20
PROPOSAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN LOKASI YANG LAYAK UNTUK BUDIDAYA IKAN KERAPU DENGAN MENGGUNAKAN KERAMBA JARING APUNG DI PULAU BUKIT KABUPATEN LINGGA DENGAN METODE TOPSIS Diajukan oleh : Yosalia Sitompul (110155201076) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI (UMRAH) 2014

Proposal Yosa

  • Upload
    ramz

  • View
    131

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

testing aja brooo aja ini kk

Citation preview

Page 1: Proposal Yosa

PROPOSAL

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENENTUKAN

LOKASI YANG LAYAK UNTUK BUDIDAYA IKAN

KERAPU DENGAN MENGGUNAKAN KERAMBA

JARING APUNG DI PULAU BUKIT KABUPATEN

LINGGA DENGAN METODE TOPSIS

Diajukan oleh :

Yosalia Sitompul (110155201076)

JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI (UMRAH)

2014

Page 2: Proposal Yosa

2

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 3

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 5

1.3. Batasan Masalah ................................................................................................. 5

1.4. Tujuan ................................................................................................................. 5

1.5. Manfaat ............................................................................................................... 6

1.6. Hipotesa .............................................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 7

2. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 7

2.1. Landasan Teori ................................................................................................ 8

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 15

3. Metode penelitian .................................................................................................. 15

3.1. Analisis Kebutuhan ....................................................................................... 15

3.2. Variabel Penelitian ........................................................................................ 15

3.3. Lokasi dan Waktu penelitian ......................................................................... 16

3.4. Sampel dan Populasi ..................................................................................... 16

3.5. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................ 16

3.6. Teknik Analisa Data...................................................................................... 17

3.7. Rancangan Penelitian .................................................................................... 17

BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 18

4. Penutup ................................................................................................................. 18

4.1. Kesimpulan ................................................................................................... 18

4.2. Saran ............................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 19

Page 3: Proposal Yosa

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pulah Bukit merupakan salah satu Pulau di Desa Benan yang telah

dihuni oleh penduduk. Yang mana penduduknya mencapai 1466 jiwa.

Dimana masyarakat umumnya bermata pencaharian sebagian Nelayan. Tri

Kurnia Wati FIKP UMRAH (2012 : 34) berdasarkan hasil pengamatan

dari menyatakan dalam Laporan Magangnya meyatakan jenis ikan hasil

tangkap nelayan di Pulau Bukit ini antara lain; Ikan Kerapu, Sembilang,

Kakap, Kembung, Lebam, Selangat, Kepiting, Udang dan Kerang-

kerangan.

Pulau ini juga memiliki potensi yang besar untuk usaha budidaya

ikan. Untuk wilayah laut biasanya diterapkan budidaya ikan menggunakan

sistem KJA( Keramba Jaring Apung). Keramba Jaring Apung (KJA)

adalah tempat pemeliharaan ikan yang dibuat di permukaan air, dibatasi

dengan jaring, dan terapung dipermukaan. Kelebihan sistem KJA adalah

tidak perlu melakukan pengelolaan air, karena menggunakan sistem air

yang luas yaitu air laut. Dengan luasnya permukaan air, maka kualitas air

lebih stabil. Kelebihan tersebut sekaligus juga sebagai kelemahan apabila

air laut sudah jelek, karena kita tidak bisa mengelola kondisi air laut.

M.Ghufran H. Kordi K, dkk (2007: 19) mengatakan dalam

bukunya biota air yang umumnya dibudidayakan adalah ikan kakap (Lates

Calcalifer, Lutjanus sp. Dan Psammoperca), ikan titang (Scatophagus

argus),ikan napoleon (Cheilinus Undulatus), udang windu (Penaeus

Monodon), udang putih (Penaeus Merguiensis), teripang (Holothuria,

Muelleria dan Stichopus), mutiara (Pinctada dan Pteria), rumput laut

(Gracillaria dan Euchema), tiram bakau (Crassostrea dan Ostrea), kerang

hijau (Perna viridis), kerang darah (Anadara Granosa), dan ikan kuwe

(Caranx sp.). Di Australia dan Jepang telah pula dikembangkan budidaya

ikan tuna (Thunnus sp.) dengan menggunakan sistem KJA.

Page 4: Proposal Yosa

4

Ikan Kerapu adalah komoditas penting untuk budidaya laut di Asia

Tenggara karena memiliki pangsa pasar yang besar dan nilai ekonomi

tinggi. Pada mulanya, lebih dari 10 jenis kerapu sudah dibudidayakan

namun menggunakan benih dan gelondongan ikan yang ditangkap dari

alam di daerah yang bersangkutan. Di Pulau Bukit budidaya Ikan Kerapu

dengan sistem KJA masih kurang. Agar budidaya ikan di KJA berhasil

maka pemasangan KJA tidak dilakukan disembarang tempat, harus dipilih

Lokasi yang memenuhi aspek teknis dan sosial ekonomis. Dalam

menentukan sebuah Lokasi terbaik dalam pembuatan KJA pada

umumnya harus memperhatikan kriterianya antara lain ; Faktor Fisika

(Suhu, Arus, Salintas, Kedalaman, Kecerahan), Faktor Kimia ( Ph, Do)

dan Faktor Biologi (Kepadatan Fitoplankton). Yang mana faktor diatas

harus sesuai dengan jenis Ikannya.

Dengan banyaknya alternatif yang mempengaruhi sebuah

keputusan maka sulit untuk mengambil sebuah keputusan secara manual

serta kurang efektif jika kita mengacu pada kemajuan teknologi yang

sudah sangat pesat pada saat sekarang ini. Pengambilan keputusan yang

melibatkan beberapa atribut untuk menetapkan alternatif terbaik dari

sejumlah alternatif disebut dengan Multiple Attribute Decision Making

(MADM). Atribut biasanya berupa ukuran, aturan, atau standar yang

digunakan dalam pengambilan keputusan.

Implementasi SPK ini menggunakan metode Technique For

Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS). Lestari S.

(2011) Metode TOPSIS mempunyai konsep bahwa alternatif yang

terbaik tidak hanya memiliki jarak terpendek dari solusi ideal positif

tetapi memiliki jarak terpanjang dari solusi ideal negatif. TOPSIS

memiliki kemampuan menentukan alternatif-alternatif keputusan dalam

bentuk matematis yang sederhana, komputasinya efisien dan mudah

dipahami.

Page 5: Proposal Yosa

5

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

1. Bagaimana merancang dan membangun suatu Sistem Pendukung

Keputusan dalam penentuan kelayakan lokasi pembuatan KJA Ikan

Kerapu berbasis web.

2. Bagaimana penerapan metode TOPSIS dalam menentukan kelayakan

lokasi KJA.

3. Bagaimana tingkat akurasi metode TOPSIS dalam penentuan

kelayakan lokasi KJA

1.3. Batasan Masalah

Dari penjelasan latar belakang di atas, maka ada beberapa hal yang

menjadi fokus utama dan batasan-batasan yaitu :

1. Pengambilan alternatif dan kriteria lokasi ini diambil hanya di daerah

Pulau Bukit.

2. Kriteria yang digunakan untuk menentukan lokasi terbaik tidak terlepas

dari aspek bioteknis seperti Faktor Fisika (Suhu, Arus, Salintas,

Kedalaman, Kecerahan), Faktor Kimia ( Ph, Do) dan Faktor Biologi

(Kepadatan Fitoplankton).

1.4. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah merancang sistem

pendukung keputusan untuk penentuan kelayakan lokasi KJA untuk Ikan

Kerapu dengan menerapkan metode TOPSIS sebagai metode sistem

pendukung keputusan serta mengukur tingkat akurasi implementasi

metode tersebut.

Page 6: Proposal Yosa

6

1.5. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Menambah pengetahuan penulis dalam menerapkan metode

TOPSIS pada “ Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Lokasi

yang Layak Untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem KJA dengan

Metode TOPSIS “.

2. Membantu pembaca sebagai bahan pertimbangan Sistem Pendukung

Keputusan dalam penelitian selanjutnya.

3. Dapat digunakan sebagai referensi serta ide pengembangan

permasalahan tentang sistem pendukung keputusan dan metode yang

digunakan

1.6. Hipotesa

Untuk kesesuaian dengan bentuk penelitian ini, peneliti menggunakan

Hipotesis Alternatif (Ha) yaitu kesimpulan yang harus diuji tentang apakah

terdapat pengaruh Kecepatan Arus, Kedalaman Perairan, Oksigen

Terlarut(DO), Kecerahan, Suhu dan Salinitas, Kepadatan Plankton dan PH

dalam menentukan lokasi yang layak dalam budidaya ikan kerapu dengan

menggunakan keramba jaring apung dan dapat diterima atau tidak diterima

hipotesis tersebut.

Page 7: Proposal Yosa

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. Tinjauan Pustaka

Dalam pengembangan sistem ini, penyusun melakukan penelusuran,

ditemukan beberapa karya ilmiah yang membahas mengenai Sistem Pendukung

Keputusan. Adapun karya-karya tersebut antara lain :

1. Mahasiswa Pascasarjana Juliyanti, Mohammad Isa Irawan dan Imam

Mukhlash Jurusan Matematika FMIPA dalam jurnalnya yang berjudul

“Pemilihan Guru Berprestasi Menggunakan Metode AHP dan

TOPSIS”, metode MCDM dengan kombinasi AHP-TOPSIS telah

memadai untuk digunakan dalam proses pemilihan, dalam

penelitian ini pemilihan guru berpestasi. Pada kasus ini penentuan

bobot kriteria dilakukan dengan metode AHP dan proses

perankingan alternatif dengan metode TOPSIS. Hasil yang

diperoleh dari metode ini mempunyai perbedaan posisi

perankingan yang sangat signifikan dengan hasil dari metode

yang digunakan oleh pihak Diknas terkait.

2. Dalam Jurnal karya Baskworo Y.I.E., Arief Andy Soebroto, ST.,

M.Kom., Rekyan Regasari M.P., ST., MT. prodi Ilmu Komputer yang

berjudul “Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Kelayakan

Pengisisan Bibit Ayam Broiler Dikandang Peternak Menggunakan

Metode AHP dan TOPSIS”, sistem pendukung keputusan ini dapat

memberikan rekomendasi berupa layak tidak suatu kandang

mendapatkan bibit ayam broiler yang dirancang menggunakan

metode AHP dan TOPSIS. Kriteria yang digunakan berdasarkan

wawancara dengan pihak terkait dengan memperhatikan standart

kelayakan kandang yang terdapat dibeberapa referensi buku.

Page 8: Proposal Yosa

8

3. Jurnal Novhirtamely Kahar, Nova Fitri prodi Teknik Informatika yang

berjudul “ Aplikasi Metode Fuzzy Multi Criteria Decision Making

Untuk Optimalisasi Penentuan Lokasi Promosi Produk” untuk

menentukan posisi lokasi terbaik berdasarkan pertimbangan banyak

kriteria, dimana kriteria tersebut dapat di ukur secara kuantitatif

dengan metode FMCDM yang digunakan untuk menilai secara

numerik dan bahasa, sedangkan untuk pemilihan metode penentuan

posisi lokasi digunakan nilai total intergral, karena metode ini mampu

memprioritaskan alternative yang optimal.

2.1. Landasan Teori

Kedalaman Perairan

Menurut Wibisono, (2005) menyatakan bahwa kedalaman suatu perairan

didasari pada relief dasar dari perairan tersebut. Perairan yang dangkal

kecepatan arus relatif cukup besar dibandingkan dengan kecepatan arus

pada daerah yang lebih dalam (Odum, 1979). Semakin dangkal perairan

semakin dipengaruhi oleh pasang surut, yang mana daerah yang

dipengaruhi oleh pasang surut mempunyai tingkat kekeruhan yang tinggi.

Kedalaman perairan berpengaruh terhadap jumlah dan jenis organisme

yang mendiaminya, penetrasi cahaya, dan penyebaran plankton. Dalam

kegiatan budidaya variabel ini berperanan dalam penentuan instalasi

budidaya yang akan dikembangkan dan akibat-akibat yang ditimbulkan

oleh kegiatan tersebut.

Kedalaman perairan merupakan faktor yang diperlukan dalam kegiatan

baik terhadap organisme yang membutuhkan kedalaman rendah sampai

cukup dalam. Beberapa kultivan seperti rumput laut membutuhkan

perairan yang tidak terlalu dalam dibandingkan dengan budidaya ikan

kerapu dan tiram mutiara. Ikan kerapu sangat tergantung dari pakan buatan

Page 9: Proposal Yosa

9

(artificial food), maka untuk menjaga terakumulasinya sisa pakan pada

dasar perairan, diharapkan ada perbedaan jarak antara dasar perairan

dengan dasar jaring. Akumulasi yang terjadi berupa proses dekomposisi

dari sisa pakan yang menghasilkan senyawa organik. Kedalaman yang

dianjurkan adalah berkisar 5-25 meter (Deptan, 1992 ; DKP, 2002).

Kecerahan

Kecerahan perairan yang di perbolehkan dalam budidaya perikanan

berkisar antara 5-10 meter (Bakosurtanal, 1996 ; Wibisono, 2005). Pada

kedalaman tertentu, apabila kemampuan intensitas cahaya dapat

melampauinya, akan mempengaruhi produktifitas total dan tumbuhan yang

dominan dalam ekosistem. Dalam hubungannya dengan fotosintesa,

intensitas dan panjang gelombang sangat penting. Bentuk-bentuk yang

hidup di laut cenderung menyukai sinar-sinar dengan spektrum hijau dan

biru (Romimohtarto, 2003). Keadaan ini secara tidak langsung

mempengaruhi daya dukung ekosistem perairan.

Kecepatan Arus

Adanya arus di laut disebabkan oleh perbedaan densitas masa air laut,

tiupan angin terus menerus diatas permukaan lautdan pasang-surut

terutama di daerah pantai (Raharjo dan Sanusi, 1983 dalam Satriadi dan

Widada, 2004). Pasang surut juga dapat menggantikan air secara total dan

terus menerus sehingga perairan terhindar dari pencemaran (Winanto,

2004). Sedangkan distribusi pantai dapat merubah dan meredam arus

(Sidjabat, 1976). Arus mempunyai pengaruh positif dan negatif bagi

kehidupan biota perairan. Arus dapat menyebabkan ausnya jaringan jazad

hidup akibat pengikisan atau teraduknya substrat dasar berlumpur yang

berakibat pada kekeruhan sehingga terhambatnya fotosintesa. Pada saat

yang lain, manfaat dari arus adalah menyuplai makanan, kelarutan

oksigen, penyebaran plankton dan penghilangan CO2maupun sisa-sisa

produk biota laut(Beverige, 1987 ; Romimohtarto, 2003). Kenyataan yang

Page 10: Proposal Yosa

10

tidak dapat ditoleransi terhadap kuat maupun lemahnya arus akan

menghambat kegiatan budidaya laut (Ghufron dan Kordi, 2005). Arus juga

sangat penting dalam sirkulasi air, pembawa bahan terlarut dan padatan

tersuspensi (Dahuri, 2003), serta dapat berdampak pada keberadaan

organisme penempel (Akbar et al,2001).

Kecepatan arus perairan untuk budidaya keramba jaring apung di laut

tidak boleh lebih dari 100 cm/detik (Gufron dan Kordi, 2005) dan

kecepatan arus bawah 25 cm/dt. Sedangkan untuk rumput laut 20 - 30

cm/dt dan tiram mutiara berkisar 15 – 25 cm/dt (DKP, 2002)

pH Air Laut

Derajat keasaman menunjukan aktifitas ion hidrogen dalam larutan

tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/l) pada

suhu tertentu Konsentrasi pH mempengaruhi tingkat kesuburan perairan

karena mempengaruhi kehidupan jazad renik. Perairan yang asam

cenderung menyebabkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan

konsentrasi oksigen akan rendah sehingga, aktifitas pernapasan tinggi dan

selera makan berkurang (Ghufron dan Kordi, 2005). pH air laut umunya

berkisar antara 7.6 – 8.3 (Brotowidjoyo et al, 1995) dan berpengaruh

terhadap ikan (Bal and Rao, 1984). pH air laut relatif konstan karena

adanya penyangga dari hasil keseimbangan karbon dioksida, asam

karbonat, karbonat dan bikarbonat yang disebut buffer(Black, 1986 ;

Shephered and Bromage, 1998). Nilai pH, biasanya dipengaruhi oleh laju

fotosintesa, buangan industri serta limbah rumah tangga (Sastrawijaya,

2000).

Dalam suatu perairan nilai pH berada pada kondisi alami, namun

konsentrasi untuk budidaya ikan kerapu kisaran pH antara 7.8 - 8,3 (SNI,

2000).

Page 11: Proposal Yosa

11

Oksigen Terlarut

Pada perairan yang terbuka, oksigen terlarut berada pada kondisi alami,

sehingga jarang dijumpai kondisi perairan terbuka yang miskin

oksigen(Brotowidjoyo et al.,1995). Walaupun pada kondisi terbuka,

kandungan oksigen perairan tidak sama dan bervariasi berdasarkan siklus,

tempat dan musim. Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian,

musiman, pencampuran masa air, pergerakan masa air, aktifitas

fotosintesa, respirasi dan limbah yang masuk ke badan air (Effendi, 2003).

Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai dua kepentingan yaitu :

kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang

tergantung pada metabolisme ikan (Ghufron dan Kordi, 2005).

Plankton

Plankton merupakan organisme pelagik yang mengapung atau bergerak

mengikuti arus (Bal and Rao, 1984), terdiri atas dua tipe yakni

fitoplankton dan zooplankton. Plankton mempunyai peranan penting

dalam ekosistem di laut,karena menjadi bahan makanan bagi berbagai

jenis hewan laut (Nontji, 1993 ; Nybakken, 1992).

Menurut Newell and Newell (1963) daur hidupnya plankton digolongkan

atas :

1. Holoplankton adalah plankton yang seluruh daur hidupnya bersifat

planktonik

2. Meroplankton merupakan organisme akuatik yang sebagian dari daur

hidupnya bersifat planktonik. Fitoplankton hanya dapat hidup di tempat

yang mempunyai sinar yang cukup, sehingga fitoplankton hanya dijumpai

pada lapisan permukaan air atau daerah-daerah yang kaya akan nutrien

(Hutabarat dan Evans, 1995). Produktifitas fitoplankton dipengaruhi oleh

ketersediaan unsur hara nitrat dan fosfat serta makrophite (Boyd, 1981).

Fitoplankton sebagai pakan alami mempunyai peran ganda, yakni

berfungsi sebagai penyangga kualitas air dan dasar dalam rantai makanan

di perairan atau yang disebut produsen primer (Odum, 1979).

Page 12: Proposal Yosa

12

Distribusi fitoplankton menjadi penting karena kemampuan beradaptasi

dari jenis-jenis fitoplankton tersebut. Perubahan komposisi jenis dan

kepadatan terjadi karena pengaruh faktor-faktor berupa perubahan musim,

jumlah konsentrasi cahaya dan temperatur. Perubahan-perubahan

kandungan meneral, salinitas, run off, dan aktifitas di darat dapat juga

merubah komposisi fitoplankton di laut (Viyard, 1979).

Metode TOPSIS

TOPSIS (Technique For Orders Reference by Similarity to Ideal

Solution) adalah salah satu metode pengambilan keputusan multi

kriteria yang pertama kali diperkenalkan oleh Yoon dan Hwang

(1981). Metode ini menggunakan prinsip bahwa alternatif yang

terpilih harus mempunyai jarak terdekat dari solusi ideal positif dan

terjauh dari solusi ideal negatif. Pilihan akan diurutkan berdasarkan nilai

sehingga alternatif yang memiliki jarak terpendek dengan solusi ideal

positif adalah alternatif yang terbaik. Dengan kata lain, alternatif yang

memiliki nilai yang lebih besar itulah yang lebih baik untuk dipilih.

Berikut ini merupakan tahapan-tahapan dalam mengimplementasikan

metode TOPSIS :

1. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi

2. Membuat matriks keputusan yang ternormalisasi terbobot

3. Membuat matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal negatif

4. Menentukan jarak antara nilai setiap alternatif dengan matriks solusi

ideal positif dan matriks solusi ideal negatif.

5. Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif

Page 13: Proposal Yosa

13

Langkah Kerja Metode TOPSIS

1. Membangun normalized decision matrix.

TOPSIS membutuhkan rating kinerja setiap alternatif pada setiap

kriteria yang ternormalisasi, yaitu :

√∑

( )

2. Membangun weighted normalized decision matrix.

( )

3. Menentukan matriks solusi ideal positif dan matriks solusi ideal

negatif.

Solusi ideal positif ( ) dihitung berdasarkan :

(

) ( )

dengan

{

( )

Solusi ideal positif ( ) dihitung berdasarkan :

(

) ( )

dengan

{

( )

Page 14: Proposal Yosa

14

4. Menentukan jarak antara alternatif solusi ideal positif dan matriks

ideal negatif.

Jarak alternatif dengan solusi ideal positif :

√∑ (

)

( )

Jarak alternatif dengan solusi ideal negatif :

√∑ (

)

( )

5. Menentukan nilai preferensi untuk setiap alternatif.

Nilai preferensi untuk setiap alternatif diberikan sebagai :

( )

Nilai yang lebih besar menunjukkan bahwa alternatif lebih

dipilih.

6. Perengkingan alternatif.

Alternatif dirangking berdasarkan jarak terhadap solusi ideal positif

dansolusi ideal negatif. Alternatif terbaik adalah terpendek dengan

solusi ideal positif dan terjauh dengan solusi ideal negatif.

Page 15: Proposal Yosa

15

BAB III

METODE PENELITIAN

3. Metode penelitian

3.1. Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengetahui semua permasalahan serta

kebutuhan yang diperlukan dalam menentukan dimana lokasi terbaik untuk

membuat KJA Ikan Kerapu. Variabel-variabel yang diperlukan dalam

pembuatan sistem penunjang keputusan untuk mengetahui lokasi terbaikan

budidaya ikan kerapu sistem KJA dengan menggunakan metode TOPSIS yaitu

Arus, Kedalaman air laut, DO, Kecerahan, Suhu, Salintas, PH, Plankton

(Fitoplankton dan Zooplanton) sebagai variabel input, pada studi kasus ini 3

alternatif tempat yang telah disediakan dan salah satu dari alternatif tersebut

yang akan menjadi variabel outputnya.

3.2. Variabel Penelitian

a. Variabel Primer

Merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam usaha pengembangan budidaya baik

kelangsungan hidup maupun keberlangsung-an usaha. Jika syarat ini tidak

terpenuhi dapat menyebabkan kegagalan dari usaha budidaya yang diinginkan.

Variabel primer tersebut terdiri dari :

- Kecepatan Arus

- Kedalaman Perairan

b. Variabel Sekunder

Variabel ini merupakan syarat optimal yang harus dipenuhi oleh suatu kegiatan

usaha budidaya. Syarat ini diperlukan oleh biota, agar kehidupan lebih baik.

Variabel tersebut meliputi :

Page 16: Proposal Yosa

16

- Oksigen Terlarut(DO)

- Kecerahan

- Suhu dan Salinitas

c. Variabel Tersier

Variabel dianggap sebagai pendukung kegiatan budidaya karena keberadaannya

di perairan, tidak berhubungan langsung dengan kehidupan kultivan. Syarat ini

dipenuhi untuk kehidupan biota secara sempurna. Variabel tersebut meliputi :

- Kepadatan Plankton

- PH

3.3. Lokasi dan Waktu penelitian

Lokasi dalam pengambilan sample adalah di Pulau Bukit, Kabupaten

Lingga. Untuk waktu penelitian, tidak ada waktu khusus karena variable untuk

penelitian ini di ambil dari laporan tugas akhir mahasiswa kelautan UMRAH dan

berdasarkan DKP.

3.4. Sampel dan Populasi

Dalam penelitian ini saya mengambil 3 stasiun yang berada di Pulau Bukit,

Kabupaten Lingga, yang di beri nama sebagai Stasiun I, Stasiun II, Stasiun III.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini saya menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif yang

lebih kepada teknik pengumpulan data dokumen yang memiliki arti pengumpulan

data yang di dapat dari informasi yang bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan

dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal

kegiatan dan sebagainya.

Pada tahap ini dikumpulkan informasi, keterangan dari laporan magang

fakultas kelautan mengenai data daerah yang saya jadikan objek untuk di analisa

selain itu, dari teori – teori dari buku, rujukan dari artikel ataupun jurnal yang

Page 17: Proposal Yosa

17

terkait dengan metode TOPSIS serta referensi lain yang dapat digunakan

untuk menyelesaikan penelitian ini.

3.6. Teknik Analisa Data

Dalam analisa data menggunakan salah satu metode dari system pendukung

keputusan yaitu metode topsis yang sudah dijelaskan sebelumnya.

3.7. Rancangan Penelitian

Mulai

Identifikasi Masalah

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Pengujian

Kesimpulan Selesai

Validasi

Tidak

Ya

Pengolahan data

akhir

Page 18: Proposal Yosa

18

BAB III

PENUTUP

4. Penutup

4.1. Kesimpulan

Bahwa dalam pengetahuan lingkungan yang mana dalam hal ini mengenai

perikanan dapat di temukan satu solusi dengan menggunakan metode topsis. Yang

harapan nantinya dapat digunakan oleh masyarakat Lingga untuk mengetahui

bagaimana cara menentukan lokasi penempatan keramba jaring apung untuk ikan

kerapu.

4.2. Saran

Unutuk masyarakat Lingga agar lebih teliti dalam memilih keramba jaring apung

untuk ikan kerapu agar hasil dari ikan juga dapat maksimal. Semoga nantinya

system ini dapat membantu.

Page 19: Proposal Yosa

19

DAFTAR PUSTAKA

Ghufran.M, dkk 2005. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan.

Rineka Cipta. Jakarta.

Kahar, Novhirtamely, fitri.Nova. 2011. Aplikasi Metode Fuzzy Multi

Criteria Decision Making (FMCDM) Untuk Optimalisasi Penentuan Lokasi

Promosi Produk. STMIK-Nurdin Hamzah. Jambi.

Kusumadewi S, Hartati S, Harjoko A, Wardoyo R. 2006. Fuzzy Multi-

Attribute Decidion Making (FUZZY MADM). Graha Ilmu, Yogyakarta.

Widodo,Johanes, Suadi. 2006. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Laut.

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wati, Kurnia. 2012. Laporan Praktik Lapangan Keadaan Umum Perairan

Laut Pulau Bukit Kelurahan Benan Kecamatan Senayang Kabupaten

Lingga Provinsi Kepulauan Riau.UMRAH- FIKP.Tanjungpinang.

Elviwani. 2012. Analisis Komputasi Metode Topsis Dalam Pengambilan

Keputusan. Tesis. Program Studi Magister (S2) Teknik Informatika.

Fakultas Ilmu Komputer Dan Teknologi Informasi. Universitas Sumatera

Utara.Medan.

Page 20: Proposal Yosa

20