan
kebijakan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada
para pemegang saham. Keputusan-keputusan tersebut akan mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan yang tercermin dari harga pasar perusahaan.
Kebijakan dividen yang diambil merupakan suatu hal yang penting, bukan
saja menyangkut kepentingan perusahaan tetapi kepentingan pemegang saham, para
pegawai dan masyarakat juga terkait di dalamnya. Ini menunjukkan adanya suatu
sumber dana digunakan untuk berbagai aspek dan tujuan ekonomis sendiri-sendiri.
Oleh karena itu selalu akan terjadi tarik menarik agar memperoleh porsi yang lebih
besar.
Dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung kepada
kebijakan masing-masing perusahaan. Kebijakan dividen atau keputusan dividen pada
hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para
pemegang saham dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan untuk
investasi kembali (Sutrisno, 2001). Kebijakan apapun yang ditempuh oleh
manajemen perusahaan, bagi investor tidak terlalu penting dipertimbangkan, karena
kebijakan manajemen hanya dapat diketahui oleh pihak interen perusahaan. Lagi
pula, bagi investor yang terpenting adalah melihat bagaimana perkembangan
perusahaan terutama dari kinerja keuangannya.
Kebijakan dividen merupakan keputusan untuk menentukan berapa banyak
dividen yang harus dibagikan kepada para pemegang saham. Kebijakan ini bermula
dari bagaimana perlakuan manajemen terhadap keuntungan yang diperoleh
4
perusahaan yang pada umumnya sebagian dari penghasilan bersih setelah pajak
(EAT) dibagikan kepada para investor dalam bentuk dividen dan sebagian lagi
diinvestasikan kembali ke perusahaan dalam bentuk laba ditahan.
Laba ditahan merupakan salah satu dari sumber dana yang paling penting
untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, sedangkan dividen merupakan aliran kas
yang dibayarkan kepada para investor. Perusahaan selalu menginginkan adanya
pertumbuhan bagi perusahaan bersangkutan di satu pihak dan juga dapat
membayarkan dividen kepada para investor di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut
selalu bertentangan (Riyanto, 1995) dalam Sunarto dan Kartika (2003).
Semakin besar dividen akan menarik minat investor untuk menanamkan
dananya di suatu perusahaan. Besar kecilnya dividend per share suatu perusahaan
ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya current ratio dan debt to equity ratio.
Perusahaan yang mempunyai keuntungan besar belum tentu menunjukkan perusahaan
tersebut memberikan dividen yang besar pula.
Hasil penelitian Partington (1989) mengidentifikasikan bahwa ada beberapa
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam kebijakan deviden antara lain : preferensi
investor terhadap dividen, pengaruh pajak, pengaruh informasi pengumuman dividen,
dan stabilitas dividen. Preferensi investor antara lain tercermin dalam pembayaran
dividen di mana dividen dapat dibayarkan dalam bentuk dividen tunai (cash
devidend) maupun dalam bentuk dividen saham (stock dividend).
Parthington (1989) dalam penelitiannya menunjukkan beberapa variabel yang
mempengaruhi penentuan dividen yaitu: (1) profitabilitas, (2) stabilitas dividen dan
earning, (3) likuiditas dan cash flow, (4) investasi, dan (5) pembiayaan. Ia
menunjukkan bukti bahwa stabilitas dividen dan earning merupakan variabel yang
5
penting (berarti) mempengaruhi preferensi investor untuk memperoleh dividen
dimasa mendatang pada level signifikansi 0,001 (kurang dari 1%). Sementara variabel
likuiditas dan investasi berada pada peringkat di bawahnya (setelah) variabel
stabilitas dividen dan earning yang berpengaruh terhadap pendapatan dividen dimasa
depan. Sementara variable cash-flow (kas bersih yang diperoleh dari Aktifitas
Operasi, Aktifitas Investasi dan Aktifitas Pendanaan) bersifat saling mengganti
(komplementer) dengan variabel profit (Brittain, 1966 dalam Partington, 1989).
Sedangkan variable pembiayaan (external finance) dianggap sebagai kendala para
manajer terhadap pembayaran dividen, sehingga para manajer cenderung tidak
mempertimbangkan pembiayaan pada saat pembayaran dividen. Dengan kata lain
variabel pembiayaan tidak signifikan berpengaruh terhadap dividen.
Heru dan Galumbang (2007) melakukan penelitian di BEI periode 2002-2005
tentang pengaruh financial ratio dan dividen tahun sebelumnya terhadap DPS.
Dengan menggunakan anlisis regresi linier berganda, hasil penelitian menunjukkan
bahwa secara simultan dapat menjelaskan pengaruh perubhan DPS, akan tetapi secara
parsial variabel yang mempengaruhi DPS secara signifikan hanya EPS dan dividen
tahun sebelumnya.
Devy (2009) melakukan penelitian terhadap 20 perusahaan manufaktur untuk
mengetahui pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Perusahaan dan Ukuran
Perusahaan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
Rasio keuangan, Pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan berpengaruh secara
signifikan terhadap Dividend Payout Ratio secara bersama-sama dan secara parsial
hanya variabel likuiditas, profitabilitas dan pertumbuhan perusahaan yang
berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
6
Tesdi (2006) menguji pengaruh rasio keuangan, pertumbuhan asset dan
ukuran perusahaan terhadp DPS, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
ROI, DTA, EPS dan pertumbuhan asset secara parsial signifikan terhadap DPS
sementara variabel Cash Ratio dan ukuran perusahaan tidak signifikan.
Berdasarkan Indonesian Capital Market Directory 2006 dan 2007, besarnya
rata-rata variabel independen ( Cash Ratio, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Net
Profit Margin, ROI, EPS, pertumbuhan asset dan ukuran perusahaan) dan variabel
dependen (DPS) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode
2004-2007 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut :
Tabel 1
Rata-rata dari cash ratio, current ratio, debt to equity ratio, net profit margin,
ROI, EPS, Pertumbuhan Asset, Ukuran Perusahaan dan DPS pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2004-2007
NO Variabel 2004 2005 2006 2007
1 Cash ratio 1,05 0,94 0,47 0,56
2 Current ratio 2,92 2,87 2,14 2,10
3 Debt to equity ratio 1,00 1,22 1,30 1,49
4 Net profit margin 0,12 0,16 0,18 0,30
5 ROI 0,10 0,09 0,09 0,09
6 EPS 496 487 473 576
7 Pertumbuhan Asset 0,16 0,20 0,12 0,22
8 Ukuran Perusahaan 13,92 14,16 14,25 14,43
9 DPS 276 275 262 341
Sumber : ICMD 2006 & 2007, diolah
7
Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa rasio DPS menunjukkan hasil yang
fluktuatif dari tahun ke tahun, dimana tahun 2005 dan 2006 menurun, sedangkan
tahun 2007 menunjukkan trend yang meningkat. Hasil yang sama ditunjukkan juga
ditunjukkan oleh variabel cash ratio, EPS dan pertumbuhan asset. Sementara
variabel current ratio dan net profit margin, menunjukkan trend yang menurun dan
sebaliknya variabel debt to equity ratio dan ukuran perusahaan menunjukkan trend
yang meningkat. Sedangkan variabel ROI justru mengalami stagnan sejak tahun
2005.
Jika melihat kondisi sektor manufaktur di Indonesia, daya saing sektor
industri di Indonesia saat ini telah mengalami penurunan. Hal ini dibuktikan dengan
turunnya kontibusi industri teknologi menengah (seperti karet dan plastic, semen,
metal dasar dan fabrikasi metal sederhana) dari 38% menjadi 34% (Devy, 2009).
Pada kwartal III tahun 2009, hampir semua sektor industri pengolahan
mengalami penurunan, pertumbuhan positif sektor industri pengolahan terutama
ditopang oleh kenaikan sektor industri makanan, minuman dan tembakau yang
tumbuh masih tinggi yaitu sebesar 13,3%. Sedangkan sektor industri alat angkut yang
pertumbuhannya paling tinggi tahun 2008 yaitu sebesar 9.79%, ternyata sampai
kwartal III tahun 2009 mengalami penurunan sebesar -5,3%. Selain itu, industri yang
mengalami pertumbuhan negatif adalah industri tekstil, barang kulit dan alas kaki
yaitu -0,7%, industri semen dan barang galian bukan logam -2,8% dan industri baja -
7,1%. (Indonesian Commercial newsletter BEI, 2009).
8
Melihat kondisi tersebut yang berubah-ubah maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Likuiditas, solvabilitas,
proitabilitas, Pertumbuhan Asset dan Ukuran Perusahaan terhadap Dividend
Per Share pada Perusahaan Manufaktur BEI “
2. Perumusan Masalah
a. Identifikasi Masalah
Berdasarkan Uraian pada latar belakang dan hasil pengamatan sementara
di lapangan, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini
adalah :
1). Beberapa Sektor industri mengalami penurunan pertumbuhan perusahaan
2). Rata-rata cash ratio yang flukuatif tidak konsisten dengan rata-rata current
ratio yang cenderung memiliki trend negatif
3). ROI yang mengalami stagnan semejak tahun 2005
4). Debt to equity ratio yang meningkat tidak menujukkan hasil yang sama
dengan DPS.
5). Beberapa perusahaan manufaktur yang memiliki profit tidak membagikan
dividen
b. Batasan Masalah
Ruang lingkup dan batasan-batasan yang akan menjadi fokus penelitian ini
adalah dengan cara menganalisis laporan keuangan dengan variabel-variabel yang
9
ada, yaitu : cash ratio, current ratio, debt to equity ratio, net profit margin, ROI,
EPS. Selain itu menganalisis pertumbuhan asset dan ukuran perusahaan.
c. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh cash ratio, current ratio, debt to equity ratio, net
profit margin, ROI, EPS, pertumbuhan asset dan ukuran perusahaan secara
simultan terhadap DPS di Bursa Efek Indonesia?
2. Bagaimana pengaruh cash ratio, current ratio, debt to equity ratio, net
profit margin, ROI, EPS, Pertumbuhan Asset dan Ukuran Perusahaan secara
parsial terhadap DPS di Bursa Efek Indonesia?
3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian, maka tujuan
dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menganalisis pengaruh cash ratio, current ratio, debt to equity ratio, net
profit margin, ROI, EPS, pertumbuhan asset dan ukuran perusahaan secara
bersama-sama terhadap DPS di Bursa Efek Indonesia.
2. Menganalisis pengaruh cash ratio, current ratio, debt to equity ratio, net
profit margin, ROI, EPS, Pertumbuhan Asset dan Ukuran Perusahaan secara
parsial terhadap DPS di Bursa Efek Indonesia
10
4. Manfaat penelitian
Penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan terutama
investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan investasi di pasar modal. Secara terperinci manfaat penelitian dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Bagi akademis penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap DPS sehingga dapat memberikan
wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai kebijakan
dividen.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi manajemen perusahaan dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan
pembayaran dividen (DPS). Perhitungan kuantitatif diharapkan dapat
menunjukan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap DPS sehingga manajer
keuangan yang berkompeten dalam masalah ini dapat mengambil keputusan
besarnya pembayaran dividen.
b. Bagi investor sebagai bahan pertimbangan yang bermanfaat untuk
pengambilan keputusan investasi di pasar modal (khususnya instrument
saham). Dengan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap DPS
diharapkan bermanfaat untuk memprediksi pendapatan dividen para
pemegang saham biasa
11
5. Kajian pustaka dan Kerangka penelitian
a. Penelitian sebelumnya
Intan dan Akram (2007) melakukan penelitian tentang factor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan pada 14
perusahaan yang terdaftar di BEJ periode 2000-2004. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan laba, likuiditas dan
inflasi tidak berpengaruh, baik secara simultan maupun parsial terhadap kebijakan
dividen.
Sunarto dan Kartika (2003) dalam penelitiannya menguji pengaruh cash ratio,
current ratio, DTA, ROI dan EPS terhadap DPS pada 34 perusahaan yang listed di
BEJ periode 1999-2000, di mana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hanya EPS
yang berpengaruh signifikan terhadap DPS sementara empat variabel independen
lainnya yaitu: cash ratio, current ratio, DTA, dan ROI tidak menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan. Investor yang tujuan utamanya mengharapkan untuk
mendapatkan tingkat kembalian (return) baik berupa dividen maupun capital gain
tidak didasarkan pada kebijakan manajemen (interen) perusahaan tetapi didasarkan
pada hasil/kinerja yang telah dicapai oleh perusahaan yang tercermin dalam laporan
keuangan yang dipublikasikan (Ang, 1997).
Chang dan Rhee (1990), meneliti 508 perusahaan dengan menggunakan lima
variabel yang terdiri dari: Growth potential, Earning variability, Nondebt Tax shields,
Firm size dan Profitability selama 19 tahun pada periode 1969 – 1987. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Chang dan Rhee ini menemukan bahwa pada variabel
growth potential mengemukakan bahwa estimation coefficient pada variabel growth
12
tidak selalu signifikan tetapi selalu berpengaruh negatif pada pembayaran dividen.
Observasi ini mendukung hipotesis yang mana perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan tinggi lebih menyukai rasio pembayaran dividen yang rendah atau
dividend yield yang rendah. Variabel size menunjukkan pengaruh positif pada
dividend payout ratio atau dividend yield. Earning variability menunjukkan hubungan
positif dengan dividend payout ratio. Nondebt tax shields menunjukkan pengaruh
positif terhadap dividend payout ratio. Dengan menggunakan model regresi diperoleh
hasil ; koefisien positif pada nondebt tax shields mengidikasikan bahwa semakin
besar nondebt tax shields maka semakin tinggi debt ratio.
Penelitian Edi Susanto (2002) dengan obyek penelitian sebanyak 80
perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian 1999.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa dari empat variabel independen yaitu current
ratio, debt ratio, ROE, dan ROI menunjukkan bahwa hanya debt ratio dan ROE yang
signifikan terhadap dividen, sedangkan current ratio dan ROI tidak signifikan
terhadap dividen. Keempat variabel tersebut secara simultan memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap dividen dengan kemampuan menjelaskan sebesar 23,4%.
Hatta (2002) menguji pengaruh antara pertumbuhan asset, insider ownership,
free cash flow dan Ukuran perusahaan terhadap Dividen Payout Ratio (DPR), dimana
hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hanya pertumbuhan asset yang berpengaruh
signifikan terhadap DPR pada perusahaan manufaktur yang listed di BEJ periode
1993-1999, sementara ketiga variabel lainnya yaitu insider ownership, free cash flow
dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR.
Salwa (2008) dalam penelitiannya dengan jumlah sampel 30 perusahaan di JII
yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh cash ratio EFAR, DER, ROI, terhadap
13
DPS pada periode 2000 - 2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CR, EFAR,
DER, ROI, EPS dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap DPS secara bersama
sama.
Susana dan Fatchan (2006) melakukan penelitian pada 32 perusahaan
manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel
investasi, likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan ukuran perusahaan
tidak mempengaruhi DPR.
Riski Pebriani (2007) melakukkan penelitian tentang pengaruh rasio
keuangan terhadap deviden pada perusahaan manufaktur tahun 2003 – 2007. Dengan
analisis regresi di ketahui bahwa Rasio Keuangan secara serentak memberikan
pengaruh signifikan terhadap DPR, sedangkan secara parsial variabel yang
berpengaruh signifikan terhadap DPR hanya EPS dan TATO.
Amarjit Giil, Nahum Biger dan Rajendra Tibrewala (2010) melakukan
penelitian tentang faktor – faktor yang mempengaruhi DPR terhadap 500 laporan
keuangan perusahaan jasa dan manufaktur yang go public di Amerika Serikat pada
tahun 2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DPR untuk industri jasa di
pengaruhi oleh proft margin, sales growth dan DER. DPR untuk perusahaan
manufaktur di pengaruhi oleh profit margin, TAX dan Market to book ratio.
Samuel dan Gibegi (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh investasi,
likuiditas, EPS, cash ratio terhadap dividend per share (DPS) pada lembaga keuangan
di Nigeria Stock Exchange (NSE). Hasil analisis menggunakan regresi menunjukkan
bahwa likuiditas memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen tapi tidak signifikan.
Sedangkan investasi memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen.
14
b. Landasan teori
1) Kebijakan Dividen
Robert Ang (1997) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan
bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings)
yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Deviden ini untuk dibagikan kepada
para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Cadangan yang
diambil dari EAT dilakukan sampai cadangan mencapai minimum dua puluh persen
dari modal yang ditempatkan. Modal yang ditempatkan adalah modal yang disetor
penuh ditambah dengan modal yang belum disetor sehubungan dengan penerbitan
saham baru seperti rights dan warrant. Keputusan mengenai jumlah laba yang ditahan
dan deviden yang akan dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
Menurut Brigham (2001) menyebutkan ada tiga teori dari preferensi
investor yaitu:
1. Devidend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa
kebijakan deviden tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan
maupun biaya modalnya. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller
(M-M) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan tidak ditentukan oleh
besar kecilnya Devidend Payout Ratio (DPR) tetapi ditentukan oleh laba
bersih sebelum pajak (EBIT) dan risiko bisnis. Dengan demikian kebijakan
dividen sebenarnya tidak relevan untuk dipersoalkan.
2. Bird-in-the-hand theory, sependapat dengan Gordon dan Lintner yang
menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika Devidend Payout Ratio
15
(DPR) rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima deviden
daripada capital gains.
3. Tax preference theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena
adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para
investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran
pajak.
Berdasarkan ketiga konsep teori tersebut, perusahaan dapat melakukan
hal-hal sebagai berikut :
1. Jika manajemen percaya bahwa dividend irrelevance theory dari M-M itu
benar maka perusahaan tidak perlu memperhatikan besarnya dividen yang
harus dibagikan.
2. Jika perusahaan menganut bird-in-the-hand theory maka perusahaan harus
membagi seluruh EAT (Earning After Tax) dalam bentuk dividen.
3. Jika manajemen cenderung mempercayai tax preference theory maka
perusahaan harus menahan seluruh keuntungan atau dengan kata lain
DPR=0%.
Yan Arsyah (1999) menyatakan bahwa kemampuan perusahaan untuk
membagikan dividen kepada para pemegang saham terbatas tidak sebesar jumlah laba
yang ditahan saja, dimana dividend irrelevance theory menyebutkan bahwa kebijakan
dividen perusahaan tidak relevan dalam mempengaruhi nilai perusahaan, dengan kata
lain bahwa kebijakan dividen suatu perusahaan tidak berpengaruh terhadap
kemakmuran pemegang saham. Nilai perusahaan ditentukan oleh earnings power dari
aset perusahaan dan risiko bisnis perusahaan.
16
Dua teori yang lain dapat membantu untuk memahami kebijakan dividen
adalah Brigham (2001):
1. Information content or signaling hypothesis
Di dalam teori ini M-M berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang di atas
kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa
manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang
akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan atau kenaikan dividen yang dibawah
kenaikan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan
menghadapi masa sulit di masa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan
apakah kenaikan atau penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan
dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin disebabkan oleh
efek sinyal dan preferensi terhadap dividen.
2. Clientele effect
Yang menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi
yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang
membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai suatu Devidend Payout Ratio
(DPR) yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan
uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih
perusahaan.
Dengan demikian kebijakan dividen merupakan keputusan pembayaran
dividen yang mempertimbangkan maksimalisasi harga saham saat ini dan periode
mendatang. Dalam penentuan besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan ada
perusahaan yang sudah merencanakan dengan menetapkan target Devidend Payout
Ratio didasarkan atas perhitungan keuntungan yang diperoleh setelah dikurangi pajak.
17
Untuk dapat membayar dividen dapat dibuat suatu rencana pembayarannya. John
Lintner (1956: 97-133) menjelaskan bahwa:
1. Perusahaan mempunyai target Devidend Payout Ratio jangka panjang
2. Manajer memfokuskan pada tingkat perubahan dividen dari pada tingkat
absolut.
3. Perubahan dividen yang meningkat dalam jangka panjang, uantuk menjaga
penghasilan. Perubahan penghasilan yang sementara tidak untuk
mempengaruhi Devidend Payout Ratio.
4. Manager bebas membuat perubahan deviden untuk keperluan cadangan.
Penentuan besarnya Devidend Payout Ratio akan menentukan besar
kecilnya laba yang ditahan. Setiap ada penambahan laba yang ditahan berarti
ada penambahan modal sendiri dalam perusahaan yang diperoleh dengan biaya
murah.
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi
Dividen merupakan hak pemegang saham biasa (common stock) untuk
mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memutuskan untuk
membagi keuntungan dalam dividen, semua pemegang saham biasa mendapatkan
haknya yang sama. Pembagian dividen untuk saham biasa dapat dilakukan jika
perusahaan sudah membayar dividen untuk saham preferen (Jogiyanto, H.M, 1998:
pp. 58).
Dividen adalah keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada para
pemegang saham. Cadangan yang dimbil dari EAT dilakukan sampai cadangan
mencapai minimal dua puluh persen dari modal yang ditempatkan. Modal yang
18
ditempatkan adalah modal yang disetor penuh ditambah dengan modal yang belum
disetor sehubungan dengan penerbitan saham baru. Keputusan mengenai jumlah laba
yang ditahan dan dividen yang akan dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Perusahaan dalam menetapkan kebijakan dividen dipengaruhi oleh beberapa
factor. Faktor yang mempengaruhi besarnya dividen telah banyak dikemukakan para
ahli. James Van Horne dan Marchowicz menyebutkan factor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen adalah peraturan hukum, kebutuhan pendanaan
perusahaan, likuiditas, kemampuan untuk meminjam, batasan-batasan dalam
perjanjian hutang dan pengendalian. Agus Sartono memberikan pendapat tentang
pertimbangan menetapkan dividen adalah kebutuhan dana perusahaan, likuiditas,
kemampuan meminjam, keadaan pemegang saham, stabilitas dividen. Sedangkan
menurut Mamduh Hanafi, beberapa factor yang mempengarui kebijakan dividen
adalah kesempatan investasi, profitabilitas dan likuiditas, akses ke pasar keuangan,
stabilitas pendapatan, pembatasan-pembatasan (Salwa, 2008)
Sawidji Widoadmodjo (1996) juga menyatakan bahwa dividen adalah bagian
laba yang diberikan emiten kepada para pemegang saham, baik dalam bentuk dividen
tunai (DPS) dan dividen saham (stock dividend). Dividen tunai (DPS) merupakan
dividen yang dibayar oleh emiten kepada para pemegang saham secara tunai untuk
setiap lembarnya (dividend per share). Sedangkan dividen saham (stock dividend)
merupakan dividen yang dibayar atau dibagi dalam bentuk saham, yang
diperhitungkan untuk setiap lembarnya (Sawidji Widoadmodjo, 1996: pp. 49-50).
Sementara Robbert Ang (1997) menyatakan bahwa terdapat 7 (tujuh) rasio
pasar (market ratios) yang menunjukkan informasi penting perusahaan yang
19
diungkapkan dalam basis per saham. Ke-tujuh rasio pasar tersebut meliputi: dividend
yield, dividend per share, earnings per share, dividend pay out ratio, price earning
ratio, book value per share, dan price to book value.
Robbert Ang (1997) juga menyatakan bahwa dividen tunai (DPS) merupakan
dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Sedangkan dividen saham (stock
dividend) merupakan dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi
tertentu. Nilai dari suatu dividen tunai sesuai dengan nilai tunai yang diberikan,
sedangkan nilai suatu dividen saham dapat dihitung dengan rumusan sebagai berikut:
Vd = (Ps / Rd); dimana Vd adalah nilai suatu dividen saham per lembar saham (value
of stock dividend per share), Ps merupakan harga wajar dividen saham (declaration
price), dan Rd adalah rasio dividen saham (stock dividend ratio). Harga wajar dividen
saham merupakan harga yang diputuskan di dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS), dan merupakan harga penutupan yang tersedia sebelum RUPS yang akan
memutuskan dividen saham (umumnya pada sesi terakhir hari bursa sebelumnya atau
sesi terakhir sebelum RUPS dimulai).
Dividen per share dapat dihitung dengan rumus :
3) Return on Investment (ROI)
Return on investment diukur dari profitabilitas/ laba bersih setelah pajak
(earning after tax) terhadap total investasinya yang mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam penggunaan investasi yang digunakan untuk operasi perusahaan
dalam rangka menghasilkan profitabilitas perusahaan. Partington (1989: pp.169)
menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor terpenting yang dipertimbangkan
20
oleh manajemen dalam kebijakan dividen (dalam hal ini PS), demikian pula investasi
yang diukur dari aktiva (bersih) operasi. Aktiva (bersih) operasi merupakan aktiva
operasional setelah dikurangi dengan penyusutan (depresiasi) aktiva tetap yang
diperhitungkan.
ROI (salah satu ukuran profitabilitas) juga merupakan ukuran efektifitas
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva tetap yang
digunakan untuk operasi. Semakin besar ROI menunjukkan kinerja perusahaan yang
semakin baik, karena tingkat kembalian investasi (return) semakin besar. Seperti
diuraikan sebelumnya, bahwa return yang diterima oleh investor dapat berupa
pendapatan dividen dan capital gain. Dengan demikian meningkatnya ROI juga akan
meningkatkan pendapatan dividen, dengan kata lain hubungannya adalah positif
(Mamduh,2004.hal 375)
Secara matematis ROI dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Kedua variabel yang digunakan untuk mengukur ROI tersebut (EAT dan total
investasi aktiva operasi) tercermin dalam laporan keuangan tahunan, dimana besarnya
EAT diperoleh dari laporan laba rugi, sedangkan total investasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah total aktiva tetap (bersih) yang digunakan untuk aktivitas
operasi perusahaan yang tercermin dalam laporan neraca (sisi aktiva/ asset). Investasi
yang diukur dari aktiva tetap (bersih) operasi ini didasarkan pada isi literatur (teoritis)
dan praktis yang digunakan oleh Partington (1989) untuk memprediksikan besarnya
pembayaran dividen (DPS).
21
4) Cash Ratio
Cash ratio merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas (liquidity ratio)
yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya
(current liability) melalui sejumlah kas (dan setara kas, seperti giro atau simpanan
lain di bank yang dapat ditarik setiap saat) yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi
cash ratio menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar)
kewajiban jangka pendeknya. (Brigham, 2001: p.p.211). Dengan semakin
meningkatnya cash ratio juga dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk
membayar dividen (DPS) yang diharapkan oleh investor.
Secara matematis cash ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kas dan equivalennya dalam persamaan tersebut menunjukkan besarnya kas
dan setara kas (giro dan simpanan lain yang pengambilannya tidak dibatasi oleh
waktu) yang tercermin dalam neraca (sisi assets/ current assets). Sedangkan current
liability menunjukkan jumlah kewajiban jangka pendek perusahaan yang tercermin
dalam neraca (sisi liability/ current liability).
5) Current Ratio
Current ratio juga merupakan salah satu ukuran rasio likuiditas (liquidity
ratios) yang dihitung dengan membagi aktiva lancar (curent assets) dengan hutang/
kewajiban lancar (current liability). Semakin besar current ratio menunjukkan
semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendeknya (termasuk di dalamnya kewajiban membayar DPS yang terutang).
Sebagaimana cash ratio, maka tingginya current ratio juga menunjukkan keyakinan
22
investor terhadap terhadap kemampuan perusahaan membayar dividen yang
dijanjikan (Brigham, 2001 hal.95)
Secara matematis current ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Kedua rasio likuiditas tersebut menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Dipisahkannya kedua rasio
likuiditas ke dalam cash ratio dan current ratio dimaksudkan untuk mengetahui mana
yang lebih berpengaruh terhadap pendapatan dividen per lembar saham (dividend per
share).
6) Debt to Equity Ratio
Rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik menutupi
utang-utang kepada pihak luar. Rasio ini sering disebut rasio leverage untuk
mengukur solvabilitas, karena bagi pemegang saham atau manajemen rasio ini
sebaiknya besar. Semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana
yang harus disediakan, karena perusahaan haru membayar bunga pinjaman yang
selanjutnya akan mengurangi besarnya laba prusahaan, sehingga pada akhirnya akan
mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham.Bambang
Riyanto menyebutkan bahwa hubungan DER dengan pembayaran dividen adalah
negative ( Bambang Riyanto,2001 hal 267). Secara matematis DER dapat dirumuskan
sebagai berikut:
23
7) Net Profit Margin
Margin laba (profit margin) adalah rasio atau angka yang menunjukkan berapa
besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. NPM
merupakan salah satu ukuran menunjukkan profitabilitas Perusahaan dengan
margin laba yang rendah mungkin akan mendapatkan tingkat pengembalian yang
lebih tinggi atas investasi pemegang sahamnya karena adanya penggunaan
leverage keuangan (Brigham, 2001 hal. 107) Rumus yang digunakan untuk
mencari angka atau rasio ini adalah dengan membagi pendapatan bersih yang
dihasilkan perusahaan dengan penjualan yang dilakukan perusahaan dalam
periode waktu tertentu.
8) Earnings Per Share (EPS)
Pendapatan per lembar saham (earning per share) merupakan total
keuntungan yang diperoleh investor untuk setiap lembar sahamnya. Total keuntungan
tersebut diukur dari rasio antara laba bersih setelah pajak (earnings after tax - EAT)
terhadap jumlah lembar saham yang beredar (outstanding share). Laba bersih yang
diperhitungkan tersebut setelah dikurangi dengan dividen untuk para pemegang
saham prioritas/ minoritas (preffered stock).
EPS merupakan ukuran profitabilitas perusahaan, sebagaimana dikatakan
Mamduh hanafi bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan pembayarn
dividen, karena semakin besar keuntungan bersih maka akan semakin besar pula
dividen yang akan dibagikan (hubungannya positif)
24
Secara matematis EPS dapat dirumuskan sebagai berikut: (Ang, 1997)
Semakin besar earning after tax maka pendapatan DPS per lembar saham
(DPS per share) yang akan diterima oleh para pemegang saham biasa (common stock)
juga semakin besar. Hal tersebut dengan asumsi jika dividen bagi para pemegang
saham minoritas dan jumlah saham yang beredar (saham biasa) relatif tetap.
9) Pertumbuhan Asset
Asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan. Semakin besar asset diharapkan semakin besar hasil operasional yang
dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi
akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan
meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditor) terhadap perusahaan, maka proporsi
hutang semakin lebih besar daripada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada
keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh
besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Robert Ang,1997).
Teori free cash flow hypothesis yang disampaikan oleh Jensen (1986)
menyebutkan bahwa perusahaan dengan kesempatan pertumbuhan yang lebih tinggi
memiliki free cash flow yang rendah karena sebagian besar dana yang ada digunakan
untuk investasi pada proyek yang memiliki nilai NPV yang positif. Manajer dalam
bisnis perusahaan dengan memperhatikan pertumbuhan lebih menyukai untuk
menginvestasikan pendapatan setelah pajak dan mengharapkan kinerja yang lebih
baik dalam pertumbuhan perusahaan secara keseluruhan (Charitou dan Vafeas, 1998).
Menurut teori residual dividend, perusahaan akan membayar dividennya jika hanya
25
tidak memiliki kesempatan investasi yang menguntungkan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara pertumbuhan dan
pembayaran dividen. Secara matematis pertumbuhan perusahaan (growth) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
10) Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan (size) adalah ukuran perusahaan berhubungan dengan
peluang dan kemampuan untuk masuk ke pasar modal dan jenis pembiayaan
eksternal lainnya. Menurut Agus Sartono (2001, hal 293), perusahaan yang semakin
besar akan memiliki akses yang lebih baik di pasar modal. Kemampuan meminjam
yang lebih besar, fleksibilitas yang lebih besar akan memperbesar kemampuan
membayar dividen. Hal ini menunjukkan hubungan dividen dan ukuran perusahaan
adalah positif
Suatu perusahaan besar dan mapan akan mudah untuk menuju ke pasar
modal. Karena kemudahan untuk berhubungan dengan pasar modal maka berarti
fleksibilitas lebih besar dan kemampuan untuk mendapatkan dana dalam jangka
pendek, perusahaan besar dapat mengusahakan pembayaran dividen yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan kecil. Ukuran untuk menentukan ukuran perusahaan
adalah dengan log natural dari net sales (Hatta, 2002). Secara matematis ukuran
perusahaan (size) dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ukuran Perusahaan = Ln of Net Sales
26
c. Kerangka Pemikiran
Gambar 2
Berdasarkan model pada gambar 2 tersebut menunjukkan bahwa variabel
independen terdiri dari ROI (X1), Cash Ratio (X2), Current Ratio (X3), NPM (X4),
DER (X5), EPS (X6), Pertumbuhan Asset (X7) dan Ukuran Perusahaan (X8) serta
variabel dependennya dividen per lembar saham (dividend per share) (Y).
27
ROI
DER
EPS
Cash Ratio
Pertumbuhan Asset
Ukuran Perusahaan
Current RatioDPS
NPM
6. Perumusan Hipotesis
Dengan mengacu pada rumusan masalah, telaah pustaka, beberapa hasil
penelitian dan penjelasan dari faktor-faktor yang mempengaruhi dividend per share,
maka dapat diajukan delapan hipotesis alternatif sebagai berikut:
H1 : ROI, Cash Ratio, Current Ratio, NPM, DER, EPS, pertumbuhan asset dan
ukuran perusahaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap dividend
per share
H2 : ROI, Cash Ratio, Current Ratio, NPM, DER, EPS, pertumbuhan asset dan
ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap dividend
per share
7. Tempat dan Metode Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia.
b. Metode Penelitian
1) Desain Penelitian
Desain penelitian dalam penelitian ini meliputi :
a) Tujuan Studi
Tujuan studi pada penelitian ini adalah penelitian terapan dan
berdasarkan tingkat eksplanasinya maka penelitian ini merupakan
penelitian asosiatif pada perusahaan manufaktur di BEI.
28
b) Hubungan antar variabel
Tipe hubungan antar variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah
tipe hubungan kausal atau hubungan yang bersifat sebab akibat.
Variabel independennya yaitu rasio keuangan, pertumbuhan asset dan
ukuran perusahaan, sedangkan variabel dependennya yaitu dividen
per share.
c) Setting Penelitian
Setting penelitian adalah suatu studi empiris yang datanya didapat dari
laporan keuangan perusahaan manufaktur di BEI dari tahun 2004-
2007 dalam ICMD.
d) Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur di
BEI periode 2004-2007.
e) Horison waktu dan skala pengukuran
Data yang diperoleh merupakan data time series yaitu dari tahun
2004-2007. Skala yang digunakan adalah skala rasio.
f) Metode pengujian data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan regresi linier
berganda.
2) Operasionalisasi Variabel
Variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari 8
variabel independen yaitu ROI, Cash Ratio, Current Ratio, NPM, DER, EPS,
Pertumbuhan Asset dan Ukuran Perusahaan, serta satu variabel dependen yaitu
29
DPS. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini, diringkas dalam tabel
berikut
Tabel 3
Definisi Operasional Variabel
N
OVARIABEL DEFINISI INDIKATOR SKALA
1ROI
Perbandingan antara Earning
after tax terhadap total investasiEAT dan TOTAL ASSET RASIO
2
Cash Ratio
Perbandingan antara kas dan
setara kas terhadap current
liability
KAS dan CURRENT
LIABILITYRASIO
3 Current
Ratio
Perbandingan antara current
assets terhadap current liability
CURRENT ASSET dan
CURRENT LIABILITYRASIO
4NPM
Perbandingan antara Earning
after tax terhadap penjualanEAT dan SALES RASIO
5
DER
Perbandingan antara total hutang
dengan modal sendiri perusahaan
manufaktur di BEI
TOTAL DEBT dan TOTAL
EQUITYRASIO
6
EPS
Perbandingan antara laba bersih
setelah pajak terhadap jumlah
lembar saham
EAT dan JUMLAH
SAHAMRASIO
7
Pertumbuhan
Asset
Perbandingan antara total asset(t)
sekarang dikurangi dengan total
asset sebelumnya (t-1) terhadap
total asset sebelumnya (t-1)
TOTAL ASSET TAHUN
INI dan TOTAL ASSET
TAHUN SEBELUMNYA
RASIO
8 Ukuran
PerusahaanNatural Logarithm dari net sales NET SALES RASIO
9
DPS
Besarnya dividen yang
dibayarkan dibandingkan dengan
jumlah saham yang beredar
DIVIDEN dan JUMLAH
SAHAMRASIO
Dari berbagai sumber
30
3) Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang
sahamnya terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Sesuai dengan publikasi ICMD
tahun 2006 dan 2007 menunjukkan bahwa jumlah perusahaan manufaktur yang
terdaftar pada periode 2004-2007 sejumlah 176 emiten yang dikelompokkan
dalam 20 kelompok sub-industry.
Adapun teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling
berdasarkan kriteria : (1) saham perusahaan yang selalu terdaftar pada periode
tahun 2004-2007; dan (2) perusahaan yang selalu membagikan dividen pada
periode tahun 2004-2007. Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh 20
perusahaan sebagai sampel penelitian.
4) Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan terutama dengan dengan cara
studi documenter dari Indonesian Capital Market Directory 2006 dan 2007.
Data keuangan diambil dari Indonesian Capital Market Directory 2006 dan
2007.Untuk kepentingan analisis maka digunakan pooling data (data pooled )
selama 4 tahun dari perusahaan sampel.
5) Metode analisis
a. Pengujian Asumsi Klasik
Karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk
menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa
asumsi klasik yang mendasari model regresi. Pengujian asumsi klasik
31
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas,
multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi yang secara rinci
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1). Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio
skewness yang mendasarkan pada besarnya rasio untuk melihat nilai
kemiringan (skewness). Rasio skewness dihitung dengan rumus
sebagai berikut: (Imam Ghozali, 2004)
Jika rasio skewness berada di antara –2 sampai dengan +2, maka
distribusi data adalah normal.
2). Multikolinearitas
Pengujian asumsi kedua adalah uji multikolinearitas
multicollinearity) antar variabel-variabel independen yang masuk
kedalam model. Metode untuk mendiagnose adanya multicollinearity
dilakukan dengan uji Variance Inflation Factor (VIF) yang dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Jika VIF lebih besar dari 5, maka antar variabel bebas (independent
variable) terjadi persoalan multikolinearitas (Imam Ghozali, 2004)
3). Heteroskedastisitas
32
Pengujian ketiga adalah heteroskedastisitas (heteroscedasticity)
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas dengan
Glejser test yang dihitung dengan rumus: (Imam Ghozali, 2004)
[ei] = β1Xi + vi
dimana:
ei : residuals
Xi : variabel independen yang diperkirakan mempunyai hubungan erat
dengan variance (δi2); dan
vi : unsur kesalahan.
Jika secara statistik ditemukan hubungan yang signifikan, maka bisa
disimpulkan bahwa terdapat heteroskedastisitas dalam varian
kesalahan; demikian sebaliknya.
4). Autokorelasi
Pengujian asumsi klasik ke-empat dalam model regresi linier adalah
ada tidaknya autokorelasi (autocorrelation). Untuk menguji
keberadaan autocorrelation dalam penelitian ini digunakan metode
Durbin-Watson test (Gujarati, 1993: pp. 216), dimana angka-angka
yang diperlukan dalam metode tersebut adalah dl (angka yang
diperoleh dari tabel DW batas bawah), du (angka yang diperoleh dari
tabel DW batas atas), 4 – dl, dan 4 – du. Jika nilainya mendekati 2
maka tidak terjadi autokorelasi, sebaliknya jika mendekati 0 atau 4
terjadi autokorelasi (+/-).
33
b. Teknik Analisis
Untuk menguji hipotesis tentang kekuatan variabel penentu
(independen variabel) terhadap DPS, dalam penelitian ini digunakan
analisis regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil (OLS)
dengan model dasar sebagai berikut:
DPS = a + b1 ROI + b2 Cash Ratio + b3 Current Ratio + b4 DER + b5 NPM +
b6EPS + b7 Pertumbuhan Asset + b8 Ukuran Perusahaan + e;
DPS : Rasio antara total dividen yang dibagikan terhadap jumlah
saham yang beredar (outstanding share);
ROI : Rasio Laba Bersih Setelah Pajak (EAT) terhadap Total
Investasi;
Cash Ratio : Rasio kas dan setara kas terhadap hutang lancar (jangka
pendek);
Current Ratio : Rasio kas dan setara kas terhadap hutang lancar (jangka
pendek);
NPM : Rasio antara EAT terhadap penjualan
DER : Rasio antara total hutang (total debt) terhadap total ekuitas
(total equity);
EPS : Rasio antara earning after tax terhadap jumlah saham
beredar (outstanding share);
Pertumb Asset: Rasio antara total aset (t) sekarang dikurangi dengan total
asset sebelumnya (t-1) terhadap total asset sekarang (t)
Uk. Perusahaan: Natural logarithm dari total asset;
e : variabel residual.
34
Besarnya konstanta tercermin dalam “a”, dan besarnya koefisien
regresi dari masing-masing variable independen ditunjukkan dengan b1, b2, b3,
b4, b5 , b6, b7 dan b8. Kedelapan variabel bebas tersebut merupakan faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap DPS (sebagai variabel dependen)
Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Uji signifikansi (pengaruh nyata) variabel independen (Xi) terhadap variabel
dependen (Y) baik secara parsial maupun secara bersama-sama dilakukan
dengan uji statistik t (t-test) dan uji F (F-test).
a. Uji t-statistik
Uji keberartian koefisien (bi) dilakukan dengan statistik-t (student-t).
Hal ini digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial dari
variabel independennya. Adapun hipotesis dirumuskan sebagai
berikut:
H1 : bi ≥ 0; artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
independen Xi terhadap variabel dependen (Y).
Nilai t-hitung dapat dicari dengan rumus:
Jika t-hitung > t-tabel (α, n – k – 1), maka Ho ditolak; dan
Jika t-hitung < t-tabel (α, n – k – 1), maka Ho diterima.
35
b. Uji F-statistik
Uji ini digunakan untuk menguji keberartian pengaruh dari seluruh
variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.
Hipotesis ini dirumuskan sebagai berikut:
H1 : b1 ,b2 ,b3,b4, b5, b6, b7, b8≥ 0
Artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari
variabel independen (X1 s/d X8) terhadap variabel dependen (Y).
Nilai F-hitung dapat dicari dengan rumus:
Jika Fhitung > F-tabel (a, k – 1, n – k), maka Ho ditolak; dan
Jika Fhitung < F-tabel (a, k – 1, n – k), maka Ho diterima.
36
ECFIN. 2006. Indonesia Capital Market Dirctory 2006. Jakarta: ECFIN.———. 2007. Indonesia Capital Market Dirctory 2007. Jakarta: ECFIN.Ghozali, Imam. 2004. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS Edisi Kedua. Yogyakarta: Universitas Diponegoro.Gujarati, Damodar dan Sumarno Zain. 1993. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga.Tjahjono, Setijo. Analisa Pengaruh Pengelolaan Perusahaan yang Baik terhadap KebijaksanaanPembayaran Dividen dan Nilai Perusahaan.”2006. Universitas Brawijaya: Program DoktorIlmu Ekonomi Kekhususan Sains Akuntansi.Van Horne, James C. dan Maranus Sinaga. 1994. DasarDasarManajemen Keuangan Jilid 2.Jakarta: Penerbit Erlangga.Wardani, Laila. 2005. Pengaruh Biaya Agency terhadap Kebijakan Dividen pada PerusahaanManufaktur yang Listed di Bursa Efek Jakarta. JRM Vol.5 No.1: 20 – 37.Wirachman, Tutang. “Analisis Pengaruh GDP, Laju Inflasi, Bunga SBI, dan Kurs US$ terhadap ImbalHasil Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta dalam Rentang Waktu
Tahun 1997 – 2001.” www.google.co.id. (27 Desember 2006).
Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan & Pasar Modal. Yogyakarta: Penerbit Ekonisia.Daryatno, Arief. “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, KebijakanHutang dan DPR Terhadap Penciptaan Nilai Perusahaan : Sebuah Perspektif Teori Keagenan“www.google.co.id. (8 November 2006).Dewi, Ike Janita. 2004. Aksi Teori dalam Praktik Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Penerbit AmaraBooks.ECFIN. 2002. Indonesia Capital Market Dirctory 2002. Jakarta: ECFIN.———. 2005. Indonesia Capital Market Dirctory 2005. Jakarta: ECFIN.Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS Edisi Kedua. Yogyakarta:Universitas Diponegoro.Gujarati, Damodar dan Sumarno Zain. 1978. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Penerbit Erlangga.Husnan, Suad, dkk. 2002. Bunga Rampai Kajian Teori Keuangan. Yogyakarta: BPFE.Ismiyanti, Fitri dan Mamduh M.Hanafi. 2004. Struktur Kepemilikan, Risiko, dan KebijakanKeuangan: Analisis Persamaan Simultan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol.19 No.2:176 – 196.Kania, Sharon L. and Frank W.Bacon. ”What Factors Motivate The Corporate Dividend Decision?.”www.google.co.id. (28 Oktober 2006).Li, Ching Chun. 1981. Path Analysis. California: Pacific Grove.McClure, Ben. “Value By The Book”. 2003. www.google.co.id. (27 Desember 2006).Putra, Gusti Raizal Eka. ”Analisis Pengaruh RasioRasio
37
Keuangan Bank Go Public Terhadap HargaSaham: Suatu Studi Pada BankBankGo Public Di Bursa Efek Jakarta (BEJ).” www.google.co.id.(27 Desember 2006).Santosa, Purbayu Budi dan Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excel & SPSS.Yogyakarta: Penerbit Andi.Setiawan, Agus. 2002. Cara Mudah Menghitung PPh Badan dengan UndangUndangPajak Terbaru.Yogyakarta: Penerbit Andi.Sofyan, Marcus Taufan. “Pengaruh Penerapan Sistem Administrasi Perpajakan Modern TerhadapKepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Kantor WilayahDirektorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar.” 2000. www.google.co.id. (6 Februari 2006).Sudayat, Bambang. “Analisis terhadap FaktorFaktoryang Mengendalikan Nilai Perusahaan.”www.google.co.id. (27 Desember 2006).Suhaedi, Wirawan dan Diswandi. “Pengaruh Earning Per Share, Dividend Per Share, dan Suku BungaSBI terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur yang Telah Memasyarakatkan Sahamnyapada Bursa Efek Jakarta.” 2005. Universitas Mataram: Fakultas Ekonomi.Sumani. ”Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal serta Struktur Keuangan dan DividendPayout Ratio terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.” 2005.www.google.co.id. (28 Oktober 2006).Sumodiningrat, Gunawan. 2002. Ekonometrika Pengantar. Yogayakarta: BPFE.Taswan. 2003. Analisis Integrasi Strategis di LIK dan Dividen terhadap Nilai Perusahaan sertaFaktorFaktoryang Mempengaruhinya.” 2005. www.google.co.id. (28 Oktober 2006).Tjahjono, Setijo. Analisa Pengaruh Pengelolaan Perusahaan yang Baik terhadap KebijaksanaanPembayaran Dividen dan Nilai Perusahaan.”2006. Universitas Brawijaya: Program DoktorIlmu Ekonomi Kekhususan Sains Akuntansi.Van Horne, James C. dan Maranus Sinaga. 1994. DasarDasarManajemen Keuangan Jilid 2.Jakarta: Penerbit Erlangga.Wardani, Laila. 2005. Pengaruh Biaya Agency terhadap Kebijakan Dividen pada PerusahaanManufaktur yang Listed di Bursa Efek Jakarta. JRM Vol.5 No.1: 20 – 37.Wirachman, Tutang. “Analisis Pengaruh GDP, Laju Inflasi, Bunga SBI, dan Kurs US$ terhadap ImbalHasil Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Jakarta dalam Rentang Waktu
Tahun 1997 – 2001.” www.google.co.id. (27 Desember 2006).
Atika Jauhari Hatta. 2002. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen:Investifasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI. Vol.6. No.2. Desember.
38
2002Allen, F and Michaely, R, 2001, Payout Policy, Financial Institution CenterAng, Robert, 1997. Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia. Mediasoft IndonesiaAtul,K Saxena, 1995, “Determinant of Dovidend Payout Policy: Regulated VersusUnregulated Firms, The Journal of Finance.Barker , Richard G, 1999, “Survey and Market-based Evidence of Industrydependencein Analysts’Preferences Between the Dividend Yield andPrice-earnings Ratio Valution Models”. Journal of Finance &Accounting 26 (3) & (4) , 0306-686X: 393-416Chosh, Chinmoy dan Woolridge, J Randall, 1988). “An Analysis of ShareholdersReaction to Dividend Cuts and Omission”. The Journal of FinanceResearch.Crutchley, Claire E., and Hansen, Robert S. (1989). “A test of the Agency Theoryof Managerial Ownership, Corporate Leverage, and CorporateDividend”. Financial ManagementEdi Susanto (2002), Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi kebijakanDividen, Tesis Yang Tidak Dipublikasikan.Fabozzi, Frank J. (1999). Manajemen Investasi . Salemba empat dan Simon &Schuster (Asia) Pte.Ltd.Prentice-hall.Hair Joseph F; Anderson Rolph E; Tatham Ronald L; and Black William C.(1998). Multivariate Data Analysis . Fifth Edition. Prentice-HallInternational, Inc.Hatta, Atika J, (2002), Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen:Investifasi Pengaruh Teori Stakeholder. JAAI. Vol.6. No.2. Desember.2002Imam Ghozali, 2004, Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS,Badan Penerbit UNDIP, Semarang.60Jogiyanto.1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi . BPFE UGM:YogjakartaMollah, A., Sobur and Keasen, K, 2000, “The Influence of Agency Cost onDividend Policy in an Emerging Market: Evidence from The DhakaStock Exchange”. Journal of Financial and Quantitative AnalysisParthington. 1989. Dividend Policy: Case Study Australian Capital Market.Journal of Finance: 155-176.Sawidji Widoadmodjo. (1996). Cara Sehat Investasi di Pasar Modal. PTJurnalindo Aksara Grafika,Jakarta.Singgih Santoso. (1999). SPSS ( Statistical Product and Service Solutions).Penerbit PT. Elex Media Komputindo-Kelompok Gramedia .Jakarta.Suad Husnan. 1998. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. UPPAMP YKPN: YogjakartaSunarto dan Andi Kartika. 2003. Analisis Faktor-Faktor Yang MempengaruhiDividen per share di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Bisnis dan Ekonomi,Vol. Maret, 2003. hal.67-82Widodo, Farkhan (2002), Analisis Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Dividen Per Share, Tesis Yang Tidak Dipublikasikan
39
40