15
PROSES KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL 1. Pengkajian A. Data Subjektif Data Biografi Salah satu pengkajian yang dilakukan adalah dengan mendapatkan data biografi pasien sebagai berikut : a) Tempat tinggal pasien b) Jenis transfortasi yang dipakai c) Jenis kelamin d) Usia Keluhan Utama Pasien atau penderita trauma sistem muskuloskeletal biasa mengeluhkan nyeri, nyeri yang sering dirasakan adalah nyeri tajam dan keluhan semakin parah jika ada pergerakan. Meskipun demikian keluhan nyeri pada tulang biasanya tumpul dan dalam yang juga mengakibatkan gangguan pergerakan. Selain itu keluhan juga didapatkan data, serta gambaran pasien pada gangguan musculoskeletal lainnya seperti nyeri tekan, nyeri otot, kelemahan otot, kekakuan sendi, kejang otot, kram, adanya pembengkakan, ROM, kelainan bentuk tulang (deformitas ), serta perubahan sensasi Yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan musculoskeletal : 1

PROSES KEPERAWATAN PADA MUSKULOSKELETAL.doc

Embed Size (px)

Citation preview

PROSES KEPERAWATAN PADA GANGGUAN

SISTEM MUSKULOSKELETAL1. Pengkajian

A. Data Subjektif

Data Biografi

Salah satu pengkajian yang dilakukan adalah dengan mendapatkan data biografi pasien sebagai berikut :

a) Tempat tinggal pasien

b) Jenis transfortasi yang dipakai

c) Jenis kelamin

d) Usia

Keluhan UtamaPasien atau penderita trauma sistem muskuloskeletal biasa mengeluhkan nyeri,nyeri yang sering dirasakan adalah nyeritajam dan keluhan semakin parah jika ada pergerakan. Meskipun demikian keluhan nyeri pada tulang biasanya tumpul dan dalam yang juga mengakibatkan gangguan pergerakan.Selain itu keluhan juga didapatkan data, serta gambaran pasien pada gangguan musculoskeletal lainnya seperti nyeri tekan, nyeri otot, kelemahan otot, kekakuan sendi, kejang otot, kram, adanya pembengkakan, ROM, kelainan bentuk tulang (deformitas ), serta perubahan sensasiYang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan musculoskeletal :Manifestasi klinisYang perlu dikaji

Nyeri

Kekakuan Sendi

Perubahan sensori

Bengkak

Deformitas

Infeksi1. Lokasi, durasi, penyebaran, factor yang mempengaruhi nyeri ( memperparah atau mengurangi ).

2. Obat atau medikasi yang telah dicoba untuk mengurangi nyeri serta tingkat keberhasilan.

3. Nyeri yang terkait dengan infeksi

1. Lokasi sendi, karakteristik ( hilang timbul atau terus menerus ). 2. Faktor yang mempengaruhi kekakuan sendi

3. Ada atau tidaknya krepitasi, deformitas, kelelahan 1. Riwayat nyeri tulang belakang atau cedera

2. Lokasi cedera tulang belakang atau nyeri tulang belakang

3. Peneyebaran nyeri, kesulitan bergerak, kehilang rasa nyeri, kesemutan, rasa terbakar

( menunjukan adanya penekanan pada saraf atau gangguan aliran darah, seperti terjadi pada fraktur, tumor, pembedahan )

1. Lokasi, durasi, mengganggu aktivitas setiap hari atau tidak

2. Bengkak disebabkan dari pembedahan atau cedera baru

1. Lokasi, karakteritik yang menyebabkan keterbatasan aktivitas atau ROM

2. Alat bantu yang digunakan,

3. Posisi

1. Lokasi, durasi, inplan, pembedahan

2. Infeksi akut atau kronis

Riwayat Penyakita) Riwayat sistem musculoskeletal

Tanyakan adanya perubahan bentuk pada sistem musculoskeletal sejak lahir

b) Riwayat Penyakit SekarangPasien atau penderit a trauma sistem muskuloskeletal mengidentifikasikan rasa nyeri, kejang atau kekakuanyang dirasakan pada saat mengalami trauma. c) Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien atau penderita menjelaskan bahwa pernah mengalami gangguan musculoskeletal atau pernah melakukan pembedahan seperti Orief, Pasang Pen, atau Traksid) Riwayat keluarga, Pasien atau penderita menjelaskan ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejadian yang sama seperti dirinya atau tidak.Perlunya perawat mengkaji riwayat dikeluarga apakah ada predisposisi seperti arthritis, gout, osteoarthritis, scoliosis, ankylosing spondylitis, muscular dystropye) Aktivitas sehari-hari, jenis pekerjaan, jenis alas kaki yang digunakanB. Pemeriksaan FisikSeluruh pakaian penderita harus dibuka agar dapat dilakukan pemeriksaan yang baik. Pemeriksaan penderita cedera ekskremitas mempunyai 3 tujuan : menemukanmasalah mengancam jiwa (primary survey), menemukan masalah yangmengancam ekstremitas (secondary survey), dan pemerikasaan tulang secarasistematis untuk menghindari luputnya traumamuskuloskeletal yang lain ( re-evaluasi berlanjut ). Pemeriksaan fisik pada trauma sistem muskuluskletal merupakan pengumpulan data tentang kondisi system dan kemampuan fungsional diperoleh melalui inspeksi, palpasi dan pengukuran sebagai berikut :A. Skeletal

1)Catat penyimpangan dari structur normal menjadideformitas tulang, perbedaan panjang, bentuk, amputasi

2) Identifikasi pergerakan abnormal dan krepitasi3) Inspeksi Postur tubuh saat berdiri, duduk dan berjalan ( lihat gambar 1)

B.Sendi

1)Identifikasi bengkak yang dapat menunjukkan adanya inflamasi 2)Catat deformitas yang berhubungan dengan kontraktur atau dislokasi

3)Evaluasi stabilitas yang mungkin berubah

4)Gambarkan rom baik aktif maupun pasif ( lihat gambar 2 )C.Otot

1)Inspeksi ukuran dan contour otot

2)Kaji koordinasi gerakan

3)Palpasi tonus otot

4)Kaji kekuatan otot baik dengan evaluasi sepintas dengan jabat tangan atau dengan mengukur skala criteria yaitu 0 untuk tidak ada kontraksi sampai 5 = normal rom dapat melawan penuh gaya gravitasi

5)Ukur lingkar untuk mencatat peningkatan pembengkakan atau perdarahan atau pengecilan karena atropi.

6)Identifikasi klonus yang abnormal

D.Neurovaskuler

1)Kaji ststus sirkulasi pada extremitas dengan mencatat warna kulit, suhu, nadi perifer, capillary refill, nyeri

2)Kaji status neurology

3)Tes reflek C. Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan diagnostik pada klien dengan gangguan pada sistem muskuloskeletal

Non invasif

a. Radiography( X- ray )

Ini sering digunakan untuk mendeteksi kelainan bentuk pada tulang, tetapi tidak bisa di gunakan untuk mendeteksi adanya kelainan pada jaringan lunak, tendon, dan ligament.

b. MRI

Ini merupakan pemeriksaan untuk mengetahui secara detail gambaran dari jaringan lunak, tendon, ligament, dan otot.

c. Computed Axial Tomography ( CAT )

Tindakan ini memungkinkan melihat bagian atau area yang di inginkan dengan lebih jelas. Bisa mendeteksi adanya tumor pada jarungan lunak, dan fraktur spinal.d. Dual Energy X-ray Absorbtiometry ( DEXA )

Ini untuk mengetahui kekuatan dari tulang, kepadatan tulang. Merupakan gold standar untuk test osteoporosis.e. Indivan Scan yaitu memasukan indivan yang berhubungan dengan leukosit, karna biasanya leukosit banyak pada area infeksi. Test ini biasanya dilakukan pada infeksi tulang seperti Osteomylitis dan infeksi pada sendi

f. Bone Scan

Yaitu dengan memasukan radioisotope atau kontras bagian yang akan di Scan. Biasanya digunakan untuk mendeteksi keganasan, stress fraktur dan osteomyelitis.

Pemeriksaan Lab :

1) ANA ( Anti nuclear antibody )

2) CRP

3) ESR ( Eritrosite sedimentation rate )

4) RF ( Rhematoid factor )

5) CBC (Complate bloodcell cont )

6) Elitrolit (Calsium, phosfore, alkali phosphatase )

7) Enzime otot : Creatinin kinase, lactase, dehydrogenase

Invasif tes

a. Arthrocentesis

Adalah pemeriksaan dengan memasukkan jarum untuk mengambil atau mengaspirasi cairan sendi, tekniknya steril, setelah tindakan area penusukan harus di lakukan penekanan. Setelah cairan sendi di ambil bida juga di berikan pengobatan cortikosteroid.

b. Arthrogam

Yaitu foto rontgen yang dilakukan setelah sendi diberikan zat warna atau kontras, untuk mengetahui tetesan cairan sendi, biasanta pada sendi bahu, sendi lutut.

c. Athroscopy

Merupakan tindakan pembedahan dengan memasukkan fiberoptic atau camera kecil ke dalam sendi untuk mendapatkan gambaran visual pada struktur internal dan bisa di lakukan bersama-sama dengan tindakan pembedahan lain.

d. Electromyelogram and Nerve Conduction Test

Yaitu dengan cara memasukkan electroda kecil kedalam jaringan saraf, dan menstimulasi saraf untuk menggerakkan otot, kemudian ukur kontraksi otot tersebut. Test ini digunakan untuk mendiagnosis kondisi seperti carpal tunnel syndrom2. Analisa Data

Analisa data didapatkan dari data subjektif dan objektif.Data subjektif didapatkan dari hasil wawancara pada pasien sedangkan Data objektif bisa didapatkan dari pengkajian dan data penunjang.3. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri akut/kronis berhubungkan dengan : agen pencedera; distensi jaringan oleh akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.2. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan: Deformitas skeletal

Nyeri, ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas4. PerencanaanNo.Dx. KeperawatanTujuan dan KHIntervensi

1. NyeriSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan nyeri berkurang dengan KH :DS : Klien ngatakan nyeri berkurang.

DO : - TTV dalam batas normal

Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan

1. Kaji nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal

R/ Membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan keefektifan program2. Monitor TTV

R/ Membantu untuk melihat tanda-tanda vital

3. Atur posisi pasien senyaman mungkinR/ Membantu dan memberikan rasa nyaman pada pasien

4. Tempatkan/ pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat, brace.

R/ Mengistirahatkan sendi-sendi yang sakit dan mempertahankan posisi netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan pada sendi)5. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.

R/ Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi. Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan/ rasa sakit pada sendi)6. Ajarkan pasien untuk mengompres sendi-sendi yang sakit dengan air hangat

R/ Panas meningkatkan relaksasi otot, dan mobilitas, menurunkan rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari.7. Berikan masase yang lembut

R/meningkatkan relaksasi/ mengurangi nyeri)8. Ajarkan teknik relaksasi

R/ dengan Tarik nafas dalam dapat mengurangi nyeri9. Berikan es kompres dingin jika dibutuhkan (R/ Rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode akut10. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (analgetik)

R/ efek analgesik ringan dalam mengurangi kekakuan dan meningkatkan mobilitas.)

2. Gangguan Mobilitas FisikSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan mobilitas fisik teratasi dengan KH :

DS : Klien ngatakan nyeri berkurang.

DO : - TTV dalam batas normal

Pasien terlihat dapat melakukanan aktivitas fisik ringan

1. Monitor TTV

R/ mengetahui nilai normal pada ttv

2. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari yang tidak terganmggu.

R/ Istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan)3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, R/ Mempertahankan/ meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan stamina umum. 4. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan berjalan

R/ Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas)5. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.

R/ Menghindari cidera

6. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.

R/ Berguna dalam memformulasikan program latihan/ aktivitas yang berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentifikasikan alat)7. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).

R/ Mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut

3. Gangguan citra tubuh./perubahan penampilan peranSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan gangguan citra tubuh teratasi dengan KH :DS : Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan keterbatasan.

DO : pasien terlihat lebih percaya diri1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan masa depan.

R/Berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan konsep dan menghadapinya secara langsung)2. Diskusikan persepsi pasien mengenai bagaimana orang terdekat menerima keterbatasan.

R/ Isyarat verbal/non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri)3. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu memperhatikan perubahan.

R/ Dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptive, membutuhkan intervensi lebih lanjut)4. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.

R/ Mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri)

5. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri, psikolog.

R/ Pasien/orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan

Lampiran gambar pada gangguan musculoskeletal

ROM aktif dan pasif

Inspeksi Postur tubuh :

Inspeksi Postur Tubuh11