31
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA ASSIGNMENT COVER SHEET Nama : 1. Muhammad Irpan 2. Muhammad Iqbal Faresi NIM : 1. 1404109010032 2. 1404109010012 Mata Kuliah : Geologi Dinamik Tugas Ke : 1 Dosen Pengasuh : H. Muhammad Ridha Adhari, S.T., M.Sc Dikumpulkan Tanggal : 20 Mei 2015 PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa benar tugas/laporan ini merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan jiplakan hasil karya orang lain. Jika ada sumber data/bahan milik orang lain yang saya gunakan, maka telah saya cantumkan sebagai referensi sesuai ketentuan yang berlaku. (Muhammad Irpan) (Muhammad Iqbal Faresi)

Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sdgjdf

Citation preview

Page 1: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SYIAH KUALA

ASSIGNMENT COVER SHEET

Nama : 1. Muhammad Irpan

2. Muhammad Iqbal Faresi

NIM : 1. 1404109010032

2. 1404109010012

Mata Kuliah : Geologi Dinamik

Tugas Ke : 1

Dosen Pengasuh : H. Muhammad Ridha Adhari, S.T., M.Sc

Dikumpulkan Tanggal : 20 Mei 2015

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa benar tugas/laporan ini merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan jiplakan hasil karya orang lain. Jika ada sumber data/bahan milik orang lain yang saya gunakan, maka telah saya cantumkan sebagai referensi sesuai ketentuan yang berlaku.

(Muhammad Irpan) (Muhammad Iqbal Faresi)

Page 2: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa, karena atas berkat rahmat dan karunia-

NYA kami dapat menyusun karya tulis ilmiah ini dengan baik dan tepat waktu. Kami menyadari

bahwa karya tulis ilmiah kami ini masih sangat jauh dari kata sempurna dalam membahas zona

subduksi dan kaitannya dengan pembentukkan sesar.

Karya tulis ilmiah ini kami buat melalui kajian pustaka dari beberarap jurnal yang bisa

diunggah melalui internet dan beberapa bantuan dari berbagai pihak yang membantu kami

menyediakan informasi dan refrensi sehingga kami bisa menuliskannya dalam karya tulis ilmiah

ini. Oleh karena itu kami ucapkan terimakasih sebanyak banyaknya kepada pihak yang telah

membantu kami dalam penyusunan karya tuliah ilmiah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada karya tulis ilmiah ini, oleh

karena itu kami memohon saran serta kritikan yang konstruktif yang sangat kami harapkan untuk

penyempurnaan karya tilis ilmiah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan , semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan

manfaat bagi kita sekalian.

Darsussalam, 17 Mei 2015

Penulis

Page 3: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

i

DAFTAR PUSTAKA

Kata Pengantar .......................................................................................................................i Daftar Pustaka ........................................................................................................................ii Daftar Gambar dan Tabel.......................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan1.1. Latar Belakang ....................................................................................................11.2.Tujuaaan...............................................................................................................1

BAB II TEORI DASAR1.1. Gaya Tegangan dan Gaya Tegasan .....................................................................22.2. Batas Plastisitas dan Batas Elastisitas.................................................................22.3.Mekanisme sesar dan Zubduksi ...........................................................................4

BAB III Studi Kasus3.1.Pembentukan Sesar Sumatra dan Hubungannya dengan Zona Subduksi ............73.2.Indikasi Sesar Sumatra.........................................................................................9

BAB IV PENUTUP1.1. Kesimpulan .........................................................................................................124.2.Saran ...................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................13

Page 4: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

i

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 2.1 Jenis Jenis Tegasan ............................................................................................2

Gambar 2.2 Diagram Batas Gaya ..........................................................................................3

Gambar 2.3 Batuan yang Bersifat Retas dan yang Bersifat Lentur yang dikenai Gaya ........4

Gambar 2.4 Perubahan Ekspresi Topografi yang Ekstrem/Pola Kontur yang Rapat dan

Lurus/Menerus sebagai Kelurusan bukit (Tanda panah) ..................................5

Gambar 2.5 Perubahan ekspresi topografi yang ekstrem / pola kontur yang rapat dan

lurus/menerus (tmanda panah) ....................................................................... 6

Gambar 2.6 Anatomi Sesar .................................................................................................. 6

Gambar 2.7 Zona Subduksi pada Batas Konvergen ............................................................ 6

Gambar 3.1 Pergerakan Lempeng Zona Subduksi Barat Sumatra ...................................... 8

Gambar 3.2 Indikasi Umur Batuan pada Sesar Sumatra...................................................... 9

Gambar 3.3 Sungai Bergeser akibat Sesar Suamtra............................................................. 9

Gambar 3.4 Indikasi Depresi di Sepanjang Sesar Sumatra.................................................. 10

Gambar 3.5 Segmentasi Sesar kecil yang membentuk Sesar Sumatra ................................ 11

Tabel 3.1 Data Slip Rate dan Magnitude Sesar yang ada di Indonesia ............................... 8

Page 5: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Patahan atau sesar (atau istilah geologynya "fault") adalah satu bentuk rekahan

pada lapisan batuan bumi yg memungkinkan satu blok batuan bergerak relatif

terhadap blok yg lainnya. pergerakannya bisa relatif turun, relatif naik, ataupun

bergerak relatif mendatar terhadap blok yg lainnya. Pergerakan yg tiba- tiba dari

suatu patahan atau sesar bisa mengakibatkan gempa bumi.

Beberapa ahli geologi struktur secara umum mengartikan struktur sesar sebagai

bidang rekahan yang disertai oleh adanya pergeseran. Sesar didefinisikan sebagai

rekahan/retakan pada batuan penyusun bumi yang telah atau sedang mengalami

pergerakan.

Pada kenyataannya, sangat sulit mendapatkan kenampakan pensesaran yang

ideal, terlebih lagi iklim di negeri kita yang tropis. Pada iklim tropis, proses

pelapukan batuan berlangsung lebih intensif sehingga merusak dan mengubur tanda-

tanda pensesaran di permukaan bumi. Namun tanda-tanda adanya sesar dapat

diketahui antara lain melalui : zona hancuran, gores-garis, gawir sesar, triangular

facet, pengkekaran intensif, perubahan litologi yang tiba-tiba, breksi sesar, milonit

dan pembelokan sungai secara tiba-tiba.

1.2.Tujuan Penulisan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pemahaman mengenai sesar (fault).

2. Memberikan informasi mengenai sistem, serta akibat yang dihasilkan dari

sesar (fault)

3. Menjelaskan beberapa indikasi yang ada pada Sesar Sumatra

Page 6: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

2

BAB II TEORI DASAR

2.1. Gaya Tegangan dan Gaya TegasanBatuan yang terdapat dibumi merupakan subjek yang secara terus menerus

mendapat gaya yang berakibat pada tubuh batuan sehingga mengalami pelengkungan atau retakan. Ketika tubuh batuan mengalami pelengkungan atau retakan, maka peristiwa itu disebut dengan terdeformasi. Penyebab deformasi yang terjadi pada batuan adalah gaya tegasan dan gaya tegangan. Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan benda, sedangkan tegangan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu benda. Memahami tegangan dan tegasan pada batuan akan membantu seorang geosaintis mempelajari jenis deformasi apa yangbekerja pada batuan seperti pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Jenis jenis tegasan

2.2. Batas Plastisitas dan Batas ElastisitasKetika batuan terdeformasi maka batuan mengalami tarikan. Gaya tarikan akan

merubahbentuk, ukuran, atau volume dari suatu batuan. Geosaintis membagi material menjadi tiga kelas didasarkan pada sifat materi batuan yang dikenai gaya, sifat tersebutyaitu :

1. Deformasi yang bersifat elastis (elastic deformation) terjadi apabila sifat gaya tariknya dapat berbalik (irreversible), artinya batuan yang dikenai akan kembali lagi pada bentuk semula setelah mengalami gaya.

Page 7: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

3

2. Deformasi yang bersifat lentur (Ductile Deformation) terjadi apabila sifat gaya tariknya tidak dapat kembali lagi (irreversible), artinya batuan yang dikenai gaya akan kembali sebagian saat dikenai gaya.

3. Retakan/rekahan (fracture) terjadi apabila sifat gaya tariknya yang tidak dapat kembali, artinya batuan tersebut akan mengalami retakan atau rekahan saat dikenai gaya.

Gambar 2.2 Diagram batas gaya

Saat mengalami deformasi suatu batuan / material akan bereaksi tergantung pada beberapa faktor, antara lain adalah:

a. TemperaturPada temperatur tinggi molekul molekul dan ikatannya dapat

meregang dan berpindah, sehingga batuan/material akan lebih bereaksi pada kelenturan dan pada temperatur, material akan bersifat retas.

b. Tekanan Bebaspada material yang terkena tekanan bebas yang besar akan sifat untuk

retak menjadi berkurang dikarenakan tekanan disekelilingnya cenderung untuk menghalangi terbentuknya retakan. Pada material yang tertekan yang rendah akan menjadi bersifat retas dan cenderung menjadi retak

c. Kecepatan TarikanPada material yang tertarik secara cepat cenderung akan retak. Pada

material yang tertarik secara lambat maka akan cukup waktu bagi setiap atom dalam material berpindah dan oleh karena itu maka material akan berperilaku / bersifat lentur.

Page 8: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

4

d. KomposisiBeberapa mineral, seperti Kuarsa, Olivine, dan Feldspar bersifat sangat

retas. Mineral lainnya, seperti mineral lempung, mica, dan kalsit bersifat lentur. Hal tersebut berhubungan dengan tipe ikatan kimianya yang terikat satu dan lainnya. Jadi, komposisi mineral yang ada dalam batuan akan menjadi suatu faktor dalam menentukan tingkah laku dari batuan. Aspek lainnya adalah hadir tidaknya air. Air kelihatannya berperan dalam memperlemah ikatan kimia dan mengitari butiran mineral sehingga dapat menyebabkan pergeseran. Dengan demikian batuan yang bersifat basah cenderung akan bersifat lentur, sedangkan batuan yang kering akan cenderung bersifat retas.

Ketika suatu batuan dikenai gaya, maka batuan tersebut akan mengalami perubahan bentuk. Perubahan bentuk yang terjadi didasarkan pada batas elastisitas dan plastisitas batuan, elastisitas batuan adalah batas kemampuan batuan untuk kembali ke bentuk semula sedangkan batas plastisitas adalah batas kemampuan suatu batuan untuk kembali ke bentuk semula namun terjadi sedikit perubahan volume maupun bentuk setelah dikenai gaya. Jika gaya yang bekerja pada batuan nilainya melebihi batas plastisitas, maka batuan akan retak atau rekah (fracture), misalnya saja mekanisme sesar.

Gambar 2.3 batuan yang bersifat retas dan batuan yang bersifat lentur yang dikenai gaya

2.3. Mekanisme Sesar dan SubduksiSesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah

retakan. Ukuran pergerakan ini adalah bersifat relatif. Sesar, umumnya ditunjukan oleh adanya pola kontur rapat yang menerus lurus, kelurusan sungai dan perbukitan, ataupun pergeseran, dan pembelokan perbukitan atau sungai, dan pola aliran sungai parallel dan rectangular.

Page 9: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

5

Gambar 2.4 Perubahan ekspresi topografi yang ekstrem/pola kontur yang rapat dan lurus/menerus sebagai kelurusan bukit (tanda panah)

Gambar 2.5 Perubahan ekspresi topografi yang ekstrem / pola kontur yang rapat dan lurus/menerus (tanda panah)

Sesar mempunyai bentuk dan dimensi yang bervariasi. Ukuran dimensi sesar mungkin dapat mencapai ratusan kilometer panjangnya (sesar Semangko) atau hanya beberapa sentimeter saja. Arah singkapan suatu sesar dapat lurus atau berliku-liku. Arah pergerakan yang terjadi disepanjang permukaan suatu sesar dikenal sebagai bidang sesar. Apabila bidang sesarnya tidak tegak, maka batuan yang terletak di atasnya dikenali sebagai dinding gantung (hanging wall), sedangkan bagian bawahnya dikenal dengan dinding kaki (footwall).

Page 10: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

6

Gambar 2.6 anatomi sesarPada permukaan bidang sesar terdapat gores-garis sesar (slicken-side) yang

dicirikan oleh permukaan yang licin, pertumbuhan mineral dan tangga-tangga kecil. Arah pergerakan sesar dapat ditentukan dari arah gores garisnya. Sesar yang aktif ditunjukkan oleh rayapan akibat gempa bumi dan pecahan dalam tanah, sedangkan yang tidak aktif dapat dilihat dari peralihan pada kedudukan lapisan, perulangan lapisan, perubahan secara tiba-tiba suatu jenis batuan, kehadiran milonitisasi atau breksiasi, kehadiran struktur seretan (drag-fault), bidang sesar (fault-plane).

Beberapa sesar yang terbentuk dipengaruhi oleh beberapa batas lempeng, salah satunya adalah batas konvergen. Batas konvergen adalah batas antar lempeng yang saling bertumbukan. Batas lempeng konvergen dapat berupa batas Subduksi (Subduction) atau Obduksi (Obduction). Batas subduksi adalah batas lempeng yang berupa tumbukan lempeng dimana lsalah satu empeng menyusup ke dalam perut bumi dan lempeng lainnya terangkat ke permukaan. Contoh batas lempeng konvergen dengan tipe subduksi adalah Kepulauan Indonesia sebagai bagian dari lempeng benua Asia Tenggara dengan lempeng samudra Hindia–Australia di sebelah selatan Sumatra- Jawa-NTB dan NTT. Batas kedua lempeng ini berupa suatu zona subduksi yang terletak di laut yang berbentuk palung (trench) yang memanjang dari Sumatra, Jawa, hingga ke Nusa Tenggara Timur. Contoh lainnya adalah kepulauan Philipina, sebagai hasil subduksi antara lempeng samudra Philipina dengan lempeng samudra Pasifik. Obduksi adalah batas lempeng yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua dengan benua yang membentuk suatu rangkaian pegunungan. Contoh batas lempeng tipe obduksi adalah pegunungan Himalaya yang merupakan hasil tumbukan lempeng benua India dengan lempeng benua Eurasia.

Gambar 2.7 zona subduksi pada batas konvergen

Page 11: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

7

BAB III STUDI KASUS

3.1. Pembentukan Sesar Sumatra dan Hubungannya dengan Zona Subduksi

Pulau Sumatra merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki tingkat kerawanan tinggi terhadap ancaman gempa bumi. Hal itu dikarenakan pada bagian barat pulau Sumatra terdapat zona subduksi yang merupakan pertemuan antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia dengan arah miring sekitar 45o , dan bergerak sekitar 50-70 cm/tahun (Prawirodirjo, et.al, 2000). Kondisi ini menyebabkan terbentuknya Sesar Sumatra dari Selat Sunda sampai dengan Kepulauan Andaman di bagian barat Provinsi Aceh, yang terdiri dari 19 segmen dan panjang total 1900 km (Sieh and Natawidjaya,2000). Pergerakan lempeng Indo-Australia secara terus menerus telah menyebabkan adanya stress atau depresi di sepanjang zona subduksi dan menimbulkan ancaman gempabumi pada daerah sekitar Sesar Sumatra. Kejadian gempa bumi akibat aktifitas sesar sudah beberapa kali terjadi di Indonesia dan menimbulkan kerusakan, diantaranya adalah Gempa Liwa pada 16 Februari 1994 dan Gempa Solok pada 6 Maret 2007 akibat aktifitas Sesar Sumatra.

Pulau Sumatra terletak pada daerah zona aktif karena adanya zona penunjaman (subduksi) lempeng di bagian barat pulau, selain itu di Pulau Sumatra juga ternyata terdapat jalur sesar aktif yang dibuktikan oleh adanya rentetan bukit barisan dari Aceh sampai Bandar Lampung. Pulau Sumatra terpotong oleh sesar aktif Sumatra (sesar Semangko) yang merupakan sesar aktif terpanjang yang terdapat di Indonesia. Daerah sepanjang sesar ini merupakan daerah yang lemah dan rawan gempa. Gempa yang terjadi di Sepanjang sesar ini umumnya terjadi akibat pelepasan energi pada segmen segmen tertentu sepanjang jalur sesar ini. Sumber gempa ini cukup aktif dengan magnitude 7.5 yang terjadi pada 9 Juni 1943. Slip rate sumbr gempa Sumatra berkisar6-27 mm/tahun, dapat dilihat pada table 2.1 (M.D. Petersen et. al, 2004). BerdasarkanPetersen nilai slip rate sesar semangko adalah sebesar 11 mm/tahun.

Page 12: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

8

Tabel 3.1

Segment Slip rate Magnitude Segment Slip rate Magnitude(mm/year) (mm/year)

Segmentation model 11 6 7.1

Segmentation model 2Sunda 11 7.4

2 6 6.8 Semangko 11 7.33 8 7.1 Kumering 11 7.64 10 7.3 Manna 11 7.35 11 7.1 Musi 11 7.26 13 7.4 Ketaun 11 7.37 15 7.2 Dikit 11 7.38 17 7.3 Siulak 11 7.39 17 6.9 Suliti 11 7.410 23 7.2 Sumani 11 7.111 23 7.1 Sianok 11 7.212 23 7.5 Sumpur/Barumun 23 7.713 23 7.2 Toru 27 7.414 23 6.7 Renun 27 7.715 23 7.0 Tripa 27 7.716 23 7.5 Aceh (south) 27 7.4

Seulimeum 27 7.5

Sumber: Petersen et al., 2004.

Sesar besar yang memanjang sepanjang Pulau Sumatra dari utara (Aceh) sampai Selat Sunda di sebelah selatan disebut sebagai Sesar Sumatra atau Sesar Semangko. Panjang dari sesar tersebut mencapai 1650 Km dan merupakan salah satu sesar terpanjang di Indonesia. Sesar Sumatra merupakan sesar aktif jenis transcurrent dengan gerakan geser kanan.

Adanya tumbukan lempeng atau zona subduksi di sebelah barat pulau Sumatra mempengaruhi pembentukan sesar Sumatra yang terdapat di sebelah timurnya atau pada sepanjang pulau Sumatra yang terbentang dari Aceh sampai Lampung. Pembentukan sesar tersebut terjadi karena Pergerakan sesar Sumatra yang dipicu oleh aktifitas lempeng pada zona subduksi barat Sumatra ( lihat Gambar 3.1 ), yaitu lempeng Indo-Australia yang bergerak menunjam ke bawah lempeng Eurasia, sehingga menyebabkan timbulnya tekanan yang mendorong daerah Sumatra ke arah utara. Dorongan tersebut tidak bisa diserap oleh zona Subduksi, tetapi harus di tanggung oleh sebuah jalur patahan yang membentang di sepanjang Bukit Barisan di Pulau Sumatra. (Natawidjaya, 2007).

Gambar 3.1 Pergerakan Lempeng zona subduksi barat Sumatra

Page 13: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

9

3.2. Indikasi Sesar SumatraSesar Sumatra atau Sesar Semangko merupakan sesar aktif yang keberadaannya

bisa diindikasikan oleh pergeseran dibeberapa tempat. Pergerakkan lateral dari zona Sesar Sumatra secara jelas telah dikemukakan oleh Kalili dan Hehuwat pada tahun1967 yang didasarkan oleh pergeseran dari rangkaian sungai sungainya (stream offset). Sungai sungai yang secara jelas bergeser akibat pergeseran sesar tersebut adalah Sungai Musi Atas, Sungai Ketahun dan Sungai Seblat di Sumatra Selatan dan Sungai Gadis Atas di Sumatra Tengah ditunjukkan melalui gambar 3.3. Pergeseran kearah kanan ditunjukkan oleh batuan yang berumur Permo-Karbon, Trias, Paleogen da Vulkanik Muda yang ditunjukkan pada gambar 3.2 pergerakan lateral tersebut mencapai 20-25Km (Bemmelen, 1949).

Gambar 3.2 indikasi umur batuan pada sesar sumatra

Gambar 3.3 sungai bergeser akibat sesar sumatra

Page 14: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

1

Zona Sesar Sumatra ditunjukkan oleh beberapa beberapa depresi yang memanjang dan berarah NW-SE. Depresi depresi yang besar tersebut adalah Lembah Aceh, Lembah Alas, Lemabah Tangse, Lembah Gadis, Lembah Sumpur-Rokan, Lembah Singkarak-Solok, Lembah Muara Labuh, Lembah Kerinci, Lembah Ketahun, Lembah Kepahiang – Mukakau dan Lembah Semangko yang ditunjukkan pada gambar3.4. arah utama dari lemba lembah yang memanjang tersebut disertai dengan gawir sesar. Gawir Sesar terlihat jelas di Teluk Lampung bagian Timur dari Lembah Semangko, Lembah Kerinci, Cekungan Panjang Dataran Tinggi Padang dan di Danau Tawar Sumatra Utara (Katili dan Hehuwat, 1967).

Gambar 3.4 Indikasi depresi di sepanjang Sesar Sumatra

Daerah zona Sesar aktif Sumatra atau Semangko juga diindikasikan oleh munculnya beberapa mata air dan fumarol. Beberapa fumarole bias ditemui di daerah Tarutung, Lembah Angkola Gadis, Lembah Sumpur, Lembah Muara Labuh, Lembah Lebong dan Lembah Semangko. Zona sesar merupakan suatu zona yang lemah, sehingga mudah mengganggu aktifitas akuifer dalam tanah. Karena lemahnya zona tersebut, maka mudah untuk memunculkan mata air panas, fumarole dan mata air biasa yang terdapat sepanjang sesar tersebut.

Sesar Sumatera terbentuk atas beberapa segmentasi, terdiri dari 20 segmen geometris yang didefinisikan utama, yang memiliki panjang b e r k i s a r a n t a r a 60 sampai 200 km. Panjang segmen ini dipengaruhi dimensi sumbergempa dan telah membagi menjadi patahan-patahan lebih pendek yang secarahistoris telah menyebabkan gempa dengan kekuatan antara Mw 6,5 hingga 7.7.Kecepatan pergeseran yang tercatat disepanjang sesar arah barat laut ini sekitar5mm/tahun di sekitar Selat Sunda, dan memiliki kecepatan pergeseran hingga27mm/tahun di sekitar Danau Toba. Nilai-nilai besaran pergeseran ini yang memberikan data dasar kuantitatif untuk memperhitungan rata-rata periode timbulnya gempa-gempa ini yg dapat diperhitungkan untuk memperkirakanperulangan gempa bumi besar di setiap segmen.

Page 15: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

1

Gambar 3.5 segmentasi sesar sesar kecil yang membentuk Sumatra

Page 16: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

1

BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Sesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah

retakan. Ukuran pergerakan ini adalah bersifat relatif.

Sesar tercipta akibat adanya gaya tegasan dan/atau gaya tegangan.

Sesar Semangko merupakan sesar terbesar di Indonesia yang memanjang

di sepanjang Pulau Sumatra.

Lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah lempeng Eurasia dengan

arah miring sekitar 45o , dan bergerak sekitar 50-70 cm/tahun

menyebabkan terbentuk sobekan pada lempeng Eurasia tepatnya di Pulau

Sumatra, hal itulalah yang menyebabkan terbentuknya Sesar Sumatra.

Keberadaan Sesar Sumatra dapat diindikasi melalui adanya pergeseran di

beberapa tempat,adanya depresi di beberapa tempat dan munculnya

beberapa mata air dan fumarol.

4.2. Saran

Dosen sebaiknya mengajak mahasiswa untuk mempelajari langsung mekanisme

sesar yang terbentuk akibat proses subduksi melalui kuliah lapangan.

Mahasiswa memperbanyak membaca refrensi mengenai kasus sesar Sumatra dan

bagaimana proses terbentuknya.

Mahasiswa dan dosen mengadakan diskusi tentang permasalahan geologi

Indonesia.

Page 17: Proses Subduksi Dan Kaitannya Dengan Sesar

1

DAFTAR PUSTAKA

Bemmelen, RV. 1949. The Geology of Indonesia. Government Printing, The Haque.Netherland.

Katili dan Hehuwat, F. 1967. On The Occurance of Large Trancurrent Fault inSumatra. Osaka University. Japan.

Mangape, Imannuel. 2010. Analisa Hazard Gempa dari Usaha Ground Motion padaBatuan Dasar. ITB. Bandung.

Naryanto, Heru Sri. 2008. Kegempaan di daera Sumatra. NSR. Jepang.

Perkensen, M. et.al. 2007. Documentation for Southeast Asia Seismic Hazard Map.U.S.G.S. United States.

Prawirodidjo, L. et.al. 2000. One Century of Tectonic Deformation along Sumatran Fault from Triangulation and Global Positioning System. Surveys Journal Geophysical Research.

Salim, Riski. 2013. Analisa Pola Bidang Sesar pada Zona Subduksi di Wilayah Selatan Pulau Sumatra dari Event Gempa pada Tahun 2011-2014. FMIPA Fisika ITS. Surabaya.

Widodo. 2013. Probabilitas Kejadian Gempa Bumi pada Masa mendatang di ZonaSesar Sumatra. FMIPA Fisika UII. Yogyakarta.