26
Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019 51 Al-Madrasah:Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Vol. 4, No. 1, 2019 P-ISSN: 2620-5807; E-ISSN: 2620-7184 PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : ANALISIS KEMAMPUAN MENCIPTA (C6) PADA PEMBELAJARAN FIKIH DI MI MIFTAHUL ANWAR DESA BANUA LAWAS Oleh: Hikmatu Ruwaida Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Amuntai, Kalimantan Selatan [email protected] Abstrak Domain Kognitif taksonomi Bloom sering berfungsi sebagai kerangka kerja untuk mengkategorikan tujuan pendidikan, merancang penilaian, dan kurikulum. Taksonomi Bloom diawal kelahirannya secara berurutan meliputi: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) analisis, (5) sintesis, dan (6) evaluasi. Setelah digunakan lebih dari lima puluh tahun sebagai dasar untuk tujuan pendidikan, kemudian megalami revisi pada kisaran tahun 2000 hingga 2001. Revisi pada taksonomi dilakukan dengan mengubah kata benda pada taksonomi menjadi kata kerja. Tujuan semacam itu menunjukkan bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu (kata kerja) dengan menggunakan sesuatu (kata benda). Revisi oleh Kratwohl dan Anderson menghasilkan taksonomi (1) remember, (2) understand,( 3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, and (6) create. Berdasarkan hasil penelitian pada mata pelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar, anak belum cenderung belum diarahkan ke indikator kemampuan mencipta disebabkan mereka sudah terbiasa dengan konsep-konsep yang ada dibuku. Selain itu, untuk mengidentifikasi permasalahan- permasalahan yang terkait dengan materi Fikih seperti bersuci dan shalat, mereka belum terbiasa sebab untuk kelas rendah, menurut gurunya anak masih suka bermain. Untuk kelas tinggi, materi Fikih terkait haji dan umrah, haid, jual beli, biasanya anak sudah ada yang bisa memecahkan permasalahan-permasalahan sederhana, seperti jual beli yang pembeli dan penjual tidak berhadapan, mereka sudah berani mengajukan pendapat atau

PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

  • Upload
    others

  • View
    48

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

51

Al-Madrasah:Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, 2019

P-ISSN: 2620-5807; E-ISSN: 2620-7184

PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI

BLOOM REVISI : ANALISIS KEMAMPUAN

MENCIPTA (C6) PADA PEMBELAJARAN FIKIH

DI MI MIFTAHUL ANWAR

DESA BANUA LAWAS

Oleh:

Hikmatu Ruwaida

Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an (STIQ) Amuntai, Kalimantan Selatan

[email protected]

Abstrak

Domain Kognitif taksonomi Bloom sering berfungsi sebagai kerangka

kerja untuk mengkategorikan tujuan pendidikan, merancang penilaian,

dan kurikulum. Taksonomi Bloom diawal kelahirannya secara berurutan

meliputi: (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) analisis, (5)

sintesis, dan (6) evaluasi. Setelah digunakan lebih dari lima puluh tahun

sebagai dasar untuk tujuan pendidikan, kemudian megalami revisi pada

kisaran tahun 2000 hingga 2001. Revisi pada taksonomi dilakukan

dengan mengubah kata benda pada taksonomi menjadi kata kerja. Tujuan

semacam itu menunjukkan bahwa siswa akan dapat melakukan sesuatu

(kata kerja) dengan menggunakan sesuatu (kata benda). Revisi oleh

Kratwohl dan Anderson menghasilkan taksonomi (1) remember, (2)

understand,( 3) apply, (4) analyze, (5) evaluate, and (6) create.

Berdasarkan hasil penelitian pada mata pelajaran Fikih di MI Miftahul

Anwar, anak belum cenderung belum diarahkan ke indikator kemampuan

mencipta disebabkan mereka sudah terbiasa dengan konsep-konsep yang

ada dibuku. Selain itu, untuk mengidentifikasi permasalahan-

permasalahan yang terkait dengan materi Fikih seperti bersuci dan shalat,

mereka belum terbiasa sebab untuk kelas rendah, menurut gurunya anak

masih suka bermain. Untuk kelas tinggi, materi Fikih terkait haji dan

umrah, haid, jual beli, biasanya anak sudah ada yang bisa memecahkan

permasalahan-permasalahan sederhana, seperti jual beli yang pembeli dan

penjual tidak berhadapan, mereka sudah berani mengajukan pendapat atau

Page 2: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

52

hipotesis terkait hal-hal baru yang hukumnya belum dipelajari dibuku

pelajaran.

Kata Kunci : Proses Kognitif, Taksonomi Bloom, Kemampuan Mencipta

A. Pendahuluan

Pendidikan adalah bagian penting dalam pembangunan sebuah negara.

Suatu negara dapat dikelompokkan sebagai negara maju maupun sebagai negara

berkembang, salah satunya dikarenakan aspek pendidikan. Hal ini dikarenakan,

kualitas sumber daya manusia akan meningkat, apabila pendidikan pada suatu

negara dapat berjalan dengan maksimal. Untuk itulah maka pendidikan harus

senantiasa berbenah, mulai dari kurikulum yang diterapkan hingga pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar yang merupakan ujung tombak dalam pelaksanaan

sistem pendidikan. Sistem pendidikan di Indonesia sudah selayaknya diperbaiki

dengan berbagai peningkatan kualitas guna menghasilkan lulusan-lulusan yang

unggul.

Salah satu upaya yang dapat ditempuh dalam optimalisasi sistem

pendidikan di Indonesia, yaitu dengan optimalisasi peran pembelajaran

Pendidikan Agama bagi perkembangan peserta didik. Pembentukan watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat adalah salah satu esensi utama dari ajaran

agama, dan pendidikan agama sebagai salah satu media yang sangat strategis

untuk pembudayaan karakter bangsa. Dengan merujuk kepada tingginya peran

agama bagi arah kehidupan bangsa Indonesia, maka pendidikan agama,

khususnya pendidikan agama Islam di sekolah harus dilaksanakan semaksimal

mungkin. Pada tataran inilah pendidikan agama Islam harus mampu membentuk

karakter anak bangsa dan anak harus mampu mentransfer nilai-nilai ajaran

agama dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan agama Islam harus bersifat kontekstual daripada tekstual,

berpusat pada peserta didik, dan mereka perlu dibiasakan untuk aktif dalam

pembelajaran. Proses pembelajaran rumpun pendidikan agama Islam harus

memberikan stimulus yang dapat merangsang peserta didik untuk terlibat dalam

aktivitas pembelajaran sehingga nilai-nilai agama yang dipelajari dapat

Page 3: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

53

terinternalisasi dalam jiwanya. Oleh sebab itu, kegiatan belajar mengajar pada

rumpun pendidikan agama Islam di madrasah hendaknya dilaksanakan dengan

memperhatikan ketercapaian tingkat kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotorik..

Tulisan ini akan membatasi pada pembahasan ketercapaian kognitif

peserta didik, tanpa mengenyampingkan aspek afektif dan psikomotoriknya.

Pencapaian aspek kognitif peserta didik dilakukan melalui proses pembelajaran

dan evaluasi yang dilaksanakan guru mata pelajaran. Guru mengharapkan anak

didiknya berhasil mempelajari sesuatu. Keberhasilan itu tentu harus dapat

diukur. Taksonomi Bloom bermaksud mempermudah guru membuat klasifikasi

apa saja yang harus dipelajari anak didiknya dalam waktu tertentu. Untuk

merespon tuntutan pendidikan, taksonomi Bloom mengalami revisi, revisi inilah

yang kemudian dikenal dengan Revisi Taksonomi Bloom (RTB). RTB

sebagaimana yang dikemukakan oleh Elizabeth Rukmini1 disusun dengan

memperhatikan perkembangan kontemporer dalam bidang terkait pendidikan.

Bidang-bidang interseksi ini antara lain: psiko-edukasi, neuro sciences,

pendidikan dan sosio kultural.

Kategori comprehension dan synthesis dalam Taksonomi Bloom lama,

diganti dengan kata kerja yang lebih sesuai yaitu masing-masing understand

dan create. Kategori create merupakan puncak susunan RTB. Ini berbeda

dengan Taksonomi Bloom lama yang meletakkan evaluation pada tingkat

keenam. RTB meletakkan evaluate pada tingkat kelima sebelum create karena

disimpulkan bahwa tingkat kognisi create lebih tinggi daripada evaluate.

Seseorang dapat menciptakan sesuatu setelah mengevaluasi atau melalui

tahapan evaluasi terhadap ide tertentu sehingga muncul ciptaan baru.

Sehubungan dengan inilah, penulis akan melakukan penelitian dengan judul

1Elizabeth Rukmini, Deskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom,

https://journal.uny.ac.id/index.php/mip/article/view/7132, didownload pada 28

Nopember 2019

Page 4: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

54

“Proses Kognitif Dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis Kemampuan

Mencipta (C6) pada Pengajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa Banua

Lawas”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan sejauh mana relevansi

kemampuan mencipta (C6) pada pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar

Desa Banua Lawas. Manfaat penelitian ini agar guru mengetahui bagaimana

mengupayakan pembelajaran Fikih MI di madrasah agar peserta didik mencapai

tingkat keberhasilan yang tinggi dan komprehensif, sekolah mendapatkan

formulasi proses pembelajaran dan evaluasi yang baik bagi anak, orang tua

mendapat pemahaman yang benar tentang peran mereka dalam membantu

sekolah dalam memberikan pendidikan yang baik bagi anak yang bisa dilakukan

di rumah.

B. Metode Penelitian

Jika ditinjau dari sudut pandang bidang keilmuan, penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif tentang praktek pendidikan (field research).

Penelitian pendidikan merupakan penelitian yang digunakan untuk

mendapatkan informasi yang berguna dan dapat dipertanggungjawabkan

mengenai proses kependidikan.6 Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah suatu proses inkuri pemahaman berdasarkan pada

tradisi-tradisi metodologis yang jelas tentang inkuisi yang mengeksplorasi

masalah sosial atau manusia. Peneliti membangun sebuah gambar kompleks

yang holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan

informan secara detail dan melakukan studi dalam latar alamiah.2 penelitian

yang dimaksudkan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh

subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, tindakan dan lain-lain secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dalam

suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

2Rulam Ahmadi, Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2014), h. 16.

Page 5: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

55

ilmiah.3 Dalam pengumpulan data, peneliti menghimpun data secara empiris.

Dari data tersebut dimaksudkan untuk memahami ragam kegiatan yang

dikembangkan menjadi suatu pola temuan peneliti, pola temuan tersebut

selanjutnya diverifikasikan dengan menguji kebenarannya bertolak pada data

baru yang spesifik. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam

hal ini adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data

dilakukan dengan langkah sebagai berikut.

1. Reduksi data, yakni merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran

yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan

pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Display data, yakni penyajian data bisa dalam bentuk deskripsi atau

uraian singkat, naratif, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya

sehingga memudahkan untuk memahami apa yang telah terjadi,

merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami

tersebut.

3. Penyimpulan dan verifikasi, yakni menjawab rumusan masalah yang ada

sejak awal yang berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang

sebelumnya masih bersifat samar sehingga menjadi jelas, dapat berupa

hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.4

C. Pembahasan

Taksonomi tujuan pendidikan yang disusun Bloom dkk. adalah sebuah

kerangka untuk mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan tentang apa yang

diharapkan agar dipelajari siswa. Pada awalnya kerangka tersebut disusun

3Lexy J. Moeleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005), hlm. 6. 4Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2012), hlm. 249-253

Page 6: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

56

dengan maksud untuk memfasilitasi pertukaran soal-soal tes antar fakultas pada

berbagai universitas untuk menciptakan bank soal, masing-masing mengukur

tujuan pendidikan yang sama. Benjamin S. Bloom, Associate Director of the

Board of Examinations of the University of Chicago, memprakarsai sebuah ide,

berharap ide tersebut akan meringankan pekerjaan dalam menyiapkan ujian

pengetahuan umum tahunan. Untuk membantu usahanya, Bloom merangkul

ahli-ahli pengukuran dari seluruh Amerika, kebanyakan dari mereka sering

menghadapi permasalahan yang sama. Kelompok ini bertemu sekitar dua kali

dalam setahun yang dimulai tahun 1949 untuk memantau perkembangan,

membuat revisi, dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya.5

Di awal tahun 1950-an, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan

bahwa persentase terbanyak butir soal evaluasi hasil belajar yang banyak

disusun di sekolah hanya meminta siswa untuk mengutarakan hapalan mereka.

Hapalan tersebut sebenarnya merupakan taraf terendah kemampuan berpikir.

Tegasnya, masih ada taraf lain yang lebih tinggi. Draft terakhir dari kelompok

Bloom ini diterbitkan pada tahun 1956 dengan judul “Taxonomy of Educational

Objectives: The Classification of Educational Goals. Handbook I: Cognitive

Domain” (Bloom, Engelhart, Furst, Hill, dan Krathwohl, 1956). Selanjutnya ini

dikenal dengan The Original Taxonomy.6

Pada tahun 2001, Anderson, dkk merevisi Taksonomi Bloom ini

menjadi taksonomi Bloom Dua Dimensi, yang terdiri dari dimensi proses

kognitif (proces kognitif dimension) dan dimensi pengetahuan, (knowledge

dimension). Dimensi proses kognitif terdiri dari enam level yang berupa kata

kerja yaitu mengingat (remember), memahami (understand), menerapkan

(apply), menganalisis (analyze), mengevaluasi (evaluate) dan menciptakan

5Yulianti, Pengembangan Alat Evaluasi Hasil Belajar Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi, JOIES: Journal of

Islamic Education Studies Volume 1, Nomor 2, Desember 2016 6Yulianti, Pengembangan Alat Evaluasi Hasil Belajar Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi, JOIES: Journal of

Islamic Education Studies Volume 1, Nomor 2, Desember 2016

Page 7: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

57

(create). Sedangkan pada dimensi pengetahuan, terdiri dari empat level yang

berupa kata benda yaitu pengetahuan faktual (factual knowledge), pengetahuan

konseptual (conseptual knowledge), pengetahuan prosedural (procedural

knowledge), dan pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge).7

Jika keberhasilan peserta didik diukur berdasarkan domain kognitif,

maka akan berhubungan pula dengan domain afektif dan psikomotorik.

Taksonomi Bloom bukan hanya seputar hasil akhir pembelajaran, tetapi juga

proses mencapai keberhasilan, yang bisa disebut juga dengan proses kognisi.

Domain kognitif pada revisi taksonomi Bloom menghendaki adanya proses

berfikir mulai dari yang sederhana sampai ke tingkat paling tinggi yakni

menciptakan. Oleh sebab itu, peserta didik diharapkan bukan hanya diberikan

materi yang sampai pada hafalan saja, tetapi harus berproses sampai ia bisa

menemukan pengetahuan baru sesuai dengan tingkat perkembangannya.

1. Taksonomi Bloom

Berdasarkan kutipan Khaidaroh Shofiya8 dalam jurnalnya mengatakan

bahwa taksonomi berasal dari bahasa Yunani taxis yang berarti pengaturan

dan nomos yang berarti ilmu pengetahuan. Taksonomi merupakan suatu tipe

sistem klasifikasi yang berdasarkan data penelitian ilmiah mengenai hal-hal

yang digolongkan-golongkan dalam sistematika itu.

Pakar pendidikan Amerika Serikat yaitu Benjamin S. Bloom, M.D.

Englehart, E. Frust, W.H. Hill, Daniel R. Krathwohl dan dikung pula oleh

Ralph E. Tylor, mengembangkan suatu metode pengklasifikasian tujuan

pendidikan yang disebut taxonomy. Mereka berpendapat bahwa taksonomi

7Lorin W. Anderson; David R. Krathwohl, diterjemahkan oleh Agung

Prihantoro, Kerangaka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), h. 6-7. 8Khaidaroh Shofiya F. dan Sukiman, Pengembangan Tujuan Pembelajaran

PAI Aspek Kognitif Dalam Teori Anderson, L. W. Dan Krathwohl, D.R., Jurnal Al

GHAZALI, Volume 1 Nomor 2, Tahun 2018

Page 8: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

58

tujuan pendidikan harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain yaitu

domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotorik.9

Menurut Susan C. Burwash, Roberta Snover, dan Robert Krueger10,

Bloom mengemukakan tiga taksonomi dalam pembelajaran yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotor. Peserta didik diharapkan mencapai keberhasilan

belajar sesuai dengan jenjang kemampuan dalam taksonomi tersebut. Yang

paling banyak digunakan taksonomi ini adalah yang kognitif. Di dalam

taksonomi asli (awal kelahirannya), evaluasi disajikan sebagai puncak

pembelajaran. Anderson dkk kemudian merevisi taksonomi kognitif pada

tahun 2000. Dalam revisi ini taksonomi, peserta didik bergerak dari

mengingat dan memahami informasi, pengalaman belajar yang

membutuhkan penerapan, analisis, evaluasi, dan,

akhirnya, menciptakan. Taksonomi Bloom tetap merupakan

kerangka kerja yang berpengaruh untuk desain kurikulum. Tingkat

taksonomi membuktikan juga tidak secara eksplisit diakui, di Dewan

Akreditasi salah satu Pendidikan Terapi Okupasi (ACOTE) standar untuk

terapi okupasi Amerika. Kurikulum di lembaga tersebut meminta siswa

memiliki keterampilan dalam mengevaluasi dan menciptakan bukan hanya

mengingat atau memahami informasi.

a. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).

Bloom menggolongkan ranah kognitif pada pengetahuan sederhana atau

penyadaran terhadap fakta-fakta sebagai tingkatan yang paling rendah, dan

penilaian (evaluasi) yang lebih kompleks dan abstrak sebagai tingkatan yang

9Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2011), h. 49 10Susan C. Burwash, Roberta Snover, dan Robert Krueger, Up Bloom’s

pyramid with slices of Fink’s pie: Mapping an occupational therapy curriculum, The

Open Journal of Occupational Therapy, Volume 4 Issue 4 Fall 2016

Page 9: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

59

paling tinggi.11 Ranah kognitif memilikik enam jenjang proses berfikir mulai

dari yang paling rendah sampai kepada yang paling tinggi yaitu sebagai

berikut :

1) Pengetahuan, didefinisikan sebagai ingatan terhadap hal-hal yang

telah dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini merupakan kemampuan

awal meliputi kemampuan mengetahui sekaligus menyampaikan

ingatannya bila diperlukan. Hal ini termasuk mengingat bahan-bahan,

benda, fakta, gejala, dan teori. Hasil belajar dari pengetahuan

merupakan tingkatan rendah.

2) Pemahaman, didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami

materi atau bahan. Proses pemahaman terjadi karena adanya

kemampuan men-jabarkan suatu materi ke materi lain. Pemahaman

juga dapat ditunjukkan dengan kemampuan memperkirakan

kecenderungan, kemampuan mera-malkan akibat dari berbagai

penyebab suatu gejala. Hasil belajar dari pemahaman lebih maju dari

ingatan sederhana, hafalan, atau pengetahuan tingkat rendah.

3) Penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari dan dipahami ke dalam situasi konkrit atau baru.

Kemampuan ini mencakup penggunaan pengetahuan, aturan, rumus,

konsep, prinsip, hu-kum, dan teori. Hasil belajar untuk kemampuan

menerapkan ini tingkat-annya lebih tinggi dari pemahaman.

4) Analisis, merupakan kemampuan untuk menguraikan materi ke dalam

bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih terstruktur dan

mudah dimengerti. Kemampuan menganalisis termasuk

mengidentifikasi bagian-bagian, menganalisis kaitan antar bagian,

serta mengenali atau mengemukakan organisasi antar bagian tersebut.

Hasil belajar analisis merupakan tingkat kognitif yang lebih tinggi dari

11Ella Yulaewati, Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi: Teori dan Aplikasi

(Jakarta:Pakar Raya, 2004), h.59

Page 10: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

60

kemampuan memahami dan menerapkan, karena untuk memiliki

kemampuan menganalisis, seseo-rang harus mampu memahami

substansi sekaligus struktur organisasinya.

5) Sintesis, kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan proses

berfikir analisis, sintesis merupakan proses yang memadukan bagian-

bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga menjelma menjadi

suatu pola yang terstruktur atau berbentuk pola baru.

6) Penilaian atau evaluasi, merupakan jenjang berfikir paling tinggi

dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Penilaian atau

evaluasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk membuat

pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai atau ide.

Menurut taksonomi Bloom, berfikir meliputi berbagai bentuk

keterampilan, seperti berpikir kritis, sistemik, dan kreatif. Dalam taksonomi

ini, keterampilan yang melibatkan analisis, evaluasi, dan sintesis (penciptaan

pengetahuan baru) dianggap sebagai tingkat yang lebih tinggi yang

melibatkan pembelajaran keterampilan penilaian yang kompleks seperti

pemikiran kritis dan pemecahan masalah dan sisanya keterampilan

pengetahuan, pemahaman, aplikasi didefinisikan sebagai keterampilan

berfikir tingkat rendah.12

Keenam jenjang berfikir ini kemudian menjadi tolak ukur

pencapaian tujuan belajar, juga bisa dikatakan proses penanaman materi

kepada peserta didik hendaknya berpedoman pada jenjang berfikir tersebut,

sehingga peserta didik bukan hanya sampai pada jenjang hafalan, tetapi

mencapai kemampuan belajar mencipta.

b. Ranah Afektif

Taksonomi untuk wilayah afektif mula-mula dikembangkan oleh

David R. Krathwolhl dan kawan-kawan dalam buku yang berjudul Taxonomi

12Chan Swee Heng, Framework of Assessment for the Evaluation of Thinking

Skills of Tertiary Level Students, Advances in Language and Literary Studies, Vol. 6

No. 5; October 2015

Page 11: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

61

of Educational Objective: Affective Domain. Ranah afektif adalah ranah

yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa

sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang memiliki

kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri belajar afektif akan nampak pada peserta

didik dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap mata

pelajaran, kedisiplinannya dalam mengikuti mata pelajaran di sekolah,

motivasinya yang tinggi untuk tahu lebih banyak mengenai pelajaran yang

diterimanya, penghargaan atau rasa hormatnya terhadap guru dan

sebagainya. Ranah afektif ini oleh Krathwolhl dibagi menjadi lebih rinci lagi

ke dalam lima jenjang yaitu: (1) Recieving; (2) Responding; (3) Valuing; (4)

Organizing; (5) Characterizing by Value or Value Complex.13

Lima jenjang ranah afektif ini akan terlihat pada saat ia mengikuti

pelajaran dan sesudah mengikuti pelajaran. Ketika peserta didik memiliki

antusias yang tinggi terhadap pelajaran, merespon pembelajaran dengan

baik, bahkan mampu memberi nilai, menginternalisasi nilai dan

mengorganisasikannya, maka disitulah nilai atau rasa sudah tertanam pada

diri anak, dan ini juga beriringan dengan proses kognisi pada saat

pembelajaran berlangsung

c. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan ketrampilan

(skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman

tertentu. Anita Harrow mengelola taksonomi ranah psikomotor menurut

derajat koordinasi yang meliputi koordinasi ketidaksengajaan dan

kemampuan dilatihkan. Taksonomi ini dimulai dari gerak refleks yang

sederhana pada tingkatan rendah ke gerakan saraf otot yang lebih kompleks

pada tingkatan tertinggi.14

13Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, h.54 14Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, h.57-58

Page 12: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

62

Keberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak

positif terhadap perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor

ialah segala amal jasmaniah yang konkrit dan mudah diamati baik

kuantitasnya maupun kualitasnya karena sifatnya yang terbuka. Namun, di

samping kecakapan psikomotor tidak terlepas dari kecakapan kognitif ia juga

banyak terikat oleh kecakapan afektif. Jadi kecakapan psikomotor siswa

merupakan manifestasi wawasan pengetahuan dan kesadaran serta sikap

mentalnya.15

2. Revisi Taksonomi Bloom dan Penerapannya di MI Miftahul Anwar

Desa Banua Lawas

Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh

Benjamin S. Bloom. Seiring perkembangan teori pendidikan, Krathwohl

(2001) dan para ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi

Bloom agar sesuai dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut

dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom.16

Belajar kognitif mempunyai dua akivitas yaitu mengingat dan

berfikir-kan dalam aktivitas mental berfikir, menjadi jelas bahwa manusia

berhadapan dengan obyek-obyek yang diwakili dalam kesadaran. Dalam

bentuk berfikir, obyek hadir dalam bentuk suatu representasi. Mengingat

adalah suatu aktivitas kognitif ketika orang menyadari bahwa pengetahuan

berasal dari masa lampau. Terdapat dua bentuk mengingat yang paling

menarik perhatian, yaitu mengenal kembali (rekognisi) dan mengingat

kembali (reproduksi). Sedang Fungsi kognitif mencakup taraf inteligensi dan

15Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2005), h.54 16Ramlan Effendi, Konsep Revisi Taksonomi Bloom Dan Implementasinya

Pada Pelajaran Matematika Smp, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Vol. 2,

Nomor, 1, h. 73

Page 13: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

63

daya kreativitas; bakat khusus; organisasi kognitif; taraf kemampuan

berbahasa; daya fantasi; gaya belajar; teknik-teknik study.17

Perubahan ini dilakukan dengan memberi versi baru pada ranah

kognitif yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan kognitif

(Anderson, 2010). Selanjutnya ada empat kategori dalam dimensi

pengetahuan kognitif yaitu :

a. Pengetahuan faktual (factual knowledge), adalah pengetahuan dasar

yang harus diketahui peserta didik sehingga peserta didik mampu

memahami suatu masalah atau memecahkan masalah tersebut.

terjadinya sebuah peristiwa. Fakta-fakta yang spesifik adalah fakta-

fakta yang dapat disendirikan sebagai elemen-elemen yang terpisah

dan berdiri sendiri. Setiap bidang kajian mengandung peristiwa,

lokasi, orang, tanggal, dan detail-detail lain yang mempresentasikan

pengetahuan penting tentang bidang itu.18 Dalam Fikih MI,

pengetahuan faktual ini seperti dalam jual beli harus ada penjual dan

pembeli.

b. Pengetahuan konseptual (conceptual knowledge), adalah

pengetahuan-pengetahuan dasar yang saling berhubungan dan

dengan struktur yang lebih besar sehingga dapat digunakan secara

bersama-sama dan mencakup pengetahuan tentang kategori.19dalam

Fikih MI misalnya tentang wudhu dan segala hal terkait wudhu,

seperti rukun, sunnat wudhu, dan yang membatalkan wudhu.

17Ahmad Fauzi, Daya Serap Siswa Terhadap Pembelajaran Taksonomi

Pendidikan Agama Islam, http://ejournal.alqolam.ac.id/index.php/jurnal_pusaka/article/view/86,

didownload pada 28 Nopeber 2019 18Khaidaroh Shofiya F. dan Sukiman, Pengembangan Tujuan Pembelajaran

PAI... Jurnal AL-GHAZALI 19Khaidaroh Shofiya F. dan Sukiman, Pengembangan Tujuan Pembelajaran

PAI... Jurnal AL-GHAZALI

Page 14: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

64

c. Pengetahuan prosedural (procedural knowledge), adalah

pengetahuan mengenai bagaimana untuk melakukan sesuatu; metode

untuk mencari sesuatu, suatu pengetahuan yang mengutamakan

kemampuan, algoritma, teknik dan metode. Jika pengetahuan faktual

dan pengetahuan konseptual mewakili pertanyaan-pertanyaan “apa”,

pengetahuan prosedural bergulat dengan pertanyaan-pertanyaan

“bagaimana”.20 Dalam fikih MI misalnya tata cara bersuci dari

hadats dan najis, tata cara berwudhu serta tata cara tayammum.

d. Pengetahuan metakognisi (metacognitive knowledge), adalah

pengetahuan yang melibatkan pengetahuan kognitif secara umum.

Metakognisi juga dapat diartikan sebagai suatu kesadaran tentang

kognitif diri sendiri, bagaimana kognitif dalam diri kita itu bisa

berjalan serta bagaimana kita mengaturnya.21 Dalam Fikih di MI,

contoh proses ini adalah peserta didik diminta untuk membuat narasi

tentang keharusan untuk bersih dan bersuci.

Sedangkan pada dimensi proses kognitif juga dibagi menjadi enam

tingkatan yaitu: Mengingat (remembering), memahami (understanding),

mengaplikasikan (applying), menganalisis (analyzing), Mengevaluasi

(evaluating), dan mengkreasi (creating). Enam tingkatan inilah yang sering

digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang di kenal dengan istilah C1

sampai dengan C6. Roestiyah mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran

adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) anak didik yang

diharapkan setelah mempelajari bahan pelajaran tertentu.22

a. Remembering (Mengingat), adalah kemampuan memperoleh

kembali pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang.

20Khaidaroh Shofiya F. dan Sukiman, Pengembangan Tujuan Pembelajaran

PAI... Jurnal AL-GHAZALI 21Khaidaroh Shofiya F. dan Sukiman, Pengembangan Tujuan Pembelajaran

PAI... Jurnal AL-GHAZALI 22Dewi Salma Prawiradilaga. Prinsip Disain Pembelajaran. (Jakarta: Kencana

kerjasama dengan Universitas Negeri Jakarta, 2008), h. 37

Page 15: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

65

Mengingat (remembering) merupakan jenjang penilaian paling

rendah pada ranah kognitif. Pada tingkat ini peserta didik dituntut

untuk mampu mengenali, menggambarkan dan menyebutkan bahan-

bahan yang baru saja dipelajari. Kata kerja operasional yang

biasanya digunakan dalam merumuskan indikator remembering

antara lain menyebutkan, mendefinisikan, menerangkan, memberi

nama, menyusun daftar, mencocokkan, membuat garis besar,

menyatakan kembali dan menamakan. Berdasarkan keterangan dari

guru Fikih di MI Miftahul Anwar, Ibu Norniah, peserta didik cepat

mengingat konsep-konsep dasar yang ada pada materi, seperti

tentang hadats dan najis, menurutnya, peserta didik bahkan sudah

bisa membedakan hadats dan najis dan menyebutkan ciri-ciri hadats

dan najis. Begitu pula dengan penggolongan najis kecil, besar dan

sedang.

b. Understand (Memahami), adalah kemampuan merumuskan makna

dari pesan pembelajaran dan mampu mengkomunikasikannya dalam

bentuk lisan, tulisan maupun grafik. Peserta didik mengerti ketika

mereka mampu menentukan hubungan antara pengetahuan yang

baru diperoleh dengan pengetahuan mereka yang lalu. Proses-proses

kognitif dalam kategori memahami meliputi menafsirkan,

mencontoh, mengklasifikasikan, menyimpulkan, menduga,

membandingkan, dan menjelaskan. Kemampuan menjelaskan

pengetahuan atau informasi yang telah dipelajari dengan kata-

katanya sendiri. Memahami pengertian, terjemahan, interpolasi dan

interpretasi perintah atau masalah dengan penafsiran peserta didik

itu sendiri. Kata kerja operasional pada jenjang understanding antara

lain mengklasifikasikan, meringkas, menarik inferensi,

mengategorikan, merinci, menguraikan, membedakan,

mendiskusikan, menerangkan, mengemukakan, merangkum dan

Page 16: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

66

menjabarkan.23 Dalam hal ini, guru fikih di MI Miftahul Anwar

menjelaskan untuk pemahaman, peserta didiknya perlu penjelasan

yang lebih detail terutama pada materi-materi yang lebih kompeks

seperti materi haji. Untuk materi-materi dasar di kelas rendah, jika

mengaitkan hubungan antar materi biasanya dengan bimbingan

sebab materi fikih mulai dari kelas 1 selalu terhubung dengan materi

lain. Agar peserta didik lebih memahami lagi, guru selalu melakukan

praktik pembelajaran.

c. Mengaplikasikan (Apply), adalah kemampuan menggunakan atau

menerapkan prosedur dalam keadaan tertentu. Peserta didik

memerlukan latihan soal sehingga peserta didik terlatih untuk

mengetahui prosedur apa yang akan digunakan untuk menyelesaikan

permasalahan. Kategori menerapkan (Apply) terdiri dari proses

kognitif kemampuan melaksanakan dan kemampuan menerapkan

(Implementing). Kemampuan untuk menggunakan dan menerapkan

gagasan, prosedur, metode, rumus, teori dan informasi yang telah

dipelajari ke dalam konteks lain. Kata kerja operasional untuk

menyusun indikator kemampuan penerapan kemampuan ini antara

lain mengurutkan, menentukan, menerapkan, menyesuaikan,

mengalkulasi, memodifikasi, mengklarifikasi, menghitung,

menggunakan, mengoperasikan, melaksanakan, memproses, dan

menyusun.24 Guru Fikih di MI Miftahul Anwar dalam hal ini

menyatakan bahwa dalam konsep menerapkan, guru biasanya

merumuskan beberapa pertanyaan yang kemudian dibentuk dalam

pembelajaran berbasis masalah. Misalnya saja materi najis, guru

membuat pertanyaan “jika ada adik kecil yang kencing di lantai

23Khaidaroh Shofiya F. dan Sukiman, Pengembangan Tujuan Pembelajaran

PAI... Jurnal AL-GHAZALI 24Khaidaroh Shofiya F. dan Sukiman, Pengembangan Tujuan Pembelajaran

PAI... Jurnal AL-GHAZALI

Page 17: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

67

rumah kalian, atau terkena baju kalian, bagaimana cara

membersihkannya?” kemudian peserta didik diarahkan untuk

mengkategorikan terlebih dahulu kencing tersebut katgori hadats

atau najis, hingga akhirnya masing-masing mengemukakan

penyelesaiannya yaitu tata cara membersihkan kencing tersebut.

d. Analyze (Menganalisis). Menganalisis meliputi kemampuan untuk

memecah suatu kesatuan menjadi bagian-bagian dan menentukan

bagaimana bagian-bagian tersebut dihubungkan satu dengan yang

lain atau bagian tersebut dengan keseluruhannya. Analisis

menekankan pada kemampuan merinci sesuatu unsur pokok menjadi

bagian-bagian dan melihat hubungan antar bagian tersebut.

Menganalisis sebagai perluasan dari memahami. Kategori Apply

terdiri kemampuan membedakan (Differentiating), mengorganisasi

(Organizing) dan memberi simbol (Attributing). Kemampuan untuk

mengolah informasi untuk memahami sesuatu dan mencari

hubungan. Memisahkan materi atau konsep ke dalam bagian-bagian

untuk diorganisasikan kembali menjadi struktur yang mudah

dipahami.25 Dalam Fikih MI, Ibu Norniah selalu menstimulus anak

untuk memecah materi sebelumnya kepada materi yang akan

dipelajari, seperti bersuci, bersuci merupakan bagian dari sahnya

shalat, puasa, haji dan ibadah-ibadah lain.

e. Menilai (Evaluate), didefinisikan sebagai kemampuan melakukan

judgement berdasar pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria sering

digunakan adalah menentukan kualitas, efektifitas, efisiensi, dan

konsistensi, sedangkan standar digunakan dalam menentukan

kuantitas maupun kualitas. Evaluasi mencakup kemampuan untuk

membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal,

25Khaidaroh Shofiya F. dan Sukiman, Pengembangan Tujuan Pembelajaran

PAI... Jurnal AL-GHAZALI

Page 18: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

68

bersama dengan pertanggungjawaban pendapat itu yang berdasar

kriteria tertentu. Adanya kemampuan ini dinyatakan dengan

memberikan penilaian terhadap sesuatu. Kategori menilai terdiri dari

Checking (mengecek) dan Critiquing (mengkritik). Kemampuan

peserta didik untuk membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai

atau ide yang mencakup kemampuan untuk membuat suatu pendapat

mengenai sesuatu dan bertanggung jawab atas pendapatnya. Kata

kerja operasional yang biasa digunakan dalam menyusun indikator

kemampuan ini adalah membandingkan, menilai, mengkritik,

menimbang, memutuskan, menafsirkan, memerinci, memvalidasi,

mengetes, mendukung dan memilih.26 Ibu Norniah menjelaskan

bahwa untuk menilai ini, ia biasanya lebih menekankan pada aspek

sikap peserta didik, misalnya saja pada materi puasa, disajikan

tentang penekanan nilai-nilai yang harus diperhatikan peserta didik

pada saat berpuasa, contohnya berbohong, mengumpat sehingga

menurutnya anak didik tidak hanya diajarkan tentang puasa itu

hanya menahan haus dan lapar, tetapi juga untuk melatih diri dengan

akhlak terpuji.

f. Mencipta (Creating). Create didefinisikan sebagai menggeneralisasi

ide baru, produk atau cara pandang yang baru dari sesuatu kejadian.

Create di sini diartikan sebagai meletakkan beberapa elemen dalam

satu kesatuan yang menyeluruh sehingga terbentuklah dalam satu

bentuk yang koheren atau fungsional. Peserta didik dikatakan

mampu Create jika dapat membuat produk baru dengan merombak

beberapa elemen atau bagian ke dalam bentuk atau stuktur yang

belum pernah diterangkan oleh guru sebelumnya. Proses Create

umumnya berhubungan dengan pengalaman belajar peserta didik

26Khaidaroh Shofiya F. dan Sukiman, Pengembangan Tujuan Pembelajaran

PAI... Jurnal AL-GHAZALI

Page 19: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

69

yang sebelumnya. Perbedaan menciptakan ini dengan dimensi

berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti

mengerti, menerapkan, dan menganalisis siswa bekerja dengan

informasi yang sudah dikenal sebelumnya, sedangkan pada

menciptakan siswa bekerja dan menghasilkan sesuatu yang baru.

Proses Create berisikan tiga proses kognitif yaitu :

1) Merumuskan

Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan

membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi kriteria-kriteria

tertentu. Contoh tujuan pendidikan dan asesmennya yaitu dalam

merumuskan peserta ddik diberi deskripsi tentang suatu

masalah dan diharuskan mencari solusinya.

2) Merencanakan

Merencanakan melibatkan proses penyelesaian masalah yang

sesuai dengan ciri-ciri atau kriteria masalahnya. Contoh dalam

pembelajaran

3) Memproduksi

Memproduksi melibatkan proses melaksanakan rencana untuk

menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi tertentu.

Tujuannya agar peserta didik mampu mengembangkan

pikirannya sekreatif mungkin.27

Kategorisasi ini dianggap hierarkis, dengan pengetahuan

yang paling tidak kompleks pada hierarki menjadi yang paling

kompleks. Tiga tingkat terbawah yakni pengetahuan, pemahaman,

dan aplikasi, terkadang disebut sebagai keterampilan belajar tingkat

rendah, dan tiga teratas sebagai keterampilan tingkat tinggi dalam

kemampuan belajar. Kinerja keterampilan tingkat rendah dari

27Khaidaroh Shofiya F. dan Sukiman, Pengembangan Tujuan Pembelajaran

PAI... Jurnal AL-GHAZALI

Page 20: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

70

hierarki biasanya merupakan prasyarat untuk kinerja di level yang

lebih tinggi. Namun, guru secara umum tampaknya lebih memilih

keduanya, baik kelompok keterampilan tingkat rendah atau

kelompok keterampilan tingkat tinggi.28

Create ini bisa diterapkan dalam pelajaran apapun dan pada jenjang

pendidikan dasar sampai pada jenjang tinggi, hanya bentuk

pemrosesannya saja yang berbeda. Jika di sekolah dasar, anak

distimulus, dilatih untuk membuat hal-hal baru semisal membuat

peta konsep tentang materi dan lain-lain. Kalau di dalam pelajaran

fikih MI, anak bisa diarahkan untuk membuat skema-skema

tayamum, wudhu dengan bahasa yang mampu ia mengerti, peta

konsep jual beli, haji yang bertujuan untuk mengasah daya kreatif

mereka. Berdasarkan keterangan dari guru Fikih di MI Miftahul

Anwar, anak belum cenderung belum diarahkan ke indikator

mencipta disebabkan mereka sudah terbiasa dengan konsep-konsep

yang ada dibuku. Selain itu, untuk mengidentifikasi permasalahan-

permasalahan yang terkait dengan materi Fikih seperti bersuci dan

shalat, mereka belum terbiasa sebab untuk kelas rendah, menurutnya

anak masih suka bermain. Untuk kelas tinggi, materi Fikih terkait

haji dan umrah, haid, jual beli, biasanya anak sudah ada yang bisa

memecahkan permasalahan-permasalahan sederhana, seperti jual

beli yang pembeli dan penjual tidak berhadapan, mereka sudah

berani mengajukan pendapat atau hipotesis terkait hal-hal baru yang

hukumnya belum dipelajari dibuku pelajaran.

28Victor Wang, Adult Teaching Methods in China and Bloom’s Taxonomy,

IjSOTL International Journal Scholarship of Teaching and Learning, Volume 2,

Number 2

Page 21: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

71

Secara umum, menurut Akio Yamanaka dan Leon Yufeng Wu29

bahwa tingkat taksonomi yang lebih rendah sesuai dengan hasil

perilakunya yakni menghafal dan mengingat fakta sedangkan

tingkat taksonomi yang lebih tinggi sesuai dengan hasil

pembelajaran yang lebih kompleks yang memfasilitasi pemikiran

kritis dan pemecahan masalah pengetahuan abstrak.

Taksonomi Bloom ini menurut Akio dan Leon, digunakan pada

setiap silabus untuk merincikan kegiatan pelajaran, persyaratan,

dan tugas. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata

pelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar dan dokumentasi terhadap

silabus dan RPP, kegiatan pembelajaran, kriteria penilaian atau

prosedur penilaian menyesuaikan dengan kompetensi inti dan

kompetensi dasar yang dibuat oleh Kementrian Agama,

dilanjutkan oleh guru mata pelajaran untuk merumuskan

indikator pencapaian kompetensi bagi peserta didik. Menurut ibu

Nurniah, untuk mengkondisikan peserta didik sampai pada

ketrampilan mencipta tidak mudah, bahkan guru harus berinovasi

dan kreatif, semisal guru sudah berupaya berinovasi dalam proses

belajar, peserta didik kesulitan dalam merespon apalagi sampai

kepada ranah ketrampilan mencipta, menurutnya kendala paling

berarti ada di kelas rendah. Tetapi ia menegaskan bahwa

ketrampilan mencipta ini relevan dengan mata pelajaran apapun

baik itu rumpun ilmu alam, ilmu sosial, maupun ilmu agama.

Sebab semuanya tergantung kepada latihan secara terus menerus

dari kedua belah pihak baik dari guru sebagai pengajar maupun

murid sebagai pembelajar.

29Akio Yamanaka dan Leon Yufeng Wu, Rethinking Trends in Instructional

Objectives: Exploring the Alignment of Objectives with Activities and Assessment in

Higher Education – A Case Study, International Journal of Instruction July 2014, Vol.7,

No.2

Page 22: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

72

Selain mengklasifikasikan tujuan, dalam revisi taksonomi Bloom

juga dibedakan menjadi dua kategori jenjang proses pengetahuan,

level yang lebih rendah, lebih tinggi, atau bahkan tidak dapat

dibedakan. Tujuan memisahkan kata kerja ke dalam kategori ini

ada dua. Alasan utamanya adalah untuk membedakan hasil yang

diinginkan antara keterampilan tingkat tinggi dan keterampilan

tingkat rendah. Alasan kedua adalah untuk mengidentifikasi hasil

belajar yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam sistem

klasifikasi tujuan Bloom. Tujuannya adalah untuk

mengakomodasi masalah tumpang tindih kata kerja yang

ditunjukkan dalam literatur. Sebagai contoh, kata kerja

"mengerti" dan frasa kata kerja "menunjukkan pemahaman"

sering digunakan dalam tujuan. Tanpa klarifikasi lebih lanjut,

kata-kata ini dapat diklasifikasikan dalam tingkat pengetahuan

(hanya mengingat informasi) atau pemahaman (menerjemahkan,

menafsirkan, dan menggambarkan informasi). Perbedaan harus

dibuat antara frasa kata kerja tersebut dengan yang seperti

"menunjukkan kebanggaan" atau "mengembangkan kepekaan"

dimana, dalam kasus sebelumnya, dengan kondisi dan kriteria,

kinerja dapat diukur. Dalam kasus seperti itu di mana tingkat

taksonomi tidak dapat ditentukan, tetapi merupakan indikasi

mengingat, mengenali, menafsirkan informasi, maka hasil

pembelajaran tidak dapat diklasifikasikan tetapi dicatat dalam

kategori "lebih rendah". Contoh lain termasuk "menunjukkan

pengetahuan," "menunjukkan kemahiran," dan "mengembangkan

pemahaman."

Upaya pengembangan kognitif peserta didik, baik oleh orang tua

maupun guru, sangat penting. Upaya pengembangan ranah

kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap ranah

Page 23: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

73

kognitif sendiri, melainkan juga terhadap ranah afekif dan

psikomotorik. Pada saat anak melakukan proses kognisi, ia pasti

melibatkan ranah afektif yakni mengolah cipta, rasa karsa secara

bersamaan. Jika anak sudah mncapai keberhasilan pada ranah

kognitif, dalam artian enam jenjang berfikir yang dikemukakan

oleh Bloom berhasil dicapai, maka akan mudah pula mencapai

keberhasilan pada ranah afektif dan psikomotorik.

D. Simpulan

Revisi dilakukan terhadap Taksonomi Bloom, yakni perubahan dari

kata benda (dalam Taksonomi Bloom) menjadi kata kerja (dalam taksonomi

revisi). Perubahan ini dibuat agar sesuai dengan tujuan-tujuan pendidikan.

Tujuan-tujuan pendidikan mengindikasikan bahwa siswa akan dapat melakukan

sesuatu (kata kerja) dengan sesuatu (kata benda). Revisi dilakukan oleh

Kratwohl dan Anderson, taksonomi menjadi: (1) mengingat (remember); (2)

memahami (understand); (3) mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis

(analyze); (5) mengevaluasi (evaluate); dan (6) mencipta (create). Mencipta

inilah dalam kata kerja operasional Taksonomi Bloom disebut dengan C-6 atau

cognitif tingkat keenam atau jenjang ketrampilan pengetahuan yang paling

tinggi. Mengingat semakin populernya lingkungan belajar yang berpusat pada

peserta didik dan penilaian berbasis kinerja, diharapkan adanya penelitian untuk

menganalisis kesenjangan antara kebutuhan pelajar sehubungan dengan apa

yang saat ini disediakan oleh silabus. kemudian untuk melakukan studi

kualitatif yang menganalisis silabus, mengidentifikasi elemen-elemen kunci

yang memfasilitasi atau mengganggu hasil pembelajaran, dan mengeksplorasi

bagaimana tujuan dapat disusun dalam hubungannya dengan kegiatan

pembelajaran dan prosedur penilaian dengan cara yang memaksimalkan

kebutuhan peserta didik.

Page 24: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

74

Daftar Pustaka

Ahmadi, Rulam. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,

2014.

C. Burwash, Susan, Roberta Snover, dan Robert Krueger. Up Bloom’s pyramid

with slices of Fink’s pie: Mapping an occupational therapy curriculum,

The Open Journal of Occupational Therapy, Volume 4 Issue 4 Fall 2016.

Effendi, Ramlan. Konsep Revisi Taksonomi Bloom Dan Implementasinya Pada

Pelajaran Matematika Smp, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika

Vol. 2, Nomor, 1.

Fauzi, Ahmad Daya Serap Siswa Terhadap Pembelajaran Taksonomi

Pendidikan Agama Islam,

http://ejournal.alqolam.ac.id/index.php/jurnal_pusaka/article/view/86.

J. Moeleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2005.

Rukmini, Elizabeth. Deskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom.

https://journal.uny.ac.id/index.php/mip/article/view/7132

Salma Prawiradilaga, Dewi. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Kencana

kerjasama dengan Universitas Negeri Jakarta, 2008.

Shofiya F, Khaidaroh, Sukiman. Pengembangan Tujuan Pembelajaran PAI

Aspek Kognitif Dalam Teori Anderson, L. W. Dan Krathwohl, D.R..

Jurnal Al GHAZALI, Volume 1 Nomor 2, Tahun 2018

Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2011.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta, 2012.

Swee Heng, Chan. Framework of Assessment for the Evaluation of Thinking

Skills of Tertiary Level Students, Advances in Language and Literary

Studies, Vol. 6 No. 5; October 2015

Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2005.

W. Anderson, Lorin, David R. Krathwohl. Kerangaka Landasan Untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen, terj. Agung Prihantoro.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Page 25: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

75

Wang, Victor. Adult Teaching Methods in China and Bloom’s Taxonomy,

IjSOTL International Journal Scholarship of Teaching and Learning,

Volume 2, Number 2

Yamanaka, Akio, Leon Yufeng Wu. Rethinking Trends in Instructional

Objectives: Exploring the Alignment of Objectives with Activities and

Assessment in Higher Education – A Case Study, International Journal of

Instruction July 2014, Vol.7, No.2

Yulaewati, Ella. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi: Teori dan Aplikasi.

Jakarta:Pakar Raya, 2004.

Yulianti. Pengembangan Alat Evaluasi Hasil Belajar Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Berbasis Taksonomi Bloom Dua Dimensi.

JOIES: Journal of Islamic Education Studies Volume 1, Nomor 2,

Desember 2016

Page 26: PROSES KOGNITIF DALAM TAKSONOMI BLOOM REVISI : …

Hikmatu Ruwaida: Proses Kognitif dalam Taksonomi Bloom Revisi: Analisis

Kemampuan Mencipta (C6) pada Pembelajaran Fikih di MI Miftahul Anwar Desa

Banua Lawas

Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah

Vol. 4, No. 1, Juli-Desember 2019

76