Upload
maulia-abdly-pratiwi
View
136
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
WEDNESDAY, 21 MARCH 2012
PROTEKSI RADIASI( Eddy Rumhadi Iskandar )
BAB ISUMBER RADIASI
1. Pendahuluan.Proteksi Radiasi atau yang sering dikenal dengan sebutan Keselamatan Radiasi adalah nama cabang ilmu pengetahuan atau teknologi yang berhubungan dengan upaya memberikan perlindungan kepada seseorang ataupun masyarakat dan lingkungan terhadap kemungkinan memperoleh dampak yang merugikan dari pemanfaatan radiasi pengion.Pengertian radiasi dalam kaitannya dengan masalah proteksi radiasi dibatasi hanya pada radiasi pengion, yaitu radiasi yang mampu mengionisasi bahan atau jaringan sel yang dilalui. Dalam pengertian ini tercakup antara lain Sinar-X, Gamma, Beta, alfa, neutron, ion berat lain termasuk sinar kosmik.Radiasi dapat berasal dari :
1. Zat Radioaktif, yaitu zat yang inti atomnya mempunyai peluang atau keboleh jadian untuk membelah diri secara spontan, suatu proses yang disebut peluruhan, termasuk dalam radiasi jenis ini adalah partikel Alpha, Beta, dan Gamma.
2. Pesawat Sinar-X dan Pesawat Pemercepat Elektron (LINAC = Linier Acceleration Electron) yang merupakan hasil proses interaksi antara radiasi electron dengan atom bahan.
2. Radiasi Sinar-XSianar-x dapat terbentuk apabila partikel ringan bermuatan oleh pengaruh gaya inti atom bahan mengalami perlambatan. Dengan demikian Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik yang terbentuk akibat proses perlambatan dari partikel ringan bermuatan oleh gaya inti atom bahan yang menahannya dan disebut Sinar-X Bremsstrachlung. Sinar – X yang terbentuk dari proses perlambatan mempunyai energi paling tinggi sama dengan energi partikel ringan bermuatan pada waktu terjadinya perlambatan. Oleh sebab itu maka energi Sinar-X yang mempunyai energi yang berbeda-beda sesuai dengan energi kinetik partikel ringan (electron) pada saat terbentuknya Sinar-X dan juga tergantung pada arah pancarannya.Hal ini dikatakan bahwa Sinar-X yang terbentuk dalam proses ini mempunyai spectrum energi deskrit (kontinyu = terus menerus terbentuk)Sinar-X dapat juga terbentuk dalam proses perpindahan electron atom dari tingkat energi yang lebih tinggi ketingkat enegi yang lebih rendah, misalnya dalam proses hamburan fotolistrik. Sinar-X yang terbentuk dengan cara seperti ini mempunyai energi yang besarnya sama dengan selisih kedua energi tersebut. Karena energi ini khas untuk setiap jenis atom, sinar – x yang terbentuk disebut Sinar-X karakteristik, kelompok Sinar-X demikian mempunyai energi diskontinyu (terbentuk tidak terus menerus). Sinar-X karakteristik yang timbul oleh berpindahnya electron dari suatu tingkat energi menuju ke lintasan K, disebut Sinar-X garis K sedangkan yang menuju lintasan L, disebut Sinar-X garis L dan seterusnya.
3. Zat Radioaktip dan Radiasi yang dipancarkan.Untuk menjelasakan peristiwa atau proses yang berkaitan dengan atom, digunakan model atom. Atom dimodelkan sebagai system yang terdiri dari inti dan sejumlah electron yang mengelilingi inti dalam lintasannya masing-masing. Inti atom terdiri dari proton, partikel yang bermuatan positif, dan neutron partikel serupa proton tetapi tidak bermuatan listrik. Proton dan neutron di dalam ini membentuk suatu senyawa yang sangat mampat yang disebut Nukleon. Jumlah Nukleon yaitu jumlah proton dan neutron dalam inti disebut Nomor Massa Atom, biasanya dilambangkan dengan A. Jumlah proton dalam atom normal sama dengan jumlah elekron disebut Nomor Atom dan biasanya diberi lambang Z. Dengan model ini atom dilambangkan denganXZ
A
Didalam alam ada atom yang mempunyai lebih dari satu bentuk atom, berbeda jumlah neutron didalam intinya tetapi mempunyai jumlah proton yang sama disebut Isotop. Isotop suatu unsure mempunyai sifat kimia yang sama, tetapi dengan sifat fisika yang berbeda.
Sebagai contoh unsure Hidrogen mempunyai tiga Isotop yaitu 1H1, 1H2, 1H3 . Isotop suatu unsure ada yang selalu berada dalam keadaan tidak stabil, isotop yang demikian cenderung untuk mengubah dirinya melalui pembelahan inti menjadi isotop unsure lain dengan melepas kelebihan energinya dalam bentuk radiasi nuklir. Proses perubahan inti demikian dikenal sebagai proses peluruhan radioaktif atau radioaktivitas dan zatnya disebut Radionuklida. Jadi Radioaktivitas dapat diartikan sebagai proses perubahan inti secara spontan yang menghasilkan unsur baru.Radioaktivitas dan sifat radioaktif inti sepenuhnya ditentukan oleh keadaan inti, dan tidak tergantung pada keadaan kimia maupun fisika unsurnya. Karena itu sifat radioaktif zat atau unsur tidak dapat diubah dengan cara apapun, dan merupakan sifat khas unsur tersebut. Proses perubahan inti bergantung pada dua factor, yaitu ketidak seimbangan inti (dalam hal ini keseimbangan Junlah Neutron dan Proton) dan hubungan massa energi inti induk, inti turunan, dan radiasi yang dipancarkan. Dalam bentuk persamaan proses peluruhan radioaktif dituliskan sebagai berikut :
Z X A Z* YA* + Z** Y A** + Q + RBila X menyatakan Radionuklida Induk, Y Radionuklida Turunan dan R radiasi yang dipancarkan dan Q energi total yang dibebaskan dalam proses peluruhan. Energi total Q sama dengan jumlah energi atom yang tertinggal dan energi radiasi yang dipancarkan. Energi atom yang tertinggal biasanya sangat rendah, karena itu sering sekali energi radiasi dianggap sama dengan energi totalnya.
4. Tetapan Peluruhan dan Umur Paro.Peristiwa peluruhan bersifat acak. Keboleh jadian terjadinya peluruhan atom persatuan waktu dinyatakan dengan tetapan peluruhan, .Misalkan mula-mula ada N(o) atom sejenis, dan pada saat t jumlah atom yang belum meluruh N(t). Dengan keboleh jadian terjadinya peluruhan setiap atom persatuan waktu sama dengan I, maka jumlah atom yang meluruh persatuan waktu (t) adalah :N (t) = / N(t) N (t) = N (o)e - λ t
N (t) = Jumlah atom yang belum meluruh pada saat (t)Waktu yang diperlukan agar sejumlah atom yang belum meluruh sama dengan setengah jumlah atom mula-mula disebut umur paro radionuklida tersebut, dan dapat diperoleh dengan mensubsitusikan :N(t) = 1/2 N(o) dan T = T1/2 kedalam persamaan N (t) = N(o)e–λt akan menghasilkan :
T1/2 = 0693 / λ5. Aktivitas.
Jika N menyatakan jumlah atom sejenis yang ada, dengan kemungkinan keboleh jadian meluruh , maka N adalah jumlah rata-rata atom yang meluruh per satuan waktu, dan disebut sebagai aktivitas radioaktif zat yang terdiri dari atom N. Aktivitas sering juga disebut kuat sumber. Besaran aktivitas diukur dengan becquerel yang disingkat dengan lambang Bq. Satu Bq setara dengan satu peluruhan per detik (1 dps).
Masih ada yang menggunakan satuan Curie (Ci) untuk besaran aktivitas, yang didefinisikan sebagai 3,7 x 1010 peluruhan per detik sehingga satu curie setara dengan 3,7 x 1010 Becquerel. Perlu diingat bahwa pada setiap peluruhan dapat dipancarkan lebih satu radiasi, misalnya pada setiap peluruhan Co-60 dipancarkan satu radiasi - , yang kemudian diikuti oleh dua radiasi gamma.
Gambar Bagan peluruhan 42 KGambar Bagan peluruhan 226 Ra
BAB IIRADIASI BERDASARKAN ASAL DAN KEGIATAN
1. Radiasi Alam
Dalam Proteksi radiasi perhatian utama ditujukan kepada keselamatan manusia. Karena itu perlu diketahui dimana, kapan akan menerima radiasi atau kegiatan apa saja yang dapat memungkinkan menerima radiasi.Radiasi Alam yang berasal dari ruang angkasa dan dari dalam bumi memberikan sumbangan yang terbesar pada penerimaan radiasi oleh manusia. UNCEAR (1988) melaporkan bahwa rata-rata setiap orang di dunia menerima radiasi alam sebesar 2,4 mSv ( Sievert ) setiap tahunnya.Besarnya laju dosis radiasi alam dari ruang angkasa akan beragam tergantung dari ketinggian daerah tersebut dari permukaan laut, laju dosis rata-rata di permukaan laut kurang lebih 30 nGy per jam (UNCEAR), sedangkan pada ketinggian 12 km di atas permukaan laut kurang lebih 4 GY, dengan demikian semakin tinggi daerah dari permukaan laut semakin besar laju dosisnya.Radiasi Alam lainnya adalah radiasi yang berasal dari dalam Bumi atau kerak bumi. Radionuklida alamiah yang sejak awal dalam bumi ialah radionuklida yang mempunyai waktu paro yang sangat panjang, melebihi umur Bumi yaitu 40 K ( T1/2 = 1,3 x 109 tahun ) 238 U ( t1/2 = 4,51 x 109 thn ) dan 232 Th ( T1/2 = 5 x 1010thn ) dan radionuklida turunannya menjadi sumber penyinaran luar bagi manusia yang tinggal di atas permukaan Bumi.
2. Radiasi Penyinaran MedikRadiasi yang sengaja diberikan kepada manusia (pasien), yaitu radiasi yang digunakan untuk keperluan mendiagnosa dan atau terapi suatu penyakit dan dipandang sebagai penyinaran radiasi medik. Dalam dunia kedokteran pemanfaatan radiasi dapat dilakukan secara penyinaran dari luar maupun penyinaran dari dalam. Penggunaan radiodiagnostik Sinar-X digunakan penyinaran dari luar tubuh, sedangkan untuk penggunaan imejing kedokteran nuklir digunakan penyinaran dalam melalui radioisotop yang dimasukan secara intra vena, oral maupun intratekal.Sedangkan untuk penggunaan terapi radiasi, digunakan penyinaran luar yang digunakan dengan pesawat linac dan dari dalam untuk penyinaran Brachii terapi dan after loading. Radiasi medik memberikan sumbangan kedua terbesar setiap orang per tahun.Menurut laporan Buletin IAEA (Intenational Atomic Energy Agency) vol 35, No 34 Viena 1993 melaporkan bahwa terimaan terproyeksi taradosis kolektif (dosis efektif kolektif = man Sv) penduduk dunia, yang disebabkan oleh penyinaran medik sekitar 19,51 % dari terimaan total yang berasal dari segala jenis sumber radiasi.
3. Radiasi Kegiatan Industri.Di zaman teknologi modern saat ini kegiatan industri memberikan sumbangan radiasi yang cukup besar, terutama makin banyaknya dan berkembangnya produksi teknologi kedokteran sepeti pesawat radiasi Sinar-X, baik berupa jenis pesawat konvensional radiografi, pesawat multipurpose, CT Scan, LINAC, Gamma Camera yang menggunakan radioisotop. Sedangkan di industri lainnya seperti Gaugingm hydrology, pembangkit tenaga listrik nuklir (PLTN), Reaktor Nuklir, penambangan zat radioaktif dan zat dapat belah menambah sumbangan penyinaran radiasi terhadap manusia sebesar 0.24 % dari penerimaan total.
4.Radiasi Penyinaran Karena PekerjaanRadiasi yang diterima sebagai akibat suatu pekerjaan dipandang sebagai radiasi akibat kerja. Terimaan taradosis kolektif terproyeksi akibat pekerjaan diperkirakan sebesar 0.07 % dari terimaan total (Buletin IAEA , Vol 35 No. 4 Vienna. 1993). Proteksi Radiasi sebenarnya berkepentingan terutama pada masalah penerimaan radiasi akibat kerja, Dengan demikian terlihat bahwa apabila terimaan taradosis kolektif akibat pekerjaan meningkat dapat dipastikan bahwa tindakan proteksi yang dilakukan belum efektif dan efesien, dan atau kemungkinan telah terjadi keadaan kedaruratan nuklir disuatu tempat kerja. Oleh sebab itu, tindakan proteksi radiasi, monitoring perorangan, monitoring survey radiasi, peralatan proteksi radiasi serta standard prosedur pemakaian radiasi sangat perlu dievaluasi. Termasuk pula didalamnya adalah perizinan pemanfaatan sumber radiasi, baik untuk kepentingan medik, industri dan lain sebagainya harus dilaksanakan oleh para pengusaha sumber radiasi.
BAB III
DOSIMETRI PROTEKSI RADIASIDalam perkembangannya besaran yang digunakan untuk mengukur “ jumlah “ radiasi pengion, selalu didasarkan pada jumlah ion yang terbentuk dalam keadaan tertentu atau pada jumlah energi radiasi yang diserahkan kepada sejumlah massa bahan. Secara eksperimen ternyata efek negatif biologi dan tingkat keparahan yang ditimbulkan akibat radiasi pada jaringan dan atau inti sel mungkin akan dianggap lebih baik.Radiasi pengion dapat menyebabkan perubahan pada atom atau molekul, baik untuk sementara maupun untuk seterusnya apabila tidak ada efek penyembuhan, sehingga akan menimbulkan perubahan fungsi sel dan atau tidak dapat mengembangkan dirinya. Hal ini dapat terjadi apabila telah terlampauinya dosis ambang . Diatas dosis ambang, keparahan akan bertambah sebanding dosis radiasi yang menyebabkannya. Akibat semacam ini disebut sebagai akibat deterministik.Dalam Proteksi Radiasi ada beberapa besaran yang perlu diperhatikan antara lain adalah :
1. Dosis Serapan.Besaran dosismetri yang secara langsung dengan akibat biologi yang dapat ditimbulkan oleh sejumlah energi yang diserap oleh jaringan atau besarnya energi yang diserahkan radiasi kepada bahan. Energi radiasi yang diserahkan kepada bahan bervolume V dan bermassa m pada titik P dibahan adalah : d
Dp = ----------- Joule / Kg dmDp = Dosis serapan di titik pd = jumlah rata-rata energi yang diserahkan di dalam volum bahandm = massa bahan dibagian volum ituSatuan SI untuk dosis serapan adalah Joule per Kg ( Joule Kg –1 ) dengan nama khusus Gray ( Gy ), satuan lamanya adalah Erg / gram dengan nama khusus Rad. Satu Rad setara dengan 100 Erg / Gram, maka 1 Gy = 100 Rad. Besaran dosis serapan dapat digunakan untuk semua radiasi pengion, dan semua bahan . Dalam Proteksi Radiasi dosis serapan ( D ) merupakan besaran dasar. Turunan dosis serapan terhadap waktu disebut laju dosis serapan dan dituliskan sebagai ; . dD D = ----------- DtFaktor Bobot RadiasiKemungkinan atau keboleh ajadian terjadinya akiabat stokastik ternyata tidak hanya bergantung pada dosis serapan, melainkan juga pada jenis dan energi radiasi. Dalam kaitannnya dengan akibat biologi yang dapat ditimbulkan diperkenalkan faktor bobot radiasi ( ωR ) Publikasi ICRP No. 60. 1999, yang dahulunya disebut faktor kualitas radiasi ( ICRP No.26, 1997 ).Dosis serapan yang telah dikalikan faktor bobot radiasi disebut Taradosis (H). Besarnya nilai bobot dinyatakan dengan makin besarnya kemampuan radiasi untuk mengionisasi bahan yang dilaluinya. Makin banyak pasangan ion yang terbentuk disepanjang lintasannya maka semakin besar faktor bobot radiasimya;.TABEL 1 Faktor Bobot Radiasi menurut Jenis dan kelompok energi radiasi
Jenis dan rentang Energi Radiasi Faktor Bobot
Foton semua energiElektron semua energiNeutron energi < 10 keV10 keV < energi < 100 keV100 keV < energi < 2 MeV
1251020
2 Mev < energi < 20 MeVenergi < 20 MeVProton energi > 2 MeV Partikel bermuatan hasil belah Inti berat
105520
2. TaradosisBesaran dosimetri dalam proteksi radiasi yang lebih bermakna adalah dosis rata-rata dalam organ atau jaringan yang telah dibobot, yang disebut Taradosis dalam organ T. Taradosis dalam organ T ditentukan melalui persamaan ;
HT,R = ωR . DT.R
DT.R = Dosis serapan rata-rata di organ atau jaringan T yang disebabkan oleh radiasi RNama khusus satuan untuk Taradosis adalah Sievert (Sv), yang hubungannya dengan satuan lama Rem adalah 1 Sievert = 100 Rem.Apabila organ atau jaringan mendapat penyinaran radiasi dari berbagai jenis atau energi maka persamaan menjadi :
HT = ωR . DTR R
Besarnya Taradosis adalah jumlah dosis setiap energi radiasi dikalikan dengan masing-masing bobot energinya.
3. Dosis EfektifHubungan antara kemungkinan terjadinya akibat stokastik dengan Taradosis ternyata juga bergantung pada kepekaan organ atau jaringan terhadap radiasi. Maka untuk menunjukan akibat stokastik total yang berasal dari berbagai dosis pada berbagai organ yang berbeda dianggap perlu mendefinisikan besaran lain yang diturunkan dari Taradosis, dengan memberikan bobot pada Taradosis setiap organ. Faktor bobot yang digunakan untuk dosis derap didalam setiap organ T disebut Faktor Bobot Jaringan (ωT). Nilai ωT dipilih agar setiap Taradosis seragam diseluruh tubuh dan menghasilkan Dosis Efektif.Jumlah faktor bobot jaringan seluruh tubuh sama dengan satu. Apabila organ T yang mempunyai faktor bobot jaringan ωT diberi Taradosis HT, maka dosis efektifnya adalah
HE = HT . ωT
Apabila penyinaran terjadi di seluruh tubuh, Dosis Efektifnya yang diterima selurh tubuh sama dengan :
(HE)ST = HT ωT = HST
Tabel 2 Faktor Bobot Jaringan, ωT ( ICRP Publication Report No. 60, 1989
Jenis Jaringan ωT Faktor bobot Jaringan
GonadSumsum Tulang MerahUsus BesarParu-ParuLambungBladder ( Kandung Kemih )PayudaraHatiOesophagusThyroidKulitPermukaan TulangOrgan sisa
0,200,120,120,120,120.050,050,050,050,050,010,010,05
4. Paparan Radiasi.
Apabila suatu jaringan mendapat paparan radiasi dari luar oleh suatu energi radiasi, dosis serapan yang diterimanya bergantung dari jenis dan energi radiasi yang mengenainya, dan juga pada susunan atom jaringan. Misalnya tulang memiliki Nomor Atom tinggi dibandingkan dengan jaringan lunak (tissue), akan menyerap energi radiasi yang lebih besar per satuan massa jaringan. Namun untuk mengukur dosis, teori yang mendasarinya menggunakan udara sebagai medium. Atas dasar itu maka terlebih dahulu akan diuraikan besar paparan radiasi, yang basa dilambangkan dengan X. Paparan Radiasi menyatakan kemampuan radiasi foton membentuk pasangan ion diudara yang dilaluinya. ICRU (Internatioanal Comission Radiological Unit) memberi batasan sebagai :
dQX = --------- C kg -1
Dmdengan dQ menyatakan jumlah muatan elektron yang terbentuk oleh interaksi radiasi dengan udara dengan vulume udara yang massanya dm. Paparan Radiasi dalam satuan SI diukur dalam satuan Coulomb/kg, atau dengan nama khusus Roentgen (R),sedangkan1 R = 2,58 x 10-4 C kg-1
Jika diketahui bahwa energi rata-rata yang diperlukan untuk membentuk satu pasangan ion di udara sama dengan 34 ev, maka didapat ;1 R = 34 Gy ( di udara )Hubungan antara R dan dosis serapan dalam Erg adalah :1 R = 87,7 Erg/gDengan demikian besarnya dosis serapan di dalam suatu jaringan sangat tergantung dari struktur massa jaringan itu sendiri, struktur jaringan yang lebih kuat (misalnya tulang) ternyata menyerap lebih banyak energi radiasi dibandingkan dengan jaringan (tissue) dengan struktur yang lebih lunak.
BAB IVASPEK BIOLOGI PROTEKSI RADIASI
Upaya Proteksi Radiasi mencakup upaya pemberian perlindungan bagi seseorang, keturunannya, dan kemanusiaan pada umumnya terhadap kerugian akibat radiasi pengion, sambil tetap memaksimalkan manfaat penggunaannya. Pendekatan yang digunakan oleh International Commite Radiological Protection (ICRP No.60, 1990) untuk mencapai upaya memberikan perlindungan itu didasarkan pada pengetahuan yang terbaik yang sudah diketahui orang tentang akibat biologi yang dapat ditimbulkan oleh radiasi pengion pada organ atau jaringan tubuh. Agar tidak timbul kekeliruan atau penafsiaran menyesatkan, perlu kiranya lebih dulu dikaji perihal arti beberapa istilah yang sepintas lalu hampir sama artinya. Pertama adalah perubahan yang dapat terjadi pada sel jaringan sebagai akibat diterimanya radiasi pengion oleh sel itu; perubahan yang terjadi pada sel jaringan tidak selalu membahayakan. Kedua adalah kerusakan, yang menggambarkan tingkat perubahan yang menyebabkan tidak berfungsinya sel; kerusakan sel tidak selalu menyebabkan kelainan bagi seorang yang menerima penyinaran. Ketiga adalah bahaya, yaitu istilah yang digunakan untuk menunjukan akibat yang bersifat merusak, yang secara klinik dapat teramati, yang muncul pada seseorang yang mendapat penyinaran (akibat somatik) atau pada keturunannya (akibat herediter atau genetik). Yang terakhir adalahkerugian, suatu anggitan rumit yang menggabungkan kementakan, keparahan, dan saat munculnya bahaya. Kerugian tidak dapat diungkapan secara mudah hanya oleh satu peubahMarilah lebih dulu kita bagi kelompok dosis yang dapat di terima oleh seseorang atau oleh jaringan atau organ tertentu. Dosis dapat diterima dengan cara sekaligus pada laju dosis tinggi; dosis yang diterima dengan cara itu disebut dosis penyinaran acute. Selain itu dosis dapat diterima dengan cara sedikit demi sedikit pada laju dosis rendah; dosis yang diterima dengan cara demikian disebut dosis penyinaran kronis. Dosis penyinaranacute dapat mengakibatkan sel jaringan yang terkena ’mati’ atau tidak lagi berfungsi. Disamping itu juga dapat menyebabkan sel berubah sifat; jika yang berubah sel somatik dapat timbul kanker, sedangkan jika yang berubah sel genettik, dapat menyebabkan informasi yang terkandung
dalam sel berubah sehingga jika terjadi pembuahan dapat menimbulkan sifat keturunan yang berubah (mutasi gen).Dari segi sel yang menderita, aspek akibat dibagi menjadi akibat somatik dan akibat genetik. Akibat somatik, apabila terjadi, dialami oleh keturunan mereka yang mengalami penyinaran, sedangkan akibat genetik, apabila terjadi, dialami oleh keturunan mereka yang mengalami penyinaran. Ditinjau dari sifatnya, akibat biologi dibagi menjadi akibat deterministik dan stokastik. Akibat yang bersifat deterministik dicirikan oleh tiga hal, yaitu :
1. Adanya dosis minimum tertentu (dosis ambangan) yang menyebabkan suatu akibat deterministik tertentu untuk pertama kalinya dapat diamati.
2. Keparahan akibat ini akan bertambah bila dosis di atas dosis ambangnya ditambah.3. Ada keterkaitan yang jelas antara penyebab dan akibat.Beberapa akibat somatik deterministik bersifat khas untuk bagian jaringan tertentu, misalnya katarak untuk lensa mata, kerusakan non-malignan untuk kulit, penghambatan produksi sel pada sumsum tulang yang menyebabkan kelainan haematelogi, dan kerusakan sel gonad yang dapat menyebabkan kemandulan. Untuk menjamin agar semua bagian jaringan tidak mengalami akibat deterministik, harus diterapkan batas dosis yang tidak melebihi dosis ambang bagi setiap jaringan tubuh.Akibat biologi yang bersifat stokastik adalah akibat yang terjadinya berdasarkan kementakan yang dapat dialami oleh mereka yang mengalami penyinaran, atau dalam hal genetik oleh keturunan dari salah satu atau kedua orang tua yang mengalami penyinaran. Yang dapat diketahui hanyalah bahwa kementakan seseorang mengalami akibat stokastik tertentu menjadi lebih besar bila dosis penyinaran yang diterimanya bertambah besar. Pada daerah dosis rendah, yang biasa kita temui dalam kegiatan proteksi radiasi, akibat genetik dianggap bersifat stokastik. Dalam proteksi radiasi, karsinogenesis dianggap sebagai resiko somatik utama yang bersifat stokastik.Seseorang dalam masyarakat mempunyai kemungkinan memperoleh kanker meskipun ia tidak mengalami penyinaran. Namun demikian, bertambahnya dosis penyinaran memperbesar kemungkinan terdapatnya kanker didalam masyarakat. Perlu diingat, bahwa kanker terjadi, belum tentu disebabkan oleh radiasi, mungkin disebabkan oleh zat karsinogen lain. Contoh yang mudah ialah bahwa kejadian kanker paru lebih banyak dijumpai di antara perokok dibandingkan terhadap kalangan bukan perokok. Namun, diketahui juga bahwa sebagian besar perokok tidak mengalami kanker paru. Mengingat semua hal diatas, proteksi radiasi harus ditujukan untuk dan sekaligus meminimalkan kemungkinan timbulnya efek negatif akibat radiasi pengion pada setiap anggota masyarakat.
THURSDAY, 16 FEBRUARY 2012
Dasar - Dasar Proteksi RadiasiProteksi Radiasi atau Keselamatan Radiasi : adalah suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan teknik kesehatan lingkungan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negatif dari radiasi pengion.TUJUAN PROTEKSI RADIASIMencegah terjadinya efek non stokastik yang berbahaya, dan membatasi peluang terjadinya efek stokastik hingga pada nilai batas yang dapat diterima masyarakat;Meyakinkan bahwa pekerjaan atau kegiatan yang menggunakan zat radioaktif atau sumber radiasi dapat dibenarkan.FALSAFAH PROTEKSI RADIASIPrinsip: ALARA (as low as reasonably achieveable), serendah mungkin yang dapat diterima akal sehat, yaitu: Justifikasi: Manfaatnya harus lebih besar dari risiko radiasi yang diterima
Limitasi: Jumlah dosis yang diterima harus tidak melebihi NBD yang ditetapkan dan dilakukan pada daerah kerja tertentu
Optimasi: Penggunaan dosis yg optimal.
Efek Biologi Radiasi Somatik : Orang yg terkena radiasi;
- Stokastik : Peluang terjadi sebanding dengan dosis yang diterima tanpa ada ambang batas - Non-stokastik : Keparahan akibat radiasi bergantung dosis yg diterima; ada ambang batas. Genetik : Keturunan orang yg terkena radiasi;
Teratogenik : Cacat bawaan / kematian karena janin terkena radiasi;
FUNGSI KESELAMATAN Man: Orang / operator yg menjalankan alat;
Machine: Peralatan yg digunakan;
Interface: Antarmuka antara orang dan peralatannya, yaitu prosedur kerja;
Safety culture: Budaya keselamatan, kebiasaan2 baik menjunjung keselamatan;
Regulation: Kepatuhan pd peraturan perundang-an; Perizinan, akreditasi & sertifikasi; Inspeksi.
KETENTUAN UMUM PROTEKSI RADIASIHubungan antara risiko dan batas dosis:50 mSv/thn = 5000 mrem/thn ekivalen dengan probabilitas 1 kematian dalam 2000 kasus per tahun.Kategori Penyinaran Pekerja radiasi (18th+): wanita hamil dan pekerja radiasi lainnya;
Anggota masyarakat: perorangan dan keseluruhan;
Medik, bagi pasien yg sengaja diberikan. Tidak termasuk bagi pelaksana penyinaran.
KETENTUAN NBDKep No. 01 rev.1/Ka-BAPETEN/III-01: Penerimaan dosis yg tidak boleh dilampaui per thn
Tidak bergantung laju dosis, interna / eksterna;
Tidak termasuk penyinaran medis & alami;
Pekerja radiasi tidak boleh berusia < 18 thn.
Pekerja wanita dalam masa menyusui tidak diizinkan bertugas di daerah radiasi dg risiko kontaminasi tinggi.KETENTUAN NBD (Keputusan Ka Bapeten No. 01/Ka-BAPETEN/V-99)
KETENTUAN NBDJenis penyinaran Maksimal1. Seluruh tubuh/thn 50mSv (5rem)2. Abdomen wanita usia subur/mg 13mSv3. Wanita hamil/thn 10mSv4. NBD penyinaran lokal Dosis Efektif / tahun 50mSv Dosis rata-rata tidak lebih 500 mSv Lensa mata / thn 150mSv Kulit, ekstremitas / thn 500mSv5. Penyinaran khusus direncanakan 2 NBD - Seumur hidup 5 NBD * Mendapat izin dari PIA; * 1 thn sebelumnya tdk pernah menerima 1 NBD; * Tdk utk wanita subur dan menolak.6. Masy. umum, seluruh tubuh/thn 1/10 NBD Masy. umum, lokal/thn 50mSv.7. Anggota masyarakat secara keseluruhan: Protection International Agency menjamin serendah mungkin, memperhatikan dosis genetik;8. Dosis maksimum bagi magang/siswa: 18 thn+: < NBD pekerja radiasi/thn; 16-18 thn: < 0,3 NBD pekerja radiasi/thn; <16 thn: < 0,1 NBD masy. umum/thn dan < 0,01 NBD masy. umum/penyinaran.
NBD seluruh tubuh untuk Pekerja RadiasiTAHUN DOSIS 1934 0,2 R/hari1951 0,5 R/minggu1955 – 1959 0,3 R/minggu (200 R selama hidup), Rata-rata 5 R/tahun1959 – 1977 5 Rem/tahun; 3 rem/13 minggu, 5 (N-18)rem1977 – 2006 50 mSv atau 5 rem/tahun2006 – Skrg 20 mSv atau 2 rem/tahunKetentuan Umum Proteksi Radiasi Pembatasan penyinaran: Pembagian daerah kerja, klasifikasi pekerja
Pemantauan daerah kerja dan pemantauan perorangan, interna maupun ekstern Pencatatan dosis (simpan hingga 30 thn)
Pengawasan kesehatan
Organisasi PR dan Petunjuk Pelaksanaan
Pembagian daerah kerja Daerah pengawasan: < 15mSv/thn, dan bebas kontaminasi:
Sangat rendah: 1-5 mSv/th
Rendah: 5-15 mSv/thn
Sedang: 15-50 mSv/thn (Deareh pengendalian: ³ 15mSv/thn)
Tinggi ³ 50 mSv/thn
Kontaminasi: rendah, sedang, tinggi.
Pengolahan Limbah ZR Kategori limbah berdasarkan: bentuk fisik dan tingkat radioaktivitas;
Karakteristik limbah:
Umur paro, lama penyimpanan;
Panas yang mungkin ditimbulkan;
Klasifikasi limbah:
Rendah: diencerkan dengan pengencer < 1000 (dari jumlah sumber) sebelum dibuang ke lingkungan;
Sedang : perlu pengencer 1000 - 1000.000 kali;
Tinggi : perlu pengencer > 1000.000 kali;
Pengenceran/pembauran: Limbah padat/cair/gas tingkat rendah;
Penangguhan dan peluruhan: Waktu paro pendek;
Konsetrasikan dan kungkung: Limbah padat/cair/ gas tingkat sedang dan tinggi
Hal-hal yang harus diperhatikan: Baku mutu lingkungan; ALARA; pertimbangan sosial dan ekonomi.
TUESDAY, 31 JANUARY 2012
PENGARUH RADIASI TERHADAP SISTIM BIOLOGIDOSIS LIMIT
Pengenalan dari bahaya efek radiasi dan resiko yang mungkin terjadi
menyebabkan National Council on International Commission on Radiological Protection
(ICRP) untuk menetapkan tuntunan mengenai pembatasan jumlah radiasi yang diterima
oleh petugas dan masyarakat. Sejak ditetapkan tahun 1930, dosis limit ini telah diperbaiki
beberapa kali. Perbaikan ini hasil dari meningkatnya pengetahuan yang diperoleh selama
bertahun-tahun mengenai efek membahayakan radiasi dan kemampuan untuk
menggunakan radiasi secara efisien. Dosis limit paparan karena pekerjaan ditetapkan untuk
meyakinkan kemungkinan terjadinya efek stokastik rendah dan menguntungkan secara
ekonomik.
Pelaksanaan dosis limit ini harus dipastikan bahwa pelaksanaan dosis limit pada
pekerja radiasi yang dapat menyebabkan kanker tidak lebih besar dari pekerja non radiasi.
Dosis limit pada masyarakat ditetapkan 10 % dari pekerja radiasi. Dosis limit yang rendah ini
diatur karena merupakan resiko yang tidak perlu, variasi dalam resiko kematian dan tingkat
paparan akibat radiasi alam serta kisaran yang lebih luas dari orang yang sensitive terhadap
radiasi ditemukan pada masyarakat umum. Dosis individu yang dapat diabaikan, ditetapkan
oleh NCRP dipertimbangkan sebagai dosis paparan radiasi yang tidak membahayakan.
Berlawanan dengan persetujuan council mengenai hipotesis non ambang dengan tujuan
pengamanan radiasi, dipercaya bahwa pengaruh dari paparan radiasi yang besar dapat
diabaikan.
Prinsip dari proteksi radiasi harus dikenali oleh setiap orang. Hal ini berdasarkan
pada prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable) yang menyebutkan bahwa sekecil
apapun dosis radiasi efek stokastik tetap dapat timbul. Data terbaru yang tersedia
menyebutkan bahwa pekerja industri sesuai dengan prinsip ini, selama dosis rata-rata
individu sebesar 1,56 mSv, 3 % dari dosis. Dosis limit ditetapkan oleh NCRP dan ICRP
organisasi swasta non profit yang tidak memiliki kekuatan hukum, maka setiap pengguna
radiasi ionisasi harus berkonsultai dengan biro pengontrol radiasi di negaranya untuk
memperoleh informasi penggunaan dan hukum terbaru Dosis limit paparan ini hanya berlaku
pada sumber radiasi buatan dan tidak berlaku pada radiasi alam atau paparan sinar X yang
diterima pasien pada prosedur radiografis saat tindakan medis dan dental (White & Pharoah,
2000).
Nilai batas dosis yang ditetapkan oleh BAPETEN, berdasarkan Surat Keputusan
Kepala Bapeten No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 yaitu mengenai penerimaan dosis yang tidak
boleh dilampaui oleh seorang pekerja radiasi dan anggota masyarakat selama jangka waktu
1 tahun, tidak bergantung pada laju dosis tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari
penyinaran medis dan penyinaran alam. Nilai batas dosis bukan batas tertinggi yang apabila
dilampaui seseorang akan mengalami akibat merugikan yang nyata. Meskipun demikian
setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dan penerimaan dosis harus diusahakan
serendah-rendahnya. Nilai batas dosis tersebut ditetapkan sebagai berikut :
1). Nilai batas dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh 50 mSv per tahun
2). Nilai batas dosis untuk anggota masyarakat umum untuk seluruh tubuh 5 mSv per tahun.
Dalam penyinaran lokal pada bagian-bagian khusus dari tubuh, dosis rata-rata dalam tiap
organ atau jaringan yang terkena harus tidak lebih dari 50 mSv (Depkes, 2006).
PAPARAN PASIEN DAN DOSIS
Dosis pasien dari radiografi dental biasanya sebesar yang diterima organ target,
ukuran yang paling umum adalah paparan pada kulit atau permukaan. Paparan permukaan
yang diperoleh secara langsung merupakan cara paling mudah untuk mencatat paparan
pasien terhadap sinar X. Rincian jumlah yang kecil tetap dipakai untuk menghitung dosis
yang diterima oleh organ yang berada atau dekat dengan titik pengukuran. Target organ lain
umumnya termasuk sumsum tulang, kelenjar tiroid dan gonad. Dosis aktif sumsum tulang
merpakan ukuran yang penting karena merupakan target organ yang dipercaya
bertanggung jawab atas leukemia akibat radiasi. Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada
paparan berlebihan di tiroid adalah bahwa kelenjar ini mempunyai rata-rata kecenderungan
kanker yang tinggi. Dosis gonad penting karena respek genetik terhadap paparan.
DOSIS AKTIF SUMSUNG TULANG
Dosis aktif sumsung tulang berasal dari dosis jaringan spesifik yang sesuai dengan
efek stokastik sebagian, leukemia. Dosis akut sumsum tulang adalah dosis radiasi rata-rata
yang terdapat pada seluruh sumsum tulang aktif. Dosis sumsum tulang aktif yang berasal
dari survey intraoral seluruh mulut dengan sudut bundar sekitar 0,142 mSv. Sekali terekspos
dengan sudut rectangular hanya sekitar 0,06 mSv. Radiografik panoramik memberikan dosis
sumsum tulang aktif sekitar 0,01 mSv/ film. Sebagai perbandingan dosis tulang aktif dalam 1
film thorax adalah 0,03 mSv.
DOSIS TIROID
Besarnya kelenjar tiroid merupakan faktor penting dalam menentukan besarnya
dosis yang diterima. Sebagai contoh pemeriksaan radiografi dari spina servikal dapat
menerima 4 paparan terpisah dari dosis total, yaitu sekitar 5,5 mGy. Selama pemeriksaan,
kelenjar tiroid berada di pusat radiasi. Disisi lain radiografi thorax hanya memberi dosis tiroid
sebesar 0,01 mGy, umumnya dari radiasi sinar hambur. Beberapa studi melaporkan bahwa
dosis tiroid dari radiografik oral relatif rendah. Pemeriksaan mulut komplit dengan film A21
memberikan dosis tiroid 0,94 mGy, nilai ini 1/6 dari pemeriksaan radiografi sinar servikal.
Dosis tiroid dalam radiografi panoramik sekitar 74 μGy, 1% dari pemeriksaan spina servikal.
DOSIS GONAD
Gy. Kontribusi ini hanya 0,003 % dari rata-rata paparan pada umumnya.Radiografi
pada abdomen memberikan dosis paling tinggi pada gonad; radiografi pada kepala, leher
dan ekstremitas menghasilkan dosis paling rendah. Sebagai contoh radiografi pada ginjal,
ureter dan empedu ( retrograde pyelogram ) dilaporkan memberikan dosis gonad 1,07 mGy
pada wanita dan 0,08 mGy pada pria, etika dosis radiografi tengkorak kurang dari 0,005
mGy pada keduanya. Sebagai kategori umum, pemeriksaan sinar X dental hanya
memberikan dosis secara umum 1,0
DOSIS EFEKTIF
Penting untuk dibuat perbandingan langsung dari hal yang telah dibahas sebelumnya
untuk memperkirakan resiko yang mungkin terjadi, bagaimanapun pernyataan yang
menyebutkan satu radiografi periapikal dental memberikan lebih dari 10x radiasi sinar thorax
( di bagian paparan permukaan, 217 dengan 16 mR ) tidak sepenuhnya benar karena
perbedaan dalam area paparan dan organ kritis. Perbedaan ini dapat digantikan dengan
kalkulasi dari E, dimana paparan terhadap seluruh tubuh membawa kemungkinan efek
radiasi yang sama dengan paparan sebagian tubuh dengan metode penghitungan ini survey
mulut lengkap dari 20 film dengan dosis yang optimal ( misal film kecepatan E, sudut
rectangular ) ditemukan memerikan jumlah radiasi ½ dari satu film thorax dan kurang dari
1% jumlah studi Barium di intestinal
Metode Pengurangan Paparan dan Dosis
Waspada terhadap resiko potensial berhubungan dengan penggunaan radiasi
ionisasi dan resikonya terhadap kesehatan adalah langkah pertama dalam pengurangan
paparan dan dosis dalam diagnostik radiografi. Langkah yang kedua yaitu menggunakan
teknik, material dan peralatan yang mengoptimalkan proses radiasi. Optimalisasi proses
radiologi merupakan cara terbaik untuk memaksimalkan keuntungan pasien dengan
meminimalkan paparan pada pasien dan operator.
Pada bagian ini, metode pengurangan paparan dan dosis dijelaskan seperti yang
biasa digunakan untuk radiografi oral. Setiap bagiannya dimulai dengan
rekomendasi American Dental Association (ADA) Council on Dental Materials,Instruments,
and Equipments berdasarkan pada penggunaan optimal proses radiologi. Hal ini diikuti
dengan diskusi sehingga rekomendasi ini lebih memuaskan. Termasuk juga rekomendasi
NCRP dan peraturan federal mengenai penggunaan radiasi ionisasi.
Sebagai tambahan peraturan federal, negara memiliki hukum tersendiri mengenai
radiasi ionisasi. Meskipun kebanyakan sama dengan rekomendasi ADA dan NCRP, seluruh
praktisi harus berkonsultasi dengan lembaga pengontrol radiasi dinegaranya untuk
mendapat informasi terbaru.
Seleksi Pasien
Telah dilaporkan bahwa 3 dari 4 kasus ortodontis lebih percaya diri setelah ada bukti
radiografi. Pada beberapa instansi, kurang dari 1 % seluruh radiografi tidak berpengaruh
pada perawatan pasien. Laporan ini menyebabkan keraguan atas penilaian profesional
sebagai kriteria dasar bagi seleksi pasien. Diadakan dua konferensi nasional untuk
menyimpulkan implementasi dan pengembangan kriteria seleksi radiografi yang lebih
spesifik untuk membantu penilaian profesional praktisi. Kriteria ini menyajikan keterangan
yang jelas bagi seleksi pasien, yang dapat mengurangi jumlah pemeriksaan radiografi yang
tidak produktif dan paparan pasien dari sinar x.
Kriteria seleksi radiografi yang juga dikenal sebagai highyield atau referral criteria,
adalah riwayat klinis dan historis yang menyediakan informasi pengaruh pemeriksaan
radiografi terhadap perawatan atau prognosis.The Dental Patient Selection Criteria
Panel ditetapkan oleh the Center for Devices and Radiological Health of the Food and Drug
Administration, bertanggung jawab merumuskan kriteria seleksi bagi radiografi oral.
Petunjuk ini menemukan 43% radiograf digunakan untuk mendeteksi karies, 3,3% untuk
mendeteksi lesi. Ketika petunjuk ini digunakan, jumlah intraosseous yang hilang dan kondisi
gigi tidak diperhitungkan, memberikan variasi diantara klinisi dalam perawatan dan
diagnosis. Kebalikan dari temuan ini, survei melaporkan bahwa hanya 37% dokter gigi yang
memilih untuk selektif sesuai kebutuhan pasien.
Langkah –langkah Pemeriksaan
Ketika telah diputuskan pemeriksaan radiografi diperlukan, cara pemeriksaan yang
dilakukan mempengaruhi paparan pasien terhadap radiasi sinar x. Langkah pemeriksaan
dapat dibagi menjadi pemilihan peralatan, teknik, operasi peralatan dan proses serta
interpretasi gambar radiografi.
Pemilihan Alat
Pemilihan alat termasuk seleksi penerima gambar, jarak titik fokus ke film, sudut,
filtrasi dan tipe apron dan kerah timbal.
Seleksi Reseptor
Reseptor gambar intraoral. Pada 1920, film sinar x gigi biasa diperkenalkan oleh
Eastman Kodak Company. Gambar yang dihasilkan oleh film ini sangat bagus untuk saat itu,
tapi kecepatannya sangat rendah dimana radiografi untuk daerah molar atas dewasa
membutuhkan 9 detik paparan. Sejak saat itu, film yang lebih cepat telah dikembangkan.
Baru-baru ini, film sinar x dental intraoral tersedia dalam 2 kelompok kecepatan D dan E.
Secara klinis, kelompok E hampir 2x lebih cepat dari film kelompok D dan sekitar 50x lebih
cepat film biasa. Ini berarti paparan 9 detik pada 1920 telah dikurangi menjadi sekitar 0,2
detik dengan penggunaan film kecepatan E.
Film yang cepat diperlukan untuk mengurangi paparan. Kemungkinan penurunan
kualitas gambar yang berhubungan dengan peningkatan kecepatan, peningkatan ukuran
atau bentuk kristal halida perak dalam emulsi film juga harus dipertimbangkan. Apabila
waktu paparan yang lebih singkat meyebabkan kualitas gambar menurun, tidak
menguntungkan menggunakan film cepat. Tak lama setelah film kecepatan E pada 1981
dilakukan studi untuk membandingkan film E dan D dalam hal kualitas diagnostik gambar.
Film E memiliki skala densitas yang sama, kontras yang sedikit lebih baik dan kualitas
gambar yang sama dengan film D bila penanganan dan proses film diperhatikan dengan
baik. Studi ini dan studi lainnya membuktikan bahwa film E dapat digunakan untuk
pemeriksaan radiografik intraoral rutin tanpa mengorbankan informasi diagnostik.
Pada 1944 Eastman Kodak Company memperkenalkan film E yang telah
disempurnakan (Ektaspeed plus), emulsi yang berdasarkan pada teknologi tabular grain
yang mirip dengan film T-Mat. Ektaspeed plus lebih cepat dan lebih sensitive pada kondisi
saat proses, terlihat kurang berbutir dan memiliki kontras tinggi dan paparan mirip dengan
film D.Film E dengan kecepatan lain (M2Comfort, Agva Gevaert, N.Y) mirip dengan
Ektaspeed Plus dalam mendeteksi karies. Meski telah dilaporkan keuntungan menggunakan
film E, 73%-89% dokter gigi tetap menggunakan film D.
Pengurangan dosis pasien hingga 60% dibandingkan film E dan 77% film D didapat
bila menggunakan radiografi intraoral digital direct. Pengurangan yang signifikan dosis
pasien harus berbanding terbalik dengan penurunan resolusi gambar yang berhubungan
dengan penggambaran digital. Film radiografi memiliki kemampuan menghasilkan
setidaknya 20 pasang garis per milimeter, dimana gambar digital hanya 11.
Layar penguat. Aslinya layar penguat digunakan pada radiografi extraoral yang
dibuat dari kristal kalsium tungstate yang mengeluarkan sinar biru ketika berinteraksi dengan
sinar x. Layar kalsium tungstate menggunakan elemen alam gadolinium dan lanthanum.
Fosfor alam yang langka ini mengeluarkan sinar hijau saat berinteraksi dengan sinar x.
Ketika dikombinasikan dengan film sensitive hijau, layar ini menjadi 8x lebih sensitif
terhadap sinar x dibandingkan layer penguat konvensional yang menggunakan film sensitif
biru, tanpa menurunkan kualitas gambar. Sensitivitas yang lebih tinggi atau kecepatan
kombinasi film menghasilkan pengurangan paparan pasien. Dibandingkan dengan layar
kalsium tungstate, layar alam menurunkan paparan pasien pada 55% panoramik dan
cephalometrik.
Pengurangan paparan selama radiografi extraoral didapat dengan penggunaan film
T-grain. Dikeluarkan sebagai T-Mat oleh Eastman Kodak Company pada 1983, film ini
mengandung butiran perak halida yang berbentuk tabung dan lebih datar. Dengan
permukaan yang datar dapat meningkatkan kemampuan memperoleh sinar dari layar
penguat. Film T-grain dengan layar alam 2x lebih cepat dibanding kombinasi film dengan
layar tungstate dan 1 1/3x lebih cepat dari kombinasi film layar alam tanpa kehilangan
kualitas gambar.
Film extraoral terbukti tidak hanya menurunkan dosis paparan tapi juga ramah
lingkungan. Pada 1990, Kodak memperkenalkan T-Mat/RA (Rapid Access), emulsi yang
dapat diproses secara kimia. Penemuan ini mengurangi waktu proses hingga 45 detik juga
menghasilkan proses kimia ramah lingkungan yang lebih aman dengan memindahkan
glutaraldehid.
Film extraoral yang dipapar oleh layar penguat menghasilkan resolusi gambar
setengah dari paparan film intraoral langsung. Satu alasan degradasi pada sistem extraoral
adalah hilangnya ketajaman gambar dan resolusi akibat sinar yang dikeluarkan oleh satu
layar yang melewati film yang memapar sisi berlawanan dari emulsi film.
Sistem film layar Ultra-Vision (Du Pont) dirancang untuk meminimalkan efek
penggunaan fosfor yang mengeluarkan sinar ultraviolet, yang kurang mampu melewati film
untuk memapar sisi berlawanan. Gambar yang dihasilkan sistem ini memiliki resolusi lebih
tinggi. Sistem ini dapat digunakan untuk pengurangan 505 paparan. Kodak juga
mengeluarkan Ektavision yang dirancang untuk mencegah crossover, tetapi dilaporkan
meningkatkan paparan.
Mirip dengan intraoral, panoramik digital dilaporkan menghasilkan pengurangan
dosis hingga 79%. Resolusi gambar dengan sistem ini tampaknya mendekati film T-Mat.
Jarak Titik Fokus ke Film
Dua standar jarak titik fokus ke film (FSFDs), satu 20 cm (8 inches) dan 41 cm (16
inches). Ketika tabung sinar x dioperasikan diatas 50 kVp, satu dari jarak ini memenuhi
peraturan federal yaitu jarak sumber sinar x ke kulit harus lebih 18 cm (7 inches)
( diasumsikan 2,5 cm [1 inch] jarak dari permukaan kulit ke film).
Tidak berbeda dengan hukum federal, keputusan untuk penggunaan didasarkan
pada FSFD menghasilkan paparan pasien yang rendah dan gambar diagnostik terbaik. Satu
studi pada paparan pasien dari pemeriksaan radiografik intraoral membandingkan 20 cm
FSFD dengan 40 cm FSFD pada dosis organ. Hasilnya menunjukkan penurunan 38% dosis
tiroid dengan jarak lebih jauh ketika digunakan sinar sinar x 90 kVp dan penurunan 45%
pada 70 kVp. Hasil ini muncul pada penggunaan film cepat (D atau E) dan termasuk fakta
bahwa pemeriksaan intraotal dengan 40 cm FSFD terdiri dari 21 film dan 20 cm FSFD
hanya terdiri dari 18 film.
Sebagai tambahan pada penurunan dosis tiroid yang diperoleh dengan FSFD yang
lebih panjang, penggunaan jarak yang lebih jauh diperkirakan menghasilkan pengurangan
32% volume jaringan terpapar. Hal ini karena jarak yang lebih besar, dan sudut sinar x yang
kurang divergen (Gbr 3-3). Pengurangan volume jaringan terpapar harus diikuti
pengurangan E. Studi terbaru melaporkan penurunan E akibat penggunaan 30-cm FSFD
dibanding 20-cm FSFD pada simulasi 19 film pemeriksaan mulut lengkap menggunakan film
D. Penggunaan FSFD yang lebih panjang juga memperlihatkan ukuran titik fokus dan
karenanya secara teoritis meningkatkan resolusi gambar radiografi. Gambaran klinis
pengaruh ukuran titik fokus pada resolusi gambar masih dipertanyakan.
Collimation
Peraturan federal mengharuskan penggunaan sudut sinar diatur sehingga daerah
radiasi pada permukaan kulit pasien adalah “…memiliki diameter lingkaran tidak lebih dari
7cm (2 ¾ inches)…” ketika tabung sinar dioperasikan diatas 50 kVp. Pada film intraoral no.2
(3,2 x 4,1 cm), ukuran daerah hampir 3x paparan pada film. Seharusnya, paparan pasien
dapat dikurangi dengan membatasi sudut sinar x lebih dari yang tertera dalam pernyataan
diatas. Hasil ini tidak hanya menurunkan paparan pasien tapi juga meningkatkan kualitas
gambar. Jumlah radiasi yang dihamburkan harus sebanding dengan area terpapar. Apabila
radiasi sinar hambur menurun, kabut pada film menurun dan kualitas gambar meningkat.
Juga, pengurangan sudut menghasilkan ketajaman gambar karena pengurangan fenomena
geometrik penumbra.
Pembatasan sudut dapat disempurnakan dengan satu atau kombinasi beberapa
metode. Pertama,rectangular position-indicating device (PID) dapat terkait dengan tempat
tabung radiografik (Gambar 3-40). Penggunaan rectangular PID yang memiliki orifis 3,5x4,4
cm ( 1,38 x 1,34 inches) mengurangi area permukaan kulit pasien yang terpapar 60%
dibanding yang round (7 cm) PID (Gambar 3-3, C). Menurut FSFD, penggunaan tabung
rectangular dapat menurunkan E sebesar 71%-80%, pengurangan yang signifikan. Tetapi
pengurangan sudut ini cukup sulit. Untuk menghindari kemungkinan ketidakpuasan
radiografi (cone cutting), direkomendasikan penggunaan instrument pemegang film yang
terletak di pusat tabung dekat film.
Kedua, pemegang film dengan collimator rectrangular digunakan bersama round
PIDs; alat-alat tesebut mengurangi paparan pasien sama dengan rectrangular PIDs.
Penelitian mengenai E yang diterima selama pemeriksaan mulut lengkap yang dibuat
dengan pemegang film menggunakan tabung rectangular dan bundar, tabung rectangular
mengurangi dosis pasien pada pemeriksaan intraoral sekitar 60% (Tabel 3-4). Kedua
instrumen presisi (Masel Enterprises, Bristol, Penn.) dan instrumen XCP (Dentsply/Rinn,
Elgin, Ill) dengan Tabung rectangular terpasang pada ujung cincin (Gambar 3-7) dapat
diharapkan memberi hasil yang serupa.
Keuntungan tabung rectangular pada kualitas gambar dan paparan pasien tidak
terlihat pada praktek klinik. Hanya 5%-8% dokter gigi menggunakan tabung rectangular.
Filtrasi
Sinar sinar x yang dikeluarkan dari tabung radiografik tidak hanya terdiri dari photons
sinar x energi tinggi, tetapi juga banyak photons dengan energi relatif rendah. Photons
energi rendah, yang memiliki kekuatan penetrasi, akan diserap oleh pasien dan tidak
memberikan informasi apapun pada film. Tujuan dari filtrasi konvensional adalah untuk
memindahkan photons energi rendah ini dari sinar x. Hasil ini menurunkan paparan pasien
tanpa kehilangan informasi radiologik.
Efek menguntungkan filtrasi telah diketahui sejak lama. Ketika tabung sinar x difiltrasi
dengan 3 mm alumunium, paparan permukaan berkurang 20%. Berhubungan hal ini,
pemerintah federal merancang jumlah filter yang dibutuhkan untuk mesin sinar x dental yang
dioperasikan berbagai kilovolt. Jumlah ini menunjukkan kualitas tabung (half-value layer
[HVL]) terdapat di Tabel 3-5. Sejalan dengan peraturan ini, pada 1993 Nation wide
Evaluation of Sinar x Trends (NEXT) mengeluarkan rata-rata HVL 2,3 mm alumuniun, setara
dengan sekitar 73 kilovolt.
Studi menunjukkan paparan pasien dapat dikurangi dengan memindahkan photons
energi sinar x rendah dan tinggi dari tabung, meninggalkan photons energi midrange
memapar film. Saran ini dihasilkan dari penemuan bahwa energi sinar x paling efektif
memproduksi gambar antara 35-55 keV. Filtrasi selektif dari photon energi rendah dan tinggi
ditunjukkan oleh samarium, erbium, yttrium, niobium, gadolinium, terbium-activated
gadolinium oxysulfide(Lanex, Eastman Kodak), dan thulium activated lanthanum oxybromida
(Quanta III, DuPont). Penggunaan bahan ini dikombinasi dengan filtrasi alumunium
mengurangi paparan pasien 20%-80% dibanding filtrasi alumunium konvensional.
Bagaimanapun pengurangan paparan yang didapat dari filtrasi alam bukan tanpa resiko.
Penggunaan filter ini membutuhkan peningkatan waktu paparan (50%), meningkatkan
muatan tabung sinar x dan kemungkinan pergerakan pasien selama paparan. Kualitas
gambar juga dapat dipengaruhi penurunan kontras, ketajaman dan resolusi.
Apron dan Kerah Timbal
R. Jumlah ini 60x lebih sedikit dari dosis yang dihasilkan satu penerbangan
pesawat.Dosis gonad dari radiografi oral adalah minimal. Dasar perlindungan radiasi dari
prinsip ALARA menyebutkan bahwa tidak peduli sekecil apapun dosis, efek merusak tetap
ada. Setiap dosis yang dapat dikurangi tanpa kesulitan, pengeluaran atau ketidaknyamanan
harus dikurangi. Data terbaru menunjukkan paparan pada film periapikal dental adalah 217
mR. Bila dosis gonad sama dengan 1/10000 dari total ambang paparan, dosis dari satu film
periapikal dental dikalkulasi menjadi 0,02 mR. Tidak peduli sekecil apaun, dosis ini tetap
menunjukkan ukuran kuantitas yang 2x dari dosis toleransi dan menurut ALARA harus
dikurangi jika mungkin. Solusi untuk hal ini adalah penggunaan apron timbal, yang dapat
mengurangi 98% radiasi sinar hambur ke gonad. Dengan penggunaan alat ini, dosis gonad
dari satu film periapikal dental dapat dikalkulasikan menjadi 0,4
Meski kalkulasi dan perbandingan menunjukkan bahwa dosis gonad relatif kecil,
tidak ada argumentasi yang valid untuk tidak menggunakan apron secara rutin (Gbr 3-8).
Argumen serupa berlaku bagi tiroid yang ditemukan dapat mengurangi paparan terhadap
kelenjar ini hingga 92% (Gbr 3-9). Penggunaan alat ini tidak sulit, tidak beresiko ataupun
tidak nyaman, bahkan alat ini memperhatikan kepentingan pasien.
Hal ini dan berbagai informasi berhubungan dengan dosis pada janin selama
prosedur radiografi oral dan rekomendasi NCRP mengenai paparan pada janin embrio
maka Dental Patient Selection Criteria Panelmemutuskan bahwa pemeriksaan radiografi
bukan kontraindikasi pada kehamilan. Tetapi keputusan menggunakan sinar x ketika pasien
hamil tergantung individu. Pasien harus waspada pada kebutuhan radiograf dan jumlah
relatif paparan sebelum film dibuat.
Pemilihan Teknik Intraoral
Tidak ada rekomendasi atau pengaturan yang spesifik mengenai teknik radiografi
intraoral. Oleh karena itu pemilihan teknik (bisektris atau paralel) terserah pada praktisi.
Apapun teknik yang dipilih, film holder harus digunakan. Pengurangan yang signifikan
terlihat ketika alat ini digunakan disbanding dukungan manual dari pasien.
Keputusan teknik mana yang digunakan harus berdasar pada kualitas diagnostik
hasil radiografi, efisiensi penggunaan radiasi dan kenyamanan teknik. Semakin efisien
teknik, radiograf tidak perlu diulang dan paparan semakin sedikit. Studi mengenai
perbandingan efisiensi teknik bisektris dan paralel menyatakan bahwa jumlah radiograf yang
tidak terdiagnosis berkurang lebih dari setengahnya ketika pemeriksaan lengkap intraoral
dilakukan dengan teknik paralel. Bila diasumsikan bahwa seluruh radiograf yang tidak
terdiagnosis diulang, penggunaan teknik bisektris mengarah pada peningkatan paparan
yang signifikan. Studi ini menggunakan instrumen Rinn XCP untuk penempatan film paralel,
tapi laporan mengenai efisiensi penggunaan instrumen Precision menunjukkan hasil yang
serupa. Instrumen Precision dengan sudut rectangular mengurangi paparan , meski hasil
serupa dapat diperoleh dengan Rinn XCP dan PID rectangular atau Collimator rectangular
yang dijepit ke cincin.
Pengoperasian Alat
Pengoperasian peralatan sinar x termasuk seleksi terhadap faktor teknik mesin yang
memadai, kilovoltage dan miliampere-seconds. Kilovoltage . Praktisi dapat memilih
kilovoltage tinggi (90) atau rendah (70) yang sesuai untuk keperluan diagnosis. Kilovoltage
adalah faktor paparan yang mengendalikan ambang energi sinar x. Bila kilovoltage
menurun, ambang energi sinar x yang efektif menurun dan kontras gambar radiografik
meningkat. Dalam teori kontras gambar yang tinggi lebih sesuai untuk menggambarkan
perbedaan besar densitas pada objek seperti karies atau kalsifikasi jaringan lunak.Tetapi
pengaruh kilovoltage terhadap keakuratan diagnosis karies tidak terlalu penting. Bila
kilovoltage meningkat, ambang energi sinar x meningkat dan kontras gambar radiografi
menurun. Gambar dengan kontras rendah memungkinkan visualisasi perbedaan kecil
densitas dalam objek. Tipe kontras gambar lebih berguna pada diagnosis periodontal
dimana perubahan dalam tulang harus dapat dideteksi. Teknik kilovoltage tinggi
menghasilkan kontras gambar rendah juga mengurangi dosis efektif pada pemeriksaan
intraoral. Dosis efektif yang berasal dari produksi
radiograf dengan densitas yang dapat dibandingkan berkurang 23% dengan peningkatan
kilovoltage dari 70 ke 90.
Pengenalan potensial tetap atau unit sinar x dental frekuensi tinggi memungkinkan
untuk menghasilkan radiograf berkualitas diagnosis dengan kilovoltage rendah dan kadar
pengurangan radiasi. Mesin Intrex (Keystone Sinar x), yang dioperasikan pada 70 kVcp,
dibandingkan dengan unit sinar x konvensional self-rectified yang juga dioperasikan pada 70
kVp. Paparan permukaan yang diperlukan untuk menghasilkan densitas radiografik lebih
rendah 26% pada unit Intrex constant-voltage. Penemuan ini berasal dari fakta bahwa
ambang sinar x yang dihasilkan oleh mesin Intrex sama dengan energi photon yang
mendekati dengan yang dihasilkan unit self-rectified yang dioperasikan pada 80kVp.
Milliampere-seconds. Dari tiga kondisi teknis (voltage tabung, filtrasi dan waktu paparan),
waktu paparan merupakan faktor paling krusial yang mempengaruhi kualitas diagnostik.
Dalam hal paparan, kualitas gambar optimal adalah densitas diagnostik, dan
bukan overexposed (terlalu gelap) atau underexposed (terlalu terang). Keduanya
merupakan paparan yang tidak perlu. Densitas gambar dikendalikan oleh kuantitas sinar x
yang dihasilkan, yang paling baik dikontrol oleh kombinasi miliampereage dan waktu
paparan yang disebutmilliampereseconds(mAs).
Densitas diagnostik merupakan pilihan masing-masing sebagai petunjuk. Paparan
pasien secara langsung berhubungan dengan mAs. Tabel 3-6 mendata kisaran nilai mAs
yang diperlukan untuk memapar film intraoral sehingga didapat densitas yang tepat. Secara
umum radiograf dengan densitas tepat harus memperlihatkan gambaran jaringan lunak yang
kabur. Hal ini berhubungan dengan densitas optikal sekitar 1,0 dalam email dan dentin.
Tingkat densitas gambar ini dapat diperoleh dengan menggunakan nilai yang ada dalm
tabel, setelah mempertimbangkan umur dan kondisi fisik pasien. Sebagai contoh, 2,2 mAs
disarankan untuk dewasa ketika digunakan film E dan 90 kilovoltage. Nilai ini didapat
dengan menggunakan milliamperage 10 dan waktu paparan 0,22 detik (13 impuls). Bila
kilovoltage ditingkatkan untuk mengurangi kontras gambar, mAs harus dikurangi atau film
akan overexposed.
Waktu foto secara rutin digunakan pada beberapa prosedur radiografik medis.
Teknik ini menggunakanphototimer untuk mengukur jumlah radiasi yang mencapai film dan
secara otomatis memutuskan paparan setelah radiasi yang mencapai film mencukupi untuk
menghasilkan densitas yang tepat. Teknologi ini tersedia pada beberapa mesin
panoramik;kemampuan photodioda yang sangat kecil memungkinkan tipe ini mengontrol
paparan secara otomatis dalam radiografi intraoral.
Pemrosesan Film
Sebab utama paparan radiasi pada pasien yang tidak perlu adalah kelebihan
paparan pada film yang disengaja. Overexposed adalah kompensasi dari kegagalan
pemrosesan film. Hal ini tidak hanya menyebabkan paparan yang tidak perlu, tapi juga
menghasilkan film yang yang tidak memenuhi kualitas diagnosis. Sebaliknya paparan
radiografi yang tepat menjadi tidak berguna bila tidak memenuhi kualitas diagnostik akibat
kesalahan prosedur pemrosesan. Sebuah studi menyebutkan bahwa 6% dari radiograf
dental yang diterima tidak memadai karena pemrosesan yang tidak tepat. Studi lain pada
500 foto panoramik menemukan bahwa rata-rata film mengandung setidaknya satu
kesalahan proses. Waktu-temperatur proses, dan menjaga keadaan ruang gelap adalah
cara terbaik untuk memperoleh kualitas film optimal.
Penggunaan mesin untuk proses film dental semakin meluas. Sebanyak 93% dokter
gigi dilaporkan telah menggunakan prosesor film dental. Prosesor film dapat meningkatkan
paparan pasien bila tidak dikendalikan secara tepat. Suatu studi menunjukkan bahwa 30%
dari pengulangan foto disebabkan oleh densitas film tidak tepat yang secara langsung
berhubungan dengan perubahan prosesor. Pengenalan mengenai program pengendalian
dapat mengurangi rata-rata pengulangan, yang dapat mengurangi paparan pasien dan
resiko operator.
Interpretasi Gambar
Radiograf paling baik dilihat dalam ruang agak gelap dengan sinar yang mengarah
langsung ke film; semua sinar dari luar harus dihilangkan. Radiograf harus dipelajari dengan
kaca pembesar untuk mendeteksi perubahan mendetil densitas gambar. Berbagai intensitas
sumber sinar juga harus tersedia. Hal ini dapat menggantikan
film overexposed atau underexposed atau film dengan kesalahan proses. Banyak film dapat
diselamatkan dengan cara ini, termasuk menghindari pengulangan foto dan paparan radiasi
tambahan ( Goaz, 1994).
MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI
Menurut peraturan pemerintah no. 63 tahun 2000 setiap instalasi yang menggunakan
radiasi pengion wajib menerapkan Manajemen Keselamatan Radiasi, yang meliputi (Depkes
RI, 2006) :
1) Organisasi Proteksi Radiasi
Pengusaha/Instalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion wajib membentuk
organisasi proteksi radiasi agar dalam pemanfaatan tenaga nuklir semua persyaratan
keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilaksanakan sesuai ketentuan.
2) Pemantauan Dosis Radiasi dan Radioaktivitas
Untuk mengetahu besar dosis yang diterima oleh pekerja radiasi maka dilakukan
pemantauan dosis. Setiap pekerja radiasi wajib menggunakan dosimeter perorangan baik
yang dapat dibaca langsung maupun yang tidak dapat dibaaca langsung sesuai dengan
jenis sumber radiasi yang digunakan.
3) Peralatan Proteksi Radiasi
Pengusaha/Instalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion harus menyediakan dan
mengusahakan peralatan proteksi radiasi, pemantauan dosis perorangan, pemantauan
daerah kerja dan pemantauan lingkungan yang dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan
jenis sumber radiasi yang digunakan.
4) Pemeriksaan Kesehatan
Setiap orang yang akan bekerjaa sebagai pekerja radiasi harus sehat dan minimal berusia
18 tahun. Pengusaha instalasi harus menyelenggarakan pemeriksaan yang meliputi;
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala selama masa kerja, dan
pemeriksaan kesehatan pada waktu pemutusan hubungan ke rja. Apabila dipandang perlu
dapat dilakukan
pemeriksaan khusus.
5) Penyimpanan Dokumentasi
Dokumentasi yang memuat catatan dosis, hasil pemantauan daerah kerja, hasil
pemantauan lingkungan, dan kartu kesehatan pekerja harus disimpan paling tidak selama
tiga puluh tahun terhitung sejak pekerja radiasi bekerja.
6) Jaminan Kualitas
Program jaminan kualitas harus dilakukan sejak dari perencanaan, pembangunan,
pengoperasian dan perawatan.
7) Pendidikan dan Pelatihan.
Setiap pekerja radiasi harus memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang keselamatan
dan kesehatan kerja terhadap radiasi.
MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI
MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI Menurut Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 setiap instalasi yang menggunakan radiasi pengion wajib menerapkan Manajemen Keselamatan Radiasi, yang meliputi :
1. Organisasi Proteksi Radiasi Pengusaha / Instalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion wajib membentuk organisasi proteksi radiasi agar dalam pemanfaatan tenaga nuklir semua persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dapat dilaksanakan sesuai ketentuan. 2. Pemantauan Dosis Radiasi dan Radioaktivitas Untuk mengetahui besar dosis yang diterima oleh pekerja radiasi maka dilakukan pemantauan dosis. Setiap pekerja radiasi wajib menggunakan dosimeter perorangan baik yang dapat diaca langsung maupun yang tidak dapat dibaca langsung sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan. 3. Peralatan Proteksi Radiasi Pengusaha / Instalasi yang menggunakan sumber radiasi pengion harus menyediakan dan mengusahakan peralatan proteksi radiasi, pemantauan dosis perorangan, pemantauan daerah kerja dan pemantauan lingkungan yang dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan jenis sumber radiasi yang digunakan. 4. Pemeriksaan Kesehatan Setiap orang yang akan bekerja sebagai pekerja radiasi harus sehat dan minimal berusia 18 tahun. Pengusaha instalasi harus menyelenggarakan pemeriksaan yang meliputi; pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan berkala selama masa kerja, dan pemerksaan kesehatan pada waktupemutusan hubungan kerja. Apabila dipandang perlu dapat dilakukan pemeriksaan khusus. 5. Penyimpanan Dokumentasi Dokumentasi yang memuat catatan dosis, hasil pemantauan daerah kerja, hasil pemantauan lingkungan, dan kartu kesehatan pekerjaharus disimpan paling tidak selama tiga puluh tahun terhitung sejak pekerja radiasi bekerja. 6. Jaminan Kualitas Program jaminan kualitas harus dilakukan sejak dari perencanaan, pembangunan,
pengoperasian, dan perawatan. 7. Pendidikan dan Pelatihan Setiap pekerja radiasi harus memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang keselamatan dan kesehatan kerja terhadap radiasi.
PRINSIP KESELAMATAN RADIASI
Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja, masyarakat, dan lingkungan, pengusaha instalasi yang melaksanakan setiap kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir yang dapat mengakibatkan penerimaan dosis radiasi harus memenuhi prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan sebagai berikut : 1. Justifikasi Setiap pemakaian zat radioaktif atau sumber radiasi lainnya harus didasarkan pada azas manfaat. Suatu kegiatan yang mencakup paparan atau potensi paparan radiasi hanya disetujui jika kegiatan itu akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar bagi individu atau masyarakat dibandingkan dengan kerugian atau bahaya yang timbul terhadap kesehatan. 2. Limitasi Dosis ekivalen yang diterima oleh pekerja radiasi atau masyarakat tidak boleh melampaui Nilai Batas Dosis (NBD) yang ditetapkan pemerintah (Bapeten). Batas dosis yang ditetapkan bagi pekerja dimaksudkan untuk mencegah munculnya efek non stokastik (deterministik) dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik. Nilai Batas Dosis bagi anggota masyarakat, ditentukan hampir sama dengan dosis radiasi dari sumber radiasi alam atau biasa dikenal dengan radiasi latar belakang. 3. Optimasi Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya ( As Low As Reasonably Achieveable ? ALARA ) dengan mempertimbangkan factor ekonomi dan sosial. Kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir harus direncanakan dan sumber radiasi harus dirancang dan dioperasikan untuk menjamin agar paparan radiasi yang terjadi dapat ditekan serendah-rendahnya. Prinsip keselamatan radiasi dapat digambarkan sebagai berikut: NILAI BATAS DOSIS Nilai Batas Dosis yang ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Bapeten No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 adalah penerimaan dosis yang tidak boleh dilampaui oleh seorang pekerja radiasi dan anggota masyarakat selama jangka waktu satu tahun, tidak bergantung pada laju dosis, tetapi tidak termasuk penerimaan dosis dari penyinaran medis dan penyinaran alam. Nilai Batas Dosis bukan batas tertinggi yang apabila dilampaui seseorang akan mengalami akibat merugikan yang nyata. Meskipun demikian setiap penyinaran yang tidak perlu harus dihindari dan penerimaan dosis harus diusahakan serendah-rendahnya. Menurut Surat Keputusan Kepala Bapeten No. 01/Ka-BAPETEN/V-99 Nilai Batas dosis ditetapkan sebagai berikut : a. Nilai Batas Dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh 50 mSv per tahun b. Nilai Batas Dosis untuk anggota masyarakat umum untuk seluruh tubuh 5 mSv pertahun. Dalam hal penyinaran local yaitu hanya pada bagian-bagain khusus dari tubuh, dosis rata-rata dalam tiap organ atau jaringan yang terkena harus tidak lebih dari 50 mSv.
KETENTUAN KESELAMATAN KERJA DENGAN RADIASI
Manakala kita mendengar kata ?radiasi?, maka yang pertama terbayang oleh kita adalah sesuatu yang sangat menakutkan, mengerikan, dan sesuatu yang serba misterius. Hal tersebut sangat mudah dipahami karena sifat dari radiasi sendiri yang tidak terlihat, tidak berwarna, tidak dapat dirasakan, tetapi konon dapat merusak sel-sel tubuh kita, bahkan dapat menginduksi terjadinya kanker. Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk tujuan apapun dan sekecil apapun radiasi yang digunakan, pasti mengandung potensi bahaya bagi manusia, tetapi selama kita selalu memperhatikan ketentuan keselamatan radiasi, maka kita dapat memanfaatkan radiasi untuk tujuan apapun dengan ?aman?. Ada pepatah lama yang mengatakan tak kenal maka tak sayang, demikian pula dengan ?radiasi?. Apabila kita tidak mengenali betul sifat dan ketentuan keselamatannya, maka yang ada hanyalah rasa takut yang berlebihan atas dampak-dampak yang mungkin ditimbulkannya. Tetapi apabila kita mau mempelajari lebih lanjut, khususnya mengenai prosedur keselamatan kerja dengan radiasi, maka kita justru dapat memanfaatkan radiasi untuk berbagai tujuan. TUJUAN KESELAMATAN RADIASI Keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar dosis radiasi pengion yang mengenai manusia dan lingkungan hidup tidak melampaui nilai batas yang ditentukan. Akibat buruk dari radiasi pengion dikenal sebagai efek somatik apabila diderita oleh orang yang terkena radiasi, dan disebut efek genetik apabila dialami oleh keturunannya. Berdasarkan Publikasi ICRP No. 26, efek stokastik adalah efek radiasi dimana peluang terjadinya efek tersebut merupakan fungsi dosis radiasi yang diterima oleh seseorang, tanpa suatu nilai ambang. Semua efek akibat proses modifikasi atau transformasi sel ini terjadi secara acak dan biasanya akan muncul setelah masa laten yang lama. Yang termasuk dalam efek ini misalnya kanker dan leukemia. Semakin besar dosis yang diterima semakin besar peluang terjadinya efek ini. Sedangkan efek non stokastik (deterministik) adalah efek radiasi dimana tingkat keparahan bergantung pada dosis radiasi yang diterima dengan suatu nilai ambang. Efek ini terjadi karena adanya kematian sel sebagai akibat dari paparan radiasi baik sebagian atau seluruh tubuh. Terjadinya efek deterministik bila dosis yang diterima diatas dosis ambang (threshold dose) dan umumnya terjadi beberapa saat setelah terpapar. Contoh akibat efek ini
adalah: kemerahan pada kulit (eritema), katarak, pneumonitis, dan sterilitas. Dengan demikian maka tujuan keselamatan radiasi adalah : 1.Membatasi peluang terjadinya akibat efek stokastik atau resiko akibat pemakaian radiasi yang dapat diterima oleh masyarakat. 2.Mencegah akibat deterministik (efek non-stokastik) dari radiasi yang membahayakan seseorang.
http://dadang-saksono.blogspot.com/2010/07/ketentuan-keselamatan-kerja-dengan.html