PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    1/133

    i

    PROYEK AKHIR

    PEKERJAAN :

    TAMBANG TERBUKA BATUBARA PT. CIPTA KRIDATAMA

    SIAMBUL, INDRAGIRI HULU, RIAU

    STUDI KASUS :

    Perencanaan Produksi dan Perhi tungan Cadangan Batubara serta

    Overburden Menggunakan Software M inescape Metoda Reserve Sol ids Pit S4

    dan Pit S5 PT. Cipta Kridatama Jobsite Siambul, Indragiri Hulu, Riau

    Diajukan Sebagai Salah Satu Syaratdalam Menyelesaikan Program D-3 Teknik Pertambangan

    Oleh:

    Aldrin Febriansyah

    2010/16776

    Konsentrasi : Tambang Umum

    Program Studi : D-3 Teknik Pertambangan

    JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS NEGERI PADANG

    2013

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    2/133

    ii

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    3/133

    iii

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    4/133

    iv

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    5/133

    v

    BIODATA

    I. Data Diri

    Nama Lengkap : Aldrin Febriansyah

    BP / NIM : 2010 / 16776

    Tempat / Tanggal Lahir : Rengat, 25 Februari 1992Jenis Kelamin : Laki-laki

    Nama Ayah : Drs. Adriansyah

    Nama Ibu : Drs. Dardanelly

    Jumlah Bersaudara : 3 (tiga) orang

    Alamat Tetap : Jl. Kerajinan no. 18 Rengat, Indragiri

    Hulu, Riau.

    II. Data Pendidikan

    Sekolah Dasar : SDN 7 RengatSekolah Menengah Pertama : SMPN 1 Rengat

    Sekolah Menengah Atas : SMAN 1 Rengat

    Perguruan Tinggi : Universitas Negeri Padang

    III. Data Proyek Akhir

    Tempat Kerja Praktek : PT. Cipta Kridatamajobsite Siambul

    Tanggal Kerja Praktek : 7 Januari 20134 Maret 2013

    Topik Studi Kasus : Perencanaan Produksi dan Perhitungan

    Cadangan Batubara serta Overburden

    Menggunakan Software MinescapeMetodaReserve SolidsPit S4 dan Pit S5

    PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul, Riau.

    Tanggal Sidang PA : 30 Mei 2013

    Padang, 30 Mei 2013

    (Aldrin Febriansyah)

    2010/ 16776

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    6/133

    vi

    RINGKASAN

    PT. Riau Bara Harum merupakan suatu perusahaan swasta nasional,

    bergerak di bidang pertambangan batubara yang terletak di daerah Kelesa

    Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau. Wilayah PKP2B PT. Riau Bara Harum

    seluas 24.450 Ha, yang memiliki kuasa pertambangan di koordinat 045 00

    033 45.00 LS dan 10211 15.00 102 41 5.00 BT.PT. Riau Bara Harum

    bekerja sama dengan PT. Cipta Kridatama untuk pengupasan overburdenseluruh

    pit PT. Riau Bara Harum.

    Metode penambangan yang dipakai di PT. Cipta Kridatama adalah

    Tambang Terbuka ( Open Pit ) dengan sistim strip mining dan back filling.

    Menggunakan kombinasi alat-alat mekanis berupa alat gali, alat muat, dan alat

    angkut. Bila material keras diperlukan ripper. Dalam melaksanakan prosespengupasan overburden, PT. Cipta Kridatama menggunakan alat-alat berat milik

    perusahaan sendiri.

    Endapan batubara yang akan ditambang secara umum tersingkap di

    permukaan tanah dengan kemiringan berkisar antara 5-10, dan ketebalan rata-

    rata lebih dari 0,5m. Rencana penambangan pada daerah ini dilakukan dengan

    metode tambang terbuka. Rancangan penambangan dan perhitungan cadangan

    yang berbasis komputisasi dengan menggunakan software Minescape, untuk

    rancangan yang baik dan terarah.

    Berdasarkan model rancangan batubara, diketahui cadangan batubara di

    daerah penelitian pada Blok Siambul adalah sebesar 2.108.453 ton, dan untuk

    overburden adalah 33.045.379 BCM. Dalam kegiatan pengupasan lapisan

    overburden, PT. Cipta Kridatama memiliki target produksi sebesar 23.665.400

    BCM per tahun dan merencanakan target produksi sekitar 68.200 BCM per hari.

    Setelah dilakukan perhitungan ulang, target untuk per tahun adalah 2013 adalah

    25.102.461,6 BCM, dan untuk target produksi per hari adalah 69.729 BCM.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    7/133

    vii

    ABSTRACT

    PT. Riau Bara Harum to be a nacional private concern, sign in field coalmining and that location in Kelesa, Indragiri Hulu, Riau. PT. Riau Bara Harums

    PKP2B location have wide 24.450 Ha, that have coordinat mining controller in

    045 00 033 45.00 LS dan 10211 15.00 102 41 5.00 BT. PT. Riau

    Bara Harum to coorperate with PT. Cipta Kridatama to excavate overburden in all

    pit PT. Riau Bara Harums.

    Mine Method that use by PT. Cipta Kridatama is Open Pit with the system

    are strip mining and back filling. To use combination mechanic tools like dig

    tools, loading tools, and transport tools. If there are hard material, used ripper. In

    excavate overburden, PT. Cipta Kridatama to use private tools.

    Coal deposit that will mined there in surface, the dip to turn 5-10, and

    have average thick more than 0,5 m. Mining plan in this area used open pitmethod. Mining plan and reserve calculation that computation basic to used by

    minescape software, to good plan and directed plan.

    Based on coal mining plan model, knowed coal reserve calculation in

    Siambuls block mining is 2.108.4553 ton. And to overburden is 33.045.379

    BCM. In excavate overburden activity, PT. Cipta Kridatama have production

    target 23.665.400 ton/year. And plan production target 68.200 BCM/day. After

    used repeat calculation, production target to 2013 is 25.102.461,6 BCM., and to

    production target 1 day is 69.729 BCM.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    8/133

    viii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

    berkat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang

    merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program D-III Jurusan Teknik

    Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang.

    Tugas Akhir ini berjudul Perencanaan Produksi dan Perhitungan

    Cadangan Batubara serta Overburden M enggunakan Software M inescape

    Metoda Reserve Solids Pit S4 dan Pit S5 PT. Cipta Kridatama Jobsite Siambul,

    I ndragir i Hulu, Riau. Tugas Akhir ini Penulis susun berdasarkan hasil Praktek

    Lapangan Industri yang telah Penulis lakukan di PT Cipta Kridatama, yang

    dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan berakhir pada tanggal 4 Maret 2013.

    Dalam kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima

    kasih kepada :

    1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga

    selesainya Tugas Akhir ini.

    2.

    Kedua Orang Tua Penulis yang selalu memberikan dukungan hingga penulis

    dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

    3. Bapak Drs. Bambang Heriyadi, MT selaku Ketua Jurusan Teknik

    Pertambangan Universitas Negeri Padang.

    4. Bapak Drs. Raimon Kopa, MT selaku koordinator kegiatan Praktek Lapangan

    Industri.

    5. Bapak Dedi Yulhendra, ST,. MT selaku Dosen Pembimbing Penulis.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    9/133

    ix

    6.

    Bapak Benny Kusumobroto, Project Manager PT. Cipta Kridatama jobsite

    Siambul, Kelesa, Siberida, Indragiri Hulu, Riau.

    7. Bapak Dedy Ismanto, selaku Pembimbing Lapangan Penulis di PT. Cipta

    Kridatamajobsite Siambul, Kelesa, Siberida, Indragiri Hulu, Riau.

    8. Dept. PPnC PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul, Kelesa, Siberida, Indragiri

    Hulu, Riau.

    9. Seluruh staff dan karyawan Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Negeri

    Padang.

    10.

    Seluruh staff dan karyawan PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul, Kelesa,

    Siberida, Indragiri Hulu, Riau.

    11.Serta rekan-rekan yang telah membantu dalam penyelesaian laporan tugas

    akhir.

    Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih terdapat

    banyak kekurangan, oleh karena itu sangat mengharapkan kritik dan saran yang

    membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Tugas Akhir ini.

    Akhirnya Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi

    kita semua.

    Padang, 30 Mei 2013

    Aldrin Febriansyah

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    10/133

    x

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

    LEMBAR PENGESAHAN PROYEK AKHIR ....................................... ii

    LEMBAR PENGESAHAN UJIAN PROYEK AKHIR ........................... iii

    SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ........................................... iv

    BIODATA ..................................................................................................... v

    RINGKASAN ............................................................................................... vi

    ABSTRAK .................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ................................................................................. viii

    DAFTAR ISI................................................................................................ x

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv

    DAFTAR TABEL ........................................................................................ xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar belakang Masalah .................................................................. 1

    1.1.1.

    Latar belakang Masalah ......................................................... 1

    1.1.2.

    Lokasi dan Kesampaian Lokasi ............................................. 2

    1.1.3. Iklim dan Curah Hujan .......................................................... 4

    1.1.4. Keadaan Geologi ................................................................... 4

    1.1.5. Kondisi Daerah Kelesa ........................................................... 6

    1.1.6. Peralatan Pengupasan Overburdendan Target Produksi

    Overburden............................................................................ 15

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    11/133

    xi

    1.2.

    Identifikasi Masalah ....................................................................... 16

    1.3.

    Pembatasan Masalah ...................................................................... 17

    1.4. Rumusan Masalah .......................................................................... 17

    1.5.Tujuan Penelitian ............................................................................ 18

    1.6.Manfaat Penelitian .......................................................................... 18

    BAB II KAJIAN TEORITIS

    2.1.

    Sifat Fisik Material ......................................................................... 19

    2.2.ProsesLand Clearing, Pengupasan Top soilserta Pengupasan

    Overburden..................................................................................... 23

    2.3.Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan ......................................... 27

    2.4.Konsep Pemodelan Sumberdaya ................................................... 34

    2.5.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Cadangan ................... 35

    2.6.

    Sistem Penambangan ....................................................................... 36

    2.6.1.

    Open Pit................................................................................. 36

    2.6.2. Strip Mining........................................................................... 37

    2.7.Teori Strip, Panel, Block, dan Solids............................................... 38

    2.8.Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Batubara ......................... 39

    2.9.

    Faktor Pembatas Penentuan Cadangan Tertambang ....................... 41

    2.10. Perancangan Tambang Menggunakan Software Minescape......... 43

    2.11.Pemodelan Endapan Batubara dan Overburden menggunakan

    Software Minescape ...................................................................... 46

    2.11.1. Topo Model ........................................................................... 47

    2.11.2.Schema .................................................................................. 48

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    12/133

    xii

    2.11.4.Countur ................................................................................. 48

    2.11.5.Quality ................................................................................... 48

    2.12.Konsep Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Menggunakan

    Software Minescape....................................................................... 50

    2.13.Konsep Penentuan Kondisi Batas Untuk Perhitungan

    Cadangan ....................................................................................... 51

    BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

    3.1.

    Jadwal Kegiatan .............................................................................. 53

    3.2.

    Jenis Studi Kasus ............................................................................ 53

    3.3.

    Jenis Data ........................................................................................ 54

    3.4. Metodologi Pengambilan Data ....................................................... 55

    3.5. Metode Analisis Data ..................................................................... 55

    BAB IV PEMBAHASAN

    4.1. Pemodelan Endapan Batubara Mengunakan Software

    Minescape....................................................................................... 57

    4.2.Perhitungan Cadangan Batubara dan Overburden Menggunakan

    Software Minescape .................................................................... 59

    4.2.1. Pembuatan Blok Penambangan menggunakansoftware

    Minescape............................................................................. 60

    4.2.2. Pembuatan Solidsmenggunakansoftware minescape .......... 62

    4.2.3. Perhitungan Cadangan ......................................................... 63

    4.3.Perhitungan Rencana Jam Kerja (Work Hours) .............................. 66

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    13/133

    xiii

    4.4.

    Kebutuhan Alat ............................................................................... 67

    4.5.

    Perhitungan Target Produksi .......................................................... 68

    4.6.

    Analisa Target Produksi ................................................................. 69

    BAB V PENUTUP

    5.1.

    Kesimpulan ..................................................................................... 78

    5.2.

    Saran ............................................................................................... 79

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 80

    LAMPIRAN

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    14/133

    xiv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1.1 : Peta Kesampaian Daerah......................................................... 3

    Gambar 1.2 : Peta Kontur Topografi 2D Blok Siambul PT. RBH ................ 6

    Gambar 1.3 : Peta Kontur Topografi 3D Blok Siambul PT. RBH ................ 7

    Gambar 1.4 : Peta Geologi Blok Siambul ..................................................... 14

    Gambar 2..1 :Land Clearing........................................................................ 23

    Gambar 2.2 : Pengupasan Top Soil............................................................... 25

    Gambar 2.3 : Pengupasan Overburden......................................................... 26

    Gambar 2.4 :Dispossal Area........................................................................ 27

    Gambar 2.5 :Modifying Factor.................................................................... 29

    Gambar 2.6 : Open Pit.................................................................................. 37

    Gambar 2.7 : Strip Mining............................................................................ 38

    Gambar 2.8 : PenentuanFinal Pit Limit....................................................... 52

    Gambar 4.1 :Peta Kontur Struktur Pit S4 dan Pit S5 .................................. 58

    Gambar 4.2 : Situasi Lider Blok Siambul 31 Desember 2013 ..................... 59

    Gambar 4.3 : Plan PT. CK 2013 ................................................................... 60

    Gambar 4.4 : Blok Pit S4 dan Blok Pit S5 ..................................................... 62

    Gambar 4.5 : Solids Pit S4 dan Solids Pit S5 ................................................. 63

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    15/133

    xv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 : Jarak Titik Informasi Berdasarkan Kondisi Geologi ................ 29

    Tabel 2.2 : Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral SNI ............... 31

    Tabel 3.1 : Jadwal Kegiatan Januari - Maret................................................ 53

    Tabel 4.1 : Total Tonase Batubara, Overburden dan SR Pit S4 .................. 64

    Tabel 4.2 : Total Tonase Batubara, Overburdendan SR Pit S5 .................. 65

    Tabel 4.3 : Work Hours................................................................................ 67

    Tabel 4.4 : Kebutuhan Alat .......................................................................... 68

    Tabel 4.5 : Target Produksi 2013 .................................................................. 69

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    16/133

    xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran A : Peta Provinsi Riau ................................................................. A-1

    Lampiran B : Peta Geologi Kelesa dan Blok Konsesi RBH ......................... B-1

    Lampiran C : Data Curah Hujan, Jam Hujan, dan Hari Hujan CK-RBH

    Siambul ................................................................................... C-1

    Lampiran D : Analisa Perkiraan Curah Hujan .............................................. D-1

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    17/133

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Perkembangan dunia pertambangan di Indonesia semakin meningkat,

    hal ini dapat dilihat dari semakin meningkatnya kebutuhan akan hasil dari

    pertambangan baik dari segi industri maupun untuk memenuhi kebutuhan

    hidup manusia. Salah satu hasil bahan galian tambang yang cukup

    meningkat penggunaanya adalah batubara. Selain digunakan untuk industri,

    batubara juga digunakan sebagai bahan dasar untuk menghasilkan listrik

    (PLTU). Apalagi sekarang cadangan minyak bumi mulai menipis sehingga

    mulai digalakkan batubara sebagai pengganti bahan bakar. Dikarenakan

    semakin meningkatnya kebutuhan akan batubara sehingga mulai digalakkan

    pencarian-pencarian cadangan baru batubara. Provinsi Riau merupakan

    salah satu penghasil batubara di Indonesia, dimana hasil produknya selain

    digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk memenuhi

    permintaan kebutuhan luar negeri.

    1.1.1.Deskripsi Perusahaan

    PT Cipta Kridatama yang didirikan pada tahun 1997 adalah

    pembesaran dan perluasan dari sebuah Divisi peralatan & Bisnis penyewaan

    PT. Trakindo Utama yang berfokus pada pihak & Jasa Penambangan.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    18/133

    2

    Didukung oleh lebih oleh lebih dari 27000 karyawan, PT. Cipta

    Kridatama memiliki lebih dari 14 lokasi di seluruh Indonesia dan masih

    akan terus berkembang.

    PT Cipta Kridatama dan PT. Riau Bara Harum bekerjasama untuk

    melakukan kegiatan penambangan pada jobsite Siambul, Kecamatan

    Siberida, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Peta Provinsi Riau dapat

    dilihat pada lampiran A.

    Dengan kontrak selama 5 tahun, terhitung mulai tanggal 5 maret 2012

    hingga 5 tahun yang akan datang. PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul

    merupakan perusahaan kontraktor yang bergerak dibidang civil, mining, dan

    process engineering yang dipercaya oleh PT. Riau Bara Harum selaku

    pemegang kontrak karya untuk melakukan seluruh kegiatan penambangan

    dengan menggunakan metode open pit dengan sistem back filling dan strip

    mining.

    PT. Cipta Kridatama jobsite RBH memiliki struktur organisasi yang

    kompleks, yang bertujuan untuk kemudahan pengawasan kegiatan industri,

    baik di lingkungan kantor maupun di lingkungan site penambangan sesuai

    dengan kompentensi yang dimiliki tenaga kerja sehingga terciptanya

    kegiatan yang teratur, efisien dan menguntungkan. Struktur organisasi PT.

    Cipta KridatamajobsiteSiambul dapat dilihat pada Lampiran B.

    1.1.2.Peta Kesampaian Lokasi

    Secara administratif PKP2B PT. Riau Bara Harum berada di wilayah

    Desa Kelesa, Kecamatan Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    19/133

    3

    Luas PKP2B PT. Riau Bara Harum adalah 24.450 Ha. Secara geografis

    lokasi PKP2B PT. Riau Bara Harum terletak pada 042 93 043 45.00

    LS dan 102 2615.00 BT 102 28 5.00 BT. Jarak Pekanbaru hingga

    Desa Kelesa sekitar 400 Km, dan jarak Desa Kelesa hingga lokasi

    penyelidikan kurang lebih sekitar 5 Km. Daerah penyelidikan dapat dicapai

    dari kota Pekanbaru melalui transportasi darat sekitar 5 jam. Peta

    kesampaian daerah PT. Riau Bara Harum dapat dilihat pada gambar 1.1

    dibawah ini.

    Sumber : PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul

    Gambar 1.1 Peta Kesampaian Daerah

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    20/133

    4

    1.1.3.Iklim dan Curah Hujan

    Lokasi atau daerah penyelidikan PKP2B PT. Riau Bara Harum

    memiliki curah hujan tropis ditandai adanya pergantian dua musim yaitu

    musim hujan (September - Februari) dan musim kemarau (Maret - Agustus).

    Intensitas curah hujan bervariasi dari rendah sampai tinggi dengan durasi

    waktu pendek (singkat) - sampai panjang (lama).

    Berdasarkan data meterologi, dapat secara umum diketahui temperatur

    rata-rata tahunan berkisar antara 28-31C dan fluktuasi temperatur dan 3-

    4C dan kelembaban udara rata-rata tahunan 80%, sedangkan kelembaban

    pagi sekitar 90% dan sore sekitar 70%. Berdasarkan data curah hujan

    selama sebelas tahun (2002-2012), curah hujan tahunan di daerah

    penyelidikan berkisar antara 2732,60 s/d 3081,85 mm/tahun. Sedangkan

    jumlah hari hujan berkisar antara 168 hari s/d 209 hari dengan rata-rata 188

    hari. Tabel Curah Hujan daerah Kelesa dapat dilihat pada Lampiran C.

    1.1.4.Keadaan Geologi

    Pulau Sumatera berlokasi antara 3 LU sampai 6 LS dan 96 BT

    sampai 106 BT. Pada zona tengah dari rangkaian Bukit Barisan terdapat

    cekungan antar pegunungan, misalnya endapan Mampun Pandan dan

    Ombilin. Susunan pengendapan daerah Muara Bungo dimulai dari Formasi

    Talang Akar dengan umur Oligosen yang terendapkan secara tidak selaras

    di atas batuan dasar granit Mezosoik (Simanjuntak, 1984). Peta Geologi

    Kelesa dan Blok Konsesi RBH Daerah perjanjian disusun oleh 5 satuan

    sedimen tersier (menurun makin tua) :

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    21/133

    5

    Alluvium (Qa), terdiri dari pasir, lanau, dan lempung, yang diendapkan

    oleh sungai-sungai besar.

    Formasi Kasai (QTk), terdiri dari tufa, tufa pasiran dan batupasir tufaan

    mengandung batu apung (pumice). Umur formasi ini diduga Plio-

    Pleistosen, diendapakan pada lingkungan daratan. Ketebalan beragam dari

    200 dan sampai lebih 500 meter.

    Formasi Muara Enim (Tmpm), merupakan perselingan dari batu lempung

    dengan batu lanau dan serpih, dengan interkalasi dari batulempung

    gampingan padat dan lanau kuarsa. Formasi ini diendapkan pada

    lingkungan laut dangkal berumur Miosen Tengah sampai Akhir. Ketebalan

    berkisar antara 500 meter sampai 1.000 meter.

    Formasi Gumai (Tmg), terdiri dari batu lempung dan serpih dengan

    interkalasi batu gamping, batu lanau, batu pasir, batu lanau tufaan, dan

    nodul-nodul gampingan. Lingkungan pengendapan adalah laut terbuka

    yang agak dalam (neritik) pada saat genang laut. Formasi Gumai berumur

    miosen Awal sampai Tengah. Ketebalan formasi ini dari beberapa meter

    sampai mendekati 850 meter.

    Formasi Talang Akar (Tomt), terdiri dari batupasir konglomeratan,

    batupasir berbutir kasar sampai halus, batulanau, batulanau gampingan dan

    serpih. Formasi ini diendapkan dalam lingkungan daratan sampai laut

    dangkal dan berumur Miosen Akhir sampai Oligosen. Ketebalan formasi

    ini dari beberapa meter sampai mendekati 1.000 meter.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    22/133

    6

    1.1.5.Kondisi Daerah Kelesa

    A. Topografi

    Pada daerah penelitian sumberdaya batubara siambul umunya

    mempunyai ketinggian berkisar dari 20 meter sampai 320 meter dengan

    beda tinggi sampai 50 meter, dan kearah utara dari daerah batubara

    ketinggian permukaannya mencapai 130 meter dengan beda tinggi

    mencapai 50 meter sehingga daerah ini bisa dikategorikan berbukit

    sedang. Peta Kontur Topografi 2D Blok Siambul PT. Riau Bara Harum

    dapat dilihat pada gambar 1.2.

    Sumber : PT. Cipta Kridatama Jobsite Siambul

    Gambar 1.2 Peta Kontur Topografi 2D Blok Siambul PT. Riau Bara Harum

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    23/133

    7

    Setelah diperoleh data koordinat topografi, dilakukan interpolasi

    pada perangkat lunak Minescape membentuk garis-garis kontur

    dilanjutkan dengan pemodelan bentuk tiga dimensi, dengan pembuatan

    triangle atau bidang-bidang yang menghubungkan garis-garis kontur

    topografi. Bagian barat lokasi penelitian memiliki bentuk topografi

    lebih tinggi dibandingkan dengan sebelah timur lokasi penelitian. Peta

    Topografi 3D Blok Siambul PT. Riau Bara Harum dapat dilihat pada

    gambar 1.3.

    Gambar 1.3 Peta Topografi 3D Blok Siambul PT. Riau Bara Harum

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    24/133

    8

    B. Morfologi

    Secara fisiografi daerah penelitian PT. Riau Bara Harum

    termasuk dalam wilayah Pegunungan Tigapuluh yang merupakan

    perbukitan bergelombang sedang sampai terjal ke arah timur dan utara

    dengan ketinggian bervariasi mulai dari 20 m sampai yang paling tinggi

    320 m dari permukaan air laut. Kemiringan lereng di daerah penelitian

    antara 5-50%. Perbukitan ini dikelilingi dataran yang sebagian besar

    berupa dataran rawa, pasang surut yang pelamparannya terletak di

    sebelah timur perbukitan bergelombang. Kelerengan daerah termasuk

    landai dan aliran sungai yang deras. Fenomena tersebut mencirikan

    stadia sungai yang tua dengan tingkat erosi horizontal lebih dominan

    dari vertikal. Pegunungan Tigapuluh mempunyai dua anak sungai yaitu

    Sungai Canako dan Sungai Gangsal. Sungai Canako mempunyai dua

    anak sungai utama yaitu Sungai Alin dan Antam. Sedangkan Sungai

    Gansal mempunyai empat anak sungai yaitu Sungai Akar, Sungai

    Kerintang, Sungai Renteh dan Sungai Selesen. Pola aliran sungai

    umumnya dendritikdibagian hulu anak sungainya. Arah umum sungai-

    sungainya adalah Timurlaut, kecuali Sungai Antam mempunyai arah

    barat laut. Sungai Alin dan sungai bagian hulu Sungai Gangsal

    mempunyai arah ke utara.

    C. Kondisi Sungai

    Pola aliran sungai didaerah penelitian deposit batubara daerah

    Kelesa bisa dikelompokan menjadi tiga yakni pola aliran rectangular,

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    25/133

    9

    dendritik, dan trellis. Pola aliran rektangular berkembang dibagian barat

    daerah rencana tambang dengan bentuk sungai patah-patah dan

    dijumpai beberapa kelurusan dengan sungai Canako sebagai sungai

    utamanya. Pola aliran dendritik berkembang disebelah timur daerah

    rencana tambang dengan bentuk sungai menyerupai pohon. Sungai

    Akar merupakan sungai utama. Pola aliran trellisberkembang di daerah

    tengah daerah penelitian dengan sungai sekunyam sebagai sungai

    utama.

    D. Geologi Batubara Daerah Kelesa

    Berdasarkan Geological Map Of Kelesa Subdistrict dan Rbhs

    Block Concession (A Part Of Gelogical Map Of Rengat Quadrangel,

    Sumatera ,1994). Daerah penyelidikan termasuk dalam area penelitian

    dengan litologi yang cukup lengkap mulai dari Pra Tersier, Tersier

    hingga Kuarter.

    Litologipenyusun di daerah penyelidikan dapat dikelompokan

    menjadi tiga yakni :

    1) Kelompok batuan Pra Tersier yang terdiri atas:

    Batuan Pra Tersier di daerah penyelidikan disusun dari

    beberapa formasi, yaitu:

    a. Formasi Gangsal (Pcg)

    Terdiri dari batusabak, filit, batusabak berbintik, batupasir

    termetamorfkan dan kuarsir.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    26/133

    10

    b.Formasi Pengabuhan (Pcp)

    Terdiri dari batu pasir sela, greyweke kuarsit, dan batulanau,

    setempat dengan butiran kerakalan, di beberapa tempat berubah

    menjadi hornfels.

    c. Formasi Mentulu (Pcm)

    Berupa Tuff, batu lempung tufaan dan batu pasir tufaan, tuff

    andesit sampa tuff basalt, kelabu sampai coklat, keras dan forfiri.

    d. Granit Akar (Rjg)

    Terdiri dari granit, granodiorit, pegmatit, dan apilit dijumpai di

    sekitar SungaiAkar dengan warna lapukan jernih hingga merah.

    Secara stratigarfi Formasi Gangsal, Formasi Pengabuan dan

    Formasi Mentulu saling bersilang jari(membaji). Ketiga formasi

    tersebut diterobos oleh intrusi granit.

    2) Kelompok batuan berumur Tersier yang terdiri dari :

    Batuan Tersier yang ada di daerah penyelidikan disusun sari

    beberapa formasi:

    a.Formasi Kelesa (Teok)

    Secara tidak selaras Formasi Kelesa di atas batuan batuan Pra

    Tersier, formasi ini terdiri dari konglomerat, atau breksi, batupasir

    kerikilan, tufaan, yang disisipi batu lempung, serpi dan batubara.

    Lapisan batubara dalam formasi ini memperlihatkan bentuk sifat-

    sifat hitam mengkilat tidak mengotori tangan, keras dan ringan.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    27/133

    11

    b.Formasi Lakat (Toml)

    Bagian atas terdiri dari batu pasir kuarsa dan batu lempung

    lanauan atau karbonatan dengan bintil pyrit dan kayu terkresikan,

    bagian bawah terdiri dari konglomerat polemik dan batu kuarsa

    dengan batu lempung, tuff, batu lanau dan sisipan serta lensa

    lensa batubara.

    c. Formasi Tualang (Tmt)

    Formasi Tualang melampar luas selaras di atas Formasi Lakat dan

    menjari (membaji) dengan satuan batuan yang relatif diatasnya.

    Bagian atas terdiri dari batupasir kuarsit, batulempung, batu

    lumpur puritan dan batupasir gloukonit. Bagian bawah terdiri dari

    batu lempung dan batu pasir kuarsa, setempat gampingan dan

    lanauan dengan bintil batupasir gampingan juga mengandung

    glaukonit dan mika.

    d.Formasi Gumai (Tmg)

    Tersusun oleh serpih dan batulempung dengan sisipan batupasir

    dan batulumpur. Pada bagian atas dan tengah umumnya karbonan

    atau gamping dengan bintil dan lensa mikrit yang mengandung

    banyak foraminifera.

    e. Fomasi Air Benakat (Tma)

    Secara stratigrafi Formasi Air Benakat dan Formasi Muaraenim

    saling bersilang jari. Formasi Air Benakat terdiri selang seling

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    28/133

    12

    batu lempung, batu pasir, serpih dan batu lanau dengan sisipan

    batu pasir tufaan, lensa- lensa kuarsa dan lignit.

    f.Formasi Muara Enim. (Tmpm)

    Terdiri dari perselingan batu pasir tufaan berbutir sedang- halus

    dengan batu lempung tufaan, serpi tufaan dan tufa, abu-abu

    kehitaman, kecoklatan, dan kemerahan, serpi tufaan dengan

    sisipan lensa batubara dan kayu karbonan.

    g. Formasi Kerumutan ( Qtke)

    Formasi Kerumutan diendapkan secara selaras di atas Formasi

    Muara Enim, terdiri dari batupasir kuarsa, halus sampai sedang,

    batu lempung tufaan, tufa setempat lempung pasiran, tufaan

    kerikilan, kelabu muda kemerahan, setempat silang siur .

    3) Endapan Kuarter

    Batuan pada Endapan Kuarter di daerah penyelidikan disusun

    dari beberapa formasi :

    a. Formasi Kasai (Qtk)

    Secara stratigrafi Formasi Kasai terendapakan secara tidak selaras

    di atas batuan berumur Tersier, yang terdiri dari batupasir kuarsa

    dan tufaan, tuff, batulempung tufaan, batupasir tufaan berukura

    sedang sampai gravel, berwarna abu-abu terang sampai abu-abu

    kecoklatan setempat silang siur, dengan sisipan kayu karbonan

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    29/133

    13

    b. Endapan Rawa (Qs)

    Terdiri dari lempung, pasir, lanau, lumpur, dan gambut berwarna

    hitam sampaicoklat, lunak tidak mengeras.

    c. Aluvium (Qac)

    Berupa lempung, lumpur, lanau pasir, kerakal, dan berangkal

    berwarna kelabu, hitam sampai coklat tidak mengeras dengan sisa

    tumbuan dan lapisan tipis gambut tersebar merata.

    E. Struktur Geologi Regional

    Daerah penyelidikan terletak di Cekungan Sumatera Tengah yang

    berkaitan erat dengan tektonik yang terjadi akibat penujaman busur

    samudera. Penujaman di sebelah barat Sumatera terjadi pada Perm yang

    kemudian diikuti dengan pembentukan busur gunung api Tersier sampai

    Resen. Cekungan Sumatera Tengah merupakan bagian dari gunung api

    ini yang terletak bagian busur belakang yang terdiri dari batuan metamorf

    berumur Permokarbon dan sedimen Tersier sampai Kuarter. Struktur

    geologi di daerah ini terbentuk oleh tektonik pada Jura Kapur berupa

    kelanjutan orogenesa Thai Malaysia diikuti oleh pengangkatan

    perbukitan Tigapuluh pada Kapur Akhir sampai Tersier Awal. Hal

    tersebut berkaitan dengan pengangkatan busur Gunung Api Bukit

    Barisan. Tektonik berikutnya terjadi pada Oligosen Awal dan

    mengakibatkan pengangkatan dan pensesaran batuan Tersier yang

    terbentuk sebelumnya. Pada Mio Pliosen terjadi pengangkatan dan

    regresi sehingga batuan-batuan pada Formasi Tulang, Gumai dan Air

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    30/133

    14

    Benakat terangkat diikuti oleh pengendapan Formasi Muara Enim.

    Berdasarkan pengamatan Citra SAR (Side Airborn Radar), struktur

    geologi yang terbentuk akibat tektonik di cekungan Sumatera Tengah

    berupa antiklin dan sesar sesar yang berarah baratlaut-tengara, timurlaut-

    baratdaya. Peta Geologi Blok Siambul dapat dilihat pada gambar 1.4.

    Sumber : PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul

    Gambar 1.4 Peta Geologi Blok Siambul

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    31/133

    15

    1.1.6. Peralatan Pengupasan Overburden dan Target Produksi Overburden

    PT. Cipta Kridatama Siambul Mine Project mengerjakan 2 buah pit

    yaitu pit S4 dan pit S5. Pada pit S4 dan pit S5 mempunyai target produksi

    perbulannya untuk mencapai target pertahunnya. Untuk mencapai target

    produksi pengupasan overburdenPT. Cipta Kridatama mengoperasikan 10

    unit Excavator sebagai alat muat, yaitu 1 unit Hitachi 2500, 7 unit Hitachi

    1200, 2 unit Cat 390D. Alat muat yang beroperasi akan melayani 41 unit alat

    angkut, yaitu 4 unit OHT (Off Heighway Truck) Cat 777, 11 OHT unit Cat

    773D, 21 OHT unit Cat 775F, dan 5 unit ADT (Articulated Dump Truck)

    Cat 740.

    Untuk mencapai target rencana produksi tersebut, maka diperlukan

    perhitungan cadangan dan perencanaan produksi untuk mencapai target

    produksi satu tahun. Target produksi pengupasan overburden PT. Cipta

    Kridatama untuk tahun 2013 adalah 23.665.400 BCM/tahun dan untuk target

    rata-rata perbulannya adalah 68.200 BCM/tahun.

    Tetapi dalam dalam perhitungan cadangan dan perencanaan produksi

    antara PT. Riau Bara Harum selaku ownerdan PT. Cipta Kridatama selaku

    kontraktor terjadi perbedaan selisih target deviasi volume produksi. Hal ini

    dikarenakan pencapaian target produksi overburden ini tergantung kepada

    beberapa faktor, antara lain:

    1. Jumlah alat berat yang digunakan

    2. Metode penambangan

    3. Kondisi jalan tambang

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    32/133

    16

    4.

    Iklim dan curah hujan

    5.

    Jarak tempuh antara tempat pengupasan overburden dan disposal area

    6. Efisiensi kerja alat

    Dari kegiatan praktek yang penulis lakukan dan dilihat dilapangan,

    ternyata terjadi perbedaan perhitungan volume penambangan antara PT.

    Riau Bara Harum selaku ownerdan PT. Cipta Kridatama selaku kontraktor.

    Melihat kondisi di atas, penulis berkeyakinan bahwa perbedaan

    perhitungan target deviasi volume produksi dikarenakan adanya kesalahan

    perhitungan, sehingga dibutuhkan perhitungan ulang untuk perhitungan target

    deviasi volume produksi dan perencanaan produksi pengupasan overburden

    untuk meningkatkan produksi PT. Cipta Kridatama.

    Berdasarkan hal tersebut, maka dalam Tugas Akhir ini penulis

    menjadikannya sebuah kasus dengan judul Perencanaan Produksi dan

    Perhitungan Cadangan Batubara serta Overburden Menggunakan

    Software M inescape Metoda Reserve Sol ids Pit S4 dan Pit S5 PT. Cipta

    Kridatama JobsiteSiambul, Indragiri Hulu, Riau .

    1.2. Identifikasi Masalah

    Perhitungan cadangan dan perencanaan produksi penambangan

    dibutuhkan agar didapatkan total jumlah cadangan dan target produksi

    penambangan per bulan hingga per tahun sehingga terciptanya kegiatan

    penambangan yang terencana. Masalah dalam penelitian ini dirumuskan

    sebagai berikut :

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    33/133

    17

    a)

    Bagaimana menghitung cadangan overburden dan batubara untuk PT.

    Cipta Kridatama Jobsite Siambul pit S4 dan pit S5 dengan

    menggunakansoftwareMinescape.

    b) Bagaimana menghitung target produksi dengan estimasi menggunakan

    work hours planning untuk mendapatkan target produksi per tahun,

    per bulan dan per hari.

    1.3. Pembatasan Masalah

    Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

    a)

    Perhitungan cadangan batubara dan overburden 2013 PT. Cipta

    Kridatama Jobsite Siambulpit S4 dan pit S5 dengan menggunakan

    software Minescapemetoda reserve solid.

    b) Perhitungan rencana jam kerja dan target produksi 2013 PT. Cipta

    KridatamaJobsite Siambul.

    1.4. Rumusan Masalah

    Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah

    diuraikan di atas maka untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka penulis

    merumuskan permasalahan ditinjau dari beberapa aspek diantaranya:

    1.

    Bagaimana cara dan metoda perhitungan cadangan batubara dan

    overburden menggunakansoftware minescapemetoda reserve solids?

    2. Bagaimana cara perhitungan rencana jam kerja untuk merencanakan

    target produksi PT. Cipta KridatamajobsiteSiambul untuk tahun 2013?

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    34/133

    18

    1.5. Tujuan Penelitian

    1)

    Menghitung cadangan batubara dan overburden untuk PT. Cipta

    Kridatama dan PT. Riau Bara HarumjobsiteSiambul.

    2) Menghitung rencana target produksi dari rencana jam kerja, sehingga

    terjadinya kegiatan penambangan yang terencana yang akan diterapkan

    oleh PT. Cipta Kridatama jobsite Siambuluntuk kegiatan penambangan

    pada tahun 2013. Rancangan perhitungan cadangan ini menggunakan

    softwareMinescapepadajobsiteSiambul di pit S4 dan pit S5.

    1.6. Manfaat Penelitian

    a)

    Dapat menghitung cadangan batubara dan overburden yang terdapat

    jobsiteSiambul khususnya pit S4 dan pit S5.

    b) Dapat menghitung rencana jam kerja tahun 2013.

    c)

    Dapat menghitung target produksi optimal per tahun, per bulan, maupun

    per hari untuk tahun 2013.

    d) Dapat diketahui rancangan perencanaan produksi penambangan yang

    baik dan benar, sehingga dapat memelihara aspek konservasi terhadap

    cadangan batubara sekaligus dapat memberikan keuntungan optimal

    terhadap perusahaan. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk

    memajukan pengetahuan dalam bidang komputisasi tambang.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    35/133

    19

    BAB II

    KAJIAN TEORITIS

    2.1. Sifat Fisik Material

    Beberapa sifat fisik material yang penting untuk diperhatikan dalam

    pekerjaan pemindahaan tanah adalah sebagai berikut:

    1.

    Pengembangan material

    Pengembangan material adalah perubahan berupa penambahan atau

    pengurangan volume material (tanah) yang berubah dari bentuk aslinya.

    Dari faktor tersebut bentuk material dibagi dalam 3 keadaan yaitu:

    a) Keadaan asli (Bank Condition)

    Keadaan material yang masih alami dan belum mengalami

    gangguan teknologi disebut keadaan asli (bank). Dalam keadaan seperti

    ini butiran-butiran yang dikandungnya masih terkonsolidasi dengan

    baik. Ukuran tanah demikian biasanya dinyatakan dalam ukuran bank

    measure atau Bank Cubic Meter (BCM) yang digunakan sebagai dasar

    perhitungan jumlah pemindahan tanah.

    b) Keadaan Gembur (Loose Condition)

    Yaitu keadaan tanah setelah diadakan pengerjaan. Material yang

    tergali dari tempat asalnya akan mengalami perubahan volume

    (mengembang). Hal ini disebabkan adanya penambahan rongga udara

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    36/133

    20

    diantara butiran-butiran tanah. Dengan demikian volumenya menjadi

    lebih besar. Ukuran volume tanah dalam keadaan lepas biasanya

    dinyatakan dalam loose measure atau Loose Cubic Meter (LCM).

    Dengan demikian dapat dimengerti bahwa LCM mempunyai nilai yang

    lebih besar dari BCM.

    c) Keadaan Padat (Compact)

    Keadaan padat adalah keadaan tanah setelah ditimbun kembali

    dengan disertai usaha pemadatan. Perubahan volume terjadi karena

    adanya penyusutan rongga udara diantara partikel-partikel tanah

    tersebut. Dengan demikian volumenya berkurang, sedangkan beratnya

    tetap. Ukuran volume tanah dalam keadaan padat biasanya dinyatakan

    dalam compact measure atau Compact Cubic Meter (CCM).

    2.

    Berat Material

    Berat adalah sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan

    suatu alat berat untuk melakukan pekerjaan seperti mendorong,

    mengangkut, dan lain-lain, akan dipengaruhi oleh berat material tersebut.

    Berat material ini akan berpengaruh terhadap volume yang diangkut atau

    didorong oleh alat berat. Pada saat sebuah dump truck mengangkut tanah

    dengan berat 1,5 ton/m3, alat dapat bekerja dengan baik. Tetapi pada saat

    mengangkut tanah seberat 1,8 ton/m3, ternyata alat berat mengalami beban

    berat sehingga alat berat terlihat berat mengelindingkan rodanya.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    37/133

    21

    3.

    Bentuk Material

    Faktor ini berpengaruh terhadap banyak sedikitnya material tersebut

    dapat menempati suatu ruangan tertentu. Apabila material dengan kondisi

    butiran beragam, kemungkinan besar isinya dapat sama (senilai) dengan

    volume ruangan yang ditempatinya. Sedangkan material yang berbongkah-

    bongkah akan lebih kecil dari nilai volume ruangan yang ditempati. Oleh

    karena itu, pada material jenis ini akan berbentuk rongga-rongga udara yang

    memakan sebagian besar isi ruangan.

    4.

    Kohesivitas (Daya Ikat) Material

    Kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling

    mengikat diantara butir-butir material itu sendiri. Sifat ini jelas berpengaruh

    terhadap alat, misalnya pengaruhnya terhadap spillage factor (faktor

    pengisian). Material dengan kohesivitas tinggi akan mudah menggunung,

    dengan demikian apabila material itu berada pada suatu tempat, akan

    munjung. Volume material yang menempati ini ada kemungkinan bisa

    melebihi volume ruangan, misalnya tanah liat. Sedangkan material dengan

    kohesivitas rendah, misalnya pasir, apabila menempati suatu ruangan akan

    sukar menggunung, melainkan permukaannya cenderung rata.

    5. Kekerasan Material

    Material keras akan lebih sukar dipecahkan, digali atau dikupas oleh

    alat berat. Hal ini akan menurunkan produktivitas alat. Batuan dalam

    pengertian earth moving terbagi dalam 3 batuan dasar, yaitu:

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    38/133

    22

    a.

    Batuan beku : sifat keras, padat, pejal dan kokoh.

    b.

    Batuan sedimen : merupakan perlapisan dari yang lunak hingga

    keras.

    c. Batuan metamorf : umumnya perlapisan dari yang keras, padat dan

    tidak teratur.

    Pengukuran kekerasan tanah dapat dilakukan dengan cara ripper,

    seismic (suara atau getaran), dansoil investigation drill(pengeboran).

    6.

    Daya Dukung Tanah

    Daya dukung tanah didefenisikan sebagai kemampuan tanah untuk

    mendukung alat yang ada di atasnya. Jika suatu alat berada di atas tanah,

    maka alat tersebut akan memberikan ground pressure, sedangkan

    perlawanan yang diberikan oleh tanah adalah daya dukung. Jika pressure

    alat lebih besar dari daya dukung tanah, maka alat tersebut akan terbenam.

    Demikian pula sebaliknya, alat akan berada dalam keadaan aman untuk

    dioperasikan apabila pressure alat lebih kecil dari daya dukung tanah

    dimana alat tersebut berada. Hal ini perlu dicermati oleh setiap pelaksanaan

    di lapangan untuk menghindari kerugian yang akan diderita oleh

    perusahaan.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    39/133

    23

    2.2. Proses Land Clearing, Pengupasan Topsoil serta Pengupasan

    Overburden

    1.

    Pembersihan Lahan (Land Clearing)

    Land Clearing adalah pembersihan lahan area penambangan dari

    pepohonan ataupun semak belukar yang dapat mengganggu aktivitas

    penambangan. Pepohonan (tidak berbatang kayu keras) yang dipisahkan

    ini nantinya dapat dimanfaatkan sebagai humus pada saat pelaksanaan

    reklamasi. Gambar prosesLand Clearingdapat dilihat pada gambar 2.1

    Gambar 2.1Land Clearing

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    40/133

    24

    2.

    Pengupasan Tanah Pucuk (Topsoil)

    Pengupasan topsoil adalah pengupasan tanah pucuk yang bersifat

    humus. Biasanya top soil berada 0-0,5 m dari permukaan tanah. Tanah

    humus ini dilestarikan agar tidak hilang unsur haranya, gunanya untuk

    kegiatan reklamasi pada akhir kegiatan penambangan. Pengupasan Top

    Soil ini dilakukan sampai batas lapisan subsoil, yaitu pada kedalaman

    dimana telah sampai di lapisan batuan penutup (tidak mengandung unsur

    hara). Tanah pucuk yang telah terkupas selanjutnya ditimbun dan

    dikumpulkan pada lokasi tertentu yang dikenal dengan istilah Top Soil

    Bank.Untuk selanjutnya tanah pucuk yang terkumpul di Top Soil Bank

    pada saatnya nanti akan dipergunakan sebagai lapisan teratas pada lahan

    disposal yang telah berakhir dan memasuki tahapan program reklamasi.

    Sehingga daerah bekas lahan tambang dapat dipergunakan seperti

    sebelum kegiatan penambangan berlangsung seperti untuk kegiatan

    perkebunan, lapangan olahraga, hutan lindung, dan lain-lain. Gambar

    pengupasan top soil dapat dilihat pada gambar 2.2 di halaman 25 .

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    41/133

    25

    Gambar 2.2 Pengupasan Top Soil

    3. Pengertian Kegiatan Pengupasan Lapisan Penutup

    Pengupasan Overburden adalah pengupasan tanah penutup yang

    bersifat tidak humus yang menutupi perlapisan batubara. Overburden

    adalah tanah penutup awal sebelum ditemukannya seam batubara awal.

    Interburden adalah tanah penutup diantara dua buah seam. Gambar

    kegiatan pengupasn lapisan tanah penutup (overburden) dapat dilihat

    pada gambar 2.3 di halaman 26.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    42/133

    26

    Gambar 2.3 Pengupasan Overburden

    Pengertian kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup yaitu

    pemindahan suatu lapisan tanah atau batuan yang berada di atas

    cadangan bahan galian, agar bahan galian tersebut menjadi tersingkap.

    Untuk mewujudkan kondisi kegiatan pengupasan lapisan tanah penutup

    yang baik diperlukan alat yang mendukung dan sitematika pengupasan

    yang baik. Dalam pengupasan overburden di PT. Cipta Kridatama

    menggunakan metoda konvensional. Yaitu menggunakan kombinasi alat-

    alat pemindahan tanah mekanis (alat gali, alat muat, alat angkut) seperti

    kombinasi antara Bulldozer, Wheel Loader, dan Dump Truck. Bila

    material tanah penutup lunak bisa langsung menggunakan alat gali muat,

    sedangkan apabila materialnya keras mungkin digemburkan terlebih

    dahulu menggunakanRipper,baru kemudian dimuat dengan alat muat ke

    alat angkut, dan selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan atau

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    43/133

    27

    disposal area menggunakan alat angkut. Lokasi salah satu disposal area

    PT. Cipta Kridatama dapat dilihat pada gambar 2.4.

    Gambar 2.4Disposal Area

    2.3. Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan

    Kriteria dan klasifikasi sumberdaya dan cadangan dapat dijelaskan

    dengan pengadopsian data klasifikasi dari United Nation Economic and

    Social Council (1997). Adapun pembagian sumberdaya (Resource) dan

    cadangan (reserve)berdasarkan klasifikasi sebagai berikut :

    a). Sumberdaya Batubara Hipotetik (hypothetical coal resource)

    Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah

    penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-

    syarat yang di tetapkan untuk tahap penyelidikan survey tinjau.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    44/133

    28

    b). Sumberdaya Tereka (inferred coal resource)

    Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah

    penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-

    syarat yang di tetapkan untuk tahap penyelidikan penyelidikan prospeksi.

    c). Sumberdaya Tertunjuk (indicated coal resource)

    Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah

    penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-

    syarat yang di tetapkan untuk tahap eksplorasi pendahuluan.

    d). Sumberdaya Terukur (measured coal resource)

    Jumlah batubara didaerah penyelidikan atau bagian dari daerah

    penyelidikan yang ditaksir berdasarkan data yang memenuhi syarat-

    syarat yang di tetapkan untuk tahap eksplorasi rinci.

    e). Sumberdaya Terkira (probable coal resource)

    Sumberdaya batubara tertunjuk dan sebagian sumberdaya terukur, tetapi

    berdasarkan kajian kelayakan semua faktor terkait yang telah terpenuhi

    sehingga hasil kajian dinyatakan layak.

    f). Cadangan terbukti (proved coal reserve)

    Sumberdaya batubara terukur yang berdasarkan kajian kelayakan semua

    faktor terkait yang telah terpenuhi sehingga hasil kajian dinyatakan

    layak.

    Alur dari kriteria sumberdaya hingga dapat dikatakan dan berpotensi

    menjadi cadangan dapat dilihat pada gambarModifying Factorpada gambar

    2.5 pada halaman 29.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    45/133

    29

    Sumber : JORC Code, 2004

    Gambar 2.5.Modifying Factor

    Klasifikasi sumberdaya batubara merupakan upaya pengelompokan

    sumberdaya batubara sesuai keyakinan geologi dan kelayakan ekonomi.

    Persyaratan jarak titik informasi untuk setiap kondisi geologi dan kelas

    sumberdaya diperlihatkan pada tabel 2.1

    Tabel 2.1 Jarak Titik Informasi Berdasarkan Kondisi Geologi

    Sumber : BSN 199

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    46/133

    30

    Tahap eksplorasi batubara berdasarkan klasifikasi sumberdaya dan

    cadangan dikutip dari Standar Nasional Indonesia (1999), dilaksanakan

    melalui empat tahap yaitu:

    1) Survei Tinjau

    Merupakan tahap eksplorasi paling awal dengan tujuan mengidentifikasi

    daerah daerah yang secara geologis terdapat endapan batubara yang

    potensial untuk penyelidikan lebih lanjut serta mengumpulkan informasi

    tentang kondisi geografi, tataguna lahan, serta kesampaian daerah.

    Kegiatan penyelidikan antara lain studi geologi regional, penaksiran,

    penginderaan jauh, dan metode tak langsung lainnya serta inspeksi

    lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala

    sekurang-kurangnya 1 : 100.000.

    2)

    Prospeksi

    Kegiatan pada tahap ini antara lain : Pemetaan geologi dengan skala

    minimum 1 : 50.000, pengukuran penampang stratigrafi, pembuatan

    paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji, percontoan dan analisis.

    3)

    Eksplorasi Pendahuluan

    Tahap eksplorasi ini dimaksud untuk mengetahui gambaran awal bentuk

    tiga dimensi endapan batubara meliputi ketebalan lapisan, bentuk,

    korelasi, sebaran, struktur, kuantitas dan kualitas. Kegiatan penyelidikan

    antara lain: pemetaan geologi dengan skala minimum 1:10.000,

    pemetaan topografi, pemboran dengan jarak yang sesuai dengan kondisi

    geologi, penampang geofisika, pembuatan sumuran.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    47/133

    31

    4)

    Eksplorasi Rinci

    Tahap eksplorasi ini dilakukan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas

    serta model tiga dimensi endapan secara lebih rinci.

    Tabel Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral SNI dapat

    dilihat pada tabel 2.2.

    Tabel 2.2. Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral SNI

    Sumber : Klasifikasi Cadangan dan Sumberdaya Mineral Standar Nasional Indonesia 1997

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    48/133

    32

    Dalam penetapan cadangan selain parameter penetapan sumber daya

    (Standar Nasional Indonesia, 1997) maka harus ditambahkan parameter :

    1. Aspek teknik

    a. Sistim penambangan

    Perlu dipertimbangkan mengenai pemilihan/penerapan sistim

    penambangan, apakah tambang terbuka, bawah tanah, hydraulic, dan

    sebagainya karena sangat tergantung pada jenis dan variasi bahan

    galian, hal ini akan berpengaruh pada mineable reserves

    dan recoverypenambangan nantinya.

    Pada penambangan secara terbuka, perlu mempertimbangkan adanya

    kemungkinan dilakukan penambangan bawah tanah, berdasarkan

    keberadaan dan penyebaran bahan galian, agar recoverypenambangan

    lebih besar. Perlu dipertimbangkan kemungkinan ada sistem

    penambangan lanjutan, untuk meningkatkan perhitungan jumlah

    cadangan.

    b. Sistim pengolahan dan pemurnian

    Sistim pengolahan dan pemurnian harus menggunakan teknologi yang

    tepat karena rangkaian proses produksi yang efisien dapat

    meningkatkan nilai cadangan.

    c. Sistim pengangkutan

    Sistim pengangkutan harus menggunakan metode yang tepat

    dan dilakukan secara efektif dan efisien untuk mengurangi kehilangan

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    49/133

    33

    material selama pengangkutan sehingga dapat meningkatkan nilai

    recovery.

    d. Nisbah Pengupasan (SR)

    Nisbah pengupasan harus diupayakan sebesar mungkin dengan

    meningkatkan penggunaan metode dan teknologi peralatan

    penambangan yang lebih efisien serta dilakukannya pengawasan yang

    efektif.

    e.

    Kadar Batas Rata-rata Terendah (COG)

    Penetapan nilai COG harus diupayakan serendah mungkin dengan

    mengupayakan penggunaan teknologi penambangan/pengolahan yang

    lebih efektif dan efisien.

    2. Aspek ekonomi

    a.

    Infrastruktur

    Keberadaan dan kelengkapan infrastruktur harus diuraikan secara rinci

    dan jelas seperti tersedianya sarana, jalan, listrik, jaringan pemasaran

    karena bisa mempengaruhi kelas cadangan.

    b.

    Tenaga kerja

    Komposisi dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan harus

    dipertimbangkan sesuai dengan keahlian.

    c. Harga komoditas bahan galian

    Penetapan harga awal komoditas dilakukan pada saat penetapan

    cadangan pada waktu itu. Fluktuasi harga komoditas di pasar domestik

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    50/133

    34

    dan internasional dapat mempengaruhi kelas sumber daya dan

    cadangan.

    d. Jenis produk sampingan dan produk akhir

    Perlu diperhitungkan jenis produk sampingan yang bernilai ekonomis

    pada saat itu dan produk akhir, apakah berupa material langsung atau

    produk pengolahan.

    e. Nilai dan prospek bahan galian

    Perlunya dilakukan kajian nilai dan prospek bahan galian agar

    diperoleh hasil prediksi secara cermat.

    3.

    Aspek Sosial

    Perlunya informasi rencana pengelolaan dan penanganan

    lingkungan sesuai dengan peraturan yang berlaku diantaranya : limbah,

    tanah penutup, air keluaran tambang, penurunan kualitas air permukaan,

    amblesan, longsor, penanganan tailing, reklamasi, dll.

    4. Aspek hukum

    Semua kegiatan usaha pertambangan harus mematuhi perundangan

    yang berlaku dan hukum adat setempat.

    2.4. Konsep Pemodelan Sumberdaya

    Pemodelan sumberdaya yang dibuat merupakan pendekatan dari

    kondisi geologi, pemodelan tersebut memberikan :

    1) Taksiran jumlah sumberdaya batubara (tonnase).

    2) Perkiraan bentuk tiga dimensi sumberdaya batubara, jumlah cadangan

    dengan kaitannya dengan perhitungan umur tambang.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    51/133

    35

    3) Batas-batas kegiatan penambangan yang dibuat berdasarkan taksiran

    sumberdaya.

    4) Hasil perhitunganstripping ratio.

    2.5. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Cadangan

    1) Densitas

    Densitas batubara merupakan perbandingan berat dan volume dalam satu

    satuan. Densitas ini ikut mempengaruhi jumlah cadangan batubara itu

    sendiri, karena jumlah cadangan berbanding lurus dengan volume dan

    densitas tersebut.

    2)

    Daerah Pelapukan

    Daerah pelapukan adalah suatu daerah dimana lapisan batubara yang ada

    mengalami pelapukan sehingga lapisan batubara ini ikut mempengaruhi

    jumlah cadangan dan biasanya dianggap sebagai lapisan tanah penutup.

    3) Faktor Koreksi

    Nilai faktor koreksi ini didapat berdasarkan keadaan topografi daerah

    penyelidikan, struktur geologi yang bekerja di daerah tersebut, erosi yang

    terjadi, jarak antar lubang bor, dan faktor lain-lain yang ikut

    mempengaruhi jumlah cadangan batubara. Untuk mendapatkan jumlah

    cadangan pasti, total tonase dikalikan dengan nilai faktor koreksi yang

    telah dikurangi dengan total persentase (100 %).

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    52/133

    36

    2.6. Sistem penambangan

    2.6.1. Open Pi t

    Open pit mining adalah penambangan secara terbuka dan pengertian

    umum. Metode ini dilakukan dengan cara mengupas terlebih dahulu lapisan

    material penutup batubara kemudian dilanjutkan dengan menambang

    batubaranya. Gambar visual dari tata cara kegiatan sistem penambangan

    tambang terbuka (open pit) dapat dilihat pada gambar 2.6.

    Sumber : Google.com

    Gambar 2.6 Open Pit

    Penambangan tipe open pitbiasanya dilakukan pada endapan batubara

    yang mempunyai lapisan tebal dengan arah batubara miring kebawah dan

    dilakukan dengan mengunakan beberapa bench(jenjang).

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    53/133

    37

    2.6.2. Strip Mining

    Tipe penambangan terbuka yang diterapkan pada endapan batubara

    yang lapisannya datar dan dekat dengan permukaan tanah. Kegiatan

    penambangan dilakukan dengan cara menggali tanah penutup yang dibuang

    pada daerah yang tidak di tambang. Setelah endapan batubara dari hasil

    galian pertama diambil, kemudian disusul dengan pengupasan berikutnya

    yang sejajar dengan pengupasan pertama dan tanah penutupnya dibuang

    ketempat penggalian pertama. Untuk pemilihan metode ini perlu

    diperhatikan bahwa :

    a.

    Bahan galian relatif mendatar

    b. Bahan galian cukup kompak

    c. Bahan galian tabular, berlapis

    d.

    Kemiringan relatif, lebih cocok untuk horizontal atau sedikit

    miring

    e. Kedalaman kecil (nilai ekonomi tergantungstripping ratio,

    teknologi peralatan)

    Gambar visual dari tata cara sistem penambangan Strip Miningdapat

    dilihat pada gambar 2.7.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    54/133

    38

    Sumber : Google.com

    Gambar 2.7. Strip Mining

    2.7. Teori Strip, Panel, Blok, dan Solid

    Endapan batubara dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil,

    yaitu pit (tambang), panel, strip dan blok, solid.

    a. Pit

    Penambangan batubara dibagi menjadi beberapa pit untuk memudahkan

    pelaksanaan kegiatan penambangan, pembangian pit terutama didasarkan

    pada pencapaian target produksi akan nilai kalori dari batubara yang akan

    ditambang.

    b.

    Strip

    Pembagian bakal blok penambangan yang berpatok pada arah strike

    batubara. Panjang dan lebar setiap strip bisa diatur sesuai dengan luasan

    yang diinginkan.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    55/133

    39

    c.

    Panel

    Pembagian bakal blok penambangan yang berpatok pada arah dip

    batubara. Panjang dan lebar setiap panel bisa diatur sesuai dengan luasan

    yang diinginkan.

    d. Blok

    Blok merupakan perpotongan antara panel dan strip sehingga membentuk

    persegi dengan luasan perpotongan antarastripdan panel.

    e.

    Solid

    Solid adalah suatu object 3D yang terdiri dari suatu rangkaian polygon

    yang saling berpotongan yang membentuk dan menutup object tersebut

    menjadi bentuk blok 3D. Solid dibuat dengan cara memproyeksikan batter

    blockterhadap suatusurfaceatau suatu benchtertentu.

    2.8. Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Batubara

    Secara umum, pemodelan dan perhitungan cadangan batubara dan

    overburden memerlukan data-data dasar sebagai berikut :

    a. Peta Topografi

    b.

    Data penyebaran singkapan batubara

    c.

    Data dan sebaran titik bor

    d. Peta geologi lokal

    e. Peta situasi dan data-data yang memuat batasan-batasan alamiah

    seperti aliran sungai, jalan, perkampungan, dan lain-lain.

    Data penyebaran singkapan batubara berguna untuk mengetahui

    cropline batubara, yang merupakan posisi dimana penambangan dimulai.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    56/133

    40

    Dari pemboran diperoleh hasil berupa data elevasi atap (roof) dan lantai

    (floor) batubara. Peta situasi dan data-data yang memuat batasan-batasan

    alamiah berguna untuk menentukan batas (boundry) perhitungan cadangan.

    Endapan batubara yang tidak dapat dihitung karena batasan-batasan alamiah

    tersebut tidak diperhitungkan dalam perhitungan cadangan.

    Dari data-data dasar tersebut akan dihasilkan data olahan, yaitu data

    dasar yang diolah untuk mendapatkan model endapan batubara secara 3

    (tiga) dimensi untuk selanjutnya akan dilakukan perhitungan cadangan

    endapan batubara. Data olahan tersebut terdiri atas :

    1)

    Peta Isopach; merupakan peta yang menunjukan kontur penyebaran

    ketebalan batubara. Data ketebalan batubara pada peta ini merupakan

    tebal sebenarnya yang dapat diperoleh dari data bor, uji paritan, uji

    sumur, atau dari singkapan. Peta ini juga dapat disusun dari kombinasi

    peta iso kontur struktur. Selain itu tujuan penyusunan peta ini adalah

    untuk menggambarkan variasi ketebalan batubara dibawah

    permukaan.

    2)

    Peta kontur struktur; menunjukan kontur elevasi yang sama dari top

    atau bottom batubara. Untuk elevasi top atau bottom batubara

    diperoleh dari data bor. Peta kontur struktur berguna untuk

    mengetahui arah jurus masing-masing seam batubara, sekaligus

    sebagai dasar untuk menyusun peta.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    57/133

    41

    3)

    Peta Iso Kualitas; menunjukan kontur hasil analisis parameter kualitas

    batubara. Peta ini berguna untuk menentukan daerah-daerah yang

    memenuhi syarat kualitas untuk ditambang.

    4) Peta Iso Overburden; menunjukan kontur ketebalan overburdenyang

    sama. Ketebalan tersebut dapat diperoleh dari data bor atau dari data

    peta iso struktur dimana ketebalan overburden dapat dihitung dari

    perpotongan kontur iso struktur dengan kontur topografi. Peta Iso

    overburden cukup penting sebagi dasar evaluasi cadangan selanjutnya,

    dimana ketebalan tanah penutup ini dapat digunakan sebagai batasan

    awal dari penentuan pit potensial.

    5) Penampang geologi; Disusun dari kombinasi antara peta cropline

    batubara dengan data pemboran (log bor). Perlapisan batubara disusun

    dengan melakukan interpolasi antar data seam pada setiap titik bor

    yang berdekatan. Garis penampang sebaiknya selalu diusahakan tegak

    lurus jurus croplinebatubara. Selanjutnya penampang seam batubara

    berguna untuk memudahkan perhitungan sumberdaya sekaligus

    cadangan batubara dengan metoda mean area. Selain itu juga

    digunakan untuk menghitung cadangan tertambang (mineable reserve)

    dengan memasukan asumsi sudut lereng dengan SR.

    2.9. Faktor Pembatas Dalam Penentuan Cadangan Tertambang

    Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa tidak mungkin akan

    diperoleh cadangan tertambang 100% dari cadangan insitu, dimana akan

    terjadi dilution sepanjang tahap penambangan. Sebelum mulai menghitung

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    58/133

    42

    suatu nilai cadangan tertambang, maka faktor utama yang harus

    dikuantifikasi, yaitu FaktorLosses.

    Faktor Lossesyaitu faktor-faktor kehilangan cadangan akibat tingkat

    keyakinan geologi maupun akibat teknis penambangan. Beberapa faktor

    losses (Simanjuntak, 1994) adalah :

    a. Geological Losses, yaitu faktor kehilangan akibat adanya variasi

    ketebalan,parting, maupun pada saat pengkorelasian lapisan batubara.

    b.

    Mining Losses, yaitu faktor kehilangan akibat teknis penambangan,

    seperti faktor alat, faktor safety, dll.

    c.

    Processing Losses, yaitu faktor kehilangan akibat diterapkannya

    metoda pencucian batubara atau kehilangan pada proses lanjut di

    Stockpile.

    Faktor-faktor pembatas pada umumnya sudah cukup jelas. Dalam

    penerapannya, faktor-faktor pembatas tersebut akan menjadiPit Limitdalam

    panambangan. Sedangkan faktor-faktor losses diterapkan pada saat proses

    perhitungan cadangan, dan dapat dikuantifikasi besar nilai losses tersebut.

    Berikut akan diuraikan contoh cara pengkuantifikasian faktor losses

    tersebut.

    a. Geological Losses

    Biasanya untuk kemudahan, langsung diambil nilai umum yaitu 5

    10%. Namun dapat juga dengan memperhatikan pola variasi ketebalan

    batubara, yaitu dengan bantuan analisis statistik. Parameter statistik yang

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    59/133

    43

    dapat digunakan adalah : standard deviasi, koefisien variasi, ataustandard

    error.

    b. Mining Losses

    Secara umum, untuk metoda Strip Miningdigunakan mining losses

    sebesar 10%, sedangkan untuk tambang bawah tanah digunakan mining

    lossessebesar 40-50% yaitu (metodaLong WallmempunyaiRecovery60-

    70%, metodaRoom & PillarmempunyaiRecovery50-60%), untuk auger

    miningdigunakan mining losses sebesar 60-70% (atau Recovery30-40%

    sesuai dengan spesifikasi perlatannya). Untuk metoda Strip Mining (open

    pit), kadang-kadang juga digunakan pendekatan ketebalan lapisan yang

    akan ditinggalkan, yaitu 10 cm pada roof & 10 cm pada floor. Jika

    ketebalan lapisan hanya 1 m, maka Mining Losses= 20%., sedangkan jika

    ketebalan lapisan adalah 2 m maka Mining Losses = 10%., dan jika

    ketebalan lapisan adalah 5 m makaMining Losses= 4%.

    c. Processing Losses(yield)

    Sangat tergantung pada hasil uji ketercucian (washability test),

    dimana harga perolehan (yield) ditentukan dari hasil uji tersebut.

    2.10. Perancangan tambang menggunakan software M ineScape

    Dalam perancangan tambang digunakan perangkat lunak minescape.

    Sebelum melakukan perancangan tambang, perlu dilakukan pemodelan

    geologi, baik topografi maupun struktur lapisan endapan batubara.

    Pemodelan geologi ini bertujuan untuk mendapatkan data dalam melakukan

    penaksiran cadangan batubara, yang memenuhi syarat untuk dilakukan

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    60/133

    44

    penambangan. Perangkat lunak minescape digunakan agar mempermudah

    proses pemodelan geologi, maupun dalam penaksiran sumberdaya dan

    cadangan batubara, dan memilih daerah yang lebih prospek sehingga

    menghasilkan proses penambangan yang layak. Sesuai batasan stripping

    ratio yang ditetapkan. Minescape merupakan software mining system

    terpadu yang dirancang khusus untuk pertambangan. Minescape mampu

    meningkatkan semua aspek informasi teknis suatu lokasi tambang mulai

    dari data eksplorasi, perancangan tambang jangka pendek, penjadwalan

    jangka panjang dan sampai ke penjadwalan produksi tambang. Beberapa

    sub menu dari perangkat lunakMinescape yang digunakan untuk melakukan

    perancangan tambang, yaitu :

    1) Stratmodel

    Setelah pembuatan peta topografi, dilanjutkan dengan pengolahan

    data pemboran collar, yang meliputi: nama titik bor, koordinat titik bor,

    elevasi titik bor, kedalaman lubang bor, ketebalan dan namaseambatubara

    yang didapat dari hasil log bor, data litologi meliputi: nama titik bor,

    lapisan atas (roof), kedalaman lapisan bawah (floor), namaseam, batubara

    yang dapat dari hasil log bor dan data lotologi.

    Dalam pengolahan data pemboran, juga disertakan data kualitas

    batubara yang meliputi: nama titik bor, nama seam batubara, kedalaman

    lapisan atas (roof) kedalaman lapisan bawah (floor), relative density, total

    moisture, inherent moisture, total sulphur, kandungan abu (ash), dan

    calorific value atau kalori batubara.Hasil pengolahan data lubang bor dan

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    61/133

    45

    data kualitas batubara tersebut menghasilkan gambarsubcrop linebatubara

    yang berupa garis-garis yang menghubungkan outcrop bagian floor

    batubara pada lapisan dibawah topografi atau surface. subcrop line ini

    digunakan untuk menentukan arah penyebaran batubara dan mengetahui

    daerah yang paling banyak terdapat endapan batubara.

    Penaksiran jumlah cadangan yang dapat ditambang pada daerah

    penelitian dilakukan dengan lebih detail, sehingga diharapkan dapat

    menghasilkan jumlah cadangan batubara yang mineable cukup besar untuk

    memenuhi target produksi. Pemodelan geologi selanjutnya yakni

    pembentukan kontur struktur batubara lapisan bawah (floor) sebagai acuan

    perhitungan jumlah cadangan batubara yang layak ditambang dan

    pembuatan desain geometri penambangan. Pembuatan kontur struktur

    dilakukan pada setiap seam batubara. Pertama dilakukan interpolasi data

    pemboran yang membentuk kontur struktur batubara bagian bawah (floor)

    kemudian dilakukan pemodelan tiga dimensi dengan membentuk triangle

    dari kontur struktur batubara bagian bawah (floor) tersebut. Hasil dari

    pembuatan kontur struktur bagian bawah lapisan batubara (floor)

    merupakan tampilan perlapisan batubara yang berbentuk bidang yang

    membatasi lapisan batubara bagian bawah dengan lapisan batuan atau

    interburden. Untuk data pemboran dan peta titik log bor tidak dibahas

    dalam penelitian ini dikarenakan tidak diberikannya data pemboran dan

    peta titik bor tersebut. Dalam penelitian ini hanya diberikan data kontur

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    62/133

    46

    struktur dari pihak owner. Peta kontur struktur pada software MineScape

    dapat dilihat pada lampiran

    2) Open Cut

    Merupakan salah satu aplikasi yang terdapat dakam minescape untuk

    pembuatan desain geometri penambangan. Desain geometri penambangan

    dilakukan setelah mendapatkan daerah yang memiliki stripping ratio

    sesuai dengan yang telah ditetapkan. Daerah-daerah tersebut kemudian

    dibentuk menjadi blok-blok penambangan dengan penamaan missal : Blok

    01, Blok 02, dan seterusnya. Setiap blok-blok tersebut dibatasi oleh

    poligon dengan luasan yang berbeda-beda. Batas luas wilayah

    penambangan (pit limit) dan batas elevasi penambangan dapat ditentukan.

    2.11.Pemodelan Endapan Batubara dan Overburden menggunakan Software

    M inescape

    Tahapan kegiatan dan pemodelan endapan batubara dapat dilakukan

    dengan menggunakan software minescape. Pemodelan dengan software

    minescapeini dilakukan dengan modul Stratmodel.

    Stratmodel didasarkan pada prinsip umum stratigrafi terutama tentang

    urutan lapisan yang diendapkan pada suatu periode tertentu yang menerus

    atau selaras. Urutan lapisan selaras dalam stratmodeldikenal dengan istilah

    conformable sequence. Secara stratigrafi conformable sequence adalah

    merupakan suatu paket endapan yang mempunyai karakteristik stratigrafi

    dan struktural yang sama. Startmodeldapat membuat suatu model geologi

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    63/133

    47

    yang terdiri dari beberapa conformable sequenceyang selaras maupun tidak

    satu dengan lainnya.

    Dalam software minescape untuk tahapan pekerjaan model geologi

    terdiri atas bebrapa tahapan sebagai berikut :

    a.Validasi Data

    b.Topo Model

    c.Schema

    d.

    Patahan (jika ada)

    e.

    Model

    f.

    Pemerikasaan Model

    Dalam Software minescapedata yang diperlukan antara lain :

    a. Data Topografi

    b.

    Data pemboran / Collar

    c. Data Quality(jika ada)

    d. DataFault / patahan (jika ada)

    e. Data Outcrop/ singkapan /Boundary (jika ada)

    2.11.1. Topo Model

    Topo model merupakan surface topografi yang akan

    digunakan sebagai batas paling atas dalam permodelan. Surfacetopo

    yang digunakan dapat berupasurfacedarigrid, triangle, expression,

    dan lain-lain.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    64/133

    48

    Tahapan pembuatan topo model adalah sebagai berikut :

    Memasukan data topo kedalam design

    Membuatsheet spesification

    Membuatgrid spesification

    Membuatgrid file

    Interpolasi data ke dalamgrid

    2.11.2. Schema

    Schema berfungsi untuk mendefinisikan stratigafi dan

    parameter-parameter model yang akan digunakan sebagai dasar

    pembuatan model stratigafi. Definisi stratigafi dan model parameter

    dalam schemadapat diubah-ubah atau dapat dibuat dalam berbagai

    rancanganschema.

    2.11.3. Contour

    Contourmerupakan tampilan garis kontur dari setiap interval

    yang didefinisikan dalam schema. Dapat dibuat dari modul

    stratmodel dam dibuat untuk setiap interval maupunsurface.

    2.11.4. Quality

    Quality adalah definisi untuk menentukan semua parameter

    yang berhubungan dengan suatu nilai kualitas batubara tertentu dan

    akan diakses oleh semua modul minescape yang berhubungan

    dengan quality.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    65/133

    49

    Beberapa unsur Quality menurut (Modifying Factor), antara lain :

    a.

    Kalori

    Kalori merupakan indikasi kandungan nilai energi yang terdapat pada

    batubara, dan merepresentasikan kombinasi pembakaran dari karbon,

    hidrogen, nitrogen, dan sulfur.

    b. Kadar Kelembaban

    Kadar kelembaban mempengaruhi jumlah pemakaian udara primernya,

    pada batubara dengan kandungan uap tinggi akan membutuhkan udara

    primer lebih banyak guna mengeringkan batubara tersebut.

    c.

    Zat Terbang

    Kandungan zat terbang mempengaruhi kesempurnaan pembakaran dan

    intensitas nyala api.

    d.

    Kadar abu dan Komposisi

    Kandungan abu akan terbawa bersama gas pembakaran melalui ruang

    bakar dan daerah konveksi dalam bentuk abu terbang atau abu dasar.

    Sekitar 20% dalam bentuk abu dasar dan 80% dalam bentuk abu

    terbang. Semakin tinggi kandungan abu dan tergantung komposisinya

    mempengaruhi tingkat pengotoran (fouling), keausan dan korosi

    peralatan yang dilalui.

    e. Kadar Karbon

    Nilai kadar karbon diperoleh melalui pengurangan angka 100 dengan

    jumlah kadar air (kelembaban), kadar abu, dan jumlah zat terbang. Nilai

    ini semakin bertambah seiring dengan tingkat pembatubaraan. Kadar

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    66/133

    50

    karbon dan jumlah zat terbang digunakan sebagai perhitungan untuk

    menilai kualitas bahan bakar, yaitu berupa nilai fuel ratio sebagaimana

    dijelaskan di atas.

    f. Kadar Sulfur

    Kandungan sulfur berpengaruh terhadap tingkat korosi sisi dingin yang

    terjadi pada elemen pemanas udara, terutama apabila suhu kerja lebih

    rendah dari letak embun sulfur, disamping berpengaruh terhadap

    efektifitas penangkapan abu pada peralatan electrostatic precipator.

    g.

    Ukuran Batubara

    Ukuran butir batubara dibatasi pada rentang butir halus dan butir kasar.

    h. Tingkat Ketegerusan

    Kinerja pulveriser atau mill dirancang pada nilai HGI tertentu. Untuk

    HGI lebih rendah, kapasitasnya harus beroperasi lebih rendah dari nilai

    standarnya pula untuk menghasilkan tingkat kehalusan (fineness) yang

    sama

    2.12. Konsep Perhitungan Sumberdaya dan Cadangan Menggunakan

    Software Minescape

    Penghitungan cadangan dilakukan dengan aplikasi modul Open Cut,

    dengan beberapa tahapan, yaitu :

    a. Penentuan Pit Potensial

    b.

    Pembuatan blok tambang dengan spesifikasi tertentu

    c.

    Penghitungan cadangan per blok tambang

    d.

    Akumulasi cadangan seluruh blok

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    67/133

    51

    Dalam menentukan jumlah cadangan per blok tambang, aplikasi

    modul Open cut menggunakan tahapan sebagai berikut :

    1) Perhitungan luas area batubara per blok

    Luas areal yang dihitung merupakan luas areal yang memiliki seam

    batubara, sedangkan daerah yang tidak memiliki batubara tidak

    dihitung.

    2) Penghitungan volume batubara per blok

    Luas areal tersebut akan dikalikan dengan ketebalan sebenarnya (true

    thickness) dari seam batubara sehingga didapat volume seam batubara

    per blok.

    3) Penghitungan insitu mass per blok

    Volume batubara per blok akan dikalikan dengan relatif density blok

    yang didapat dari quality model.

    2.13. Konsep Penentuan Kondisi Batas Untuk Perhitungan Cadangan

    Geometri lereng merupakan salah satu faktor penting dalam

    perhitungan cadangan. Hal ini berkaitan dengan perhitungan ekonomi

    cadangan bahan galian tersebut. Penentuan pit limit, desain pit, serta besar

    sudut lereng yang dibuat merupakan faktor-faktor yang perlu diperhatikan.

    Untuk menentukan pit limit, dapat digunakan perhitungan stripping ratio.

    Dengan melihat volume overburdenyang harus dikupas untuk mendapatkan

    tonase batubara, maka diketahui pada pit limit mana yang menghasilkan

    keuntungan.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    68/133

    52

    Pit limitsebagai salah satu kondisi batas untuk perhitungan cadangan

    perlu didefinisikan dengan menggunkan model. Gambar 2.8 menunjukan

    cara menggunakan pit limit untuk mendapatkan final pit dengan

    memperhitungkan faktor ekonomi. Perhitungan dilakukan secara berulang-

    ulang hingga mendapatkan stripping ratio yang sesuai. Dengan

    mengekspresikannya dalam suatu model, maka geometri pit limit dapat

    diubah-ubah untuk menghasilkan stripping ratio yang diinginkan. Gambar

    PenentuanFinal Pit Limit dapat dilihat pada gambar 2.8.

    Sumber : Hustrulid, 1995

    Gambar 2.8 PenentuanFinal Pit Limit

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    69/133

    53

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Jadwal Kegiatan

    Studi Kasus ini dilakukan di PT. Cipta Kridatama jobsite Siambul.

    Waktu pelaksanaan selama 54 hari yaitu dimulai dari tanggal 7 Januari 2013

    sampai 4 Maret 2013 sesuai dengan jadwal yang tercantum dalam Tabel 5.

    Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Januari - Maret

    3.2. Jenis Studi Kasus

    Penelitian ini merupakan penelitian terapan yang dilakukan

    berdasarkan analisis teori, pengumpulan data dan dianalisis dengan

    menggunakan rumus berdasarkan kajian teori sehingga menjadi sebuah bahan

    penelitian yang relevan.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    70/133

    54

    3.3. Jenis Data

    a.

    Data Primer : Rancangan Teknis Penambangan

    Rancangan Teknis Penambangan berupa kegiatan pengambilan

    data yang diperlukan yang dilakukan selama kegiatan teknis

    penambangan berlangsung, seperti :

    1) Tata letak Pit Penambangan nyata dilapangan.

    2) BatasBoundrypenambangan nyata dilapangan.

    3)

    Pembagian blok penambangan dilapangan.

    4)

    dll

    b.

    Data Sekunder. Data sekunder yang penulis dapatkan di PT. Cipta

    Kridatama, seperti :

    1) Data kontur struktur

    2)

    Data peta topografi

    3) Deta geologi regional

    4) Curah hujan dan work hours plan.

    Untuk data log bor, pihak owner tidak memberikan ke pihak

    kontraktor ataupun penulis. Penulis hanya mendapatkan data kontur

    struktur, sehingga untuk perhitungan cadangan batubara menggunakan

    minescape langsung kepada perhitungan, tidak dilakukan permodelan

    cadangan.

    Data peta topografi diberikan berupa situasi pit penambangan

    terupdate, dalam penelitian ini diberikan data situasi 31 desember 2012

    untuk perhitungan volume overburden.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    71/133

    55

    Rencana jam kerja tahun 2012 diberikan oleh pihak perusahaan

    untuk kemudian dianalisis ulang untuk mendapatkan rencana jam kerja

    tahun 2013.

    3.4. Metode Pengambilan Data

    a.Studi Literatur

    Dilakukan dengan mengumpulkan berbagai referensi kepustakaan

    mengenai perhitungan cadangan menggunakan minescape metoda reserve

    solids dan mempelajari laporan-laporan penelitian yang telah dilakukan

    sebelumnya dengan tujuan untuk mengetahui daerah penelitian secara lebih

    detail.

    b. Observasi Lapangan

    Merupakan kegiatan pengamatan tentang lokasi studi kasus secara

    langsung, sehinggga dalam melakukan studi kasus akan mempermudah

    dalam pengambilan data dan menganalisis data.

    3.5. Metoda Analisis Data

    Analisis data merupakan kegiatan pencarian solusi dari permasalahan

    yang ada berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan. Dilakukan dengan

    tujuan untuk memperoleh kesimpulan pada perhitungan cadangan batubara

    dan overburden, serta rencana jam kerja.

    a. Perhitungan cadangan batubara dan overburden menggunakan

    minescapemetoda reserve solids.

    Dilakukan dengan menginputkan data yang ada seperti : data

    kontur struktur, situasi lider update, boundry penambangan kedalam

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    72/133

    56

    software minescape untuk medapatkan volume cadangan batubara dan

    overburden.

    b. Perhitungan Rencana Jam Kerja

    Perhitungan rencana jam kerja dilakukan guna untuk

    mendapatkan rencana jam kerja PT. Cipta Kridatama untuk tahun 2013.

    Perhitungan rencana jam kerja didapatkan dari lost time standby dan

    lost time maintenence. Lost time standby seperti jam libur, makan,

    puasa, change shift, refuelling, sholat, safety talk, hujan, dan sliperry.

    Khusus untuk hujan danslippery, penulis melakukan perhitungan ulang

    curah hujan, hari hujan, dan jam hujan dari data curah hujan tahun 2002

    hingga 2012 daerah Siambul. Dari perhitungan rencana jam kerja ini,

    maka akan didapatakan jam kerja per bulan maupun jam kerja total

    untuk tahun 2013.

    c. Perhitungan target produksi pengupasan overburden

    Perhitungan target produksi pengupasan overburdendidasari dari

    rencana jam kerja, kebutuhan alat, dan produktivity alat muat. Untuk

    kebutuhan alat diestimasikan 10 unit alat muat dalam kondisi bekerja

    tiap bulannya. Sehingga didapatkan target produksi per hari, per bulan,

    maupun per tahun.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    73/133

    57

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1. Pemodelan Endapan Batubara Mengunakan Software MinescapePemodelan endapan batubara bertujuan untuk mengetahui pola

    penyebaran lapisan batubara, baik geometri secara umum, letak atau posisi

    lapisan, kedalaman, kemiringan, serta penyebaran overburden.

    Konstruksi model endapan batubara digambarkan dalam bentuk peta-

    peta, yang dilakukan dengan menggunkan software minescape. Data-data

    yang diperlukan adalah data peta togografi dan data lubang bor. Dalam

    penelitian ini, data lubang bor tidak diberikan oleh pihak owner, tetapi

    langsung diberikan peta kontur struktur. Dari peta kontur struktur itu

    didapatkan atap (roof) dan lantai (floor) batubara. Kontur struktur yang

    diberikan oleh pihak owner, didapatkan 4 buah seam. Seam C, seam D,

    seam E, dan seam F. Gambaran peta kontur struktur yang telah diinputkan

    kesoftware minescapedapat dilihat pada gambar 4.1 dihalaman 58.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    74/133

    58

    Gambar 4.1 Peta Kontur Struktur pit S4 dan S5

    Untuk menghitung overburden pemodelan yang dilakukan didasari data

    kegiatan progres survey. Survey yang dilakukan berguna untuk melihat dan

    membandingkan perbedaan elevasi dan permukaan (surface) pit penambangan per

    satuan waktu. Sehingga dari data survey tersebut dapat diinputkan kedalam

    bentuk komputisasi dengan menggunakan software minescape. Dari pemodelan

    situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah volume overburden yang akan

    dikupas hingga mencapaipit limitpenambangan. Untuk data situasi yang dipakai

    dalam penelitian ini adalah situasi kegiatan survey 31 desember 2012. Peta situasi

    31 desember 2012 yang telah diinputkan kesoftware minescapeseperti tergambar

    pada gambar 4.2.

  • 7/23/2019 PROYEK AKHIR Aldrin Febriansyah

    75/133

    59

    Gambar 4.2 Gambaran situasi lider blok Siambul 31 desember 2012

    4.2. Perhitungan Cadangan Batubara dan Overburden Menggunakan

    Software M inescapeUntuk perhitungan cadangan dilakukan dengan cara membagi areal pit

    potensial. Dalam penelitian ini dilakukan pada pit S4 dan pit S5. Dari pit

    penambangan tersebut dilakukan pembagian dan pembatasan blok-blok

    penambangan. Dalam penelitian ini dilakukan dengan ukuran blok 100 m x

    100 m pada area yang telah bebas maupun belum bebas, ukuran ini

    disesuaikan ukuranLong Term Designyang dipakai oleh perusahaan.

    Blok-blok penambangan ini akan menghasilkan jumlah cadangan

    batubara, overburden, dan kualitas. Untuk rencana pit perusahaan tahun

    2013 yang akan dibagi menjadi blok-blok untuk pit S4 dan pit S5 pada areal

    yang telah bebas mau