4
Proyek Nasionalisme, Pecah Belah, Penjajahan dan Kemerdekaan Sungguh Umat Muhammad Saw. hari ini harus memahami bahwa, batasan-batasan buatan itu ditempatkan di antara kita oleh Inggris dan Perancis dahulu di abad ke-19 dan ke-20 telah bertahan sebagai salah satu penghambat paling penting bagi umat Islam terhadap persatuan mereka. Ini adalah racun yang membuat angkatan bersenjata Iran, Mesir, Turki, Pakistan, Indonesia atau Saudi tetap di barak-barak sementara Umat di Irak, Afganistan, Pakistan, Kashmir, dan Palestina tewas di tangan kaum Kafir dan Musyrik. Memanglah kita harus menanyakan pertanyaan, ‘mengapa di tengah-tengah Arab Saudi dan Irak ada negara lain yang disebut Kuwait, sementara rakyatnya punya akidah yang sama, berbagi nasib yang sama?’; ‘Mengapa negara-negara itu terpisah, untuk siapa dan untuk tujuan apa?’ Jika seseorang mempelajari sejarah kemerdekaan sekitar 57 negara Muslim, dia akan mengamati bahwa, semua negara Muslim hari ini dahulu bersatu di bawah Khilafah Utsmani sebelum Khilafah masa Utsmani dikolonisasi oleh Inggris dan Perancis dengan bantuan para pengkhianat seperti Mir Jafor di subbenua India, Syarif Hussein, anaknya yaitu Faisal dan Abdullah, Abdul Aziz bin Saud di Arab Saudi, Mustafa Kamal di Turki dll. Selain itu, para kolonialis mendorong kaum Muslimin untuk mendirikan partai- partai politik atas dasar berbagai konsep non- Islami menyerukan kemerdekaan dan pemisahan dari Khilafah Utsmani selama abad ke-17 dan ke-18. Ini dilakukan dengan mendorong dan mendukung berbagai macam ide nasionalistis, menyeru kepada perpecahan, kesukuan, dan aspirasi batil untuk mencari kekuasaan dengan belas kasih para Kafir kolonialis. Proyek-proyek kolonial itu kemudian dipadatkan dengan pendirian partai-partai politik Arab dan Turki semacam Turkiyyah al-Fatat Party, the Union and Progress Party (juga dikenal sebagai Young Turks Turki Muda’), the Arab Independence Party, dan Covenant (al-‘Ahd) Party dll. Setelah mengkolonisasi Khilafah Utsmani mereka membagi umat menjadi lebih dari 50 potong dan diberi sesuatu yang dinamakan kemerdekaan satu demi satu hanya setelah yakin bahwa seorang budak loyal telah ditempatkan berkuasa untuk melayani mereka. Sesungguhnya semua yang menyandang gelar ‘bapak negara’ dalam dunia Islam adalah ‘para budak teruji waktu’ milik Barat. Ini adalah bagian dari kebijakan mereka ‘pecah belah dan kuasai’.

Proyek nasionalisme, pecah belah, penjajahan dan kemerdekaan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Proyek nasionalisme, pecah belah, penjajahan dan kemerdekaan

Proyek Nasionalisme, Pecah Belah, Penjajahan dan

Kemerdekaan

Sungguh Umat Muhammad Saw. hari ini harus

memahami bahwa, batasan-batasan buatan

itu ditempatkan di antara kita oleh Inggris dan

Perancis dahulu di abad ke-19 dan ke-20 telah

bertahan sebagai salah satu penghambat

paling penting bagi umat Islam terhadap

persatuan mereka. Ini adalah racun yang

membuat angkatan bersenjata Iran, Mesir,

Turki, Pakistan, Indonesia atau Saudi tetap di

barak-barak sementara Umat di Irak,

Afganistan, Pakistan, Kashmir, dan Palestina

tewas di tangan kaum Kafir dan Musyrik.

Memanglah kita harus menanyakan

pertanyaan, ‘mengapa di tengah-tengah Arab

Saudi dan Irak ada negara lain yang disebut

Kuwait, sementara rakyatnya punya akidah

yang sama, berbagi nasib yang sama?’;

‘Mengapa negara-negara itu terpisah, untuk

siapa dan untuk tujuan apa?’

Jika seseorang mempelajari sejarah

kemerdekaan sekitar 57 negara Muslim, dia

akan mengamati bahwa, semua negara

Muslim hari ini dahulu bersatu di bawah

Khilafah Utsmani sebelum Khilafah masa

Utsmani dikolonisasi oleh Inggris dan Perancis

dengan bantuan para pengkhianat seperti Mir

Jafor di subbenua India, Syarif Hussein,

anaknya yaitu Faisal dan Abdullah, Abdul Aziz

bin Saud di Arab Saudi, Mustafa Kamal di Turki

dll. Selain itu, para kolonialis mendorong

kaum Muslimin untuk mendirikan partai-

partai politik atas dasar berbagai konsep non-

Islami menyerukan kemerdekaan dan

pemisahan dari Khilafah Utsmani selama abad

ke-17 dan ke-18. Ini dilakukan dengan

mendorong dan mendukung berbagai macam

ide nasionalistis, menyeru kepada

perpecahan, kesukuan, dan aspirasi batil

untuk mencari kekuasaan dengan belas kasih

para Kafir kolonialis. Proyek-proyek kolonial

itu kemudian dipadatkan dengan pendirian

partai-partai politik Arab dan Turki semacam

Turkiyyah al-Fatat Party, the Union and

Progress Party (juga dikenal sebagai ‘Young

Turks – Turki Muda’), the Arab Independence

Party, dan Covenant (al-‘Ahd) Party dll.

Setelah mengkolonisasi Khilafah Utsmani

mereka membagi umat menjadi lebih dari 50

potong dan diberi sesuatu yang dinamakan

kemerdekaan satu demi satu hanya setelah

yakin bahwa seorang budak loyal telah

ditempatkan berkuasa untuk melayani

mereka. Sesungguhnya semua yang

menyandang gelar ‘bapak negara’ dalam

dunia Islam adalah ‘para budak teruji waktu’

milik Barat. Ini adalah bagian dari kebijakan

mereka ‘pecah belah dan kuasai’.

Page 2: Proyek nasionalisme, pecah belah, penjajahan dan kemerdekaan

Memanglah gubernur Bombay dari 1919 ke 1924, Mountstuart Elphinstone berkomentar sangat jelas

dan tegas bahwa, “Kita tidak boleh memimpikan kepemilikan sepanjang masa, tapi harus

menerapkan diri kita sendiri untuk membawa orang-orang pribumi ke kekuasaan negara yang akan

mengakui pemerintahan mereka sendiri dengan cara yang menguntungkan kepentingan-kepentingan

kita dan juga mereka (para penguasa).”

Selain itu, setelah penghancuran Negara Khilafah Islam dan beberapa saat sebelum Perang Dunia II

menteri luar negeri Inggris, ketika dia menyinggung Perdana Menteri Inggris dikutip mengatakan,

“Kita harus mengakhiri segala sesuatu yang membawa persatuan Islam apapun di antara

anak-anak kaum Muslim. Sebab kita telah berhasil mengakhiri Khilafah. Jadi kita harus

memastikan mereka tidak pernah bangkit lagi, semua persatuan kaum Muslim baik itu

persatuan budaya maupun intelektual.” Dan menteri luar negeri di hadapan House of Commons

– DPR Inggris setelah Lausanne Treaty 24 Juli 1924 (perjanjian yang mengakhiri Khilafah) mengatakan

“situasinya sekarang adalah bahwa Turki mati. Dan dia tidak akan pernah bangkit lagi

karena kita telah menghancurkan kekuatan moralnya, Khilafah dan Islam.”

Faktanya Negara Khilafah Utsmani telah dibajak menjadi negara-negara bangsa sebagai

berikut karena pengkhianatan para antek dengan bantuan kolonialis. Lihatlah!!

Berdasarkan tujuan yang mereka nyatakan ‘proyek memberi kemerdekaan’ dimulai di berbagai

bagian dunia khususnya di dunia Islam. Memanglah, organisasi yang disebut ‘International Christian

Community – Komunitas Kristen Internasional’ dibentuk ulang sebagai ‘International Community’ dan

kemudian lagi dimodifikasi sebagai ‘League of Nations – Liga Bangsa-Bangsa’ dan akhirnya

ditransformasi ke ‘United Nations – Perserikatan Bangsa-Bangsa’ menjadi kantor kolonial tetap untuk

memberi atau menolak kemerdekaan berbagai bangsa. Adalah kantor Kristen kriminal ini bahwa

anak haram dan dimanja Inggris yaitu ‘Israel’ disetujui sebagai negara independen. Sungguh aneh

bahwa, Christian club yang memberi kemerdekaan ‘Israel’ ini memberi sertifikat kemerdekaan untuk

berbagai tanah Muslim! Memanglah legalitas mereka yang digelari bapak bangsa di berbagai negara

Muslim seperti Syeikh Mujib, Jinnah, Kamal Pasha, Abdul Aziz bin Saud dan lain-lainnya datang dari

organisasi yang sama yang melegalisasi ‘Israel’! Sungguh suatu kopian! Bayangkan saja di awal abad

ke-20 terdapat hanya sekitar 55 negara di dunia dan mayoritas pemecahan ada di Eropa dan hari ini

kita punya lebih dari 210 negara independen! Faktanya dari tahun 1990 ke atas kita punya 33 negara

merdeka baru. Tanah persatuan mana yang telah dipecah belah untuk menciptakan negara-negara

satelit independen itu? Sesungguhnya ‘kebebasan dan kemerdekaan’ bagi negara bangsa di abad ke-19,

ke-20 dan ke-21 adalah proyek kolonial. Contoh Kosovo, Ossetia Selatan, Slovakia, Palau, Serbia,

Montenegro, Timor Timur, dll jelas-jelas menegaskan fakta ini. Banyak bangsa yang mungkin telah

bertarung untuk ini, tapi tidak ada yang mendapatkannya. Kemerdekaan atau penjajahan suatu

tanah adalah pada belas kasih UNSC – United Nations Security Council : Dewan Keamanan PBB.

Page 3: Proyek nasionalisme, pecah belah, penjajahan dan kemerdekaan

Penciptaan dan pengakuan Israel ini di satu sisi dan contoh Palestina dengan lebih dari 65 tahun

darah dan pengorbanan di sisi yang lain adalah bukti nyata untuk ini!

Selain itu, jika seseorang memperhatikan tabel berikut, akan menjadi jauh lebih jelas bahwa, pecah

belah dan penjajahan adalah proyek yang diterapkan kolonialis yang akhirnya menyelesaikan dengan

memberi kemerdekaan hanya setelah menempatkan ‘antek-antek terpercaya dan cocok’ dengan

‘sistem pemerintahan’ mereka dan ‘partai-partai politik sekular (ikut dalam demokrasi)’ seperti

Muslim League, Congress, Young Turks dll untuk mengubah tanah itu menjadi satu bentuk

kolonialisasi tersembunyi dengan sistem mereka. Inggris telah meninggalkan subbenua India di 1947

silam namun, subbenua itu telah mendapatkan kemerdekaan sedangkan hukum Inggris masih

dipraktekkan! Terlebih lagi hari ini kondisi di Iraq dengan Al-Maliki atau di Afghanistan dengan Hamid

Karzai jelas-jelas menegaskan bagaimana proyek-proyek itu diulang akhir-akhir ini.

Page 4: Proyek nasionalisme, pecah belah, penjajahan dan kemerdekaan

Selain itu, negara-negara seperti Saudi Arabia, Kuwait, Iran, Jordan dan mayoritas bagian Eropa dan

Asia tengah dll telah lebih dahulu dipecah dari Khilafah Utsmani dengan bantuan Inggris-Perancis

(axis/poros aliansi 3 partai). Terlebih lagi, Inggris dan kantor kolonial Barat seperti PBB dengan

mengakui mereka sebagai negara-negara independen menghindarkan Umat Islam dari mencapai

persatuan di masa depan. Selain itu untuk mengaspal rencana mereka pecah belah dan pemisahan,

mereka telah menciptakan organisasi yang disebut Arab League – Liga Arab atau ‘Oh! I See’ (OIC) atas

dasar nasionalistis. Memanglah setelah penghancuran Khilafah di 1924, kata-kata Menteri Luar

Negeri Inggris Lord Curzon tampak paling bisa mendemonstrasikan pentingnya Khilafah ketika dia

mengumumkan ke House of Commons – DPR Inggris “Kita harus mengakhiri segala sesuatu yang

membawa persatuan Islam apapun antara anak-anak kaum Muslim. Sebab kita telah berhasil

mengakhiri Khilafah. Jadi kita harus memastikan mereka tidak pernah bangkit lagi, semua persatuan

kaum Muslim apakah itu persatuan budaya atau intelektual.”