30
Proses Pembentukan Bangsa - Negara Makalah disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah PPKN Oleh: Astrid Widiastuti (P17331111009) Intan Oky Fathonah (P17331111015) 3A KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

Proses Pembentukan Bangsa Dan Negara ((1)

  • Upload
    astiachi

  • View
    1.068

  • Download
    17

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proses pembentukan bangsa dan negara

Citation preview

Proses Pembentukan Bangsa - Negara

Makalah

disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah PPKN

Oleh:

Astrid Widiastuti (P17331111009)

Intan Oky Fathonah (P17331111015)

3A

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN GIZI

2013

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. pemilik segala yang bernyawa dan

penguasa segala keteraturan, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini

disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah PPKN dengan

harapan dapat menambah wawasan bagi kami khususnya dan para pembaca

makalah ini.

Makalah ini memuat tentang proses pembentukan bangsa - negara.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak

kekurangan baik ditinjau dari isi maupun dari segi penyajiannya. Oleh karena

itu, kami senantiasa mengharapkan kontribusi pemikiran dari pembaca

sehingga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandung, 22 September 2013

Penulis

ii

Daftar Isi

ContentsKATA PENGANTAR........................................................................................................................... ii

Daftar Isi...............................................................................................................................................3

BAB I....................................................................................................................................................4

Pendahuluan.......................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang........................................................................................................................4

1.3 Tujuan.......................................................................................................................................5

1.3.1 Tujuan umum:....................................................................................................................5

1.3.2 Tujuan khusus:..................................................................................................................5

BAB II ISI.............................................................................................................................................6

2.1 Pengertian Proses Pembentukan Negara........................................................................6

2.2 Peristiwa Pembentukan Negara..........................................................................................8

2.3 Unsur-Unsur Pembentuk Negara.....................................................................................11

2.4 Proses Pembentukan Negara............................................................................................15

2.5 Sebab-Sebab Pembentukan Negara................................................................................18

BAB III................................................................................................................................................20

Penutupan..........................................................................................................................................20

3.1 Kesimpulan............................................................................................................................20

3.2 Saran.......................................................................................................................................20

Daftar Pustaka...................................................................................................................................21

3

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Manusia dikelompokkan menjadi berbagai macam. Yang pertama

pengelompokan manusia berdasarkan jenis kelamin, yaitu laki-laki dan perempuan.

Berdasarkan adat istiadat bahasa suku bangsa dikenal dengan contoh Mandar,

Jawa, Arab, Rusia dan lain-lain. Berdasarkan cirri fisik ada Mongoloid, Eropa,

Melayu dan Melanesia. Menurut Iman ada Islam, Kristen, Hindu, Budha dan Sinto.

Seluruh kategori tersebut dipelajari berdasarkan Bangsa dan Negara.

Ada dua konsep apabila permasalahan bangsa dan negara dibahas, masalah

suku bangsa dan negara. Pusat ilmu politik ada pada bangsa dan negara. Suatu

suku bangsa dapat memiliki lebih dari satu negara contoh bangsa arab. Suatu ras

terdiri atas lebih dari satu negara bukan lagi menjadi suatu persoalan contoh

Amerika dan Indonesia.

Negara tidak dilihat dari kesamaan kultural dan biologis melainkan Negara

digambarkan adanya satu struktur kekuasaan monopoli dan penggunaan fisik

terhadap batas batas wilayah yang jelas. Jadi negara berdasarkan atas persamaan

struktur kekuasaan yang memerintahnya.

Suatu negara itu terbentuk karena adanya pengelompokkan masyarakat atas

dasar kesamaan, dan juga adanya struktur kekuasaan yang memerintahnya, semua

itu dilakukan agar dapat bertahan lama dan mampu mencapai tujuan yang telah

disepakati dalam suatu ideologi negara tersebut.

Oleh karena itu, untuk memahami bagaimana proses terbentuknya Negara

perlu dilakukan penjelasan kembali. Makalah ini disusun untuk menjelaskan seluk-

beluk proses pembentukan Negara.

4

 1.2 Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan pembentukan Negara?

Kapan terjadinya pembentukan Negara?

Siapa yang membentuk Negara?

Bagaimana proses pembentukan Negara?

Mengapa terjadi proses pembentukan Negara?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum:Mengetahui proses pembentukan Negara.

1.3.2 Tujuan khusus: Mengetahui pengertian pembentukan Negara.

Mengetahui kapan terjadinya proses pembentukan Negara.

Mengetahui unsu-unsur pembentuk Negara.

Mengetahui proses pembentukan Negara.

Mengetahui sebab-sebab terbentuknya Negara.

5

BAB II

ISI

2.1 Pengertian Pembentukan Negara

Beberapa teori tentang terbentuknya suatu Negara yakni sebagai

berikut.

1. Teori kontrak sosial (social contract)/ Teori Perjanjian Masyarakat

Teori ini beranggapan bahwa Negara dibentuk berdasarkan

perjanjian-perjanjian masyarakat. Beberapa pakar penganut teori

kontrak sosial yang menjelaskan teori asal-mula Negara, diantaranya:

a. Thomas Hobbes (1588-1679)

Menurutnya syarat membentuk Negara adalah dengan

mengadakan perjanjian bersama individu-individu yang tadinya

dalam keadaan alamiah berjanji akan menyerahkan semua hak-

hak kodrat yang dimilikinya kepada seseorang atau sebuah badan.

Teknik perjanjian masyarakat yang dibuat Hobbes sebagai berikut

setiap individu mengatakan kepada individu lainnya bahwa “Saya

memberikan kekuasaan dan menyerahkan hak memerintah kepada

orang ini atau kepada orang-orang yang ada di dalam dewan ini

dengan syarat bahwa saya memberikan hak kepadanya dan

memberikan keabsahan seluruh tindakan dalam suatu cara

tertentu.

b. John locke (1632-1704)

Dasar kontraktual dan Negara dikemukakan Locke sebagai

peringatan bahwa kekuasaan penguasa tidak pernah mutlak tetapi

selalu terbatas, sebab dalam mengadakan perjanjian dengan

seseorang atau sekelompok orang, individu-individu tidak

menyerahkan seluruh hak-hak alamiah mereka.

6

c. Jean Jacques Rousseau (1712-1778)

Keadaan alamiah diumapamakannya sebagai keadaan alamiah,

hidup individu bebas dan sederajat, semuanya dihasilkan sendiri

oleh individu dan individu itu puas. Menurut “Negara” atau “badan

korporatif” dibentuk untuk menyatakan “kemauan umumnya”

(general will) dan ditujukan pada kebahagiaan besama. Selain itu

Negara juga memperhatikan kepentingan-kepentingan individual

(particular interest). Kedaulatannya berada dalam tangan rakyat

melalui kemauan umumnya.

2. Teori Ketuhanan

Negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpin-pemimpin Negara

ditunjuk oleh Tuhan Raja dan pemimpin-pemimpin Negara hanya

bertanggung jawab pada Tuhan dan tidak pada siapapun. Penganut

teori ini adalah Agustinus, Yulius Stahi, Haller, Kranenburg dan

Thomas Aquinas.

3. Teori kekuatan

Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari komunikasi yang

kuat terhadap kelompok yang lemah, Negara terbentuk dengan

penaklukan dan pendudukan. Dengan penaklukan dan pendudukan

dari suatu kelompok etnis yang lebih kuat atas kelompok etnis yang

lebih lemah, dimulailah proses pembentukan Negara. Penganut teori ini

adalah H.J. Laski, L. Duguit, Karl Marx, Oppenheimer dan Kollikles.

4. Teori Organis

Menurut Dede Rosyada, dkk (2005: 54) mengemukakan konsepsi

organis tentang hakikat dan asal mula negara adalah suatu konsep

bilogis yang melukiskan negara dengan istilah-istilah ilmu alam. Negara

dianggap atau disamakan dengan makhluk hidup, manusia atau

binatang individu yang merupakan komponen-komponen Negara

dianggap sebagai sel-sel dari makhluk hidup itu. Kehidupan corporal

7

dari Negara dapat disamakan sebagai tulang belulang manusia,

undang-undang sebagai urat syaraf, raja (kaisar) sebagai kepala dan

para individu sebagai daging makhluk itu.

5. Teori Historis

Teori ini menyatakan bahwa lembaga-lambaga sosial tidak dibuat,

tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan

manusia.

6. Teori kedaulatan hukum

Teori kedaulatan hukum (Rechts souvereiniteit) (Mienu, 2010)

menyatakan semua kekuasaan dalam negara berdasar atas hukum.

Pelopor teori ini adalah H. Krabbe dalam buku Die Moderne Staats

Idee.

7. Teori Hukum Alam

Filsufgaul (2012) menuliskan teori hukum alam yakni negara

terjadi karena kehendak alam yang merupakan lembaga alamiah yang

diperlukan manusia untuk menyelenggarakan kepentingan umum.

Penganut teori ini adalah Plato, Aristoteles, Agustinus, dan Thomas

Aquino.

2.2 Peristiwa Pembentukan Negara

Suatu negara yang memiliki berbagai suku bangsa dan ras berupaya

keras membentuk suatu bangsa baru dengan identitas kultural yang baru pula.

Hal itu dimaksudkan agar dapat bertahan lama dan mampu mencapai tujuan.

Proses terbentuknya suatu negara terpusat modern yang penduduknya

meliputi satu nasionalitas (suatu bangsa) merupakan proses pembentukan

bangsa – negara. Pengertian bangsa dalam istilah satu bangsa berbeda dengan

pengertian bangsa dalam istilah bangsa – negara.

Bangsa dalam bangsa – negara mencakup jumlah kelompok masyarakat

(berbagai suku bangsa dan ras) yang lebih luas daripada bangsa dalam suku

8

bangsa. Kesamaan identitas kultural dalam suku bangsa lebih sempit

cakupannya daripada identitas kultural dalam bangsa – negara.

Lau Ben Anderson, seorang ilmuwan politik dari Universitas Cornell

merumuskan pengertian bangsa secara unik. Menurut pengamatannya, bangsa

merupakan komunitas politik yang dibayangkan dalam wilayah yang jelas

batasnya dan berdaulat.

Dikatakan sebagai komunitas politik yang dibayangkan karena bangsa

yang paling kecil sekalipun para anggotanya tidak kenal satu sama lain.

Dibayangkan secara terbatas karena bangsa yang paling besar sekalipun –

yang penduduknya ratusan juta jiwa – mempunyai batas wilayah yang relatif

jelas. Dibayangkan sebagai berdaulat karena bangsa ini berada di bawah suatu

negara mempunyai kekuasaan atas seluruh wilayah dan bangsa tersebut.

Akhirnya, disebut sebagai komunitas yang dibayangkan karena terlepas dari

adanya kesenjangan dan penindasan, para anggota bangsa itu selalu

memandang satu sama lain sebagai saudara sebangsa dan setanah air.

Perasaan sebangsa inilah yang menyebabkan berjuta-juta orang bersedia mati

bagi komunitas yang dibayangkan itu.

Sementara itu, secara umum dikenal adanya dua model proses

pembentukan bangsa – negara, yaitu model ortodoks dan model mutakhir,

(Ramlan Surbakti, 1999). Yaitu :

1.Model ortodoks yang bermula dari adanya suatu bangsa terlebih dahulu untuk

kemudian bangsa itu membentuk satu negara tersendiri. Sebagai

contohnya, bangsa Yahudi yang berupaya mendirikan negara Israel untuk

satu bangsa Yahudi

2.Model mutakhir yang berawal dari adanya negara terlebih dahulu, yang

terbentuk melalui proses tersendiri, sedangkan penduduk negara

merupakan sekumpulan suku bangsa dan ras. Contohnya adalah

kemunculan negara Amerika Serikat pada tahun 1776.

Kesadaran politik mulai muncul dikalangan kelompok suku bangsa untuk

berpartisipasi dalam proses yang akan membawa mereka pada pertanyaan

yang lebih mendasar. Pertanyaan ini berkaitan dengan pilihan rezim politik.

Suatu bangsa akan terbentuk apabila masalah masalah politik disepakati

9

jawabannya. Proses politisasi yang dilakukan secara memadai, memungkinkan

akan terdapatnya satu atau lebih kelompok atau suku bangsa  yang tidak

bersedia ikut serta dalam bangsa yang dibangun bisa saja disebabkan oleh

ketidak setujuan mereka terhadap pilihan bentuk partisipasi rezim politik. Hal

inilah juga yang menyebabkan beberapa suku bangsa menginginkan adanya

kompromi atau daerah istimewa dengan aturan khusus. Kedua model tadi

berbeda  dalam empat hal berikut:

1. Ada tidaknya perubahan unsur dalam masyarakat

Model ortodok tidak mengalami perubahan unsur karena satu bangsa

membentuk satu negara, sedangkan model mutakhir mengalami perubahan

unsur karena dari banyak kelompok suku bangsa menjadi satu bangsa.

2. Lamanya waktu yang diperlukan dalam proses pembentukan bangsa-negara

Model ortodoks membutuhkan waktu yang singkat, yaitu hanya

membentuk struktur pemerintahan, sedangkan model mutakhir memerlukan

waktu yang lama karena harus mencapai kesepakatan tentang identitas

kultural yang baru.

3. Kesadaran politik

Kesadaran politik masyarakat pada model ortodoks muncul setelah

terbentuknya bangsa-negara, sedangkan dalam model mutakhir kesadaran

politik warga muncul mendahului bahkan menjadi kondisi awal terbentuknya

bangsa-negara.

4. Derajat partisipasi dan rezim politik

Pada model ortodoks, partisipasi politik dan rezim politik dianggap

sebagai bagian terpisah dari proses integrasi nasional. Pada model

mutakhir, partisipasi politik dan rezim politik merupakan hal yang tak terpisah

dari proses integrasi nasional.

Model diatas sangat berguna dalam menggambarkan secara sederhana

proses pembentukan bangsa-negara yang dalam kenyataan bersifat rumit.

Namun mengandung tiga kekurangan pokok:

1. Memandang proses pemebentukan bangsa-negara yang bersifat rumit.

10

2. Faktor historis khususnya hal ihwal yang berkaitan dengan pengalaman

penjajahan tidak dimasukkan dalam model tersebut.

3. Dalam kenyataan tidak hanya dua model pembentukan bangsa-negara.

2.3 Unsur-Unsur Pembentuk Negara

Berdasarkan Konvensi Montevideo tahun 1933 (Fakultas Hukum

Universitas Andalas: 2010), ada 5 unsur yang harus dipenuhi untuk

terbentuknya sebuah negara, yaitu :

a. Penghuni (penduduk/rakyat).

b. Wilayah.

c. Kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat).

d. Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain

e. Pengakuan dari negara lain.

Keempat unsur pertama disebut unsur konstitutif atau unsur pembentuk

yang harus terpenuhi agar terbentuk negara, sedangkan unsur yang kelima

disebut unsur deklaratif yakni unsur yang sifatnya menyatakan, bukan unsur

mutlak.

a. Penduduk/rakyat

Penduduk suatu negara adalah semua orang yang pada suatu

waktu mendiami wilayah negara. Mereka itu secara sosiologis lazim disebut

rakyat dari negara itu. Rakyat dalam hubungan ini diartikan sebagai

sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan

mendiami suatu wilayah yang sama.

Ditinjau dari segi hukum, rakyat merupakan warga negara suatu

negara. Warga negara adalah seluruh individu yang mempunyai ikatan

hukum dengan suatu negara tertentu. Setiap negara mempunyai sejumlah

individu yang menyebut dirinya warga negara (rakyat) dari negara itu.

Berdasarkan hukum internasional, tiap-tiap negara berhak untuk

menetapkan sendiri siapa yang akan menjadi warga negaranya. Ada dua

asas yang dipakai dalam pembentukan kewarganegaraan, yaitu asas ius

soli dan asasius sanguinis. Asas ius soli (law of the soil), menentukan warga

11

negaranya berdasarkan tempat tinggal. Artinya, siapa pun yang bertempat

tinggal di suatu negara adalah warga negara tersebut.

Asas ius sanguinis (law of the blood) menentukan warga negara

berdasarkan pertalian darah, dalam arti siapa pun seorang anak kandung

(yang sedarah seketurunan) dilahirkan oleh seorang warga negara tertentu,

maka anak tersebut juga dianggap warga negara yang bersangkutan.

Berikut perbedaan antara penduduk, bukan penduduk, warga

Negara dan bukan warga Negara sebagai berikut

Penduduk Bukan Penduduk Warga Negara Bukan Warga

Negara

Penduduk adalah

mereka yang

bertempat tinggal

tetap atau

berdomisili tetap di

dalam wilayah

Negara (menetap).

Bukan Penduduk

adalah mereka

yang berada di

dalam wilayah

Negara, tetapi tidak

bermaksud

bertempat tinggal

di Negara itu.

Misalnya

wisatawan Asing

yang sedang

melakukan

perjalanan wisata.

Warga Negara

adalah mereka

yang berdasarkan

hukum merupakan

anggota dari

Negara (menurut

undang-undang

diakui sebagai

warga negara).

Bukan Warga

Negara adalah

mereka yang

mengakui Negara

lain sebagai

negaranya

b. Wilayah

Wilayah adalah landasan materiil atau landasan fisik suatu negara.

Luas wilayah negara ditentukan oleh perbatasan-perbatasan. Negara

menjalankan yurisdiksi teritorial atas orang dan benda yang berada di

dalam batas-batas wilayah itu, kecuali beberapa golongan orang dan

benda yang dibebaskan dari yurisdiksi itu.

Wilayah yang dimaksud dalam pengertian di atas adalah bukan

hanya wilayah geografis atau wilayah dalam arti sempit, melainkan dalam

12

arti luas. Wilayah dalam arti luas ini merupakan wilayah dilaksanakannya

yurisdiksi negara. Wilayah ini meliputi wilayah daratan dan udara di

atasnya, serta laut di sekitar pantai negara itu, yaitu apa yang disebut laut

teritorial. Batas-batas wilayah dalam arti luas ini berarti negara berwenang

untuk menjalankan kedaulatan teritorialnya. Sekelompok manusia dengan

pemerintahannya tidak dapat menciptakan negara tanpa adanya suatu

wilayah.

1. Daratan

Batas wilayah darat suatu Negara biasanya ditentukan dengan

perjanjian antara suatu Negara dengan Negara lain dalam bentuk

traktat. Perbatasan antara Negara dapat berupa:

a. Batas alam, misalnya: sungai, danau, pegunungan, atau lembah.

b. Batas buatan, misalnya: pagar tembok, pagar kawat berduri.

c. Batas menurut geofisika, misalnya: lintang utara/selatan, bujur

timur/barat.

2. Lautan

Berdasarkan Konferensi Hukum Laut internasional III pada 10

Desember 1982 yang diselenggrakan oleh PBB di Montego Bay,

Jamaica, menghasilkan batas wilayah Negara sebagai berikut:

a. Laut Teritorial

Setiap negara mempunyai kedaulatan atas laut territorial

selebar 12 mil laut, yang diukur berdasarkan garis lurus yang

ditarik dari garis dasar (base line) garis pantai kearah laut bebas.

b. Zona Bersebelahan

Zona bersebelahan merupakan batas laut selebar 12 mil

laut dari garis batas laut territorial atau batas laut selebar 24 mil

laut dari garis dasar.

c. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)

Zona Ekonomi Eksklusif merupakan batas lautan suatu

negara pantai lebarnya 200 mil laut dari garis dasar. Dalam batas

ini, negara pantai berhak menggali kekayaan alam yang ada dan

menangkap para nelayan asing yang kedapatan sedang

melakukan penangkapan ikan.

13

d. Landas Benua

Landas benua adalah wilayah daratan negara pantai yang

berada di bawah lautan di laut ZEE, selebar lebih kurang 200 mil di

lautan bebas.

e. Landas Kontinen

Landas kontinen merupakan daratan yang berada di

bawah permukaan air di luar laut territorial sampai kedalaman 200

m. Bagi negara pantai, landas kontinen dinyatakan sebagai bagian

yang tak terpisahkan dari wilayah daratan.

3. Udara

Wilayah udara suatu negara ada di atas wilayah daratan dan

wilayah lautan Negara itu. Pembatasan wilayah suatu negara sangat

penting sekali karena menyangkut pelaksanaan kedaulatan suatu

negara dalam segala bentuk, seperti hal-hal berikut :

a. Berkuasa penuh terhadap kekayaan yang ada di dalamnya.

b. Berkuasa mengusir orang-orang yang bukan warga negaranya

dalam wilayah tersebut bila tidak memiliki izin dari negara itu.

c. Pemerintah yang Berdaulat.

c. Pemerintah yang berdaulat

Sekalipun telah ada sekelompok individu yang mendiami suatu

wilayah, tetapi belum juga dapat diwujudkan suatu negara, jika tidak ada

segelintir orang yang berwenang mengatur dan menyusun kehidupan

bersama. Pemerintah adalah organisasi yang mengatur dan memimpin

negara. Tanpa pemerintah tidak mungkin negara itu berjalan secara baik.

Pemerintah yang berdaulat mempunyai kekuasaan sebagai berikut

:

1. Kedaulatan ke dalam, artinya wibawa, berwenang menentukan dan

menegakkan hukum atas warga dan wilayah negaranya.

2. Kedaulatan keluar adalah mempunyai kedudukan yang sederajat

dengan negara lain, sehingga bebas untuk menentukan hubungan

diplomatik dengan negara lain.

14

Pemerintah menegakkan hukum dan memberantas kekacauan,

mengadakan perdamaian, dan menyelaraskan kepentingan-kepentingan

yang bertentangan. Oleh karena itu, sungguh mustahil ada masyarakat

tanpa pemerintahan. Pemerintah yang menetapkan, menyatakan, dan

menjalankan kemauan individu-individu yang tergabung dalam organisasi

politik yang disebut negara.

Pemerintah melaksanakan tujuan-tujuan negara dan menjalankan

fungsi-fungsi kesejahteraan bersama. Untuk dapat menjalankan fungsi-

fungsinya dengan baik dan efektif, kedaulatan sebagai atribut negara

diwujudkan. Kekuasaan pemerintah biasanya dibagi atas legislatif,

eksekutif, dan yudikatif.

d. Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain

Kesanggupan untuk berhubungan dengan negara lain, yaitu ketika

negara itu dapat melakukan hubungan-hubungan dengan negara lain

dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya.

e. Pengakuan dari negara lain

Negara yang bersangkutan, keberadaannya secara diplomatik

diakui oleh Negara-negara yang lebih dahulu ada. Hal ini ditunjukkan

dengan dibukanya hubungan diplomatik antara suatu negara dengan

negara tersebut.

2.4 Proses Pembentukan Negara

Adapun proses terbentuknya Negara yakni sebagai berikut.

1. Terjadinya negara secara primer

Yang dimaksud dengan terjadinya negara secara primer adalah teori

yang membahas tentang terjadinya negara yang tidak dihubungkan

dengan negara yang telah ada sebelumnya. Ada 4 fase terjadinya negara

yakni sebagai berikut.

a. Fase genootschap

15

Pada fase ini merupakan pengelompokan dari orang-orang

yang menggabungkan dirinya untuk kepentingan bersama dan

disandarkan pada persamaan. Mereka menyadari bahwa mereka

mempunyai kepentingan yang sama dan kepemimpinan disini dipilih

secara primus interpares atau yang terkemuka diantara yang sama.

Jadi yang penting disini adalah unsur bangsa.

b. Fase rijk

Pada fase ini kelompok orang-orang yang menggabungkan diri

tadi telah sadar akan hak milik atas tanah hingga muncullah tuan

yang berkuasa atas tanah dan orang-orang yang menyewa tanah.

Sehingga timbul sistem feodalisme. Jadi yang penting pada masa ini

adalah unsur wilayah.

c. Fase staat

Pada fase ini masyarakat telah sadar dari tidak bernegara

menjadi bernegara dan mereka dan mereka telah sadar bahwa

mereka berada pada satu kelompok. Jadi yang penting pada masa ini

adalah bahwa ketiga unsur dari negara yaitu bangsa, wilayah, dan

pemerintah yang berdaulat telah terpenuhi.

d. Fase democratische natie (negara demokrasi)

Fase ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari fase staat,

dimana democratische natie ini terbentuk atas dasar kesadaran

demokrasi nasional, kesadaran akan adanya kedaulatan ditangan

rakyat.

2. Terjadinya negara secara sekunder

Yang dimaksud dengan terjadinya negara secara sekunder adalah teori

yang membahas tentang terjadinya negara yang dihubungkan dengan

negara yang telah ada sebelumnya. Fase terjadinya Negara yakni.

a. Occupatie (pendudukan)

Terjadi ketika suatu wilayah yang tidak bertuan dan belum

dikuasai, kemudian diduduki dan dikuasai oleh suku atau kelompok

tertentu. Contohnya Liberia.

b. Fusi (peleburan)

16

Terjadi ketika negara-negara kecil mendiami suatu wilayah,

mengadakan perjanjian untuk saling melebur menjadi negara baru

atau dapat dikatakan suatu penggabungan dua atau lebih Negara

menjadi Negara baru. Misalnya Jerman Barat dan Jerman Timur

bergabung menjadi Negara Jerman.

c. Cessie (penyerahan)

Terjadi ketika suatu wilayah diserahkan kepada negara lain

berdasarkan perjanjian tertentu. Penyerahan ini juga dapat diikatakan

pemberian kemerdekakaan kepada suatu koloni oleh Negara lain

yang umumnya adalah bekas jajahannya. Contohnya Kongo

dimerdekakan oleh Francis.

d. Acessie (penarikan)

Awalnya suatu wilayah terbentuk akibat naiknya lumpur sungai/

timbul dari dasar laut (delta). Wilayah tersebut kemudian dihuni oleh

sekelompok orang sehingga akhirnya membentuk negara. Contohnya

Mesir yang terbentuk dari delta Sungai Nil.

e. Anexatie (pencaplokan/ penguasaan)

Suatu negara berdiri di suatu wilayah yang dikuasai bangsa

lain tanpa reaksi berarti. Contohnya Israel mencaplok Palestina.

f. Proklamasi

Terjadi ketika penduduk pribumi dari suatu wilayah yang

diduduki oleh bangsa lain mengadakan perjuangan (perlawanan)

sehingga berhasil merebut kembali wilayahnya dan menyatakan

kemerdekaan. Contohnya Indonesia merdeka dari Jepang dan

Belanda pada tanggal 17 Agustus 1945.

g. Innovation (pembentukan baru)

Suatu negara baru muncul di atas suatu negara yang pecah

karena suatu hal dan kemudian lenyap. Contohnya Columbia lenyap,

kemudian menjadi Venezuela dan Columbia yang baru.

h. Separatis (pemisahan)

Suatu wilayah negara yang memisahkan diri dari negara yang

semula menguasainya kemudian menyatakan kemerdekaan.

17

Contohnya Belgia memisahkan diri dari Belanda pada tahun 1939 dan

menyatakan kemerdekaan.

i. Pendudukan Atas Wilayah yang Belum Ada Pemerintahan

Sebelumnya.

Pendudukan terjadi terhadap wilayah yang ada penduduknya,

tetapi tidak berpemerintahan. Misalnya Australia merupakan daerah

baru yang ditemukan Inggris meskipun di sana terdapat suku

Aborigin. Daerah Australia selanjutnya dibuat koloni-koloni di mana

penduduknya didatangkan dari daratan Eropa. Australia

dimerdekakan tahun 1901.

2.5 Sebab-Sebab Pembentukan Negara

Faktor faktor pembentuk identitas bersama dipengaruhi oleh pembentukan

bangsa-negara untuk menyatukan masyarakat ada enam faktor yang pertama

secara Primodial. Ikatan kekerabatan kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa,

adat istiadat adalah faktor faktor primordial yang membentuk suatu negara, hal

diatasa juga tidak menjamin terbentuknya suatu bangsa karena kemajemukan

suatu negara menyulitkan pemebentukan nasionalitas baru.

Kedua, tokoh yang kepemimpinann yang disegani dan dihormati secara

luas oleh masyarakat banyak dapat pula menjadi faktor yang berpengaruh.

Tokoh yang dapat memeberikan jalan keluar bagi bangsa yang tengah berjuang

diri untuk membebaskan diri dari belenggu penjajah. Pemimpin juga tidak dapat

menjamin karena kepemimpinan bersifat sementara, ada dua penyebab yang

pertama adalah karena faktor usia dan yang kedua kepemimpinan berkaitan

dengan perkembangan masyarakat. Masyarakat yang berubah juga inigin

memiliki tipe pemimpin yang berubah juga.

Ketiga faktor pembentukan identitas juga dipengaruhi oleh sejarahnya

persepsi yang sama tentang pengalaman masa lalu seperti penderitaan yang

disebabkan oleh penjajahan dan tekad dan tujuan yang sama. Hal diataslah yang

menjadi tekad untuk menjadikan mereka suatu bangsa karena itu dapat

membentuk rasa kekitaan.

18

 Bhineka tunggal ika atau “berbeda tapi tetap satu jua” juga menjadi

identitas pembentuk suatu bangsa yang menjadi prinsip pemersatu diantara

perbedaan yang ada, juga dapat menumbuhkan kesetiaan ganda walaupun tetap

memiliki identitas kelompok yang berbeda satu sama lainnya.

    Kesakralan dalam hal ini kesamaan agama juga menjadi faktor

terbentuknya bangsa yang menjadi ideologi droktiner. Agama dan ideologi

droktiner tidak semata mata bagaimana seharusnya hidup karena yang

menggambarkan hidup seharusnya dengan tujuan suci. Walaupun hal ini tidak

menjamin dapat suatu negara dan bangsa tapi hal ini dapat menumbuhkan rasa

nasionalis.

    Perkembangan ekonomi hal yang juga dapat menjadi faktor pembentuk

suatu bangsa dan negara yang mana hal ini dapat melahirkan pekerjaan yang

beraneka ragam yang dapat melahirkan juga rasa saling membutuhkan dalam

berbagai jenis pekerjaan, semakin kuat rasa ketergantungan inilah yang dapat

membentuk suatu bangsa hal ini disebut sebagai solidaritas ekonomi oleh

Durkheim.

Faktor yang terkahir adalah kelembagaan. Inilah faktor lain yang

membentuk bangsa yang berupa lembaga lembaga pemerintahan dan politik,

seperti birokrasi, angkatan bersenjata, dan partai politik.

19

BAB III

Penutupan

3.1 KesimpulanTeori pembentukan Negara ada tujuh yaitu teori kontrak sosial, teori

ketuhanan, teori kekuatan, teori organis, teori historis, teori kedaulatan hukum dan

teori hukum alam.suatu Negara tidak akan terbentuk bila tidak ada bangsa. Unsure-

unsur pembentuk Negara ada ima, yaitu penghuni (penduduk/rakyat), wilayah,

kekuasaan tertinggi (pemerintah yang berdaulat), kesanggupan untuk berhubungan

dengan negara lain dan pengakuan dari negara lain.

Proses pembentukan Negara ada dua yaitu secara primer dan sekunder.

Proses pembentukan Negara secara primer adalah pembentukan Negara tidak

dihubungkan dengan Negara yang telah ada sebelumnya. Sebaliknya, pembentukan

Negara secara sekunder adalah pembentukan Negara yang dihubungkan dengan

egara yang telah ada sebelumnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan

Negara yaitu primodial, tokoh, persepsi, bhineka tunggal ika, kesakralan,

perkembangan ekonomi dan kelembagaan.

3.2 Saran

Sebagai bangsa yang baik seharusnya kita tidak melupakan proses

pembentukan Negara sendiri. Dengan mengingat terus proses pembentukan Negara

maka akan meningkatkan rasa nasionalis dan cinta tanah air. Sehingga hasil

akhirnya kita akan menjadi bangsa yang kuat dan tidak mudah dijajah oleh bangsa

lain.

20

Daftar Pustaka

Anonim. 2012. Pengertian Bangsa dan Unsur Terbentuknya Bangsa. Dikutip dari

http://blog.ideguru.com/2012/10/pengertian-bangsa-dan-unsur.html tanggal 18

September 2013.

Kaelan. 2002. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.

Pandoyo, Toto. 1994 Wawasan Nusantara. Jakarta: Rineka Cipta.

Sari, Deni Elyana. 2013. Proses Pembentukan Bangsa-Negara dan Faktor

pembentukan Identitas Bersama. Dikutip dari

http://blog.ub.ac.id/denielyana/2013/02/26/proses-pembentukan-identitas-

bersama.html pada tanggal 18 September 2013.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Gramedia Widiasarana Indonesia:

Jakarta.

Touwe, Indra. 2011. Bangsa dan Negara. Dikutip dari

http://indratouwe.blogspot.com/2011/10/bangsa-dan-negara.html pada tanggal 18

September 2013.

Viekke, Bernard H. M. 1961. Berakhirnya Suatu Koloni, Lahirnya Suatu Bangsa.

Nusantara: Sejarah Indonesia, Jakarta: Kepustakaan populer Gramedia, pp. 380-

425.

Wibowo, Dwi Cahyadi. Konsep, Teori dan Proses Terbentuknya Negara. Dikutip dari

http://dwicahyadiwibowo.blogspot.com/2013/02/konsep-teori-dan-proses-

terbentuknya.html pada tanggal 18 September 2013.

21