Upload
saciqu-azira-nara
View
3.329
Download
16
Embed Size (px)
PROSES PEMBENTUKAN BPUPKI SERTA PENYUSUNAN SILA-
SILA PANCASILA DAN UUD 1945, DETIK-DETIK PROKLAMASI
KEMERDEKAAN INDONESIA DAN PENGESAHAN PANCASILA
DAN UUD 1945
OLEH:
ABDUL HALIM SIMBOLON
PROSES PEMBENTUKAN BPUPKI
Paham Nasionalisme adalah paham yang menyadarkan harga diri suatu bangsa berupa
perasaan cinta kepada bangsa dan tanah airnya. Para pencetus paham nasionalisme seperti
Joseph Ernest Denan, Otto Baver, Hans Kohn dan Louis Snyder. Paham Nasionalisme di
Asia Afrika dimulai akibat pembukaan Terusan Suez. Ada beberapa faktor yang
mendorong timbulnya rasa nasionalisme :
1. Penandatanganan Magna Chatra oleh raja Inggris tahun 1215
2. Perjuangan Belanda mnentang kerajaan Spanyol
3. Adanya Declaration of Independent oleh Amerika 1776
4. Adanya UU di Perancis tentang HAM 1791
Sedangkan munculnya rasa nasionalisme di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai macam
faktor yang berasal dari dalam dan luar negeri.
Faktor dari dalam negeri :
1. Penderitaan yang berkepanjangan akibat penjajahan.
2. Berkembangnya komunikasi di Indonesia..
3. Adanya pengaruh dari bahasa melayu
4. Reaksi terhadap perlawanan yang bersifat kedaerahan.
5. Ditetapkanya UU Desentralisasi 1903
6. Kejayaan masa lampau kerajan-kerajaan di Indonesia.
1
Faktor dari luar negeri :
1. Dampak pendidikan luar negeri.
2. kemenangan Jepang atas Rusia.
3. Munculnya paham Liberalisme.
4. Adanya nasionalisme negara-negara Asia
Sejak tahun 1908 perjuangan bangsa Indonesia terbagi dalam 4 zaman, yaitu : zaman
perintis (1908-1927), zaman penegak dan pancaroba (1927-1942), zaman pendobrak
(1942-1945) dan zaman pelaksana (1945-sekarang).
A. Kebangkitan Nasional
Pada abad XX di pangung politik Internasional terjadilah pergolakan kebangkitan Dunia
Timur dengan suatu kesadaran akan kekuatannya sendiri. Republik Philipina (1898) yang
dipelopori oleh Jose Rizal, kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905), gerakan Sun
Yat Sen dengan Republik Cinanya (1911), Partai Kongres di India dengan tokoh Tilak
dan Ghandi, adapun di Indonesia bergolaklah kebangkitan akan kesadaran berbangsa
yaitu Kebangkitan Nasional (1908) dipelopori oleh dr. Wahidin Sodirohusodo dengan
Budi Utomonya. Gerakan inilah yang merupakan awal gerakan nasional untuk
mewujudkan suatu bangsa yang memiliki kehormatan akan kemerdekaan dan
kekuatannya sendiri.
Budi Utomo yang didirikan pada 20 Mei 1908 inilah yang merupakan pelopor pergerakan
nasional, sehingga setelah itu munculah organisasi-organisasi pergerakan lainnya.
Organisasi-organisasi pergerakan itu antara lain : Sarekat Dagang Islam (SDI) (1909),
yang kemudian dengan cepat mengubah bentuknya menjadi gerakan politik dengan
mengganti namanya menjadi Sarekat Islam (SI) tahun (1911) dibawah H.O.S
Cokroaminoto.
Berikutnya munculah Indische Partij (1913), yang dipimpin oleh Tiga Serangkai yaitu :
Douwes Dakker, Cipto Mangunkusumo, Suwardi Surya diningrat ( yang kemudian lebih
dikenal dengan nama Ki Hajar dewantoro). Sejak semula paratai ini menunjukkan
keradikalannya, sehingga tidak berumur panjang karena pimpinannya dibuang ke luar
negeri (1913).
2
Dalam situasi yang menggoncangkan itu munculah Partai Nasional Indonesia (PNI)
(1927) yang dipelopori oleh Soekarno, Ciptomangunkusumo, Sartono dan tokoh lainnya.
Mulailah kini perjuangan Indonesia dititikberatkan pada kesatuan nasional dengan tujuan
yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Tujuan itu diekspesikannya dengan tujuan yang jelas,
kemudian diikuti dengan tampilnya golongan pemuda yang tokoh-tokohnya antara lain :
M. Yamin, Wongsonegoro, Kuncoro Purbapranoto, serta tokoh-tokoh pemuda lainnya.
Perjuangan rintisan Kesatuan Nasional kemudian Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928, yang isinya satu bahasa, satu bangsa dan satu tanah air Indonesia. Lagu Indonesia
Raya pada saat ini pertama kali dikumandangkan dan sekaligus sebagai penggerak
kebangkitan kesadaran berbangsa.
Pada masa ini perjuangan juga dilakukun secara kooperasi, antara lain munculnya patindo
dan parinda. Pada saat ini muncul pula fraksi baru dalam Volksraad yang diketuai olh M.
Husni Thamrin, yaitu Fraksi Nasional yang menurut jaminan kemerdekaan nasional,
selain itu jugaa menurut adanya pelarangan sekolah swasta. Untuk nanti muncul Petisi
Sutarjo yang menuntut perbaikan Indonesia serta wakil Indonesia di volksraad. Tetapi
tuntutan ini ditolak oleh pemerintah Belanda sehingga melahirkan GAPI yang tidak
mendapat tanggapan dari Belanda sehingga Jepang datang di Indonesia.
Selain itu masih ada organisasi di bidang pendidikan seperti :
1. Pendididkan Wanita (Perjuangan Kartini dilanjutkan oleh Dewi Sartika dengan
melahirkan Sekolah Istri (1904) yang kemudian berubah menjadi Keutamaan
Istri). Demikian pula kota Gadang Sumatera berdiri Kerajinan Amal Setia (1914).
2. Taman Siswa 3 Juli 1922
3. Sekolah Sarikat Islam
4. Ksatrian Institut dengan pendiri EFE, Douwis Dakker.
5. Indonesisch-Nederlansche School (INS) di Kayutaman Sumatera Barat (31
Oktober 1926) oleh Muhammad Syafri
6. Perguruan Rakyat 1928
B. Zaman Penjajahan Jepang
Fasis Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang Pemimpin Asia, Jepang
saudara tua bangsa Indonesia”. Akan tetapi dalam perang melawan sekutu Barat yaitu :
3
Amerika, Inggris, Rusia, Perancis, belanda dan Negara sekutu lainnya) nampaknya
Jepang semakin terdesak, oleh karena itu agar mendapat dukungan dari bangsa Indonesia,
yaitu menjanjikan indonesia merdeka di kemudian hari.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan hari lahirnya kaisar Hironito (jepang),
beliau memberikan hadiah ‘ulang tahun’ kepada bangsa Indonesia yaitu janji kedua
pemerintah Jepang berupa “ Kemerdekaan Tanpa Syarat”. Jani itu disampaikan kepada
bangsa indonesia seminggu sebelum bangsa Jepang menyerah, dengan maklumat
Gunseikan (Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di seluruh Jawa dan
Madura), No. 23, dalam janji kemerdekaan yang kedua tersebut bangsa Indonesia
diperkenankan untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Bahkan dianjurkan kepada
bangsa Indonesia untuk mendirikan Negara Indonesia Merdeka dihadapan musuh-musuh
Jepang yaitu sekutu termasuk kaki tangannya NICA (Netherlands Indie Civil
Administration), yang ingin mengembalikan kekuasaan kolonialnya di indonesia. Bahkan
NICA telah melancarkan serangannya di pulau Tarakan dan Morotai.
Untuk mendapatkan simpati dan dukungan dari bangsa Indonesia maka sebagai realisasi
atas janji tersebut maka dibentuklah suatu Badan yang bertugas menyelidiki usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia yaitu Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dekoritsu Zyunbi Tioosakai . Pada hari itu juga di
umumkan nama-nama ketua, wakil ketua serta sebagian para anggota sebagai berikut :
Pada waktu itu susunan BPUPKI adalah sebagai berikut :
1. Ketua (kaicoo) : Dr. K.R.T Radjiman Wediodiningrat
2. Ketua Muda : Hibangse Yosio (Orang Jepang)
(Fuku Kaicoo Tokubetsu Iin)
1. Ketua Muda : R.P. Soeroso ( Merangkap Kepala)
( Fuku kaicoo atau Zimokyoku Kucoo)
1. Ir. Soekarno
2. Drs. Moh. Hatta
3. Mr. Muhammad Yamin
4
4. Prof. Dr. Mr. Soepomo
5. KH. Wachid Hasjim
6. Abdoel Kahar Muzakir
10. Mr. A.A. Maramis
11. Abikoesno Tjokrosoejoso
12. H. Agoes Salim
13. Mr. Achmad Soebardjo
14. Prof. Dr. P.A.A. Hoesein Djajadiningrat
15. Ki Bagoes Hadikoesoemo
16. Soekiman
17. Abdoel Kaffar
18. R.A.A. Poerbonegoro Soemitro Kolopaking
19. KH. Ahmad Sanusi
20. KH. Abdul Halim
Di antara para anggotanya terdapat lima orang keturunan Tionghoa, yaitu :
1. Liem Koen Hian
2. Tan Eng Hoa
3. Oey Tiang Tjoe
4. Oey Tjong Hauw
5. Drs. Yap Tjwan Bing.
Enampuluh (60) orang anggota biasa (Iin) bangsa tidak termasuk ketua dan ketua muda),
kebanyakan berasal dari pulau jawa, tetapi terdapat beberapa dari Sumatera, Maluku,
Sulawesi dan beberapa orang peranakan Eropa, Cina dan Arab. Semuanya itu tinggal di
Jawa, Karena Badan Penyelidik itu oleh Saikoo Saikan Jawa.
5
Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha
(semacam sekretariat) yang beranggotakan 60 orang. Badan Tata
Usaha ini dipimpin oleh R.P.Soeroso, dengan wakil Abdoel Gafar
Pringgodigdo dan Masuda (orang Jepang).
C. Sidang BPUPKI Pertama
Sedang BPUPKI pertama dilaksanakan selama empat hari di gedung Chuo Sangi In di
Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada
zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad, lembaga DPR bentukan
Belanda.
Sidang dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya 29
Mei 1945 dengan tema dasar negara. Pada rapat pertama ini terdapat 3 orang yang
mengajukan pendapatnya tentang dasar negara.
Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya
mengemukakan lima asas yaitu :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Ketuhanan
3. Kesejahteraan Rakyat
4. Peri Kemanusiaan
5. Peri Kerakyatan
Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo dalam pidato singkatnya mengusulkan
lima asas :
1. Persatuan
2. Mufakat dan Demokrasi
3. Keadilan Sosial
4. Kekeluargaan
5. Musyawarah
6
Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut
Pancasila, yaitu :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme dan Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Maha Esa
Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau dapat diperas menjadi
Trisila atau Tiga Sila yaitu :
1. Sosionasionalisme
2. Sosidemokrasi
3. Ketuhanan dan Kebudayaan
Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas masih dapat diperas menjadi
Ekasila yaitu sila Gotong Royong. Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan
istilah “Pancasila” namun dengan urutan dan nama yang sedikit berbeda. Sementara itu,
perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan
Islam dalam Indonesia yang baru.
D. Masa antara Sidang Pertama dan Kedua
Sampai akhir rapat pertama, masih belum ditemukan kesepakatan untuk perumusan dasar
negara, sehingga akhirnya dibentuklah panitia kecil untuk mengambil berbagai masukan.
Panitia kecil beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia Sembilan dengan
susunan sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno (ketua)
2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)
4. Mr. Muhammad Yamin (anggota)
5. KH. Wachid Hasyim (anggota)
6. Abdul Kahar Muzakir (anggota)
7. Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)
7
8. H. Agus Salim (anggota)
9. Mr. A.A. Maramis (anggota)
Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4
orang dari pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan kembali bertemu dan
menghasilkan rumusan dasar negara yang dikenal dengan “Piagam Jakarta” (Jakarta
Charter) yang berisikan :
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
E. Sidang BPUPKI Kedua
Rapat kedua berlangsung 10-17 Juli 1945 dengan tema bahasan bentuk negara, wilayah
negara, kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan,
pembelaan negara, pendidikan dan pengajaran. Dalam rapat ini dibentuk “Panitia
Perancang Undang-Undang Dasar” beranggotakan 19 orang dengan ketua Ir.
Soekarno, “Panitia Pembelaan Tanah Air” dengan ketua Abikoesno Tjokrosoejoso dan
“Panitia Ekonomi dan Keuangan” diketuai Mohamad Hatta.
Dengan pemungutan suara, akhirnya ditentukan wilayah Indonesia merdeka yakni
wilayah Hindia Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-
Portugis, dan pulau-pulau sekitarnya.
Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil
beranggotakan 7 orang yaitu :
1. Prof. Dr. Mr. Soepomo (ketua merangkap anggota)
2. Mr. Wongsonegoro
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. A.A. Maramis
8
5. Mr. R.P. Singgih
6. H. Agus Salim
7. Dr. Soekiman
Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk membahas
hasil kerja panitia kecil perancang UUD tersebut. Kemudian pada tanggal 14 Juli 1945,
rapat pleno BPUPKI menerima laporan Panitia Perancang UUD yang dibacakan oleh Ir.
Soekarno. Dalam laporan tersebut tercantum tiga masalah pokok yaitu :
1. Pernyataan indonesia merdeka
2. Pembukaan UUD 1945
3. Batang tubuh UUD
Konsep proklamasi kemerdekaan rencananya akan disusun dengan mengambil tiga alenia
pertama. Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya diambil dari
alinea keempat Piagam Jakarta.
PENYUSUNAN SILA-SILA PANCASILA DAN UUD 1945
Latar Belakang Terbentuknya Pemerintahan Indonesia
Ketika pecah Perang Dunia ke- 2 di Eropa dan menyebar ke Pasifik, Jepang menduduki
Hindia Belanda bulan Maret 1942, setelah tentara Belanda menyerah menyusul kejatuhan
Hing Kong, Manila, dan Singapura. Pada 1 April 1945 pasukan Amerika mendarat di
Okinawa. Kemudian pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 Amerika menjatukan bom atom
di Hiroshima dan Nagasaki (Jepang). Beberapa hari kemudian, pada 14 Agustus 1945,
Jepang menyerah kepada Tentara Sekutu. Kejadian tersebut membuka peluang bagi
bangsa Indonesia untuk memproklamirkan kemerdekaan. Tiga hari setelah Jepang
menyerah tanpa syarat, pada tanggal 17 Agustus 1945, pemimpin nasional Indonesia Ir.
Soekarno dan Drs. Muhammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia atas
nama bangsa Indonesia.
Proklamasi, yang diselenggarakan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, didengar
oleh ribuan bangsa Indonesia karena teks tersebut secara rahasia disiarkan oleh pegawai
radio memakai pemancar yang dikontrol Jepang . Dari peristiwa inilah mulai
terbentuknya Pemerintahan Indonesia yang dipimpin oleh Presiden Ir. Soekarno.
9
Sedangkan Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden. Pada tanggal 15 September 1945
kabinet pertama terbentuk.
B. Pengertian
Sebelum kita membahas Proses Penyusunan Sila-sila Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945, disini kami akan membahas pengertian dari Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945.
Pancasila adalah landasan filosofis dari Negara Indonesia. Pancasila terdiri dari dua kata
Sansekerta yang terdapat didalam kitab Sutasoma karangan Empu Tantular pada masa
kerajaan Majapahit, yaitu Panca artinya lima, dan Sila artinya dasar. Jadi, Pancasila itu
adalah lima prinsip dasar yang terkait dan tidak dapat terpisahkan satu sama lainnya, yaitu
:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sedangkan Undang-Undang Dasar 1945 adalah sesuatu draf yang didahului oleh
Preambul, Undang-Undang Dasar 1945 terdiri dari 37 pasal, 4 peraturan peralihan dan
peraturan tambahan. Preambul terdiri dari empat paragraf dan mengandung kecaman
terhadap penjajahan di dunia, merujuk kepada perjuangan kemerdekaan Indonesia,
deklarasi kemerdekaan, dan pernyataan tujuan dasar dan prinsip-prinsip. Demikianlah
pengertian undang-undang menurut kami.
C. Sejarah Perkembangan UUD 1945
Sejarah Tatanegara Republik Indonesia telah mencatat bahwa sejak Negara Republik
Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 sampai dengan sekarang, sudah
tiga Undang-Undang Dasar pernah berlaku dan digunakan sebagai landasan
konstitusional Negara Republik Indonesia. Adapun tiga Undang-Undang Dasar itu ialah:
10
1. Undang-Undang Dasar 1945 yang memuat dalam berita Republik Indonesia tahun
II (1945) No. 7., halaman 45 sampai 48, berlaku mulai tanggal 18 Agustus 1945
sampai 17 Agustus 1950; kemudian berlaku kembali sejak 5 Juli 1959 sampai
sekarang.
2. Konstitusi Republik Indonesia Serikat yang diundangkan dalam Lembaran Negara
Nomor 3 tahun 1950, berlaku mulai tanggal 27 Desember 1949 sampai 17
Agustus 1950.
3. Undang-Undang Dasar sementara yang diundangkan dalam Lembaran Negara
Nomor 56 tahun 1950 sebagai Undang-Undang Nomor 7 tahun 1950, yang
berlaku mulai 17 Agustus 1950 sampai 5 Juli 1959.
Jadi dalam sejarah konstitusi, Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai perkembangan
yang istimewa jika dibandingkan dengan Undang-Undang Dasar lain yang pernah berlaku
di Indonesia. Keistimewaannya itu diantaranya:
1. Undang-Undang Dasar 1945 berlaku yang pertama kali setelah Negara Republik
Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, tepatnya berlaku sejak
tanggal 18 Agustus 1945.
2. Pada saat berlakunya Konstitusi Republik Indonesia Serikat (27 Desember 1949
sampai 17 Agustus 1950) tidak berarti bahwa UUD 1945 tidak berlaku lagi. Ia
tetap berlaku, malahan Undang-Undang ini memakai dengan dua konstitusi, yaitu
UUD 1945 dan Konstitusi Republik Indonesia Serikat.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat diadakan penahapan berlakunya Undang-
Undang Dasar 1945 sebagai berikut:
1. 1. Tahap pertama : 18 Agustus 1945-27 Desember 1949
2. 2. Tahap kedua : 27 Desember 1949-17 Agustus 1950
3. 3. Tahap ketiga : 5 Juli 1959-sekarang.
D. Proses Perumusan Dasar Negara Indonesia
Setelah kita amati secara teliti, historis penyusunan UUD 1945 memiliki karakteristik
yang berbeda dengan ketika disusunannya UUD 1945. Rancangan pembukaan disusun
dengan aktivitas historis yang sangat unik, seperti Undang-undang Dasar menciptakan
11
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan dalam pasal-pasalnya. Secara
yuridis (hukum), pembukaan (preambule) berkedudukan lebih tinggi dari pada UUD 1945
karena ia berstatus sebagai pokok kaidah fundamental (mendasar) daripada Negara
Indonesia, sifatnya abadi, tidak dapat diubah oleh siapapun walaupun oleh MPR ataupun
dengan jalan hukum, oleh karena itu bersifat imperatif.
Historis penyusunan dan pengesahan Pembukaan UUD 1945 secara kronologis dapat
digambarkan sebagai berikut :
1. Tanggal 7 September 1944 adalah janji politik Pemerintahan Balatentara Jepang
kepada Bangsa Indonesia, bahwa Kemerdekaan Indonesia akan diberikan besok
pada tanggal 24 Agustus 1945.
Latar belakang :
1. balatentara Jepang menjelang akhir 1944, menderita kekalahan dan tekanan dari
tentara sekutu.
2. tuntutan dan desakan dari pemimpin Bangsa Indonesia.
3. Tanggal 29 April 1945 pembentukan BPUPKI oleh Gunswikau (Kepala
Pemerintahan Balatentara Jepang di Jawa). Badan ini bertugas untuk menyelidiki
segala sesuatu mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia, dan beranggotakan
60 orang terdiri dari para Pemuka Bangsa Indonesia yang diketuai oleh Dr.
Rajiman Wedyodiningrat, dengan wakil muda Raden Panji Soeroso dan
itibangase Yosio.
1. Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI)
Badan ini dibentuk pada tanggal 29 April 1945 oleh Gunaaikan (kepala Pemerintahan
Balatentara Jepang di Jawa) dengan tugas untuk menyelidiki segala sesuatu mengenai
persiapan kemerdekaan Indonesia, dan kemudian dilantik pada tanggal 29 Mei 1945.
Adapun susunan Keanggotaan BPUPKI adalah sebagai berikut :
1. Ketua (Kaityoo) : Dokter K. R. T. Rajiman Widyodiningrat
2. Ketua Muda (Fuku) : Raden Panji Soeroso
3. Ketua Muda (Fuku) : Itibangase Yosio
12
Anggota-anggotanya terdiri dari :
1. Ir. Soekarno
2. Mr. Muh. Yamin
3. Ki. Hajar Dewantara
4. Drs. Muhammad Hatta
5. KH. Abdulhalim, dan lain-lain.
Adapun latar belakang pembentukan BPUPKI secara formil, termuat dalam Maklumat
Gunseikan nomor 23 tanggal 29 Mei 1945, dilihat dari latar belakang dikeluarnya
Maklumat No. 23 itu adalah karena kedudukan Facisme (kekuasaan) Jepang yang sudah
sangat terancam. Maka sebenarnya, kebijaksanaan Pemerintah Jepang dengan membentuk
BPUPKI bukan merupakan kebaikan hati yang murni tetapi Jepang hanya ingin
mementingkan dirinya sendiri, yaitu pertama; Jepang ingin mempertahankan sisa-sisa
kekuatannya dengan cara memikat hati rakyat Indonesia, dan yang kedua; untuk
melaksanakan politik kolonialnya.
1. Dasar Disusunnya Rancangan Pembukaan (Preambule) UUD 1945 Sebagai
Hukum Dasar
Dasar-dasar pikiran disusunnya Rancangan Pembukaan UUD 1945 sebagai Hukum Dasar
dapat kita dapati dengan memeriksa kembali jalannya persidangan BPUPKI yang secara
kronologis nanti kita bahas pada bab berikutnya. Dipembahasan ini, kami akan tampilkan
secara sistematis cara kerja yang ditempuh oleh BPUPKI.
Adapun cara kerja yang ditempuh oleh BPUPKI dalam penyusunan Rancangan
Pembukaan UUD 1945 sebagai Hukum Dasar Negara ada 2 (dua) Pase, yaitu :
1. Pase Penyusunan (Perumusan)
1. penyusunan konsep Rancangan Dasar Negara Indonesia Merdeka yang
kemudian disahkan sebagai Rancangan Dasar Negara Indonesia Merdeka.
2. penyusunan Konsep Rancangan Preambule Hukum Dasar yang kemudian
diserahkan menjadi Rancangan Preambule Hukum Dasar.
3. penyusunan hal-hal yang lain, seperti :
1. Rancangan pernyataan Indonesia Merdeka.
13
2. Rancangan Ekonomi dan Keuangan
3. Rancangan Bagian Pembelaan Tanah Air.
4. Bentuk Negara.
5. Wilayah Negara.
6. Pase Pengesahan
1. pengesahan Rancangan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia, adalah sebagai berikut :
1. Menetapkan Rancangan Preambule Hukum Dasar
(yang terkenal dengan nama Piagam Jakarta) dengan
beberapa perubahan (amandemen) sebagai
pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia.
2. Menetapkan Rancangan Hukum Dasar Negara
Republik Indonesia setelah mendapat beberapa
perubahan sebagai Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia.
3. Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Republik
Indonesia.
4. Menetapkan berdirinya Komite Nasional.
Jadi, kesimpulan menurut kami; Idea disusunnya suatu konsep Rancangan Preambule
Hukum Dasar timbul dalam Rapat-rapat Gabungan tanggal : 22 Juni 1945. Didalam Rapat
Gabungan itu, selanjutnya akan terbentuk Panitia Delapan dan Panitia Sembilan.
Perumusan Sila-Sila Pancasila
Pada awal mula Perumusan (penyusunan) Sila-sila Pancasila adalah sidang pertama
BPUPKI pada tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945 dengan Acara Sidang Mempersiapkan
Rancangan Dasar Negara Indonesia Merdeka.
Berpidato dan Mengajukan Konsep:
1. Tanggal 29 Mei 1945 : Prof. Mr. H. Moh. Yamin (berpidato), mengajukan
saran/usul yang disiapkan secara tertulis, yang berjudul “Azas dan Dasar Negara
14
Kebangsaan Republik Indonesia” . Lima Azas dan Dasar itu adalah sebagai
berikut :
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Disamping itu juga beliau melampirkan “Konsep Rancangan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia”. Rumusan konsep Dasar Negara itu adalah :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
Keputusan belum mendapat kesepakatan.
1. Sementara itu dari golongan islam dalam siding BPUPKI mengusulkan juga
konsepsi Dasar Negara Indonesia Merdeka ialah Islam.
Keputusan tidak mendapat kesepakatan.
1. Tanggal 31 Mei 1945 :
Prof. Dr. Mr. R. Soepomo di gedung Chuuco Sangi In berpidato dan menguraikan
tentang teori Negara secara yuridis, berdirinya Negara, bentuk Negara dan bentuk
pemerintahan serta hubungan antara Negara dan Agama.
Prof. Mr. Muh Yamin, menguraikan tentang daerah Negara Kebangsaan Indonesia
atas tinjauan yuridis, histories, politik, sosiologis, geografis dan konstitusional
yang meliputi seluruh Nusantara Raya.
15
Berpidato juga P. F. Dahlan, menguraikan masalah golongan Bangsa Indonesia,
peranakan Tionghoa, India, Arab dan Eropa yang telah turun temurun tinggal di
Indonesia.
Berpidato juga Drs. Muh. Hatta, menguraikan tentang bentuk Negara Persatuan
Negara Serikat dan Negara Persekutuan, juga hubungan negara dan agama serta
Negara Republik ataukah Monarchi.
1. Tanggal 1 Juni 1945 :
Ir. Soekarno, berpidato dan mengusulkan tentang “Konsepsi Dasar Falsafah
Negara Indonesia Merdeka” yang diberi nama Pancasila dengan urutan sebagai
berikut :
1. Kebangsaan Indonesia
2. Peri Kemanusiaan (Internasionalisme)
3. Mufakat Demokrasi
4. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
Keputusan belum mendapat kesepakatan
Berpidato juga :
Abikusno Cokrosoejoso
M. Soetarjo Kartohadikoesoemo
Ki. Bagus Hadikusumo
Liem Koen Hian.
1. Rumusan pada Piagam Jakarta 22 Juni 1945;
1. Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
16
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
6. Pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945;
1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
6. Mukaddimah Konstitusi RIS dan UUD 1950;
1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial.
6. Rumusan Lain;
1. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kedaulatan Rakyat
5. Keadilan Sosial.
Setelah diadakan rapat dan diskusi, maka telah disepakati berdasarkan sejarah perumusan
dan pengesahannya, yang shah dan resmi menurut yuridis menjadi Dasar Negara
Indonesia adalah Pancasila seperti tercantum didalam Pembukaan UUD 1945. Yaitu 18
Agustus 1945 sampai 1 Juni 1945 merupakan proses menuju pengesahannya
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945
17
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, atau disingkat UUD
1945 atau UUD '45, adalah hukum dasar tertulis (basic law), konstitusi pemerintahan
negara Republik Indonesia saat ini. [1]
UUD 1945 disahkan sebagai undang-undang dasar negara oleh PPKI pada tanggal 18
Agustus 1945. Sejak tanggal 27 Desember 1949, di Indonesia berlaku Konstitusi RIS, dan
sejak tanggal 17 Agustus 1950 di Indonesia berlaku UUDS 1950. Dekrit Presiden 5 Juli
1959 kembali memberlakukan UUD 1945, dengan dikukuhkan secara aklamasi oleh DPR
pada tanggal 22 Juli 1959.
Pada kurun waktu tahun 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan
(amandemen), yang mengubah susunan lembaga-lembaga dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia.
Naskah Undang-Undang Dasar 1945
Sebelum dilakukan Perubahan, UUD 1945 terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh (16
bab, 37 pasal, 65 ayat (16 ayat berasal dari 16 pasal yang hanya terdiri dari 1 ayat dan 49
ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal Aturan Peralihan,
dan 2 ayat Aturan Tambahan), serta Penjelasan.
Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 20 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3
pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Dalam Risalah Sidang Tahunan MPR Tahun 2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dalam Satu Naskah, Sebagai Naskah
Perbantuan dan Kompilasi Tanpa Ada Opini.
Sejarah Awal
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yang dibentuk
pada tanggal 29 April 1945, adalah Badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada
masa sidang pertama yang berlangsung dari tanggal 28 Mei sampai dengan tanggal 1 Juni
1945 Ir.Sukarno menyampaikan gagasan tentang "Dasar Negara" yang diberi nama
18
Pancasila. Kemudian BPUPKI membentuk Panitia Kecil yang terdiri dari 8 orang untuk
menyempurnakan rumusan Dasar Negara. Pada tanggal 22 Juni 1945, 38 anggota
BPUPKI membentuk Panitia Sembilan yang terdiri dari 9 orang untuk merancang Piagam
Jakarta yang akan menjadi naskah Pembukaan UUD 1945. Setelah dihilangkannya anak
kalimat "dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi pemeluk-pemeluknya" maka
naskah Piagam Jakarta menjadi naskah Pembukaan UUD 1945 yang disahkan pada
tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang
bersidang pada tanggal 29 Agustus 1945. Naskah rancangan UUD 1945 Indonesia
disusun pada masa Sidang Kedua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
(BPUPK). Nama Badan ini tanpa kata "Indonesia" karena hanya diperuntukkan untuk
tanah Jawa saja. Di Sumatera ada BPUPK untuk Sumatera. Masa Sidang Kedua tanggal
10-17 Juli 1945. Tanggal 18 Agustus 1945, PPKI mengesahkan UUD 1945 sebagai
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Periode berlakunya UUD 1945 18 Agustus 1945- 27 Desember 1949
Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya karena
Indonesia sedang disibukkan dengan perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Maklumat Wakil Presiden Nomor X pada tanggal 16 Oktober 1945 memutuskan bahwa
KNIP diserahi kekuasaan legislatif, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal 14
November 1945 dibentuk Kabinet Semi-Presidensiel ("Semi-Parlementer") yang pertama,
sehingga peristiwa ini merupakan perubahan sistem pemerintahan agar dianggap lebih
demokratis.
Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer.
bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang didalamnya terdiri
dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan sendiri
untuk mengurus urusan dalam negerinya.
Periode UUDS 1950 17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959
Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer.
19
Periode kembalinya ke UUD 1945 5 Juli 1959-1966
Karena situasi politik pada Sidang Konstituante 1959 dimana banyak saling tarik ulur
kepentingan partai politik sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5
Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang salah satu isinya
memberlakukan kembali UUD 1945 sebagai undang-undang dasar, menggantikan
Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku pada waktu itu.
Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, diantaranya:
Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR dan MA serta Wakil
Ketua DPA menjadi Menteri Negara
MPRS menetapkan Soekarno sebagai presiden seumur hidup
Pemberontakan Partai Komunis Indonesia melalui Gerakan 30 September Partai
Komunis Indonesia
Periode UUD 1945 masa orde baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998
Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD
1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata
menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang murni,terutama pelanggaran pasal 23
(hutang Konglomerat/private debt dijadikan beban rakyat Indonesia/public debt) dan 33
UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada pihak swasta untuk menghancur hutan dan
sumberalam kita.
Pada masa Orde Baru, UUD 1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", diantara
melalui sejumlah peraturan:
Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR berketetapan
untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan
perubahan terhadapnya
Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain
menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih dahulu
harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan
pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.
20
Periode 21 Mei 1998- 19 Oktober 1999
Pada masa ini dikenal masa transisi. Yaitu masa sejak Presiden Soeharto digantikan oleh
B.J.Habibie sampai dengan lepasnya Provinsi Timor Timur dari NKRI.
Periode UUD 1945 Amandemen
Salah satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan (amandemen)
terhadap UUD 1945. Latar belakang tuntutan perubahan UUD 1945 antara lain karena
pada masa Orde Baru, kekuasaan tertinggi di tangan MPR (dan pada kenyataannya bukan
di tangan rakyat), kekuasaan yang sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang
terlalu "luwes" (sehingga dapat menimbulkan multitafsir), serta kenyataan rumusan UUD
1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan
konstitusi.
Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan aturan dasar seperti
tatanan negara, kedaulatan rakyat, HAM, pembagian kekuasaan, eksistensi negara
demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan perkembangan
aspirasi dan kebutuhan bangsa. Perubahan UUD 1945 dengan kesepakatan diantaranya
tidak mengubah Pembukaan UUD 1945, tetap mempertahankan susunan kenegaraan
(staat structuur) kesatuan atau selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensiil.
Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan (amandemen)
yang ditetapkan dalam Sidang Umum dan Sidang Tahunan MPR:
Sidang Umum MPR 1999, tanggal 14-21 Oktober 1999 → Perubahan Pertama
UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2000, tanggal 7-18 Agustus 2000 → Perubahan Kedua
UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2001, tanggal 1-9 November 2001 → Perubahan Ketiga
UUD 1945
Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 → Perubahan Keempat
UUD 1945
21
DETIK-DETIK PROKLAMASI
Catatan Sejarah | Detik-Detik Proklamasi, 17 Agustus 1945
Proklamasi Kemerdekaan, yang kita peringati setiap tanggal 17 Agustus, adalah sebuah
peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia . Proklamasi, telah mengubah perjalanan
sejarah, membangkitkan rakyat dalam semangat kebebasan. Merdeka dari segala bentuk
penjajahan. Bagaimanakah sesungguhnya, peristiwa yang terjadi 61 tahun yang lalu itu.
Mari kita buka kembali catatan sejarah sekitar Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus
1945.Perdebatan Proklamasi, ternyata didahului oleh perdebatan hebat antara golongan
pemuda dengan golongan tua. Baik golongan tua maupun golongan muda, sesungguhnya
sama-sama menginginkan secepatnya dilakukan Proklamasi Kemerdekaan dalam suasana
kekosongan kekuasaan dari tangan pemerintah Jepang. Hanya saja, mengenai cara
melaksanakan proklamasi itu terdapat perbedaan pendapat. Golongan tua, sesuai dengan
perhitungan politiknya, berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan
darah, jika tetap bekerjasama dengan Jepang.
Karena itu, untuk memproklamasikan kemerdekaan, diperlukan suatu revolusi yang
terorganisir. Soekarno dan Hatta, dua tokoh golongan tua, bermaksud membicarakan
pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan dalam rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI). Dengan cara itu, pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan tidak
menyimpang dari ketentuan pemerintah Jepang. Sikap inilah yang tidak disetujui oleh
golongan pemuda. Mereka menganggap, bahwa PPKI adalah badan buatan Jepang.
Sebaliknya, golongan pemuda menghendaki terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan itu,
dengan kekuatan sendiri. Lepas sama sekali dari campur tangan pemerintah Jepang.
22
Perbedaan pendapat ini, mengakibatkan penekanan-penekanan golongan pemuda kepada
golongan tua yang mendorong mereka melakukan “aksi penculikan”
terhadap diri Soekarno-Hatta (lihat Marwati Djoened Poesponegoro, ed.1984:77-81)
Tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pukul 22.00, di Jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta, tempat kediaman Bung Karno, berlangsung perdebatan serius antara sekelompok
pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan sebagaimana dilukiskan
Lasmidjah Hardi (1984:58); Ahmad Soebardjo (1978:85-87) sebagai berikut:
” Sekarang Bung, sekarang! malam ini juga kita kobarkan revolusi !” kata Chaerul Saleh
dengan meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap mengepung
kota dengan maksud mengusir tentara Jepang. ” Kita harus segera merebut kekuasaan !”
tukas Sukarni berapi-api. ” Kami sudah siap mempertaruhkan jiwa kami !” seru mereka
bersahutan. Wikana malah berani mengancam Soekarno dengan pernyataan; ” Jika Bung
Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya
suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-besaran esok hari .”
Mendengar kata-kata ancaman seperti itu, Soekarno naik darah dan berdiri menuju
Wikana sambil berkata: ” Ini batang leherku, seretlah saya ke pojok itu dan potonglah
leherku malam ini juga! Kamu tidak usah menunggu esok hari !”. Hatta kemudian
memperingatkan Wikana; “… Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus
menghadapi Belanda yang akan berusaha untuk kembali menjadi tuan di negeri kita ini.
Jika saudara tidak setuju dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara
telah siap dan sanggup untuk memproklamasikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak
memproklamasikan kemerdekaan itu sendiri ? Mengapa meminta Soekarno untuk
melakukan hal itu ?” Namun, para pemuda terus mendesak; ” apakah kita harus
menunggu hingga kemerdekaan itu diberikan kepada kita sebagai hadiah, walaupun
Jepang sendiri telah menyerah dan telah takluk dalam ‘Perang Sucinya ‘!”. ” Mengapa
bukan rakyat itu sendiri yang memprokla-masikan kemerdekaannya ? Mengapa bukan
kita yang menyata-kan kemerdekaan kita sendiri, sebagai suatu bangsa ?”.
Dengan lirih, setelah amarahnya reda, Soekarno berkata; “… kekuatan yang segelintir ini
tidak cukup untuk melawan kekuatan bersenjata dan kesiapan total tentara Jepang! Coba,
apa yang bisa kau perlihatkan kepada saya ? Mana bukti kekuatan yang diperhitungkan
itu ? Apa tindakan bagian keamananmu untuk menyelamatkan perempuan dan anak-
23
anak ? Bagaimana cara mempertahankan kemerdekaan setelah diproklamasikan ? Kita
tidak akan mendapat bantuan dari Jepang atau Sekutu. Coba bayangkan, bagaimana kita
akan tegak di atas kekuatan sendiri “. Demikian jawab Bung Karno dengan tenang.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Soekarno membaca naskah Proklamasi yang sudah diketik Sajuti Melik dan telah
ditandatangani Soekarno-Hatta
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17
Agustus 2605 menurut tahun Jepang dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh
Drs. Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.
Latar belakang
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di atas kota Hiroshima Jepang
oleh Amerika Serikat yang mulai menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh
dunia. Sehari kemudian Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
BPUPKI, atau "Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa
Jepang, untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga
menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya.
24
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman Wedyodiningrat sebagai mantan
ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di sebelah timur laut Saigon, Vietnam
untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di
ambang kekalahan dan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu
di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar berita lewat
radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang bawah tanah bersiap-
siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk kemerdekaan yang
diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan segera
memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat
dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian
Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah air dari Dalat,
Sutan Syahrir mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena
menganggap hasil pertemuan di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap
saat sudah harus menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu
nasionalis, antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang
hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah menyerah,
dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan darah yang
besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia belum siap. Soekarno
mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak memproklamasikan kemerdekaan karena
itu adalah hak Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir
menganggap PPKI adalah badan buatan Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI
hanya merupakan 'hadiah' dari Jepang (sic).
25
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan
Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis,
dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-
desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-
buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi.
Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui
rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka
menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei) untuk memperoleh
konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda
Maeda, di Jalan Medan Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda
menyambut kedatangan mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di
Dalat. Sambil menjawab ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi
dari Tokyo. Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus
keesokan harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan oleh
Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan. Rapat
PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak
muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok.
26
Peristiwa Rengasdengklok
Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon
kabarnya terbakar gelora heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar Datuk Tan
Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada
dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota
PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur
yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke Rengasdengklok, yang kemudian terkenal
sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno
bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa
pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua, yaitu Mr. Ahmad
Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto
untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka menjemput Ir. Soekarno
dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad Soebardjo berhasil meyakinkan para
pemuda untuk tidak terburu - buru memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di
Jakarta, mereka pulang kerumah masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes
(sekarang kompleks pertokoan di Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan
setelah pukul 10 malam, maka tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan
rumahnya (sekarang gedung museum perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat
PPKI diterima oleh para tokoh Indonesia.
Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan
Laksamana Muda Maeda
Malam harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro
Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI (Angkatan Darat) yang menjadi Kepala
pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) di Hindia Belanda tidak mau menerima
Sukarno-Hatta yang diantar oleh Maeda Tadashi dan memerintahkan agar Mayor Jenderal
Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang,
untuk menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak
siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokio bahwa Jepang
27
harus menjaga status quo, tidak dapat memberi ijin untuk mempersiapkan proklamasi
Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat,
Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah
itu sikap seorang perwira yang bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh
Sekutu. Akhirnya Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja
PPKI, mungkin dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu
Maeda dengan diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura
agar Maeda mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung
Angkatan Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang
memutuskan.
Setelah dari rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini
Jalan Imam Bonjol No.1) diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan
teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta yang ditinggalkan berdebat dengan
Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju kamar tidurnya. Penyusunan teks
Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta, Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh
Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk
duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian ada
kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan teks
proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti kekuasaan
administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan kekuasaan itu
berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti
Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima tetapi di beberapa kalangan klaim
Nishijima masih didengungkan.
Setelah konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut
menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik Mayor
(Laut) Dr. Hermann Kandeler.[2] Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di
Lapangan Ikada, namun berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno,
Jalan Pegangsaan Timur 56 [3] (sekarang Jl. Proklamasi no. 1).
Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi
Perundingan antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks proklamasi
28
ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda jln Imam Bonjol No 1. Para
penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan Mr. Ahmad
Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri. Di ruang depan, hadir
B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni mengusulkan agar yang
menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta atas nama
bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu diketik oleh Sayuti melik. Pagi harinya,
17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara
lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada
pukul 10:00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat
tanpa teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh bu Fatmawati,
dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil walikota Jakarta saat itu dan
Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan
alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu
ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk
tugas tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera
Merah Putih (Sang Saka Merah Putih), yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari
sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4].
Sampai saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen
Nasional.
Setelah upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor
yang dipimpin S.Brata datang terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan
tempat mendadak dari Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang
pembacaan Proklamasi, namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat
kepada mereka.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD)
sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45.
Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk
Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.
29
Setelah itu Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan
persetujuan dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang
pertama. Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
Isi Teks Proklamasi
Isi teks proklamasi kemerdekaan yang singkat ini adalah:
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah
tahun 2605.
Naskah Otentik
Teks diatas merupakan hasil ketikan dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah
seorang tokoh pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal² jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-'05
Wakil2 bangsa Indonesia.
Peringatan 17 Agustus 1945
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Proklamasi
Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk,
sampai upacara militer di Istana Merdeka, seluruh bagian dari masyarakat ikut
berpartisipasi dengan cara masing-masing.
30
Lomba-lomba tradisional
Perlombaan yang seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan
RI diadakan di kampung-kampung/ pedesaan diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir
oleh pengurus kampung/ pemuda desa
Panjat pinang
Balap bakiak
Tarik tambang
Sepeda lambat
Makan kerupuk
Balap karung
Perang bantal
Pemecahan balon
Pengambilan koin dalam terigu
Lari Kelereng
Peringatan Detik-detik Proklamasi
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka dipimpin oleh Presiden RI selaku
Inspektur Upacara. Peringatan ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun
televisi. Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene,
pengibaran bendera Sang Saka Merah Putih (Bendera Pusaka), pembacaan naskah
Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera Sang Saka Merah Putih.
PENGESAHAN PANCASILA DAN UUD 1945
2. Perumusan dan Pengesahan Undang-Undang Dasar 1945
Pada perumusan/penyusunan Undang-Undang Dasar 1945 pada dasarnya diawali oleh
beberapa tahap penyusunan, yaitu :
1. pembukaan/mukaddimah
Didalam hasil rapat Gabungan 22 Juni 1945, maka sebagai keputusan yang keempat ialah
dibentuknya Panitia Kecil Penyelidik Usul-usul (Perumusan Dasar Negara/Mukaddimah)
31
yang terdiri dari 9 anggota (Panitia Sembilan). Adapun dalam rapat tersebut, Mr.
Muhammad Yamin menyampaikan Konsep Rancangan Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia pada tanggal 29 Mei 1945, yang berjudul Azas dan Dasar Negara Kebangsaan
Republik Indonesia.
1. lima azas dan dasar itu adalah peri kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ke-
Tuhanan, peri kerakyatan, keadilan sosial (kesejahteraan sosial)
2. Mr. Muhammad Yamin juga menyampaikan Konsep Rancangan Pembukaan
UUD 1945 diawali dengan “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan
Penyayang”.
Pada tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan juga telah berhasil merumuskan konsep
Rancangan Preambule Hukum Dasar. Akan tetapi, pada alenia ke-empat para peserta
sidang belum ada yang setuju.
Adapun Rancangan Preambule Hukum Dasar itu bunyinya sebagai berikut :
Mukaddimah
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan
dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai kepada saat yang
berbahagia, dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah daerah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban lingkungan kemakmuran bersama di Asia timur raya, akhirnya
telah menyebabkan perang kepada Amerika dan Inggris………..dan seterusnya!
32
1. batang tubuh UUD 1945
Pada tanggal 7 Agustus 1945 Jenderal Terauchi mengumumkan dan secara konkrit
membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sidang Pleno PPKI
dimulai pada tanggal 18 Agustus 1945 jam 11.30, mempunyai acara untuk membahas
Rancangan Hukum Dasar (termasuk Rancangan Preambule Hukum Dasar) untuk
ditetapkan Undang-Undang Dasar atas kemerdekaan yang telah diproklamirkan pada
tanggal 17 Agustus 1945.
Sebelum siding Pleno dimulai atas tanggung jawab ketua PPKI ditambah 6 orang anggota
baru untuk mewakili golongan-golongan yang belum terwakili dalam keanggotaan PPKI
yang lama (hasil tunjukan Pemerintah Jepang). Adapun keenam orang anggota baru itu
adalah :
1. RTA Wiranata Kusumah, wakil golongan islam dan golongan menak Jawa Barat.
2. Ki. Hajar Dewantara, wakil golongan Taman Siswa, dan golongan Nasional dan
Jawa Tengah.
3. Mr. Kasman Suryadimejo, wakil golongan Peta.
4. Mr. Akhmad Subarjo, wakil golongan pemuda.
5. Sayuti Malik, wakil golongan kiri.
6. Mr. Iwa Koesoema Sumantri, wakil golongan kiri.
Pada sidang ini Drs. Muhammad hatta menyampaikan hasil keputusan rapat BPUPKI
tentang perumusan UUD 1945, yang berbunyi sebagai berikut :
Mukaddimah
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan
dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai kepada saat yang
berbahagia, dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
33
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah Darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Hukum Dasar Negara Indonesia, yang berbentuk dalam suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat, dengan berdasar pada : Ke-Tuhanan Yang Maha
Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh Rakyat Indonesia.
Selanjutnya, acara dengar pendapat:
1. Ir. Soekarno memberikan usulan/saran untuk mengubah Mukaddimah menjadi
Pembukaan.
2. Anggota Ki. Bagoes Hadikoesoemo memberikan usulan/saran untuk menghapus
dasar pada kemanusiaan yang adil dan beradab, menjadi kemanusiaan yang adil
dan beradab.
3. Ir. Soekarno, selanjutnya merevisi kata Hukum Dasar Negara Indonesia menjadi
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Dan masih banyak lagi usulan/saran yang disampaikan oleh anggota rapat PPKI. Akan
tetapi, disini kami hanya menampilkan pendapat mereka-mereka yang diterima saja.
Maka sempurnahlah isi dari Undang-Undang Dasar 1945 itu yang berbunyi sebagai
berikut :
Pembukaan
34
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu
penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan
dan peri-keadilan.
Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampai kepada saat yang
berbahagia, dengan selamat sentausa menghantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang Negara Indonesia yang merdeka, berdaulat, adil dan makmur.
Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan dengan didorongkan oleh keinginan
luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini
menyatakan kemerdekaannya.
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh Tumpah Darah Indonesia, dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat yang berdasarkan kepada : Ke-Tuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi
seluruh Rakyat Indonesia.
Demikianlah penjelasan dari kami, mengenai Proses Penyusunan Undang-Undang Dasar
1945 yang seluruhnya dapat diikuti dari jalannya Persidangan Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang kemudian disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
KESIMPULAN
1. Hakekat Pancasila adalah Dasar Negara. Oleh karena itu, harus diucapkan dengan
satu nafas “Pancasila Dasar Negara”.
2. Rumusan Otentik Pancasila Dasar Negara adalah rumusan dalam pembukaan
UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945.
35
3. Badan-badan yang bersangkutan dengan perumusan Pancasila Dasar Negara
adalah BPUPKI dan PPKI.
4. Kronologi Pancasila Dasar Negara:
1. 28 Mei 1945 : Peresmian BPUPKI dan persidangan pertama
BPUPKI dimulai-pidato Moh. Yamin.
2. 31 Mei 1945 : Pidato Soepomo
3. 1 Juni 1945 : Pidato Soekarno, persidangan pertama selesai.
4. 22 Juni 1945 : Perumusan Piagam Jakarta.
5. 10 s/d 16 Juli 1945 : Persidangan ke-2 BPUPKI tentang draf UUD
1945
6. 18 Agustus 1945 : Pengesahan UUD 1945.
5. Tahap-tahap dalam Perumusan Pancasila Dasar Negara :
1. Individual :
1. Muh. Yamin (29 Mei 1945)
2. Supomo (31 Mei 1945)
3. Soekarno (1 Juni 1945), yaitu Pencetusan nama
Pancasila.
4. Kolektif :
1. Panitia Sembilan (22 Juni 1945)
2. Sidang II BPUPKI (10-16 Juli 1945)
3. Sidang PPKI (18 Agustus 1945)
36