45
PROPOSAL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG TIPE I UNTUK JEMBATAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 2015 Disusun untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan program S1-Terapan Politeknik Negeri Jakarta Disusun oleh : UFIA ARBA DZUKHRON 4111010024 PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI JAKARTA DEPOK 2015

Proposal Tugas Akhir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Proposal Tugas Akhir perancangan jalan dan jembatan teknik sipil pnj

Citation preview

  • PROPOSAL TUGAS AKHIR

    PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG TIPE I

    UNTUK JEMBATAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 2015

    Disusun untuk melengkapi salah satu syarat kelulusan program S1-Terapan

    Politeknik Negeri Jakarta

    Disusun oleh :

    UFIA ARBA DZUKHRON 4111010024

    PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PERANCANGAN JALAN DAN JEMBATAN

    JURUSAN TEKNIK SIPIL

    POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

    DEPOK

    2015

  • HALAMAN PERSETUJUAN

    JUDUL TUGAS AKHIR :

    PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG TIPE I

    UNTUK JEMBATAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 2015

    Diajukan oleh :

    Mahasiswa

    UFIA ARBA DZUKHRON

    NIM. 4111010024

    Menyetujui

    Dosen Pembimbing

    Andi Indianto Drs., S.T., M.T.

    NIP. 19610928 1987031 002

    Mengetahui dan Menyetujui

    Ketua KPK Struktur KPS S1 Terapan Perancangan Jalan

    dan Jembatan

    Amalia S.Pd., S.ST., M.T. Eva Azhra Latifa S.T., M.T.

    NIP. 19740131 1998022 001 NIP. 19620507 1986032 003

  • i

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI..................................................................................................................... i

    I. LATAR BELAKANG ............................................................................................. 1

    II. PERUMUSAN MASALAH ................................................................................... 2

    III. TUJUAN .............................................................................................................. 2

    IV. BATASAN MASALAH ......................................................................................... 3

    V. STUDI PUSTAKA ................................................................................................ 3

    V.I. Keuntungan Beton Prategang .................................................................. 4

    V.II. Beton .......................................................................................................... 5

    V.III. Tulangan Prategang ................................................................................. 6

    V.IV. Penampang Girder Prategang ................................................................. 9

    V.V. Daerah Aman Kabel ............................................................................... 10

    V.VI. Perangkat Pengangkuran ...................................................................... 12

    V.VII. Dongkrak ................................................................................................ 13

    V.VIII. Kehilangan Prategang ............................................................................ 15

    V.IX. Perencanaan Berdasarkan Batas Layan ................................................ 21

    V.X. Perencanaan Balok Terhadap Geser ..................................................... 24

    V.XI. Tulangan End Zone ................................................................................ 27

    V.XII. Lendutan dan Camber ........................................................................... 28

    V.XIII. Microsoft Visual Studio .......................................................................... 29

    V.XIV. Flowchart ................................................................................................ 35

    VI. METODOLOGI TUGAS AKHIR ....................................................................... 37

    VII. SISTEMATIKA PENULISAN ............................................................................. 38

    VIII. DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39

    IX. RENCANA KEGIATAN TUGAS AKHIR ............................................................ 42

  • 1

    PROPOSAL TUGAS AKHIR

    PERENCANAAN STRUKTUR BETON PRATEGANG TIPE I

    UNTUK JEMBATAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 2015

    I. LATAR BELAKANG

    Jembatan adalah suatu bangunan struktural yang digunakan untuk melewatkan

    orang atau kendaraan diatas dua daerah/kawasan atau ruang yang terpisah oleh

    sungai, lembah, jurang, jalan atau hambatan fisik lainnya (Direktorat Jenderal

    Bina Marga). Material yang dapat digunakan dalam perencanaan struktur

    jembatan salah satunya adalah beton. Beton pada dasarnya memiliki kuat tekan

    yang tinggi. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, struktur beton dapat

    dikombinasikan dengan struktur baja dengan cara memberikan penegangan

    pada struktur beton dengan menggunakan kabel baja, struktur beton ini

    dinamakan struktur beton prategang. Struktur beton prategang saat ini lebih

    dominan digunakan untuk jembatan jalan tol.

    Perencanaan struktur beton prategang untuk jembatan di Indonesia dapat

    mengacu pada Bina Marga dan dapat dihitung secara manual menggunakan

    tabel, grafik dan rumus yang rumit dan panjang sehingga perhitungan struktur

    beton prategang untuk jembatan membutuhkan waktu yang relatif lama dan

    proses yang panjang. Dalam perhitungan struktur jembatan yang menggunakan

    banyak variabel dan prosedur perhitungan yang panjang sehingga akan

    memerlukan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya. Tidak jarang juga

    hal ini dapat menyebabkan ketidaktelitian dalam perhitungan, oleh karena itu

    perlu aplikasi komputer sebagai alat bantu hitung yang dapat membantu

    mempercepat dan mempermudah dalam perhitungan.

    Saat ini perencanaan beton prategang dalam perhitungannya masih dilakukan

    secara manual maupun menggunakan Microsoft Excel, dan aplikasi beton

    prategang yang digunakan Departemen Pekerjaan Umum sudah tidak didukung

    oleh sistem operasi Windows 8 keatas. Sedangkan aplikasi analisis struktur seperti

  • 2

    SAP, Midas dan aplikasi analisis struktur beton prategang yang digunakan

    Departemen Pekerjaan Umum belum mengakomodir/mencukupi perencanaan

    beton prategang secara lengkap, dan perencanaan yang belum ada pada aplikasi

    struktur yang sudah ada adalah trase kabel, penampang ujung, penampang

    tengah, sebelum dan sesudah adanya lantai jembatan, jumlah dan diameter

    selongsong, jumlah dan diameter tendon pada tiap selongsong, tipe angkur, tipe

    dongkrak, tekanan compressor dongkrak, stroke dongkrak, tulangan end zone,

    tulangan geser dan camber kondisi akhir.

    Menanggapi permasalahan diatas, penulis melalui tugas akhir ini akan membuat

    aplikasi perencanaan struktur beton prategang untuk jembatan jalan raya dengan

    hasil output yang lengkap yang direncanakan akan menggunakan perhitungan

    metode Bina Marga karena metode inilah yang menjadi standar di Indonesia.

    Sedangkan aplikasi perencanaan struktur beton prategang untuk jembatan akan

    dibuat dengan bahasa pemrograman Visual Basic 2015 pada aplikasi Visual

    Studio 2015 karena bahasa pemrograman ini mudah dimengerti.

    II. PERUMUSAN MASALAH

    Permasalahan dalam penyusunan tugas akhir ini adalah :

    1. Aplikasi perencanaan struktur beton prategang yang sudah ada seperti

    SAP, Midas dan aplikasi beton prategang dari Departemen Pekerjaan

    Umum belum mengakomodir/mencukupi output yang lengkap.

    2. Aplikasi perencanaan struktur beton prategang yang sudah ada (seperti

    yang digunakan Departemen Pekerjaan Umum) kurang komunikatif

    karena output yang dihasilkan tidak dilengkapi dengan gambar-gambar

    yang lengkap hasil hitungan.

    III. TUJUAN

    Tujuan dari penyusunan tugas akhir ini adalah :

    1. Membuat alat bantu perencanaan struktur beton prategang tipe I untuk

    jembatan jalan raya dengan output yang lengkap.

  • 3

    IV. BATASAN MASALAH

    Dalam penyusunan tugas akhir diperlukan pembatasan-pembatasan masalah

    sehubungan dengan keterbatasan dan kemampuan penyusun. Pembatasan

    masalah tersebut adalah sebagai berikut :

    1. Pembuatan alat bantu perencanaan struktur beton prategang tipe I ini

    menggunakan Bahasa pemrograman Visual Basic 2015 pada aplikasi

    Visual studio 2015.

    2. Aplikasi perencanaan struktur beton prategang tipe I ini menghasilkan

    output gambar yang lengkap yang mencakup trase kabel, penampang

    ujung, penampang tengah, sebelum dan sesudah adanya lantai jembatan,

    jumlah dan diameter selongsong, jumlah dan diameter tendon pada tiap

    selongsong, tipe angkur, tipe dongkrak, tekanan compressor dongkrak,

    stroke dongkrak, tulangan end zone, tulangan geser dan camber kondisi

    akhir.

    V. STUDI PUSTAKA

    Beton lebih kuat dalam kondisi tekan, namun lemah dalam kondisi tarik.

    Kekuatan tariknya bervariasi antara 8% (delapan persen) sampai 14% (empat

    belas persen) dari kekuatan tekannya (Direktorat Jenderal Bina Marga).

    Kekurangan material beton yang lemah dalam tariknya ini dapat diatasi dengan

    memberikan tegangan tekan untuk mengimbangi atau mengurangi tegangan

    tarik yang timbul pada bagian penampang akibat beban yang bekerja. Pemberian

    tegangan tekan ini dilakukan dengan memasukkan kabel dari material jenis baja

    mutu tinggi kedalam beton, kemudian setelah beton mengeras gaya di transfer ke

    beton tersebut. Penampang beton yang terjadi bisa seluruhnya tertekan atau

    hanya sebagian saja yang tertekan. Pengaplikasian prategang dapat ditunjukkan

    dengan ilustrasi Gambar V-1.

    Gambar V-1 Aplikasi prategang pada balok sederhana

  • 4

    Momen yang terjadi akibat beban mati dan beban hidup pada tengah bentang :

    =1

    8

    2 +1

    8

    2

    Keterangan :

    = beban merata akibat beban mati

    = beban merata akibat beban hidup

    Tegangan akibat prategang (P)

    1 =

    Tegangan akibat momen (tegangan yang menekan serat atas adalah positif).

    2 =

    Dimana :

    y = jarak dari titik berat penampang ke serat yang ditinjau

    I = momen inersia penampang

    A = luas penampang

    Penampang beton yang diaplikasikan beban merata akibat beban mati dan beban

    hidup akan menyebabkan momen ditengah bentang. Momen ini akan

    menyebabkan serat bawah beton tertarik atau tegangan bernilai positif. Adapun

    gaya prategang yang diaplikasikan pada beton ini menyebabkan penampang

    beton tertekan atau bernilai negatif. Bila nilai tegangan dijumlahkan maka

    tegangan pada serat bagian atas tertekan dan serat bagian bawah tegangan tarik

    yang terjadi bisa sangat kecil atau mungkin negatif atau menjadi tekan.

    V.I. Keuntungan Beton Prategang

    Beberapa keuntungan dari struktur beton prategang adalah sebagai berikut

    (Direktorat Jenderal Bina Marga):

  • 5

    1. Terhindar dari retak terbuka di daerah tarik, sehingga dengan demikian

    beton prategang lebih tahan terhadap penetrasi klorida.

    2. Lebih kedap air, sehingga air pada pelat jembatan tidak mudah meresap.

    3. Dapat diperoleh defleksi struktur yang lebih kecil, dengan terbentuknya

    lawan lendut (camber) dari konfigurasi layout kabel prategang sepanjang

    elemen.

    4. Penampang struktur lebih kecil/langsing, karena seluruh luas

    penampang dapat digunakan secara efektif.

    5. Memungkinkan bentang yang lebih panjang dibandingkan beton

    bertulang.

    6. Karena kabel prategang menggunakan mutu baja tinggi, sehingga

    kapasitas penampangnya jauh lebih besar daripada tulangan biasa dengan

    luas tulangan yang sama.

    V.II. Beton

    Beton yang digunakan untuk membuat elemen struktur beton prategang harus

    mempunyai kuat tekan yang tinggi.

    A. Mutu tinggi

    Mutu beton yang biasa digunakan dalam perhitungan beton bertulang

    adalah mutu beton normal sampai mutu beton tinggi. Beton mutu tinggi

    adalah beton yang mempunyai kuat tekan silinder, fc melebihi 60 MPa,

    sedangkan beton normal adalah beton dengan berat isi 2400 kg/m3, fc

    antara 20 MPa sampai dengan 60 MPa. Adapun kekuatan beton untuk

    struktur prategang disyaratkan tidak boleh kurang dari 30 MPa. (Standar

    Nasional Indonesia, Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan)

    B. Modulus elastisitas

    Modulus elastisitas beton () nilainya tergantung mutu beton, besarnya

    modulus elastisitas beton dipengaruhi oleh material dan proporsi

    campuran beton. Nilai modulus elastisitas untuk beton adalah sebagai

    berikut :

    - = 1,5(0,043) dinyatakan dalam MPa; atau

    - = 4700 dinyatakan dalam MPa; atau

  • 6

    - Ditentukan dari hasil pengujian (contoh kurva stress-strain beton dari

    hasil pengujuan adalah seperti pada gambar V-2).

    Gambar V-2 Kurva stress-strain beton

    V.III. Tulangan Prategang

    Kehilangan prategang akibat rangkak (creep) dan susut (shrinkage) pada beton

    cukup besar, sehingga pemberian tegangan tekan pada beton akan lebih efektif

    bila menggunakan baja mutu tinggi dengan kisaran lebih dari 1862 MPa

    (Direktorat Jenderal Bina Marga). Strand baja dengan diameter 13 mm dan 15

    mm dari VSL International Ltd seperti yang disajikan pada tabel V-2 juga dapat

    digunakan.

  • 7

    Tabel V-1 Strand properties 13 mm dan 15 mm

    A. Jenis tulangan prategang

    Jenis tulangan prategang dapat berupa kawat tunggal atau gabungan

    kabel yang dipilin membentuk strand seperti pada gambar V-3.

  • 8

    Gambar V-3 Jenis tulangan prategang strand (7-wires strand)

    B. Kuat tarik

    Kuat tarik baja prategang () harus ditentukan dari hasil pengujian atau

    diambil sebesar mutu baja yang disebutkan oleh pabrikator berdasarkan

    sertifikat pabrikasi yang resmi. Umumnya kuat tarik baja prategang

    adalah seperti tabel V-3.

    Tabel V-2 Tegangan masing-masing tulangan prategang

    Jenis Material

    Nominal

    diameter Luas

    Gaya putus

    minimum

    Tegangan tarik

    minimum ()

    mm mm2 kN MPa

    Kawat (wire)

    5 19.6 30.4 1550

    5 19.6 33.3 1700

    7 38.5 65.5 1700

    7-wire strand

    super grade

    9.3 54.7 102 1860

    12.7 100 184 1840

    15.2 143 250 1750

    7-wire strand

    regular grade 12.7 94.3 165 1750

    Bar

    23 415 450 1080

    26 530 570 1080

    29 660 710 1080

    32 804 870 1080

    38 1140 1230 1080

  • 9

    C. Kuat tarik leleh ekivalen

    Kuat leleh baja prategang () harus ditentukan dari hasil pengujian atau

    dianggap sebagai berikut :

    - Untuk kawat baja prategang : = 0,75

    - Untuk semua kelas strand dan tendon baja bulat : = 0,85

    V.IV. Penampang Girder Prategang

    Pemilihan jenis penampang tergatung dari kebutuhan panjang bentang.

    Adapun jenis penampang girder dari Wika Beton yang dapat digunakan

    seperti ditunjukkan pada gambar V-4 dengan detil geometris penampang

    seperti ditunjukkan pada tabel V-1.

    Gambar V-4 Penampang girder beton dari Wika Beton

    Tabel V-3 Detil geometris penampang AASHTO

    Dalam menentukan penampang girder yang ingin digunakan, penampang girder

    yang diperlukan dapat ditentukan dengan menggunakan gambar V-5.

  • 10

    Gambar V-5 Penentuan penampang girder beton prategang

    V.V. Daerah Aman Kabel

    Daerah aman kabel adalah daerah sepanjang balok dimana bila kabel

    ditempatkan pada daerah tersebut tidak akan menyebabakan terjadinya tegangan

    yang melebihi tegangan izinnya (baik tarik maupun tekan).

    Maka nilai berada pada :

    +

    +

    Daerah aman atas () dan bawah () didefinisikan sebagai berikut :

    = +

    = +

    Hubungan limit kern dengan daerah aman kabel diperlihatkan pada gambar V-

    6.

  • 11

    Gambar V-6 Daerah aman kabel

    Beberapa bentuk tipikal dari daerah aman kabel adalah daerah aman kabel desain

    normal seperti gambar V-7, daerah aman kabel desain optimum seperti gambar

    V-8 dan daerah aman kabel yang menunjukan penampang tidak kuat seperti

    pada gambar V-9.

    Gambar V-7 Bentuk tipikal daerah aman kabel desain normal

    Gambar V-8 Bentuk tipikal daerah aman kabel desain optimum (hanya ada satu solusi P dan e)

  • 12

    Gambar V-9 Bentuk tipikal daerah aman kabel penampang tidak kuat (preliminary)

    V.VI. Perangkat Pengangkuran

    Perangkat pengangkuran sering dibuat berdasarkan prinsip baji (pasak) dan

    friksi. Dalam hal ini digunakan suatu alat pencengkeram sederhana, yang murah

    dan dapat dilepas dengan cepat. Untuk spesifikasi perangkat angkur dan

    selongsong yang dapat digunakan seperti pada gambar V-11, dan properti

    angkur dari VSL international Ltd ditunjukan pada gambar V-10.

    Gambar V-10 Properti angkur dari VSL International Ltd

  • 13

    Gambar V-11 Angkur

    V.VII. Dongkrak

    Dongkrak digunakan untuk aplikasi tarikan pada tendon-tendon. Dongkrak

    hidrolik bekerja atas tekanan minyak yang dibangkitkan oleh pompa. Beban yang

    diberikan pada dongkrak diukur melalui pembacaan tekanan dari suatu meteran

    yang ditambahkan pada aliran minyak atau melaui sel beban terpisah. Untuk

    spesifikasi dongkrak yang digunakan, dapat melihat gambar V-14. Sedangkan

    untuk dongkrak dari VSL International Ltd spesifikasi untuk clearance dari

    dongrak dapat dilihat pada gambar V-12 dan untuk detil stressing dongkrak

    dapat dilihat pada gambar V-13.

  • 14

    Gambar V-12 Jack clearance requirements untuk jack dari VSL International Ltd

    Gambar V-13 Stressing jack details untuk jack dari VSL International Ltd

  • 15

    Gambar V-14 Dongkrak

    V.VIII. Kehilangan Prategang

    Secara umum kehilangan prategang dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai

    berikut :

    1. Kehilangan prategang akibat friksi (pasca tarik saja)

    Kehilangan tegangan akibat friksi antara tendon dan selongsong beton

    sekitarnya dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut dengan

    koefisien friksi dapat dilihat pada tabel V-7 :

    = +

    Keterangan :

    = Tegangan baja prategang pada saat jacking sebelum seating

    = Tegangan baja prategang dititik x sepanjang tendon

    = Nilai dasar logaritmik natural naverian

    = Koefisien friksi

    = Perubahan sudut total dari profil layout kabel dalam radian

    dari titik jacking

    = Koefisien wobble

  • 16

    = Panjang baja prategang diukur dari jacking

    Tabel V-4 Koefisien friksi untuk tendon pasca tarik

    2. Kehilangan prategang akibat slip pengangkuran (anchorage seating)

    Kehilangan prategang akibat slip angkur disebabkan oleh slipnya baji-baji

    pada angkur saat gaya jacking ditransfer pada angkur. Besarnya slip

    angkur tergantung pada angkur saat gaya jacking ditransfer pada angkur.

    Besarnya slip angkur tergantung pada sistem prategang yang digunakan,

    nilainya bervariasi antara 3 mm sampai 10 mm. Nilai 6 mm dapat

    diasumsikan dalam perhitungan untuk pendekatan.

    Kehilangan prategang yang terjadi akibat slip angkur dapat ditentukan

    dengan pendekatan rumus sebagai berikut :

    =2

    =

    Keterangan :

    = kehilangan prategang akibat slip angkur

    = Kehilangan akibat friksi pada jarak dari titik penarikan

    = Panjang yang terpengaruh oleh slip angkur

    = Jarak antara titik penarikan (jacking) dengan titik dimana

    kehilangan diketahui

    = Slip angkur, normalnya 6 mm sampai dengan 9 mm

    3. Kehilangan prategang akibat perpendekan beton (elastic shortening)

    Beton jadi lebih pendek jika gaya prategang di aplikasikan. Bersamaan

    dengan perpendekan itu tendon yang tertanam dalam beton tersebut

    kehilangan sebagian gaya yang dibawanya.

  • 17

    Gambar V-15 Pemendekan beton

    Gambar V-15 mengilustrasikan pemendekan beton yang disebabkan

    bekerjanya gaya prategang initial . Regangan () yang terjadi adalah :

    =

    =

    =

    Kehilangan tegangan akibat pemendekan beton dapat dihitung sebagai

    berikut :

    = =

    =

    =

    Keterangan :

    = Tegangan dalam beton pada level pusat tendon prategang

    = Nilai modular atau rasio

    Jika layout tendon mempunyai eksentrisitas terhadap pusat penampang

    dan berat sendiri beton ikut diperhitungkan, maka :

    =

    (1 +2

    2) +

    Catatan :

    bernilai negatif (-) bila menyebabkan tekan dan bernilai positif

    (+) bila menyebabkan tarik.

    4. Kehilangan prategang akibat rangkak beton

    Bila material beton ditekan oleh pembebanan tertentu secara konstan

    sehingga regangan beton meningkat, maka peristiwa ini disebut rangkak.

    Perkiraan kehilangan tegangan akibat rangkak dapat dihitung dengan

    menggunakan rumus :

  • 18

    = 12 7 0.00

    Keterangan :

    = tegangan beton di level pusat prategang

    = Perbedaan tegangan beton di level pusat prategang akibat

    beban permanen dengan pengecualian beban yang

    bekerja saat gaya prategang diaplikasikan

    5. Kehilangan prategang akibat susut beton

    Bila tidak terbenam dalam air terus menerus (kondisi kelembaban 100%),

    beton akan kehilangan kebasahannya (moisture) dan berkurang

    volumenya. Proses ini disebut sebagai penyusutan beton. Besarnya

    penyusutan beton dapat bervariasi dari nol (terbenam dalam air) sampai

    0,0008 untuk penampang tipis yang terbuat dari agregat dengan

    penyusutan tinggi dan tidak dilakukan curing dengan baik.

    Rumus umum kehilangan tagangan akibat susut berdasarkan PCI

    (Prestressed Concrete Institute) dituliskan sebagai berikut :

    = 8.2 106 (1 0.006

    ) (100 )

    Keterangan :

    = Konstanta yang bernilai 1 untuk pretensioning

    = Modulus elastisitas baja prategang dalam MPa

    = Kelembaban relative dalam persen (%)

    = Volume/luas permukaan dalam inci (inch)

    Tabel V-5 Tabel Ksh untuk pasca tarik

    (hari) 1 3 5 7 10 20 30 60

    0,92 0,85 0.8 0.77 0.73 0.64 0.58 0.45

    Kehilangan akibat susut untuk kondisi standar bisa juga dihitung sebagai

    fungsi waktu dengan persamaan lainnya. Cara seperti ini dapat dilihat

    pada persamaan berikut :

    Perawatan kondisi basah (moist curing) setelah 7 (tujuh) hari

  • 19

    = (

    35 + 0.51 103)

    Perawatan stream curing setelah 1 (satu) sampai dengan 3 (tiga) hari

    = (

    55 + 0.56 103)

    Keterangan :

    = waktu dalam hari

    = Modulus elastisitas baja prategang dalam MPa

    = Kehilangan akibat susut dalam MPa

    = Faktor ukuran

    Faktor ukuran dapat ditentukan dengan persamaan berikut :

    =

    [

    26 0.0142 () +

    45 +

    ]

    (1064 3.70 (

    )

    923)

    Keterangan :

    = dalam mm

    = dalam hari

    bisa juga ditentukan dalam gambar V-16.

    Faktor kelembaban () ditentukan dengan persamaan berikut :

    = |

    140 70 < 80

    3 (100 )70 80

    bisa juga diperoleh dari tabel V-9.

    Keterangan :

    = Kelembaban relative dalam persen (%)

  • 20

    Gambar V-16 Faktor Ks

    Tabel V-6 Faktor Kh

    6. Kehilangan prategang akibat relaksasi

    Relaksasi baja prategang harus diperhitungkan sebagai faktor yang

    mempengaruhi kehilangan gaya prategang. Besarnya kehilangan

    ralaksasi tidak hanya tergantung pada lamanya waktu diaplikasikan gaya

    prategang, tetapi juga berdasarkan rasio tegangan awal (initial) dengan

    tegangan leleh tulangan prategang (

    ). Jika tidak ada perhitungan yang

    lebih teliti, maka kehilangan tegangan dalam tendon akibat relaksasi baja

    prategang harus diambil sebesar :

    Untuk baja stress-relieved

    = (log(2) log(1)

    10) (

    0.55)

    Untuk baja low-relaxation

  • 21

    = (log(2) log(1)

    40) (

    0.55)

    Keterangan :

    1 = Waktu awal interval dalam jam

    2 = Waktu akhir interval dalam jam

    = Tegangan awal baja prategang dalam MPa

    = Kehilangan prategang akibat ralaksasi dalam MPa

    V.IX. Perencanaan Berdasarkan Batas Layan

    Dalam perencanaan berdasarkan batas layan, struktur dianggap berperilaku

    linier. Kekuatan rencana yang diizinkan () harus ditentukan berdasarkan

    persyaratan yang sesuai untuk struktur yang ditinjau. Keamanan suatu

    komponen struktur () ditentukan sedemikian rupa sehingga kuat rencana yang

    diizinkan () tidak lebih kecil dari pengaruh aksi rencana () :

    =

    Dengan demikian perencanaan berdasarkan batas layan dilakukan untuk

    mengantisipasi suatu kondisi batas layan yang terjadi antara lain dari :

    - Tenaga kerja

    - Deformasi permanen

    - Vibrasi

    - Korosi, retak dan fatik

    - Bahaya banjir disekitar jembatan

    Kombinasi pembebanan yang dpilih baik kondisi batas maupun layan mengikuti

    kombinasi pembebanan BMS (Bridge Management System) dan SNI (Standar

    Nasional Indonesia) pembebanan untuk jembatan.

    A. Tegangan izin

    a. Tegangan izin tekan pada kondisi layan ()

    Tegangan tekan izin () adalah 0,45 (untuk semua kombinasi

    beban).

  • 22

    b. Tegangan izin tekan pada kondisi beban sementara atau kondisi

    transfer gaya prategang

    Tegangan tekan izin penampang beton () adalah 0,60 .

    Keterangan :

    adalah kuat tekan beton initial pada saat transfer gaya

    prategang.

    c. Tegangan izin tarik pada kondisi batas layan ()

    - Beton tanpa tulangan : = 0,15

    - Beton prategang penuh : = 0,5

    d. Tegangan izin tarik pada kondisi transfer gaya prategang ()

    - Di perletakan : 0,5

    - Selain di perletakan : 0,25

    B. Rumus umum perhitungan tegangan

    Persamaan tegangan pada serat atas dan bawah penampang berkaitan

    dengan momen lentur dan gaya prategang untuk balok diatas perletakan

    sederhana dapat dituliskan variatif dalam tabel V-4.

    Tabel V-7 Variasi persamaan tegangan yang disebabkan oleh momen

    Keterangan :

  • 23

    I = momen inersia penampang

    = Jarak dari pusat penampang () ke serat atas terluar

    = Jarak dari pusat penampang () ke serat bawah terluar

    = Tegangan dalam beton secara umum

    =

    = Modulus penampang pada serat atas

    =

    = Modulus penampang pada serat bawah

    =

    = Modulus penampang pada serat bawah

    =

    =

    =

    2

    = Jarak dari ke batas atas kern

    =

    =

    =

    2

    = Jarak dari ke batas bawah

    kern

    Kondisi awal :

    =

    +

    =

    +

    Kondisi layan :

    =

    +

    =

    +

    Keterangan :

    = momen maksimum yang bekerja pada kondisi awal,

    biasanya momen akibat berat sendiri balok pada saat

    transfer

    = momen total maksimum yang bekerja pada kondisi akhir

    atau layan

  • 24

    V.X. Perencanaan Balok Terhadap Geser

    Analisis geser balok harus dilakukan dengan cara perencanaan

    berdasarkan beban dan kekuatan terfaktor (PBKT). Pada balok yang tidak

    prismatik atau tinggi penampangnya bervariasi, perhitungan kekuatan

    geser harus memperhitungkan komponen gaya tarik atau tekan miring

    akibat adanya variasi tinggi penampang.

    1. Kekuatan geser batas nominal

    Kekuatan geser batas nominal () tidak boleh diambil lebih besar dari

    jumlah kekuatan geser yang disumbangkan oleh beton dan tulangan

    geser dalam penampang komponen struktur yang ditinjau, yaitu :

    = +

    2. Kekuatan geser batas yang disumbangkan oleh beton

    Kekuatan geser beton () tanpa memperhitungkan adanya tulangan

    geser, tidak boleh diambil melebihi dari nilai terkecil yang diperoleh

    dari 2 (dua) kondisi retak, yaitu retak geser terlentur () dan retak

    geser badan (), kecuali jika penampang yang ditinjau mengalami

    retak akibat lentur, dimana dalam kondisi tersebut hanya kondisi retak

    geser terlentur yang berlaku.

    Kondisi retak geser terlentur

    Kuat geser () harus dihitung dari :

    = (

    20) + +

    Keterangan :

    = (

    2+ )

    = Momen retak

    dikurangi momen

    berat sendiri.

    = + = Geser total dikurangi

    geser berat sendiri

    = + = Momen total

    dikurangi momen

    berat sendiri

  • 25

    =

    Tetapi tidak perlu diambil kurang dari

    7 .

    Kondisi retak geser bagian dalam

    = +

    = 0.3 ( + )

    Keterangan :

    = Gaya geser yang bila dikombinasikann dengan gaya

    prategang dan pengaruh aksi lainnya pada penampang

    akan menghasilkan tarik utama sebesar 0.33

    pada sumbu pusat atau perpotongan bagian badan dan

    sayap, mana yang lebih kritis

    = Menyatakan tegangan tekan rata-rata pada beton akibat

    gaya prategang efektif saja, sesudah memperhitungkan

    semua kehilangan gaya prategang

    = Lebar penampang geser

    = Tinggi efektif penampang geser

    Bila pada komponen struktur pratarik terdapat keadaan dimana

    penampang yang berjarak

    2 dari tumpuan berada lebih dekat keujung

    komponen dari pada panjang transfer tendon prategang, maka dalam

    perhitungan untuk kondisi retak akibat geser badan digunakan

    nilai prategang yang direduksi. Gaya prategang dapat dianggap

    bervariasi dari nol pada ujung tendon sampai nilai maksimum sebesar

    50 kali diameter kawat untai atau 100 kali diameter kawat tunggal

    pada titik sejarak panjang transfer tendon.

    3. Kekuatan geser batas yang disumbangkan oleh tulangan geser

    Sumbangan tulangan geser tegak dan miring terhadap kekuatan geser

    batas () ditentukan dengan persamaan berikut :

    Untuk tulangan geser tegak lurus

    =

  • 26

    Untuk tulangan geser miring

    = (sin + cos)

    Dimana menyatakan besarnya sudut antara sengkang miring dan

    sumbu longitudinal komponen struktur dan adalah jarak dari serat

    tekan terluar terhadap titik berat tulangan tarik longitudinal, tapi

    tidak perlu diambil kurang dari 0.8 . Dalam segala hal tidak boleh

    melebihi (2

    3 ).

    4. Kekuatan geser batas rencana

    Kekuatan geser rencana harus diambil sebesar , dimana kuat geser

    batas dan adalah faktor reduksi kekuatan.

    Untuk memenuhi sayrat keamanan geser, kuat geser rencana harus

    diambil tidak lebih kecil dari gaya geser batas ultimit, atau gaya

    rencana terfaktor () pada penampang yang ditinjau akibat

    kombinasi pembebanan luar yang paling berbahaya.

    5. Tulangan geser minimum

    Luas tulangan geser minimum adalah :

    =

    3

    Bila gaya prategang efektif tidak kurang dari 40% kekuatan tarik

    tulangan, tulangan geser minimum dapat dihitung dengan persamaan

    diatas atau persamaan berikut :

    =80

    6. Persyaratan tulangan geser

    Persyaratan untuk tulangan geser berikut ini harus diterapkan dalam

    perencanaan geser :

    Jika gaya geser rencana terfaktor () tidak melebihi kekuatan geser

    rencana balok dengan tulangan geser minimum ( ) maka

    hanya perlu dipasang tulangan geser minimum.

  • 27

    Syarat pemasangan tulangan geser minimum ini pada balok bisa

    diabaikan jika dan tinggi total komponen sruktur tidak

    melebihi nilai terbesar dari 250 mm dan setengah lebar badan.

    Jika > maka harus dipasang tulangan geser dengan kuat

    geser batas .

    Jika gaya prategang lebih besar dari gaya geser rencana > maka

    gaya geser rencana semula harus dimodifikasi menjadi = 1.2

    dan untuk perhitungan selanjutnya dianggap nol.

    V.XI. Tulangan End Zone

    Untuk menghindari pecahnya beton akibat tekanan cover plate angkur,

    maka diperlukan tulangan pada daerah pengangkuran yang disebut

    tulangan end zone. Tegangan izin beton harus lebih kecil dari gaya

    prategang () yang dibagi dengan luas dari cover plate.

    Jika gaya prategang () yang dibagi dengan luasan cover plate lebih besar

    dari tegangan izin beton maka harus dipasang tulangan end zone dimana

    gaya sisa ditahan oleh tulangan longitudinal yang diikat dengan sengkang.

    1. Jumlah dan distribusi tulangan

    Untuk gaya pemecah (bursting) dimana tulangan tidak didekat

    permukaan beton dan ada tambahan tulangan permukaan,

    tegangan pada tulangan harus dibatasi maksimum 200 MPa.

    Untuk gaya pengelupas (spalling) dimana terdapat lapisan

    tulangan pada tiap sisi komponen, tegangan pada tulangan

    permukaan harus dibatasi sampai 150 MPa untuk mengontrol

    retak. Tulangan harus diangkur dengan baik untuk menyalurkan

    tegangan tersebut. Tulangan harus didistribusikan sebagai berikut:

    a. Tulangan untuk gaya pemecah harus didistribusikan dari 0.1

    h sampai 1.0 h dari permukaan yang dibebani.

    b. Tulangan yang serupa harus dipasang dari bidang pada 0.1 h

    sampai sedekat mungkin kemuka yang dibebani. h harus

    diambil sama dengan tinggi atau lebar dari prisma simetris.

    Tulangan yang dipasang untuk mencegah pemecahan juga

  • 28

    dapat digunakan untuk mencegah pengelupasan asalkan

    posisinya tepat dan dijangkarkan dengan baik.

    c. Tulangan untuk gaya pengelupas harus dipasang sedekat

    mungkin kemuka yang dibebani dan konsisten dengan

    persyaratan selimut beton dan pemadatan.

    d. Pada tiap bidang yang sejajar dengan sisi yang dibebani,

    tulangan harus ditentukan dari penampang memanjang

    dengan persyaratan tulangan yang terbesar pada bidang

    tersebut, dan harus diperpanjang keseluruh tinggi atau lebar

    daerah ujung.

    2. Panjang penyaluran

    Panjang penyaluran untuk pelepasan berangsur diambil

    minimum sebagai berikut :

    a. 150 kali diameter untuk kawat baja (wire)

    b. 60 kali diameter untuk kawat untai (strand)

    c. ( 2

    3 )

    7 mm

    Bila lekatan kawat untai tidak menerus sampai keujung

    komponen, dan bila akibat beban kerja terdapat kondisi tarik pada

    beton yang awalnya mengalami tekan, maka nilai panjang

    penyaluran diatas harus dikali 2 (dua).

    V.XII. Lendutan dan Camber

    Karena adanya eksentrisitas kabel prategang, elemen balok prategang

    biasanya melengkung keatas pada saat momen luar bekerja masih kecil.

    Defleksi keatas ini disebut camber. Dalam perencanaan, besarnya defleksi

    keatas dan kebawah harus diperiksa dan dibatasi agar tidak melampaui

    batas defleksi yang diizinkan. Acuan mengenai batasan tersebut dapat

    dilihat pada tabel V-5.

  • 29

    Tabel V-8 Batas defleksi berdasarkan BMS (l = panjang bentang)

    Untuk elemen beton prategang defleksi dan camber dapat dihitung

    dengan menggunakan persamaan elastis seperti pada tabel V-6.

    Tabel V-9 Defleksi akibat pembebanan dan gaya prategang pada balok sederhana

    V.XIII. Microsoft Visual Studio

    Microsoft Visual Studio merupakan sebuah perangkat lunak lengkap (suite) yang

    dapat digunakan untuk melakukan pengembangan aplikasi, baik itu aplikasi

    bisnis, aplikasi personal ataupun komponen aplikasinya dalam bentuk aplikasi

  • 30

    console, aplikasi Windows ataupun aplikasi Web. Visual Studio mencakup

    kompiler, SDK, Integrated Development Environment (IDE), dan dokumentasi

    (umumnya berupa MSDN Library). Kompiler yang dimasukkan ke dalam paket

    Visual Studio antara lain Visual C++, Visual C#, Visual Basic, Visual Basic .NET,

    Visual InterDev, Visual J++, Visual J#, Visual FoxPro, dan Visual SourceSafe.

    Microsoft Visual Studio dapat digunakan untuk mengembangkan aplikasi dalam

    native code (dalam bentuk bahasa mesin yang berjalan di atas Windows) ataupun

    managed code (dalam bentuk Microsoft Intermediate Language di atas .NET

    Framework). Selain itu Visual Studio juga dapat digunakan untuk

    mengembangkan aplikasi Silverlight, aplikasi Windows Mobile (yang berjalan di

    atas .NET Compact Framework).

    Microsoft Visual Basic .NET adalah sebuah alat untuk mengembangkan dan

    membangun aplikasi yang bergerak di atas sistem .NET Framework, dengan

    menggunakan bahasa BASIC. Dengan menggunakan alat ini, para programmer

    dapat membangun aplikasi Windows Forms, Aplikasi web berbasis ASP.NET, dan

    juga aplikasi command-line. Alat ini dapat diperoleh secara terpisah dari

    beberapa produk lainnya (seperti Microsoft Visual C++, Visual C#, atau Visual

    J#), atau juga dapat diperoleh secara terpadu dalam Microsoft Visual Studio .NET.

    Bahasa Visual Basic .NET sendiri menganut paradigma bahasa pemrograman

    berorientasi objek yang dapat dilihat sebagai evolusi dari Microsoft Visual Basic

    versi sebelumnya yang diimplementasikan di atas .NET Framework.

    Peluncurannya mengundang kontroversi, mengingat banyak sekali perubahan

    yang dilakukan oleh Microsoft, dan versi baru ini tidak kompatibel dengan versi

    terdahulu.

    Tampilan awal pada saat membuka Microsoft Visual Studio adalah seperti pada

    gambar V-17.

  • 31

    Gambar V-17 Tampilan awal Microsoft Visual Studio 2015

    Gambar V-18 Tampilan form design Visual Studio 2015

    Gambar V-19 Tampilan form code Visual Studio 2015

  • 32

    Setelah membuat Project baru, maka tampilan aplikasi Visual Studio tampak

    seperti gambar V-18 dan gambar V-19. Adapun penjelasan fitur-fitur yang

    tersedia pada Visual Studio 2015 adalah sebagai berikut :

    A. Control Menu

    Gambar V-20 Control Menu pada Visual Studio 2015

    Control menu seperti pada gambar V-20 adalah menu yang digunakan

    terutama untuk memanipulasi jendela Visual Studio, seperti mengubah

    ukuran, memindahkan jendela Visual Studio, dan menutup jendela Visual

    Studio.

    B. Title Bar

    Gambar V-21 Title bar pada Visual Studio 2015

    Title bar seperti pada gambar V-21 adalah tempat untuk menampilkan

    nama Project yang sedang dibuat.

    C. Menu Bar

    Gambar V-22 Menu bar pada Visual Studio 2015

    Menu Bar seperti pada gambar V-22 adalah deretan perintah yang dapat

    digunakan untuk melakukan proses atau perintah-perintah tertentu.

    Menu bar dibagi menjadi beberapa pilihan sesuai dengan kegunaannya.

    D. Tool Bar

    Gambar V-23 Tool bar pada Visual Studio 2015

    Tool bar seperti pada gambar V-23 adalah jendela yang menampilkan

    tombol-tombol yang mewakili suatu perintah tertentu yang sering

    digunakan untuk keperluan dalam pemrograman.

    E. Solution Explorer

  • 33

    Gambar V-24 Solution explorer pada Visual Studio 2015

    Solution explorer seperti pada gambar V-24 adalah jendela yang

    menyimpan informasi mengenai Solution, Projects, beserta Files, Forms

    ataupun resource yang digunakan dalam membuat aplikasi.

    F. Form Designer

    Gambar V-25 Form designer pada Visual Studio 2015

    Form designer seperti pada gambar V-25 adalah suatu objek yang

    digunakan untuk merancang tampilan aplikasi. Form designer

    merupakan objek yang penting karena pada form ini nantinya komponen

    dan kontrol toolbox diletakkan dan diatur.

    G. Form Code

  • 34

    Gambar V-26 Form code pada Visual Studio 2015

    Form code seperti pada gambar V-26 adalah jendela yang menyimpan

    informasi mengenai kode-kode dari aplikasi yang dibuat.

    H. Toolbox

    Gambar V-27 Toolbox pada Visual Studio 2015

    Toolbox seperti pada gambar V-27 adalah jendela tempat menyimpan

    kontrol-kontrol atau komponen standar (dalam bentuk tampilan icon)

    yang nantinya akan digunakan sebagai komponen aplikasi didalam form

    saat merancang aplikasi.

    I. Properties

  • 35

    Gambar V-28 Object Properties pada Visual Studio 2015

    Properties seperti pada gambar V-28 berfungsi untuk memberikan

    informasi mengenai objek yang sedang aktif/dipilih. Nama objek yang

    sedang aktif dapat dilihat pada bagian atas jendela properties. Properties

    juga digunakan untuk mengubah nilai property atau karakteristik dari

    objek yang aktif/dipilih.

    V.XIV. Flowchart

    Bagan alir (flowchart) adalah bagan (chart) yang menunjukan alir (flow)

    didalam proram atau prosedur sistem secara logika. Bagan alir digunakan

    terutama untuk alat bantu komunikasi dan untuk dokumentasi. Tabel V-10

    menunjukan simbol-simbol yang biasa digunakan dalam membuat flowchart.

    Tabel V-10 Simbol-simbol flowchart

    Simbol Nama Fungsi

    Terminator Permulaan atau akhir program

    Follow Line

    (Garis alir) Arah aliran program

    Preparation Proses initialisasi /

    pemberian harga awal

    Process Proses perhitungan / proses pengolahan

    data

  • 36

    Input /

    Output data

    Proses input / output data, parameter

    atau informasi

    Input /

    Output

    document

    Proses input/output dokumen baik untuk

    komputer atau manual

    Decision

    Perbandingan pernyataan, penyeleksian

    data yang memberikan pilihan untuk

    langkah selanjutnya.

    On page

    connector

    Penghubung bagian-bagian flowchart

    yang berada pada satu halaman

    Off page

    connector

    Penghubung bagian-bagian flowchart

    yang berada pada halaman berbeda

  • 37

    VI. METODOLOGI TUGAS AKHIR

    Gambar VI-1 Metodologi Tugas Akhir

  • 38

    Metodologi yang diterapkan dalam pembuatan tugas akhir ini adalah seperti pada

    Gambar VI-1 dengan penjelasan sebagai berikut :

    1. Mengumpulkan Literatur

    Mengumpulkan literatur berupa jurnal, peraturan, artikel maupun

    referensi tentang perencanaan struktur beton prategang untuk jembatan

    dan Bahasa pemrograman Visual Basic.

    2. Studi literatur

    Mempelajari tahapan-tahapan prosedur perhitungan beton prategang

    berdasarkan literatur. Mempelajari Bahasa pemrograman Visual Basic

    yang akan digunakan untuk merancang aplikasi.

    3. Membuat flowchart (bagan alir)

    Membuat flowchart (bagan alir) dari aplikasi yang akan dibuat, sehingga

    lebih mudah untuk memahami alur kerja dari aplikasi.

    4. Desain aplikasi

    Merancang tampilan/desain aplikasi yang akan dibuat agar mudah

    digunakan.

    5. Perancangan aplikasi

    Merancang aplikasi akan dibuat dengan menggunakan aplikasi Visual

    Studio 2015 dan Bahasa pemrograman Visual Basic.

    6. Uji coba dan evaluasi aplikasi

    Menguji aplikasi yang telah dibuat, pengujian aplikasi dilakukan dengan

    cara membandingkan output aplikasi dengan hasil dari perhitungan

    manual. Dari hasil uji coba tersebut kinerja dan keakuratan aplikasi dapat

    diketahui. Apabila terjadi kesalahan, aplikasi tidak berjalan dengan baik

    dan benar, maka mengevaluasi kekurangan aplikasi serta melakukan

    revisi terhadap aplikasi.

    7. Dokumentasi

    Menyusun laporan dalam bentuk buku sebagai bentuk dokumentasi

    pembuatan tugas akhir.

    VII. SISTEMATIKA PENULISAN

    Tugas akhir ini akan disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

  • 39

    Menjelaskan latar belakang, permasalahan yang diangkat berserta

    batasan-batasannya dan tujuan yang akan dicapai dari pembuatan

    tugas akhir serta metodologi yang digunakan.

    BAB II DASAR TEORI

    Memaparkan hasil studi literatur berupa rangkuman jurnal, buku,

    artikel dan peraturan yang membahas mengenai perhitungan dan

    perencanaan beton prategang untuk jembatan dan Bahasa

    pemrograman Visual Basic.

    BAB III PERANCANGAN APLIKASI

    Membahas perancangan aplikasi yang akan dibuat dimulai dari

    pembuatan bagan alir (flowchart), batasan perhitungan,

    merancang tampilan/desain aplikasi, kode pemrograman yang

    digunakan dan output dari aplikasi.

    BAB IV PENGUJIAN APLIKASI

    Menjalankan aplikasi dan membandingkan hasilnya dengan

    perhitungan manual.

    BAB V PENUTUP

    Menyatakan kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari proses

    pembuatan tugas akhir berserta saran saran untuk pengembangan

    aplikasi selanjutnya.

    LAMPIRAN

    Berisi tentang panduan pengguna aplikasi yang menjadi acuan

    bagi pengguna dan berisi tentang kode dari bahasa pemrograman

    Visual Basic yang digunakan dalam pembuatan aplikasi ini.

    VIII. DAFTAR PUSTAKA

    AASHTO. AASHTO LRFD Bridge Construction Specifications. Washington, D.C.:

    AASHTO, 2012. Sixth Edition.

    . Standard Specifications for Highway Bridges. Washington, D.C.: AASHTO,

    2002. 17th Edition.

    Budiman, Setya. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dengan

    Pemrograman Bahasa Visual Borland Delphi 7.0 dan Database Mysql 4.0

  • 40

    untuk Bangunan dan Rumah Tinggal. Surakarta: Universitas Sebelas

    Maret, 2010. Skripsi.

    Connecticut Departemen of Transportasion. Bridge Design Manual. Connecticut:

    Connecticut Departement of Transportation, 2003. 2003 Edition.

    Direktorat Jenderal Bina Marga. Perencanaan Struktur Beton Pratekan Untuk

    Jembatan. 2011. No. 021/BM/2011.

    French, Catherine E. Validation of Prestressed Concrete I-Beam Deflection and

    Camber Estimate. Minneapolis: University of Minnesota, 2012. Journal

    Reaserch Service University Minnesota Departement of Transport.

    Halvorson, Michael. Step by Step Microsoft Visual Basic 2013. Canada: Microsoft

    Press, 2013.

    Hurst, M K. Prestressed Concrete Design. London: E & FN Spon, 1998. Second

    Edition.

    Mauer, Lowell. Sams Teach Yourself More Visual Basic .Net in 21 Days.

    Indianapolis: Sams Publishing, 2002.

    Mawarno, Devi Siska Putri. Analisis Tebal Perkerasan Kaku Berdasarkan Metode

    Bina Marga Dengan Menggunakan Program Visual Basic. Jakarta Barat:

    Universitas Binus, 2010. Tugas Akhir.

    Ministery of Public Works. Bridge Design Manual. Directorate General of

    Highways, 1992. Bridge Management System Volume 2.

    . Bridge Design Manual. Directorate General of Highways, 1992. Bridge

    Management System Volume 1.

    Napitupulu, Fransis H. Pembuatan Program Bantu Meghitung Tebal Pererasan

    Lentur dan Perkerasan Kaku Metode Bina Marga Dengan Borland Delphi.

    Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 2006. Tugas Akhir.

    Nawy, Edward G. Prestress Concrete. New Jersey: Rutgers University, 2009. Fifth

    Edition.

    Raju, N Krishna. Prestressed Concrete. New Delhi: The Tata McGraw-Hill

    Publishing Company Limited, 2007. Fourth Edition.

  • 41

    Standar Nasional Indonesia. Baja Tulangan Beton. Badan Standarisasi Nasional,

    2002. SNI 07-2052-2002.

    . Pembebanan Untuk Jembatan. Badan Standarisasi Nasional, 2005. RSNI T-02-

    2005.

    . Perencanaan Struktur Beton Untuk Jembatan. Badan Standarisasi Nasional,

    2004. RSNI T-12-2004.

    Utley, Craig. A Programmer's Introduction to Visual Basic .Net. Indianapolis:

    SAMS Publishing, 2001.

  • 42

    IX. RENCANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

    Rencana kegiatan tugas akhir ini bertujuan agar kegiatan yang telah direncanakan tepat pada waktunya. Rencana kegiatan tugas

    akhir ditunjukan pada Gambar IX-1.

    Gambar IX-1 Rencana kegiatan tugas akhir

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

    1 Studi Literatur 1 - 3 16 Peb - 6 Mar

    2 Membuat Flowchart 4 - 5 9 Mar - 20 Mar

    3 Desain Aplikasi 6 - 7 23 Mar - 3 Apr

    4 Perancangan Aplikasi 8 - 13 6 Apr - 15 Mei

    5 Uji Coba dan Evaluasi Aplikasi 9 - 14 13 Apr - 22 Mei

    6 Dokumentasi 15 -17 25 Mei - 19 Jun

    PEB JUNINO. URAIAN KEGIATAN MINGGU KE- TANGGAL

    MAR APRIL MEI