11
PROSEDUR DAN TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BERDASARKAN K3 & HUKUM KETENAGAKERJAAN 1. Latar Belakang Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam menjalankan pembangunan, tetapi Kegiatan konstruksi juga menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan antara lain yang menyangkut aspek Kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan, oleh sebab itu kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan standar dan ketentuan K3L yang berlaku. 2. Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena hubungan kerja dan kemungkinan disebabkan oleh bahaya yang ada kaitannya dengan pekerjaan. Terdapat beberapa klasifikasi mengenai kecelakaan kerja menurut ILO 1962: a. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan • Terjatuh • Tertimpa benda jatuh • Terkena benda-benda • Terjepit oleh benda • Gerakan melebihi kemampuan • Pengaruh suhu tinggi • Terkena arus listrik 1 K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN

Prosedur K3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Prosedur K3

PROSEDUR DAN TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI BERDASARKAN K3 & HUKUM

KETENAGAKERJAAN

1. Latar Belakang

Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam menjalankan pembangunan,

tetapi Kegiatan konstruksi juga menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan

antara lain yang menyangkut aspek Kesehatan, keselamatan kerja dan lingkungan,

oleh sebab itu kegiatan konstruksi harus dikelola dengan memperhatikan standar dan

ketentuan K3L yang berlaku.

2. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah suatu kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena

hubungan kerja dan kemungkinan disebabkan oleh bahaya yang ada kaitannya dengan

pekerjaan. Terdapat beberapa klasifikasi mengenai kecelakaan kerja menurut ILO

1962:

a. Klasifikasi Menurut Jenis Kecelakaan

• Terjatuh

• Tertimpa benda jatuh

• Terkena benda-benda

• Terjepit oleh benda

• Gerakan melebihi kemampuan

• Pengaruh suhu tinggi

• Terkena arus listrik

• Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi

b. Klasifikasi menurut Penyebab

• mesin

• alat angkut dan alat angkat

• peralatan lain

c. Klasifikasi Menurut Sifat Luka Dan Kelainan

• Patah tulang

• Keseleo

• Regang otot

1 K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN

Page 2: Prosedur K3

• Memar

• Amputasi

• Luka bakar

• dll

d. Klasifikasi Menurut Letak Kelainan Atau Luka Di Tubuh

• Kepala

• Leher

• Badan

• Anggota atas

• Anggota bawah

• dll

Ada beberapa factor yang berhubungan dengan penyebab terjadinya kecelakaan kerja :

a. Faktor manusia dalam kecelakaan

merupakan konsep klasik dalam usaha keselamatan kerja. Pada pelaksanaannya

terdapat beberapa pendekatan.

1. Berkaitan ciri-ciri psikologis,fisik dan kelainan faal seseorang

2. Faktor rasa atau emosi

3. Faktor situasi

4. Faktor keserasian kerja

b. Kecendrungan untuk celaka

Faktor ini mempunyai kemungkinan terkecil

c. Sikap terhadap keselamatan

Sikap utama dari para karyawan

d. Faktor manusiawi dan pencegahan kecelakaan

Kesadaran pengusaha dan karyawan dalam pencegahan kecelakaan salah satunya

yaitu menggunakan alat pelindung kerja

Akibat oleh karena factor – factor tersebut yang berdampak pada kerugian antara lain

yang meliputi kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan serta

cacat bahkan berdampak pada kematian. Bagi pekerja kerugian yang dialami antara

lain Hilang kesempatan bekerja, Hilang kesempatan memperoleh penghasilan,

Kerugian materil akibat kebakaran, Kerugian material untuk biaya pengobatan,

Kerugian bagian fisik, Cacat permanen atau sementara bahkan kematian. Bagi

Pengusaha kerugian yang dialami antara lain Produktivitas dan kualitas menurun,

Kerugian materil dan pembiayaan pengobatan korban, Kerugian materil yang hilang

2 K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN

Page 3: Prosedur K3

atau kebakaran, Pengurangan laba perusahaan, Berdampak pada tuntutan perdata,

Tuntutan pidana bahkan Penjara atau denda. Sedangkan pada lingkungan Kecelakaan

akan merembet pada lingkungan sekitar, Beban kerja yang bertambah, Penghasilan

menurun dan Dampak sosial lainnya.

3. Kesehatan & Keselamatan Kerja

Dikenal dengan K3 yaitu suatu program yang dibuat bagi pekerja maupun bagi

pengusaha sebagai upaya pencegahan untuk mengurangi timbulnya kecelakaan kerja

dan penyakit akibat pekerjaan. Guna menghindari resiko kecelakaan yang dapat terjadi

pada pelaksanaan pekerjaan maka perlu dilakukan pendekatan keselamatan kerja

antara lain:

a. Perencanaan

Contoh Implementasi Perencanaan:

1. Pengolahan dengan bahan berbahaya disimpan secara terpi

2. Ada tempat untuk berjalan yang aman diantara lorong, tang atau garis

3. Tempat yang luas dan cukup bagi mesin dan peralatan

4. Tempat pekerja dikondisikan aman

5. Gunakan peralatan keselamatan bagi pekerja yang berbahay

6. Fasilitas transfortasi harus disertai keselamatan

7. Ada jalan evakuasi ketika terjadi kebakaran

8. Adakan ruang pengembangan

9. Isolasi tempat berbahaya

10. Gunakan mesin yang disertai perlengkapan keselamatan

b. Keteraturan

1. Buang benda yang menghalangi dan tidak terpakai

2. Tempatkan benda sesuai dengan tempatnya

3. Sediakan peralatan yang diperlukan dan simpan ditempatnya

4. Periksa peralatan secara teratur dan ganti yang tidak sudah rusak

5. Gunakan tempat yang paling baik untuk tempat-tempat bahan berbahaya

c. Pakaian Kerja

1. Pemilihan pakaian harus diperhitungkan kerja kemungkinan bahaya yang akan

dialami pekerja.

2. Pakaian harus sesuai dengan ukuran dan tidak menghalangi kerja

3. Pakaian yang longgar/dasi jangan dipakai saat mendekati mesin yang berjalan

3 K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN

Page 4: Prosedur K3

4. Bagi pekerja ditempat yang bisa meledak hindari pakaian yang mudah terbakar

5. Gunakan baju lengan pendek

6. Benda tajam,runcing dan bahan mudah terbakar jangan dimasukan dalam

kantong pakaian

7. Tenaga kerja yang menghadapi debu yang dapat terbakar jangan menggunakan

kantung.

d. Peralatan Perlindungan Diri

1. Kaca Mata digunakan bagi pekerja yang dapat mebahayakan mata

2. Sepatu Pengaman, sepatu yang bisa berfungsi melindungi kaki dari bahaya.

3. Sarung Tangan, bagi orang yang kontak dengan jat berbahaya, atau dengan

bagian-bagian kasar

4. Topi Pengaman, diproyeksikan untuk pekerja lapangan yang dimungkinkan

dapat celaka dibagian kepala

5. Pelindung Telinga, bag pekerja yang mempunyai nilai kebisingan diatas

ambang batas

6. Perlindungan Paru, dimungkinkan bagi yang bekerja dengan nilai pencemaran

udara yang tinggi

e. Labelisasi

1. Label Warna

a. Warna menandakan daerah berbahaya, peralatan penanggulangan

kebakaran, perlengkapan pertolongan pertama terhadap kecelakaan, jalan

ke luar, lalu lintas

b. Menunjukan isi silinder gas dan pipa- pipanya

c. Memperjelas indra penglihatan

d. Mempunyai efek fisikologis

2. Label Peringatan dan Tanda

Peringatan dan tanda – tanda harus dipasang label seperti “Dilarang

merokok”, “Awas tekanan tinggi”Peringatan dan tanda-tanda tidak boleh

dipasang terlalu banyak yang akan menimbulkan orang tidak memperhatikan.

3. Label Identitas

Label identitas digunakan sebagai identitas bagi peralatan atau tempat

sehingga akan mengurangi kesalahan dalam menggunakan. Terutama

diperlukan bagai tempat/wadah berbahaya dan zat kimia

f. Penerangan

4 K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN

Page 5: Prosedur K3

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam masalah penerangan untuk

keselamatan :

a. Penerangan langsung/tidak silau

b. Silau tidak langsung

c. Perubahan Pencahayaan seperti dari gelap ke terang

d. Intensitas cahaya

g. Ventilasi dan Pengaturan Suhu

Sistem ventilasi udara memegang peranan penting dalam kenyaman bekerja

sehingga akan mempengaruhi keselamatan kerja pekerja yang ada

didalamnya.Ventilasi harus diletakan/diposisikan secara tepat sesuai dengan

kebutuhan area kerja.

h. Kebisingan

Kebisingan yang melebihi 85dB dapat mempengaruhi daya dengan dan ketulian.

Sehingga dengan nilai ambang seperti ini perli perlindungan dari kebisingan yang

dapat menggunakan earplug

Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan tanggung jawab dari tiga komponen

proyek/pekerjaan mulai dari Pekerja, Pengusaha dan juga Lingkungan. Pada Pekerja

meliputi :

Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pengawas keselamatan

kerja

Memakai alat pelindung diri yang diwajibkan

Memenuhi dan mentaati semua persyaratan keselamatan dan kesehatan

Semua pengurus melaksanakan syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja

Tidak bekerja pada tempat yang tidak memenuhi faktor keselamatan

Pada Pengusaha :

Membuat undang-undang atau aturan pelaksanaan kerja yang dilakukan secara

wajib

Memasang poster/baner dan peringatan - peringatan lain yang diperlukan

Menyediakan semua alat pelindung diri

Dan Lingkungan Yang dimaksud dengan lingkungan kerja adalah rekan kerja yang

ada disekitar pekerja yang bersangkutan. Lingkungan bertanggung jawab untuk saling

mengawasi dan menjalankan peraturan keselamatan yang telah digariskan perusahaan

masing-masing.

4. Pengawasan dan Sistem Manajemen K3

5 K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN

Page 6: Prosedur K3

Menurut UU Ketenagakerjaan, aspek pengawasan ketenagakerjaan termasuk masalah

K3 dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan yang harus memiliki

kompetensi dan independensi. Pegawai pengawas perlu merasa bebas dari pengaruh

berbagai pihak dalam mengambil keputusan. Di samping itu, unit kerja pengawasan

ketenagakerjaan baik pada pemerintah propinsi maupun pemerintah kabupaten/kota

wajib menyampaikan lapora pelaksanaan pengawasan kepada Menteri Tenaga Kerja.

Pegawai pengawasan ketenagakerjaan dalam melaksanakan tugasnya wajib

merahasiakan segala sesuatu yang menurut sifatnya patut dirahasiakan dan tidak

menyalah gunakan kewenangannya.

Pegawai pengawas ini sangat minim jumlahnya, pegawai pengawas K3 di Departemen

Tenaga Kerja pada tahun 2002 berjumlah 1.299 orang secara nasional, yang terdiri

dari 389 orang tenaga pengawas struktural dan 910 orang tenaga pengawas fungsional.

Para pengawas ini jumlahnya sangat minim bila dibandingkan dengan lingkup

tugasnya yaitu mengawasi 176.713 perusahaan yang mencakup 91,65 juta tenaga kerja

di seluruh Indonesia.

Pemerintah menyadari bahwa penerapan masalah K3 di perusahaan-perusahaan tidak

dapat diselesaikan dengan pengawasan saja. Perusahaan-perusahaan perlu

berpatisipasi aktif dalam penanganan masalah K3 dengan menyediakan rencana yang

baik, yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau

”SMK3.”

SMK3 ini merupakan tindakan nyata yang berkaitan dengan usaha yang dilakukan

oleh seluruh tingkat manajemen dalam suatu organisasi dan dalam pelaksanaan

pekerjaan, agar seluruh pekerja dapat terlatih dan termotivasi untuk melaksanakan

program K3 sekaligus bekerja dengan lebih produktif.

UU Ketenagakerjaan mewajibkan setiap perusahaan yang memiliki lebih dari 100

pekerja, atau kurang dari 100 pekerja tetapi dengan tempat kerja yang berisiko tinggi

(termasuk proyek konstruksi), untuk mengembangkan SMK3 dan menerapkannya di

tempat kerja. SMK3 perlu dikembangkan sebagai bagian dari sistem manajemen suatu

perusahaan secara keseluruhan. SMK3 mencakup hal-hal berikut: struktur organisasi,

perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang

dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian, dan

pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian

resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman,

efisien, dan produktif.

6 K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN

Page 7: Prosedur K3

Kementrian Tenaga Kerja juga menunjuk tenaga-tenaga inspektor/pengawas untuk

memeriksa perusahaan-perusahaan dalam menerapkan aturan mengenai SMK3. Para

tenaga pengawas perlu melalukan audit paling tidak satu kali dalam tiga tahun.

5. Penutup

Kesimpulan bahwa Setiap proyek memiliki karakteristik berbeda, misalnya proyek

bangunan bertingkat, pembangunan bendungan, pabrik dsb. Maka perlu dilakukan

identifikasi potensi bahaya dalam kegiatan konstruksi yang akan dilaksanakan. Dan

dibuat mapping potensi bahaya menurut area atau bidang kegiatan masing-masing.

Saran perlu diadakan evaluasi tentang potensi bahaya untuk menentukan skala

prioritas berdasarkan Hazards Rating yang kemudian disusun Risk Rating dari semua

kegiatan konstruksi yang akan dilakukan.

6. Daftar Referensi

_____, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, Jakarta, 1970

_____, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : Per.18/Men/Xi/2008 Tentang Penyelenggara Audit Sistem Manajemen Keselamata Dan Kesehatan Kerja, Jakarta, 2008

Wirahadikusumah Reini D.,2005, “Tantangan Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Proyek Konstruksi di Indonesia”, FTSL – ITB

Somantri Maman, Diktat Kuliah : K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN, Jurusan Teknik Elektro, FPTK, 2007

7 K3 DAN HUKUM KETENAGAKERJAAN