Upload
votuyen
View
230
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KAJIAN EKONOMI dan
KEUANGAN REGIONAL
AGUSTUS 2018
PROVINSI
DKI JAKARTA
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Visi dan Misi
i
VISI DAN MISI
Visi Bank Indonesia
Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil.
Misi Bank Indonesia
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai-Nilai Strategis Bank Indonesia
Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust and Integrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, Coordination and Teamwork.
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Menjadi kantor perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem
keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk
mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan
berkesinambungan.
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
ii
Halaman ini sengaja dikosongkan
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Kata Pengantar
iii
KATA PENGANTAR
Kami memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
dan hidayah-Nya buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi DKI Jakarta edisi
Agustus 2018 ini dapat diselesaikan dengan baik. Buku ini merupakan terbitan rutin triwulanan,
yang pada edisi ini menganalisis dan mengevaluasi kondisi perekonomian DKI Jakarta khususnya
pada triwulan II 2018, serta asesmen prospek ekonomi untuk triwulan berjalan serta keseluruhan
tahun 2018, berdasarkan realisasi data hingga bulan Agustus 2018.
Secara ringkas, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II 2018 mengalami pertumbuhan yang
cukup baik, meskipun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan
tersebut ditopang oleh menguatnya konsumsi rumah tangga, sejalan dengan datangnya momen
bulan puasa dan Idul Fitri, dan juga mendorong lapangan usaha perdagangan. Namun, aktivitas
pembangunan infrastruktur di Ibu Kota yang tidak semasif periode sebelumnya berdampak pada
melemahnya investasi, khususnya investasi bangunan, dan menyebabkan tertahannya
pertumbuhan ekonomi di triwulan laporan.
Kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada berbagai pihak, antara lain BPS
Provinsi DKI Jakarta, SKPD Provinsi DKI Jakarta, narasumber yang kami undang dalam Focus
Group Discussion serta pihak-pihak lainnya, atas perolehan data dan informasi yang digunakan
dalam penyusunan buku ini. Harapan kami, kajian ini dapat menjadi sumber referensi bagi para
pemangku kepentingan dan pemerhati ekonomi Jakarta serta dapat memberikan manfaat bagi
pembangunan ekonomi Provinsi DKI Jakarta. Masukan dan saran dari berbagai pihak juga kami
harapkan untuk dapat meningkatkan kualitas kajian buku KEKR ini.
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi
kita dalam berkarya.
Jakarta, Agustus 2018
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI DKI JAKARTA
ttd.
Trisno Nugroho Kepala Perwakilan
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
iv
Halaman ini sengaja dikosongkan
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Daftar Isi
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
RINGKASAN UMUM
TABEL INDIKATOR EKONOMI TERPILIH
halaman
halaman
halaman
halaman
iii
v
vii
x
BAB I. PEREKONOMIAN GLOBAL DAN NASIONAL halaman 1 A. Perekonomian Global halaman 2
B. Perekonomian Nasional halaman 3 C. Bauran Kebijakan halaman 8
BAB II. EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 11
A. Komponen Permintaan halaman 11 B. Komponen Penawaran (Lapangan Usaha) halaman 21
Boks 1 Jakarta Investment Center, Mercusuar Pengembangan Investasi DKI Jakarta
halaman 28
Boks 2 Prospek Otomotif DKI Jakarta halaman 32
BAB III. KEUANGAN PEMERINTAH halaman 36 A. Pendapatan Daerah halaman 36
B. Belanja Daerah halaman 38 C. Pembiayaan halaman 39
BAB IV. INFLASI halaman 42
A. Perkembangan dan Program Pengendalian Inflasi Tw II 2018 halaman 42 B. Tracking Inflasi Tw III 2018 halaman 49
C. Program Pengendalian Inflasi Tw III 2018 halaman 51
BAB V. STABILITAS KEUANGAN DAERAH SERTA PENGEMBANGAN KEUANGAN DAN UMKM
halaman 54
A. Perkembangan Kinerja Perbankan halaman 55 B. Stabilitas Keuangan Daerah halaman 61
C. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM halaman 73
BAB VI. SISTEM PEMBAYARAN halaman 78 A. Pengelolaan Uang halaman 78
B. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran halaman 80
BAB VII. KESEJAHTERAAN halaman 83 A. Tingkat Kemiskinan halaman 83
B. Perkembangan Indeks Rasio Gini halaman 89
BAB VIII. PROSPEK PEREKONOMIAN A. Prospek Perekonomian Global dan Nasional
B. Prospek Perekonomian DKI Jakarta
halaman halaman halaman
92 92 94
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
vi
Halaman ini sengaja dikosongkan
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Ringkasan Umum
vii
RINGKASAN UMUM
Memasuki tengah tahun 2018, perekonomian DKI Jakarta tetap tumbuh baik dengan capaian yang lebih
tinggi dibandingkan dengan nasional. Hal tersebut mengindikasikan masih terjaganya momentum akselerasi
pertumbuhan ekonomi Ibu Kota, yang kali ini didukung oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga, seiring
dengan datangnya momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.
Untuk tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi secara nasional, dan dengan tetap mengutamakan
kestabilan ekonomi makro dan sistem keuangan, Bank Indonesia pada Agustus 2018 memutuskan untuk
menaikkan suku bunga BI 7-day Reverse Repo Rate menjadi 5,50%. Dengan demikian, suku bunga tersebut
telah mengalami penyesuaian sebesar 75 basis poin sejak Mei 2018. Kebijakan tersebut ditempuh sebagai
bagian dari bauran kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik
dan mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman. Bank Indonesia juga melanjutkan
upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya dengan tetap mendorong bekerjanya
mekanisme pasar. Langkah-langkah tersebut diharapkan dapat tetap menjaga kestabilan perekonomian
nasional dan DKI Jakarta yang berkualitas.
Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II 2018 mengalami pertumbuhan yang cukup baik, yaitu 5,93%
(yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (5,99% yoy). Pertumbuhan
ekonomi pada triwulan II ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang menguat, seiring dengan datangnya
momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang mendorong belanja masyarakat lebih tinggi. Hal tersebut
turut memberikan efek positif terhadap lapangan usaha (LU) perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil
dan sepeda motor yang juga tumbuh meningkat. Lebih lanjut, konsumsi Lembaga Non-Publik yang Melayani
Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, dipengaruhi oleh
pelaksanaan Pilkada serentak di bulan Juni. Belanja pegawai yang cukup besar, khususnya melalui
pencairan THR turut memperbaiki pertumbuhan konsumsi pemerintah yang kembali tumbuh positif, setelah
pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi. Di sisi lain, perlambatan disebabkan oleh melemahnya
komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) atau investasi, khususnya investasi bangunan, sejalan
dengan aktivitas pembangunan infrastruktur pada triwulan II yang cenderung rendah. Hal tersebut juga
berdampak pada pertumbuhan LU konstruksi yang melambat.
Pada perkembangan harga, inflasi DKI Jakarta pada triwulan II 2018 tetap terkendali dan tercatat sebesar
3,31% (yoy). Pencapaian ini sejalan dengan sasaran inflasi nasional tahun 2018 yang ditetapkan sebesar
3,5% ± 1. Terjaganya kesinambungan pasokan pangan dan semakin solidnya program pengendalian inflasi
yang dilakukan oleh TPID DKI Jakarta, berkontribusi terhadap stabilitas perkembangan inflasi hingga paruh
pertama tahun 2018. Terjaganya inflasi pangan tersebut juga didukung oleh tiadanya kebijakan harga
energi yang berdampak tinggi pada inflasi, sehingga stabilitas harga dapat terjaga ditengah tingginya
tingkat permintaan masyarakat pada momen bulan puasa dan Idul Fitri.
Dari sisi kesejahteraan, kinerja perekonomian Jakarta yang cukup baik memberikan dampak positif pada
kesejahteraan masyarakat Jakarta yang ditandai dengan turunnya tingkat kemiskinan di Ibu Kota.
Melambatnya pertumbuhan garis kemiskinan, yang diimbangi oleh meningkatnya pendapatan masyarakat
kelompok ekonomi bawah menjadi faktor pendorong membaiknya kondisi kesejahteraan di Jakarta. Hal
tersebut didukung oleh terjaganya harga-harga komoditas utama yang dikonsumsi masyarakat bawah,
yang berkontribusi besar dalam menahan laju peningkatan garis kemiskinan. Selain ditandai dengan
turunnya tingkat kemiskinan, membaiknya ekonomi sosial Jakarta juga diikuti oleh lebih rendahnya
ketimpangan pendapatan dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Meskipun pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta sedikit melambat, hal tersebut tidak memberikan dampak
yang cukup signifikan terhadap sektor finansial dan korporasi. Secara umum, kondisi stabilitas keuangan di
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Ringkasan Umum
viii
DKI Jakarta masih terjaga di tingkat yang aman. Aset perbankan tumbuh membaik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, terutama disebabkan oleh peningkatan pertumbuhan kredit ditengah melambatnya
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Dari sisi risiko kredit, NPL perbankan sedikit membaik dan relatif
terjaga di dalam batas aman dengan rasio masih di bawah 5%. Di sisi lain, Kinerja korporasi masih
menunjukkan perbaikan baik dari sisi likuiditas solvabilitas, dan rentabilitas. Walaupun terjadi penurunan
produktifitas namun hal tersebut masih bersifat musiman akibat libur panjang menyambut hari raya idul
fitri. Lebih lanjut, optimisme pasar masih positif dengan tumbuhnya sektor-sektor utama pendukung
ekonomi DKI Jakarta.
Pada sisi sistem pembayaran, meningkatnya konsumsi rumah tangga tercermin pada aktivitas transaksi
keuangan masyarakat. Respons yang searah terhadap kondisi tersebut terlihat dari net outflow uang tunai
yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, atau jumlah penarikan uang kartal dari kas Bank
Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut juga terjadi pada
sisi nontunai, yang tercermin dari transaksi melalui sistem kliring nasional yang juga mengalami
peningkatan.
Dengan memerhatikan kondisi ekonomi terkini, serta prospek dan tantangan ekonomi global dan nasional,
kinerja ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2018 diperkirakan tetap stabil dengan kecenderungan menguat.
Pada tahun 2017 pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,2%, dan pada tahun 2018 pertumbuhannya
diperkirakan berada pada kisaran 6,1%-6,5%. Indonesia, khususnya DKI Jakarta yang menjadi tuan rumah
Asian Games 2018 akan memberikan efek positif terhadap perekonomian. Ajang olahraga se-Asia tersebut
diperkirakan dapat mendorong sisi konsumsi rumah tangga, serta ekspor jasa melalui kunjungan wisatawan
mancanegara. Di sisi lain, realisasi inflasi DKI Jakarta pada triwulan II 2018 yang tetap stabil semakin
mendukung pencapaian sasaran inflasi nasional. Komitmen Pemerintah Pusat dan TPID Jakarta dalam
menjaga stabilitas harga, akan berkontribusi dalam membawa tingkat inflasi di Jakarta sesuai dengan
sasarannya. Namun, beberapa risiko masih membayangi dinamika perekonomian DKI Jakarta ke depan.
Dari sisi global, terdapat risiko pelemahan nilai tukar rupiah akibat dari memburuknya ekonomi Turki, serta
ancaman perang dagang yang dapat berdampak pada tertahannya ekspor barang Ibu Kota.
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Ringkasan Umum
ix
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Tabel Indikator Terpilih
x
TABEL INDIKATOR TERPILIH
Total I II III IV Total I II
Ekonomi Makro Regional
Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 5.9 6.5 6.1 6.4 5.9 6.2 6.0 5.9
Berdasarkan Lapangan Usaha:
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 0.9 0.2 0.1 0.5 0.4 0.3 0.2 0.2
2 Pertambangan dan Penggalian -1.5 -3.4 -0.1 2.2 2.0 0.2 2.9 1.9
3 Industri Pengolahan 3.7 6.4 6.1 8.3 8.8 7.4 8.3 6.4
4 Pengadaan Listrik dan Gas -0.5 -2.9 -10.4 26.6 34.0 11.3 32.9 43.8
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 2.2 2.5 1.2 2.7 5.3 2.9 2.5 2.5
6 Konstruksi 1.4 3.6 4.1 6.7 6.7 5.3 5.7 1.4
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4.6 5.1 3.7 6.7 6.8 5.6 6.5 6.9
8 Transportasi dan Pergudangan 12.5 10.8 9.4 8.4 7.2 8.9 9.7 9.4
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.8 7.4 7.3 5.6 3.2 5.8 3.6 4.3
10 Informasi dan Komunikasi 10.8 10.5 11.8 10.2 10.0 10.6 10.3 9.5
11 Jasa keuangan dan Asuransi 8.5 9.0 7.8 4.6 0.3 5.4 -1.9 -1.4
12 Real Estate 4.7 4.4 4.0 4.1 4.6 4.3 4.6 4.7
13 Jasa Perusahaan 8.4 8.7 8.9 7.9 7.3 8.2 8.1 7.7
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, Jaminan Sosial Wajib 3.3 -1.8 -0.1 -4.4 -1.8 -2.1 2.5 21.9
15 Jasa Pendidikan 7.0 6.3 3.0 3.2 1.5 3.4 5.4 4.7
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.8 8.2 7.1 7.1 5.9 7.0 6.6 6.4
17 Jasa Lainnya 8.5 9.0 9.1 9.3 8.5 9.0 9.5 8.0
Berdasarkan Permintaan:
1 Konsumsi 4.8 5.6 7.4 6.8 3.8 5.9 4.3 4.9
a. Pengeluran Konsumsi Rumah Tangga 5.5 6.0 6.0 5.3 5.5 5.7 5.5 5.6
b. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 11.7 21.3 18.0 8.1 4.1 12.4 5.9 6.3
c. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 0.2 -0.2 12.6 14.1 -3.3 5.8 -5.0 1.0
3 PMTB 1.6 4.0 3.9 8.6 8.1 6.2 8.1 4.7
4 Perubahan Inventori 67.1 130.5 50.3 2.4 1.1 30.2 9.7 5.3
5 Ekspor Luar Negeri 0.3 -3.9 -10.6 3.2 -1.7 -3.2 10.7 4.9
6 Impor Luar Negeri -2.3 4.7 1.0 21.7 14.7 10.4 17.0 13.5
7 Net Ekspor Antar Daerah 1.7 17.0 5.6 55.9 47.7 29.2 28.6 37.0
Ekspor
- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 10,969 2,207 2,142 2,482 2,432 9,263 2,394 2,339
- Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 3,010 666 623 630 675 2,595 657 662
Impor
- Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 47,002 12,725 12,692 14,855 15,763 56,034 15,974 15,186
- Volume Impor Non Migas (ribu ton) 29,343 7,123 7,378 7,986 8,542 31,030 8,365 7,930
Indeks Harga Konsumen 126.27 128.05 129.19 129.94 130.97 130.97 132.14 133.81
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) 2.37 3.43 3.94 3.69 3.72 3.72 3.23 3.16
Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 2,473 2,480 2,507 2,539 2,651 2,651 2,638 2,665
Kredit (Rp Triliun) 1,439 1,429 1,472 1,479 1,567 1,567 1,530 1,647
- Modal Kerja 800 797 839 841 882 882 860 948
- Investasi 444 434 431 437 476 476 460 477
- Konsumsi 194 198 203 201 208 208 210 222
Kredit UMKM (Rp Triliun) 125 126 128 130 142 142 137 140
Loan to Deposit Ratio (%) 58.19 57.63 58.70 58.24 59.09 59.09 57.99 61.78
NPL Gross (%) 2.90 2.87 2.61 2.55 2.14 2.14 2.13 2.00
Sistem Pembayaran
Transaksi Kliring (Rp Triliun)
- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Triliun) 33.5 7.5 8.1 7.6 8.0 31.2 7.5 8.3
- Rata-rata Harian Volume Transaksi (ribu) 1308.5 325.9 387.4 351.7 391.3 1456.3 371.1 412.2
Sumber: BPS, BI
20182017
Perbankan
Indikator2016
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
xi
Halaman ini sengaja dikosongkan
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Perekonomian Global dan Nasional
Bab 1
1
Bab 1
PEREKONOMIAN GLOBAL
DAN NASIONAL
Perkembangan ekonomi global hingga triwulan II 2018 menunjukkan ketidakpastian yang
meningkat di tengah dinamika pertumbuhan ekonomi dunia yang tidak merata. Ekonomi AS
tumbuh kuat didukung akselerasi konsumsi dan investasi. Sementara itu, ekonomi Eropa, Jepang
dan Tiongkok masih cenderung menurun. Ketidakpastian ekonomi global juga dipicu oleh
ketegangan perdagangan antara AS dengan sejumlah negara, yang mendorong kebijakan
balasan yang lebih luas, termasuk melalui pelemahan mata uang di tengah berlanjutnya
penguatan dolar AS secara global. Selain itu, gejolak ekonomi di Turki diperkirakan memiliki efek
rambatan sehingga menambah risiko ketidakpastian ekonomi global.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2018 semakin solid terutama didukung oleh
membaiknya permintaan domestik. Perekonomian Indonesia pada triwulan II 2018 meningkat
cukup tinggi yaitu tumbuh sebesar 5,27% (yoy) atau merupakan capaian tertinggi sejak tahun
2013. Kenaikan pertumbuhan ekonomi tersebut terutama didorong oleh konsumsi swasta dan
pemerintah. Meningkatnya pertumbuhan permintaan domestik kemudian berdampak pada
tingginya pertumbuhan impor, di tengah kinerja ekspor yang relatif terbatas. Secara spasial,
peningkatan kinerja ekonomi domestik didorong oleh membaiknya ekonomi di wilayah
Sumatera, Kalimantan, dan Papua, serta masih kuatnya ekonomi Jawa dan Sulawesi.
Dari sisi harga, inflasi tetap terkendali pada level yang rendah dan stabil didukung koreksi harga
pasca lebaran. Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2018 mencapai 3,18% (yoy), berada
dalam kisaran sasaran 3,5%±1% (yoy). Perlambatan inflasi IHK terutama didorong oleh deflasi
kelompok administered prices terutama koreksi subkelompok transpor pasca Idul Fitri. Bank
Indonesia dan Pemerintah akan terus memperkuat koordinasi kebijakan dalam pengendalian
inflasi sehingga inflasi tetap terjaga pada level yang rendah dan stabil. Di sisi lain, stabilitas sistem
keuangan masih tetap terjaga pada triwulan II 2018 yang tercermin dari membaiknya berbagai
indikator di sektor keuangan. Penguatan dolar AS yang terjadi dalam skala global berdampak
pada terdepresiasinya nilai tukar rupiah pada Juli 2018 tetapi dengan volatilitas yang menurun.
Fundamental ekonomi Indonesia yang terjaga dan langkah stabilisasi secara terukur yang
ditempuh Bank Indonesia diharapkan dapat menjaga volatilitas nilai tukar rupiah.
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Perekonomian Global dan Nasional
Bab 1
2
A. Perekonomian Global
Ketidakpastian ekonomi global meningkat di tengah dinamika pertumbuhan ekonomi dunia
yang tidak merata. Ekonomi AS tetap tumbuh kuat didukung akselerasi konsumsi dan investasi.
Sementara itu, ekonomi Eropa, Jepang dan Tiongkok masih cenderung menurun. Dengan
perkembangan tersebut, the Fed diprakirakan tetap melanjutkan rencana kenaikan Fed Fund
Rate (FFR) secara gradual, sementara European Central Bank (ECB) dan Bank of Japan ( BOJ)
cenderung masih menahan kenaikan suku bunga. Di samping kenaikan suku bunga FFR,
meningkatnya ketidakpastian ekonomi global dipicu oleh ketegangan perdagangan antara AS
dengan sejumlah negara, yang mendorong kebijakan balasan, termasuk melalui pelemahan
mata uang di tengah berlanjutnya penguatan dolar AS secara global. Ketidakpastian ekonomi
global semakin tinggi dengan munculnya risiko rambatan dari gejolak ekonomi di Turki yang
disebabkan oleh kerentanan ekonomi domestik, persepsi negatif terhadap kebijakan otoritas,
serta meningkatnya ketegangan hubungan Turki dengan AS.
Perekonomian AS tumbuh membaik ditopang oleh konsumsi yang solid dan akselerasi investasi.
Pada triwulan II 2018 ekonomi AS tercatat tumbuh 2,8% (yoy), meningkat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya 2,6% (yoy). Konsumsi tetap solid, ditopang oleh kinerja positif
tenaga kerja dan dampak lanjutan kebijakan fiskal. Sementara, akselerasi pertumbuhan fixed
investment didorong oleh meningkatnya investasi nonresidensial. Ke depan, normalisasi
kebijakan moneter AS akan terus berlanjut dengan peningkatan suku bunga Fed Fund Rate
(FFR) yang diperkirakan akan terjadi sebanyak empat kali. Selain itu, kebijakan fiskal melalui
corporate tax rate cut diperkirakan akan mendukung kinerja positif aktivitas investasi semester
kedua 2018.
Ekonomi Eropa tumbuh lebih melambat seiring melemahnya konsumsi dan investasi. Pada
triwulan II 2018, ekonomi Eropa tumbuh 2,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya 2,3% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi Eropa tersebut tercermin
dari berbagai indikator di antaranya keyakinan konsumen, Purchasing Manager Index (PMI),
dan Industrial Production (IP) yang menunjukkan penurunan. Ke depan, ekonomi Eropa
diperkirakan masih akan melambat karena ekspansi Euro yang terjadi sejak tahun 2018 sudah
melewati peak pada tahun ini. Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh Composit Leading Indicator
(CLI) OECD yang mengindikasikan perlambatan.
Di negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Tiongkok tumbuh melambat seiring
melambatnya permintaan domestik. Ekonomi Tiongkok pada triwulan II 2018 tumbuh 6,7%
(yoy), melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu 6,8% (yoy). Perlambatan
ekonomi Tiongkok tersebut bersumber dari investasi dan konsumsi, seiring kebijakan
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Perekonomian Global dan Nasional
Bab 1
3
deleveraging. Pemerintah Tiongkok menempuh kebijakan countercyclical melalui kebijakan
easing (moneter, fiskal, regulasi finansial, dan kebijakan lainnya) secara terkoordinasi.
Perekonomian Turki mengalami krisis karena kebijakan ekonomi populis pro-growth dan
memburuknya hubungan dengan AS, menyusul ancaman sanksi tarif oleh AS. Pertumbuhan
ekonomi Turki hingga tahun 2017 meningkat tajam hingga mencapai 7,42% (yoy), namun
bank sentral tidak merespons dengan baik kenaikan inflasi yang mencapai 15,9% pada Juli
2018. Selain itu, rasio utang luar negeri (ULN) Turki terhadap PDB meningkat ke 52,8% pada
tahun 2018 dengan porsi ULN jangka pendek mencapai 26%. Depresiasi Lira menimbulkan
kekhawatiran gagal bayar ULN yang akan berdampak terutama pada Eropa karena besarnya
ULN Turki pada perbankan Eropa.
Volume perdagangan dunia tumbuh lebih rendah sejalan dengan melambatnya perekonomian
Eropa, Tiongkok, dan Jepang serta eskalasi perang dagang. Di samping itu, lebih rendahnya
perdagangan dunia juga disebabkan oleh ekonomi AS yang lebih berorientasi domestik. Sejalan
dengan lebih rendahnya volume perdagangan dunia, harga komoditas juga mengalami
penurunan pada triwulan II 2018. Ke depan, ekonomi dunia diperkirakan tumbuh stabil, namun
diwarnai dengan meningkatnya divergensi perekonomian AS dengan negara lainnya.
B. Perekonomian Nasional
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II 2018 semakin solid didukung oleh
membaiknya permintaan domestik. Pada triwulan II 2018, ekonomi Indonesia tumbuh 5,27%
(yoy). Angka pertumbuhan tersebut lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang
mencapai 5,06% dan merupakan yang tertinggi sejak tahun 2013. Pendorong utama
pertumbuhan bersumber dari membaiknya permintaan domestik terutama meningkatnya
konsumsi swasta dan konsumsi pemerintah. Sementara itu, investasi tetap tumbuh tinggi,
meskipun melambat sejalan dengan berkurangnya hari kerja di bulan Juni 2018. Meningkatnya
pertumbuhan permintaan domestik kemudian berdampak pada tingginya pertumbuhan impor,
di tengah kinerja ekspor yang relatif terbatas.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi swasta baik dari rumah tangga maupun Lembaga Nonprofit
melayani Rumah Tangga (LNPRT) mencatatkan pertumbuhan tinggi. Pertumbuhan konsumsi
rumah tangga tercatat 5,14% (yoy) tertinggi sejak 2014, didukung oleh perbaikan pendapatan
dan keyakinan konsumen serta terjaganya inflasi. Konsumsi LNPRT tumbuh 8,71% (yoy)
ditopang oleh penyelenggaraan Pilkada serentak yang meliputi sebagian besar wilayah Jawa.
Belanja pemerintah juga membaik dengan tumbuh 5,26% (yoy) pada triwulan II 2018, lebih
tinggi dari triwulan sebelumnya, sehingga memberikan dorongan terhadap kuatnya
permintaan domestik.
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Perekonomian Global dan Nasional
Bab 1
4
Investasi masih kuat didorong oleh membaiknya permintaan domestik. Pembentukan Modal
Tetap Bruto (PMTB) pada triwulan II 2018 tetap tumbuh tinggi sebesar 5,87% (yoy), meskipun
melambat dari triwulan sebelumnya. Lebih lambatnya pertumbuhan terutama berasal dari
berkurangnya hari kerja pada periode libur lebaran di tengah masih berlanjutnya proyek
pembangunan infrastruktur.
Kuatnya permintaan domestik berdampak pada tingginya pertumbuhan impor terutama
barang modal dan bahan baku. Pada triwulan II 2018, impor tumbuh 15,17% (yoy) meningkat
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu 12,66% (yoy). Impor barang modal tumbuh
kuat terutama pada mesin dan peralatan. Impor suku cadang dan peralatan meningkat seiring
positifnya prospek pertambangan terutama batubara dan logam. Selain itu, tingginya impor
terkait dengan regulasi penanaman modal dan turunannya yang membebaskan bea masuk
impor mesin, barang dan bahan untuk pembangunan. Impor bahan baku juga berada dalam
tren yang meningkat, terutama bahan baku industri olahan untuk mendukung sektor
manufaktur dan sektor infrastruktur.
Namun, akselerasi impor tidak diimbangi dengan akselerasi kinerja ekspor. Pada triwulan II
2018 ekspor hanya tumbuh sebesar 7,70% (yoy). Meskipun membaik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekspor tidak secepat akselerasi pertumbuhan impor.
Kinerja ekspor terutama ditopang oleh membaiknya ekspor manufaktur, komoditas
pertambangan, dan ekspor jasa. Kinerja ekspor manufaktur didukung oleh ekspor kimia dan
besi baja. Sementara itu, ekspor pertambangan didukung oleh batubara dan nikel, sejalan
dengan tingginya harga di pasar internasional.
Tabel 1.1 Tabel Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (% yoy)
Membaiknya permintaan domestik direspons oleh sisi penawaran. Dari sisi lapangan usaha (LU),
perbaikan permintaan domestik tercermin pada kinerja LU Perdagangan, LU Pertanian, LU
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, serta LU jasa-jasa lainnya yang utamanya di jasa
administrasi pemerintahan, jasa perusahaan, dan jasa kesehatan. Sementara itu, kinerja LU
Konsumsi Rumah Tangga 4.94 4.95 4.93 4.97 4.95 4.95 5.14
Konsumsi LNPRT 8.07 8.52 6.02 5.24 6.91 8.09 8.71
Konsumsi Pemerintah 2.69 -1.92 3.48 3.81 2.14 2.74 5.26
Investasi 4.77 5.34 7.08 7.27 6.15 7.95 5.87
Investasi Bangunan 5.87 6.07 6.28 6.68 6.24 6.16 5.02
Investasi Nonbangunan 1.46 3.23 9.47 9.03 5.90 13.57 8.41
Ekspor 8.41 2.80 17.01 8.50 9.09 6.09 7.70
Impor 4.81 0.20 15.46 11.81 8.06 12.66 15.17
Pertumbuhan Domestik Bruto 5.01 5.01 5.06 5.19 5.07 5.06 5.27
Sumber: Badan Pusat Statistik
IIKomponen
2017
TotalI III IV I II
2018
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Perekonomian Global dan Nasional
Bab 1
5
Industri Pengolahan dan LU Konstruksi yang melambat terkait dengan jumlah hari kerja karena
periode libur lebaran pada Juni 2018 yang lebih panjang daripada 2017.
Tabel 1.2 Tabel Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran (% yoy)
Secara spasial, ekonomi daerah tumbuh meningkat pada triwulan II 2018. Peningkatan tersebut
berasal dari membaiknya ekonomi Sumatera, Kalimantan, dan Papua, serta masih kuatnya
ekonomi Jawa dan Sulawesi. Dari 34 provinsi, 23 di antaranya tumbuh lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi terjadi di Papua (24,68%)
didorong tingginya pertumbuhan sektor pertambangan yaitu tembaga. Sementara, NTB
menjadi satu-satunya provinsi dengan pertumbuhan negatif (-0,83%) karena menurunnya
produksi konsentrat tembaga.
Gambar 1.1 Peta Pertumbuhan Ekonomi Daerah Triwulan I-2018 (% yoy)
Sumber: BPS, diolah
Dari sisi harga, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2018 tetap terkendali dan berada
dalam kisaran sasaran inflasi. Inflasi IHK pada Juli 2018 mencapai 3,18% (yoy), berada dalam
kisaran sasaran 3,5%±1% (yoy). Inflasi IHK meningkat dibandingkan dengan bulan lalu sebesar
I II III IV Total I II
PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN 7.15 3.23 2.77 2.24 3.81 3.29 4.76
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN (1.22) 2.12 1.84 0.08 0.69 0.74 2.21
INDUSTRI PENGOLAHAN 4.28 3.50 4.85 4.46 4.27 4.56 3.97
PENGADAAN LISTRIK 1.60 (2.53) 4.88 2.27 1.54 3.31 7.56
4.39 3.67 4.82 5.53 4.61 3.59 3.94
KONSTRUKSI 5.96 6.94 6.98 7.23 6.79 7.35 5.73
4.61 3.47 5.20 4.47 4.44 4.93 5.24
TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN 8.06 8.80 8.88 8.21 8.49 8.59 8.59
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN MAKAN MINUIM 5.27 5.73 5.69 5.49 5.55 5.45 5.75
INFORMASI DAN KOMUNIKASI 10.48 11.06 8.82 8.99 9.81 8.52 6.06
JASA KEUANGAN 5.99 5.94 6.16 3.85 5.48 4.33 3.02
REAL ESTAT 3.66 3.73 3.60 3.73 3.68 3.23 3.11
JASA PERUSAHAAN 6.83 8.24 9.37 9.25 8.44 8.04 8.89
0.23 (0.03) 0.69 6.95 2.06 5.79 7.20
JASA PENDIDIKAN 4.05 0.88 3.62 5.89 3.66 4.83 4.94
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN LAINNYA 7.06 6.32 7.51 6.31 6.79 6.06 7.07
JASA LAINNYA 7.90 8.51 9.31 8.87 8.66 8.42 9.22
PRODUK DOMESTIK BRUTO 5.01 5.01 5.06 5.19 5.07 5.06 5.27
Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)
PENGADAAN AIR
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
JASA PEMERINTAHAN
LAPANGAN USAHA20182017
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Perekonomian Global dan Nasional
Bab 1
6
3,12% (yoy) didorong oleh kenaikan inflasi kelompok inti dan volatile food, di tengah
melambatnya inflasi administered prices. Secara bulanan, inflasi IHK mencapai 0,28% (mtm),
melambat dibandingkan dengan bulan lalu sebesar 0,59% (mtm) yang bersumber dari koreksi
tarif angkutan pasca Idul Fitri. Dengan perkembangan tersebut, sampai dengan bulan Juli,
inflasi IHK telah mencapai 2,18% (ytd). Terkendalinya inflasi didukung oleh pasokan yang
memadai dan dampak positif berbagai kebijakan stabilisasi pangan yang ditempuh Pemerintah
serta koordinasi dengan Bank Indonesia.
Terkendalinya inflasi IHK didukung oleh inflasi kelompok inti yang tetap terkendali di tengah
kenaikan inflasi kelompok jasa. Inflasi inti tercatat sebesar 2,87% (yoy) pada Juli 2018,
meningkat dari bulan sebelumnya 2,72% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh
meningkatnya kelompok inflasi inti traded dan nontraded. Dari sisi inflasi barang dan jasa,
peningkatan inflasi inti didorong oleh kelompok jasa, sementara kelompok barang relatif stabil.
Terkendalinya inflasi inti hingga Juli 2018 tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank
Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai
tukar sesuai fundamentalnya. Secara bulanan inflasi inti tercatat sebesar 0,41% (mtm), lebih
tinggi dibandingkan bulan lalu sebesar 0,24% (mtm).
Inflasi kelompok volatile food pada Juli 2018 stabil dibandingkan bulan lalu, namun lebih tinggi
dibandingkan dengan historis pasca Idul Fitri. Inflasi volatile food pada Juli 2018 tercatat sebesar
0,90% (mtm), stabil dibandingkan dengan inflasi bulan lalu sebesar 0,90% (mtm). Angka
tersebut lebih tinggi dari historisnya pasca Idul Fitri empat tahun terakhir seiring dengan inflasi
daging ayam ras dan telur ayam ras yang lebih tinggi dibandingkan historisnya. Sementara,
komoditas bawang merah, cabai merah dan daging sapi mengalami deflasi.
Kelompok administered prices pada Juli 2018 mengalami koreksi lebih dalam dibandingkan
dengan historisnya pasca Idul Fitri. Kelompok administered prices mencatat deflasi sebesar
0,68% (mtm), setelah bulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 1,38% (mtm). Deflasi
tersebut lebih rendah dari historis deflasi administered prices pasca Idul Fitri empat tahun
terakhir, terutama disebabkan karena lebih dalamnya deflasi angkutan udara dan angkutan
antarkota dibandingkan dengan historisnya. Tarif angkutan udara mengalami deflasi sebesar
12,34% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 14,91%
(mtm) dan historisnya pasca Idul Fitri yaitu inflasi 1,84% (mtm). Sejalan dengan itu, deflasi tarif
angkutan antarkota bulan Juli 2018 mencapai 10,78% (mtm), lebih rendah dibandingkan
dengan bulan lalu dan historisnya yaitu masing-masing inflasi 11,42% (mtm) dan deflasi 7,11%
(mtm).
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Perekonomian Global dan Nasional
Bab 1
7
Secara spasial, inflasi di seluruh daerah terjaga dalam rentang sasaran 3,5%±1%. Inflasi tercatat
cukup rendah hampir di seluruh kawasan. Hanya Papua yang mencatatkan inflasi di atas kisaran
target, yakni sebesar 5,32% (yoy) terutama disumbang komoditas ikan segar karena kurangnya
pasokan akibat pengaruh cuaca. Secara umum, inflasi inti di seluruh kawasan lebih rendah
sejalan dengan perubahan struktural yang lebih baik. Sementara itu, inflasi volatile food lebih
rendah bersumber dari rendahnya inflasi beras dan hortikultura. Inflasi administered prices
relatif sama seiring koreksi tarif angkutan pada bulan Juli 2018 di tengah asumsi kurs dan harga
minyak dunia yang lebih tinggi. Terkendalinya inflasi di berbagai daerah tersebut tidak terlepas
dari semakin kuatnya koordinasi pengendalian inflasi melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah
(TPID).
Gambar 1.2 Peta Inflasi daerah Bulan Maret 2018 (% mtm)
Sumber: BPS, diolah
Nilai tukar Rupiah masih mengalami tekanan depresiasi, namun dengan volatilitas yang
menurun. Secara point-to-point, Rupiah melemah sebesar 3,94% pada triwulan II 2018 dan
0,62% pada Juli 2018. Perkembangan Rupiah pada bulan Juli tersebut disertai dengan
volatilitas yang menurun, meskipun dolar AS terus mengalami penguatan secara luas. Secara
year to date (ytd) Rupiah terdepresiasi 7,04% atau lebih rendah dari India, Brazil, Afrika Selatan,
dan Rusia. Sementara itu, aliran modal asing telah kembali masuk ke pasar keuangan
domestik pada semua jenis aset.
Ke depan, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko ketidakpastian pasar keuangan global
dengan tetap melakukan langkah-langkah stabilisasi nilai tukar sesuai nilai fundamentalnya,
serta menjaga bekerjanya mekanisme pasar dan didukung upaya-upaya pengembangan pasar
keuangan. Kebijakan tetap ditopang oleh strategi intervensi ganda dan strategi operasi moneter
untuk menjaga kecukupan likuiditas khususnya di pasar uang Rupiah dan valas. Kebijakan Bank
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Perekonomian Global dan Nasional
Bab 1
8
Indonesia dalam meningkatkan efektivitas penyediaan swap valas dengan tingkat harga yang
lebih murah mampu meningkatkan minat peserta lelang di berbagai tenor dan menurunkan
premi swap pasar.
Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga pada triwulan II 2018 disertai intermediasi perbankan
yang membaik dan risiko kredit yang terjaga. Stabilitas sistem keuangan yang terjaga tercermin
pada rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan yang tinggi mencapai
22,0% dan rasio likuiditas (AL/DPK) yang masih aman yaitu sebesar 19,4% pada Juni 2018.
Selain itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah yaitu sebesar 2,7%
(gross) atau 1,2% (net).
Stabilitas sistem keuangan yang terjaga berkontribusi positif pada perbaikan fungsi intermediasi
perbankan. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Juni 2018 tercatat 7,0% (yoy), naik
dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya yang mencapai 6,5% (yoy).
Pertumbuhan kredit pada Juni 2018 tercatat sebesar 10,7% (yoy), lebih tinggi dibandingkan
dengan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 10,3% (yoy). Dengan perbaikan ekonomi dan
kemajuan konsolidasi korporasi dan perbankan secara keseluruhan, Bank Indonesia
memprakirakan pertumbuhan kredit akan lebih baik pada 2018 yaitu dalam kisaran 10-12%
(yoy). Sementara itu, pertumbuhan DPK diperkirakan sedikit lebih rendah yaitu dalam kisaran
8,0-10,0% (yoy).
C. Bauran Kebijakan
Berdasarkan kondisi perekonomian terkini serta prospek dan risiko ke depan, Rapat Dewan
Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 14-15 Agustus 2018 memutuskan untuk menaikkan BI
7-day Reverse Repo Rate (BI 7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,50%, suku bunga Deposit Facility
sebesar 25 bps menjadi 4,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi
6,25%. Keputusan tersebut konsisten dengan upaya untuk mempertahankan daya tarik pasar
keuangan domestik dan mengendalikan defisit transaksi berjalan dalam batas yang aman. Bank
Indonesia menghargai dan mendukung keseriusan dan langkah-langkah konkrit Pemerintah
untuk menurunkan defisit transaksi berjalan dengan mendorong ekspor dan menurunkan
impor, termasuk penundaan proyek-proyek Pemerintah yang memiliki kandungan impor tinggi.
Bank Indonesia akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait
untuk menjaga stabilitas ekonomi dan ketahanan eksternal dalam kondisi ketidakpastian
perekonomian global yang masih tinggi.
Bank Indonesia juga melanjutkan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai kondisi
fundamentalnya dengan tetap mendorong bekerjanya mekanisme pasar. Kebijakan tersebut
didukung penguatan strategi operasi moneter dengan memperkuat konvergensi suku bunga
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Perekonomian Global dan Nasional
Bab 1
9
pasar uang antar bank dengan suku bunga kebijakan moneter (BI 7DRR) untuk memperkuat
efektivitas transmisi kebijakan moneter. Bank Indonesia juga melanjutkan langkah-langkah
akselerasi pendalaman pasar keuangan. Di pasar uang, keberhasilan implementasi IndONIA
sebagai suku bunga acuan pasar uang akan diikuti dengan pengembangan instrumen OIS
(Overnight Index Swap) dan IRS (Interest Rate Swap) sehingga mampu mendukung
pembentukan struktur suku bunga pasar yang lebih efisien. Di pasar valas, Bank Indonesia
meningkatkan efektivitas penyediaan swap valas baik dalam rangka operasi moneter maupun
dalam rangka hedging dengan tingkat harga yang lebih murah. Berbagai kebijakan tersebut
diyakini akan memperkuat alternatif instrumen pengelolaan likuiditas di pasar dan mendukung
stabilitas nilai tukar tukar Rupiah.
Bank Indonesia memandang bauran kebijakan yang telah ditempuh sebelumnya dan respons
saat ini konsisten dengan upaya menjaga inflasi agar tetap berada dalam kisaran sasaran
3,5±1% pada 2018 dan 2019 serta mengelola ketahanan sektor eksternal. Ke depan, Bank
Indonesia akan terus mencermati perkembangan dan prospek perekonomian domestik
maupun global, untuk memperkuat respons bauran kebijakan dalam menjaga stabilitas
makroekonomi dan sistem keuangan.
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Perekonomian Global dan Nasional
Bab 1
10
Halaman ini sengaja dikosongkan
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
11
Bab 2
EKONOMI MAKRO REGIONAL
Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II 2018 melambat dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan sebelumnya. Kinerja perekonomian DKI Jakarta pada tengah tahun 2018 tercatat 5,93%
(yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,99% (yoy).
Salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan ekonomi Ibukota yaitu melemahnya komponen
Pertumbuhan Modal tetap Bruto (PMTB) atau investasi, sejalan dengan melambatnya investasi
bangunan karena aktivitas pembangunan pada triwulan II yang cenderung lebih rendah. Di sisi
lain, kemampuan konsumsi rumah tangga di DKI Jakarta pada triwulan II 2018 menguat dan
mencatat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut
tidak terlepas dari momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang mendorong belanja
masyarakat lebih tinggi.
Pada sisi Lapangan Usaha (LU), menguatnya konsumsi rumah tangga turut mendorong
pertumbuhan LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Namun,
relatif rendahnya aktivitas pembangunan infrastruktur di triwulan laporan berdampak pada LU
konstruksi yang tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Aktivitas kontruksi
yang melambat tersebut juga menahan pertumbuhan LU Industri Pengolahan sehingga tidak
dapat tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Memasuki triwulan III 2018, perekonomian DKI Jakarta diperkirakan akan kembali menemukan
momentum peningkatan pertumbuhan. Kondisi tersebut akan didukung oleh penyelenggaraan
Asian Games 2018, dengan DKI Jakarta sebagai salah satu kota penyelenggara bersama dengan
Palembang. Perhelatan Asian Games tersebut akan mendorong ekspor, khususnya ekspor jasa
melalui kunjungan para atlet, delegasi, dan para pendukung dari negara-negara yang bertanding.
Hal tersebut juga akan mendorong pertumbuhan LU Perdagangan melalui penjualan
cinderamata, maupun produk-produk lain yang hanya ditemukan di Jakarta.
A. Komponen Permintaan
Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan II 2018 melambat dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan sebelumnya. Kinerja pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan tercatat sebesar
5,93% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh
sebesar 5,99% (yoy)1. Arah pertumbuhan ekonomi yang melambat di triwulan II tahun ini
1 Berdasarkan rilis data pertumbuhan ekonomi triwulan II 2018 oleh BPS Provinsi DKI Jakarta, terdapat koreksi angka pertumbuhan
ekonomi DKI Jakarta triwulan I 2018, dari sebelumnya 6,02% (yoy) menjadi 5,99% (yoy)
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
12
mengulang pola serupa pada triwulan II tahun sebelumnya (Grafik 2.1). Melambatnya
pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi kawasan Jawa
pada triwulan II 2018 yang tercatat 5,69% (yoy), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya
yakni sebesar 5,75% (yoy) (Grafik 2.2).
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta
Grafik 2.2 Pertumbuhan Ekonomi Nasional, Kawasan Jawa, dan DKI Jakarta
Konsumsi rumah tangga (RT) menjadi komponen yang mampu mendorong pertumbuhan
ekonomi pada triwulan II, dengan realisasi pertumbuhan sebesar 5,63% (yoy), meningkat
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (5,49% yoy). Momen bulan puasa dan
hari raya Idul Fitri menjadi faktor utama yang mendorong pertumbuhan konsumsi RT pada
triwulan laporan. Adanya kedua momen tersebut mendorong perilaku belanja masyarakat yang
lebih tinggi dibandingkan dengan periode lainnya. Di sisi lain, pencairan Tunjangan Hari Raya
(THR) yang diterima oleh seluruh pekerja, baik karyawan swasta maupun PNS turut memberikan
ruang finansial yang lebih tinggi bagi setiap rumah tangga, sehingga hal tersebut berbanding
lurus dengan peningkatan kemampuan belanja. Meningkatnya kemampuan belanja rumah
tangga tercermin dari pertumbuhan konsumsi barang dan konsumsi makanan minuman yang
lebih baik dari triwulan sebelumnya (Grafik 2.3). Selain itu, ketiadaan asisten rumah tangga pada
saat libur panjang Idul Fitri terindikasi mendorong perilaku masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan makan di restoran, sehingga hal tersebut mendorong pertumbuhan konsumsi
restoran dan hotel yang lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.4).
Sumber: BPS, diolah Sumber: SPE Bank Indonesia
Grafik 2.3 Pertumbuhan Barang dan Makanan Minuman
Grafik 2.4 Pertumbuhan Konsumsi Restoran dan Hotel
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
13
Tingkat ekspektasi konsumsi masyarakat Jakarta pada triwulan laporan masih terjaga pada level
yang positif, yang mengindikasikan menguatnya konsumsi rumah tangga. Ekspektasi positif
tersebut tercermin dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, dengan keseluruhan komponen
yaitu Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi saat ini (IKE), dan Indeks
Ekspektasi Konsumen (IEK) berada pada zona optimis (Grafik 2.5). Tingkat optimisme
masyarakat pada triwulan II cenderung mengalami stagnasi, atau hanya meningkat terbatas
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Optimisme yang stagnan dipengaruhi oleh
ketersediaan lapangan pekerjaan di Ibukota yang belum sesuai dengan harapan masyarakat,
sebagaimana tercermin dari Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja yang berada di zona pesimis
(Grafik 2.6). Lapangan pekerjaan yang tersedia sebagian umumnya terkait dengan sektor
informal. Kendati demikian, pemberian THR kepada para pekerja di Ibukota telah
meningkatkan kemampuan konsumsi pada triwulan laporan yang tercermin dari Indeks
Penghasilan Konsumen triwulan II yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (Grafik 2.6).
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 2.5 Indeks Survei Konsumen Grafik 2.6 Indeks Penghasilan Konsumen dan Ketersediaan Lapangan Kerja
Tetap kuatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan juga tercermin melalui hasil
liaison2 terhadap beberapa perusahaan di DKI Jakarta. Hasil liaison terkait kondisi penjualan
domestik ditunjukkan oleh grafik skala likert penjualan domestik yang tetap berada pada level
positif (Grafik 2.7). Skala likert menunjukkan kondisi penjualan domestik secara umum lebih
baik dibandingkan dengan periode sebelumnya. Di sisi lain, meningkatnya konsumsi rumah
tangga pada triwulan II tercermin dari tingkat persediaan perusahaan yang turun (Grafik 2.8).
Hal tersebut mengindikasikan tingkat persediaan atau inventory perusahaan yang berkurang
seiring dengan naiknya tingkat penjualan.
2 Kegiatan Liaison adalah kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang dilakukan secara periodik melalui wawancara langsung/tidak langsung
kepada pelaku usaha/institusi lainnya mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha dengan cara yang sistematis dan didokumentasikan dalam bentuk laporan dan likert scale.
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
14
Sumber: Liaison Bank Indonesia, diolah Sumber: Liaison Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.7 Skala Likert Penjualan Domestik
Grafik 2.8 Skala Likert Persediaan
Sementara itu, penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di beberapa
daerah pada bulan Juni 2018 lalu turut berkontribusi positif pada kinerja ekonomi DKI Jakarta,
yang tercermin dari meningkatnya pertumbuhan konsumsi Lembaga Non-Publik yang Melayani
Rumah Tangga (LNPRT). Konsumsi LNPRT pada triwulan II mengalami pertumbuhan 6,28%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar
5,93% (yoy). Dengan adanya pelaksaan pilkada serentak pada triwulan laporan, partai-partai
politik yang seluruhnya memiliki kedudukan kantor pusat di Ibukota cenderung mengeluarkan
anggaran belanja lebih banyak, khususnya untuk membiayai logistik para saksi dan relawan
yang menjaga di tempat pemungutan suara (TPS), serta untuk rapat konsolidasi dalam rangka
pemantauan hasil pilkada. Kegiatan belanja dan penggunaan anggaran partai politik tersebut
sebagain besar tercatat sebagai konsumsi LNPRT DKI Jakarta, sehingga berdampak positif pada
pertumbuhan ekonomi Ibukota.
Memasuki triwulan III 2018, konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh lebih baik
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Salah satu momen positif yang dapat menopang
pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan berjalan adalah datangnya tahun ajaran
baru. Pada periode tahun ajaran baru ini, belanja masyarakat cenderung akan mengalami
peningkatan, khususnya untuk pembelian keperluan sekolah dan pakaian seragam. Tetap
kuatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan berjalan juga sejalan dengan
ekspektasi dunia usaha. Pertumbuhan konsumsi yang masih kuat terlihat dari konfirmasi
kepada kalangan usaha yang diperoleh dari kegiatan liaison, dan tercermin pula pada skala
likert perkiraan penjualan yang tetap positif, sejalan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.9).
Ekspektasi masyarakat pada triwulan berjalan diperkirakan tetap terjaga, yang terindikasi dari
perkembangan terkini indeks Survei Konsumen Bank Indonesia, khususnya Indeks Ekspektasi
Konsumen pada posisi bulan Juli 2018 yang lebih baik dibandingkan dengan posisi bulan
sebelumnya (Grafik 2.10).
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
15
Sumber: Liaison Bank Indonesia, diolah Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 2.9 Skala Likert Perkiraan Penjualan
Grafik 2.10 Perkembangan Terkini Survei Konsumen
Di sisi lain, penyelenggaraan Asian Games 2018 pada bulan Agustus hingga September 2018
diperkirakan dapat mendorong belanja masyarakat, khususnya belanja souvenir dan
pakaian/jersey Indonesia yang dapat digunakan ketika mendukung Indonesia berlaga di Asian
Games. Kemudian, dalam rangka memeriahkan gelaran Asian Games, DKI Jakarta akan
menyelenggarakan Festival Jakarta Great Sale yang berlangsung dari tanggal 12 Agustus
hingga 4 September 2018. Pada festival ini akan terdapat banyak tawaran potongan harga
untuk berbagai barang di seluruh pusat belanja di Jakarta, sehingga hal tersebut dapat menjadi
daya tarik masyarakat meningkatkan aktivitas belanjanya.
Konsumsi pemerintah pada triwulan II 2018 kembali tumbuh positif, setelah pada triwulan
sebelumnya mengalami kontraksi. Pertumbuhan konsumsi pemerintah pada triwulan laporan
tercatat sebesar 1,02% (yoy), sedangkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar -
4,99% (yoy). Pertumbuhan positif konsumsi pemerintah tersebut dikontribusi oleh belanja
pegawai melalui pencairan tunjangan hari raya (THR) dan juga gaji ke-13. Cukup besarnya
dampak pencairan THR dan gaji ke-13 terhadap kinerja konsumsi pemerintah disebabkan
karena besaran THR yang diterima pada tahun ini meningkat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Meningkatnya THR pada tahun ini karena komponen THR yang diberikan cukup
banyak yang meliputi gaji pokok, tunjangan keluarga, tunjangan tambahan, serta tunjangan
kinerja. Dengan berbagai komponen tersebut THR yang diterima hampir setara dengan gaji
satu bulan penuh.
Lebih lanjut pada sisi belanja Kementerian/Lembaga (K/L), penyerapan APBN sampai dengan
triwulan II 2018 telah mencapai 33,30% (Grafik 2.11). Realisasi serapan belanja ini lebih baik
dibandingkan dengan penyerapan pada triwulan II tahun lalu yang tercatat sebesar 29,36%. Di
sisi lain, penyerapan APBD DKI Jakarta sampai dengan triwulan II 2018 mencapai 28,7% dari
pagu anggaran keseluruhan tahun 2018. Sejalan dengan realisasi APBN, serapan belanja APBD
pada triwulan II tahun ini lebih baik dibandingkan dengan realisasi belanja pada triwulan II
tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 25,3% (Grafik 2.12)
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
16
Sumber: Ditjen Perbendaharaan Negara
Kantor Wilayah Jakarta
Sumber: Badan Pengelola Keuangan Daerah
(BPKD) DKI Jakarta
Grafik 2.11 Realisasi Belanja Kementerian/Lembaga di Jakarta
Grafik 2.12 Perkembangan Realisasi Belanja APBD DKI Jakarta
Konsumsi pemerintah pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh positif dan terakselerasi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi Pemerintah ini sejalan
dengan pola penyerapan belanja pada APBN maupun APBD yang cenderung meningkat pada
semester kedua. Penyerapan belanja pada semester kedua tahun berjalan akan lebih
dioptimalkan untuk merealisasikan proyek-proyek yang telah dianggarkan, agar dapat
mencapai target akhir tahun. Lebih lanjut, realisasi belanja APBD sampai dengan bulan Agustus
2018 telah mencapai 40,37%, hampir setara dengan realisasi keseluruhan triwulan III pada
tahun-tahun sebelumnya (Grafik 2.13). Dengan sisa waktu yang cukup leluasa sampai dengan
akhir triwulan III, diperkirakan penyerapan belanja APBD dapat melebihi realisasi tahun
sebelumnya.
Sumber: Laman Monitoring dan Evaluasi Pemprov DKI
Jakarta, diakses pada tanggal 21 Agustus 2018
Grafik 2.13 Perkembangan Terkini Realisasi Belanja APBD
Kinerja investasi DKI Jakarta pada triwulan II 2018 mengalami perlambatan. Perlambatan
investasi ini terlihat dari pertumbuhan komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
yang tercatat sebesar 4,70% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan pada
triwulan I sebesar 8,08% (yoy). Melambatnya pertumbuhan investasi tersebut terindikasi
disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan investasi bangunan, yang mendominasi komponen
PMTB DKI Jakarta (Grafik 2.14 dan 2.15). Investasi bangunan pada triwulan II hanya tumbuh
1,61% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
tercatat sebesar 5,91% (yoy). Di sisi lain investasi nonbangunan tetap tumbuh tinggi seperti
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
17
triwulan sebelumnya, yang didorong oleh meningkatnya akuisisi barang modal (Grafik 2.16).
Salah satu contoh akuisisi barang modal tersebut adalah didatangkannya dua rangkaian kereta
MRT Jakarta pada bulan April 2018.
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.14 Pertumbuhan Komponen PMTB Bangunan
Grafik 2.15 Perbandingan Nominal PMTB Bangunan dan Nonbangunan
Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.13 Pertumbuhan Komponen PMTB Nonbangunan
Melambatnya pertumbuhan investasi bangunan sejalan dengan beberapa pembangunan
konstruksi dan infrastruktur di ibukota, yang secara umum telah mencapai progress di atas
90%. Hal tersebut berdampak pada lebih rendahnya aktivitas pembangunan. Beberapa contoh
pembangunan infrastruktur tersebut antara lain proyek MRT Jakarta yang sampai dengan akhir
triwulan II 2018 telah mencapai progress 94,7%, dengan rincian 98,5% untuk konstruksi
bawah tanah dan 92,5% untuk konstruksi layang3. Proyek pembangunan transportasi lainnya
di Ibukota yang masih berlangsung dan sudah mulai memasuki tahap finishing antara lain
pembangunan moda transportasi LRT Jakarta. Sampai dengan penghujung triwulan II 2018
progres pembangunannya telah mencapai 79%.
Kinerja investasi ibukota pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh lebih baik dibandingkan
dengan triwulan II. Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan investasi diperkirakan
berasal dari investasi nonbangunan, khususnya investasi barang modal yang akan digunakan
untuk infrastruktur transportasi di Ibukota, seperti contohnya 8 rangkaian kereta LRT Jakarta
yang akan didatangkan secara bertahap sampai dengan September 2018. Di sisi lain, investasi
swasta diperkirakan masih memiliki ruang untuk tumbuh lebih baik, dan menopang kinerja
3 Sumber: Laman PT MRT Jakarta (www.jakartamrt.co.id)
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
18
pertumbuhan investasi DKI Jakarta. Hal tersebut terindikasi dari pertumbuhan penyaluran kredit
investasi yang mengalami uptrend selama tahun 2018 (Grafik 2.14 dan 2.15). Pembentukan
Jakarta Investment Center pada 31 Juli 2018 dapat menjadi faktor positif yang dapat
mendorong investasi swasta (selengkapnya terdapat pada boks Jakarta Investment Center,
Mercusuar Pengembangan Investasi DKI Jakarta).
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.14 Perkembangan Terkini Penyaluran Kredit Investasi Keseluruhan
Grafik 2.15 Perkembangan Terkini Penyaluran Kredit Investasi untuk Sektor
Korporasi
Dari sisi eksternal, kinerja ekspor luar negeri DKI Jakarta mengalami perlambatan, setelah pada
triwulan sebelumnya mencatat pertumbuhan yang cukup tinggi. Ekspor DKI Jakarta pada
triwulan II tumbuh sebesar 4,85% (yoy), sedangkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya
mencapai 10,74% (yoy). Ekspor yang melambat tersebut terjadi disebabkan melemahnya
pertumbuhan seluruh komponen ekspor, yaitu ekspor barang dan ekspor jasa (Grafik 2.16).
Kondisi ini juga terkonfirmasi dari perkembangan nilai ekspor pada triwulan II 2018 yang
tumbuh terbatas dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (Grafik 2.17).
Sumber: BPS, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 2.16 Pertumbuhan Ekspor Barang dan Ekspor Jasa DKI Jakarta
Grafik 2.17 Pertumbuhan Nilai Ekspor DKI Jakarta
Perlambatan pertumbuhan ekspor luar negeri Ibukota juga tercermin dari volume barang yang
dimuat di pelabuhan Tanjung Priok yang mengalami kontraksi. Pada triwulan laporan jumlah
barang yang dimuat untuk pengiriman luar negeri tercatat sebesar 2,2 juta ton, atau tumbuh -
33,60% (yoy) dibandingkan dengan jumlah tonase yang dimuat pada triwulan II tahun
sebelumnya. Kontraksi tersebut cukup dalam jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tumbuh sangat tinggi, yaitu mencapai 34,56% (yoy) (Grafik 2.18). Lebih lanjut,
perlambatan juga disebabkan oleh melemahnya pertumbuhan salah satu ekspor unggulan DKI
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
19
Jakarta, yaitu mobil. Ekspor mobil pada triwulan II 2018 mengalami kontraksi dengan
pertumbuhan -6,41% (yoy). Hal ini terindikasi disebabkan karena Indonesia, sejak awal triwulan
II 2018 menemui hambatan untuk mengekspor mobil ke salah satu negara pasar potensial,
yaitu Vietnam, yang sejalan dengan pemberlakuan regulasi di negara tersebut yang
memberikan syarat cukup ketat untuk impor mobil, antara lain mengenai emisi dan rating
keselamatan yang harus dipenuhi. Kontraksi ini lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang juga
tumbuh negatif, yaitu sebesar -2,33% (yoy) (Grafik 2.19).
Sumber: BPS, diolah Sumber: Gaikindo, diolah
Grafik 2.18 Jumlah Barang yang Dimuat di Pelabuhan Tanjung Priok
Grafik 2.19 Pertumbuhan Ekspor mobil
Di sisi lain, perlambatan pada kinerja ekspor luar negeri DKI Jakarta juga disebabkan oleh
melemahnya ekspor jasa melalui kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke DKI Jakarta.
Pada triwulan II 2018, ekspor jasa hanya mencatat pertumbuhan 4,22% (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,22% (yoy).
Melambatnya ekspor jasa tersebut tercermin dari jumlah kedatangan wisman yang lebih sedikit
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Selama bulan April hingga Juni 2018, jumlah
kunjungan wisman ke Ibukota tercatat sebanyak 597.246 dengan pertumbuhan hanya sebesar
1,29% (yoy). Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan kunjungan pada triwulan I
2018 yang tercatat sebanyak 659.030 orang (Grafik 2.20). Berkurangnya jumlah kedatangan
tamu mancanegara yang umumnya datang untuk urusan berbisnis atau MICE (meeting,
incentive, convention, and exhibition), sejalan dengan relatif sedikitnya penyelenggaraan MICE
pada masa bulan puasa yang jatuh pada triwulan II. Berkurangnya jumlah kunjungan wisman
pada triwulan II juga tercermin dari tingkat hunian hotel. Tingkat keterisian kamar hotel pada
triwulan II secara rata-rata sebesar 60%, lebih rendah dibandingkan dengan tingkat hunian
pada triwulan I yang tercatat sebesar 63% (Grafik 2.21).
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
20
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 2.20 Pertumbuhan Kunjungan Wisman ke DKI Jakarta
Grafik 2.21 Tingkat Hunian Hotel
Kinerja ekspor luar negeri DKI Jakarta pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh lebih baik
dibandingkan dengan triwulan II. Pertumbuhan yang lebih tinggi tersebut akan ditopang
melalui ekspor jasa dan kunjungan wisman. Estimasi tersebut berkaitan dengan
penyelenggaraan Asian Games pada tanggal 18 Agustus hingga 2 September 2018 di Jakarta,
yang akan dihadiri dan diikuti oleh sekitar 15.000 atlet dan ofisial dari 45 negara yang
bertanding, serta ratusan ribu pendukung dan supporter dari masing-masing negara4. Selain
Wisma Atlet yang digunakan sebagai pemusatan tempat tinggal para atlet yang bertanding,
hotel-hotel di Jakarta juga diperkirakan akan dipilih oleh para pengurus dan ofisial sebagai
lokasi menginap. Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyatakan, tingkat okupansi
hotel di Ibukota meningkat hingga 80% pada saat pelaksanaan Asian Games 2018. Selain itu,
kembali pulihnya ekspor kendaraan bermotor ke Vietnam, setelah tertahan sepanjang semester
I 2018 diharapkan dapat semakin mendorong kinerja ekspor.
Sejalan dengan pertumbuhan ekspor, kinerja impor DKI Jakarta pada triwulan II 2018 juga
mengalami perlambatan. Pertumbuhan impor DKI Jakarta pada triwulan II 2018 tercatat sebesar
13,46% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
mencapai 17,02% (yoy). Melambatnya kinerja impor tersebut tercermin dari pertumbuhan nilai
impor pada triwulan II yang melemah menjadi 7,48% (yoy), dari triwulan sebelumnya yang
tumbuh mencapai 17,43% (yoy) (Grafik 2.22). Impor yang melambat juga dikarenakan impor
bahan baku dan impor bahan modal yang melambat pada triwulan II (Grafik 2.23), sedangkan
Impor barang konsumsi tumbuh positif dan lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan
triwulan sebelumnya. Peningkatan impor dilakukan oleh pelaku usaha sebagai langkah untuk
merespons permintaan masyarakat yang meningkat pada momen bulan puasa dan hari raya
Idul Fitri.
4 Sumber: Focus Group Discussion dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
21
Sumber: Bea Cukai, diolah Sumber: Bea Cukai, diolah
Grafik 2.22 Pertumbuhan Nilai Impor DKI Jakarta
Grafik 2.23 Pertumbuhan Nilai Komponen Impor DKI Jakarta
Impor DKI Jakarta pada triwulan III 2018 diperkirakan masih akan mencatat pertumbuhan yang
tinggi. Pertumbuhan impor tersebut terutama akan didorong oleh meningkatnya impor barang
modal yang didorong oleh mulai menggeliatnya investasi swasta yang tercermin dari
tumbuhnya penyaluran kredit investasi dan kredit korporasi. Peningkatan impor barang modal
juga akan disumbang dari sisi pembangunan infrastruktur, khususnya pembangunan LRT
Jakarta. Sebagai tahap akhir pembangunan infrastruktur tersebut, 8 rangkaian kereta akan
diimpor dari Korea Selatan dan akan datang secara bertahap sampai bulan September 2018
B. Komponen Penawaran (Lapangan Usaha)
Lapangan usaha utama di DKI Jakarta secara umum juga mengalami pertumbuhan yang sejalan
dengan komponen permintaannya. Struktur perekonomian Jakarta menurut Lapangan Usaha
(LU) masih didominasi oleh tiga lapangan usaha utama, yaitu LU perdagangan besar dan
eceran, reparasi mobil dan sepeda motor, LU industri pengolahan, dan LU konstruksi5.
Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang meningkat memberikan dampak positif terhadap
kinerja LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor. Konsumsi yang
menguat mendorong capaian pertumbuhan LU perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil,
dan sepeda motor yang lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2018, LU
perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor mengalami pertumbuhan
6,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan I yang tercatat sebesar
6,50% (yoy). Momen bulan puasa serta hari raya Idul Fitri pada bulan Mei hingga Juni lalu
menjadi faktor utama yang mendorong meningkatnya pertumbuhan LU perdagangan. Di sisi
lain, menguatnya daya beli masyarakat juga menjadi faktor lain yang mendukung pertumbuhan
LU perdagangan. Penguatan daya beli tersebut terkait dengan diterimanya tambahan
penghasilan melalui tunjangan hari raya (THR) yang diterima oleh seluruh kalangan pekerja,
baik swasta maupun PNS. Di tengah kebutuhan yang meningkat terkait aktivitas di bulan puasa
5 Berdasarkan Berita Resmi Statistik BPS DKI Jakarta No. 37/08/31/Th.XX tanggal 6 Agustus 2018 perihal Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Triwulan
II-2018
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
22
dan hari raya Idul Fitri, tambahan penghasilan tersebut mendukung peningkatan aktivitas
belanja masyarakat.
Menguatnya pertumbuhan LU perdagangan tercermin pada indeks Survei Pedagang Eceran
(SPE) Bank Indonesia yang juga lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 2.24).
Indeks total penjualan pada triwulan II 2018 tercatat sebesar 119, lebih tinggi dibandingkan
dengan indeks pada triwulan sebelumnya yang berada pada posisi 92. Tren pola belanja pada
momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri yang didominasi pembelian bahan makanan serta
barang-barang rumah tangga lainnya juga tercermin pada survei tersebut. Indeks penjualan
makanan minuman serta indeks penjualan rumah tangga pada triwulan II tercatat lebih tinggi
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Meningkatnya aktivitas perdagangan juga
tercermin dari penyaluran kredit kepada sektor perdagangan yang tumbuh tinggi. Pada
triwulan II, penyaluran kredit kepada sektor perdagangan tercatat mengalami pertumbuhan
mencapai 18,21% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 9,39% (yoy) (Grafik 2.25).
Sumber: SPE Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.24 Indeks Penjualan Eceran di Jakarta
Grafik 2.25 Pertumbuhan Penyaluran Kredit ke Sektor Perdagangan
Pertumbuhan LU perdagangan pada triwulan III 2018 diperkirakan lebih baik dibandingkan
dengan triwulan II, yang sejalan dengan perkiraan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang
meningkat. Salah satu faktor yang akan mendukung peningkatan pertumbuhan LU
perdagangan adalah penyelenggaraan Festival Jakarta Great Sale 2018 pada tanggal 12
Agustus hingga 4 September 2018. Festival ini akan diikuti oleh kurang lebih 200 toko yang
tersebar di 82 pusat perbelanjaan di DKI Jakarta, baik mal maupun trade center. Festival belanja
ini juga menargetkan kepada para atlet dan ofisial dari negara-negara yang bertanding di Asian
Games 2018, dan diharapkan dapat membukukan transaksi sebesar Rp 3 triliun hingga Rp 4
triliun6. Di sisi lain, masuknya tahun ajaran baru pada bulan Juli juga akan mendorong aktivitas
perdagangan alat-alat dan perlengkapan sekolah.
6
ttps://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180812181221-282-321658/pesta-diskon-festival-jakarta-great-sale-dimulai-hari-ini
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
23
Lapangan Usaha Industri Pengolahan
Lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan II 2018 melambat dibandingkan triwulan
sebelumnya. Pertumbuhan LU industri pengolahan pada triwulan laporan sebesar 6,37% (yoy),
sedangkan pertumbuhan triwulan sebelumnya mencapai 8,35% (yoy). Melambatnya
pertumbuhan LU industri pengolahan terindikasi dipengaruhi oleh relatif rendahnya aktivitas
pembangunan konstruksi di DKI Jakarta pada triwulan laporan, sehingga berdampak pada
berkurangnya output produksi industri logam yang digunakan untuk pembangunan konstruksi.
Hal ini tercermin dari pertumbuhan produksi Industri Logam dasar dan Industri Barang Logam,
Bukan Mesin, dan Peralatannya yang mengalami kontraksi, masing-masing sebesar 5,52% (yoy)
dan 7,49% (yoy)7.
Terjadinya perlambatan pada LU Industri Pengolahan tercermin dari pertumbuhan output
produksi industri skala besar dan sedang, yang secara umum mendominasi industri di Jakarta.
Pada triwulan II 2018, Indeks Industri Besar dan Sedang (IBS) DKI Jakarta tercatat tumbuh
8,82% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang
mencapai 15,25% (yoy) (Grafik 2.26). Namun, dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit ke sektor
industri pengolahan mengalami peningkatan. Pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor industri
pengolahan pada triwulan II 2018 tercatat sebesar 16,70% (yoy), lebih baik dibandingkan
dengan pertumbuhan penyaluran pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,61%
(yoy) (Grafik 2.27). Penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan yang meningkat tersebut
terindikasi sejalan dengan meningkatnya aktivitas perdagangan pada triwulan laporan,
khususnya digunakan untuk memproduksi barang untuk merespons tingkat permintaan yang
meningkat, khususnya pada momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri.
Sumber: BPS Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.26 Pertumbuhan Indeks Industri Besar dan Sedang di Jakarta
Grafik 2.27 Pertumbuhan Penyaluran Kredit ke Sektor Industri Pengolahan
Lapangan usaha industri pengolahan pada triwulan III 2018 diperkirakan tumbuh positif dan
lebih baik dibandingkan dengan triwulan II. Perkiraan pertumbuhan yang lebih tinggi ini salah
satunya akan ditopang oleh datangnya tahun ajaran baru pada bulan Juli. Memasuki momen
7 Sumber: Berita Resmi Statistik BPS DKI Jakarta No.36/08/31/Th.XX tanggal 1 Agustus 2018 perihal Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Triwulan
II Tahun 2018
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
24
tersebut, aktivitas industri pakaian jadi dan industri kertas diperkirakan meningkat karena
terdapat kenaikan permintaan terhadap baju seragam dan buku pelajaran. Di sisi lain, masih
terdapat potensi peningkatan output produksi kendaraan bermotor, seiring dengan perkiraan
meningkatnya ekspor mobil ke luar negeri.
Lapangan Usaha Konstruksi
Melambatnya investasi bangunan berdampak pada perlambatan lapangan usaha konstruksi.
Pada triwulan II 2018, LU konstruksi tercatat tumbuh 1,40% (yoy), lebih rendah dibandingkan
dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,67% (yoy). Kegiatan
pembangunan konstruksi dan infrastruktur di Ibukota yang sebagian besar telah mencapai
progress di atas 90% berdampak pada relatif berkurangnya aktivitas pembangunan.
Pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) sampai dengan akhir triwulan II 2018 telah mencapai
progress 94,7%, dengan rincian 98,5% untuk konstruksi bawah tanah dan 92,5% untuk
konstruksi layang8. Pembangunan moda transportasi kereta ringan atau Light Rapid Transit
(LRT) juga akan dilanjutkan. Terkait hal ini Jakarta akan memiliki dua ruas, yaitu LRT Jabodebek
dan LRT dalam kota Jakarta. Sampai dengan akhir triwulan II 2018, pencapaian pembangunan
LRT Jabodebek, yang terdiri dari tiga ruas, antara lain ruas Cawang-Cibubur telah mencapai
62%, ruas Cawang-Kuningan-Dukuh Atas mencapai 26%, serta ruas Cawang-Bekasi Timur
mencapai mencapai 47%. Sehingga secara keseluruhan pembangunan LRT Jabodebek
tersebut telah mencapai kurang lebih 40%9. Lebih lanjut, pembangunan LRT dalam kota
Jakarta sampai dengan akhir triwulan II telah mencapai progress fisik pembangunan sebesar
79%10.
Melambatnya LU konstruksi pada triwulan laporan juga disebabkan oleh kegiatan konstruksi
sektor swasta yang belum menunjukkan peningkatan signifikan. Hal tersebut disebabkan
tingkat serapan bangunan hunian, khususnya apartemen yang mendominasi pembangunan
residensial di DKI Jakarta, yang terus menurun. Hingga saat tingkat serapan hunian rata-rata
baru mencapai 70 persen. Tingkat serapan yang turun membuat pasar apartemen stagnan
dalam tiga tahun terakhir, baik tingkat isian maupun okupansi, sehingga investor cenderung
menahan untuk melakukan pembangunan baru11. Belum bergairahnya pembangunan
konstruksi di sektor swasta tersebut juga tercermin dari pertumbuhan konsumsi semen yang
terus melambat dan mengalami kontraksi hingga 10,50% (yoy) pada triwulan II 2018 (Grafik
2.28). Lebih lanjut, sisi pembiayaan untuk kegiatan konstruksi masih mengalami tren yang
menurun, dengan pertumbuhan penyaluran kredit untuk sektor konstruksi pada triwulan
8 Sumber: Laman PT MRT Jakarta (www.jakartamrt.co.id)
9 Sumber: Dikutip dari berbagai informasi anekdotal sejumlah media
10 Sumber: Focus Group Discussion dengan PT Jakarta Propertindo
11 Sumber: nggal 7 Agustus 2018pada laman
https://iloveproperty.id/jakarta-akan-menambah-pembangunan-apartemen-1-tahun-kedapan/
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
25
laporan sebesar 15,92%, lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan
sebelumnya (18,53% yoy) (Grafik 2.29).
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.28 Konsumsi Semen di Jakarta Grafik 2.29 Penyaluran Kredit Sektor Konstruksi
Kinerja LU konstruksi DKI Jakarta pada triwulan III 2018 diprakirakan masih akan terjaga di
level positif, meskipun pertumbuhannya terbatas dibandingkan dengan triwulan II.
Terbatasnya pertumbuhan tersebut disebabkan karena pembangunan infrastruktur secara
umum hampir selesai, sehingga aktivitas pembangunan fisik sudah berkurang, dan di sisi lain,
pengembangan infrastruktur transportasi masih pada tahap pengerjaan nonfisik, seperti
penentuan konsultan, desain, dan kegiatan nonfisik lainnya. Sementara itu, pembangunan
konstruksi di sisi swasta juga diperkirakan masih belum menunjukkan kemajuan yang berarti,
sebagaimana terindikasi dari masih terkontraksinya pertumbuhan konsumsi semen (Grafik
2.30) dan penyaluran kredit ke sektor konstruksi di Jakarta (Grafik 2.31) yang masih
melanjutkan tren pelemahan.
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 2.30 Konsumsi Semen di Jakarta Grafik 2.31 Penyaluran Kredit Sektor Konstruksi
Lapangan Usaha Lainnya
Selain lapangan usaha utama tersebut di atas, DKI Jakarta memiliki lapangan usaha lainnya
yang memiliki pangsa cukup dominan terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi DKI Jakarta,
antara lain LU Informasi dan Komunikasi dan LU Transportasi dan Pergudangan. Kedua
lapangan usaha tersebut juga menjadi sektor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan
ekonomi DKI Jakarta triwulan II 2018.
Lapangan usaha informasi dan komunikasi pada triwulan II 2018 tumbuh positif dan berada
pada kisaran pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada triwulan laporan, LU informasi dan
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
26
komunikasi tercatat tumbuh 9,53% (yoy). Akselerasi pertumbuhan pada LU Informasi dan
Komunikasi tersebut salah satunya terindikasi didorong oleh peningkatan aktivitas seluler,
khususnya dalam rangka pengiriman ucapan hari raya sehubungan dengan momen bulan
puasa dan Idul Fitri lalu, sehingga mendorong masyarakat melakukan belanja seluler, dalam
bentuk pulsa atau paket data yang lebih banyak dari biasanya. Peningkatan tersebut tercermin
pada meningkatnya indeks penjualan peralatan komunikasi yang juga mencakup penjualan
pulsa dan data seluler, pada Survei Pedagang Eceran (SPE) Bank Indonesia di triwulan II 2018
(Grafik 2.32).
Sejalan dengan peningkatan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di masyarakat,
layanan jasa transportasi berbasis aplikasi adalah salah satu teknologi yang sering digunakan
masyarakat untuk menunjang kegiatan sehari-hari. Kemudahan dan kepraktisan mendapatkan
armada transportasi serta efisiensi biaya yang dikeluarkan untuk mencapai ke suatu tempat
menjadi faktor yang mendorong warga Ibukota memiliki ketergantungan terhadap teknologi
tersebut. Semakin pesatnya pertumbuhan pengguna transportasi berbasis aplikasi tersebut
berdampak pada akselerasi pertumbuhan LU Transportasi dan Pergudangan, yang mencatat
pertumbuhan 9,39% (yoy) pada triwulan II 2018. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,24% (yoy).
Di samping itu, akselerasi pertumbuhan LU Transportasi dan Pergudangan juga disumbang oleh
kegiatan mudik masyarakat pada saat libur cuti bersama Idul Fitri pada bulan Juni lalu dengan
menggunakan berbagai moda transportasi, antara lain kereta api. Pada saat libur Idul Fitri dan
masa Angkutan Lebaran pada tanggal 5-10 Juni 2018, jumlah masyarakat yang melakukan
perjalanan pulang kampung melalui Stasiun Gambir, Jakarta Pusat mencapai 138.882
penumpang, atau secara rata-rata mencapai 19.000 hingga 20.000 penumpang per hari.
Jumlah tersebut meningkat dibandingkan dengan musim mudik Idul Fitri tahun lalu, dengan
jumlah rata-rata penumpang yang diberangkatkan per hari sebanyak 15.000 hingga 16.000
penumpang12.
Sumber: Survei Pedagang Eceran Bank Indonesia
Grafik 2.32 Indeks Penjualan Peralatan Komunikasi
12 https://news.detik.com/berita/d-
4065774/ada-kereta-tambahan-jumlah-pemudik-di-stasiun-gambir-naik
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Ekonomi Makro Regional
Bab 2
27
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Jakarta Investment Center, Mercusuar
Pengembangan Investasi DKI Jakarta
Boks 1
28
Boks 1
JAKARTA INVESTMENT CENTER,
MERCUSUAR PENGEMBANGAN
INVESTASI DKI JAKARTA
Sebagai ibukota Republik Indonesia, DKI Jakarta memiliki kedudukan yang strategis, karena
merupakan etalase perekonomian nasional. Kontribusi ekonomi Jakarta juga merupakan yang
terbesar diantara provinsi lainnya, dengan pangsa mencapai 17%. Dengan demikian, dinamika
perekonomian Jakarta akan berdampak secara signifikan terhadap dinamika perekonomian
nasional. Secara historis, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta lebih tinggi dari perekonomian
nasional. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta
mencapai 6,0% sedangkan rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional adalah 5,1%. Bahkan
pada tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Jakarta mampu mencapai 6,2%, sedangkan
nasional hanya 5,1%.
Berdasarkan komposisinya, pertumbuhan ekonomi Jakarta terutama ditopang oleh Konsumsi
dan Investasi. Porsi investasi Jakarta mencapai 39,2% dari PDRB, lebih tinggi dari nasional yang
sebesar tercatat sebesar 32,1%. Bahkan porsi tersebut juga adalah yang terbesar
dibandingkan dengan provinsi lain di Jawa. Dengan besarnya porsi investasi, maka sangat
penting bagi DKI Jakarta untuk tetap menjaga agar investasi dapat terus tumbuh dan
berkembang. Apalagi investasi adalah kunci utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
dalam jangka panjang. Banyak studi menunjukkan bahwa investasi dan pertumbuhan ekonomi
berbanding lurus. Semakin tinggi investasi, maka semakin tinggi pula pertumbuhan ekonomi.
Tentunya negara-negara maju di Asia, Eropa, dan Amerika, mampu tumbuh dan berkembang
karena besarnya investasi yang telah dilakukan. Dengan demikian sangat wajar apabila kita
memberikan perhatian yang besar terhadap investasi.
Saat ini secara nasional investasi juga terus didorong melalui berbagai proyek infrastruktur
maupun non-infrastruktur, baik itu berupa bangunan maupun nonbangunan. Dimasa yang
akan datang, potensi investasi di Indonesia akan terus menguat, didukung oleh tendensi bisnis
yang membaik, sejalan dengan iklim bisnis/investasi yang semakin kondusif. Dalam skala
wilayah, perhatian Pemerintah Jakarta terhadap keberlangsungan investasi di Jakarta dapat
dirasakan untuk mengembangkan potensi investasi. Salah satunya adalah melalui
pembentukan Jakarta Investment Centre (JIC) pada tanggal 31 Juli 2018, bertempat di Mall
Pelayanan Publik Jl. H.R. Rasuna Said Kav C 22, Jakarta Selatan. Pembentukan JIC diharapkan
dapat menentukan arah dan mempercepat pengembangan investasi di Jakarta. Fasilitas yang
ada di JIC dilengkapi dengan ruang amphitheatre dan teleconference yang memberikan
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Jakarta Investment Center, Mercusuar
Pengembangan Investasi DKI Jakarta
Boks 1
29
informasi potensi investasi secara visual, ruang layanan informasi dan data terkait investasi DKI
Jakarta termasuk peta digital Jakarta, dan ruang diskusi investor. Terkait dengan hal tersebut,
permasalahan investasi yang ditemui oleh investor akan memiliki solusi dan aktivitas promosi
investasi di DKI Jakarta akan berkelanjutan.
Melalui pembentukan JIC diharapkan dapat terjadi sinergi diantara para pemangku
kepentingan dan pelaku usaha di berbagai bidang, guna meningkatkan pelayanan kepada
para investor dan kemudahan berusaha, serta peningkatan realisasi investasi di DKI Jakarta. JIC
layaknya sebagai mercusuar, memberikan petunjuk yang jelas dalam melakukan penawaran
proyek-proyek yang layak kepada investor. Dengan terbatasnya keuangan pemerintah, tentu
kita berharap kepada sektor swasta untuk menjadi mitra penggerak investasi. Kantor
Perwakilan Bank Indonesia Jakarta sebagai kepanjangan tangan Kantor Pusat Bank Indonesia,
mendukung berbagai upaya yang dilakukan pemerintah pusat dan daerah untuk dapat
mewujudkan iklim investasi yang kondusif dengan berbagai kemudahannya. Kami juga
berharap JIC mampu memfasilitasi permasalahan penanaman modal dalam merealisasikan
investasi di Jakarta dan mengembangkan komoditas unggulan ekspor baik barang maupun
jasa sehingga mendukung penurunan current account deficit (CAD), dan komoditas-komoditas
lain yang memiliki prospek untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Gambar B.1.1 Peresmian JIC tanggal 31 Juli 2018
Gambar B.2.2 Ruang Amphitheater sebagai salah satu fasilitas JIC
Dok: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta
Upaya untuk meningkatkan tumbuhnya investasi seperti yang dilakukan JIC, telah ada pada
level nasional melalui Investor Relations Unit (IRU). IRU merupakan usaha kolaborasi antara
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, dan Bank Indonesia
yang telah berdiri sejak tahun 2005. Tujuan utama dari IRU adalah untuk secara aktif
mengkomunikasikan kebijakan ekonomi Indonesia dan untuk merespons perhatian investor,
khususnya bagi investor pada pasar keuangan.
Secara spesifik IRU memiliki tiga tujuan yaitu: (1) Melakukan diseminasi statistik ekonomi dan
keuangan terkini; (2) Membangun hubungan langsung dengan pelaku pasar untuk merespons
perhatian dan pertanyaan terkait perkembangan ekonomi dan kebijakan terkini; dan (3)
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Jakarta Investment Center, Mercusuar
Pengembangan Investasi DKI Jakarta
Boks 1
30
Memelihara sumber informasi, seperti website yang didedikasikan untuk menyediakan statistik
ekonomi makro terkini dan informasi terkait kebijakan fiskal, moneter, dan manajemen utang.
Jika pada level nasional terdapat IRU, maka dalam level internasional terdapat Global Investor
Relations Unit (GIRU) yang didukung oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia di luar negeri,
yaitu di New York, London, Tokyo dan Singapura. Sementara itu pada level regional terdapat
Regional Investor Relations Unit (RIRU), yang telah ada di beberapa Provinsi di Indonesia
dengan tahap perkembangan yang berbeda-beda. Dalam hal ini, JIC memiliki fungsi yang lebih
luas dari RIRU, karena tidak hanya terbatas pada promosi, namun juga melakukan pengelolaan
hubungan investor yang lebih luas.
Disisi lain, Jakarta masih memiliki sektor potensial yang dapat dikembangkan, khususnya
pariwisata. Apalagi terdapat dua destinasi di Jakarta yang telah ditetapkan dalam Kawasan
World Tourism Organization (UNWTO) mencatat bahwa pariwisata adalah komoditas ekspor
terbesar dunia. Di negara berkembang, pariwisata umumnya merupakan sumber utama
pertumbuhan ekonomi, devisa, investasi dan penciptaan lapangan kerja. Selain itu, World
Travel and Tourism Council (WTTC) memprakirakan pariwisata menyumbang lebih dari 10%
PDB dunia, menyerap sekitar 8% tenaga kerja dunia, dan 12% total ekspor dunia.
Kendati menyimpan potensi yang besar, daya saing pariwisata Jakarta masih relatif rendah.
Dari sisi persaingan pariwisata global, Jakarta masih jauh tertinggal dalam hal tingkat
kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Berdasarkan Mastercard Destination Cities
Index tahun 2017, Bangkok menduduki peringkat pertama dari 132 kota tujuan utama di
dunia. Jumlah kunjungan wisman ke Bangkok tahun 2016 mencapai 19,41 juta orang, dengan
jumlah pengeluaran sebesar USD14,1 miliar. Sementara itu, jumlah kunjungan wisman ke
Jakarta hanya berkisar pada angka 1,6 juta dengan jumlah pengeluaran berkisar pada USD1,2
juta. Namun DKI Jakarta termasuk dalam lima kota destinasi dengan pertumbuhan tercepat
yaitu mencapai 18,2% CAGR (compound annual growth rate), bersama dengan Osaka
(24,0%), Chengdu (22,7%), Colombo (20,3%), dan Abu Dhabi (18,9%).
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Jakarta Investment Center, Mercusuar
Pengembangan Investasi DKI Jakarta
Boks 1
31
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Prospek Otomotif
DKI Jakarta
Boks 1
32
Boks 2
PROSPEK OTOMOTIF DKI JAKARTA
Kondisi penjualan mobil di dunia dari tahun ke tahun memiliki perkembangan yang positif.
Walaupun sempat mengalami penurunan yang cukup besar pada tahun 2009 karena krisis
ekonomi di Amerika Serikat yang menyebar ke negara-negara lain termasuk Indonesia pada
tahun berikutnya secara perlahan penjualan mobil dunia kembali ke dalam tren yang positif
(Grafik B.2.1)
Sumber: OICA, diolah
Grafik B.2.1 Total Penjualan dan Produksi Mobil Dunia
Pasar mobil dunia yang terus berkembang membuat banyak pabrikan mobil berlomba-lomba
untuk memasarkan produknya di berbagai negara. Indonesia memiliki porsi yang cukup besar
dalam penjualan mobil di dunia, dengan angka mencapai 1.060.894 unit pada tahun 2017,
sehingga menempati urutan ke-17 dunia. Dengan kondisi penjualan dalam negeri yang baik,
serta lokasi Indonesia yang strategis menjadikan Indonesia dipilih beberapa pabrikan sebagai
basis produksi untuk ASEAN dan sekitarnya. Kondisi ini memberikan dampak positif bagi pasar
ekspor mobil indonesia.
Saat ini Indonesia menempati urutan ke-28 sebagai eksportir mobil dunia pada tahun 2017,
dengan nilai ekspor mencapai 3,1 miliar US Dollar. Di ASEAN, Indonesia hanya kalah dengan
Thailand yang menempati posisi ke-15 dunia dengan nilai ekspor 10,9 miliar US Dollar.
Thailand sudah lama bertengger sebagai negara pemimpin eksportir mobil di ASEAN,
sedangkan Indonesia berada pada urutan ke-2. Kondisi ekspor mobil di Indonesia yang
memiliki tren positif dari tahun ke tahun, membuktikan bahwa produk yang dibuat secara lokal
mampu bersaing dengan industri otomotif negara lain. Pada tahun 2017 ekspor mobil
indonesia menembus 231,169 unit, atau tumbuh 18.92 % dari tahun sebelumnya. Merk yang
mendominasi ekspor mobil indonesia adalah Toyota dengan total ekspor sebesar 116,971 unit
(50.60%). Pada tahun 2018 pertumbuhan ekspor mobil diprediksi akan tumbuh dalam kisaran
10-15 % dibandingkan dengan tahun 2017.
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Prospek Otomotif
DKI Jakarta
Boks 1
33
Sumber: Gaikindo Sumber: Gaikindo
Grafik B.2.1 Perkembangan Ekspor Mobil dari Indonesia
Tabel B.2.1 Jumlah Ekspor Berdasarkan Merk Kendaraan
Peran DKI Jakarta
Di Indonesia, Jakarta memiliki peran penting sebagai daerah basis ekspor mobil. Mobil
diproduksi oleh beberapa pabrikan yang terletak di Jakarta Utara, Cikarang dan Karawang.
Selanjutnya mobil dikirim ke Tanjung Priok untuk diekspor ke berbagai negara. Terminal
Kendaraan yang bertempat di Tanjung Priok merupakan terminal kendaraan terbesar di
Indonesia, yang khusus diusahakan secara komersial untuk memberikan jasa pengiriman
kendaraan menggunakan kargo.
Untuk mendukung perkembangan ekspor, lahan terminal tersebut akan diperluas, yaitu dari
kondisi eksisting seluas 31 hektar, menjadi 89.5 hektar pada tahun 2022. Dengan demikian
daya tampung akan meningkat, yaitu dari 700.000 kendaraan/tahun menjadi 2,1 juta
kendaraan/tahun. Perkembangan ini akan membawa Indonesia menjadi negara kelima dengan
terminal kendaraan terbesar di dunia, dan dapat mengurangi ketergantungan terhadap
Singapura untuk kegiatan transhipment.
Faktor Penghambat Ekspor Mobil 2018
Salah satu faktor yang menghambat Indonesia untuk mencapai nilai ekspor mobil yang lebih
tinggi dari tahun sebelumnya adalah karena Indonesia tidak dapat mengekspor mobil ke
Vietnam sejak kuartal I 2018, dikarenakan adanya dua peraturan baru. Dua peraturan tersebut
adalah Prime Minister Decree No. 116/2017 (Decree on Requirements for Manufacturing,
Assembly and Import of Motor Vehicle and Trade in Motor Vehicle Warranty and Maintenance
Services) dan Circular No. 03/2018 (Regulation on the Checking on Imported Automobiles for
Technical Safety and Environmental Protection in Line with the Decree No. 116/2017/ND-CP).
Sejumlah persyaratan dilayangkan Vietnam untuk barang otomotif impor, termasuk kelaikan
kendaraan berupa emisi dan keselamatan.
2015 2016 20172018 (Jan-
Jun)
Toyota 108,284 90,319 116,971 44,789
Daihatsu 73,210 76,276 80,667 48,508
Suzuki 17,762 22,861 28,504 14,479
Hino 1,705 2,640 2,195 1,205
Hyundai 2,373 1,994 2,831 1,154
Nissan 3,084 301 1 -
Chevrolet 1,273 - - -
Lainnya - 6 - -
Total 207,691 194,397 231,169 110,135
Manufaktur
Ekspor (Unit)
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Prospek Otomotif
DKI Jakarta
Boks 1
34
Sumber: Gaikindo
Tabel B.2.2 Ekspor Mobil CBU Salah Satu Merk ke Berbagai Negara
Kondisi ekspor mobil CBU ke Vietnam selama semester I 2018 masih tersangkut masalah
perizinan. Ekspor dari merek Toyota sendiri pada tahun 2017 mencapai 12.222 unit,
sedangkan sampai dengan bulan Juni 2018 hanya terjadi 1 unit ekspor dari pabrikan Toyota.
Hal ini tentunya akan berdampak negatif kepada ekspor mobil dari DKI Jakarta dan Indonesia.
Kondisi ini dapat terlihat dari total ekspor CBU Toyota pada semester I tahun 2017 yang
mencapai 57.801 unit, sementara tahun 2018 hanya sebesar 44.789 unit, atau mengalami
penurunan 22,51%. Untuk memecahkan permasalahan tersebut, Pemerintah sudah
mengirimkan delegasi untuk melakukan rangkaian konsultasi teknis. Delegasi Indonesia terdiri
atas perwakilan Kementerian Perdagangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian
Perindustrian, dan Gaikindo. Pertemuan yang dilakukan berdampak positif karena Toyota
kembali melakukan aktivitas ekspor mobil CBU ke Vietnam. Pada tahap awal telah dilakukan
sebanyak 800 unit Toyota Fortuner untuk periode 1 Juli 2018 dan 200 unit pada 15 Juli lalu
Tugas Pemerintah untuk Memacu Ekspor Mobil
Ekspor mobil memiliki peran yang sangat penting terhadap perekonomian DKI Jakarta, dan
kontribusinya masih dapat terus ditingkatkan, mengingat tren positif yang ditunjukan pasar
dari tahun ke tahun. Dengan adanya ekspansi terminal kendaraan di Tanjung Priok, hal
tersebut akan menjadikan stimulan baru untuk meningkatkan ekspor mobil, sehingga
Indonesia akan memiliki terminal kendaraan yang berdaya saing tinggi di tingkat internasional.
Untuk mendukung hal ini, pemerintah daerah perlu melakukan harmonisasi kebijakan dengan
pusat agar dapat terus mendorong kinerja ekspor, di antaranya melalui penetapan rencana
induk pengembangan industri daerah (RIPIDA) yang mengacu kepada rencana induk
pengembangan industri nasional (RIPIN).
Negara Tujuan
Ekspor
2018 (Jan-
Jun)
2017 (Jan-
Des)
Arab Saudi 14,915 33,319
UEA 2,934 6,221
Thailand 3,443 8,255
Malaysia 696 65
Vietnam 1 12,222
Filipina 13,044 37,138
Jepang - -
Afrika Selatan - -
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Prospek Otomotif
DKI Jakarta
Boks 1
35
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Keuangan Pemerintah
Bab 3
36
Bab 3
KEUANGAN PEMERINTAH
Kinerja keuangan daerah Provinsi DKI Jakarta pada triwulan II 2018 dari sisi belanja, mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan terjadi,
baik pada belanja langsung maupun belanja tidak langsung. Realisasi belanja daerah secara total
tercatat sebesar Rp14,30 triliun atau tumbuh 27,78% (yoy) dari realisasi triwulan II 2017 yang
sebesar Rp11,19 triliun. Persentase serapan belanja juga lebih baik dari serapan tiga tahun
terakhir, baik secara triwulanan maupun secara kumulatif. Di sisi lain, kinerja pendapatan daerah
mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 6,95% (yoy), meskipun penerimaan pajak daerah
tetap menunjukkan kinerja positif. Dari sisi pembiayaan, adanya penerimaan pinjaman untuk
proyek MRT ditambah dengan tingginya SiLPA mengakibatkan penerimaan pembiayaan tumbuh
sangat signifikan. Namun sebaliknya, pengeluaran pembiayaan mengalami kontraksi karena
turunnya penyertaan modal pemerintah kepada BUMD.
A. Pendapatan Daerah
Realisasi pendapatan daerah DKI Jakarta pada triwulan II 2018 lebih rendah dibandingkan
dengan periode yang sama tahun sebelumnya (Tabel III.1). Jika pada triwulan II 2017 realisasi
pendapatan tercatat sebesar Rp13,96 triliun atau 22,34% dari anggaran, maka pada triwulan
II 2018 realisasinya sebesar Rp12,99 triliun atau 19,68% dari anggaran. Dengan demikian pada
triwulan II 2018, pertumbuhan realisasi pendapatan daerah terkontraksi sebesar 6,95% (yoy).
Tabel 3.1 Pendapatan Daerah DKI Jakarta
Sumber: BPKAD DKI Jakarta
Terkontraksinya pertumbuhan pendapatan terutama disebabkan oleh lebih rendahnya realisasi
lain-lain pendapatan daerah yang sah, yang turun hingga mencapai 99,26% (yoy). Hal ini
disebabkan karena pada triwulan II tahun 2017 terdapat realisasi penerimaan hibah MRT,
Rp Miliar % Rp Miliar %Pertumb.
yoy
PENDAPATAN 13,964.60 22.34% 12,994.03 19.68% -6.95%
PAD 8,515.36 20.43% 8,249.77 18.51% -3.12%
Pajak Daerah 6,907.32 19.53% 6,922.97 18.16% 0.23%
Retribusi Daerah 138.42 20.35% 165.91 24.05% 19.86%
272.88 58.57% - - -100.00%
Lain-Lain PAD 1,196.74 23.09% 1,160.89 22.26% -3.00%
DANA PERIMBANGAN 4,624.39 24.73% 4,738.15 22.14% 2.46%
824.85 38.65% 6.11 10.61% -99.26%LAIN-LAIN PENDAPATAN
DAERAH YANG SAH
Realisasi Tw II 2018
U R A I A N
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
Realisasi Tw II 2017
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Keuangan Pemerintah
Bab 3
37
sedangkan pada triwulan II tahun 2018 hal tersebut belum terjadi. Pada tahun 2018, anggaran
pendapatan untuk hibah MRT memang jauh menurun dibandingkan dengan tahun
sebelumnya. Pada tahun 2018 anggaran pendapatan hibah MRT sebesar Rp45,96 miliar,
sedangkan pada tahun 2017 anggarannya sebesar Rp2,20 triliun. Pada tahun 2018 proyek MRT
lebih banyak dibiayai melalui skema pinjaman daerah, yang termasuk pada pos pembiayaan
daerah (lihat bagian C).
Senada dengan ini, realisasi pendapatan asli daerah (PAD) juga mengalami kontraksi
pertumbuhan sebesar 3,12% (yoy). Hal ini terutama disebabkan karena belum adanya realisasi
pendapatan dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, khususnya dari
penerimaan hasil penyertaan modal daerah kepada BUMD.
Meskipun secara keseluruhan pertumbuhan PAD mengalami kontraksi, pajak daerah masih
mencatatkan kinerja positif. Pajak daerah tumbuh sebesar 0,23% (yoy) (Tabel 3.2).
Pertumbuhan positif penerimaan pajak tidak terlepas dari kinerja sumber pajak utama, yaitu
pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) (Grafik 3.1).
Tabel 3.2 Realisasi Penerimaan Pajak
Sumber: BPKAD DKI Jakarta
Realisasi penerimaan PKB pada triwulan II 2018 tercatat sebesar Rp1,88 triliun atau 23,56%
dari target, dan tumbuh 2,30% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Untuk meningkatkan penerimaan PKB, pemerintah DKI Jakarta kembali memberikan fasilitas
layanan penghapusan denda PKB yang berlaku pada 21 Juni hingga 31 Agustus 2018.
Penerimaan BBNKB juga tercatat mengalami peningkatan dengan realisasi mencapai Rp1,23
triliun atau 21,43% dari target, sehingga pertumbuhannya mencapai 4,57% (yoy). Pemerintah
DKI Jakarta juga memberikan insentif terhadap pembayaran BBNKB berupa penghapusan
sanksi administrasi untuk mendorong penerimaannya.
Rp Miliar % Rp Miliar %Pertumb.
yoy
Pajak Kendaraan Bermotor 1,842.49 23.32% 1,884.90 23.56% 2.30%
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 1,178.45 23.57% 1,232.25 21.43% 4.57%
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 280.42 25.49% 307.06 24.57% 9.50%
Pajak Hotel 326.94 20.06% 380.75 22.40% 16.46%
Pajak Restoran 537.71 19.20% 621.14 21.42% 15.52%
Pajak Hiburan 155.73 20.76% 167.03 18.56% 7.26%
Pajak Reklame 216.55 25.48% 186.93 16.25% -13.68%
Pajak Penerangan Jalan 182.58 20.29% 191.08 16.62% 4.66%
Pajak Air Tanah 19.61 19.61% 21.65 21.65% 10.37%
Pajak Parkir 91.89 15.31% 117.99 17.22% 28.41%
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan 972.96 18.36% 867.31 15.77% -10.86%
Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan 911.02 11.83% 747.50 8.79% -17.95%
Pajak Rokok 190.97 31.83% 197.38 36.55% 3.35%
Total 6,907.32 19.61% 6,922.97 18.16% 0.23%
Realisasi Tw II 2018
Jenis Pajak Daerah
Realisasi Tw II 2017
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Keuangan Pemerintah
Bab 3
38
Sumber: BPKD DKI Jakarta, diolah
Grafik 3.1 Perkembangan Sumber Pajak Utama DKI Jakarta
Di sisi lain, sumber penerimaan pajak utama lainnya yaitu bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan (BPHTB) dan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan (PBB-P2) keduanya
mengalami kontraksi pertumbuhan. BPHTB terealisasi Rp867,31 atau terkontraksi sebesar
10,86% (yoy), sedangkan PBB-P2 terealisasi Rp747,50 atau terkontraksi sebesar 17,95% (yoy)
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi kedua pajak ini
diprakirakan akan meningkat pada triwulan III 2018 karena jatuh tempo pembayarannya adalah
pada 28 Agustus 2018. Terdapat kecenderungan perilaku masyarakat untuk melakukan
pembayaran mendekati akhir waktu jatuh tempo.
B. Belanja Daerah
Berbeda dengan realisasi pendapatan yang mengalami kontraksi, realisasi belanja daerah pada
triwulan II 2018 tumbuh 27,78% (yoy), yaitu dari Rp11,19 triliun menjadi Rp14,30 triliun.
Pertumbuhan terjadi baik pada belanja tidak langsung maupun belanja langsung, dengan
angka pertumbuhan masing-masing sebesar 33,34% (yoy) dan 20,32% (yoy) (Tabel III.3).
Pertumbuhan belanja tidak langsung terutama didorong oleh realisasi belanja pegawai yang
tumbuh sebesar 17,60% (yoy), karena adanya realisasi pemberian THR untuk PNS dan non PNS
di lingkup pemerintah DKI Jakarta. Pada tahun 2018 anggaran yang dikeluarkan lebih tinggi,
karena pensiunan juga memperoleh THR. Jenis belanja tidak langsung lainnya yang turut
memberikan kontribusi signifikan adalah belanja hibah kepada badan/ lembaga/ organisasi
swasta/ organisasi masyarakat yang tumbuh hingga 217,69% (yoy).
Dari sisi belanja langsung, jenis belanja yang memberikan kontribusi tertinggi dalam realisasi
APBD adalah belanja barang dan jasa. Pertumbuhan belanja barang dan jasa mencapai 26,90%
(yoy), terutama karena didorong oleh belanja jasa petugas penunjang kegiatan
kantor/lapangan. Sementara itu, realisasi belanja modal tumbuh 12,33% (yoy) karena didorong
-100
-50
0
50
100
150
200
250
-50
0
50
100
150
200
250
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2014 2015 2016 2017 2018
gBPHTB (LHS) gPBB (RHS)
-40
-30
-20
-10
0
10
20
30
40
50
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2014 2015 2016 2017 2018
g_PKB g_BBN-KB g_Penjualan Mobil
%
%
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Keuangan Pemerintah
Bab 3
39
oleh realisasi belanja modal pengadaan tanah, khususnya untuk pembangunan taman dan
perumahan.
Tabel 3.3 Rincian Belanja DKI Jakarta
Sumber: BPKAD DKI Jakarta
Secara triwulanan dan kumulatif, persentase serapan belanja pada triwulan II 2018 lebih baik
dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, maupun terhadap realiasi dalam
kurun waktu tiga tahun terakhir (Grafik 3.2 dan 3.3).
Sumber: BPKD DKI Jakarta, diolah Sumber: BPKD DKI Jakarta, diolah
Grafik 3.2 Penyerapan Belanja Triwulanan DKI Jakarta
Grafik 3.3 Realisasi dan Penyerapan Belanja Kumulatif DKI Jakarta
C. Pembiayaan
Realisasi penerimaan pembiayaan daerah DKI Jakarta pada triwulan II 2018 mengalami
peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Penerimaan pembiayaan tercatat meningkat dari Rp0,01 miliar menjadi Rp1,62 triliun. Hal ini
disebabkan karena adanya realisasi penerimaan pinjaman daerah untuk pembangunan MRT
sebesar Rp953,19 miliar. Selain itu, adanya peningkatan realisasi sisa lebih perhitungan
anggaran dari tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) sebesar Rp667,35 miliar juga semakin
meningkatkan penerimaan pembiayaan daerah pada triwulan laporan. Sementara itu, dari sisi
pengeluaran pembiayaan, terjadi kontraksi sebesar 52,81% (yoy) karena lebih rendahnya
Rp Miliar % Rp Miliar %Pertumb.
yoy
BELANJA 11,187.79 17.59% 14,295.99 20.09% 27.78%
BELANJA TIDAK LANGSUNG 6,408.81 22.84% 8,545.83 27.57% 33.34%
Belanja Pegawai 4,501.09 22.35% 5,293.11 26.30% 17.60%
Belanja Bunga - - 2.40 4.74% 0.00%
Belanja Subsidi 9.80 0.30% 215.97 5.13% 2104.63%
Belanja Hibah 288.27 19.77% 915.80 50.82% 217.69%
Belanja Bantuan Sosial 1,594.00 63.78% 1,923.06 45.97% 20.64%
Belanja Bagi Hasil - - - - -
Belanja Bantuan Keuangan 0.65 0.19% 194.80 71.67% 29860.03%
Belanja Tidak Terduga 15.00 4.61% 0.68 0.20% -95.45%
BELANJA LANGSUNG 4,778.98 13.44% 5,750.16 14.31% 20.32%
Belanja Pegawai 666.42 21.73% 700.01 22.26% 5.04%
Belanja Barang dan Jasa 2,954.05 17.79% 3,748.80 18.71% 26.90%
Belanja Modal 1,158.51 7.29% 1,301.34 7.66% 12.33%
Realisasi Tw II 2018
U R A I A N
Realisasi Tw II 2017
0.8
5 13
.33
15
.53
42
.39
10
.99
17
.66
17
.03
36
.47
7.9
5
18
.1
20
.24
36
.41
8.60
20.09
0
10
20
30
40
50
Tw I Tw II Tw III Tw IV
2015 2016
2017 2018
%
Sumber: BPKD DKI Jakarta
0.85 14.18
29.70
72.10
10.99
28.65
45.68
82.15
7.95
26.05
46.28
82.69
8.60
28.68
0
20
40
60
80
100
0
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
%Rp MiliarTotal Realisasi Belanja Daerah (LHS) Persentase Realisasi Total Belanja (RHS)
Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Pemprov. DKI Jakarta
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Keuangan Pemerintah
Bab 3
40
penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah kepada BUMD. Pada triwulan laporan hanya
PT MRT Jakarta yang tercatat mendapatkan penyertaan modal.
Tabel 3.4 Pembiayaan Provinsi DKI Jakarta Triwulan II 2018
Sumber: BPKAD DKI Jakarta
Rp Miliar % Rp Miliar % Pertumb. yoy
PENERIMAAN PEMBIAYAAN 0.01 0.0001% 1,620.54 14.62% 18670275.92%
Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun
Anggaran Sebelumnya
0.01 0.0002% 667.35 9.81% 7688474.74%
Penerimaan Pinjaman Daerah - - 953.19 26.21% -
Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman - - - - -
PENGELUARAN PEMBIAYAAN 2,020.00 30.70% 953.19 16.03% -52.81%
Pembentukan Dana Cadangan - - - - -
Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah
Daerah
2,020.00 30.78% 953.19 16.12% -52.81%
Pembayaran Pokok Utang - - - - -
URAIANRealisasi Tw II 2018Realisasi Tw II 2017
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Keuangan Pemerintah
Bab 3
41
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Inflasi
Bab 4
42
Bab 4
INFLASI
Hingga pertengahan tahun 2018, inflasi DKI Jakarta tetap terjaga dan tercatat sebesar 3,31%
(yoy), sekalipun perayaan Idul Fitri jatuh pada bulan Juni. Terjaganya kesinambungan pasokan
pangan dan semakin solidnya program pengendalian inflasi yang dilakukan oleh TPID DKI Jakarta,
berkontribusi terhadap stabilitas perkembangan inflasi hingga paruh pertama tahun 2018. Hal ini
turut didukung oleh tiadanya kebijakan harga energi yang berdampak tinggi pada inflasi serta
permintaan masyarakat yang belum terlalu solid. Berbagai faktor tersebut menyebabkan inflasi
DKI Jakarta tetap terkendali pada level yang lebih rendah dibandingkan perkembangan beberapa
tahun sebelumnya.
Memasuki triwulan III 2018, inflasi Ibukota masih terkendali. Berkurangnya tekanan permintaan
barang dan jasa secara umum, berkontribusi terhadap stabilitas inflasi Juli 2018 dan bulan-bulan
berikutnya. Kebijakan Bank Indonesia dan pemerintah akan diupayakan untuk tetap mengawal
pencapaian sasaran inflasi tahun 2018 yaitu 3,5% ± 1.
A. Perkembangan dan Program Pengendalian Inflasi Triwulan II 2018
Pada triwulan II 2018, inflasi DKI Jakarta tercatat sebesar 3,31% (yoy). Capaian tersebut lebih
tinggi dibandingkan dengan triwulan I 2018 (3,23% yoy), namun masih lebih rendah dari rata-
rata inflasi ibukota tiga tahun sebelumnya (4,87% yoy). Perayaan Idul Fitri 2018 yang jatuh
bertepatan pada bulan Juni tidak mendorong inflasi ibukota terlalu keatas.
Dorongan permintaan masyarakat yang bersifat musiman tidak serta merta diikuti gejolak harga
barang dan jasa yang berlebih. Konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2018 yang tumbuh
sebesar 5,63% (yoy), belum cukup kuat untuk menunjukkan adanya peningkatan daya beli
masyarakat yang signifikan sampai dengan pertengahan tahun 2018. Dengan kondisi ini,
tekanan permintaan terhadap inflasi relatif masih terjaga. Selain itu, semakin efektifnya
program pengendalian harga pangan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) DKI Jakarta
ikut berperan menjaga inflasi melalui stabilitas harga pangan. Dengan hadirnya pemerintah
dalam pengendalian harga, memberikan faktor positif, yaitu terkendalinya ekspektasi
masyarakat. Berbagai perkembangan tersebut berimplikasi pada laju inflasi yang turut
terkendali sampai dengan Juni 2018 (1,90% ytd).
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Inflasi
Bab 4
43
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 4.1 Inflasi Jakarta dan Nasional Grafik 4.2 Laju Inflasi Jakarta
Berdasarkan kelompok pengeluarannya, inflasi pada pertengahan tahun 2018 lebih rendah
dibandingkan dengan pencapaian tahun-tahun sebelumnya. Walau sempat bergejolak pada
awal tahun 2018, inflasi bahan makanan di DKI Jakarta saat ini cenderung bergerak relatif
stabil. Puasa dan Idul Fitri 2018 tidak secara signifikan memberikan tekanan terhadap inflasi
pangan.
Sumber: BPS, diolah
Grafik 4.3 Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran
Kelompok pengeluaran bahan makanan pada triwulan II 2018 mencatat inflasi sebesar 4,51%
(yoy), lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya (6,55% yoy) maupun
triwulan sebelumnya (4,66% yoy). Harga beras dan daging sapi cenderung lebih rendah
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Turunnya harga kedua komoditas tersebut
diakibatkan oleh pasokan yang terjaga sepanjang enam bulan pertama tahun 2018. Panen raya
beras, yang dimulai pada Maret 2018, menjadi faktor pendorong turunnya harga beras karena
jumlah pasokan yang melimpah. Meningkatnya pasokan daging sapi dan daging kerbau, yang
didukung oleh realisasi impor daging sapi dan impor daging kerbau dari oleh Bulog telah
menyebabkan harga kedua komoditas tersebut turun. Selain itu, gejolak harga telur ayam mulai
mereda pada triwulan II 2018, dengan perkembangan harga masih di bawah rata-rata tiga
tahun sebelumnya. Kondisi tersebut turut mendukung terkendalinya inflasi bahan makanan di
ibukota. Perkembangan inflasi bahan makanan di DKI Jakarta juga sejalan dengan
perkembangan harga pangan global yang juga cenderung turun sepanjang tahun 2018.
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Inflasi
Bab 4
44
Sumber: BPS, Diolah
Grafik 4.4 Pergerakan Inflasi Kelompok Bahan Makanan
Sumber: BPS, Diolah Sumber: BPS, FAO, diolah
Grafik 4.5 Pergerakan Inflasi Bahan Makanan Grafik 4.6 Pergerakan Harga Pangan Global
Sama halnya dengan kelompok bahan makanan, inflasi kelompok makanan jadi, minuman,
rokok dan tembakau pada triwulan II 2018 juga terkendali, dan tercatat sebesar 5,94% (yoy).
Berdasarkan pola historisnya, kelompok pengeluaran ini selalu naik cukup tinggi, terutama pada
bulan Ramadhan. Makanan jadi banyak menjadi pilihan warga Jakarta pada Ramadhan yang
tidak melakukan aktivitas mudik. Walau demikian, pencapaian saat ini cenderung lebih rendah
dari rata-rata tiga tahun sebelumnya (7,61% yoy). Subkelompok makanan jadi tercatat
mengalami inflasi sebesar 5,62% (yoy), masih lebih rendah dari tiga tahun sebelumnya (8,96%
yoy). Kenaikan harga berbagai jenis rokok yang dilakukan setiap bulan sebagai dampak dari
penyesuaian kenaikan cukai, juga tidak secara signifikan mendorong inflasi lebih ke atas. Harga
bahan baku yang terjaga, ditambah dengan perbaikan permintaan masyarakat yang belum
terlalu solid, berkontribusi dalam terjaganya inflasi pada kelompok pengeluaran ini.
Penguatan dolar Amerika pada triwulan II 2018, belum diikuti dengan gejolak kenaikan
kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, terutama yang memiliki konten
impor. Hal ini menunjukkan bahwa dunia usaha belum merespons secara langsung
perkembangan ini dengan menaikkan harga barang-barang. Perbaikan daya beli yang belum
solid menjadi salah satu pertimbangan belum disesuaikannya harga ouput yang dihasilkan.
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Inflasi
Bab 4
45
Sumber: BPS, diolah
Grafik 4.7 Pergerakan Inflasi Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
Harga kelompok perumahan, listrik, air dan bahan bakar pada pertengahan tahun tidak
bergejolak. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar 2,17% (yoy), lebih rendah dibandingkan
dengan rata-rata tiga tahun sebelumnya (4,98% yoy). Tidak adanya kenaikan tarif listrik yang
berarti sepanjang tahun 2018, mendukung terkendalinya kelompok ini. Tarif listrik tercatat
tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan Juni tahun sebelumnya. Hal ini berbeda
dengan kondisi pada tahun sebelumnya, yang mengalami inflasi cukup tinggi akibat
penyesuaian tarif listrik 900VA. Terkendalinya inflasi kelompok ini juga didukung oleh biaya
tempat tinggal di Jakarta yang secara umum juga tidak meningkat tinggi. Rata-rata kenaikan
biaya tempat tinggal pada pertengahan tahun 2015, 2016 dan 2017 tercatat sebesar 3,07%
(yoy), sedangkan pada Juni 2018 hanya tercatat sebesar 1,50% (yoy). Harga bahan bakar
rumah tangga yang terjaga seiring lancarnya distribusi gas LPG di masyarakat, turut mendukung
terkendalinya inflasi kelompok perumahan, listrik, air dan bahan bakar.
Bertepatan dengan perayaan Idul Fitri, tekanan harga kelompok sandang pada triwulan II 2018
tidak terlalu tinggi, dan inflasi tercatat sebesar 3,77% yoy. Angka ini masih lebih rendah
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (4,73% yoy) maupun rata-rata tiga tahun
sebelumnya (4,55% yoy). Berdasarkan pola konsumsinya, kebutuhan sandang masyarakat
selalu meningkat untuk keperluan Ramadhan dan Idul Fitri, terutama untuk sandang muslim.
Walau penjualan sandang di tingkat retail cenderung meningkat dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, hal itu tidak cukup kuat memberikan tekanan yang berarti pada inflasi kelompok
sandang. Selain itu, pergerakan harga emas perhiasan di Ibukota yang tidak terlalu
berfluktuatif, turut berkontribusi terhadap terjaganya inflasi kelompok pengeluaran sandang.
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Inflasi
Bab 4
46
Sumber: BPS, Diolah Sumber: Bloomberg dan BPS, diolah
Grafik 4.8 Pergerakan Inflasi Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
Grafik 4.9 Inflasi Sandang dan Harga Emas Internasional
Kelompok pengeluaran kesehatan terpantau juga tidak bergejolak. Kelompok pengeluaran
kesehatan hanya mencatat inflasi sebesar 2,42% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya (4,23% yoy). Biaya berbagai jasa kesehatan secara umum, termasuk
di dalamnya biaya dokter dan rumah sakit, tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya.
Fasilitas berbagai program kesehatan masyarakat melalui BPJS, Kartu Jakarta Sehat dan Kartu
Indonesia Sehat, berkontribusi dalam menjaga kestabilan biaya kesehatan di tingkat
masyarakat. Adapun kenaikan harga obat-obatan sebesar 5,04% (yoy) tidak banyak
memengaruhi tekanan karena bobotnya yang relatif kecil. Berbagai hal ini menjadi faktor utama
stabilitas inflasi kelompok pengeluaran kesehatan.
Tekanan harga dari kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga juga bergerak terbatas. Di
tengah libur panjang yang banyak dimanfaatkan untuk berlibur, kelompok pengeluaran ini
justru tidak bergejolak dan hanya mengalami inflasi sebesar 0,79% (yoy), lebih rendah
dibandingkan dengan rata-rata beberapa tahun sebelumnya 2,24% (yoy). Banyaknya warga
DKI Jakarta yang berpergian keluar kota menyebabkan lebih sepinya beberapa destinasi wisata
di Ibukota, sehingga permintaan akan jasa rekreasi cenderung berkurang. Hal ini tercermin dari
pergerakan harga subkelompok rekreasi yang cenderung mengalami deflasi dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Belum masuknya tahun ajaran baru sekolah juga turut berkontribusi
terhadap rendahnya inflasi kelompok pengeluaran ini.
Sumber: BPS, Diolah Sumber: Bloomberg dan BPS, diolah
Grafik 4.10 Pergerakan Inflasi Kesehatan Grafik 4.11 Pergerakan Inflasi Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Inflasi
Bab 4
47
Bertepatan dengan musim libur panjang Idul Fitri 2018, inflasi kelompok pengeluaran transpor,
komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan II 2018 tetap terkendali, dan masih di bawah rata-
rata pada tiga tahun sebelumnya. Di tengah kenaikan permintaan jasa transportasi, baik udara
maupun antarkota untuk keperluan mudik dan berlibur, kelompok pengeluaran ini tercatat
mengalami inflasi sebesar 2,71% (yoy), masih lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata tiga
tahun sebelumnya sebesar 3,21% (yoy). Tarif angkutan udara, angkutan antarkota dan tarif
kereta api yang masing-masing mengalami kenaikan harga cukup tinggi karena banyak
digunakan sebagai moda transportasi luar kota, tidak mendorong inflasi terlalu ke atas.
Pembangunan infrastruktur pendukung oleh pemerintah, antara lain tol antardaerah,
mendorong sebagian masyarakat melakukan mudik dengan kendaraan pribadi. Hal ini
menyebabkan permintaan jasa transportasi lainnya cenderung lebih terbatas dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya. Harga minyak internasional yang kembali naik ke USD
67,5/barrel dan diikuti oleh kenaikan harga BBM nonsubsidi sampai dengan Juni 2018, juga
tidak serta merta menekan kinerja inflasi Jakarta.
Sumber: BI, Bloomberg, BPS, Diolah Sumber: Bloomberg dan BPS, diolah
Grafik 4.12 Pergerakan Inflasi Angkutan Udara, Minyak Dunia dan Nilai Tukar
Grafik 4.13 Pergerakan harga BBM Nonsubsidi dan Minyak Internasional
Selain berbagai program pengendalian harga oleh TPID DKI Jakarta maupun pemerintah,
ekspektasi inflasi yang terjaga turut berkontribusi dalam terkendalinya inflasi inti secara
keseluruhan. Pencapaian inflasi yang sesuai sasarannya dalam tiga tahun terakhir, maupun
inflasi secara bulanannya, berpengaruh terhadap ekspektasi inflasi oleh masyarakat. Sampai
dengan triwulan II 2018, ekspektasi inflasi masyarakat cenderung tidak terlalu bergejolak untuk
jangka 3 bulan dan 6 bulan ke depan.
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Inflasi
Bab 4
48
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 4.14 Ekspektasi Inflasi
Program Pengendalian Inflasi Triwulan II 2018
Pada triwulan II 2018, program pengendalian harga yang dilakukan lebih berfokus pada
persiapan menghadapi puasa dan Idul Fitri yang jatuh pada Juni 2018, serta tetap melanjutkan
program-program yang telah dilakukan sebelumnya. Persiapan menghadapi Ramadhan dan
Idul Fitri diawali dengan High Level Meeting (HLM) TPID DKI Jakarta pada 24 April 2018. Dari
kegiatan HLM tersebut dihasilkan berbagai program pengendalian harga untuk menghadapi
dinamika permintaan masyarakat dalam menghadapi bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Berbagai
program yang dilakukan dan disepakati TPID DKI Jakarta, dikomunikasikan melalui berbagai
media untuk membentuk ekspektasi harga yang positif bagi masyarakat umum, antara lain
tentang kecukupan pasokan dan berbagai program pasar murah selama Ramadhan. TPID DKI
Jakarta juga melakukan kerjasama penyediaan pasokan dan pendistribusian pangan dengan
Inkoppas (Induk Koperasi Pedagang Pasar). Kerjasama ini menyepakati pola kerja sama
penyediaan dan pendistribusian bahan pangan yang efektif dengan memanfaatkan sarana dan
prasarana yang dimiliki oleh para pihak, sehingga dapat mendukung program pemerintah
untuk menjaga stabilitas harga bahan pangan. Selain itu, TPID DKI Jakarta bersama Wakil
Gubernur DKI Jakarta berkunjung ke Brebes pada 19 Mei 2018 untuk memastikan pasokan
bawang merah yang masuk ke DKI Jakarta tetap stabil selama triwulan II 2018. Kunjungan
dilakukan ke beberapa kelompok tani di Brebes, termasuk dengan yang sudah bekerjasama
dengan DKI Jakarta.
TPID DKI Jakarta juga turut aktif dalam mendukung kegiatan berskala nasional, antara lain ikut
berpartisipasi dalam Gerakan Stabilisasi Pangan oleh kementerian terkait, serta sidak pasokan
dan harga di berbagai pasar, termasuk pasar induk beras cipinang dan pasar induk Kramat Jati.
Adapun beberapa program pendukung lainnya yang dijalankan TPID DKI Jakarta, bekerjasama
dengan beberapa mitra strategis. TPID DKI Jakarta melakukan kerja sama dengan Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk memeriksa kualitas dan kesehatan pangan yang
beredar di Ibukota. Selain itu, TPID DKI Jakarta juga melakukan koordinasi dengan dinas terkait
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Inflasi
Bab 4
49
untuk menjamin kelancaran distribusi pangan, antara lain melalui pengaturan lalu lintas yang
masuk/keluar dari DKI Jakarta.
Dalam hal pengembangan kelembagaan, TPID DKI Jakarta telah mengikuti In House Training
terkait perhitungan angka kemiskinan dengan narasumber BPS DKI Jakarta. Kegiatan ini
merupakan komitmen bersama dalam menargetkan penurunan angka kemiskinan menjadi
2.78% pada tahun 2022. Peran TPID DKI Jakarta dalam penurunan angka kemiskinan dilakukan
melalui pengendalian harga pangan, terutama komoditas pangan yang masuk dalam
perhitungan Garis Kemsiskinan. Selain itu, TPID DKI Jakarta juga diundang sebagai narasumber
dalam Rakorda TPID se Riau, terkait model bisnis pengendalian inflasi.
B. Tracking Inflasi Triwulan III 2018
Inflasi DKI Jakarta pada triwulan III 2018 diprakirakan lebih rendah dari triwulan sebelumya.
Secara umum, permintaan akan barang dan jasa menurun, seiring berakhirnya Idul Fitri dan
libur panjang. Walau terdapat kenaikan harga daging ayam dan telur ayam ras, harga pangan
strategis lainnya terpantau stabil. Hal ini akan berdampak pada tetap terjaganya harga-harga
pangan secara umum. Beberapa tarif transportasi mengalami penurunan, terutama angkutan
udara dan angkutan antarkota. Berakhirnya musim liburan menyebabkan turunnya permintaan
akan jasa transportasi. Tidak adanya event khusus yang berpotensi meningkatkan tekanan
permintaan, turut menjadi faktor terkendalinya inflasi secara keseluruhan.
Sumber: BPS, diolah
Grafik 4.15 Laju Inflasi DKI Jakarta
Memasuki bulan ke tujuh pasca-Ramadhan dan Idul Fitri, tekanan inflasi DKI Jakarta pada bulan
Juli 2018 mengalami penurunan. Inflasi bulan Juli 2018 tercatat sebesar 0,26% (mtm) atau
3,16% (yoy). Turunnya inflasi Juli 2018 terutama disebabkan oleh melambatnya inflasi pada
kelompok pengeluaran transpor, komunikasi, dan jasa keuangan.
Turunnya tarif angkutan udara dan kereta api menjadi faktor utama melambatnya kelompok
pengeluaran transport, komunikasi, dan jasa keuangan. Tarif angkutan udara dan kereta api
tercatat mengalami penurunan, seiring dengan berkurangnya jumlah permintaan moda
transportasi tersebut. Berkurangnya jumlah permintaan ini bersamaan dengan berakhirnya libur
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Inflasi
Bab 4
50
panjang dan mudik tahun 2018. Adapun kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi
yang terjadi selama beberapa kali sampai dengan bulan Juli 2018, tidak serta merta mendorong
inflasi kelompok pengeluaran ini lebih keatas. Berbagai faktor tersebut, menyebabkan
kelompok pengeluaran transport, komunikasi dan jasa keuangan tercatat mengalami inflasi
sebesar 0,86% (yoy), lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebelumnya (3,16% yoy).
Di tengah kenaikan tarif pendidikan, seiring dimulainya tahun ajaran baru pada Juli 2018, tidak
memberikan tekanan yang berarti terhadap inflasi kelompok pendidikan, rekreasi dan olah
raga. Inflasi kelompok pengeluaran ini tercatat sebesar 1,83% (yoy), lebih rendah dari rata-rata
tahun-tahun sebelumnya (2,28% yoy). Semakin terjangkaunya biaya pendidikan di DKI Jakarta,
serta opsi pendidikan yang melimpah menyebabkan terjaganya inflasi kelompok pengeluaran
pendidikan, rekreasi dan olahraga.
Walau daging ayam ras dan telur ayam ras mengalami kenaikan yang cukup tinggi, inflasi
kelompok pengeluaran bahan makanan pada Juli 2018 tetap terjaga. Hal ini terlihat dari inflasi
bahan makanan yang tercatat sebesar 5,33% (yoy). Inflasi tersebut lebih tinggi dari bulan
sebelumnya (4,51% yoy), namun masih lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebelumnya
(5,78% yoy). Pergerakan harga beras dan bawang merah yang terkendali serta harga daging
sapi yang masih mengalami penurunan, mendukung terkendalinya inflasi pangan ibukota.
Perkembangan stok pangan di DKI Jakarta hingga Juli tetap stabil, sehingga inflasi bahan
makanan pada triwulan III 2018 diprakirakan akan terjaga. Volume beras yang masuk ke Pasar
Induk Beras Cipinang (PIBC) pada minggu keempat Juli 2018 tetap stabil. BUMD pangan Jakarta
masih mampu menjaga pasokan yang berkesinambungan, seiring dengan penguatan
kerjasama antardaerah, serta didukung oleh masih berlangsungnya panen raya. Demikian pula
dengan pasokan daging sapi yang juga masih stabil dengan kecenderungan meningkat, karena
pengiriman sapi dari beberapa daerah produsen dan realisasi impor daging sapi yang tetap
terjaga. Pasokan bumbu-bumbuan khususnya cabai merah dan bawang merah yang masuk
dalam pasar induk Kramat Jati juga terpantau membaik, walau masih rentan terhadap faktor
Sumber: Biro Perekonomian DKI Jakarta Sumber: Biro Perekonomian DKI Jakarta
Grafik 4.16 Pasokan dan harga cabai merah
di Pasar Induk Kramat jati
Grafik 4.17 Perkembangan harga daging ayam
dan sapi, dan telur ayam
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Inflasi
Bab 4
51
Sumber: Biro Perekonomian DKI Jakarta Sumber: Biro Perekonomian DKI Jakarta
Grafik 4.18 Pasokan dan harga beras di Pasar
Induk Cipinang
Grafik 4.19 Pasokan dan harga bawang merah
di Ps. Induk Kramat Jati
Sumber: BMKG Sumber: BMKG
Gambar 4.2 Prakiraan Curah Hujan Terkini
Gambar 4.3 Prakiraan Sifat Hujan Terkini
C. Program Pengendalian Inflasi Triwulan III 2018
Pada triwulan III 2018, program-program yang telah direncanakan dan disepakati oleh
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam High Level Meeting TPID pada awal tahun 2018 akan
tetap dilaksanakan. Adapun beberapa kegiatan yang akan dilakukan antara lain adalah
penjajakan kerjasama pasokan daging ayam dan perluasan kerjasama pasokan telur ayam ras.
Hal ini ditujukan untuk meningkatkan pasokan bagi penduduk DKI Jakarta, serta untuk
mendukung pasokan bagi penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP). Penjajakan kerjasama ini akan
didasari oleh riset market intelligence komoditas daging ayam, yang akan dilakukan pada
Agustus 2018. Riset ini akan memberikan wawasan lebih terkait sumber-sumber pasokan yang
mengalami surplus produksi, dan memiliki potensi kerjasama antardaerah yang baik. TPID DKI
Jakarta, melalui BUMD, saat ini juga telah mengantongi izin impor bawang putih. Hal ini akan
mampu berkontribusi dalam menjaga gejolak harga bawang putih di Ibukota, yang pasokannya
mayoritas berasal dari luar negeri.
Dari sisi distribusi, TPID DKI Jakarta akan melakukan penambahan jumlah Mini Distribution
Center. Mini Distribution Center merupakan kepanjangan dari JakGrosir yang hanya
memasarkan produknya kepada pedagang-pedagang pasar tradisional di Ibukota, dengan
harga lebih murah. Dengan demikian barang-barang dapat sampai ke konsumen akhir dengan
harga yang lebih murah pula.
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Inflasi
Bab 4
52
TPID DKI Jakarta juga mengedepankan peran komunikasi yang masif dan efektif kepada
masyarakat dalam menjangkar ekspektasi harga. Komunikasi dilakukan melalui berbagai media,
baik yang bersifat lokal maupun nasional. Ekspektasi yang baik, turut berkontribusi terhadap
terkendalinya harga barang dan jasa secara keseluruhan.
Berbagai upaya dalam penanganan inflasi pangan yang telah berhasil baik akan terus
ditingkatkan. Program penguatan peran BUMD DKI Jakarta di bidang pangan tetap dijalankan.
Kerjasama pasokan pangan antardaerah yang berkesinambungan, manajemen stok yang baik,
serta efisiensi rantai dagang yang terus dilakukan dan diperkuat semenjak tahun 2015, telah
berkontribusi dalam menjaga kestabilan harga pangan. Selanjutnya, TPID akan terus
menambah jumlah komoditas yang akan menjadi fokus dalam strategi pengendalian harga
pangan. TPID DKI Jakarta saat ini berfokus pada enam komoditas pangan utama, yaitu beras,
daging sapi, daging ayam ras, telur ayam, bawang merah dan cabai merah. Strategi stock
management untuk dapat menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan terhadap
komoditas-komoditas tersebut akan terus dikembangkan.
Selain BUMD, peran berbagai SKPD terkait di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta lintas instansi
lainnya, melalui program stabilisasi harga, antara lain pasar murah, secara rutin terus dilakukan.
Hal ini dilakukan agar masyarakat dengan kemampuan ekonomi terbatas tetap dapat
memperoleh bahan pangan yang layak dan terjangkau. Sebagai contoh, kerjasama antara
BUMD pangan DKI Jakarta dengan Kementerian Pertanian dalam penyaluran bahan pangan
murah ke pasar-pasar tradisional melalui peternak atau petani champion binaan, merupakan
contoh koordinasi yang baik antara TPID DKI Jakarta dengan berbagai stakeholder utama
TPID di Provinsi DKI Jakarta akan tetap solid mengawal perkembangan harga di Jakarta, agar
tetap berada dalam koridor 3,5% ± 1% . Program-program yang lebih terencana baik dan
berkesinambungan terus dilakukan oleh BUMD pangan DKI Jakarta akan sangat mendukung
terjaganya keseimbangan pasokan dan kebutuhan pangan Jakarta, yang dapat menciptakan
kestabilan harga. Pembentukan ekspektasi yang positif bagi masyarakat juga akan selalu
dilakukan. Terkendalinya inflasi DKI Jakarta akan mendukung pertumbuhan ekonomi
berkelanjutan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik di Ibukota maupun nasional.
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Inflasi
Bab 4
53
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
54
Bab 5
STABILITAS KEUANGAN DAERAH
SERTA PENGEMBANGAN KEUANGAN
DAN UMKM
Secara umum, kondisi stabilitas keuangan di DKI Jakarta masih terjaga di tingkat yang aman. Aset
perbankan tumbuh membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, terutama disebabkan
peningkatan pertumbuhan kredit, di tengah melambatnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga
(DPK). Dari sisi risiko kredit, NPL perbankan sedikit membaik dan relatif terjaga di dalam batas
aman dengan rasio masih di bawah 5%.
Kinerja korporasi masih menunjukkan perbaikan baik dari sisi likuiditas, solvabilitas, dan
rentabilitas. Walaupun terjadi penurunan produktivitas, hal tersebut masih bersifat musiman
akibat libur panjang menyambut hari raya Idul Fitri. Optimisme pasar masih positif dengan
tumbuhnya sektor-sektor utama pendukung ekonomi DKI Jakarta. Pertumbuhan kredit pada
triwulan II 2018 meningkat ke angka 7,9% (yoy) dengan rasio NPL membaik menjadi 2,2%.
Meningkatnya permintaan kredit, selain karena dorongan permintaan barang dan jasa
menyambut hari raya idul fitri, juga disebabkan oleh masa liburan sekolah dan cuti bersama yang
ditetapkan oleh pemerintah. Di sisi lain, laju pertumbuhan kredit perbankan masih tertahan
dengan adanya kecenderungan beberapa korporasi mencari sumber pendanaan di luar
perbankan, seperti di pasar obligasi dan pasar modal.
Sejalan dengan itu, tingkat ketahanan sektor rumah tangga masih relatif cukup baik. Hal ini
tergambar dari pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam PDRB yang mencapai 5,63% dan
angka indeks keyakinan konsumen (IKK) yang tetap berada dalam zona optimis. Namun, rasio
kredit bermasalah (NPL) menunjukkan peningkatan, yang bersumber dari kredit modal kerja dan
konsumsi walapun masih dalam batas aman.
Sementara itu, pertumbuhan kredit UMKM pada triwulan laporan melambat dibandingkan
dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya. Pangsa pasar kredit UMKM mencapai 9,1% dari total
kredit yang di salurkan di Provinsi DKI Jakarta. Kendati demikian, rasio NPL kredit UMKM masih
perlu diwaspadai karena telah melewati batas aman.
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
55
A. Perkembangan Kinerja Perbankan
Asesmen Kinerja Perbankan
Total aset bank umum di Provinsi DKI Jakarta pada triwulan II 2018 tumbuh membaik
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada periode tersebut total aset bank tercatat
sebesar Rp4.686 triliun atau tumbuh 9,5% (yoy), membaik dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,2% (Tabel 5.1). Meningkatnya pertumbuhan total aset
tersebut disebabkan terakselerasinya pertumbuhan kredit dari 7,1% pada triwulan sebelumnya
menjadi 11,9% pada triwulan II 2018. Akselerasi tersebut tidak terlepas dari meningkatnya
pertumbuhan kredit di sektor pemerintah yang tercatat sebesar 35,7% dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Selain itu kredit korporasi pada triwulan II 2018 tercatat tumbuh 7,9%
(yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,4% (yoy),
sedangkan kredit kepada sektor rumah tangga mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu
dari 5,1% (yoy) menjadi 4,6% (yoy).
Tekanan ekonomi global dan nasional ikut memberikan dampak baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap industri perbankan di DKI Jakarta. Di tengah kondisi likuiditas yang
mulai mengetat akibat kebijakan moneter di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat,
Eropa dan Jepang, adanya beberapa bank yang masih melakukan konsolidasi untuk perbaikan
kualitas aktiva produktifnya serta mulai berkembangnya perusahaan startup financial
technology (fintech) di Indonesia membuat pertumbuhan perbankan di DKI Jakarta menjadi
terbatas. Sementara itu, debitur korporasi melakukan cara lain untuk mencari sumber
pendanaan yang lebih murah melalui pasar obligasi. Hal tersebut berdampak berkurangnya
jumlah kantor cabang di DKI Jakarta yang pada triwulan II 2018 tercatat terkontraksi 3,12%
(yoy) atau telah berkurang 17 kantor dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
2017.
Jika dilihat berdasarkan kelompok bank, total aset terbesar bank di DKI Jakarta masih dimiliki
oleh bank swasta nasional, yaitu sebesar 49%, diikuti oleh bank milik pemerintah dan bank
asing yang masing-masing sebesar 34% dan 16% (Grafik 5.1).
Tabel 5.1 Perkembangan Kinerja Bank Umum di Provinsi DKI Jakarta triliun Rp
No Keterangan
I II III IV I II III IV I II
1 Total Asset 3,775 3,862 3,953 4,162 4,220 4,278 4,390 4,558 4,567 4,686
2 Dana Pihak Ketiga (DPK) 2,238 2,259 2,278 2,448 2,480 2,507 2,539 2,651 2,638 2,665
3 Kredit
- Lokasi Bank (LB) 1,942 2,024 2,036 2,140 2,131 2,177 2,191 2,299 2,294 2,468
- Lokasi Proyek (LP) 1,295 1,358 1,355 1,439 1,429 1,472 1,479 1,567 1,530 1,647
4 Pertumbuhan :
- g_Asset (%, yoy) 6.18 6.53 4.64 10.17 11.81 10.78 11.05 9.51 8.21 9.52
- g_DPK (%, yoy) 4.86 4.54 2.25 11.39 10.89 11.22 11.49 8.28 6.37 6.31
- g_Kredit Lokasi Bank (%, yoy) 7.55 7.26 3.90 6.79 9.68 7.58 7.59 7.40 7.66 13.35
- g_Kredit Lokasi Proyek (%, yoy) 7.74 7.51 3.88 7.57 10.37 8.41 9.11 8.87 7.05 11.88
5 LDR
LDR-Lokasi Bank 86.03 88.69 88.46 86.56 85.09 85.79 86.28 86.71 86.95 92.58
LDR-Lokasi Proyek 57.35 59.49 58.88 58.19 57.08 57.99 58.24 59.09 57.99 61.78
6 Non performing loan (NPL)
- Lokasi Bank 2.73 2.96 3.01 2.96 2.95 2.70 2.62 2.24 2.31 2.22
- Lokasi Proyek 2.57 2.68 2.76 2.90 2.87 2.61 2.55 2.14 2.13 2.00
Sumber : Bank Indonesia
2016 2017 2018
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
56
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.1 Komposisi Aset Berdasarkan Kelompok Bank
Dana Pihak Ketiga (DPK)
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh melambat. Pertumbuhan DPK tercatat 6,3%
(yoy) atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,4%
(yoy) (grafik 5.2). Tertahannya penghimpunan dana pihak ketiga tersebut terutama disebabkan
meningkatnya kebutuhan korporasi dan pengeluaran masyarakat, untuk memenuhi
kebutuhan pada saat bulan puasa, perayaan hari raya idul fitri dan musim libur sekolah. Selain
itu, libur panjang pada saat hari raya juga berdampak pada berkurangnya aktivitas operasional
korporasi yang memengaruhi perputaran cash flow beberapa perusahaan nasional termasuk di
DKI Jakarta.
Kontribusi terbesar pertumbuhan DPK berasal dari tabungan. Pertumbuhan tabungan pada
triwulan II tercatat sebesar 3,9% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan pada giro dan deposito
relatif lebih rendah dari tabungan, yang masing-masing hanya tumbuh sebesar 2,67% dan
0,3% (yoy). Capaian tersebut menunjukkan bahwa ketiganya mengalami perlambatan
pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar
4,3%, 5,4% dan 3,0% (yoy).
Secara spasial, sebagian besar DPK di beberapa wilayah juga mengalami perlambatan
pertumbuhan. Di Jakarta Pusat, DPK melambat dari 6,9% menjadi 5,4% (yoy), Jakarta Utara
melambat dari 6,4% menjadi 3,5% (yoy), Jakarta Barat melambat dari 9,6% menjadi 4,9%
(yoy) dan Jakarta Timur melambat dari 7,7% menjadi 6,2%. Wilayah yang mengalami
peningkatan pertumbuhan hanya Jakarta Selatan yang meningkat dari 4,4% menjadi 8,8%
(yoy), sementara DPK Kepulauan Seribu tumbuh relatif stabil dan hanya sedikit meningkat dari
25,7% menjadi 25,8%.
34%
49%
16% 1%
Bank Persero Bank Swasta Nasional
Bank Asing & Campuran Bank Pemerintah Daerah
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
57
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.2 Pertumbuhan DPK di Jakarta
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.3 Pertumbuhan DPK Jakarta, Jawa, dan Nasional
Grafik 5.4 Posisi DPK di Jakarta
Dengan kontribusi DPK yang mencapai 49,4% terhadap DPK nasional dan 64,0% terhadap
DPK Jawa (grafik 5.3), menjadikan Provinsi DKI Jakarta sebagai tumpuan perbankan nasional
dalam hal penghimpunan DPK. Dengan demikian perlambatan pertumbuhan DPK di Provinsi
DKI Jakarta pada triwulan II 2018 ikut berpengaruh terhadap pertumbuhan DPK baik di Jawa
maupun Nasional (Grafik 5.4).
Komposisi dana pihak ketiga DKI Jakarta pada triwulan II 2018 masih didominasi oleh deposito,
dengan proporsi sebesar 53%. Dengan tingginya komposisi deposito tersebut, maka biaya dana
yang ditanggung oleh bank menjadi cukup mahal. Menempati posisi selanjutnya adalah giro
dan kemudian tabungan pada posisi terendah. Proporsi giro dan tabungan dalam total DPK DKI
Jakarta masing-masing sebesar 29% dan 18% (Grafik 5.5). Komposisi tersebut relatif tidak
berubah dalam beberapa tahun terakhir.
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.5 Komposisi DPK di Jakarta
-
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
-5
0
5
10
15
20
25
30
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
dal
am t
riliu
n
Total DPK g_Giro Jakarta g_Tabungan Jakarta g_Deposito Jakarta
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
-
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
2,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
da
lam
tri
liu
n
Giro Tabungan
Deposito % DPK Jakarta terhadap Nasional
% DPK Jakarta terhadap Jawa
0.00
4.00
8.00
12.00
16.00
20.00
24.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
g_DPK Perbankan Nasional g_DPK Perbankan di P. Jawa g_DPK di Provinsi Jakarta
(%,yoy)
29%
18%
53%
Giro Tabungan Deposito
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
58
Penyaluran Kredit
Bertolak belakang dengan pertumbuhan DPK, pertumbuhan kredit pada triwulan II 2018
menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik dilihat dari lokasi bank
maupun lokasi proyek. Pertumbuhan kredit berdasarkan lokasi bank meningkat dari 7,7%
menjadi 13,4% (yoy), dan kredit berdasarkan lokasi proyek tumbuh membaik dari 7,0%
menjadi 11,9% (yoy). Kredit yang telah disalurkan berdasarkan lokasi proyek tercatat sebesar
Rp1.647 triliun. Kredit tersebut sebagian besar dikucurkan untuk membiayai modal kerja dan
investasi (grafik 5.7). Untuk kredit modal kerja, pada triwulan II 2018 tercatat tumbuh sebesar
13,0% (yoy), jauh meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,0%
(yoy). Demikian pula dengan kredit investasi yang tercatat tumbuh 10,8% (yoy), meningkat
cukup signifikan dari sebelumnya hanya tumbuh sebesar 5,9% (yoy). Mengikuti kedua jenis
kredit sebelumnya, kredit konsumsi juga menunjukkan pertumbuhan yang membaik, yaitu
sebesar 9,5%, dari sebelumnya hanya tumbuh sebesar 5,8% (yoy).
Secara keseluruhan, peningkatan intermediasi pebankan tersebut tidak terlepas dari dorongan
pertumbuhan kredit empat sektor utama DKI Jakarta yang dikucurkan baik kepada sektor
pemerintah maupun korporasi. Intermediasi perbankan terutama terarah kepada sektor-sektor
utama seperti sektor industri pengolahan (meningkat dari 11,6% menjadi 16,7% (yoy)),
perdagangan besar dan eceran (meningkat dari 9,4% menjadi 18,2% (yoy)), perantara
keuangan (meningkat dari 11,9% menjadi 13,2% (yoy) serta transportasi, pergudangan dan
komunikasi (meningkat dari 7,4% menjadi 31,9% (yoy). Perbaikan intermediasi perbankan
kepada sektor-sektor tersebut sejalan dengan meningkatnya permintaan akan kebutuhan
barang maupun jasa di sektor-sektor tersebut dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri,
musim liburan sekolah dan persiapan pelaksanaan Asian Games 2018.
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.6 Pertumbuhan Kredit di Jakarta
Grafik 5.7 Pangsa Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
Kondisi DKI Jakarta yang merupakan Ibukota negara dan juga barometer perekonomian
nasional menjadikan DKI Jakarta memiliki karakteristik sebagai daerah penghimpun dana.
Namun, hal tersebut belum diimbangi dengan besarnya permintaan kredit sehingga
mendorong perbankan untuk menyalurkan kredit di luar DKI Jakarta. Kondisi tersebut tercermin
dari loan to deposit ratio (LDR) Lokasi proyek yang hanya sebesar 61,8%, jauh lebih rendah
0.00%
2.00%
4.00%
6.00%
8.00%
10.00%
12.00%
14.00%
-
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1,000
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Tri
llio
ns
Modal Kerja Investasi Konsumsi g_Kredit
Modal Kerja58%
Investasi29%
Konsumsi13%
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
59
dibandingkan dengan LDR Lokasi Bank yang sebesar 92,6% (Grafik 5.8). Dengan kata lain
terdapat 30,8% kredit disalurkan di luar DKI Jakarta.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.8 Loan to Deposit Ratio
Dalam hal pengelolaan risiko kredit, adanya peningkatan pertumbuhan kredit pada triwulan II
2018 ikut mendorong perbaikan rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan di DKI Jakarta
yang tercatat sebesar 2,00%, atau membaik dari triwulan sebelumnya yang sebesar 2,13%
(grafik 5.9). Perbaikan NPL terutama didorong oleh upaya yang dilakukan oleh bank BUKU I,
BUKU 3 dan BUKU 4 yang telah berhasil menurunkan NPL, masing masing dari 5,12%, 1,88%
dan 2,16% menjadi 4,18%, 1,83% dan 1,93%. Sedangkan NPL pada bank BUKU 2
menunjukkan peningkatan dari 2,78% menjadi 3,03%.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.9 Perkembangan NPL DKI Jakarta
Dilihat dari jenis penggunaan, perbaikan kualitas kredit didorong oleh perbaikan kualitas kredit
modal kerja dan investasi. NPL kredit modal kerja pada triwulan II 2018 tercatat sebesar 1,97%,
membaik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,10%. Demikian pula
halnya dengan NPL kredit investasi yang membaik dari 2,24% menjadi 2,04%. Sedangkan
untuk kredit konsumsi terjadi sedikit peningkatan yaitu dari 2,05% menjadi 2,06% (Grafik
5.10). terutama didorong oleh kredit bermasalah di sektor korporasi dan rumah tangga, baik
kredit pemilikan rumah, kendaraan bermotor, maupun multiguna.
Jika dibandingkan dengan kualitas kredit di Pulau Jawa dan nasional, secara keseluruhan, NPL
di DKI Jakarta yang tercatat sebesar 2.00% masih lebih rendah dibandingkan dengan NPL
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
100.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
LDR-LB LDR-LP
0
200
400
600
800
1,000
1,200
1,400
1,600
1,800
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Kredit (LP) NPL Lokasi Proyek
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
60
perbankan di Pulau Jawa dan nasional yang masing-masing tercatat sebesar 2,50% dan 2,65%
(Grafik 5.11).
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.10 Perkembangan NPL (LP) Berdasarkan Jenis Penggunaan
Grafik 5.11 Pebandingan NPL Bank Umum (LP) di Provinsi DKI Jakarta
Berdasarkan golongan debitur, komposisi kredit kepada sektor swasta lebih mendominasi
dibandingkan dengan sektor pemerintah. Pada triwulan II 2018, pangsa kredit kepada sektor
swasta mencapai 81,7% dari total kredit, jauh lebih besar dibandingkan dengan pangsa kredit
kepada sektor pemerintah yang hanya sebesar 16,4% (Grafik 5.12). Pertumbuhan kredit kedua
sektor tersebut menunjukkan peningkatan pada triwulan II 2018 sejalan dengan menguatnya
permintaan pada saat hari raya idul fitri dan liburan sekolah serta persiapan menjelang
pelaksanaan Asian Games 2018. Pertumbuhan kredit sektor pemerintah tercatat meningkat
signifikan, yaitu dari 7,6% (yoy) pada triwulan I 2018 menjadi 39,5% (yoy) pada triwulan
laporan. Sementara itu, kredit sektor swasta tumbuh juga tumbuh lebih tinggi dari 6,7% (yoy)
menjadi 11,9% (yoy) (Grafik 5.13).
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.12 Komposisi Kredit Berdasarkan Golongan Debitur
Grafik 5.13 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Golongan Debitur
Secara spasial, penyaluran kredit perbankan terutama ditujukan ke Jakarta Pusat dan Jakarta
Selatan. Pangsa atau sebaran kredit yang menunjukkan Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan
merupakan wilayah yang mendominasi penyaluran kredit. Pada triwulan II 2018, total kredit
yang disalurkan ke dua daerah tersebut masing-masing sebesar 41,6% dan 30,7% dari total
kredit (Grafik 5.14). Dari sisi golongan debitur, sebaran kredit di Provinsi DKI Jakarta juga
didominasi oleh Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan, baik kredit kepada sektor swasta maupun
kepada Pemerintah (Grafik 5.15).
16.37%
81.74%
1.89%
Sektor Pemerintah Sektor Swasta Lainnya
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
g_Sektor Pemerintah g_Sektor Swasta
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
61
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.14 Sebaran Kredit di Provinsi DKI Jakarta
Grafik 5.15 Sebaran Kredit Berdasarkan Golongan Debitur
B. Stabilitas Keuangan Daerah
Asesmen Sektor Korporasi
Sumber Kerentanan Sektor Korporasi
Kinerja korporasi DKI Jakarta pada triwulan II 2018 banyak dipengaruhi perkembangan sektor
eksternal dan internal. Dari sisi eksternal, ketidakpastian ekonomi global yang terus berlanjut
memengaruhi kondisi ekonomi di beberapa negara mitra dagang DKI Jakarta sehingga
memengaruhi kinerja korporasi yang berorientasi ekspor. Sedangkan aktivitas korporasi yang
berorientasi domestik sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi makro seperti
pertumbuhan ekonomi, iklim investasi dan inflasi, serta berbagai kebijakan baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah.
Beberapa faktor yang memengaruhi kinerja Korporasi DKI Jakarta, antara lain:
1. Kondisi perekonomian negara mitra dagang utama DKI Jakarta
Kondisi perekonomian global memiliki pengaruh terhadap kinerja korporasi di DKI Jakarta.
Ketidakpastian ekonomi global yang tinggi mendorong turunnya volume perdagangan
dunia serta harga komoditas global. Pertumbuhan ekonomi yang melambat dialami oleh
negara-negara utama mitra dagang DKI Jakarta, yaitu Singapura, Amerika Serikat, Filipina
dan Tiongkok (Grafik 5.16). Permintaan ekspor dari negara mitra dagang utama mengalami
penurunan pada triwulan II 2018, setelah sebelumnya sempat mengalami peningkatan
pada tahun 2017. Kondisi tersebut dapat menjadi faktor negatif yang mendorong kinerja
korporasi di DKI Jakarta terutama yang berorientasi ekspor (Grafik 5.17).
41.55%
9.75%9.52%
30.71%
8.43% 0.04%
Jakarta Pusat Jakarta Utara
Jakarta Barat Jakarta Selatan
0
100
200
300
400
500
600
700
800
JakartaPusat
JakartaUtara
JakartaBarat
JakartaSelatan
JakartaTimur
KepulauanSeribu
Trily
un
Pemerintah Swasta
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
62
Sumber: Trading Economics Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.16 Pertumbuhan Ekonomi Mitra Dagang Utama
Grafik 5.17 Pertumbuhan Ekspor ke negara tujuan utama DKI Jakarta
2. Ekspor korporasi di lapangan usaha industri mengalami penurunan
Ekspor komoditas industri memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap total ekspor DKI
Jakarta. Masih tingginya ketidakpastian ekonomi global membuat pertumbuhan ekspor
industri mengalami kontraksi pada triwulan II 2018 setelah sebelumnya dalam tren
meningkat pada tahun 2017 (Grafik 5.18). Ketidakpastian ekonomi global yang tinggi
akibat divergensi pertumbuhan ekonomi antara AS dengan negara lainnya yang melebar
dan eskalasi perang dagang berdampak pada menurunnya perdagangan dunia dan harga
komoditas (kecuali minyak).
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.18 Pertumbuhan Ekspor Industri DKI Jakarta
3. Kegiatan investasi tumbuh melambat
Kegiatan investasi di DKI jakarta tumbuh melambat menjadi hanya sebesar 4,7% (yoy)
dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,1% (yoy). Kondisi
tersebut terutama disebabkan oleh perlambatan investasi bangunan, sejalan dengan
pencapaian progress pembangunan infrastruktur di DKI Jakarta yang rata-rata telah
mencapai 90%.
Sementara itu, peran swasta dalam kegiatan investasi di DKI Jakarta relatif masih masih
terbatas. Investasi nonbangunan mulai menunjukkan perbaikan. Indikator adanya
peningkatan investasi nonbangunan tercermin dari meningkatnya impor barang modal.
Impor yang meningkat antara lain mesin-mesin dan gerbong kereta, terkait dengan proyek
MRT, yang merupakan proyek yang diinisiasi oleh Pemerintah, kendati pengerjaan
(2.00)
(1.00)
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II
2014 2015 2016 2017 2018
Singapura Amerika Filipina Tiongkok Thailand
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
63
dilakukan oleh BUMN maupun BUMD. Di sisi lain, penyaluran kredit investasi dari
perbankan menunjukkan perbaikan, yaitu tumbuh sebesar 9,8%, meningkat dibandingkan
dengan 5,6% pada triwulan sebelumnya, di tengah melemahnya pasar obligasi dan indeks
harga saham gabungan (IHSG) dalam beberapa periode terakhir akibat tingginya sentimen
negatif kondisi eksternal.
Kinerja dan Risiko Sektor Korporasi
Kinerja Korporasi Umum
Pertumbuhan perekonomian Indonesia meningkat terutama didorong oleh permintaan
domestik dari konsumsi swasta dan pemerintah. Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi
ekonomi domestik, kinerja korporasi pada tahun 2018 juga membaik dibandingkan dengan
periode sebelumnya terutama korporasi yang bergerak di LU Perdagangan Besar dan Eceran,
dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) triwulan
II 2018 menunjukkan LU Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
tumbuh 6,86% (yoy) lebih baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar
6,56% (yoy). Sektor lain yang juga membaik adalah lapangan usaha real estate yaitu dari 4,59%
menjadi 4,72% (yoy).
Selain itu, adanya faktor musiman lebaran pada triwulan II ini juga mendukung aktivitas
perdagangan dan perjalanan wisata maupun liburan. Namun, berkurangnya hari kerja efektif
pada Juni 2018 ikut memengaruhi kinerja LU Industri pengolahan dan LU Konstruksi (Grafik
5.19).
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.19 Pertumbuhan PDRB Lapangan Usaha Unggulan DKI Jakarta
Grafik 5.20 Perkembangan Realisasi SKDU dan pertumbuhan PDRB
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) juga mengonfirmasi adanya peningkatan kegiatan
ekonomi pelaku usaha DKI Jakarta pada triwulan II 2018. Meningkatnya aktivitas pelaku usaha
tersebut diindikasikan oleh nilai SBT yang meningkat dari -6,03 menjadi 24,43, terutama pada
sektor unggulan seperti industri pengolahan; bangunan; perdagangan, hotel dan restoran;
serta keuangan, persewaan dan jasa serta bangunan (Grafik 5.21). Selain SBT, meningkatnya
aktivitas beberapa LU tersebut juga tercermin dari rata-rata kapasitas produksi yang terpakai,
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
64
yang menunjukkan peningkatan namun masih terbatas, yaitu dari dari 75,77% menjadi
76,07% sedangkan kapasitas produksi industri pengolahan cenderung turun seiring dengan
libur panjang menyambut hari raya Idul Fitri (Grafik 5.22).
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.21 Perkembangan Realisasi SKDU sektor Unggulan DKI Jakarta
Grafik 5.22 Kapasitas Produksi Industri Pengolahan
Dari sisi konsumen, optimisme konsumen merupakan hal positif yang dapat mendorong geliat
aktivitas dunia usaha. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)
pada triwulan II 2018 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yaitu masing-masing meningkat dari 138,19 dan 121,00 menjadi 140,29 dan 129,76 (Grafik
5.23).
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.23 Perkembangan Indeks IEK, IKK dan IKE DKI Jakarta
Kinerja Korporasi Keuangan
a. Produktivitas
Produktivitas korporasi masih tercatat cukup baik meskipun mengalami sedikit penurunan
dibanding triwulan I 2018. Dengan perkembangan yang cukup baik sepanjang tahun 2017,
produktivitas korporasi mengalami penurunan pada triwulan II 2018 menjadi 17,21%.
Penurunan ini terjadi karena berkurangnya hari kerja efektif pada Juni 2018 selama kurang
lebih 2 minggu yang membuat produktivitas korporasi menurun. Perlambatan produktivitas
korporasi ini juga tercermin pada perkembangan kinerja LU Industri pengolahan dan LU
Konstruksi dalam PDRB Jakarta triwulan II 2018. Namun secara umum, korporasi masih
menunjukkan kinerja yang cukup baik.
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
65
Tabel 5.2 Tabel Rasio Keuangan Korporasi Nonkeuangan
Sumber : Reuters, diolah
b. Profitabilitas
Pada triwulan II 2018, baik ROA maupun ROE korporasi di DKI Jakarta meningkat, masing-
masing dari 1,27% dan 2,66% menjadi 1,30% dan 2,73% (Tabel 5.2). Peningkatan dialami
oleh mayoritas korporasi di berbagai sektor, kecuali industri dasar dan kimia, industri barang
konsumsi dan infrastruktur, utilitas dan transportasi. Profitabilitas korporasi membaik
meskipun penjualan masih belum optimal yang tercermin dari penurunan rasio perputaran
aset yang lebih rendah pada seluruh sektor.
c. Solvabilitas
Tingkat ketahanan korporasi DKI Jakarta saat ini terlihat semakin kuat. Kondisi ini
dipengaruhi oleh menurunnya rasio komposisi utang, yang tercermin dari penurunan
indikator debt to equity ratio (DER) dari 111% menjadi 108% pada triwulan II 2018.
Penurunan DER tersebut mendorong kenaikan indikator solvabilitas korporasi (Total
Aset/Total Liabilitas) dari 191% menjadi 192% dengan likuiditas (current ratio) yang
cenderung stabil pada angka 38%.
d. Likuiditas
Penurunan komposisi utang korporasi di DKI Jakarta tidak secara langsung berdampak pada
likuiditas perusahaan. Kondisi ini terlihat dari masih stabilnya current ratio pada angka 38%.
Namun, kemampuan korporasi dalam membayar utang yang tercermin pada Debt Service
Ratio (DSR) mengalami perbaikan dari 97% menjadi 94%. Kemampuan korporasi dalam
membayar bunga juga mengalami peningkatan, tercermin dari nilai Interest Coverage Ratio
(ICR) yang meningkat dari 5,92 menjadi 6,03. Perkembangan tersebut mengindikasikan
semakin kecilnya utang korporasi yang berisiko. Beberapa sektor masih menunjukkan DSR
yang cukup tinggi antara lain aneka industri, pertanian dan sektor properti serta real estate,
dengan DSR masing-masing sebesar 204%, 176%, dan 129%. Artinya, kemampuan
TW IV 2017 TW I 2018 TW IV 2017 TW I 2018 TW IV 2017 TW I 2018 TW IV 2017 TW I 2018
1 Pertanian -0.04 1.16 -0.10 2.55 1.10 1.11 0.14 0.10
2 Industri Dasar dan Kimia 0.75 0.66 1.30 1.15 0.77 0.83 0.71 0.48
3 Industri Barang Konsumsi 3.37 3.33 5.68 5.62 0.66 0.64 0.51 0.66
4 Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi 0.97 0.94 2.46 2.37 1.55 1.52 0.39 0.35
5 Aneka Industri 1.23 1.30 2.76 2.90 1.18 1.02 0.24 0.28
6 Pertambangan 1.30 1.35 2.18 2.25 0.64 0.63 1.34 1.22
7 Properti dan Real Estate 0.97 1.01 2.17 2.28 1.32 1.33 0.31 0.30
8 Perdagangan, Jasa dan Investasi 0.88 0.96 1.71 1.87 0.95 0.97 0.37 0.32
1.27 1.30 2.66 2.73 1.10 1.08 0.38 0.38
TW IV 2017 TW I 2018 TW IV 2017 TW I 2018 TW IV 2017 TW I 2018 TW IV 2017 TW I 2018
1 Pertanian 1.91 1.90 27.24 23.17 1.79 1.76 3.77 2.82
2 Industri Dasar dan Kimia 2.29 2.20 23.63 23.48 1.33 1.13 3.92 3.95
3 Industri Barang Konsumsi 2.52 2.57 33.16 31.19 0.65 0.46 17.72 18.01
4 Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi 1.65 1.66 13.70 12.43 0.68 0.68 4.32 4.28
5 Aneka Industri 1.85 1.99 19.68 19.15 1.92 2.04 5.09 5.31
6 Pertambangan 2.56 2.59 14.66 13.76 0.40 0.36 19.67 20.42
7 Properti dan Real Estate 1.78 1.75 11.77 7.66 1.44 1.29 3.74 4.08
8 Perdagangan, Jasa dan Investasi 2.05 2.03 24.82 22.47 1.08 1.17 6.09 6.14
1.91 1.92 19.27 17.21 0.97 0.94 5.92 6.03
Arah
Arah
Arah
Arah
ArahArah
Arah
Current Ratio
ICRArah
DERROEROA
Solvability Ratio Asset Turnover DSR
Agregat
Sektor
Sektor
No
No
Agregat
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
66
industri dalam menghasilkan laba belum dapat mengimbangi utang yang menjadi
kewajibannya (repayment capacity), sehingga dapat menjadi sumber kerentanan sistem
keuangan. Namun, dengan ICR yang masih >1,5 maka kemampuan korporasi dalam
membayar bunga tergolong masih cukup baik.
Berdasarkan asesmen kinerja korporasi di atas, secara keseluruhan kinerja korporasi DKI Jakarta
masih terjaga selama triwulan II 2018. Meskipun produktivitas menurun, profitabilitas serta
solvabilitas korporasi tetap terjaga dan semakin baik.
Eksposur Perbankan pada Sektor Korporasi
Perkreditan
Secara umum, porsi kredit perbankan yang disalurkan pada triwulan II 2018 ke sektor korporasi
sedikit berkurang, yaitu dari 63,8% pada triwulan sebelumnya menjadi 62,2% (Grafik 5.24).
Namun pertumbuhan kredit meningkat dari 7,5% (yoy) menjadi sebesar 7,9% (yoy) (Grafik
5.25), terutama disebabkan adanya peningkatan penyaluran kredit kepada sektor konstruksi
(dari 9,5% menjadi 10,5% (yoy)) dan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi (dari
1,6% menjadi 27,0%(yoy)) (Grafik 5.26).
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.24 Pangsa kredit korporasi Grafik 5.25 Pertumbuhan kredit Korporasi
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.26 Penyaluran Kredit pada Sektor Utama Korporasi
Pertumbuhan kredit korporasi turut dipicu oleh meningkatnya permintaan masyarakat
menjelang Idul Fitri. Sementara itu, kinerja pasar obligasi Indonesia dan juga pergerakan pasar
saham, yang tahun lalu menunjukkan peningkatan cukup pesat, terlihat mulai menunjukkan
penurunan (Grafik 5.27 dan 5.28). Penurunan tersebut antara lain dipicu oleh kekhawatiran
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
67
investor terhadap tingginya ketidakpastian ekonomi global, seiring membaiknya ekonomi AS
yang mendorong kenaikan Fed Fun Rate lebih agresif, serta eskalasi perang dagang antara AS
dan Tiongkok. Selain itu, berdasarkan Statistik Mingguan Pasar Modal yang dikeluarkan oleh
OJK, sampai dengan Juni 2018 diketahui terdapat 20 perusahaan yang melakukan IPO, 11
perusahaan melakukan PUT, dan 35 perusahaan melakukan penawaran umum berkelanjutan
obligasi/sukuk. Pendanaan melalui pasar obligasi dan saham dalam 1 tahun terakhir menjadi
alternatif pilihan beberapa korporasi dalam membiayai kegiatan usahanya.
Sumber: IBPA Sumber: ihsg-idx.com
Grafik 5.27 Indeks Pasar Obligasi Indonesia
Grafik 5.28 Indeks Harga Saham Gabungan BEI
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.29 NPL pada Sektor Utama Korporasi
Dari sisi kualitas kredit secara umum, non-performing loan (NPL) kredit korporasi membaik,
yaitu dari 2,30% menjadi 2,20% pada triwulan II 2018 (Grafik 5.29). Perbaikan kualitas kredit
tersebut didukung oleh perbaikan kualitas kredit pada sektor ekonomi utama DKI Jakarta, yaitu
sektor perdagangan besar dan eceran. NPL di sektor tersebut turun dari 3,52% menjadi 3,17%
pada triwulan II 2018.
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
68
Tabel 5.3 Kredit Korporasi menurut sektor ekonomi
Sumber: Bank Indonesia
Dana Pihak Ketiga
Dari sisi pendanaan, pada triwulan II 2018, pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) korporasi
mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. DPK korporasi tumbuh
sebesar 7,83% (yoy) dari sebelumnya tumbuh sebesar 11,19% (yoy) (Grafik 5.30). Perlambatan
DPK pada triwulan laporan dipicu oleh melambatnya pertumbuhan simpanan berupa deposito
(Grafik 5.31) yaitu dari 8,08% menjadi 1,97%. Perlambatan tersebut berdampak cukup
signifikan, mengingat komposisi DPK korporasi lebih banyak didominasi oleh deposito yang
memiliki pangsa sebesar 50% dari total DPK (Grafik 5.32).
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.30 Perkembangan DPK Korporasi Grafik 5.31 Pertumbuhan komponen DPK
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.32 Komposisi DPK Korporasi
Baki
Debet
(Rp T)
Pangsa
(%)
Pertumb.
KreditNPL Gross
Baki
Debet
(Rp T)
Pangsa
(%)
Pertumb.
KreditNPL Gross
1 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN 194.67 19.96% 17.62% 3.52% 204.57 19.96% 16.88% 3.17%
2 INDUSTRI PENGOLAHAN 182.08 18.67% 10.26% 2.36% 193.72 18.91% 9.86% 2.29%
3 PERANTARA KEUANGAN 158.43 16.24% 10.87% 0.89% 167.89 16.38% 7.97% 1.80%
4REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA
PERUSAHAAN118.33 12.13% 14.15% 1.06% 121.92 11.90% 12.97% 0.98%
5 TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI 83.13 8.52% 1.60% 3.75% 100.06 9.77% 27.02% 2.88%
6 KONSTRUKSI 72.28 7.41% 9.45% 3.58% 75.88 7.41% 10.54% 2.93%
7 PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN 71.46 7.33% 13.98% 0.69% 75.55 7.37% 14.65% 0.68%
8 PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 12.39 1.27% -76.82% 4.73% 9.16 0.89% -83.14% 0.46%
9PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN
MAKAN MINUM25.05 2.57% 6.68% 1.94% 25.40 2.48% 5.08% 1.64%
10 LISTRIK, GAS DAN AIR 22.77 2.33% 38.96% 3.88% 21.84 2.13% 37.81% 2.36%
11 Lain-lain 34.87 3.58% 30.33% 1.30% 28.69 2.80% 6.50% 2.72%
Total 975.47 100.00% 7.45% 2.30% 1024.69 100.00% 7.93% 2.20%
Mar-18 Jun-18
No Sektor Ekonomi
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
69
Asesmen Sektor Rumah Tangga
Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga
Dengan kedudukannya sebagai Ibukota negara dan pusat bisnis di Indonesia, membuat DKI
Jakarta memiliki daya tarik yang sangat tinggi bagi pencari kerja, perusahaan maupun
perbankan. Banyaknya gedung perkantoran di DKI Jakarta dibandingkan daerah lain yang tidak
saja dihuni oleh perusahaan nasional namun juga multinasional menjadi bukti nyata pentingnya
kedudukan DKI Jakarta sebagai barometer perekonomian Nasional. Perputaran uang yang
sangat besar dan didorong oleh infrastruktur yang memadai membuat banyak perbankan yang
membuka kantor pusat maupun kantor cabangnya di DKI Jakarta.
Luas lahan yang hanya mencapai 661,5 km2, memaksa DKI Jakarta untuk menampung jumlah
penduduk yang mencapai lebih dari 10 juta jiwa. Hal tersebut ditambah pula dengan banyaknya
jumlah perusahaan yang mencapai 1.240 perusahaan (Data Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
tahun 2013), sejumlah kantor pemerintah pusat maupun daerah, kantor-kantor kedutaan besar
dari berbagai negara serta lebih dari 120 bank yang beroperasi membuat Jakarta menjadi
kawasan megapolitan yang selalu sibuk baik siang maupun malam hari.
Banyaknya penduduk, kantor pemerintahan maupun korporasi yang menempati wilayah DKI
Jakarta menjadikan konsumsi sebagai salah satu faktor kuat pendorong pertumbuhan ekonomi
di DKI Jakarta. Besarnya penghasilan yang dimiliki warga DKI Jakarta serta keterbatasan lahan
produksi pangan juga menjadikan DKI Jakarta sebagai daerah konsumen terbesar di Indonesia
yang sangat rentan terhadap fluktuasi harga pangan.
Walaupun demikian, dengan program pengendalian inflasi yang terjaga dan banyaknya warga
kelas menengah ke atas dengan tingkat pendapatan yang cukup tinggi menjadikan konsumsi
rumah tangga selama beberapa tahun terakhir terlihat masih terjaga dengan pertumbuhan
pada triwulan II 2018 mencapai 5,63% (yoy). Pertumbuhan tersebut meningkat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,49% (yoy) (grafik 5.33).
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah
Grafik 5.33 Kontribusi Konsumsi Rumah Tanggal Terhadap PDRB
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Proporsi Konsumsi RT thd PDRB Proporsi Konsumsi LNPRT thd PDRB
Proporsi Konsumsi Pemerintah thd PDRB Pertumbuhan Konsumsi RT
Pertumbuhan PDRB
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
70
Peningkatan konsumsi masyarakat DKI Jakarta pada triwulan II 2018 sejalan dengan permintaan
kebutuhan masyarakat menyambut bulan puasa dan hari raya idul fitri serta musim libur
sekolah. Hal tersebut sejalan dengan hasil Survey Konsumen Bank Indonesia triwulan II 2018
yang menunjukkan adanya kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari 121,0 menjadi
129,8. Adanya keyakinan akan peningkatan penghasilan yang diimbangi kebutuhan menjelang
hari raya dan liburan sekolah membuat masyarakat cenderung untuk meningkatkan
konsumsinya pada triwulan II 2018. Hal tersebut tercermin pula dari Indeks Kondisi Ekonomi
saat ini (IKE) yang meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari 103,8 menjadi
119,2 dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang juga meningkat dari 138,2 menjadi 140,3
(Grafik 5.34). Kondisi ekonomi rumah tangga di DKI Jakarta, dengan terjaganya indikator-
indikator tersebut di atas, mampu berkontribusi dalam menanggulangi potensi kerentanan.
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 5.34 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 5.35 Pertumbuhan Total DPK dan DPK Rumah Tangga
Grafik 5.36 Proporsi Penggunaan Penghasilan
Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga di Perbankan
Secara umum kondisi keuangan rumah tangga di DKI Jakarta pada triwulan II 2018 mengalami
perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu tumbuh dari 5,1%
menjadi 4,6% (yoy) (Grafik 5.35). Perlambatan tersebut sejalan dengan pertumbuhan total DPK
yang juga mengalami perlambatan karena tingginya kebutuhan masyarakat menyambut bulan
puasa, hari raya Idul Fitri, liburan sekolah, maupun cuti bersama yang ditetapkan pemerintah.
Perlambatan pertumbuhan terutama disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan deposito
70
80
90
100
110
120
130
140
150
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN ( IKK )INDEKS KONDISI EKONOMI SAAT INI ( IKE )INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN ( IEK )Threshold
Op
tim
isPesi
mis
-30%
-20%
-10%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
I II III IV I II III IV I II III Okt Nov IV I II
2015 2016 2017 2018
g_Total DPK RT g_Giro RT g_Tabungan RT g_Deposito RT
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
71
rumah tangga yaitu dari 5,9% (yoy) menjadi 2,5% (yoy) sedangkan pertumbuhan giro dan
tabungan, masing-masing meningkat dari 2,9% dan 4,8% menjadi 3,5% dan 7,6% (yoy)
(Grafik 5.36). Walaupun giro dan tabungan meningkat, perlambatan pertumbuhan deposito
secara langsung memperlambat pertumbuhan DPK rumah tangga mengingat porsi deposito
mencapai 51,2%. Rendahnya pertumbuhan DPK rumah tangga dibandingkan dengan DPK
nonrumah tangga membuat pangsa pasar DPK rumah tangga tidak banyak berubah
dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 36,5% menjadi 37,0% terhadap total DPK
perbankan Provinsi DKI Jakarta (Grafik 5.37).
Dengan laju pertumbuhan masing-masing DPK tersebut, maka urutan porsi masing-masing
komponen pada triwulan ini relatif tidak berubah. Porsi deposito rumah tangga menempati
urutan tertinggi terhadap total DPK, yaitu sebesar 18,9%, diikuti dengan porsi tabungan rumah
tangga (15,2%), dan giro rumah tangga (2,9%) (Grafik 5.38).
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.37 Komposisi DPK Grafik 5.38 Komposisi DPK Rumah Tangga
Kredit Perbankan pada Sektor Rumah Tangga
Kebutuhan menjelang hari raya dan liburan sekolah belum dapat mendorong permintaan kredit
di sektor rumah tangga yang pada triwulan II 2018 tumbuh melambat dari 5,1% menjadi 4,6%
(yoy) (Grafik 5.39). Berdasarkan komposisinya, porsi kredit rumah tangga terhadap kredit
perbankan di DKI Jakarta mencapai 19,4% atau tidak jauh berbeda dengan triwulan
sebelumnya yang sebesar 20,8% (Grafik 5.40). Sebagian besar kredit rumah tangga tersebut
digunakan untuk keperluan konsumsi (63,0%), diikuti kredit modal kerja (22,1%), dan kredit
investasi (14,9%) (Tabel 5.4).
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.39 Perkembangan Kredit Grafik 5.40 Komposisi Kredit
41
.47
%
41
.65
%
36
.72
%
40
.30
%
37
.74
%
39
.37
%
39
.95
%
39
.50
%
37
.39
%
37
.59
%
37
.40
%
36
.57
%
36
.48
%
36
.98
%
58
.53
%
58
.35
%
63
.28
%
59
.70
%
62
.26
%
60
.63
%
60
.05
%
60
.50
%
62
.61
%
62
.41
%
62
.60
%
63
.43
%
63
.52
%
63
.02
%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
DPK RT DPK Non RT
3.33% 3.57% 2.46% 3.13% 2.76% 2.74% 3.80% 4.05% 2.69% 2.96% 2.61% 2.82% 2.57% 2.88%
14
.44
%
14
.40
%
14
.48
%
15
.16
%
14
.70
%
15
.56
%
15
.54
%
15
.38
%
15
.07
%
15
.02
%
14
.79
%
14
.73
%
14
.66
%
15
.20
%
23
.71
%
23
.67
%
19
.78
%
22
.01
%
20
.28
%
21
.07
%
20
.60
%
20
.08
%
19
.63
%
19
.61
%
20
.00
%
19
.02
%
19
.29
%
18
.90
%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40%
45%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Giro RT Tabungan RT Deposito RT
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
g_Kredit (LP) g_Kredit Non RT g_Kredit RT
75.00%
75.31%
76.03%
76.07%
75.88%
77.16%
77.47%
77.56%
77.65%
77.98%
78.16%
78.09%
77.62%
78.58%
23
.20
%
23
.11
%
22
.37
%
22
.31
%
22
.78
%
21
.42
%
21
.21
%
21
.03
%
21
.13
%
20
.74
%
20
.52
%
20
.40
%
20
.75
%
19
.39
%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
Kredit Non RT Kredit RT Lainnya
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
72
Tabel 5.4 Kredit Sektor Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Penggunaan
Sumber: Bank Indonesia
Pada triwulan II 2018, pertumbuhan lebih banyak ditopang dari kredit investasi (meningkat dari
13,5% menjadi 20,6%) sedangkan kredit modal kerja maupun kredit multiguna melambat
masing-masing dari 5,5% dan 3,2% menjadi 2,4% dan 2,1% (yoy).
Dilihat dari kebutuhannya maka pertumbuhan kredit konsumsi rumah tangga yang melambat
tersebut lebih disebabkan menurunnya permintaan akan kredit kendaraan bermotor dan kredit
multiguna, yang masing-masing melambat dari 9,3% dan 3,1% (yoy) menjadi 7,3% dan 0,6%
(yoy) (Grafik 5.41). Sedangkan untuk kredit perumahan mulai menunjukkan peningkatan
walaupun masih bersifat terbatas yaitu dari 1,6% menjadi 3,2% (yoy). Terbatasnya
pertumbuhan kredit tersebut selain karena faktor daya beli masyarakat yang mulai berkurang
juga karena adanya pergeseran pola hidup di masyarakat.
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.41 Perkembangan Kredit Rumah Tangga
Grafik 5.42 Komposisi Kredit Konsumsi Rumah Tangga
Berdasarkan komposisi kredit konsumsi rumah tangga, kredit multiguna memiliki porsi terbesar
dalam kredit konsumsi rumah tangga, yaitu mencapai 56,6%, diikuti oleh kredit perumahan
dan kredit kendaraan bermotor masing-masing sebesar 32,9% dan 10,5% (Grafik 5.42).
Dari sisi risiko kredit, NPL kredit konsumsi rumah tangga pada triwulan II 2018 tercatat
meningkat dari triwulan sebelumnya yaitu dari 2,13% menjadi 2,25%. Meskipun mengalami
peningkatan, rasio kredit bermasalah tersebut masih dalam batas aman.
Meningkatnya rasio NPL tersebut dipicu oleh meningkatnya kredit bermasalah baik pada kredit
multiguna, kredit perumahan maupun kendaraan bermotor. NPL kredit multiguna tercatat
meningkat dari 1,99% menjadi 2,13%, NPL kredit perumahan meningkat dari 2,68% menjadi
2,77% dan NPL kredit kendaraan bermotor meningkat dari 1,10% menjadi 1,21%. (Grafik
5.43).
Jumlah
Kredit
(triliun rp)
Pangsa
(%)NPL (%)
Jumlah
Kredit
(triliun
rp)
Pangsa
(%)NPL (%)
Jumlah
Kredit
(triliun
rp)
Pangsa
(%)NPL (%)
Jumlah
Kredit
(triliun
rp)
Pangsa
(%)NPL (%)
Jumlah
Kredit
(triliun
rp)
Pangsa
(%)NPL (%)
Jumlah
Kredit
(triliun
rp)
Pangsa
(%)NPL (%)
RT-Modal Kerja 68.17 22.58 3.32 68.73 22.51 4.11 67.71 22.32 4.16 74.50 23.31 3.26 71.91 22.66 3.76 70.38 22.05 4.32
RT-Investasi 41.08 13.61 3.76 39.47 12.93 3.67 39.45 13.00 3.50 47.16 14.76 3.01 46.63 14.69 6.93 47.61 14.91 5.68
RT-Konsumsi 192.67 63.81 1.98 197.07 64.56 1.90 196.24 64.68 1.95 197.90 61.93 1.97 198.84 62.65 2.13 201.27 63.04 2.25
Total 301.92 100.00 2.52 305.27 100.00 2.66 303.41 100.00 2.70 319.56 100.00 2.42 317.38 100.00 3.20 319.26 100.00 3.22
Jenis Penggunaan
III
2017
IVII IIII
2018
-10%
-5%
0%
5%
10%
15%
20%
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
g_Kredit RT g_Kredit Perumahan
g_Kredit Kendaraan g_Kredit Multiguna
10.61% 10.41% 10.55% 10.20% 9.64% 9.98% 10.04% 9.68% 10.21% 10.48%
54.03% 55.13% 55.08% 55.49% 56.77% 57.43% 56.82% 58.75% 56.71% 56.60%
35.36% 34.46% 34.38% 34.32% 33.59% 32.59% 33.14% 31.57% 33.08% 32.92%
0%
20%
40%
60%
80%
100%
120%
I II III IV I II III IV I II
2016 2017 2018
Kendaraan Multiguna Perumahan
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
73
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.43 NPL Kredit Konsumsi RT
C. Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM
Akses Keuangan kepada UMKM
Sejalan dengan pertumbuhan kredit secara umum di Provinsi DKI Jakarta, kinerja kredit UMKM
pada triwulan II 2018 tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kredit
kepada UMKM di Provinsi DKI Jakarta tercatat sebesar Rp140 triliun, atau tumbuh 9,1% (yoy),
lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 8,8% (yoy) (Grafik 5.44). Pertumbuhan kredit
UMKM masih didominasi oleh pertumbuhan kredit dengan skala usaha kecil. Berdasarkan jenis
penggunaannya, kredit UMKM terutama diberikan untuk kredit modal kerja, yaitu sebesar
70%, dan sisanya diberikan untuk kredit investasi sebesar 30% (Grafik 5.45).
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.44 Pertumbuhan Kredit UMKM Grafik 5.45 Porsi Kredit UMKM Berdasarkan Jenis Penggunaan
Berdasarkan skala usahanya, kredit UMKM di Provinsi DKI Jakarta masih didominasi oleh kredit
kepada skala usaha menengah dengan pertumbuhan pada triwulan II 2018 mencapai 9,2%
atau sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,0% (yoy).
Kredit mikro kembali tumbuh meningkat sebesar 3,42% setelah triwulan sebelumnya
terkontraksi 3,3% (yoy) sedangkan kredit usaha kecil mengalami perlambatan pertumbuhan
dari 14,8% menjadi 11,89% (yoy) (Grafik 5.46). Mahalnya lahan di DKI Jakarta menyebabkan
banyak pelaku UMKM yang hanya memanfaatkan DKI Jakarta sebagai tempat bertransaksi,
sedangkan untuk pengolahan maupun lokasi usaha lebih banyak berada di daerah penyangga
Ibukota seperti Bogor, Tangerang, Bekasi dan Depok. Hal tersebut tidak dapat dipungkiri
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
I II III IV I II III IV I II III IV I II
2015 2016 2017 2018
NPL Kredit Konsumsi RT NPL Krd Perumahan
NPL Krd Kendaraan NPL Krd Multiguna
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
74
mengingat karakter DKI Jakarta sebagai pusat bisnis, yang sebagian besar didominasi oleh
korporasi, membuat pertumbuhan kredit UMKM berdasarkan lokasi proyek menjadi terbatas.
Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.46 UMKM Berdasarkan Skala Usaha
Berdasarkan lapangan usaha, penyebaran kredit UMKM lebih diarahkan kepada sektor-sektor
ekonomi utama di Jakarta. Sektor-sektor ekonomi yang banyak menerima dana pembiayaan
yaitu sektor perdagangan besar dan eceran, dengan pangsa 39,57%, sektor industri
pengolahan dengan pangsa 12,31%, sektor konstruksi dengan pangsa 9,83%, dan sektor
perantara keuangan dengan pangsa 3,12% (Grafik 5.47). Pertumbuhan kredit UMKM sektor
utama Jakarta mengalami perlambatan pada triwulan II 2018, seperti pada lapangan usaha
industri pengolahan yang tumbuh 2,6% dari sebelumnya 3,6% (yoy) dan perantara keuangan
terkontraksi lebih dalam hingga18% (yoy). Sementara sektor perdagangan besar dan eceran
dan konstruksi tumbuh lebih tinggi, masing-masing sebesar 9,4% dan 31,3% (yoy) dari
sebelumnya 7,6% dan 25,1% (yoy) (Grafik 5.48).
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 5.47 Porsi Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Ekonomi
Grafik 5.48 Perkembangan Kredit UMKM Berdasarkan Sektor Utama
Meskipun terdapat peningkatan pada pertumbuhan kredit UMKM, namun pangsa kredit
UMKM masih rendah yaitu 8,52% dari total kredit di DKI Jakarta pada triwulan II 2018.
Perkembangan NPL kredit UMKM pada triwulan II 2018 lebih baik dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, yaitu tercatat sebesar 5,45% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
5,67%. Berdasarkan jenis penggunaan, NPL UMKM untuk kredit modal kerja dan investasi juga
membaik. NPL UMKM untuk kredit modal kerja dan investasi tercatat sebesar 3,61% dan
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
75
9,70% dari sebelumnya sebesar 3,69% dan 10,48% (Grafik 5.49). Berdasarkan skala usaha,
perbaikan NPL didorong oleh membaiknya kredit bermasalah dari kredit skala mikro, kecil, dan
menengah yang masing-masing tercatat sebesar 1,84%, 3,01%, dan 6,29% dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang masing-masing sebesar 1,94%, 3,31%, dan 6,50% (Grafik
5.50).
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 5.49 Perkembangan NPL Kredit UMKM berdasarkan Jenis Penggunaan
Grafik 5.50 Perkembangan NPL Kredit UMKM Berdasarkan Skala Usaha
Pengembangan UMKM
Program prioritas pengembangan UMKM Provinsi DKI Jakarta, yaitu Program One Kecamatan
One Centre for Entrepenuership (OK-OCE), menunjukan perkembangan yang signifikan. Sejak
diluncurkan pada tahun 2017, program tersebut telah menjaring sekitar 42.963 UMKM peserta
(per Agustus 2018). Jumlah ini telah melewati target peserta tahun 2018 sebesar 40 ribu
UMKM, sehingga Pemerintah Provinsi DKI Jakarta semakin yakin dengan target penciptaan
wirausaha baru sebesar 200 ribu UMKM pada tahun 2023.
Pelaksanaan program ini merupakan sinergi yang baik antara pihak pemerintah, swasta dan
komunitas. Pemerintah berperan dalam perumusan kebijakan yang mendukung terciptanya
lapangan kerja berbasis kewirausahaan. Pihak swasta ikut berperan serta dalam program
melalui sinergi program penciptaan lapangan kerja baru. Sementara para komunitas
kewirausahaan menjadi konsultan dan mentor bagi para peserta program dalam
mengembangkan usaha.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta bersama perbankan turut mendukung
pelaksanaan program peningkatan kewirausahaan, khususnya mengenai aspek pelaporan
keuangan dan permodalan. Per Agustus 2018, berbagai Bank telah memberikan pelatihan
terkait pelaporan keuangan dan permodalan sebanyak 132 kali kepada peserta OK-OCE di
seluruh DKI Jakarta. Target pelaksanaan pelatihan sebanyak 176 kali sampai dengan akhir
tahun 2018 diharapkan dapat dicapai, seiring dengan bertambahnya perbankan yang ingin
terlibat dalam program tersebut.
Sejalan dengan upaya penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi baru, Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi DKI Jakarta terus memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta untuk mengembangkan sektor pariwisata dan industri kreatif sebagai penggerak
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
76
pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta pada masa mendatang. Potensi yang dimiliki Jakarta
untuk mengembangkan kedua sektor tersebut, antara lain Jakarta sebagai daerah tujuan
wisatawan domestik dan mancanegara serta ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana
pendukung industri kreatif yang lebih baik dibandingkan dengan kota lain.
Selain advisory, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta juga melaksanakan
program pengembangan UMKM, khususnya di sektor pariwisata dan industri kreatif. Sejak
tahun 2016, Bank Indonesia bersinergi dengan pemerintah daerah, kementerian/lembaga,
asosiasi dan pihak swasta mengembangkan pariwisata di Kepulauan Seribu. Berbagai program
terkait pariwisata dilakukan sesuai dengan tugas dan kewenangannya, seperti pengembangan
usaha makanan kemasan sebagai produk wisata, pemberdayaan para nelayan budidaya
pendukung wisata, program digitalisasi, peningkatan kapasitas SDM pariwisata, peningkatan
infrastruktur penunjang, promosi melalui film, program pelestarian lingkungan laut dan
sebagainya. Program sinergi ini akan terus digiatkan dalam upaya mendukung pencapaian
target nasional 20 juta wisatawan mancanegara pada tahun 2019.
Di sektor industri kreatif, Bank Indonesia memfasilitasi para pelaku usaha UMKM potensial di
bidang fashion dan kuliner. Berbagai program yang dilakukan antara lain peningkatan kapasitas
usaha, manajemen keuangan, fasilitasi akses pembiayaan perbankan, dan fasilitasi akses pasar.
Seiring dengan perkembangan saat ini, Bank Indonesia juga memanfaatkan kemajuan
teknologi dalam mendukung pengembangan UMKM, seperti perluasan pasar via e-commerce
dan fasilitasi pembiayaan dari fintech. Selain itu, para pelaku UMKM juga disiapkan untuk
memperluas pangsa pasar untuk ekspor melalui 3 cara, yakni kerjasama dengan eksportir,
melakukan ekspor langsung, atau menghubungkan dengan para profesional yang telah
memiliki pasar internasional.
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Stabilitas Keuangan Daerah serta
Pengembangan Keuangan dan UMKM
Bab 5
77
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Sistem Pembayaran
Bab 6
78
Bab 6
SISTEM PEMBAYARAN
Aktivitas transaksi keuangan di DKI Jakarta pada triwulan II 2018 dipengaruhi oleh aktivitas
ekonomi dan juga aktivitas sosial masyarakat pada triwulan tersebut. Untuk transaksi secara
tunai, pengaruh musiman bulan puasa dan Idul Fitri berdampak pada net outflow aliran uang
tunai pada triwulan laporan yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu,
menguatnya konsumsi rumah tangga di triwulan II 2018 berdampak juga pada pertumbuhan
transaksi nontunai, khususnya transaksi yang menggunakan sistem kliring nasional (SKN-BI).
A. Pengelolaan Uang
Pada triwulan II 2018, DKI Jakarta mengalami net outflow yang sangat tinggi dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya (Tabel 6.1). hal tersebut mengindikasikan jumlah penarikan uang
dari kas Bank Indonesia (outflow) lebih banyak dibandingkan dengan uang yang disetorkan
kembali (inflow). Kebutuhan dan penarikan uang kartal yang meningkat pada triwulan laporan
tidak terlepas dari berbagai aktivitas konsumsi yang mengalami peningkatan, terutama terkait
dengan momen bulan puasa, serta hari raya Idul Fitri. Pada kedua momen tersebut, belanja
masyarakat cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya, antara lain untuk
kebutuhan makanan, minuman, maupun kebutuhan sandang.
Tabel 6.1 Perkembangan Transaksi Uang Kartal
Sumber: Bank Indonesia
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 6.1 Perkembangan Inflow Outflow Uang Kartal
Grafik 6.2 Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi, Inflasi dan Net Flow
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
29,969.98 66,491.08 31,224.42 42,928.23 33,303.96 64,470.31 30,848.90 52,929.54 35,781.83 66,638.52
31,644.33 22,837.69 39,713.81 21,488.62 26,856.95 19,083.24 42,151.62 24,121.66 30,552.87 37,111.53
(1,674.35) 43,653.39 (8,489.40) 21,439.62 6,447.01 45,387.07 (11,302.72) 28,807.88 5,228.96 29,526.99
201820172016
Penyetoran / Inflow
Net Flow
Penarikan / Outflow
Indikator
(Rp Miliar)
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Sistem Pembayaran
Bab 6
79
Peningkatan perputaran uang kartal tersebut dapat terlihat dari tingkat penarikan (outflow)
uang kartal yang tercatat sebesar Rp66,64 triliun atau meningkat sebesar 3,36% (yoy)
dibandingkan pada jumlah penarikan pada triwulan II tahun sebelumnya, yang juga terdapat
momen bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Sementara itu, tingkat penyetoran (inflow) tercatat
sebesar Rp37,11 triliun. Dengan demikian, posisi aliran uang kartal pada triwulan II 2018
tercatat mengalami net outflow sebesar Rp29,53 triliun. Namun, posisi net outflow pada
triwulan laporan masih belum setinggi pada periode triwulan II tahun 2017 yang tercatat
sebesar Rp45,39 triliun.
Selain bertugas dalam mengedarkan serta mengelola uang kartal, Bank Indonesia juga
senantiasa memelihara kualitas uang kartal yang diedarkan kepada masyarakat melalui
kebijakan Clean Money Policy, yang salah satunya dilakukan melalui pemusnahan uang tidak
layak edar (UTLE) secara rutin. Sepanjang triwulan II 2018, UTLE yang dimusnahkan tercatat
sebesar Rp2,25 triliun atau sebesar 6,1% dari jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas
Bank Indonesia (Grafik 6.3). Tingkat pemusnahan tersebut jauh lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 44% dari tingkat inflow dengan nilai nominal
sebesar Rp13,37 triliun. Tingkat pemusnahan pada triwulan laporan juga jauh lebih rendah
dibandingkan pemusnahan pada triwulan II tahun 2017 yang tercatat sebesar 54% dari tingkat
inflow.
Agar tetap menjaga kualitas uang rupiah yang beredar, Bank Indonesia juga secara rutin
menyelenggarakan kegiatan kas keliling ke beberapa pasar atau tempat keramaian, disamping
juga secara rutin dilakukan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta. Kegiatan
kas keliling tersebut semakin intensif dilakukan mendekati hari raya Idul Fitri, agar masyarakat
berkesempatan untuk memperoleh uang sesuai dengan jumlah pecahan yang diinginkan dan
dalam kondisi sempurna, untuk dipergunakan pada hari raya. Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Provinsi DKI Jakarta juga senantiasa memberikan kegiatan edukasi dan sosialisasi
uang Rupiah, baik melalui media cetak dan elektronik maupun secara tatap muka kepada para
audiens. Edukasi dan sosialisasi tersebut dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
agar senantiasa memperlakukan uangnya dengan lebih baik, antara lain dengan menjaga uang
kertas agar tetap kering, serta tidak meremas, melipat, dan menstaples uang kertas, sehingga
uang akan selalu bersih dan tidak mudah lusuh. Hal ini juga berdampak positif terhadap jumlah
lembar uang dengan kondisi fisik yang layak edar, serta usia edar uang kartal tersebut dapat
menjadi lebih panjang, sehingga mengurangi besarnya volume UTLE dan menurunkan biaya
pencetakan uang baru.
Sementara itu, pada triwulan II 2018, penemuan uang palsu di DKI Jakarta, yang masuk melalui
laporan serta setoran perbankan ke Bank Indonesia, tercatat cukup tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya. Jumlah temuan uang palsu pada triwulan laporan tercatat sebanyak
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Sistem Pembayaran
Bab 6
80
65.686 lembar, meningkat dibandingkan dengan temuan uang palsu pada triwulan
sebelumnya yang tercatat sebanyak 5.483 lembar (Grafik 6.4). Cukup tingginya temuan uang
palsu tersebut terindikasi disebabkan karena adanya momen bulan puasa dan Idul Fitri yang
biasanya dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan untuk mengambil kesempatan, yang dipicu oleh
tingginya kebutuhan masyarakat akan uang kartal, khususnya uang pecahan kecil yang akan
digunakan pada saat Idul Fitri.
Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah
Grafik 6.3 Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
Grafik 6.4 Temuan Uang Palsu
B. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran
Sejalan dengan meningkatnya aktivitas transaksi pembayaran tunai, aktivitas transaksi
pembayaran nontunai pada triwulan II 2018 juga meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya. Selama triwulan II 2018 penyelesaian transaksi ritel melalui Sistem Kliring
Nasional Bank Indonesia (SKN-BI), baik yang berbasis kredit maupun debet, tercatat sebanyak
23,4 juta transaksi dengan nilai sebesar Rp470,7 triliun (Grafik 6.5). Jumlah penyelesaian
transaksi ritel tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi pada triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 23,2 juta transaksi, namun dengan nilai nominal yang sedikit lebih tinggi,
yaitu sebesar Rp470,9 triliun.
Sumber: Bank Indonesia
Grafik 6.5 Pertumbuhan Transaksi SKN-BI (Kredit dan Debet)
Berdasarkan jenisnya, Sistem Kliring Nasional (SKN) dibagi menjadi SKN berbasis Data Keuangan
Elektronik (DKE) dan SKN berbasis warkat (kliring debet). SKN berbasis DKE atau yang biasa
disebut kliring kredit, tercatat mengalami peningkatan. Kegiatan transaksi menggunakan SKN
berbasis DKE pada triwulan II 2018 tercatat sebanyak 22 juta transaksi dengan nilai nominal
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Sistem Pembayaran
Bab 6
81
sebesar Rp401 triliun. Aktivitas transaksi menggunakan SKN berbasis DKE tersebut lebih tinggi
1,22% (qtq) dibandingkan dengan transaksi pada periode triwulan sebelumnya. Lebih lanjut,
jika dilihat secara nominal transaksi tersebut juga meningkat 1,38% (qtq) dibandingkan dengan
nominal triwulan sebelumnya.
Di sisi lain, penggunaan SKN berbasis warkat (kliring debet) di triwulan laporan berkurang
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2018 terdapat 1,4 juta transaksi dengan
nilai nominal Rp69,2 triliun. Jumlah transaksi tersebut lebih rendah 9,1% (qtq) dibandingkan
dengan jumlah transaksi triwulan sebelumnya, sedangkan pada nilai nominal lebih rendah
7,52% (qtq) dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya (Grafik 6.6 dan 6.7)
Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia
Grafik 6.6 Pertumbuhan Nominal SKN Grafik 6.7 Pertumbuhan Volume SKN
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Sistem Pembayaran
Bab 6
82
Halaman ini sengaja dikosongkan
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Kesejahteraan
Bab 7
83
Bab 7
KESEJAHTERAAN
Kinerja perekonomian Jakarta yang relatif masih cukup baik pada triwulan pertama tahun 2018
memberikan dampak positif pada kesejahteraan masyarakat Jakarta yang ditandai dengan kondisi
kemiskinan yang dapat diperbaiki. Pada Maret 2018 tingkat kemiskinan Jakarta turun menjadi
3,57%. Melambatnya pertumbuhan garis kemiskinan, yang diimbangi oleh meningkatnya
pendapatan masyarakat kelompok ekonomi bawah menjadi faktor pendorong membaiknya
kondisi kesejahteraan di Jakarta. Lapangan usaha di sektor informal menjadi tumpuan masyakat
ekonomi bawah memperbaiki kondisi perekonomiannya.
Terjaganya harga-harga komoditas utama yang dikonsumsi masyarakat bawah, berkontribusi
besar dalam menahan laju peningkatan garis kemiskinan. Besarnya komitmen Pemerintah Provinsi
DKI Jakarta dalam menyediakan bahan pangan yang layak dengan harga yang terjangkau
berdampak positif bagi tercukupnya kebutuhan kalori harian masyarakat. Ketika harga beras
meningkat, hal tersebut tidak banyak memengaruhi kemampuan konsumsi masyarakat terhadap
beras, yang merupakan komoditas utama dalam keranjang komoditas pembentuk angka Garis
Kemiskinan.
Selain ditandai dengan turunnya tingkat kemiskinan, membaiknya ekonomi sosial Jakarta juga
diikuti oleh lebih rendahnya ketimpangan pendapatan. Dibandingkan dengan kondisi Maret
2017, Indeks rasio gini Jakarta pada Maret 2018 lebih rendah menjadi 0,394. Indeks rasio gini
A. Tingkat Kemiskinan
Angka indikator kemiskinan di DKI Jakarta pada Maret 2018 menurun menunjukkan perbaikan
tingkat kesejahteraan, baik dibandingkan dengan kondisi September 2017, maupun Maret
2017. Tingkat kemiskinan di Jakarta pada Maret 2018 tercatat sebesar 3,57%, lebih rendah
dibandingkan dengan September 2017 (3,78%), maupun Maret 2017 (3,77%). Turunnya
tingkat kemiskinan di Jakarta tersebut sejalan dengan penurunan tingkat kemiskinan nasional.
Perbaikan kondisi lapangan pekerjaan menjadi salah satu faktor yang mendorong penurunan
tingkat kemiskinan di Jakarta. Hal tersebut tercermin dari perkembangan kondisi pasar tenaga
kerja yang menunjukkan adanya peningkatan penyerapan tenaga kerja, yang berdampak pada
turunnya tingkat pengangguran terbuka (TPT). Kemampuan ekonomi menyerap tenaga kerja
yang tersedia di pasar tenaga kerja pada Februari 2018 sebesar 94,66%, membaik
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Kesejahteraan
Bab 7
84
dibandingkan dengan kondisi Agustus 2017 dan Februari 2017, yang masing-masing sebesar
92,86% dan 94,64%. Dengan perkembangan tersebut TPT pada Februari 2018 tercatat sebesar
5,34%, angka ini lebih rendah dibandingkan dengan kondisi Agustus 2017 (7,14%) dan
Februari 2017 (5,37%).
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 7.1 Tingkat Kemiskinan Jakarta dan Nasional
Grafik 7.2 Tingkat Pengangguran Terbuka Jakarta
Peningkatan penyerapan tenaga kerja di pasar tenaga kerja terutama terjadi di sektor informal.
Jumlah pekerja yang bekerja di sektor informal bertambah sekitar 254 ribu orang selama satu
tahun, yaitu dari Februari 2017 hingga Februari 2018. Berdasarkan karakteristiknya, golongan
masyarakat miskin atau hampir miskin pada umumnya merupakan masyarakat dengan latar
belakang pendidikan yang relatif rendah dan bukan tenaga kerja yang terampil. Dengan kondisi
demikian, besar kemungkinan lapangan usaha informal menjadi tujuan utama masyarakat
kelompok ini dalam mencari pekerjaan, karena sektor informal pada umumnya tidak
mensyaratkan secara ketat latar belakang pendidikan dan jenis keterampilan tertentu. Ketika
kemampuan sektor informal dalam menyerap tenaga kerja meningkat, maka sektor ini dapat
menampung tenaga kerja yang berasal dari masyarakat miskin atau hampir miskin tersebut,
dan mengangkat kemampuan ekonomi masyarakat Jakarta.
Data ketenagakerjaan Provinsi DKI Jakarta terkini menunjukkan bahwa struktur pendidikan
pekerja dari tahun ke tahun tidak banyak berubah. Komposisi pendidikan pekerja tertinggi
berada pada tingkat pendidikan menengah (SMA sederajat). Namun, pada Februari 2018 porsi
pekerja dengan latar belakang pendidikan rendah (SMP ke bawah) menunjukkan peningkatan.
Sementara itu, porsi pekerja dengan latar belakang pendidikan sekolah tinggi, dengan level di
atas diploma satu, justru menunjukkan penurunan. Meningkatnya penyerapan tenaga kerja di
sektor informal disinyalir menjadi salah satu faktor yang menyebabkan meningkatnya porsi
pekerja dengan latar belakang pendidikan rendah. Sektor ini pula yang diperkirakan
menampung pekerja dari keluarga miskin, yang umumnya berlatar belakang pendidikan
rendah. Hal tersebut kemudian mendorong perbaikan kondisi kemiskinan di Provinsi DKI
Jakarta.
11.25
10.96
11.22 11.1310.86 10.7 10.64
10.12
9.82
3.92
4.09
3.93
3.61
3.75
3.75 3.77
3.78
3.57
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
3.9
4.0
4.1
4.2
9.0
9.5
10.0
10.5
11.0
11.5
Ma
ret
Sep
tem
be
r
Ma
ret
Sep
tem
be
r
Ma
ret
Sep
tem
be
r
Ma
ret
Sep
tem
be
r
Ma
ret
2014 2015 2016 2017 2018
PersenPersen
Nasional Jakarta (RHS)
8.36
7.23
5.77 6.12 5.36
7.14
5.34
-
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
8.0
9.0
Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb
2015 2016 2017 2018
%
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Kesejahteraan
Bab 7
85
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 7.3 Daya Serap Tenaga Kerja Sektor Formal dan Informal
Grafik 7.4 Penduduk Bekerja Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
Perkembangan tingkat kemiskinan di Jakarta sejalan dengan perkembangan kemiskinan di
semua provinsi di Jawa. Pada periode Maret 2018 tingkat kemiskinan semua provinsi di Jawa
membaik, baik dibandingkan dengan September 2017 maupun Maret 2018. Di lihat dari
kecepatan penurunan, Jawa Tengah merupakan provinsi yang menunjukkan penurunan tingkat
kemiskinan yang paling progresif, diikuti dengan Provinsi Jawa Barat. Sementara itu, Provinsi
DKI Jakarta merupakan provinsi yang relatif paling terbatas progres penurunan kemiskinannya.
Dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa, tingkat kemiskinan Jakarta
merupakan yang terendah, Sedangkan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan
provinsi dengan tingkat kemiskinan tertinggi di Jawa, yaitu sebesar 12,13%.
Sumber: BPS, diolah
Grafik 7.5 Persentase Penduduk Miskin di Jawa
Dari grafik tersebut terlihat bahwa capaian tingkat kemiskinan Provinsi DKI Jakarta periode
Maret 2018 merupakan yang terendah sejak September 2013. Meskipun demikian, besaran
penurunan tingkat kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta relatif kecil. Hal ini disebabkan tingkat
kemiskinan di Jakarta sudah mencapai titik yang cukup rendah. sehingga bukan hal yang
mudah untuk membuatnya bergerak lebih rendah lagi. Diperlukan program khusus yang dapat
menyentuh orang miskin secara langsung untuk menurunkan tingkat kemiskinan di Jakarta,
terutama bila Pemerintah DKI Jakarta menargetkan persentase penduduk miskin menjadi 2,7%
pada tahun 2022.
Salah satu faktor kunci untuk menahan laju pertumbuhan kemiskinan adalah terkendalinya
harga, terutama harga barang-barang yang dikonsumsi oleh masyarakat kelas bawah yang
29.2 29.4
30.7
26.4
31.1
65.064.5
64.0
66.4
63.6
62.0
62.5
63.0
63.5
64.0
64.5
65.0
65.5
66.0
66.5
67.0
24.0
25.0
26.0
27.0
28.0
29.0
30.0
31.0
32.0
Feb Agu Feb Agu Feb
2016 2017 2018
%%
Informal Formal (skala kanan)
34.932.9 32.2 33.0
37.632.8
36.8
41.242.3 43.1 42.7
40.443.3
42.6
23.924.8 24.7 24.3
22.023.9
20.6
15.0
20.0
25.0
30.0
35.0
40.0
45.0
Feb Agu Feb Agu Feb Agu Feb
2015 2016 2017 2018
%, yoy
Pendidikan rendah ( ≤ SMP)
Pendidikan menengah (SMA sederajat)
Pendidikan tinggi ( ≥ D1 )
3.69 3.70 3.55 3.723.92 4.09 3.93
3.61 3.75 3.75 3.77 3.783.57
10.09 9.89 9.52 9.61 9.44 9.18 9.53 9.578.95 8.77 8.71
7.83 7.45
5.85 5.71 5.74 5.895.35 5.51
5.90 5.75 5.42 5.36 5.45 5.59 5.24
15.34 14.98 14.56 14.44 14.4613.58 13.58
13.32 13.27 13.19 13.0112.23
11.32
16.05 15.8815.43 15.03 15.00
14.55 14.91
13.16 13.34 13.10 13.0212.36 12.13
13.4013.08 12.55 12.73 12.42 12.28 12.34 12.28 12.05 11.85 11.77 11.20 10.98
-
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
18.0
Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
%
DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DIY Jawa Timur
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Kesejahteraan
Bab 7
86
masuk dalam keranjang perhitungan Garis Kemiskinan. Pada Maret 2018 Garis Kemiskinan di
Provinsi DKI Jakarta tercatat sebesar Rp593.108, atau mengalami peningkatan sebesar 2,57%
dibandingkan dengan Garis Kemiskinan September 2017 yang Rp578.247. Peningkatan
tersebut relatif rendah dibandingkan dengan kenaikan Garis Kemiskinan yang terjadi pada
September 2017 terhadap Maret 2017 yang tercatat sebesar 7,77% .
Relatif rendahnya peningkatan angka Garis Kemiskinan terutama didukung oleh melambatnya
pertumbuhan angka Garis Kemiskinan Makanan. Proporsi Garis Kemiskinan Makanan (GKM)
pada garis kemiskinan cukup besar, yaitu lebih dari 66%. Sehingga ketika pertumbuhan GKM
melambat, hal tersebut memberikan dampak yang cukup besar terhadap pertumbuhan garis
kemiskinan secara keseluruhan, yaitu dapat menahan laju pertumbuhan Garis Kemiskinan, di
tengah meningkatnya pertumbuhan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM).
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 7.6 Perkembangan Garis Kemiskinan
Grafik 7.7 Proporsi Garis Kemiskinan Makanan dan Nonmakanan
Melambatnya pertumbuhan GKM terutama didorong oleh turunnya tekan inflasi pada
beberapa komoditas utama yang terdapat dalam keranjang Garis Kemiskinan. Pada Maret 2017
GKM tercatat tumbuh sebesar 13,46% (yoy), melambat dibandingkan dengan periode rilis data
kemiskinan sebelumnya. Komoditas makanan yang cukup besar kontribusinya dalam GKM, dan
berkontribusi menahan laju pertumbuhan angka Garis Kemiskinan (GK), antara lain rokok
kretek, daging ayam ras, mie instan dan daging sapi. Di antara komoditas-komoditas tersebut,
pemerintah lebih banyak berperan dalam penyediaan pasokan daging sapi murah bagi
masyarakat miskin melalui program Kartu Jakarta Pintar (KJP), Kartu Lansia Jakarta (KLJ), dan
program khusus bagi pegawai PPSU (Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Umum).
Beras merupakan komoditas yang paling besar kontribusinya dalam pembentukan GKM.
Kontribusi komoditas tersebut pada Maret 2018 tercatat sebesar 23,72%, meningkat
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 20%. Hal ini disebabkan
meningkatnya harga beras pada awal tahun baru, sebagaimana tercermin dari laju inflasi beras
pada Maret 2018 yang mencapai 6,2% (yoy). Meskipun demikian pertumbuhan Garis
Kemiskinan Makanan melambat di tengah kenaikan harga beras. Turut campur pemerintah
48
7,3
88
50
3,0
38
51
0,3
59
52
0,6
90
53
6,5
46
57
8,2
47
59
3,1
08
-
100,000.00
200,000.00
300,000.00
400,000.00
500,000.00
600,000.00
Ma
ret
Se
pte
mb
er
Ma
ret
Se
pte
mb
er
Ma
ret
Se
pte
mb
er
Ma
ret
2015 2016 2017 2018
Rupiah
65.57 65.14 64.59 64.33 64.74 66.27 66.46
34.43 34.86 35.41 35.67 35.26 33.73 33.54
-
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Maret September Maret September Maret September Maret
2015 2016 2017 2018
%
GKM GKNM
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Kesejahteraan
Bab 7
87
dalam penyediaan beras, terutama bagi masyarakat miskin, menyebabkan kenaikan harga
beras tersebut tidak signifikan memengaruhi konsumsi beras masyarakat miskin.
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 7.8 Inflasi beberapa Komoditas dalam Keranjang GKM
Grafik 7.9 Inflasi Beras
Tidak seperti GKM yang cenderung berfluktuasi, pergerakan GKNM cenderung lebih stabil.
Kendati demikian, sejak September 2017 pertumbuhan GKNM sudah mulai merangkak naik.
Pada Maret 2017 GKNM tumbuh sebesar 5,2%. Kenaikan GKNM terutama disebabkan
meningkatnya harga Bensin, sehingga kini tren kontribusi komoditas Bensin terhadap GKNM
berada dalam tren yang meningkat. Bila tren kenaikan harga bahan bakar internasional
berlanjut, maka harga bahan bakar domestik berpotensi ikut meningkat dan selanjutnya
memengaruhi angka GKNM dan GK secara umum yang dijadikan acuan menentukan keadaan
kemiskinan di Jakarta, dan daerah-daerah lain di Indonesia.
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 7.10 Pertumbuhan Garis Kemiskinan dan Komponennya
Grafik 7.11 Inflasi Bensin dan Kontribusi Bensin terhadap GKMN
Sejauh ini pergerakan GKNM relatif terbatas. Hal ini didorong oleh relatif rendahnya tekanan
inflasi dari sewa dan kontrak rumah. Kondisi tersebut memengaruhi kontribusi komoditas
perumahan dalam pembentukan GKNM, yang merupakan komponen terbesar pada GKNM.
Tersedianya rusunawa (rumah susun sewa), yang disiapkan oleh Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta bagi masyarakat yang belum mampu memiliki rumah sendiri dan yang berpenghasilan
sama dengan atau di bawah UMR (upah minimum regional), menjadi salah satu faktor yang
dapat menahan pergerakan harga sewa atau kontrak rumah bagi masyarakat bawah.
9.69.3
12.410.0
8.06.6
-4.3 -2.0
(10.0)
(5.0)
-
5.0
10.0
15.0
20.0
Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
2015 2016 2017 2018
%, yoy
Rokok Kretek Daging Ayam Ras
Mie Instan Daging Sapi
17.6 17.8
-0.60.6
-0.6 -0.5
6.2
(5.0)
-
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
2015 2016 2017 2018
%, yoy
11.1 10.5
14.4 13.5
5.0 5.2
-
2.0
4.0
6.0
8.0
10.0
12.0
14.0
16.0
Ma
ret
Se
pte
mb
er
Ma
ret
Se
pte
mb
er
Ma
ret
Se
pte
mb
er
Ma
ret
2015 2016 2017 2018
%, yoy
GK GKM GKNM
7.5
6.57.6 6.9
11.9
9.911.7
1.1
7.8
-1.0
-13.3
-2.3
6.1 4.3
(15.0)
(10.0)
(5.0)
-
5.0
10.0
15.0
Mar Sep Mar Sept Mar Sep Mar
2015 2016 2017 2018
Kontribus Bensin thd GKNM (%) Inflasi Bensin (%, yoy)
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Kesejahteraan
Bab 7
88
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 7.12 Inflasi Sewa dan Kontrak Rumah di Jakarta
Grafik 7.13 Perkembangan Kontribusi Perumahan dalam GKNM
Berkurangnya jumlah penduduk miskin diikuti dengan turunnya indeks kedalaman dan
keparahan kemiskinan. Lebih rendahnya indeks kedalaman kemisknan menunjukkan bahwa
rentang (gap) antara kemampuan konsumsi masyakat miskin terhadap angka Garis Kemiskinan
menyempit. Hal itu menunjukkan bahwa kenaikan daya mampu konsumsi, yang tercermin dari
kenaikan pendapatan, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan Garis Kemiskinan.
Dibandingkan dengan kondisi Maret 2017, sebanyak 16,57 ribu orang pada Maret 2018 telah
berubah status menjadi penduduk tidak miskin. Penduduk yang kondisi perekonomiannya
terangkat merupakan penduduk yang kemampuan konsumsi sebelumnya berada cukup dekat
dengan garis kemiskinan.
Sejalan dengan kondisi kedalaman kemiskinan, indikator tingkat keparahan kemiskinan Jakarta
pada Maret 2018 juga mengalami perbaikan. Hal ini tercermin dari turunnya indeks keparahan
kemiskinan. Kondisi ini dapat dimaknai bahwa ketimpangan ekonomi di antara penduduk
miskin mengecil. Namun, bila mencermati data kemiskinan Jakarta lebih lanjut, tren baik indeks
kedalaman kemiskinan maupun keparahan kemiskinan menunjukkan peningkatan. Kondisi ini
menggambarkan bahwa perbaikan yang terjadi belum cukup kuat. Posisi penduduk yang baru
saja berubah menjadi golongan bukan orang miskin hanya sedikit saja berada di atas garis
kemiskinan. Artinya kelompok masyarakat tersebut masih sangat rentan kembali jatuh miskin
ketika sumber penghasilannya sedikit saja mengalami penurunan yang disebabkan oleh
guncangan berbagai faktor.
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 7.14 Indeks Kedalaman Kemiskinan
Grafik 7.15 Indeks Keperahan Kemiskinan
2.4
3.7
6.2
4.6
0.72.6
3.4
4.3
1.9
0.1 -
1.0
2.0
3.0
4.0
5.0
6.0
7.0
Mar Sep Mar Sep Mar
2016 2017 2018
%, yoy
Sewa Rumah Kontrak Rumah
39.00
36.73 36.46
37.30
35.48
33.0
34.0
35.0
36.0
37.0
38.0
39.0
40.0
Mar Sept Mar Sep Mar
2016 2017 2018
%
0.52
0.27
0.46 0.43 0.49
0.61 0.51
-
0.10
0.20
0.30
0.40
0.50
0.60
0.70
Ma
ret
Se
pte
mb
er
Ma
ret
Se
pte
mb
er
Ma
ret
Se
pte
mb
er
Ma
ret
2015 2016 2017 2018
Indeks
Indeks Kedalaman Kemiskinan Poly. (Indeks Kedalaman Kemiskinan)
0.10
0.04
0.08
0.08 0.10
0.15
0.11
-
0.02
0.04
0.06
0.08
0.10
0.12
0.14
0.16
Ma
ret
Se
pte
mb
er
Ma
ret
Se
pte
mb
er
Ma
ret
Se
pte
mb
er
Ma
ret
2015 2016 2017 2018
Indeks
Indeks Keparahan Kemiskinan Poly. (Indeks Keparahan Kemiskinan)
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Kesejahteraan
Bab 7
89
B. Perkembangan Indeks Rasio Gini
Perekonomian Provinsi DKI Jakarta yang masih menunjukkan kinerja yang cukup baik, sehingga
memberikan dampak positif memperbaiki kondisi ketimpangan pendapatan masyarakatnya.
Kondisi ini tercermin pada perkembangan indeks rasio gini. Sejak September 2018 indeks rasio
gini Jakarta menunjukkan tren yang menurun. Hal ini sejalan dengan penurunan indeks rasio
gini nasional. Pada Maret 2018 indeks rasio gini Jakarta telah mencapai level di bawah 0,40%,
demikian pula dengan kondisi nasional. Dengan perkembangan seperti ini, maka tingkat
ketimpangan pendapatan baik Provinsi DKI Jakarta, maupun nasional telah masuk dalam
kategori rendah. Indeks rasio gini terkini Jakarta dan nasional masing-masing sebesar 0,394
dan 0,389.
Bila pengukuran ketimpangan pendapatan menggunakan pendekatan yang digunakan oleh
Bank Dunia, maka ketimpangan di Jakarta juga sudah masuk dalam kategori rendah. Ukuran
ketimpangan pendapatan yang digunakan oleh Bank Dunia memfokuskan pada distribusi
pendapatan atau penguasaan kue pembangunan, terutama pada kelompok masyarakat
dengan pendapatan 40% terbawah. Bila proporsi kelompok ini lebih besar dari 17%, maka
ketimpangan dapat dikategorikan rendah. Pada Maret 2018 proporsi pendapatan penduduk
dengan kategori 40% terendah sebesar 17,2%. Dengan demikian kondisi ketimpangan sudah
dapat dikatakan rendah. Dari sisi nasional, berdasarkan kriteria Bank, ketimpangan nasional kini
juga dalam level yang rendah karena 40 masyarakat terbawah dapat menguasai perekonomian
sebesar 17,3%, di atas ambang batas 17%.
Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah
Grafik 7.16 Indeks Rasio Gini Jakarta dan Nasional
Grafik 7.17 Kurva Lorenz Provinsi DKI Jakarta September 2017
Penguasaan kue perekonomian di Provinsi DKI Jakarta masih didominasi oleh 20% kelompok
penduduk yang berpendapatan tertinggi. Proporsi penguasaan ekonomi penduduk pada
katogori ini pada Maret 2018 mencapai 46,8%, lebih rendah dari proporsi pada periode yang
sama tahun 2017 yang tercatat sebesar 48,2%. Penurunan pangsa perekonomian pada
penduduk dengan kategori ini menjadi salah satu penyebab membaiknya kondisi indeks rasio
gini, hingga kembali berada di bawah level 0,40.
Sementara itu, kelompok penduduk dengan kategori 40% berpendapatan menengah
mengalami perbaikan, yang tercermin dari meningkatnya porsi penguasaan perekonomian.
0.431 0.421
0.411
0.397
0.413 0.409
0.394 0.408
0.402 0.397 0.394 0.393 0.391 0.389
0.340
0.350
0.360
0.370
0.380
0.390
0.400
0.410
0.420
0.430
0.440
Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
2015 2016 2017 2018
Indeks
Gini Ratio Jakarta Gini Ratio Nasional
16.0 16.6 16.0 16.5 16.1 17.2 17.2
33.6 33.5 36.3 37.3 35.7 34.3 36.0
50.4 50.0 47.7 46.2 48.2 48.2 46.8
-
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
Mar Sep Mar Sep Mar Sep Mar
2015 2016 2017 2018
%
40% PendapatanTerendah 40% Pendapatan Sedang
20% Pendapatan Tinggi
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Kesejahteraan
Bab 7
90
Penguasaan kue ekonomi oleh penduduk yang berpendapatan 40% menengah meningkat,
dari 36,47% pada Maret 2017, menjadi 36,62% pada Maret 2018. Perbaikan yang terjadi
relatif masih terbatas. Idealnya kelompok ini dapat menguasai kue perekonomian hingga 40%.
Kendati demikian, kondisi ini telah berkontribusi dalam perbaikan kinerja indeks rasio gini
Provinsi DKI Jakarta pada Maret 2018.
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Kesejahteraan
Bab 7
91
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Prospek Perekonomian
Bab 8
92
Bab 8
PROSPEK PEREKONOMIAN
Dengan memerhatikan kondisi ekonomi terkini, serta prospek ekonomi global maupun nasional,
pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta tahun 2018 diprakirakan relatif stabil. Pada tahun 2017
pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 6,2%, dan pada tahun 2018 pertumbuhannya
diprakirakan berkisar pada 6,0%-6,4%. Masih tertahannya kinerja investasi dan ekspor
mengakibatkan dorongan pertumbuhan relatif terbatas. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga
diprakirakan masih terjaga, didukung oleh penyelenggaraan Asian Games 2018. Pertumbuhan
ekonomi relatif baik, kendati demikian, masih dibayangi risiko, khususnya yang bersumber dari
dinamika ekonomi global.
Dari sisi stabilitas harga, realisasi inflasi DKI Jakarta hingga pertengahan tahun 2018 tetap
mendukung sasaran inflasi nasional 3,5% ± 1%. Berbagai program pengendalian harga yang
bersifat jangka pendek dan jangka panjang akan tetap dilakukan oleh pemerintah dan TPID DKI
Jakarta. Senada dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi Jakarta tahun 2018 masih dihadapkan
pada beberapa faktor risiko, terutama faktor eksternal. Risiko tersebut antara lain adalah
kenaikan harga minyak internasional dan penguatan mata uang Dollar Amerika. Dari sisi internal,
faktor risiko utama adalah gejolak harga pangan domestik. Berbagai faktor risiko tersebut
diprakirakan tidak akan mendorong inflasi DKI Jakarta terlalu tinggi.
A. Prospek Perekonomian Global dan Nasional
Prospek Perekonomian Global
Pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2018 diprakirakan masih sejalan dengan proyeksi
sebelumnya, yaitu sebesar 3,9% (Tabel 8.1). Pertumbuhan tersebut akan diwarnai divergensi,
karena masih kuatnya pertumbuhan ekonomi AS, sedangkan negara lain melambat.
Perlambatan diprakirakan terjadi pada perekonomian di kawasan Eropa dan Jepang, sedangkan
perekonomian Tiongkok diprakirakan masih sejalan dengan estimasi sebelumnya.
Tabel 8.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia
2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018 2017 2018
Dunia 3.8 3.9 3.7 3.9 3.9 4.0 3.9 4.0 3.8 3.9 3.8 3.9
Negara Maju 2.3 2.5 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.4 2.3
Amerika Serikat 2.3 2.9 2.3 2.9 2.3 2.9 2.3 2.9 2.3 2.8 2.3 2.8
Kawasan Eropa 2.3 2.4 2.4 2.2 2.5 2.2 2.5 2.2 2.5 2.4 2.5 2.2
Jepang 1.7 1.2 1.7 1.0 1.7 1.1 1.7 1.1 1.7 1.2 1.7 1.0
Negara Berkembang 4.8 4.9 4.7 4.9 5.3 5.4 5.2 5.4 4.7 4.9 4.7 4.9
Negara Berkembang Asia 6.5 6.5 6.5 6.5
Tiongkok 6.9 6.6 6.9 6.6 6.9 6.6 6.9 6.6 6.9 6.7 6.9 6.7
India 6.7 7.4 6.7 7.3 6.3 7.4 6.3 7.4 6.4 7.3 6.3 7.5
WEO (IMF)
Jun-18 Jul-18
CF
Agst-18
Bank Indonesia
Jul-18 Mei-18Apr-2018
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Prospek Perekonomian
Bab 8
93
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 2018 masih sesuai dengan prakiraan
sebelumnya yaitu 2,8%, dengan ditopang oleh akselerasi investasi dan konsumsi yang masih
kuat. Pertumbuhan fixed investment mengalami akselerasi karena didorong oleh meningkatnya
investasi non-residential. Selain itu, kebijakan fiskal melalui corporate tax rate cut diprakirakan
dapat mendukung kinerja positif invetasi pada semester kedua 2018. Kinerja konsumsi
diprakirakan tetap solid dengan ditopang oleh kinerja positif perkembangan tenaga kerja dan
dampak lanjutan kebijakan fiskal. Beberapa leading indicator konsumsi antara lain claim of
unemployment insurance juga menunjukkan kinerja positif.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi Eropa pada tahun 2018 diprakirakan lebih rendah dari
proyeksi sebelumnya, yaitu dari 2,4% menjadi 2,2%. Hal ini disebabkan karena lebih rendahnya
realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2018. Composite leading indicator OECD juga
mengindikasikan terjadinya perlambatan. Ekonomi Eropa diperkirakan telah melalui puncak
ekspansi yang terindikasi dari menurunnya beberapa indikator seperti consumer confidence,
purchasing managers index (PMI) dan industrial production (IP).
Senada dengan ini, pertumbuhan ekonomi Jepang juga diprakirakan lebih rendah, yaitu dari
1,2% menjadi 1,0%. Hal ini disebabkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan II yang
melambat, terutama pada konsumsi dan investasi. Melambatnya konsumsi tercermin dari
tingkat keyakinan konsumen yang turun, dan kinerja indikator konsumsi yang menunjukkan
pertumbuhan negatif, antara lain retail trade, penjualan department store dan convenience
store, serta penjualan kendaraan bermotor.
Sementara itu, melambatnya pertumbuhan ekonomi Eropa dan Jepang serta arah kebijakan
ekonomi AS yang lebih berorientasi domestik berpotensi membawa volume perdagangan dunia
(WTV) tumbuh lebih rendah. Selain itu tingginya kekhawatiran proteksionisme akibat eskalasi
trade war berpotensi semakin menahan pertumbuhan WTV. Harga komoditas ekspor Indonesia
juga berpotensi turun, khususnya untuk komoditas logam dan pertanian.
Prospek Perekonomian Nasional
Pemulihan ekonomi Indonesia diprakirakan berlanjut pada tahun 2018, terutama bersumber
dari menguatnya permintaan domestik. Perkembangan terkini mengindikasikan prospek
pertumbuhan ekonomi yang meningkat namun berada dalam rentang yang sedikit lebih rendah
yakni 5,0-5,4%. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat pada 2018 ditopang oleh konsumsi
swasta yang tumbuh menguat serta investasi yang terakselerasi. Konsumsi swasta, yang
meliputi konsumsi rumah tangga dan konsumsi LNPRT, diperkirakan menguat seiring
berlanjutnya perbaikan daya beli masyarakat serta didukung oleh pengeluaran terkait Pilkada
pada 2018 dan proses Pemilu legislatif/Pemilihan Presiden. Sementara itu, investasi tumbuh
meningkat pada 2018 seiring penyelesaian proyek-proyek infrastruktur. Dari sisi eksternal,
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Prospek Perekonomian
Bab 8
94
sumbangan net ekspor diperkirakan relatif terbatas. Meskipun ekspor masih akan tumbuh
positif, namun impor diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi, meskipun relatif melambat
dibandingkan perkiraan sebelumnya sejalan dengan upaya-upaya yang telah ditempuh untuk
mengendalikan tingginya impor.
Lintasan proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2018 juga disertai rentang ketidakpastian yang
semakin membesar. Pertumbuhan ekonomi mempunyai risiko bias ke bawah menuju batas
bawah kisaran proyeksi, karena dipicu oleh terjadinya perang dagang (trade war). Perang
dagang yang dimulai dengan pengenaan tarif impor baja dan aluminium oleh AS berpotensi
diikuti dengan kebijakan balasan (retaliation) oleh mitra dagang AS. Hal ini akan berdampak
pada menurunnya aktivitas perdagangan dunia yang pada gilirannya berimbas pada prospek
PDB global. Risiko ini berpotensi memberikan dampak lanjutan bagi perekonomian Indonesia
melalui ekspor yang melambat, yang kemudian juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi.
Berbagai risiko tersebut berpotensi berdampak pada PDB yang menuju batas bawah dari
prakiraan.
B. Prospek Perekonomian DKI Jakarta
Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta pada tahun 2018 diprakirakan lebih rendah dibandingkan
dengan proyeksi sebelumnya, yaitu dari kisaran 6,1%-6,5% menjadi 6,0%-6,4% (Tabel VIII.2).
Hal ini dipicu oleh lebih rendahnya realiasi pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2018, karena
investasi dan ekspor yang jauh lebih rendah dari prakiraan.
Pertumbuhan investasi (pembentukan modal tetap bruto) pada tahun 2018 diprakirakan berada
pada kisaran 5,4%-5,8%, setelah pada proyeksi sebelumnya diprakirakan dapat tumbuh pada
kisaran 6,8%-7,2%. Pembangunan infrastruktur yang rata-rata telah mencapai kemajuan di
atas 90%, mengakibatkan pertumbuhan investasi di Jakarta yang masih didominasi oleh
investasi bangunan menjadi lebih lambat. Beberapa proyek besar seperti MRT fase II dan
pengerjaan konstruksi enam ruas jalan tol baru akan dimulai pada akhir tahun 2018, sehingga
dampaknya dalam waktu dekat diprakirakan masih relatif terbatas.
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Prospek Perekonomian
Bab 8
95
Tabel 8.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Sisi Permintaan (% yoy)
Meskipun masih menunjukkan kinerja positif, pertumbuhan ekspor luar negeri diprakirakan
lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, yaitu dari kisaran 8,3%-8,7% menjadi 6,1%-6,5%.
Tertahannya ekspor kendaraan bermotor sepanjang semester I 2018, khususnya karena
dampak dari Decree No.116/2017/ND-CP (Decree on Requirements for Manufacturing,
Assembly and Import Of Motor Vehicles and Trade in Motor Vehicle Warranty and Maintenance
Services) yang dikeluarkan oleh Vietnam memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap
kinerja ekspor. Hal ini disebabkan karena Vietnam adalah salah satu negara tujuan ekspor
utama, khususnya di ASEAN. Terdapatnya perhelatan Asian Games diprakirakan dapat
mendorong kinerja ekspor jasa, melalui peningkatan tingkat kunjungan wisatawan.
Sementara itu pertumbuhan konsumsi rumah tangga diprakirakan masih akan terjaga pada
kisaran 5,5%-5,9%. Konsumen masih memiliki keyakinan yang baik terhadap kondisi ekonomi
kedepan, yang tercermin dari indeks ekspektasi konsumen yang bergerak pada area optimis
(Grafik 8.3). Selain itu, penyelenggaraan Asian Games juga diprakirakan dapat meningkatkan
konsumsi masyarakat untuk pembelian atribut terkait Asian Games.
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 8.3 Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen dan Komponennya
PDRB (%,yoy) 5.9 6.2 6.1 - 6.5 6.0 - 6.4
Sisi Permintaan
Konsumsi Rumah Tangga 5.5 5.7 5.8 - 6.2 5.5 - 5.9
Konsumsi LNPRT 11.7 12.4 14.5 - 14.9 9.7 - 10.1
Konsumsi Pemerintah 0.2 5.8 18.3 - 18.7 6.6 - 7.0
Pembentukan Modal Tetap Bruto 1.6 6.2 4.7 - 5.1 5.4 - 5.8
Perubahan Inventori 67.1 30.2 (5.9) - (5.5) 24.7 - 25.1
Ekspor LN 0.3 (3.2) 4.8 - 5.2 6.1 - 6.5
Impor LN (2.3) 10.4 13.3 - 13.7 14.1 - 14.5
Net Ekspor AD 1.7 29.2 22.0 - 22.4 28.4 - 28.8
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolahp proyeksi Bank Indonesia
2016
Total Total-p
20182017
Total IVp
75
85
95
105
115
125
135
145
155
165
175
1 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7 8 91011121 2 3 4 5 6 7
2015 2016 2017 2018
Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Ekspektasi Penghasilan 6 bln yad
Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja 6 bln yad Ekspektasi Kegiatan Usaha 6 bln yad
Optimis
Pesimis
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Prospek Perekonomian
Bab 8
96
Konsumsi pemerintah diprakirakan dapat tumbuh pada kisaran 6,6%-7,0%, sejalan dengan
akselerasi belanja APBN. Struktur konsumsi pemerintah di DKI Jakarta masih didominasi oleh
APBN melalui belanja Kementerian dan Lembaga (KL), sedangkan kontribusi APBD secara
nominal relatif terbatas. Belanja APBN akan meningkat karena didorong oleh penyaluran
bantuan sosial yang tumbuh signifikan, ditambah dengan belanja barang untuk mendukung
Asian Games, dan meningkatnya belanja pegawai.
Konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) diprakirakan dapat tumbuh
pada kisaran 9,7%-10,1%. Faktor utama pendorong pertumbuhan konsumsi LNPRT masih
bersumber dari pelaksanaan pilkada serentak di 171 daerah, persiapan pemilihan presiden dan
pemilihan legislatif tahun 2019.
Masih kuatnya konsumsi rumah tangga diprakirakan dapat meningkatkan impor untuk tumbuh
pada kisaran 14,1%-14,5%. Meningkatnya impor juga akan didorong oleh meningkatnya
impor mesin. Masuknya rangkaian gerbong kereta MRT, ditambah dengan mesin lainnya yang
digunakan untuk mendukung pembangunan berbagai infrastruktur nasional turut
meningkatkan impor DKI Jakarta, yang merupakan gerbang impor utama.
Sementara itu, pertumbuhan ekspor neto antardaerah diprakirakan berada pada kisaran
28,4%-28,8% karena masih relatif kuatnya ekspor antarprovinsi, khususnya untuk komoditas
kendaran bermotor. Tertahannya ekspor kendaraan bermotor akan diantisipasi melalui
pemenuhan kebutuhan domestik untuk berbagai provinsi di luar Jakarta. Diperkenalkannya
beberapa kendaraan model baru turut meningkatkan permintaan masyarakat terhadap
kendaraan tersebut.
Pada triwulan IV 2018, pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta diprakirakan berkisar pada 5,8%-
6,2% (yoy). Pertumbuhan ekonomi diprakirakan lebih lambat dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya, karena tidak adanya faktor pendorong pertumbuhan yang kuat, seperti Asian
Games yang terselenggara pada triwulan III 2018. Konsumsi pemerintah diprakirakan dapat
tumbuh pada kisaran 18,3%-18,7% (yoy), sejalan dengan masa akhir realisasi anggaran.
Penyerapan anggaran cenderung mengalami akselerasi pada triwulan III dan IV, baik pada APBN
maupun APBD. Konsumsi LNPRT diprakirakan tumbuh pada kisaran 14,5%-14,9% (yoy),
karena didorong oleh belanja partai politik untuk persiapan pelaksanaan pilkada serentak dan
persiapan pemilihan presiden serta pemilihan legislatif. Konsumsi masyarakat diprakirakan
tumbuh pada kisaran 5,8%-6,2% (yoy), sejalan dengan meningkatnya konsumsi masyarakat
karena masa liburan akhir tahun dan perayaan Natal. Investasi diprakirakan tumbuh pada
kisaran 5,4%-5,8% dengan didorong oleh penyelesaian proyek pada akhir tahun. Ekspor
diprakirakan tumbuh pada kisaran 4,8%-5,2% dengan didorong oleh pemulihan ekspor
kendaraan bermotor. Sementara itu, impor diprakirakan tumbuh pada kisaran 13,3%-13,7%
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Prospek Perekonomian
Bab 8
97
terutama karena didorong oleh impor mesin, sedangkan ekspor neto antarprovinsi diprakirakan
tumbuh di kisaran 22,0%-22,4% (yoy).
Dari sisi sektoral, sejalan dengan investasi dan ekspor yang diprakirakan tumbuh lebih rendah
dari prakiraan sebelumnya, pertumbuhan lapangan usaha (LU) industri pengolahan juga
diprakirakan lebih rendah. Pertumbuhan LU industri pengolahan diprakirakan berada pada
kisaran 6,7%-7,1%, sedangkan pada prakiraan sebelumnya berkisar pada 7,7%-8,1%. Hal ini
karena permintaan terhadap output industri pengolahan, khususnya dari industri logam dasar
akan berkurang, sejalan dengan menurunnya investasi. Sedangkan dalam kaitannya dengan
ekspor, yang akan terkena dampak langsung adalah industri alat angkutan. Hal ini karena
mayoritas komoditas ekspor DKI Jakarta adalah berupa alat angkutan (kendaraan bermotor).
Tabel 8.3 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jakarta Sisi Penawaran (% yoy)
Masih berkaitan dengan investasi, perlambatan pertumbuhan yang terjadi juga akan tercermin
dari kinerja LU konstruksi. LU konstruksi diprakirakan tumbuh lebih rendah dibandingkan
dengan prakiraan sebelumnya, yaitu dari 5,5%-5,9% menjadi 2,2%-2,6%. Kondisi investasi di
DKI Jakarta yang masih didominasi oleh investasi bangunan menyebabkan perlambatan pada
investasi bangunan akan berdampak pula terhadap LU konstruksi. Terbatasnya aktivitas
konstruksi disebabkan beberapa proyek besar rata-rata sudah mencapai 90%, sedangkan
beberapa proyek baru akan dimulai pada akhir tahun 2018, sehingga dampaknya terhadap
ekonomi DKI Jakarta tahun 2018 relatif terbatas.
Sejalan dengan konsumsi masyarakat yang masih kuat, kinerja LU perdagangan besar dan
eceran, dan reparasi kendaraan diprakirakan masih akan terjaga, dan tumbuh pada kisaran
PDRB (%,yoy) 5.9 6.2 6.1 - 6.5 6.0 - 6.4
Sisi Produksi
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.9 0.3 0.3 - 0.7 0.1 - 0.5
Pertambangan dan Penggalian -1.5 0.2 -0.1 - 0.3 1.0 - 1.4
Industri Pengolahan 3.7 7.4 6.3 - 6.7 6.7 - 7.1
Pengadaan Listrik, Gas -0.5 11.3 7.2 - 7.6 21.0 - 21.4
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah & Limbah 2.2 2.9 2.6 - 3.0 2.4 - 2.8
Konstruksi 1.4 5.3 1.3 - 1.7 2.2 - 2.6
Perdagangan Besar & Eceran, Rep. Kendaraan 4.6 5.6 6.6 - 7.0 6.6 - 7.0
Transportasi dan Pergudangan 12.5 8.9 9.3 - 9.7 9.3 - 9.7
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.8 5.8 7.2 - 7.6 5.2 - 5.6
Informasi dan Komunikasi 10.8 10.6 10.2 - 10.6 10.0 - 10.4
Jasa Keuangan 8.5 5.4 4.3 - 4.7 1.0 - 1.4
Real Estate 4.7 4.3 4.2 - 4.6 4.3 - 4.7
Jasa Perusahaan 8.4 8.2 7.7 - 8.1 7.7 - 8.1
Adm Pemerintahan, Pertahanan & Jaminan Sos. 3.3 -2.1 13.8 - 14.2 14.1 - 14.5
Jasa Pendidikan 7.0 3.4 2.0 - 2.4 3.8 - 4.2
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7.8 7.0 6.0 - 6.4 6.2 - 6.6
Jasa lainnya 8.5 9.0 7.8 - 8.2 8.3 - 8.7
Sumber: Badan Pusat Statistik, diolahp proyeksi Bank Indonesia
2016
Total Total-p
2018
Total
2017
IVp
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Prospek Perekonomian
Bab 8
98
6,6%-7,0%. Kinerja LU ini akan turut didorong oleh penyelengaraan Asian Games 2018,
khususnya untuk perdagangan berbagai atribut terkait Asian Games.
Pada triwulan IV 2018, LU industri pengolahan diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,3%-6,7%
(yoy), yang terutama akan digerakkan oleh industri otomotif, sejalan dengan pemulihan ekspor.
LU konstruksi diprakirakan tumbuh pada kisaran 1,3%-1,7% (yoy), sejalan dengan kelanjutan
investasi bangunan, melalui berbagai proyek pemerintah maupun swasta. LU perdagangan
besar dan eceran, dan reparasi kendaraan diprakirakan tumbuh pada kisaran 6,6%-7,0% (yoy)
sejalan dengan masih terjaganya pertumbuhan konsumsi rumah tangga karena adanya faktor
libur akhir tahun dan perayaan Natal.
Prospek Inflasi
Inflasi ibukota pada tahun 2018 diprakiraan tetap di kisaranr 3,0% - 4,0% yoy. Di tengah
gejolak faktor eksternal seperti kenaikan harga minyak internasional dan penguatan Dolar
Amerika Serikat diperkirakan tidak secara langsung ditransmisikan kepada harga barang dan
jasa di DKI Jakarta. Adapun gejolak harga pada beberapa komoditas pangan strategis saat ini
telah berangsur mereda.
Kenaikan harga minyak internasional yang diperkirakan terus berlanjut hingga beberapa bulan
kedepan. Hal ini memiliki potensi besar untuk diikuti oleh kenaikan harga BBM nonsubsidi di
Indonesia, termasuk Jakarta. Kenaikan harga BBM nonsubsidi diperkirakan tidak signifikan
memengaruhi inflasi kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan.
Penguatan Dolar Amerika Serikat berpotensi memengaruhi harga barang dan jasa yang
memiliki konten impor. Dunia usaha diperkirakan belum akan merespons secara langsung
perkembangan ini dengan menaikkan harga barang-barang.
Adapun inflasi kelompok bahan makanan diprakirakan tetap terjaga. Beberapa harga pangan
strategis mulai turun. Terjaganya inflasi pangan juga didukung langkah Pemerintah untuk
kembali melakukan impor beras sebagai buffer stock apabila terjadi kelangkaan pada waktu-
waktu mendatang.
Selain itu, tekanan permintaan akan barang dan jasa secara umum juga masih terkendali.
Kondisi ini tercermin pada inflasi Juni 2018 yang tetap terjaga di tengah perayaan Idul Fitri.
Pada periode selanjutnya, potensi tekanan harga hanya akan terjadi pada akhir tahun 2018,
seiring datangnya hari raya Natal dan tahun baru 2019.
Pada triwulan III dan IV 2018, inflasi diprakirakan tetap terjaga. Perekonomian DKI Jakarta yang
diprakirakan terus membaik, tidak akan serta merta diikuti oleh kenaikan tekanan permintaan
yang berlebih. Adapun momen khusus yang berpotensi mendorong inflasi ke atas hanya Natal
dan tahun baru 2019.
Agustus 2018 PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Prospek Perekonomian
Bab 8
99
Faktor Risiko Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi
Perekonomian DKI Jakarta pada tahun 2018 dihadapkan pada faktor risiko yang dapat
menyebabkan pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari proyeksi 6,0%-6,4%. Risiko tersebut
terutama bersumber dari eksternal, khususnya pelemahan volume perdagangan dunia (WTV)
yang lebih tinggi, sehingga berdampak pada menurunnya ekspor.
Selain itu, terdapat faktor risiko yang dapat mendorong inflasi menjadi lebih tinggi, baik dari
sisi eksternal maupun internal. Faktor risiko yang perlu diwaspadai adalah kenaikan harga
energi, berlanjutnya penguatan dolar AS, dan gejolak harga pangan. Kenaikan harga minyak
internasional perlu diwaspadai, karena berpotensi ditransmisikan pada kenaikan harga energi.
Sebelumnya, harga BBM nonsubsidi seperti Pertamax, Pertalite dan Pertamina Dex sudah mulai
beranjak naik. Penguatan Dolar Amerika Serikat akan memengaruhi harga barang dan jasa
yang memiliki konten impor. Bank Indonesia berkomitmen untuk terus menjaga stabilitas nilai
Rupiah. Adapun gejolak harga pangan akan selalu diwaspadai oleh TPID.
Menghadapi berbagai tantangan dan peluang yang ada, dukungan dari seluruh stakeholder
terkait sangat dibutuhkan untuk mencapai target inflasi jangka pendek maupun jangka
panjang. Ditengah berbagai risiko yang berasal dari sisi eksternal, pemerintah pusat dan
pemerintah provinsi perlu terus berinovasi dalam melakukan berbagai program pengendalian
harga. Di sisi energi, pemerintah perlu terus mengkaji berbagai risiko apabila tidak dan/atau
menaikkan harga energi dalam negeri. Adapun untuk inflasi pangan, koordinasi yang intensif
antara Bank Indonesia, Pemerintah Provinsi DKI serta BUMD yang bergerak di bidang pangan
melalui TPID perlu terus diperkuat untuk memastikan tetap terkendalinya inflasi tahun 2018
dan tahun-tahun berikutnya. Implementasi Roadmap Pengendalian Inflasi DKI yang telah
disepakati perlu terus dilakukan dengan konsisten, agar arah inflasi sejalan dengan sasaran
inflasi nasional 3,5% ± 1.
Tabel 8.4 Faktor Risiko Perekonomian DKI Jakarta
Jenis Risiko Jalur Transmisi Probabilitas Keterangan
Melamahnya WTV yang lebih tinggi
dari perkiraan
Menurunkan
Pertumbuhan
Ekonomi
Moderat Menurunkan kinerja
ekspor
Gejolak harga pangan yang
berlebih
Meningkatkan
Inflasi Moderat
Mendorong inflasi
bahan makanan
Meningkatnya kenaikan harga
BBM nonsubsidi dan transportasi
Meningkatkan
Inflasi Rendah
Mendorong inflasi
transportasi,
komunikasi, dan jasa
keuangan
Menguatnya dolar AS Meningkatkan
Inflasi Rendah
Mendorong inflasi
barang dan jasa
dengan konten impor
PROVINSI DKI JAKARTA Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
Prospek Perekonomian
Bab 8
100
Halaman ini sengaja dikosongkan
PROVINSI DKI JAKARTA
Kajian Ekonomi & Keuangan Regional
Agustus 2018
xii
TIM PENYUSUN
PENANGGUNG JAWAB Trisno Nugroho, Sithowati Sandrarini
KOORDINATOR PENYUSUN M. Cahyaningtyas
TIM PENULIS Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan - Fungsi Asesmen Ekonomi dan Surveilans (Dwi Putra Indrawan, Hendy Hadiyan, Supriyadi Ramdan Winata, Febrian Alfetty, Rr. Diva Amelia Putri, dan Widyastanto Nugroho)
KONTRIBUTOR Tim Advisory Ekonomi dan Keuangan - Fungsi Data dan Statistik Ekonomi dan Keuangan (Dian Wening Tiastuti, Haris Prabowo, Hilman Hadianto, dan Bintang Samudra)
Tim Pengembangan Ekonomi (Ambawani Restu Widi, Eka Vitaloka, Tia Fitri Hariyani, Wahyu Ega Nugraha, Yoga Munajat, dan Rizky Utama)
KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI DKI JAKARTA
Jl. Ir. H. Juanda No. 28, Jakarta Pusat 10120 No. Telp. (021) 3514070, Fax No.(021) 3514061
Softcopy dapat diunduh di
http://bi.go.id/web/id/Publikasi/Ekonomi_Regional/KER/DKIJakarta