Upload
ufia-arba-dzukhron
View
23
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Proposal Tugas Akhir perancangan jalan dan jembatan teknik sipil pnj
Citation preview
PROPOSAL TUGAS AKHIR
PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG TIPE I
UNTUK JEMBATAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 2015
Disusun untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan program S1-Terapan
Politeknik Negeri Jakarta
Disusun oleh :
UFIA ARBA DZUKHRON 4111010024
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN
JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
DEPOK
2015
HALAMAN PERSETUJUAN
JUDUL TUGAS AKHIR :
PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG TIPE I
UNTUK JEMBATAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 2015
Diajukan oleh :
Mahasiswa
UFIA ARBA DZUKHRON
NIM. 4111010024
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Andi Indianto Drs., S.T., M.T.
NIP. 19610928 1987031 002
Mengetahui dan Menyetujui
Ketua KPK Struktur KPS S1 Terapan Perancangan Jalan
dan Jembatan
Amalia S.Pd., S.ST., M.T. Eva Azhra Latifa S.T., M.T.
NIP. 19740131 1998022 001 NIP. 19620507 1986032 003
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................... i
I. LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1
II. PERUMUSAN MASALAH ................................................................................... 2
III. TUJUAN .............................................................................................................. 2
IV. BATASAN MASALAH ......................................................................................... 3
V. STUDI PUSTAKA ................................................................................................ 3
V.I. Keuntungan Beton Prategang .................................................................. 4
V.II. Beton .......................................................................................................... 5
V.III. Tulangan Prategang ................................................................................. 6
V.IV. Penampang Girder Prategang ................................................................. 9
V.V. Daerah Aman Kabel ............................................................................... 10
V.VI. Perangkat Pengangkuran ...................................................................... 12
V.VII. Dongkrak ................................................................................................ 13
V.VIII. Kehilangan Prategang ............................................................................ 15
V.IX. Perencanaan Berdasarkan Batas Layan ................................................ 21
V.X. Perencanaan Balok Terhadap Geser ..................................................... 24
V.XI. Tulangan End Zone ................................................................................ 27
V.XII. Lendutan dan Camber ........................................................................... 28
V.XIII. Microsoft Visual Studio .......................................................................... 29
V.XIV. Flowchart ................................................................................................ 35
VI. METODOLOGI TUGAS AKHIR ....................................................................... 37
VII. SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................................. 38
VIII. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39
IX. RENCANA KEGIATAN TUGAS AKHIR ............................................................ 42
1
PROPOSAL TUGAS AKHIR
PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG TIPE I
UNTUK JEMBATAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 2015
I. LATAR BELAKANG
Jembatan adalah suatu bangunan struktural yang digunakan untuk melewatkan
orang atau kendaraan diatas dua daerah/kawasan atau ruang yang terpisah oleh
sungai, lembah, jurang, jalan atau hambatan fisik lainnya (Direktorat Jenderal
Bina Marga). Material yang dapat digunakan dalam perencanaan struktur
jembatan salah satunya adalah beton. Beton pada dasarnya memiliki kuat tekan
yang tinggi. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, struktur beton dapat
dikombinasikan dengan struktur baja dengan cara memberikan penegangan
pada struktur beton dengan menggunakan kabel baja, struktur beton ini
dinamakan struktur beton prategang. Struktur beton prategang saat ini lebih
dominan digunakan untuk jembatan jalan tol.
Perencanaan struktur beton prategang untuk jembatan di Indonesia dapat
mengacu pada Bina Marga dan dapat dihitung secara manual menggunakan
tabel, grafik dan rumus yang rumit dan panjang sehingga perhitungan struktur
beton prategang untuk jembatan membutuhkan waktu yang relatif lama dan
proses yang panjang. Dalam perhitungan struktur jembatan yang menggunakan
banyak variabel dan prosedur perhitungan yang panjang sehingga akan
memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Tidak jarang juga
hal ini dapat menyebabkan ketidaktelitian dalam perhitungan, oleh karena itu
perlu aplikasi komputer sebagai alat bantu hitung yang dapat membantu
mempercepat dan mempermudah dalam perhitungan.
Saat ini perencanaan beton prategang dalam perhitungannya masih dilakukan
secara manual maupun menggunakan Microsoft Excel, dan aplikasi beton
prategang yang digunakan Departemen Pekerjaan Umum sudah tidak didukung
oleh sistem operasi Windows 8 keatas. Sedangkan aplikasi analisis struktur seperti
2
SAP, Midas dan aplikasi analisis struktur beton prategang yang digunakan
Departemen Pekerjaan Umum belum mengakomodir/mencukupi perencanaan
beton prategang secara lengkap, dan perencanaan yang belum ada pada aplikasi
struktur yang sudah ada adalah trase kabel, penampang ujung, penampang
tengah, sebelum dan sesudah adanya lantai jembatan, jumlah dan diameter
selongsong, jumlah dan diameter tendon pada tiap selongsong, tipe angkur, tipe
dongkrak, tekanan compressor dongkrak, stroke dongkrak, tulangan end zone,
tulangan geser dan camber kondisi akhir.
Menanggapi permasalahan diatas, penulis melalui tugas akhir ini akan membuat
aplikasi perencanaan struktur beton prategang untuk jembatan jalan raya dengan
hasil output yang lengkap yang direncanakan akan menggunakan perhitungan
metode Bina Marga karena metode inilah yang menjadi standar di Indonesia.
Sedangkan aplikasi perencanaan struktur beton prategang untuk jembatan akan
dibuat dengan bahasa pemrograman Visual Basic 2015 pada aplikasi Visual
Studio 2015 karena bahasa pemrograman ini mudah dimengerti.
II. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :
1. Aplikasi perencanaan struktur beton prategang yang sudah ada seperti
SAP, Midas dan aplikasi beton prategang dari Departemen Pekerjaan
Umum belum mengakomodir/mencukupi output yang lengkap.
2. Aplikasi perencanaan struktur beton prategang yang sudah ada (seperti
yang digunakan Departemen Pekerjaan Umum) kurang komunikatif
karena output yang dihasilkan tidak dilengkapi dengan gambar-gambar
yang lengkap hasil hitungan.
III. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah :
1. Membuat alat bantu perencanaan struktur beton prategang tipe I untuk
jembatan jalan raya dengan output yang lengkap.
3
IV. BATASAN MASALAH
Dalam penyusunan tugas akhir diperlukan pembatasan-pembatasan masalah
sehubungan dengan keterbatasan dan kemampuan penyusun. Pembatasan
masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan alat bantu perencanaan struktur beton prategang tipe I ini
menggunakan Bahasa pemrograman Visual Basic 2015 pada aplikasi
Visual studio 2015.
2. Aplikasi perencanaan struktur beton prategang tipe I ini menghasilkan
output gambar yang lengkap yang mencakup trase kabel, penampang
ujung, penampang tengah, sebelum dan sesudah adanya lantai jembatan,
jumlah dan diameter selongsong, jumlah dan diameter tendon pada tiap
selongsong, tipe angkur, tipe dongkrak, tekanan compressor dongkrak,
stroke dongkrak, tulangan end zone, tulangan geser dan camber kondisi
akhir.
V. STUDI PUSTAKA
Beton lebih kuat dalam kondisi tekan, namun lemah dalam kondisi tarik.
Kekuatan tariknya bervariasi antara 8% (delapan persen) sampai 14% (empat
belas persen) dari kekuatan tekannya (Direktorat Jenderal Bina Marga).
Kekurangan material beton yang lemah dalam tariknya ini dapat diatasi dengan
memberikan tegangan tekan untuk mengimbangi atau mengurangi tegangan
tarik yang timbul pada bagian penampang akibat beban yang bekerja. Pemberian
tegangan tekan ini dilakukan dengan memasukkan kabel dari material jenis baja
mutu tinggi kedalam beton, kemudian setelah beton mengeras gaya di transfer ke
beton tersebut. Penampang beton yang terjadi bisa seluruhnya tertekan atau
hanya sebagian saja yang tertekan. Pengaplikasian prategang dapat ditunjukkan
dengan ilustrasi Gambar V-1.
Gambar V-1 Aplikasi prategang pada balok sederhana
4
Momen yang terjadi akibat beban mati dan beban hidup pada tengah bentang :
=1
8
2 +1
8
2
Keterangan :
= beban merata akibat beban mati
= beban merata akibat beban hidup
Tegangan akibat prategang (P)
1 =
Tegangan akibat momen (tegangan yang menekan serat atas adalah positif).
2 =
Dimana :
y = jarak dari titik berat penampang ke serat yang ditinjau
I = momen inersia penampang
A = luas penampang
Penampang beton yang diaplikasikan beban merata akibat beban mati dan beban
hidup akan menyebabkan momen ditengah bentang. Momen ini akan
menyebabkan serat bawah beton tertarik atau tegangan bernilai positif. Adapun
gaya prategang yang diaplikasikan pada beton ini menyebabkan penampang
beton tertekan atau bernilai negatif. Bila nilai tegangan dijumlahkan maka
tegangan pada serat bagian atas tertekan dan serat bagian bawah tegangan tarik
yang terjadi bisa sangat kecil atau mungkin negatif atau menjadi tekan.
V.I. Keuntungan Beton Prategang
Beberapa keuntungan dari struktur beton prategang adalah sebagai berikut
(Direktorat Jenderal Bina Marga):
5
1. Terhindar dari retak terbuka di daerah tarik, sehingga dengan demikian
beton prategang lebih tahan terhadap penetrasi klorida.
2. Lebih kedap air, sehingga air pada pelat jembatan tidak mudah meresap.
3. Dapat diperoleh defleksi struktur yang lebih kecil, dengan terbentuknya
lawan lendut (camber) dari konfigurasi layout kabel prategang sepanjang
elemen.
4. Penampang struktur lebih kecil/langsing, karena seluruh luas
penampang dapat digunakan secara efektif.
5. Memungkinkan bentang yang lebih panjang dibandingkan beton
bertulang.
6. Karena kabel prategang menggunakan mutu baja tinggi, sehingga
kapasitas penampangnya jauh lebih besar daripada tulangan biasa dengan
luas tulangan yang sama.
V.II. Beton
Beton yang digunakan untuk membuat elemen struktur beton prategang harus
mempunyai kuat tekan yang tinggi.
A. Mutu tinggi
Mutu beton yang biasa digunakan dalam perhitungan beton bertulang
adalah mutu beton normal sampai mutu beton tinggi. Beton mutu tinggi
adalah beton yang mempunyai kuat tekan silinder, fc melebihi 60 MPa,
sedangkan beton normal adalah beton dengan berat isi 2400 kg/m3, fc
antara 20 MPa sampai dengan 60 MPa. Adapun kekuatan beton untuk
struktur prategang disyaratkan tidak boleh kurang dari 30 MPa. (Standar
Nasional Indonesia, Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan)
B. Modulus elastisitas
Modulus elastisitas beton () nilainya tergantung mutu beton, besarnya
modulus elastisitas beton dipengaruhi oleh material dan proporsi
campuran beton. Nilai modulus elastisitas untuk beton adalah sebagai
berikut :
- = 1,5(0,043) dinyatakan dalam MPa; atau
- = 4700 dinyatakan dalam MPa; atau
6
- Ditentukan dari hasil pengujian (contoh kurva stress-strain beton dari
hasil pengujuan adalah seperti pada gambar V-2).
Gambar V-2 Kurva stress-strain beton
V.III. Tulangan Prategang
Kehilangan prategang akibat rangkak (creep) dan susut (shrinkage) pada beton
cukup besar, sehingga pemberian tegangan tekan pada beton akan lebih efektif
bila menggunakan baja mutu tinggi dengan kisaran lebih dari 1862 MPa
(Direktorat Jenderal Bina Marga). Strand baja dengan diameter 13 mm dan 15
mm dari VSL International Ltd seperti yang disajikan pada tabel V-2 juga dapat
digunakan.
7
Tabel V-1 Strand properties 13 mm dan 15 mm
A. Jenis tulangan prategang
Jenis tulangan prategang dapat berupa kawat tunggal atau gabungan
kabel yang dipilin membentuk strand seperti pada gambar V-3.
8
Gambar V-3 Jenis tulangan prategang strand (7-wires strand)
B. Kuat tarik
Kuat tarik baja prategang () harus ditentukan dari hasil pengujian atau
diambil sebesar mutu baja yang disebutkan oleh pabrikator berdasarkan
sertifikat pabrikasi yang resmi. Umumnya kuat tarik baja prategang
adalah seperti tabel V-3.
Tabel V-2 Tegangan masing-masing tulangan prategang
Jenis Material
Nominal
diameter Luas
Gaya putus
minimum
Tegangan tarik
minimum ()
mm mm2 kN MPa
Kawat (wire)
5 19.6 30.4 1550
5 19.6 33.3 1700
7 38.5 65.5 1700
7-wire strand
super grade
9.3 54.7 102 1860
12.7 100 184 1840
15.2 143 250 1750
7-wire strand
regular grade 12.7 94.3 165 1750
Bar
23 415 450 1080
26 530 570 1080
29 660 710 1080
32 804 870 1080
38 1140 1230 1080
9
C. Kuat tarik leleh ekivalen
Kuat leleh baja prategang () harus ditentukan dari hasil pengujian atau
dianggap sebagai berikut :
- Untuk kawat baja prategang : = 0,75
- Untuk semua kelas strand dan tendon baja bulat : = 0,85
V.IV. Penampang Girder Prategang
Pemilihan jenis penampang tergatung dari kebutuhan panjang bentang.
Adapun jenis penampang girder dari Wika Beton yang dapat digunakan
seperti ditunjukkan pada gambar V-4 dengan detil geometris penampang
seperti ditunjukkan pada tabel V-1.
Gambar V-4 Penampang girder beton dari Wika Beton
Tabel V-3 Detil geometris penampang AASHTO
Dalam menentukan penampang girder yang ingin digunakan, penampang girder
yang diperlukan dapat ditentukan dengan menggunakan gambar V-5.
10
Gambar V-5 Penentuan penampang girder beton prategang
V.V. Daerah Aman Kabel
Daerah aman kabel adalah daerah sepanjang balok dimana bila kabel
ditempatkan pada daerah tersebut tidak akan menyebabakan terjadinya tegangan
yang melebihi tegangan izinnya (baik tarik maupun tekan).
Maka nilai berada pada :
+
+
Daerah aman atas () dan bawah () didefinisikan sebagai berikut :
= +
= +
Hubungan limit kern dengan daerah aman kabel diperlihatkan pada gambar V-
6.
11
Gambar V-6 Daerah aman kabel
Beberapa bentuk tipikal dari daerah aman kabel adalah daerah aman kabel desain
normal seperti gambar V-7, daerah aman kabel desain optimum seperti gambar
V-8 dan daerah aman kabel yang menunjukan penampang tidak kuat seperti
pada gambar V-9.
Gambar V-7 Bentuk tipikal daerah aman kabel desain normal
Gambar V-8 Bentuk tipikal daerah aman kabel desain optimum (hanya ada satu solusi P dan e)
12
Gambar V-9 Bentuk tipikal daerah aman kabel penampang tidak kuat (preliminary)
V.VI. Perangkat Pengangkuran
Perangkat pengangkuran sering dibuat berdasarkan prinsip baji (pasak) dan
friksi. Dalam hal ini digunakan suatu alat pencengkeram sederhana, yang murah
dan dapat dilepas dengan cepat. Untuk spesifikasi perangkat angkur dan
selongsong yang dapat digunakan seperti pada gambar V-11, dan properti
angkur dari VSL international Ltd ditunjukan pada gambar V-10.
Gambar V-10 Properti angkur dari VSL International Ltd
13
Gambar V-11 Angkur
V.VII. Dongkrak
Dongkrak digunakan untuk aplikasi tarikan pada tendon-tendon. Dongkrak
hidrolik bekerja atas tekanan minyak yang dibangkitkan oleh pompa. Beban yang
diberikan pada dongkrak diukur melalui pembacaan tekanan dari suatu meteran
yang ditambahkan pada aliran minyak atau melaui sel beban terpisah. Untuk
spesifikasi dongkrak yang digunakan, dapat melihat gambar V-14. Sedangkan
untuk dongkrak dari VSL International Ltd spesifikasi untuk clearance dari
dongrak dapat dilihat pada gambar V-12 dan untuk detil stressing dongkrak
dapat dilihat pada gambar V-13.
14
Gambar V-12 Jack clearance requirements untuk jack dari VSL International Ltd
Gambar V-13 Stressing jack details untuk jack dari VSL International Ltd
15
Gambar V-14 Dongkrak
V.VIII. Kehilangan Prategang
Secara umum kehilangan prategang dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai
berikut :
1. Kehilangan prategang akibat friksi (pasca tarik saja)
Kehilangan tegangan akibat friksi antara tendon dan selongsong beton
sekitarnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut dengan
koefisien friksi dapat dilihat pada tabel V-7 :
= +
Keterangan :
= Tegangan baja prategang pada saat jacking sebelum seating
= Tegangan baja prategang dititik x sepanjang tendon
= Nilai dasar logaritmik natural naverian
= Koefisien friksi
= Perubahan sudut total dari profil layout kabel dalam radian
dari titik jacking
= Koefisien wobble
16
= Panjang baja prategang diukur dari jacking
Tabel V-4 Koefisien friksi untuk tendon pasca tarik
2. Kehilangan prategang akibat slip pengangkuran (anchorage seating)
Kehilangan prategang akibat slip angkur disebabkan oleh slipnya baji-baji
pada angkur saat gaya jacking ditransfer pada angkur. Besarnya slip
angkur tergantung pada angkur saat gaya jacking ditransfer pada angkur.
Besarnya slip angkur tergantung pada sistem prategang yang digunakan,
nilainya bervariasi antara 3 mm sampai 10 mm. Nilai 6 mm dapat
diasumsikan dalam perhitungan untuk pendekatan.
Kehilangan prategang yang terjadi akibat slip angkur dapat ditentukan
dengan pendekatan rumus sebagai berikut :
=2
=
Keterangan :
= kehilangan prategang akibat slip angkur
= Kehilangan akibat friksi pada jarak dari titik penarikan
= Panjang yang terpengaruh oleh slip angkur
= Jarak antara titik penarikan (jacking) dengan titik dimana
kehilangan diketahui
= Slip angkur, normalnya 6 mm sampai dengan 9 mm
3. Kehilangan prategang akibat perpendekan beton (elastic shortening)
Beton jadi lebih pendek jika gaya prategang di aplikasikan. Bersamaan
dengan perpendekan itu tendon yang tertanam dalam beton tersebut
kehilangan sebagian gaya yang dibawanya.
17
Gambar V-15 Pemendekan beton
Gambar V-15 mengilustrasikan pemendekan beton yang disebabkan
bekerjanya gaya prategang initial . Regangan () yang terjadi adalah :
=
=
=
Kehilangan tegangan akibat pemendekan beton dapat dihitung sebagai
berikut :
= =
=
=
Keterangan :
= Tegangan dalam beton pada level pusat tendon prategang
= Nilai modular atau rasio
Jika layout tendon mempunyai eksentrisitas terhadap pusat penampang
dan berat sendiri beton ikut diperhitungkan, maka :
=
(1 +2
2) +
Catatan :
bernilai negatif (-) bila menyebabkan tekan dan bernilai positif
(+) bila menyebabkan tarik.
4. Kehilangan prategang akibat rangkak beton
Bila material beton ditekan oleh pembebanan tertentu secara konstan
sehingga regangan beton meningkat, maka peristiwa ini disebut rangkak.
Perkiraan kehilangan tegangan akibat rangkak dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
18
= 12 7 0.00
Keterangan :
= tegangan beton di level pusat prategang
= Perbedaan tegangan beton di level pusat prategang akibat
beban permanen dengan pengecualian beban yang
bekerja saat gaya prategang diaplikasikan
5. Kehilangan prategang akibat susut beton
Bila tidak terbenam dalam air terus menerus (kondisi kelembaban 100%),
beton akan kehilangan kebasahannya (moisture) dan berkurang
volumenya. Proses ini disebut sebagai penyusutan beton. Besarnya
penyusutan beton dapat bervariasi dari nol (terbenam dalam air) sampai
0,0008 untuk penampang tipis yang terbuat dari agregat dengan
penyusutan tinggi dan tidak dilakukan curing dengan baik.
Rumus umum kehilangan tagangan akibat susut berdasarkan PCI
(Prestressed Concrete Institute) dituliskan sebagai berikut :
= 8.2 106 (1 0.006
) (100 )
Keterangan :
= Konstanta yang bernilai 1 untuk pretensioning
= Modulus elastisitas baja prategang dalam MPa
= Kelembaban relative dalam persen (%)
= Volume/luas permukaan dalam inci (inch)
Tabel V-5 Tabel Ksh untuk pasca tarik
(hari) 1 3 5 7 10 20 30 60
0,92 0,85 0.8 0.77 0.73 0.64 0.58 0.45
Kehilangan akibat susut untuk kondisi standar bisa juga dihitung sebagai
fungsi waktu dengan persamaan lainnya. Cara seperti ini dapat dilihat
pada persamaan berikut :
Perawatan kondisi basah (moist curing) setelah 7 (tujuh) hari
19
= (
35 + 0.51 103)
Perawatan stream curing setelah 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) hari
= (
55 + 0.56 103)
Keterangan :
= waktu dalam hari
= Modulus elastisitas baja prategang dalam MPa
= Kehilangan akibat susut dalam MPa
= Faktor ukuran
Faktor ukuran dapat ditentukan dengan persamaan berikut :
=
[
26 0.0142 () +
45 +
]
(1064 3.70 (
)
923)
Keterangan :
= dalam mm
= dalam hari
bisa juga ditentukan dalam gambar V-16.
Faktor kelembaban () ditentukan dengan persamaan berikut :
= |
140 70 < 80
3 (100 )70 80
bisa juga diperoleh dari tabel V-9.
Keterangan :
= Kelembaban relative dalam persen (%)
20
Gambar V-16 Faktor Ks
Tabel V-6 Faktor Kh
6. Kehilangan prategang akibat relaksasi
Relaksasi baja prategang harus diperhitungkan sebagai faktor yang
mempengaruhi kehilangan gaya prategang. Besarnya kehilangan
ralaksasi tidak hanya tergantung pada lamanya waktu diaplikasikan gaya
prategang, tetapi juga berdasarkan rasio tegangan awal (initial) dengan
tegangan leleh tulangan prategang (
). Jika tidak ada perhitungan yang
lebih teliti, maka kehilangan tegangan dalam tendon akibat relaksasi baja
prategang harus diambil sebesar :
Untuk baja stress-relieved
= (log(2) log(1)
10) (
0.55)
Untuk baja low-relaxation
21
= (log(2) log(1)
40) (
0.55)
Keterangan :
1 = Waktu awal interval dalam jam
2 = Waktu akhir interval dalam jam
= Tegangan awal baja prategang dalam MPa
= Kehilangan prategang akibat ralaksasi dalam MPa
V.IX. Perencanaan Berdasarkan Batas Layan
Dalam perencanaan berdasarkan batas layan, struktur dianggap berperilaku
linier. Kekuatan rencana yang diizinkan () harus ditentukan berdasarkan
persyaratan yang sesuai untuk struktur yang ditinjau. Keamanan suatu
komponen struktur () ditentukan sedemikian rupa sehingga kuat rencana yang
diizinkan () tidak lebih kecil dari pengaruh aksi rencana () :
=
Dengan demikian perencanaan berdasarkan batas layan dilakukan untuk
mengantisipasi suatu kondisi batas layan yang terjadi antara lain dari :
- Tenaga kerja
- Deformasi permanen
- Vibrasi
- Korosi, retak dan fatik
- Bahaya banjir disekitar jembatan
Kombinasi pembebanan yang dpilih baik kondisi batas maupun layan mengikuti
kombinasi pembebanan BMS (Bridge Management System) dan SNI (Standar
Nasional Indonesia) pembebanan untuk jembatan.
A. Tegangan izin
a. Tegangan izin tekan pada kondisi layan ()
Tegangan tekan izin () adalah 0,45 (untuk semua kombinasi
beban).
22
b. Tegangan izin tekan pada kondisi beban sementara atau kondisi
transfer gaya prategang
Tegangan tekan izin penampang beton () adalah 0,60 .
Keterangan :
adalah kuat tekan beton initial pada saat transfer gaya
prategang.
c. Tegangan izin tarik pada kondisi batas layan ()
- Beton tanpa tulangan : = 0,15
- Beton prategang penuh : = 0,5
d. Tegangan izin tarik pada kondisi transfer gaya prategang ()
- Di perletakan : 0,5
- Selain di perletakan : 0,25
B. Rumus umum perhitungan tegangan
Persamaan tegangan pada serat atas dan bawah penampang berkaitan
dengan momen lentur dan gaya prategang untuk balok diatas perletakan
sederhana dapat dituliskan variatif dalam tabel V-4.
Tabel V-7 Variasi persamaan tegangan yang disebabkan oleh momen
Keterangan :
23
I = momen inersia penampang
= Jarak dari pusat penampang () ke serat atas terluar
= Jarak dari pusat penampang () ke serat bawah terluar
= Tegangan dalam beton secara umum
=
= Modulus penampang pada serat atas
=
= Modulus penampang pada serat bawah
=
= Modulus penampang pada serat bawah
=
=
=
2
= Jarak dari ke batas atas kern
=
=
=
2
= Jarak dari ke batas bawah
kern
Kondisi awal :
=
+
=
+
Kondisi layan :
=
+
=
+
Keterangan :
= momen maksimum yang bekerja pada kondisi awal,
biasanya momen akibat berat sendiri balok pada saat
transfer
= momen total maksimum yang bekerja pada kondisi akhir
atau layan
24
V.X. Perencanaan Balok Terhadap Geser
Analisis geser balok harus dilakukan dengan cara perencanaan
berdasarkan beban dan kekuatan terfaktor (PBKT). Pada balok yang tidak
prismatik atau tinggi penampangnya bervariasi, perhitungan kekuatan
geser harus memperhitungkan komponen gaya tarik atau tekan miring
akibat adanya variasi tinggi penampang.
1. Kekuatan geser batas nominal
Kekuatan geser batas nominal () tidak boleh diambil lebih besar dari
jumlah kekuatan geser yang disumbangkan oleh beton dan tulangan
geser dalam penampang komponen struktur yang ditinjau, yaitu :
= +
2. Kekuatan geser batas yang disumbangkan oleh beton
Kekuatan geser beton () tanpa memperhitungkan adanya tulangan
geser, tidak boleh diambil melebihi dari nilai terkecil yang diperoleh
dari 2 (dua) kondisi retak, yaitu retak geser terlentur () dan retak
geser badan (), kecuali jika penampang yang ditinjau mengalami
retak akibat lentur, dimana dalam kondisi tersebut hanya kondisi retak
geser terlentur yang berlaku.
Kondisi retak geser terlentur
Kuat geser () harus dihitung dari :
= (
20) + +
Keterangan :
= (
2+ )
= Momen retak
dikurangi momen
berat sendiri.
= + = Geser total dikurangi
geser berat sendiri
= + = Momen total
dikurangi momen
berat sendiri
25
=
Tetapi tidak perlu diambil kurang dari
7 .
Kondisi retak geser bagian dalam
= +
= 0.3 ( + )
Keterangan :
= Gaya geser yang bila dikombinasikann dengan gaya
prategang dan pengaruh aksi lainnya pada penampang
akan menghasilkan tarik utama sebesar 0.33
pada sumbu pusat atau perpotongan bagian badan dan
sayap, mana yang lebih kritis
= Menyatakan tegangan tekan rata-rata pada beton akibat
gaya prategang efektif saja, sesudah memperhitungkan
semua kehilangan gaya prategang
= Lebar penampang geser
= Tinggi efektif penampang geser
Bila pada komponen struktur pratarik terdapat keadaan dimana
penampang yang berjarak
2 dari tumpuan berada lebih dekat keujung
komponen dari pada panjang transfer tendon prategang, maka dalam
perhitungan untuk kondisi retak akibat geser badan digunakan
nilai prategang yang direduksi. Gaya prategang dapat dianggap
bervariasi dari nol pada ujung tendon sampai nilai maksimum sebesar
50 kali diameter kawat untai atau 100 kali diameter kawat tunggal
pada titik sejarak panjang transfer tendon.
3. Kekuatan geser batas yang disumbangkan oleh tulangan geser
Sumbangan tulangan geser tegak dan miring terhadap kekuatan geser
batas () ditentukan dengan persamaan berikut :
Untuk tulangan geser tegak lurus
=
26
Untuk tulangan geser miring
= (sin + cos)
Dimana menyatakan besarnya sudut antara sengkang miring dan
sumbu longitudinal komponen struktur dan adalah jarak dari serat
tekan terluar terhadap titik berat tulangan tarik longitudinal, tapi
tidak perlu diambil kurang dari 0.8 . Dalam segala hal tidak boleh
melebihi (2
3 ).
4. Kekuatan geser batas rencana
Kekuatan geser rencana harus diambil sebesar , dimana kuat geser
batas dan adalah faktor reduksi kekuatan.
Untuk memenuhi sayrat keamanan geser, kuat geser rencana harus
diambil tidak lebih kecil dari gaya geser batas ultimit, atau gaya
rencana terfaktor () pada penampang yang ditinjau akibat
kombinasi pembebanan luar yang paling berbahaya.
5. Tulangan geser minimum
Luas tulangan geser minimum adalah :
=
3
Bila gaya prategang efektif tidak kurang dari 40% kekuatan tarik
tulangan, tulangan geser minimum dapat dihitung dengan persamaan
diatas atau persamaan berikut :
=80
6. Persyaratan tulangan geser
Persyaratan untuk tulangan geser berikut ini harus diterapkan dalam
perencanaan geser :
Jika gaya geser rencana terfaktor () tidak melebihi kekuatan geser
rencana balok dengan tulangan geser minimum ( ) maka
hanya perlu dipasang tulangan geser minimum.
27
Syarat pemasangan tulangan geser minimum ini pada balok bisa
diabaikan jika dan tinggi total komponen sruktur tidak
melebihi nilai terbesar dari 250 mm dan setengah lebar badan.
Jika > maka harus dipasang tulangan geser dengan kuat
geser batas .
Jika gaya prategang lebih besar dari gaya geser rencana > maka
gaya geser rencana semula harus dimodifikasi menjadi = 1.2
dan untuk perhitungan selanjutnya dianggap nol.
V.XI. Tulangan End Zone
Untuk menghindari pecahnya beton akibat tekanan cover plate angkur,
maka diperlukan tulangan pada daerah pengangkuran yang disebut
tulangan end zone. Tegangan izin beton harus lebih kecil dari gaya
prategang () yang dibagi dengan luas dari cover plate.
Jika gaya prategang () yang dibagi dengan luasan cover plate lebih besar
dari tegangan izin beton maka harus dipasang tulangan end zone dimana
gaya sisa ditahan oleh tulangan longitudinal yang diikat dengan sengkang.
1. Jumlah dan distribusi tulangan
Untuk gaya pemecah (bursting) dimana tulangan tidak didekat
permukaan beton dan ada tambahan tulangan permukaan,
tegangan pada tulangan harus dibatasi maksimum 200 MPa.
Untuk gaya pengelupas (spalling) dimana terdapat lapisan
tulangan pada tiap sisi komponen, tegangan pada tulangan
permukaan harus dibatasi sampai 150 MPa untuk mengontrol
retak. Tulangan harus diangkur dengan baik untuk menyalurkan
tegangan tersebut. Tulangan harus didistribusikan sebagai berikut:
a. Tulangan untuk gaya pemecah harus didistribusikan dari 0.1
h sampai 1.0 h dari permukaan yang dibebani.
b. Tulangan yang serupa harus dipasang dari bidang pada 0.1 h
sampai sedekat mungkin kemuka yang dibebani. h harus
diambil sama dengan tinggi atau lebar dari prisma simetris.
Tulangan yang dipasang untuk mencegah pemecahan juga
28
dapat digunakan untuk mencegah pengelupasan asalkan
posisinya tepat dan dijangkarkan dengan baik.
c. Tulangan untuk gaya pengelupas harus dipasang sedekat
mungkin kemuka yang dibebani dan konsisten dengan
persyaratan selimut beton dan pemadatan.
d. Pada tiap bidang yang sejajar dengan sisi yang dibebani,
tulangan harus ditentukan dari penampang memanjang
dengan persyaratan tulangan yang terbesar pada bidang
tersebut, dan harus diperpanjang keseluruh tinggi atau lebar
daerah ujung.
2. Panjang penyaluran
Panjang penyaluran untuk pelepasan berangsur diambil
minimum sebagai berikut :
a. 150 kali diameter untuk kawat baja (wire)
b. 60 kali diameter untuk kawat untai (strand)
c. ( 2
3 )
7 mm
Bila lekatan kawat untai tidak menerus sampai keujung
komponen, dan bila akibat beban kerja terdapat kondisi tarik pada
beton yang awalnya mengalami tekan, maka nilai panjang
penyaluran diatas harus dikali 2 (dua).
V.XII. Lendutan dan Camber
Karena adanya eksentrisitas kabel prategang, elemen balok prategang
biasanya melengkung keatas pada saat momen luar bekerja masih kecil.
Defleksi keatas ini disebut camber. Dalam perencanaan, besarnya defleksi
keatas dan kebawah harus diperiksa dan dibatasi agar tidak melampaui
batas defleksi yang diizinkan. Acuan mengenai batasan tersebut dapat
dilihat pada tabel V-5.
29
Tabel V-8 Batas defleksi berdasarkan BMS (l = panjang bentang)
Untuk elemen beton prategang defleksi dan camber dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan elastis seperti pada tabel V-6.
Tabel V-9 Defleksi akibat pembebanan dan gaya prategang pada balok sederhana
V.XIII. Microsoft Visual Studio
Microsoft Visual Studio merupakan sebuah perangkat lunak lengkap (suite) yang
dapat digunakan untuk melakukan pengembangan aplikasi, baik itu aplikasi
bisnis, aplikasi personal ataupun komponen aplikasinya dalam bentuk aplikasi
30
console, aplikasi Windows ataupun aplikasi Web. Visual Studio mencakup
kompiler, SDK, Integrated Development Environment (IDE), dan dokumentasi
(umumnya berupa MSDN Library). Kompiler yang dimasukkan ke dalam paket
Visual Studio antara lain Visual C++, Visual C#, Visual Basic, Visual Basic .NET,
Visual InterDev, Visual J++, Visual J#, Visual FoxPro, dan Visual SourceSafe.
Microsoft Visual Studio dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi dalam
native code (dalam bentuk bahasa mesin yang berjalan di atas Windows) ataupun
managed code (dalam bentuk Microsoft Intermediate Language di atas .NET
Framework). Selain itu Visual Studio juga dapat digunakan untuk
mengembangkan aplikasi Silverlight, aplikasi Windows Mobile (yang berjalan di
atas .NET Compact Framework).
Microsoft Visual Basic .NET adalah sebuah alat untuk mengembangkan dan
membangun aplikasi yang bergerak di atas sistem .NET Framework, dengan
menggunakan bahasa BASIC. Dengan menggunakan alat ini, para programmer
dapat membangun aplikasi Windows Forms, Aplikasi web berbasis ASP.NET, dan
juga aplikasi command-line. Alat ini dapat diperoleh secara terpisah dari
beberapa produk lainnya (seperti Microsoft Visual C++, Visual C#, atau Visual
J#), atau juga dapat diperoleh secara terpadu dalam Microsoft Visual Studio .NET.
Bahasa Visual Basic .NET sendiri menganut paradigma bahasa pemrograman
berorientasi objek yang dapat dilihat sebagai evolusi dari Microsoft Visual Basic
versi sebelumnya yang diimplementasikan di atas .NET Framework.
Peluncurannya mengundang kontroversi, mengingat banyak sekali perubahan
yang dilakukan oleh Microsoft, dan versi baru ini tidak kompatibel dengan versi
terdahulu.
Tampilan awal pada saat membuka Microsoft Visual Studio adalah seperti pada
gambar V-17.
31
Gambar V-17 Tampilan awal Microsoft Visual Studio 2015
Gambar V-18 Tampilan form design Visual Studio 2015
Gambar V-19 Tampilan form code Visual Studio 2015
32
Setelah membuat Project baru, maka tampilan aplikasi Visual Studio tampak
seperti gambar V-18 dan gambar V-19. Adapun penjelasan fitur-fitur yang
tersedia pada Visual Studio 2015 adalah sebagai berikut :
A. Control Menu
Gambar V-20 Control Menu pada Visual Studio 2015
Control menu seperti pada gambar V-20 adalah menu yang digunakan
terutama untuk memanipulasi jendela Visual Studio, seperti mengubah
ukuran, memindahkan jendela Visual Studio, dan menutup jendela Visual
Studio.
B. Title Bar
Gambar V-21 Title bar pada Visual Studio 2015
Title bar seperti pada gambar V-21 adalah tempat untuk menampilkan
nama Project yang sedang dibuat.
C. Menu Bar
Gambar V-22 Menu bar pada Visual Studio 2015
Menu Bar seperti pada gambar V-22 adalah deretan perintah yang dapat
digunakan untuk melakukan proses atau perintah-perintah tertentu.
Menu bar dibagi menjadi beberapa pilihan sesuai dengan kegunaannya.
D. Tool Bar
Gambar V-23 Tool bar pada Visual Studio 2015
Tool bar seperti pada gambar V-23 adalah jendela yang menampilkan
tombol-tombol yang mewakili suatu perintah tertentu yang sering
digunakan untuk keperluan dalam pemrograman.
E. Solution Explorer
33
Gambar V-24 Solution explorer pada Visual Studio 2015
Solution explorer seperti pada gambar V-24 adalah jendela yang
menyimpan informasi mengenai Solution, Projects, beserta Files, Forms
ataupun resource yang digunakan dalam membuat aplikasi.
F. Form Designer
Gambar V-25 Form designer pada Visual Studio 2015
Form designer seperti pada gambar V-25 adalah suatu objek yang
digunakan untuk merancang tampilan aplikasi. Form designer
merupakan objek yang penting karena pada form ini nantinya komponen
dan kontrol toolbox diletakkan dan diatur.
G. Form Code
34
Gambar V-26 Form code pada Visual Studio 2015
Form code seperti pada gambar V-26 adalah jendela yang menyimpan
informasi mengenai kode-kode dari aplikasi yang dibuat.
H. Toolbox
Gambar V-27 Toolbox pada Visual Studio 2015
Toolbox seperti pada gambar V-27 adalah jendela tempat menyimpan
kontrol-kontrol atau komponen standar (dalam bentuk tampilan icon)
yang nantinya akan digunakan sebagai komponen aplikasi didalam form
saat merancang aplikasi.
I. Properties
35
Gambar V-28 Object Properties pada Visual Studio 2015
Properties seperti pada gambar V-28 berfungsi untuk memberikan
informasi mengenai objek yang sedang aktif/dipilih. Nama objek yang
sedang aktif dapat dilihat pada bagian atas jendela properties. Properties
juga digunakan untuk mengubah nilai property atau karakteristik dari
objek yang aktif/dipilih.
V.XIV. Flowchart
Bagan alir (flowchart) adalah bagan (chart) yang menunjukan alir (flow)
didalam proram atau prosedur sistem secara logika. Bagan alir digunakan
terutama untuk alat bantu komunikasi dan untuk dokumentasi. Tabel V-10
menunjukan simbol-simbol yang biasa digunakan dalam membuat flowchart.
Tabel V-10 Simbol-simbol flowchart
Simbol Nama Fungsi
Terminator Permulaan atau akhir program
Follow Line
(Garis alir) Arah aliran program
Preparation Proses initialisasi /
pemberian harga awal
Process Proses perhitungan / proses pengolahan
data
36
Input /
Output data
Proses input / output data, parameter
atau informasi
Input /
Output
document
Proses input/output dokumen baik untuk
komputer atau manual
Decision
Perbandingan pernyataan, penyeleksian
data yang memberikan pilihan untuk
langkah selanjutnya.
On page
connector
Penghubung bagian-bagian flowchart
yang berada pada satu halaman
Off page
connector
Penghubung bagian-bagian flowchart
yang berada pada halaman berbeda
37
VI. METODOLOGI TUGAS AKHIR
Gambar VI-1 Metodologi Tugas Akhir
38
Metodologi yang diterapkan dalam pembuatan tugas akhir ini adalah seperti pada
Gambar VI-1 dengan penjelasan sebagai berikut :
1. Mengumpulkan Literatur
Mengumpulkan literatur berupa jurnal, peraturan, artikel maupun
referensi tentang perencanaan struktur beton prategang untuk jembatan
dan Bahasa pemrograman Visual Basic.
2. Studi literatur
Mempelajari tahapan-tahapan prosedur perhitungan beton prategang
berdasarkan literatur. Mempelajari Bahasa pemrograman Visual Basic
yang akan digunakan untuk merancang aplikasi.
3. Membuat flowchart (bagan alir)
Membuat flowchart (bagan alir) dari aplikasi yang akan dibuat, sehingga
lebih mudah untuk memahami alur kerja dari aplikasi.
4. Desain aplikasi
Merancang tampilan/desain aplikasi yang akan dibuat agar mudah
digunakan.
5. Perancangan aplikasi
Merancang aplikasi akan dibuat dengan menggunakan aplikasi Visual
Studio 2015 dan Bahasa pemrograman Visual Basic.
6. Uji coba dan evaluasi aplikasi
Menguji aplikasi yang telah dibuat, pengujian aplikasi dilakukan dengan
cara membandingkan output aplikasi dengan hasil dari perhitungan
manual. Dari hasil uji coba tersebut kinerja dan keakuratan aplikasi dapat
diketahui. Apabila terjadi kesalahan, aplikasi tidak berjalan dengan baik
dan benar, maka mengevaluasi kekurangan aplikasi serta melakukan
revisi terhadap aplikasi.
7. Dokumentasi
Menyusun laporan dalam bentuk buku sebagai bentuk dokumentasi
pembuatan tugas akhir.
VII. SISTEMATIKA PENULISAN
Tugas akhir ini akan disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
39
Menjelaskan latar belakang, permasalahan yang diangkat berserta
batasan-batasannya dan tujuan yang akan dicapai dari pembuatan
tugas akhir serta metodologi yang digunakan.
BAB II DASAR TEORI
Memaparkan hasil studi literatur berupa rangkuman jurnal, buku,
artikel dan peraturan yang membahas mengenai perhitungan dan
perencanaan beton prategang untuk jembatan dan Bahasa
pemrograman Visual Basic.
BAB III PERANCANGAN APLIKASI
Membahas perancangan aplikasi yang akan dibuat dimulai dari
pembuatan bagan alir (flowchart), batasan perhitungan,
merancang tampilan/desain aplikasi, kode pemrograman yang
digunakan dan output dari aplikasi.
BAB IV PENGUJIAN APLIKASI
Menjalankan aplikasi dan membandingkan hasilnya dengan
perhitungan manual.
BAB V PENUTUP
Menyatakan kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari proses
pembuatan tugas akhir berserta saran saran untuk pengembangan
aplikasi selanjutnya.
LAMPIRAN
Berisi tentang panduan pengguna aplikasi yang menjadi acuan
bagi pengguna dan berisi tentang kode dari bahasa pemrograman
Visual Basic yang digunakan dalam pembuatan aplikasi ini.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
AASHTO. AASHTO LRFD Bridge Construction Specifications. Washington, D.C.:
AASHTO, 2012. Sixth Edition.
. Standard Specifications for Highway Bridges. Washington, D.C.: AASHTO,
2002. 17th Edition.
Budiman, Setya. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dengan
Pemrograman Bahasa Visual Borland Delphi 7.0 dan Database Mysql 4.0
40
untuk Bangunan dan Rumah Tinggal. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret, 2010. Skripsi.
Connecticut Departemen of Transportasion. Bridge Design Manual. Connecticut:
Connecticut Departement of Transportation, 2003. 2003 Edition.
Direktorat Jenderal Bina Marga. Perencanaan Struktur Beton Pratekan Untuk
Jembatan. 2011. No. 021/BM/2011.
French, Catherine E. Validation of Prestressed Concrete I-Beam Deflection and
Camber Estimate. Minneapolis: University of Minnesota, 2012. Journal
Reaserch Service University Minnesota Departement of Transport.
Halvorson, Michael. Step by Step Microsoft Visual Basic 2013. Canada: Microsoft
Press, 2013.
Hurst, M K. Prestressed Concrete Design. London: E & FN Spon, 1998. Second
Edition.
Mauer, Lowell. Sams Teach Yourself More Visual Basic .Net in 21 Days.
Indianapolis: Sams Publishing, 2002.
Mawarno, Devi Siska Putri. Analisis Tebal Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode
Bina Marga Dengan Menggunakan Program Visual Basic. Jakarta Barat:
Universitas Binus, 2010. Tugas Akhir.
Ministery of Public Works. Bridge Design Manual. Directorate General of
Highways, 1992. Bridge Management System Volume 2.
. Bridge Design Manual. Directorate General of Highways, 1992. Bridge
Management System Volume 1.
Napitupulu, Fransis H. Pembuatan Program Bantu Meghitung Tebal Pererasan
Lentur dan Perkerasan Kaku Metode Bina Marga Dengan Borland Delphi.
Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2006. Tugas Akhir.
Nawy, Edward G. Prestress Concrete. New Jersey: Rutgers University, 2009. Fifth
Edition.
Raju, N Krishna. Prestressed Concrete. New Delhi: The Tata McGraw-Hill
Publishing Company Limited, 2007. Fourth Edition.
41
Standar Nasional Indonesia. Baja Tulangan Beton. Badan Standarisasi Nasional,
2002. SNI 07-2052-2002.
. Pembebanan Untuk Jembatan. Badan Standarisasi Nasional, 2005. RSNI T-02-
2005.
. Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan. Badan Standarisasi Nasional,
2004. RSNI T-12-2004.
Utley, Craig. A Programmer's Introduction to Visual Basic .Net. Indianapolis:
SAMS Publishing, 2001.
42
IX. RENCANA KEGIATAN TUGAS AKHIR
Rencana kegiatan tugas akhir ini bertujuan agar kegiatan yang telah direncanakan tepat pada waktunya. Rencana kegiatan tugas
akhir ditunjukan pada Gambar IX-1.
Gambar IX-1 Rencana kegiatan tugas akhir
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Studi Literatur 1 - 3 16 Peb - 6 Mar
2 Membuat Flowchart 4 - 5 9 Mar - 20 Mar
3 Desain Aplikasi 6 - 7 23 Mar - 3 Apr
4 Perancangan Aplikasi 8 - 13 6 Apr - 15 Mei
5 Uji Coba dan Evaluasi Aplikasi 9 - 14 13 Apr - 22 Mei
6 Dokumentasi 15 -17 25 Mei - 19 Jun
PEB JUNINO. URAIAN KEGIATAN MINGGU KE- TANGGAL
MAR APRIL MEI