Upload
vantruc
View
225
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementrian Pekerjaan Umum
DKI Jakarta
PD PAL JAYA
PROYEK UNTUK PENGEMBANGAN KAPASITAS SEKTOR AIR LIMBAH
MELALUI PENINJAUAN MASTER PLAN PENGELOLAAN AIR
LIMBAH DI DKI JAKARTA
DI REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN AKHIR/FINAL REPORT
(LAPORAN UTAMA/MAIN REPORT)
DALAM BAHASA INDONESIA
MARET 2012
JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY
YACHIYO ENGINEERING CO., LTD. JAPAN ENVIRONMENTAL SANITATION CENTER
WATER AGENCY INC.
GED
JR
12-084
Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementrian Pekerjaan Umum
DKI Jakarta
PD PAL JAYA
PROYEK UNTUK PENGEMBANGAN KAPASITAS SEKTOR AIR LIMBAH
MELALUI PENINJAUAN MASTER PLAN PENGELOLAAN AIR
LIMBAH DI DKI JAKARTA
DI REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN AKHIR/FINAL REPORT
(LAPORAN UTAMA/MAIN REPORT)
DALAM BAHASA INDONESIA
MARET 2012
JAPAN INTERNATIONAL COOPERATION AGENCY
YACHIYO ENGINEERING CO., LTD. JAPAN ENVIRONMENTAL SANITATION CENTER
WATER AGENCY INC.
Nilai Tukar Mata Uang USD 1.00 = JPY 79.87、USD 1.00 = IDR 8,570
JPY 1.00 = IDR 107.38、IDR 1.00 = JPY 0.00931 (Rata-rata akhir Maret 2011 hingga Agustus)
Dokumen ini adalah hasil terjemahan dari dokumen asli yang berbahasa inggris. Apabila ditemukan kesalahan atau ketidakjelasan di beberapa bagian dari dokumen ini, mohon untuk melakukan konfirmasi dengan mengacu
pada dokumen asli “Final Report ” yang dikeluarkan oleh JICA Expert team, The Project for Capacity Development of Wastewater Sector Through Reviewing the Wastewater Management Master Plan
in DKI Jakarta. Sistem numerik yang digunakan pada laporan ini adalah menggunakan standar internasional (contoh: 1 juta =
1,000,000)
This document is a result of translation from English-language original document. If an error or ambiguity found in some parts of this document please confirm with reference to the original document “Final Report”
issued by the JICA Expert Team, The Project for Capacity Development of Wastewater Sector Through Reviewing the Wastewater Management Master Plan in DKI Jakarta.
The numeral system used on this report is using international standard (ex: 1 million = 1,000,000)
v
Foto (1/4)
Hanya satu instalasi pengolahan air limbah yang saat ini beroperasi di Jakarta (IPAL Setiabudi).
Rapat JCC pertama diselenggarakan pada Desember
2010.
Saluran inffluen ke dalam IPAL Setiabudi Eksisting.
Salah satu pintu pengendali banjir di Kota Jakata.
Lumpur On-site dibuang ke tangki penerima pada
instalasi pengolahan lumpur eksisting.
Kondisi banjir di Kota Jakarta setelah hujan deras.
vi
Foto (2/4)
Daerah Permukiman sepanjang salah satu sungai di
Jakarta.
Survei pemantauan dari pabrik septic tank.
Drainase terkontaminasi oleh air limbah dan limbah padat di Jakarta.
Gray Water mengalir ke drainase dari septic tank.
Kondisi limbah padat terakumulasi di waduk Pluit. Daerah pembuangan limbah padat ditemukan di
sepanjang sungai.
vii
Foto (3/4)
Bagian dalam manhole eksisting.
Survei lapangan untuk pipa eksisting.
Instalasi pengolahan lumpur eksisting Duri Kosambi. Survei calon lokasi untuk IPAL baru.
Survei calon lokasi untuk IPAL baru.
Rapat kedua JCC yang diselenggarakan pada Juli 2011.
viii
Foto (4/4)
Kondisi IPAL individu.
Kondisi septic tank di daerah permukiman kumuh.
Survei untuk septic tank pada salah satu permukiman di permukiman kumuh.
Rapat untuk penjelasan Draft Final Report yang diselenggarakan pada Februari 2012.
Seminar untuk hasil Proyek pada Maret 2012.
Seminar untuk hasil Proyek yang diselenggarakan pada Maret 2012. Salah satu anggota counterpart memberikan presentasi.
Location Map of Study Area
N
Sumatra Barat
JAKARTA
KALIMANTAN
JAVA
Sulawesi Gorontalo
Sulawesi
SULAWESI
Java Timur
Jambi
Sumatra
Selata
SUMATRA Riau
0 2500 5000km
The Republic of Indonesia
Malay sia
Papua New Guinea
Philippines
Vietnam
Cambodia
Thailand
Japan
Laos
China
My anmar
BangladeshIndia
Nepal
Taiwan
Australia
South Korea
North Korea
Pakistan
Bhutan
Afghanistan
Taj ikistanTurkmenistan
Mongol ia
Mongol ia
Kyrgy zstan
Uzbe kis tan
0 4 10km 6 8 2
N
KAB. KODYATANGERAN
KAB.
BEKASI
KOTIPDEPOK
KOTIPBEKASI
KAB.
BOGOR
KODYABOGOR
Java Sea
DKI JAKARTA
Area of JABODETABEK
Daftar Laporan
Laporan Utama/Main Report (English) Laporan Utama/Main Report (Japanese) Laporan Utama/Main Report (Indonesia) Laporan Rangkuman/Summary Report (English) Laporan Rangkuman/Summary Report (Japanese) Laporan Rangkuman/Summary Report (Indonesia) Laporan Pendukung/Supporting Report (English) PART-A (Tidak tersedia: tidak ada Gambar SMR-dan table yang dimasukan) PART-B DATA AND INFORMATION PART-C FUNDAMENTAL PLANNING AND DESIGN CONSIDERATIONS PART-D FORMULATION OF MASTER PLAN PART-E ECONOMIC AND FINANCIAL EVALUATION PART-F EVALUATION BY ENVIRONMENTAL SOCIAL CONSIDERATIONS PART-G INSTITUTIONAL CONSIDERATIONS PART-H ENVIRONMENTAL EDUCATION AND PUBLIC CAMPAIGN ACTIVITIES FOR WASTEWATER SECTOR PART-I CAPACITY BUILDING FOR COUNTERPART ORGANIZATIONS PART-J (Tidak tersedia: tidak ada Gambar SMR-dan table yang dimasukan) PART-K (Tidak tersedia: tidak ada Gambar SMR-dan table yang dimasukan)
Japan International Cooperation Agency Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum DKI Jakarta PD PAL JAYA PROYEK UNTUK PENGEMBANGAN KAPASITAS SEKTOR AIR
LIMBAH MELALUI
PENINJAUAN MASTER PLAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI DKI JAKARTA
MASTER PLAN BARU
Maret 2012
Yachiyo Engineering Co., Ltd. Japan Environmental Sanitation Center
Water Agency Inc.
Master Plan Baru
Isi
Bab 1 Tujuan, Periode dan Visi untuk M/P Baru
1.1 Tujuan untuk Perumusan M/P Baru ································································ NMP-1
1.2 Periode ··········································································································· NMP-1
1.3 Visi ················································································································· NMP-1
Bab 2 Situasi Terkini dan Target Peningkatan
2.1 Situasi Terkini dari Sewerage dan Sanitasi di DKI Jakarta ····························· NMP-2
2.2 Target Peningkatan ························································································· NMP-3
Bab 3 Perumusan M/P Baru untuk Mencapai Target
3.1 Batasan antara Daerah On-site dan Off-site ····················································· NMP-4
3.2 Tahap-tahap Pengembangan ··········································································· NMP-4
3.3 Zona Sewerage dan Daerah Proyek yang Diprioritaskan ································ NMP-4
3.4 Rangkuman Rencana Pengembangan Sistem Off-site dan On-site ·················· NMP-5
3.5 Rencana Peningkatan untuk Sistem Off-site dan On-site ································ NMP-6
Bab 4 Proyek yang Diprioritaskan untuk Rencana pengembangan Jangka Pendek
4.1 Garis Besar Proyek yang Diprioritaskan ························································· NMP-10
4.2 Rencana Fasilitas untuk Sistem Off-site ·························································· NMP-11
4.3 Rencana Fasilitas untuk Sistem On-site ·························································· NMP-13
4.4 Kerangka Kelembagaan ·················································································· NMP-13
Lampiran
A1. Estimasi Biaya untuk Melaksanakan Proyek-proyek yang Diusulkan dalam M/P
Baru
A2. Evaluasi Ekonomi dan Keuangan
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 1
Master Plan Baru (M/P) untuk Peningkatan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta
Bab 1 Tujuan, Periode dan Visi untuk M/P Baru
1.1 Tujuan untuk Perumusan M/P Baru
Tujuan untuk perumusan M/P Baru untuk peningkatan pengelolaan air limbah di DKI Jakarta adalah sebagai berikut:
Pengembangan sistem Sewerage tidak dapat berjalan seperti yang direncanakan dan cakupannya hanya tetap kurang dari 2%, walaupun Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum merumuskan master plan yang dilengkapi dengan pembangunan drainase, Sewerage dan sanitasi di DKI Jakarta untuk target pada tahun 2010 melalui “the Study on Urban Drainage and Wastewater Disposal Project in the City of Jakarta” di bawah studi pembangunan JICA (selanjutnya disebut sebagai "M/P Lama").
Lebih dari 90% air limbah domestik saat ini dibuang ke badan air publik (sungai dan laut) atau bawah tanah melalui septic tank tanpa diolah. Hal ini menyebabkan memburuknya kualitas air dari air permukaan dan juga air tanah.
Dikarenakan buruknya kualitas air dari air permukaan, sumber penyediaan air harus didapatkan dari daerah terpencil di luar DKI Jakarta yang dapat menyebabkan tingginya tarif air dan ekstrasi air tanah yang berlebihan, yang dianggap sebagai penyebab utama penurunan tanah dalam skala besar di wilayah tersebut. Terlebih lagi, buruknya kualitas air juga menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui air pada wilayah tersebut.
Fasilitas Sewerage seperti instalasi pengolahan air limbah memerlukan lahan yang relatif luas untuk membangun fasilitas pengolahan. Namun, semakin sulit untuk menemukan lahan yang luas tersebut di DKI Jakarta yang dikarenakan pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat dalam waktu dekat. Sangat penting untuk mengamankan lahan untuk fasilitas Sewerage berdasarkan M/P Baru.
1.2 Periode
M/P Baru mengusulkan rencana pengembangan untuk peningkatan pengelolaan air limbah di DKI Jakarta untuk tahun-tahun pengembangan berikut ini dan proyek yang diprioritaskan sebagai rencana pengembangan jangka pendek.
Rencana Pengembangan Jangka Pendek
Rencana Pengembangan
Jangka Menengah
Rencana Pengembangan Jangka Panjang
Proyek yang Diprioritaskan
diusulkan.
Rencana Fasilitas Diusulkan.
Rencana Fasilitas Diusulkan.
1.3 Visi
Visi untuk M/P Baru ditetapkan sebagai berikut:
[Visi]
“Menciptakan Siklus Air Masyarakat yang Berkelanjutan di DKI Jakarta” Meningkatkan kualitas air sungai saat ini sampai pada level dimana air sungai dapat
digunakan sebagai sumber air untuk system penyediaan air di DKI Jakarta pada tahun
2050.
2020 (Tahun) 2012 2050 2030
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 2
Bab 2 Situasi Terkini dan Target Peningkatan
2.1 Situasi Terkini Sewerage dan Sanitasi di DKI Jakarta
Gambar S2-1 menunjukkan situasi terkini mengolah dan membuang air limbah di DKI Jakarta. Dan juga, Gambar S2-2 dan 3 menjelaskan situasi terkini keseimbangan massa (mass balance) masing-masing untuk basis BOD dan SS di dalam daerah.
Gambar S2-1 Situasi Terkini untuk Pembuangan Air Limbah di DKI Jakarta
Gambar S2-2 Situasi Terkini Keseimbangan Massa untuk Basis BOD
ITPCST
MST
IPALSetiabudi
Stasiun Pompa
Laut Jawa
Instalasi Pengolahan Lumpur
Penyedotan lumpurOleh DPU
On -site
Lumpur dari DomesticTidak mencukupi
Lumpur
???
Populasi untuk Pengolahan Air Limbah : 13,380,000 (termasuk floating population)Populasi Aktual : 10,035,000
Kompos
Tempat Pembuangan di Ancol
???
168, 1% 3345, 25%
8567, 64%
1300, 10%
Populasi untuk Pengolahan Air Limbah
(orang*103 )
Sewerage ITP
Septic Tank Kumuh
Septic Tank Pop. 8,567,000
(64%)
ITPPop. 3,345,000
(25%)
Populasi Kumuh 1,300,000
(10%)
Sewerage Pop. 168,000
(1.3%)
Off-site
* CST : Conventional Septic Tank* MST : Modified Septic Tank* ITP : Individual Treatment Plant (IPAL Individu)* ATP : Advanced Treatment Plant
ITP with ATP
Water Purification Plant
Landfill
Off-site
42.8 t/hari (10.7%
64.3 t/hari (16%)
150 t/hari (37%)
Septic Tank
Black water
Grey water (tak terolah)
Badan Air
Publik
Diagram Keseimbangan Massa dari Air Limbah di DKI Jakarta (basis BOD) (Saat Ini:2012)
ITP *
On-site
Slum*
Terbuang 1.9 t/hari (0.5 %)
Dekomposisi
3. 1 t/hari (0.8%) 62.7 t/hari (15.6%)
37.6 t/hari (9.4 %)
39 t/hari (10%)
293 t/hari(73%)
Jumlah BOD yang Dihasilkan
109 t/hari (27%)
BOD Terbuang:
146 mg/L
KualitasAir Sungai
BOD:
61 mg/L
10 mg/L
Dalam 2050
Saat Ini(2011)
401t/hari (100%)
296 t/hari (74%)
105 t/day(26%)
5 t/hari(1.3%)
Sistem Sewerage
100 t/hari(25%)
257 t/hari(64%)
39 t/day (10%)
107 t/hari (27%)
150 t/hari (37%)
* IPAL Individu (ITP : Individual Treatment Plant); Slum: Permukiman Kumuh
KualitasAir Sungai
BOD:
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 3
Gambar S2-3 Situasi Terkini Keseimbangan Massa untuk Basis SS
Lebih dari 70% jumlah BOD yang dihasilkan dibuang ke badan air publik (termasuk air tanah). Sementara itu, lebih dari 70% jumlah SS yang dihasilkan juga dibuang ke badan air publik. Hal ini jelas bahwa situasi tersebut memperburuk kualitas air sungai dan juga memperburuk kualitas air tanah. 2.2 Target Peningkatan
Dalam rangka untuk memenuhi visi yang tersebut di atas, target-target berikut diusulkan dalam M/P Baru:
Tabel S2-1 Target-target Peningkatan untuk Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta
Perihal SatuanRencana Jangka Pendek
Rencana Jangka
Menengah
Rencana Jangka Panjang
2012 2014 2020 2030 2050
Desain Populasi 1,000org 12,665 12,665 12,665 12,665 12,665
Administrasi Populasi 1,000org 10,035 10,361 11,284 12,665 12,665
Off-
site
Rasio Cakupan Fasilitas % 2 7 20 40 80
Rasio Cakupan Layanan % 2 4 15 35 80
Populasi yang Dilayani 1,000org 168 387 1,685 4,478 10,166
On-
site
Rasio Pengolahan On-site % 85 96 85 65 20
Populasi yang Dilayani untuk On-site 1,000org 8,567 9,974 9,599 8,188 2,500
Rasio Jangkauan Penyedotan Reguler % 0 20 50 75 100
Merubah STK ke STM (STM/(STK+STM)) % 2 16 25 50 100
Dae
rah
Kum
uh Rasio BAB Sembarangan % 13 0 0 0 0
Populasi Buang Air Besar Sembarangan
1,000org 1,300 0 0 0 0
Kualitas Air Sungai (BOD) mg/L 61 54 33 24 10
Off-site-
42.8 t/hari (11%)
61.7 t/hari (15%)
21.4 t/hari (5.3%)
150 t/hari (37%)
Septic Tank
Black water
Grey water (Tak terolah) 150 t/ hari
(37%)
Badan Air
Publik
Instalasi Pengolahan Lumpur
Diagram Keseimbangan Massa dari Air Limbah di DKI Jakarta (Basis Suspended Solids (SS)) (Saat Ini:2012)
107 t/ hari (27%)
ITP*
On-site
100 t/ hari(25%)
Slum*39 t/ hari
(10%)
296 t/ hari (74%)
105 t/ hari (26%)
Terbuang 1.9 t/hari (0.5%)
Dekomposisi
0.8 t/hari (0.2%)
Penyedotan Lumpur
2.4 t/hari (0.6%)
15.7 t/hari (4%)
47 t/hari (12%)
37.6 t/hari (9.4%)
39 t/hari (10%)
290 t/hari (72%)
Jumlah SS Yang
Dihasilkan 401 t/ hari(100%)
257 t/ hari(64%)
Lokasi pembuangan Ancol
???
59 t/hari (15%)
52 t/hari (13%)18.8 t/hari (4.7%)
Harus di sedot lumpurnya -
5 t/hari(1.3%)
Sistem Sewerage
* IPAL Individu (ITP : Individual Treatment Plant) Slum: Permukiman Kumuh
kompos
Landfill
Saat Ini 2.6t/hari (0.6%)21.4 t/hari (5.3%)
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 4
Bab 3 Perumusan M/P Baru untuk Mencapai Target
3.1 Batasan Antara Daerah Off-site dan On-site
Batasan antara daerah off-site dan on-site ditunjukkan di bawah ini:
Sistem Area to be Applied Sistem Off-site Diterapkan pada seluruh wilayah DKI Jakarta Sistem On-site Diterapkan pada seluruh wilayah di mana pembangunan sistem off-site sulit secara teknis
3.2 Tahap-tahap Pengembangan
Proyek-proyek yang diusulkan pada M/P Baru akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) tahap berikut ini:
Rencana Pengembangan Periode Keterangan Rencana Pengembangan Jangka Pendek 2012 - 2020 Dilaksanakan sebagai proyek prioritas Rencana Pengembangan Jangka Menengah 2021 - 2030 Populasi mencapai hal itu pada maksimum Rencana Pengembangan Jangka Panjang 2031 - 2050 Populasi akan dipertahankan pada tingkat yang sama 3.3 Zona Sewerage dan Daerah Proyek yang Diprioritaskan untuk Setiap Tahun Target
Pengembangan
Zona Sewerage untuk setiap tahun target pengembangan telah ditetapkan seperti di bawah ini:
Prioritas Zona No. Tahun Sasaran Pembangunan
1 1 Rencana Jangka Pendek: 2012 - 2020
2 6 3 to 6 4, 5, 8 & 10 Rencana Jangka Menengah: 2021 - 2030
7 to 14 2, 3, 7, 9, 11, 12, 13 & 14 Rencana Jangka Panjang: 2031 - 2050
Gambar S3-1 Zona Sewerage untuk Setiap Tahun Target Pengembangan1
1 Zonasi dan tahun sasaran pembangunan dapat berubah setelah diperiksa secara detail dalam F/S (Studi Kelayakan).
Legend
Zone 2011oct Ver2
AdministrativeArea
WWTP Site
#* Additional Site
#* Candidate Site
#* On-Going WWTP Site
#* Planning Site
Implementation Term
Reclamation Area
Short-term (2020)
Mid-term (2030)
Long-Term (2050)
Existing
¯0 1 2 30.5
Kilometers
#*
#*
#*
#*
#*
#*
#*
#*#*
#*
#*
#*
#*
#*
#*
#*
#*0
6
3
2
0
1
7
9
8
4
5
10
11
15
1412
13
Sewerage Zone
7 21
5
8
9
10
40
3
6
1311
1214
0 1 Sewerage Zone Number -
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 5
3.4 Rangkuman Rencana Pengembangan Sistem Off-site dan On-site
Rangkuman M/P Baru ditunjukkan pada Tabel S3-1 di bawah ini:
Proyek-proyek untuk rencana pengembangan jangka pendek (Zona Sewerage No.1 dan No.6 dan fasilitas pengolahan lumpur untuk mendukung pengenalan penyedotan lumpur secara berkala) dipertimbangkan sebagai proyek yang diprioritaskan. Rencana fasilitas telah dipersiapkan untuk proyek-proyek yang diprioritaskan tersebut.
Tabel S3-1 Rangkuman M/P Baru
No. Item Satuan Jangka Pendek Jangka Menengah Jangka Panjang M/P Baru
(2020) (2030) (2050) (2050)
1 Zona Sewerage No.1 & No.6 No.4, 5, 8 & 10No.2, 3, 7, 9, 11,
12, 13 & 14 14 Zona
2 Luas Proyek ha 10,775 15,301 37,328 63,404
3 Desain Populasi org 2,702,454 3,735,294 5,905,620 12.343.368
4 Rasio Cakupan (untuk setiap zona) % 80 80 80 80
5 Rasio Cakupan (untuk seluruh DKI)
(1) Rasio cakupan fasilitas % 20 40 80 80 (2) Rasio cakupan layanan % 15 35 80 80
6 Desain debit air limbah (Satuan air limbah ×Desain Pop.× Tingkat Cakupan = 80%) (1) Satuan air limbah L/kapita/hari Rata-rata harian: 200L/kap/hr, Maksimum harian: 267L/kap/hr
(2) Aliran rata-rata harian air
limbah m3/hari 433,000 598,000 946,000 1,977,000
(3) Aliran maksimum harian air
limbah m3/hari 577,000 798,000 1,261,000 2,636,000
7 Sewer Sekunder dan Tersier (1) Diameter mm φ200~φ300 φ200~φ300 φ200~φ300 (2) Panjang jaringan pipa km 1,486 2,043 4,741 8,271
8 Sewer Utama (1) Diameter mm φ350~φ800 φ350~φ800 φ350~φ800 (2) Panjang jaringan pipa km 241 471 1.203 1.915
9 Sewer Induk (1) Diameter mm φ900~φ2,200 φ900~φ2,400 φ900~φ2,400 (2) Panjang jaringan pipa km 39.5 36.4 82.0 157.9
10 Stasiun Pompa Relai (1) Instalasi unit 1 3 9 13 (2) Kapasitas pengangkatan m3/mnt 172 27~83 10~194
11 IPAL (1) Instalasi unit 2 3 8 13
(2) Kapasitas (air limbah
maksimum harian) m3/hari 264,000~313,000 62,000~331,000 32,000~337,000 2,636,000
12 Fasilitas Pengolahan Lumpur (Lumpur On-site) (1) Peningkatan IPLT yang ada No. 1 1
- Kapasitas m3/hari 450 -450 (Terintegrasi
ke IPAL) 0
(2) Pembangunan IPLT yang baru No. 1 1 - Capacity m3/hari 600 600
(3) IPLT pada IPAL (kapasitas untuk lumpur on-site)
m3/hari 1,720 1,920 3,640
Catatan: 1. Zona Sewerage No.0 (zona Sewerage yang ada) dan wilayah reklamasi tidak termasuk dalam tabel di atas. 2. Gambaran dalam tabel di atas dapat berubah setelah diperiksa secara detail dalam F/S (Studi Kelayakan).
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 6
3.5 Rencana Peningkatan untuk Sistem Off-site dan On-site
(1) Sistem Off-site
Desain debit rata-rata harian air limbah dan desain debit maksimum harian air limbah dari IPAL yang diusulkan ditunjukkan pada Tabel S3-2.
Tabel S3-2 Desain Debit Air Limbah untuk IPAL dalam M/P Baru Rencana
Pengembangan Zona Sewerage Rata-rata Harian (m3/hari) Maksimum Harian (m3/hari)
Jangka Pendek 1 198.000 264.000 6 235.000 313.000 Jangka Menengah 4, 5, 8 & 10 47.000~248.000 62.000~331.000
Jangka Panjang 2, 3, 7, 9, 11, 12, 13
& 14 24.000~253.000 32.000~337.000
Jumlah 1.977.000 2.636.000
Fasilitas sewer utama pada setiap zona Sewerage per rencana pengembangan ditunjukkan pada Tabel S3-3 dan layout umum fasilitas sewerage utama ditunjukkan pada Gambar S3-2.
Tabel S3-3 Fasilitas Sewer Utama pada Setiap Zona Sewerage per Rencana Pengembangan
Zona Sewerage
Luas (ha)
Pipa Lateral (no.)
Jaringan Pipa Sewer (m) Stasiun
Pompa Relai(no.)
Sewer Sekunder/
Tersier
Sewer Utama
Sewer Induk
(Jacking)
Sewer Trunk
(Shield)Jumlah
[Rencana pengembangan Jangka Pendek: 2012~2020] 1 & 6 10,775 232,908 1,485,951 240,878 16,795 22,694 1,766,318 1
[Rencana pengembangan Jangka Menengah: 2021~2030] 4, 5, 8 & 10 15,301 326,877 2,043,273 470,962 20,942 15,442 2,550,619 3
[Rencana pengembangan Jangka Panjang: 2031~2050] 2, 3, 7, 9, 11, 12, 13 & 14
37,328 1,324,671 4,741,416 1,203,205 63,917 18,078 6,026,616 9
Total 63404 1,324,671 8,270,641 1,915,044 101,654 56,214 10,343,553 13
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 7
Z-1~Z-14: Zona Sewerage
Gambar S3-2 Rencana Tata Letak untuk Fasilitas Sewerage Utama pada Setiap Zona Sewerage
(2) Sistem On-site
M/P Baru mengusulkan untuk menghubungkan rumah tangga ke sewer sebanyak mungkin pada tahun 2050, dengan demikian mengurangi dampak bahaya dari septic tank. Sementara itu, M/P tersebut mengusulkan untuk meminimalisir dampak bahaya dari septic tank sampai rumah-rumah terhubung dengan sewer dengan langkah-langkah berikut seperti ditunjukkan pada Tabel S3-4.
Tabel S3-4 Garis Besar Rencana Peningkatan untuk Sistem On-site Permasalahan yang harus diselesaikan Langkah-Langkah
Penyedotan lumpur On-site hanya dilaksanakan dengan basis panggilan saja.Lumpur tinja terakumulasi di dalam tangki dan kapasitas pengolahan yang efektif berkurang. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya fungsi pengolahan septic tank dan merembesnya lumpur tinja keluar dari sistem, yang kemudian menyebabkan pencemaran lingkungan sungai dan sumber air bawah tanah.
Memperkenalkan sistem penyedotan lumpur secara berkala di DKI Jakarta.
Septic tank konvensional hanya mengolah black water (air limbah dari toilet). Grey water (air limbah domestik dari dapur, dll., tempat selain toilet) dibuang tanpa pengolahan dan mencemari badan air publik.
Mengganti dengan septic tank modifikasi yang mengolah black water dan gray water.
IPAL Individu dari gedung-gedung komersial dan bangunan perkantoran tidak beroperasi secara memadai dan penyedotan jarang dilakukan. Beberapa IPAL Individu tidak memenuhi standar efluen yang ditetapkan oleh DKI Jakarta (2005).
Mengoperasikan IPAL Individu secara memadai dan melakukan penyedotan berdasarkan pengelolaan IPAL
""T
""T
""T
""T""T
""T
""T
""T
""T
""T
""T
""T
""T
""T
!(P
!(P!(P
!(P
!(P!(P
!(P
!(P!(P
T T T
T
T
T
T
T
T
T T
TT
P P P
T
P
P
P
PP
P
Short-term (2020)
Medium-term (2030)
Long-term (2050)
Existing Zone
Development Plan
Reclamation Area
p
Sewerage Zone
Kelurahan Boundary
Legend
Facility
""T Treatment Plant
!(P Lift Pump Station
Pipeline
Pipeline
P T
Catatan: Detail pada Tabel S3-4 & S3-5 dan Gambar S3-2 dapat berubah setelah diperiksa secara detail dalam F/S (Studi Kelayakan).
Z-7
Z-2
Z-1Z-5
Z-8
Z-9
Z-10
Z-4
Z-3
Z-6
Z-13Z-11
Z-12 Z-14
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 8
Individu yang lebih ketat. Pengaturan kelembagaan yang lemah Meningkatkan pengaturan
kelembagaan. [Estimasi volume lumpur tinja yang dihasilkan adalah sebagai berikut: (satuan: m3/hari)
Tahun 2012 2014 2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045 2050
CST 257 307 354 544 495 403 298 183 77 0
MST 0 620 679 960 1.366 1.638 1.723 1.660 1.433 1.000
IPAL Individu
0 457 530 866 1.418 1.847 1.731 1.385 808 0
Lumpur (Total)
257 1,385 1,564 2,370 3,279 3,887 3,752 3,229 2,317 1,000
Kapasitas 600 450 1,050 1,050 600 600 600 600 600 600
Pengolahan Bersama
0 934 514 1,320 2,679 3,287 3,152 2,329 ,717 400
Catatan: CST: Conventional Septic Tank; MST: Modified Septic Tank Rencana peningkatan fasilitas untuk mendukung Rencana Peningkatan untuk Sistem On-site ditunjukkan pada Tabel S3-5 dan lokasi dari setiap metode peningkatan ditunjukkan pada Gambar S3-3.
Tabel S3-5 Garis Besar Rencana Peningkatan Fasilitas untuk Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja2
Metode untuk Peningkatan Garis Besar Rencana Peningkatan
[A] Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja yang ada (IPLT)
[Rencana Jangka Pendek] • Mengintegrasikan IPLT Duri Kosambi dengan IPAL yang baru dibangun: hingga
950 m3/hari • Rehabilitasi dan perluasan IPLT Pulo Gebang: hingga 450m3/hari
[Rencana Jangka Menengah] • Mengintegrasikan IPLT Pulo Gebang dengan IPAL yang baru dibangun: hingga
940m3/hari
[B] Membangun Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) yang baru di wilayah selatan DKI Jakarta
• Kapasitas dari IPLT yang baru: 600 m3/hari
[C] Pengolahan bersama dari lumpur tinja (septic) pada IPAL
• IPAL off-site yang akan dibangun pada rencana jangka pendek dan jangka menengah, menerima dan mengolah lumpur tinja (lumpur tinja dari fasilitas on-site).
[IPAL yang menerima] • (Zona No.1)-IPAL Pejagalan: Hingga 790 m3/hari • (Zone No.5)-IPAL Suntar Pond: Hingga 410 m3/ hari • (Zone No.8)-IPAL Marunda: Hingga 570 m3/ hari
2 Estimasi volume dari lumpur tinja yang dikumpulkan dari sistem on-site dan rencana peningkatan fasilitas dapat berubah
setelah diperiksa secara detail dalam F/S (Studi Kelayakan).
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 9
Z-1~Z-14: Zona Saluran Sewerage
Gambar S3-3 Rencana Layout untuk Fasilitas yang Terkait dengan Peningkatan Pengolahan Lumpur
0 42Km
±
""T
""T
""T
""T""T
""T
""T
""T
""T
""T
""T
""T
""T
""T
T
T T
T
T
T
T
T
T
T T
TT
T
Short-term (2020)
Medium-term (2030)
Long-term (2050)
Existing Zone
Development Plan
Reclamation Area
p
Sewerage Zone
Kelurahan Boundary
Legend
Facility
""T Treatment PlantT
Pipeline
Pipeline
[C] Pejagalan [C] Waduk Sunter
[A] Duri Kosambi
[A] Pulo Gebang
[B] IPLT Baru di wilayah Selatan Jakarta
[C] Marunda
Z-7 Z-2
Z-1
Z-5
Z-8
Z-9
Z-10
Z-4
Z-3
Z-6
Z-13Z-11
Z-12Z-14
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 10
Bab 4 Proyek yang Diprioritaskan untuk Rencana pengembangan Jangka Pendek
4.1 Garis Besar Proyek yang Diprioritaskan
(1) Sistem Off-site
Garis besar proyek yang diprioritaskan yang diusulkan pada Zona No.1 dan No.6 adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel S4-1 di bawah ini: Tabel S4-1 Garis Besar Proyek yang Diprioritaskan untuk Sistem Off-site pada Zona No.1 dan
No.6 No. Item Satuan Zona No.1 Zona No.6
1. Umum
1-1 Luas proyek ha 4,901 5,874
1-2 Desain populasi org 1,236,736 1,465,718
1-3 Rasio cakupan % 80 80
1-4 Populasi yang dilayani org 989,389 1,172,574
1-5 Satuan debit air limbah L/kapita/hari Rata-rata harian: 200, Maks. Harian: 267
1-6 Desain debit air limbah Satuan aliran air limbah×Populasi yang dilayani
- Rata-rata Harian m3/hari 198,000 235,000 - Maksimum Harian m3/hari 264,000 313,000
2. Sistem Sewerage
2-1 Saluran Pembuangan
(1) Saluran pembuangan sekunder dan tersier
- Diameter mm φ200~φ300 φ200~φ300 - Panjang jaringan pipa km 657 829
(2) Saluran pembuangan utama
- Diameter mm φ350~φ800 φ350~φ800 - Panjang jaringan pipa km 86 155
(3) Trunk saluran pembuangan - Diameter mm φ900~φ2.200 φ900~φ2.400 - Panjang jaringan pipa km 15,5 24,0
2-2 Stasiun Pompa Relai
(1) Instalasi unit 0 1 (2) Kapasitas pengangkatan m3/min -- 172
2-3 IPAL (1) Instalasi unit 1 1
(2) Kapasitas (maksimum harian air
limbah) m3/hari 264,000 313,000
Catatan: Gambaran pada tabel diatas dapat berubah setelah diperiksa secara detail dalam F/S (Studi Kelayakan).
(2) Sistem On-site
Isi dari pembangunan sistem on-site yang akan dilaksanakan selama rencana pengembangan jangka pendek adalah sebagai berikut:
Tabel S4-2 Garis Besar Peningkatan Sistem On-site sebagai Proyek yang Diprioritaskan No. Item Satuan Kuantitas
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) – Rehabilitasi dan Pembangunan Baru
(1) Intregasi dengan IPAL yang baru No. 1
- Diolah di IPAL yang baru m3/hari 930
Peningkatan No. 1 - Kapasitas m3/hari 450
(2) Pembangunan Baru No. 1 - Kapasitas m3/hari 600
(3) Diolah di IPAL yang baru m3/hari 790
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 11
4.2 Rencana Fasilitas untuk Sistem Off-site
(1) Fasilitas Sewerage pada Zona Sewerage No.1
[Rute jaringan pipa Sewer dan Lokasi IPAL]
Legend
""T Treatment Plant
Pipeline
Primary Pipe
Secondary Pipe
Tertiary PipeLanduse
Commercial and Institutional Area
Other
Residential Area
Zone
0 10.5Km
±
Catatan: Rute jaringan pipa dan batas zona dapat berubah setelah diperiksa secara detail dalam F/S (Studi Kelayakan).
N
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 12
(2) Fasilitas Sewerage pada Zona Sewerage No.6
[Rute jaringan pipa Sewer dan Lokasi IPAL]
Catatan: Rute jaringan pipa dan batas zona dapat berubah setelah diperiksa secara detail dalam F/S (Studi Kelayakan).
±
Leg
en
d
""TTre
atm
ent
Pla
nt
Lan
d U
se Com
merc
ial an
d Inst
itutional
Are
a
Indu
strial
Are
a
Oth
er
Resi
dential
Are
a
Sew
era
ge A
rea
Prim
ary
Pip
e
Secon
dary
Pip
e
Tert
iary
Pip
e
02
1K
m
N
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 13
4.3 Rencana Fasilitas untuk Sistem On-site
IPLT yang baru akan ditempatkan pada wilayah selatan Jakarta.
(1) Ukuran lahan yang dibutuhkan: 1,5ha (0,4ha untuk bangunan dan 1,1ha untuk parkir dan ruang hijau)
(2) Kriteria untuk memilih lahan adalah sebagai berikut:
1) Untuk mendukung operasi penyedotan lumpur secara berkala yang efisien, IPLT yang baru harus ditempatkan pada tempat yang mudah untuk pengangkutan lumpur tinja yang terkumpul dari bagian manapun di wilayah selatan Jakarta.
*Lumpur tinja yang dikumpulkan dari pusat, utara, barat, timur Jakarta akan diolah pada IPAL yang baru dibangun pada rencana jangka pendek dan menengah.
2) Tidak ada banjir, tidak ada tanah longsor, dekat dengan badan air, lahan terbuka dengan sinar matahari yang baik, struktur geologis dan keadaan tanah yang baik.
3) Pembebasan tanahnya mudah. Tidak ada permasalahan lingkungan (aspek keindahan dan bau).
4.4 Kerangka Kelembagaan
Kerangka kelembagaan DKI untuk pengelolaan air limbah harus ditinjau dan direstrukturisasi berdasarkan prinsip-prinsip berikut ini.
(1) Sangat diperlukan untuk membentuk sebuah kerangka kelembagaan yang mampu mengawasi secara keseluruhan dari lingkungan air pada saat ini dan pada waktu yang akan datang di DKI Jakarta, dan mengelola serta mengawasi pengolahan air limbah dan lumpur tinja secara terpadu.
(2) Sangat diperlukan untuk mengelola system off-site dan sistem on-site secara terpadu sehingga anggaran pengelolaan air limbah dapat digunakan secara efisien dengan mengkoordinasikan dan memodifikasi perencanaan pengelolaan air limbah saat sistem berkembang.
(3) Kerangka yang diantisipasi harus mempunyai wewenang dan fungsi mengenai anggaran, persiapan legislasi, perencanaan, pembangunan, operasional, dan persiapan peraturan dan panduan yang sesuai dengan lembaga pemerintahan yang ada.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 14
LAMPIRAN
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 15
A1. Estimasi Biaya untuk Melaksanakan Proyek-proyek yang Diusulkan dalam M/P Baru
A1.1 Total Biaya untuk Proyek
Tabel A1-1 menunjukkan hasil dari estimasi biaya untuk melaksanakan proyek-proyek yang diusulkan pada M/P Baru secara keseluruhan termasuk biaya pembangunan untuk rencana pengembangan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Biaya proyek telah diestimasi dalam mata uang lokal dan mata uang asing. Biaya pembangunan langsung telah diestimasi untuk perihal berikut ini:
[Off-site (sistem Sewerage)]
Sambungan rumah Jaringan sewer pengumpul (sewer sekunder&tersier, sewer utama dan sewer induk) Stasiun pompa pengangkat Intalasi pengolahan air limbah Penggantian fasilitas
[On-site] Mengintegrasi IPLT Duri Kosambi dengan IPAL yang baru dibangun Rehabilitasi dan perluasan IPLT Pulo Gebang Mengintegrasi IPLT Pulo Gebang STP dengan IPAL yang baru dibangun Pembangunan IPLT yang baru di Jakarta Selatan Fasilitas pengolahan lumpur On-site yang ditambahkan ke IPAL yang baru dibangun Penggantian fasilitas
Sebagai biaya tidak langsung, item-item berikut telah dipertimbangkan: Biaya pembangunan tidak langsung Biaya teknis (Engineering cost) Kontingensi fisik Biaya penggunaan lahan (namun, biaya penggunaan lahan tidak diperhitungkan dengan
asumsi bahwa lokasi fasilitas dimiliki oleh publik.)
Biaya untuk pengembangan kapasitas organisasi pihak Indonesia dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam biaya teknis (engineering cost).
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 16
Tabel A1-1 Total Biaya Konstruksi untuk Pembangunan Sistem Off-site and On-site Unit: Dalam Juta Rupiah
Biaya Konstruksi
Awal
Biaya Penggantian
Fasilitas(2013-2050)
Total
A. Rencana Jangka Pendek
(1) Zona No.1 Pengembangan zona sewerage 5,192,315 1,079,250 6,271,565
Fasilitas Pengolahan lumpur on-site 131,904 68,590 200,494 Pengolahan bersama lumpur on-site
Sub-total 5,324,219 1,147,840 6,472,059
(2) Zona No.6 Pengembangan zona sewerage 7,110,408 1,357,898 8,468,307
Integrasi IPLT Duri Kosambi dengan IPAL yang baru dibangun
155,279 80,745 236,025 Pengolahan bersama lumpur on-site
Sub-total 7,265,688 1,438,644 8,704,331
(3) Rehabilitasi dan ekspansi IPLT Pulo Gebang 24,390 0 24,390
(4) Konstruksi IPLT baru di daerah selatan 42,100 20,275 62,375
Total rencana jangka pendek 12,656,397 2,606,758 15,263,155
B. Rencana Jangka Menengah
(1) Zona No.4 Pembangunan jaringan sewerage 636,325 0 636,325
(2) Zona No.5 Pengembangan zona sewerage 3,586,678 570,552 4,157,230
Fasilitas pengolahan lumpur on-site 68,457 28,752 97,208 Pengolahan bersama lumpur on-site
Sub-total 3,655,134 599,304 4,254,438
(3) Zona No.8 Pengembangan zona sewerage 4,856,836 794,711 5,651,547
Fasilitas pengolahan lumpur on-site 95,171 39,972 135,143 Pengolahan bersama lumpur on-site
Sub-total 4,952,008 834,683 5,786,691
(4) Zona No.10 Pengembangan zona sewerage 7,639,771 1,322,893 8,962,664
Integrasi IPLT Pulo Gebang dengan IPAL yang baru dibangun
156,949 65,919 222,868
Sub-total 7,796,720 1,388,812 9,185,531
Total rencana jangka menengah 17,040,187 2,822,798 19,862,985
C. Rencana Jangka Panjang
(1) Zona No.2 Pengembangan zona sewerage 1,158,206 0 1,158,206
(2) Zona No.3 Pengembangan zona sewerage 3,701,406 24,508 3,725,914
(3) Zona No.7 Pengembangan zona sewerage 3,967,381 23,963 3,991,345
(4) Zona No.9 Pengembangan zona sewerage 4,333,679 18,550 4,352,229
(5) Zona No.11 Pengembangan zona sewerage 8,643,992 56,387 8,700,380
(6) Zona No.12 Pengembangan zona sewerage 3,253,732 0 3,253,732
(7) Zona No.13 Pengembangan zona sewerage 5,624,321 0 5,624,321
(8) Zona No.14 Pengembangan zona sewerage 3,674,569 21,449 3,696,018
Total rencana jangka panjang 34,357,286 144,858 34,502,144
Grand total 64,053,869 5,574,415 69,628,284
KeteranganIsi Pengembangan
Biaya Konstruksi
A1.2 Pertimbangan Modal Investasi
Dari tahun 2013 dimana konstruksi diharapkan untuk mulai untuk proyek pengembangan sewerage jangka pendek, menengah dan panjang dan proyek pengembangan pengolahan lumpur on-site, perkiraan total biaya pembangunan yang modalnya harus diinvestasikan dan dibiayai hingga tahun 2050, yang merupakan tahun pembangunan jangka panjang, adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel A1-2 dan Tabel A1-3.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 17
Table A1-2 Total Biaya Modal Investasi yang diperlukan untuk Proyek Pembangunan Sewerage jangka Pendek, Menengah dan Panjang
<Biaya Konstruksi Awal> Unit : Dalam Juta Rupiah
Mata Uang Lokal
Mata Uang Asing
Total
A. Biaya Konstruksi 41,185,186 10,631,889 51,817,074
a. Biaya Konstruksi Langsung 36,447,067 9,408,751 45,855,818
(1)Biaya Sambungan Rumah 4,694,090 0 4,694,090
(2)Saluran Sewer Pengumpul Sekunder dan Tersier 10,144,598 0 10,144,598
Utama 9,990,725 0 9,990,725
Induk 1,273,268 1,273,268 2,546,535
Conveyance 603,690 2,414,758 3,018,448
Sub-total 22,012,280 3,688,026 25,700,306
(3)Stasiun Pompa Pengangkat Pekerjaan Sipil/Arsitek 233,930 0 233,930
Pekerjaan Mekanikal 37,429 149,714 187,143
Fasilitas Elektrikal 23,391 23,391 46,781
Sub-total 294,749 173,105 467,854
(4)Instalasi Pengolahan Air Limbah Pekerjaan Sipil/Arsitek 7,496,784 0 7,496,784
Pekerjaan Mekanikal 1,199,485 4,797,942 5,997,427
Fasilitas Elektrikal 749,678 749,678 1,499,357
Sub-total 9,445,948 5,547,620 14,993,568
b. Biaya Konstruksi Tidak Langsung 13% dari Biaya Konstruksi Langsung 4,738,119 1,223,138 5,961,256
B. Biaya Teknis (Engineering Cost) 7% dari Biaya Konstruksi Langsung 2,551,295 658,613 3,209,907
C. Kontingensi Fisik5% dari Total Biaya Konstruksi Langsung dan Tidak Langsung
2,059,259 531,594 2,590,854
D. Biaya Penggunaan Lahan 0 0 0
45,795,740 11,822,096 57,617,835
F. Pajak Pertambahan Nilai 10% 4,579,574 1,182,210 5,761,784
50,375,314 13,004,305 63,379,619
Perihal
Biaya
Total
Grand Total <Penggantian Fasilitas (2013-2050)>
Unit : Dalam Juta Rupiah
Mata Uang Lokal
Mata Uang Asing
Total
A. Biaya Konstruksi 1,192,197 3,116,512 4,308,710
a. Biaya Penggantian Fasilitas Fasilitas Mekanikal 567,645 2,270,578 2,838,223
(Biaya Konstruksi Langsung) Fasilitas Elektrikal 487,397 487,397 974,795
(dari 2013-2050) Sub-total 1,055,042 2,757,976 3,813,018
b. Biaya Konstruksi Tidak Langsung 13% dari Biaya Konstruksi Langsung 137,155 358,537 495,692
B. Biaya Teknis (Engineering Cost) 7% dari Biaya Konstruksi Langsung 73,853 193,058 266,911
C. Kontingensi Fisik5% dari Total Biaya Konstruksi Langsung dan Tidak Langsung
59,610 155,826 215,435
1,325,660 3,465,396 4,791,057
D. Pajak Pertambahan Nilai 10% 132,566 346,540 479,106
1,458,226 3,811,936 5,270,162
Total
Grand Total
Perihal
Biaya
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 18
Table A1-3 Total Biaya Modal Investasi yang diperlukan untuk Proyek Pengembangan Pengolahan Lumpur On-site Jangka Pendek, Menengah dan Panjang
<Biaya Awal> Unit : Dalam Juta Rupiah
Mata Uang Lokal
Mata Uang Asing
Total
A. Biaya Konstruksi 343,172 208,073 551,245
a. Biaya Konstruksi Langsung 303,692 184,135 487,827
(1) Pekerjaan Sipil dan Bangunan 242,393 0 242,393
(2) Fasilitas Mekanikal 16,812 184,135 200,948
(3) Fasilitas Elektrikal 44,486 0 44,486
b. Biaya Konstruksi Tidak Langsung 13% dari Biaya Konstruksi Langsung 39,480 23,938 63,418
B. Biaya Teknis (Engineering Cost) 7% dari Biaya Konstruksi Langsung 21,258 12,889 34,148
C. Kontingensi Fisik5% dari Total Biaya Konstruksi Langsung dan Tidak Langsung
17,159 10,404 27,562
D. Biaya Penggunaan Lahan 0 0 0
381,589 231,366 612,955
E. Pajak Pertambahan Nilai 10% 38,159 23,137 61,295
419,748 254,503 674,250
Items
Biaya
Total
Grand Total <Fasilitas Pengganti (2013-2050)>
Unit : Dalam Juta Rupiah
Mata Uang Lokal
Mata Uang Asing
Total
A. Biaya Konstruksi 71,018 177,728 248,747
a. Biaya penggantian fasilitas Fasilitas Mekanikal 14,360 157,282 171,642
(dari 2013-2050) Fasilitas Elektrikal 48,488 0 48,488
Sub-total 62,848 157,282 220,130
b. Biaya Konstruksi Tidak Langsung 13% dari Biaya Konstruksi Langsung 8,170 20,447 28,617
B. Biaya Teknis (Engineering Cost) 7% dari Biaya Konstruksi Langsung 4,399 11,010 15,409
C. Kontingensi Fisik5% dari Total Biaya Konstruksi Langsung dan Tidak Langsung
3,551 8,886 12,437
78,969 197,624 276,593
D. Pajak Pertambahan Nilai 10% 7,897 19,762 27,659
86,865 217,387 304,252
Total
Grand Total
Items
Biaya
A2. Evalusi Ekonomi dan Keuangan
A2.1 Evaluasi Ekonomi
Apakah proyek M/P mempunyai distribusi sumber daya yang optimal dari sudut pandang ekonomi nasional atau tidak akan diverifikasi dengan kalkulasi dari Net Present Value (NPV), Rasio Keuntungan/Biaya (Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio)) dan Tingkat Pengembalian (Economic Internal Rate of Return (EIRR)).
Target analisis ekonomi adalah rencana sewerage (off-site) dan on-site rencana jangka pendek (2012 – 2020) dan rencana jangka menengah (2021 – 2030).
Secara nyata, untuk off-site, proyek zona No.1 & No.6 (jangka pendek) dan No.4, No.5, No.8 & No.10 (jangka menengah) ditetapkan sebagai target dari analisis. Sedangkan untuk on-site, pengembangan instalasi pengolahan lumpur on-site baru di daerah Selatan, rehabilitasi dan perluasan IPLT yang ada, dan integrasi dengan IPAL yang baru dibangun, dan pengolahan bersama untuk lumpur on-site di IPAL terpusat (off-site) ditetapkan sebagai target.
Hasil dari analisis ekonomi, NPV, B/C dan EIRR dapat dilihat pada Tabel A2-1.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV M/P Baru NMP - 19
Tabel A2-1 Hasil Analisis Ekonomi Rasio Cost/Benefit (Rasio B/C) 1.07 *Net Present Value (NPV) 1,234,803 Juta Rupiah Economic Internal Rate of Return (EIRR) 13.9 % *Tingkat Diskonto Proyek = 12%
Dari tabel di atas, rasio B/C melebihi 1.0 dan NPV melebihi nol. Dan juga, karena EIRR adalah 13.9%, yang mana melebihi 12%, ditetapkan sebagai peluang biaya modal yang mengindikasikan keuntungan yang terbatas terkait modal untuk pembangunan publik, Proyek dipertimbangkan layak secara ekonomi.
(1) Evaluasi Keuangan/Finansial
Analisis keuangan dilaksanakan untuk mengevaluasi apakah proyek yang ditetapkan oleh M/P baru layak secara finansial atau tidak. Hasil analisis finansial dievaluasi oleh perhitungan Net Present Value (NPV), Rasio Keuntungan/Biaya (B/C Ratio) dan Financial Internal Rate of Return (FIRR).
Proyek Sewerage (off-site) adalah target analisis finansial.
Zona No.1 dan No.6, yang merupakan proyek prioritas dari M/P Baru, adalah target analisis finansial. Analisis finansial dilaksanakan untuk mengevaluasi apakah proyek layak secara finansial untuk pembayaran kembali 35% dari biaya konstruksi, mengasumsikan 35% dari biaya konstruksi diadakan melalui pinjaman, dan sisa 65% tidak perlu dibayarkan kembali karena hal itu tergantung kepada subsidi. Tabel A2-2 menunjukkan hasil analisis finansial.
Tabel A2-2 Hasil Analisis Finansial (Rangkuman) Perihal
Evaluasi Satuan
Zona No.1 Zona No.6 Zona No.1 and Zona No.6 Kriteria Evaluasi Kasus1 Kasus2 Kasus1 Kasus2 Kasus1 Kasus2
Rasio Keuntunga/
Biaya
- 0.71 1.83 0.40 1.03 0.54 1.38 B/C Ratio>1
Evaluasi N.F.F. F.F. N.F.F. F.F. N.F.F. F.F.
NPV
Dalam Juta Rupiah
-1,397,280 4,028,732 -3,677,844 175,741 -5,075,124 4,204,473 NPV>0
Evaluasi N.F.F. F.F. N.F.F. F.F. N.F.F. F.F.
FIRR % -9.16% 9.66% No solution 1.57% No solution 5.79% FIRR>r
Evaluasi N.F.F. F.F. N.F.F. F.F. N.F.F. F.F. r=1.15%
Evaluasi Keuangan N.F.F. F.F. N.F.F. F.F. N.F.F. F.F.
Catatan: F.F. = Financially Feasible, N.F.F. = Not Financially Feasible
Hasil analisis keuangan menunjukkan bahwa semua proyek pada zona No.1 dan zona No.6 memerlukan peningkatan tarif Sewerage secara bertahap, dan bahwa keuntungan proyek sistem Sewerage dapat diamankan dengan menaikkan tarif sebesar 30% setiap 3 tahun dari tahun 2016, dan pada akhirnya meningkat mencapai kira-kira 3 kali lipat dari tingkat tarif saat ini secara bertahap melalui 4 kali revisi pada tahun 2025 (kasus 2).
Selain itu, hasil analisis untuk Zona No.1 dan Zona No.6 sebagai sebuah bisnis tunggal seperti yang ditunjukkan pada tabel. Hasilnya menunjukkan bahwa FIRR dapat diamankan 5.79% jika tarif Sewerage dinaikkan.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) i
PROYEK UNTUK PENGEMBANGAN KAPASITAS SEKTOR AIR LIMBAH MELALUI
PENINJAUAN MASTER PLAN PENGELOLAAN AIR LIMBAH DI DKI JAKARTA
LAPORAN AKHIR (FINAL REPORT)
LAPORAN UTAMA (MAIN REPORT)
Daftar Isi FOTO PETA LOKASI AREA STUDI DAFTAR LAPORAN
MASTER PLAN BARU ..................................................................................................................... NMP-1 DAFTAR ISI .................................................................................................................................................. i DAFTAR TAMBAR DAN GAMBAR ....................................................................................................... ix SINGKATAN DAN UNIT .......................................................................................................................... xx
Page
PART-A PENDAHULUAN ................................................................................................................. A-1 A1 Latar Belakang Proyek .......................................................................................................... A-1 A2 Tujuan Proyek ........................................................................................................................ A-2
A2.1 Pendahuluan ................................................................................................................................ A-2 A2.2 Kebutuhan untuk Pengembangan Undang-undang Air Limbah dan Peraturan terkait sebagai
Output-1 ...................................................................................................................................... A-2 A2.3 Proses untuk Mencapai Output-2 ................................................................................................ A-3
A3 Area Proyek ............................................................................................................................ A-4 A4 Tahun Target Master Plan Baru .......................................................................................... A-6 A5 Definisi Istilah ......................................................................................................................... A-6
PART-B DATA DAN INFORMASI ................................................................................................... B-1 B1 Kondisi Terkini dan Permasalahan pada Sektor Pembuangan Limbah dan Sanitasi di
Indonesia .................................................................................................................................. B-1 B1.1 Total Sistem Pengelolaan dan Pengawasan pada Sektor Pembuangan Limbah dan Sanitasi di
Indonesia ..................................................................................................................................... B-1 B1.2 Kebijakan dan Strategi ................................................................................................................ B-1
B1.2.1 BAPPENAS (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional) ........................................ B-1 B1.2.2 Kementerian Pekerjaan Umum (Kementrian PU) ............................................................... B-2 B1.2.3 Pemerintah DKI Jakarta ...................................................................................................... B-2 B1.2.4 PD PAL JAYA .................................................................................................................... B-3
B1.3 Organisasi dan Institusi ............................................................................................................... B-3 B1.3.1 Kementerian Pekerjaan Umum ........................................................................................... B-3 B1.3.2 DKI Jakarta ......................................................................................................................... B-3 B1.3.3 PD PAL JAYA .................................................................................................................... B-7 B1.3.4 Pembagian Tugas mengenai Pengelolaan Air Limbah ...................................................... B-12 B1.3.5 Evaluasi DKI Jakarta dan PD PAL JAYA ........................................................................ B-16
B1.4 Anggaran ................................................................................................................................... B-22 B1.4.1 Kementerian Pekerjaan Umum ......................................................................................... B-22 B1.4.2 DKI Jakarta ....................................................................................................................... B-23 B1.4.3 PD PAL JAYA .................................................................................................................. B-26
B1.5 Peraturan untuk Pencemaran Air ............................................................................................... B-34 B1.5.1 Standar Lingkungan Hidup ............................................................................................... B-34 B1.5.2 Standar Kualitas Air Limbah (Peraturan Gubernur No. 122 tahun 2005) ......................... B-34 B1.5.3 Standar Kualitas Air Tanah (Kementerian Kesehatan) ..................................................... B-35
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) ii
B1.5.4 Standar Kualitas Air Limbah untuk Sambungan ke Pipa Saluran Pembuangan di DKI Jakarta ............................................................................................................................... B-36
B1.6 Mayoritas Permasalahan mengenai Pengelolaan Air Limbah ................................................... B-39 B1.6.1 Situasi Terkini dan Permsalahan ....................................................................................... B-39 B1.6.2 Permasalahan dan Pertimbangan pada Master Plan .......................................................... B-41 B1.6.3 Kebijakan Dasar yang Harus Dipertimbangkan mengenai Peningkatan Pengelolaan Air
Limbah .............................................................................................................................. B-42 B1.6.4 Permasalahan dan Kondisi Terkini pada Struktur Organisasi ........................................... B-43
B2 Kondisi Sosio Ekonomi ......................................................................................................... B-45 B2.1 Pemanfaatan Tata Ruang (Penggunaan Lahan) ......................................................................... B-45
B2.1.1 Sistem Kendali Pemanfaatan Tata Ruang Spatial ............................................................. B-45 B2.1.2 Situasi Penggunaan Lahan ................................................................................................ B-54
B2.2 Hasil Survei Sosial-Ekonomi .................................................................................................... B-56 B2.2.1 Metodologi Survei Sosial-Ekonomi .................................................................................. B-56 B2.2.2 Tingkat Pendapatan dan Pembagian Penduduk Menurut Tingkat Pendapatannya ........... B-56 B2.2.3 Perilaku Masyarakat untuk Pasokan Air ........................................................................... B-58 B2.2.4 Perilaku Masyarakat untuk Sanitasi .................................................................................. B-59 B2.2.5 Keinginan untuk Layanan Pembuangan Limbah dan Sanitasi
(Warga dan Kepala Kelurahan) ............................................................................................. 60 B2.2.6 Kesediaan untuk Membayar dan Keterjangkauan dalam Membayar ................................ B-63
B3 Kondisi Lingkungan .............................................................................................................. B-64 B3.1 Kondisi Alam ............................................................................................................................ B-64
B3.1.1 Suhu, Kelembaban dan Curah Hujan ................................................................................ B-64 B3.1.2 Garis Besar Fitur Geografis dan Air Tawar ...................................................................... B-65
B3.2 Kualitas Air Sungai dan Aliran ................................................................................................. B-66 B3.2.1 Hasil Survei Kualitas Air Sungai (JICA) .......................................................................... B-66 B3.2.2 Data untuk Kualitas Air Sungai dan Aliran (oleh BPLHD) .............................................. B-78 B3.2.3 Ringkasan Survei Kualitas Air .......................................................................................... B-81
B3.3 Kualitas Air Tanah dan Level Air Tanah .................................................................................. B-81 B3.3.1 Kualitas Air Tanah ............................................................................................................ B-81 B3.3.2 Data Level Air Tanah (Kementerian Pertambangan dan Energi) ..................................... B-82
B3.4 Penyakit yang Ditularkan oleh Air ............................................................................................ B-87 B3.5 Sumber Pencemaran Non-Poin ................................................................................................. B-89
B3.5.1 Air Limbah dari Daerah Kumuh ....................................................................................... B-89 B3.5.2 Situasi Terkini dari Pengolahan Air Limbah di Daerah Kumuh Slum .............................. B-99 B3.5.3 Pembuangan Limbah Padat (Sampah) ............................................................................ B-100 B3.5.4 Tindakan untuk Mengatasi Sumber Beban Pencemaran Non-Titik pada Masa yang Akan
Datang ............................................................................................................................. B-101 B3.6 Penurunan Tanah ..................................................................................................................... B-102
B4 Kondisi Terkini dan Permasalahan Sanitasi Off-site ....................................................... B-106 B4.1 Fasilitas Sanitasi Off-site yang Ada yang Dibangun dalam Skema JSSP ............................... B-106
B4.1.1 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ........................................................................ B-106 B4.1.2 Stasiun Pemompaan ........................................................................................................ B-110 B4.1.3 Jaringan Sewer ................................................................................................................ B-110
B4.2 IPAL Individu untuk Entitas Komersial dan Institusional ...................................................... B-112 B4.2.1 Operasionalisasi IPAL individu oleh PD PAL JAYA .................................................. B-112 B4.2.2 IPAL Individu yang Dibangun oleh DPU DKI Jakarta ................................................... B-115 B4.2.3 IPAL Individu yang Dibangun Pihak Lain ..................................................................... B-121
B4.3 Komunitas Sistem Pengolahan On-site ................................................................................... B-132 B4.3.1 Garis Besar Sumber Emisi Air Limbah ........................................................................... B-132
B4.4 Kondisi Pengoperasian dan Pengembangan (O&M) yang Ada .............................................. B-133 B4.4.1 O&M untuk Sanitasi Off-site .......................................................................................... B-133 B4.4.2 Kondisi Terkini Database GIS ........................................................................................ B-141
B5 Situasi Terkini Sanitasi On-site .......................................................................................... B-147 B5.1 Situasi Terkini Fasilitas Sanitasi On-siteyang Dibangun oleh JSSP ....................................... B-147
B5.1.1 Status Terkini .................................................................................................................. B-147 B5.1.2 Pembelajaran ................................................................................................................... B-147
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) iii
B5.2 Kondisi Terkini Fasilitas Sanitasi On-siteLainnya .................................................................. B-147 B5.2.1 Toilet di Perumahan Individu .......................................................................................... B-148 B5.2.2 Toilet Umum ................................................................................................................... B-151 B5.2.3 Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) .................................................................... B-153 B5.2.4 Situasi Terkini Industri Manufaktur Fasilitas Pengolahan Air Limbah On-site di Indonesia ... ........................................................................................................................................ B-160 B5.2.5 SANIMAS ....................................................................................................................... B-163
B5.3 Pengolahan On-site di Kepulauan Seribu ................................................................................ B-166 B5.3.1 KarakteristikKepulauan Seribu ....................................................................................... B-166 B5.3.2 Pengolahan On-site yang Ada di Pulau Untung Jawa ..................................................... B-166 B5.3.3 Saran untuk Pengolahan Air Limbah di Kepulauan Seribu ............................................ B-167
B5.4 Permasalahan Utama Sistem On-site ...................................................................................... B-168 B5.4.1 Polusi Air Tanah oleh Septic Tank ................................................................................. B-168 B5.4.2 Peningkatan Septic Tank (Perbandingan Tipe Konvensional dan Modifikasi) ............... B-168 B5.4.3 Pengenalan Penyedotan Berkala ..................................................................................... B-171
B5.5 Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) ......................................... B-173 B5.6 Kondisi di Negara Berkembang Lainnya ................................................................................ B-174
B6 Kondisi Terkini Sistem Drainase ....................................................................................... B-174 B6.1 Pengalaman Banjir di DKI Jakarta .......................................................................................... B-174 B6.2 Rencana Penanggulangan Banjir yang Ada ............................................................................ B-177 B6.3 Kondisi Terkini Sistem Drainase ............................................................................................ B-177 B6.4 Kondisi Terkini Fasilitas Drainase .......................................................................................... B-179 B6.5 Proyek yang Sudah Ada dan Rencana Proyek di Masa Depan ............................................... B-181
B7 Situasi Terkini Sistem Pemasok Air .................................................................................. B-183 B7.1 Situasi Terkini Layanan Pemasok Air ..................................................................................... B-183 B7.2 Kapasitas Fasilitas Pemasok Air ............................................................................................. B-183 B7.3 Distribusi Air ........................................................................................................................... B-185 B7.4 Konsumsi Air per Kapita ........................................................................................................ B-185 B7.5 Struktur Tarif Air .................................................................................................................... B-186
B8 Kegiatan Donor Asing di Bidang Sanitasi dan Sewerage di DKI Jakarta ..................... B-187 B8.1 Donor Utama di Bidang Sanitasi dan Pembuangan Limbah di Indonesia .............................. B-187 B8.2 Kegiatan para Pendonor Utama ............................................................................................... B-187
B8.2.1Program Sanitasi dan Air Minum / Water and Sanitation Program (WSP)/ Bank Dunia .. B-187 B8.2.2 Asian Development Bank (ADB) ................................................................................... B-188 B8.2.3 USAID ............................................................................................................................ B-188 B8.2.4 USDP (Program Pengembangan Sanitasi Kota) ............................................................. B-189
B9 Peninjauan Kembali MasterPlan Lama tentang Manajemen Air Limbah di DKI Jakarta ............................................................................................................................................... B-189
B9.1 Peninjauan Kembali Studi Drainase di Perkotaan dan Proyek Pembuangan Air Limbah di Jakarta (1991, oleh JICA) .................................................................................................................... B-189
B9.1.1 Tujuan Peninjauan Kembali (Review) ............................................................................ B-189 B9.1.2 Kebijakan Peninjauan Ulang M/P Lama ......................................................................... B-189 B9.1.3 Garis Besar M/P Lama .................................................................................................... B-191 B9.2 Jakarta Air limbah Development Project (JWDP2001) .................................................. B-193 B9.2.1 Latar Belakang ................................................................................................................ B-193 B9.2.2 JWDP 2001 ..................................................................................................................... B-193 B9.3 Peninjauan Kembali Master Plan dan Detail Desain untuk Proyek Pengembangan Air
Limbah Jakarta (Peninjauan Kembali Master Plan 2009) ............................................... B-196 B9.3.1 Latar Belakang ................................................................................................................ B-196 B9.3.2 Sifat-sifat Umum Daerah Penelitian ............................................................................... B-197 B9.3.3 Analisis PopulasipadaPeninjauan Kembali M/P 2009 .................................................... B-198 B9.3.4 Tingkat Layanan ............................................................................................................. B-198 B9.3.5 Kesejajaran Pipa Sewerage ............................................................................................. B-199 B9.3.6 IPAL ................................................................................................................................ B-199 B9.3.7 Tahap Perencanaan ......................................................................................................... B-200
B10 Pengalaman pada Proyek Serupa ...................................................................................... B-201
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) iv
PART-C PERTIMBANGAN DASAR PERENCANAAN DAN DESAIN ......................... C-1 C1 Pertimbangan Perencanaan .................................................................................................. C-1
C1.1 Pembagian Wilayah Off-site dan Wilayah On-site ..................................................................... C-1 C1.2 Rencana Tata Guna Lahan Pada Masa yang akan datang (RTRW2030) .................................... C-1
C1.2.1 Pertimbangan Perencanaan ................................................................................................. C-1 C1.3 Proyeksi Populasi Pada Masa yang akan Datang dan Pendistribusiannya pada Wilayah ProyekC-5 C1.4 Rasio Cakupan Sewerage ............................................................................................................ C-9
C2 Pertimbangan Desain ........................................................................................................... C-10 C2.1 Sistem Pengumpulan Air Limbah ............................................................................................. C-10 C2.2 Proses Pengolahan Air Limbah ................................................................................................. C-12 C2.3 Proses Pengolahan Lumpur Tinja dan Penyedotan ................................................................... C-13
C3 Material Konstruksi/Peralatan dan Konstruksi ................................................................ C-15 C3.1 Material untuk Pipa Sewer ........................................................................................................ C-15 C3.2 Metode Konstruksi Pipa ............................................................................................................ C-16
C3.2.1 Klasifikasi Metode Lining................................................................................................. C-16 PART-D PERUMUSAN MASTER PLAN ............................................................................. D-1 D1 Pertimbangan Umum ............................................................................................................. D-1
D1.1 Tingkat Perumusan Master Plan ................................................................................................. D-1 D1.2 Target Peningkatan ...................................................................................................................... D-1
D2 Zona dan Sub-Zona Sewerage yang Diusulkan ................................................................... D-2 D2.1 Pemilihan Lokasi IPAL ............................................................................................................... D-2
D2.1.1 Kriteria untuk Pemilihan Lokasi ......................................................................................... D-2 D2.1.2 Fitur untuk Setiap Lokasi .................................................................................................... D-3 D2.1.3 Proses ke Depan dan Aktivitas untuk Persetujuan Calon Lokasi IPAL .............................. D-7 D2.1.4 Evaluasi Pemilihan Lokasi ................................................................................................ D-10
D2.2 Perbandingan antara M/P Lama dan M/P Baru untuk Batasan Pengembangan ........................ D-12 D2.3 Pembentukan Zona Sewerage ................................................................................................... D-12 D2.4 Zona dan Sub-Zona Sewerage................................................................................................... D-15
D2.4.1 Populasi dan Area Setiap Zona Sewerage ......................................................................... D-15 D2.4.2 Kepadatan Penduduk Setiap Zona Sewerage .................................................................... D-15
D2.5 Prioritas Zona Sewerage ........................................................................................................... D-19 D2.5.1 Faktor untuk Menetapkan Prioritas Zona Sewerage ......................................................... D-19 D2.5.2 Evaluasi Secara Kuantitatif dan/atau Kualitatif untuk Setiap Zona Dengan Menggunakan
Indikator ............................................................................................................................ D-19 D2.5.3 Prioritas Zona Sewerage dan Penetapan Area Proyek yang Diprioritaskan ...................... D-28 D2.5.4 Peringkat Prioritas untuk Zona Sewerage dalam Target Tahun Pengembangan ............... D-28
D3 Kuantitas & Kualitas Air Limbah dan Beban Pencemaran ............................................. D-29 D3.1 Air Limbah yang Dihasilkan ..................................................................................................... D-29 D3.2 Estimasi Nilai Konsumsi Air..................................................................................................... D-29 D3.3 Beban Pencemaran .................................................................................................................... D-30
D4 Keseimbangan Massa Air Limbah ..................................................................................... D-31 D4.1 Menetapkan Unit Dasar ............................................................................................................. D-31 D4.2 Penetapan Kondisi Desain Setiap Fasilitas dan Penetapan Kondisi Sekarang Ini..................... D-32
D4.2.1 Septic Tanks ...................................................................................................................... D-32 D4.2.2 IPAL Individu ................................................................................................................... D-34
D4.3 Keseimbangan Volume BOD dan Unsur Padatan di DKI Jakarta ............................................ D-35 D4.4 Perubahan BOD dan SS (Volume Padatan) Akibat dari Dilakukannya Berbagai Tindakan..... D-39
D4.4.1 Tindakan ........................................................................................................................... D-39 D4.4.2 Estimasi Perubahan BOD dan SS ..................................................................................... D-39
D4.5 Setting Short-term, Medium-term, and Long-term Targets and BOD/SS Mass Balance.......... D-40 D4.5.1 Current Situation of River BOD and Target Setting ......................................................... D-40 D4.5.2 Nilai Target yang Ditetapkan untuk Setiap Tindakan ....................................................... D-41 D4.5.3 Gambaran Umum dari Tahun Target ................................................................................ D-41
D5 Pengenalan Penyedotan Lumpur Secara Berkala ............................................................. D-43 D5.1 Pertimbangan Dasar pada Sistem Pengolahan On-site Domestik di DKI Jakarta ..................... D-43 D5.2 Prior Examples of Regular Sludge Extraction Systems ............................................................ D-44
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) v
D5.2.1 Sejarah Pengambilan Lumpur Secara Berkala di Malaysia .............................................. D-45 D5.2.2 Hukum dan Sistem untuk Pengambilan Lumpur Secara Berkala ..................................... D-46 D5.2.3 Biaya dan Denda ............................................................................................................... D-46 D5.2.4 Penyedotan Lumpur Secara Berkala IWK ........................................................................ D-47
D5.3 Tindakan untuk Memperkenalkan Sistem Penyedotan Lumpur di DKI Jakarta ....................... D-48 D5.3.1 Pengembangan Hukum, Peraturan, Pedoman, dan Lainnya ............................................. D-48 D5.3.2 Pengembangan Sumber Haria Manusia ............................................................................ D-49 D5.3.3 Rencana Pengenalan Penyedotan Lumpur Secara Berkala ............................................... D-49
D6 Kriteria Desain ..................................................................................................................... D-50 D6.1 Sistem Terpusat (Off-site) ......................................................................................................... D-50
D6.1.1 Kondisi Hidrolik ............................................................................................................... D-50 D6.1.2 Sewers dan Manholes ........................................................................................................ D-50 D6.1.3 Faktor Beban untuk IPAL ................................................................................................. D-51 D6.1.4 Fasilitas Pompa ................................................................................................................. D-51 D6.1.5 IPAL .................................................................................................................................. D-52
D6.2 Sistem Pengolahan Setempat (On-site) ..................................................................................... D-62 D6.3 IPAL Individu (ITP: Individual Treatment Plant) ..................................................................... D-63
D6.3.1 Rangkuman Kondisi Saat Ini dan Permasalahannya ......................................................... D-63 D6.3.2 Permasalahan dan Tindakan Penanggulangan .................................................................. D-65
D7 Rencana Layout dan Fasilitas Sistem Off-site (Sewerage) ............................................... D-71 D7.1 Usulan Rencana ......................................................................................................................... D-71
D7.1.1 Usulan Rencana untuk Jaringan Sewer ............................................................................. D-71 D7.1.2 Usulan Rencana untuk IPAL ............................................................................................. D-73
D7.2 Rencana Fasilitas pada Fasilitas IPAL Utama di Daerah Proyek yang Diprioritaskan ............. D-75 D7.2.1 Garis Besar Daerah Proyek yang Diprioritaskan .............................................................. D-75 D7.2.2 Rencana Fasilitas untuk Fasilitas Sewer ........................................................................... D-76 D7.2.3 Rencana Fasilitas untuk IPAL ........................................................................................... D-81 D7.2.4 Biaya Konstruksi dan O&M pada Rencana Pengembangan Off-site ................................ D-88
D8 Rencana, Desain, dan O&M pada Sistem Sanitasi On-site .............................................. D-89 D8.1 Dasar Kebijakan Rencana Peningkatan Sistem Pengolahan On-site ......................................... D-89 D8.2 Rencana Peningkatan Fungsi Septic Tank ................................................................................ D-89
D8.2.1 Struktur Septic Tank ......................................................................................................... D-89 D8.3 Instalasi Pengolahan Lumpur .................................................................................................... D-90
D8.3.1 Metode Pengolahan Lumpur ............................................................................................. D-90 D8.3.2 Rencana Fasilitas Instalasi Pengolahan Lumpur (IPLT) ................................................... D-93 D8.3.3 Rencana Penggunaan Lumpur ......................................................................................... D-105
D9 Implementasi Program ...................................................................................................... D-105 D9.1 Biaya Konstruksi dan Operasional .......................................................................................... D-105
D9.1.1 Off-site (Sewerage System) ............................................................................................ D-105 D9.1.2 On-site ............................................................................................................................. D-108 D9.1.3 Total Biaya Konstruksi, Operasional dan Pemeliharaan dari Off-Site dan On-Site ....... D-110
D9.2 Pertimbangan Prioritas ............................................................................................................ D-111 D9.2.1 Sistem Off-Site ................................................................................................................ D-111 D9.2.2 Sistem On-Site ................................................................................................................ D-112
D9.3 Pertimbangan Investasi Modal ................................................................................................ D-112 D9.3.1 Sumber Dana yang Potensial .......................................................................................... D-112 D9.3.2 Ukuran yang Diusulkan dari Investasi Modal ................................................................. D-114
D9.4 Jadwal Implementasi ............................................................................................................... D-115 D9.4.1 Proyek Pengembangan Sewerage (Off-site) ................................................................... D-115 D9.4.2 Rencana Pengembangan Fasilitas Pengolahan Lumpur (IPLT) On-site ......................... D-121
PART-E EVALUASI EKONOMI DAN KEUANGAN ........................................................ E-1 E1 Latar Belakang Metodologi .................................................................................................... E-1 E2 Evaluasi Ekonomi .................................................................................................................... E-1
E2.1 Target Analisis Ekonomi ............................................................................................................. E-2 E2.2 Indeks Analisis Ekonomi ............................................................................................................ E-2 E2.3 Prasyarat Analisis Ekonomi ........................................................................................................ E-2
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) vi
E2.3.1 Target Proyek ...................................................................................................................... E-2 E2.3.2 Jangka Waktu Proyek (Analisis Jangka Waktu) ................................................................. E-3 E2.3.3 Tingkat Diskon Proyek ....................................................................................................... E-3 E2.3.4 Shadow Exchange Rate (SER) ............................................................................................ E-3
E2.4 Perhitungan Biaya ....................................................................................................................... E-4 E2.5 Perhitungan Manfaat/Keuntungan ............................................................................................... E-6
E2.5.1 Perhitungan Proforma untuk Manfaat ................................................................................. E-6 E2.5.2 Asumsi Kondisi untuk Perhitungan Proforma Manfaat ...................................................... E-6
E2.6 Evaluasi Ekonomi ..................................................................................................................... E-12 E2.6.1 Biaya dan Manfaat Hasil Perhitungan ............................................................................... E-12 E2.6.2 NPV, Rasio B/C dan EIRR ............................................................................................ E-13
E3 Evaluasi Finansial .................................................................................................................. E-14 E3.1 Target Analisis Finansial ........................................................................................................... E-14 E3.2 Index Analisis Financial ............................................................................................................ E-14 E3.3 Prasayarat Analisis Keuangan ................................................................................................... E-14
E3.3.1 Sasaran Proyek .................................................................................................................. E-14 E3.3.2 Usia Proyek (Analisis jangka waktu) ................................................................................ E-14 E3.3.3 Tingkat Diskon Proyek ..................................................................................................... E-15 E3.3.4 Tingkat Inflasi ................................................................................................................... E-15
E3.4 Pendanaan ................................................................................................................................. E-15 E3.4.1 Pendanaan biaya Konstruksi ............................................................................................. E-15 E3.4.2 Pendanaan biaya O&M ..................................................................................................... E-16
E3.5 Penghitungan Biaya .................................................................................................................. E-16 E3.6 Perhitungan Keuntungan/Manfaat ............................................................................................. E-18
E3.6.1 Nilai Unit Tarif pendapatan Sewerage per volume air limbah .......................................... E-18 E3.6.2 Kenaikan Tarif Sewerage .................................................................................................. E-18 E3.6.3 Rasio Pengumpulan Tarif .................................................................................................. E-21 E3.6.4 Perhitungan Manfaat/Keuntungan (Pendapatan tarif Sewerage) ...................................... E-23
E3.7 Hasil Analisis Finansial ............................................................................................................. E-24 E3.7.1 Zona No.1 ......................................................................................................................... E-24 E3.7.2 Zona No.6 ......................................................................................................................... E-26 E3.7.3 Evaluasi Finansial (Rangkuman) ...................................................................................... E-27
E3.8 Sumber Pendanaan .................................................................................................................... E-28 E3.8.1 Target Pendanaan .............................................................................................................. E-28 E3.8.2 Sumber Pendanaan yang Memungkinkan ......................................................................... E-28 E3.8.3 Pembagian Pendanaan antara Pemerintah Pusat dan DKI Jakarta .................................... E-29 E3.8.4 PPP untuk Proyek Sewerage dan Air dalam Negara Berkembang .................................... E-29 E3.8.5 Pilihan PPP yang Memungkinkan untuk Proyek Sewerage di DKI Jakarta...................... E-34
E4 Biaya Tarif (Charge) Sewerage dan Pengumpulannya ...................................................... E-35 E4.1 Prospek dari Revisi Tarif Air Limbah di DKI Jakarta .............................................................. E-35 E4.2 Kasus dari Biaya Tarif Sewerage dan Pengumpulannya di Bali (BLUPAL: Badan Layanan
Umum dari Pengelolaan Air Limbah) ....................................................................................... E-35 E4.2.1 Rangkuman Proyek Pengembangan Sewerage di Denpasar ............................................. E-35 E4.2.2 Biaya Tarif Sewerage dan Metode Pengumpulan ............................................................. E-36 E4.2.3 Usulan untuk Biaya Tarif Sewerage dan Pengumpulannya .............................................. E-38
PART-F EVALUASI DENGAN PERTIMBANGAN LINGKUNGAN SOSIAL .............. F-1 F1 Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) di Indonesia ....................................................... F-1 F2 Sektor AMDAL yang Terkait dengan Proyek dalam M/P Baru ........................................ F-7 F3 Pertimbangan Lingkungan Hidup dan Sosial ...................................................................... F-8 F4 Evaluasi Rencana Alternatif Berdasarkan Dampak terhadap Lingkungan Hidup dan
Sosial ....................................................................................................................................... F-10 F5 Prosedur yang Dibutuhkan bagi Proyek-proyek yang Diusulkan pada M/P Baru ......... F-11 F6 Evaluasi Awal Lingkungan (EAL) ....................................................................................... F-12 F7 Metode Mitigasi dan/atau Minimialisasi yang Dibutuhkan .............................................. F-16
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) vii
PART-G PERTIMBANGAN KELEMBAGAAN ................................................................ G-1 G1 Dasar Filosofis......................................................................................................................... G-1 G2 Masalah-masalah Kelembagaan Terkini ............................................................................. G-2
G2.1 Subyek Pengelolaan Air Limbah ................................................................................................. G-2 G2.2 Subyek Lembaga Pengelolaan Air Limbah ................................................................................. G-2
G3 Kerangka Kelembagaan ........................................................................................................ G-4 G3.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ G-4 G3.2 Ruang Lingkup Kerangka Peningkatan Kelembagaan ................................................................ G-5 G3.3 Dasar Peningkatan Kelembagaan ................................................................................................ G-5 G3.4 Perihal Pemeriksaan Rencana Peningkatan Kelembagaan .......................................................... G-5 G3.5 Rencana Kerangka Peningkatan Kelembagaan ........................................................................... G-7 G3.6 Persiapan Pembentukan Kerangka Peningkatan Kelembagaan untuk Pengelolaan Air Limbah /
Lumpur ........................................................................................................................................ G-9 G4 Hukum dan Regulasi ............................................................................................................ G-10
G4.1 Latar Belakang .......................................................................................................................... G-10 G4.2 Peninjauan dan Penerbitan Ketetapan dan Regulasi ................................................................. G-10
G5 Manajemen Pengolahan Off-site dan On-site .................................................................... G-11 G5.1 Pengolahan Off-site dan On-site ............................................................................................... G-11 G5.2 Manajemen Pengolahan Limbah Off-site.................................................................................. G-12 G5.3 Manajemen Pengolahan Limbah On-site .................................................................................. G-12
G6 Pengembangan Sumber Daya Manusia .............................................................................. G-12 G6.1 Stabilisasi Peningkatan Pekerja dan Pengolahan ...................................................................... G-12
G7 Keterlibatan Sektor Privat .................................................................................................. G-13 G7.1 Dasar Kebijakan ........................................................................................................................ G-13 G7.2 Konsep Dasar PPP..................................................................................................................... G-13
G7.2.1 Klasifikasi Dasar Sektor Privat ......................................................................................... G-13 G7.2.2 Skema Proyek Pemanfaatan Sektor Swasta (Semua Proyek Infrastruktur) ...................... G-14
G7.3 Peraturan PPP di Indonesia dan Status Terkini ......................................................................... G-16 G7.3.1 Peraturan PPP di Indonesia ............................................................................................... G-16 G7.3.2 Format Dasar PPP ............................................................................................................. G-16 G7.3.3 Kasus-Kasus Proyek PPP .................................................................................................. G-18 G7.3.4 Cara Penawaran/Bid dalam Proyek PPP ........................................................................... G-19 G7.3.5 Mengenai Viabilitas Kesenjangan Pendanaan (VKP: Dukungan Pemerintah) ................. G-19 G7.3.6 Mengenai Entitas Penjamin Infrastruktur ......................................................................... G-20 G7.3.7 Kesalahan dan Permasalahan dalam Proyek Penyediaan Air Bersih Terdahulu ............... G-20
G7.4 Permasalahan dan Tindakan yang Diperlukan dalam Pengenalan PPP pada Proyek Sewerage G-21 G7.4.1 Dasar Kebijakan ................................................................................................................ G-21 G7.4.2 Klarifikasi Posisi PPP dalam M/P Keseluruhan ................................................................ G-22 G7.4.3 Evaluasi dan Pemilihan Skema yang Tepat ...................................................................... G-23 G7.4.4 Identifikasi Resiko dan Implementasi Melalui Tindakan Komprehensif untuk
Penanggulangan ................................................................................................................ G-23 G7.4.5 Verifikasi Kontrak / Badan Regulator ............................................................................... G-25 G7.4.6 Pembentukan Tolak Ukur Pelaksanaan Evaluasi (Indikator kinerja kunci pada Kontrak) G-25 G7.4.7 Filosofi Manajemen dan Kebijakan Terkait pada Perusahaan PPP Swasta ...................... G-30
PART-H PENDIDIKAN LINGKUNGAN DAN KEGIATAN KAMPANYE PUBLIK
SEKTOR AIR LIMBAH ........................................................................................ H-1 H1 Latar Belakang ....................................................................................................................... H-1 H2 Tujuan Kegiatan ..................................................................................................................... H-1 H3 Objektif ................................................................................................................................... H-1 H4 Usulan Kegiatan Pendidikan Lingkungan dan Kampanye Publik .................................... H-2 H5 Jadwal Pelaksanaan ............................................................................................................... H-3
PART-I PENGEMBANGAN KAPASITAS UNTUK ORGANISASI COUNTERPART . I-1 I1 Pelatihan di Jepang .................................................................................................................. I-1
I1.1 Program Manajer ........................................................................................................................... I-1 I1.2 Program Pemimpin Engineer ........................................................................................................ I-1
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) viii
I2 Kelompok Kerja ....................................................................................................................... I-5 I3 Pelatihan Pengembangan Database GIS ................................................................................ I-6
I3.1 Ikhtisar Program Pelatihan ............................................................................................................ I-7 I3.1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... I-7 I3.1.2 Target Peserta Pelatihan ........................................................................................................ I-7 I3.1.3 Tujuan Program Pelatihan ..................................................................................................... I-7 I3.1.4 Program Analisis Dasar ........................................................................................................ I-8 I3.1.5 Program Konversi Data CAD ............................................................................................... I-9
I3.2 Jadwal Pelatihan ............................................................................................................................ I-9 I3.3 Hasil Pelatihan ............................................................................................................................ I-10 I3.4 Permasalahan yang Harus Dipecahkan ....................................................................................... I-11
I3.4.1 Kebutuhan Pelatihan Berkelanjutan bagi Peserta ................................................................ I-12 I3.4.2 Kebutuhan akan Keberadaan Institusi Pengelola bagi Pengembangan Database GIS ........ I-12 I3.4.3 Kebutuhan akan Pembentukan Siklus Umpan Balik (Feedback Cycle) ............................. I-12
I4 Penilaian Pengembangan Kapasitas Melalui Proyek .......................................................... I-13 PART-J RENCANA TINDAKAN UNTUK PELAKSANAAN MASTER PLAN BARU J-1 J1 Definisi Rencana Tindakan .................................................................................................... J-1 J2 Rencana Tindakan dalam Pelaksanaaan Master Plan Baru ............................................... J-1
J2.1 Pelaksanaan Studi Kelayakan/Feasibility Study (F/S) ................................................................. J-2 J2.1.1 Garis Besar Proyek yang Diprioritaskan untuk F/S ............................................................. J-2 J2.1.2 Komponen Pelaksanaan Feasibility Study ........................................................................... J-3
J2.2 Prosedur Internal di Indonesia ...................................................................................................... J-6 J2.3 Prosedur Pinjaman ODA Jepang .................................................................................................. J-6
J3 Rencana Tindakan Pengembangan Kapasitas ..................................................................... J-6 J3.1 Dasar Kebijakan ........................................................................................................................... J-6 J3.2 Rencana Tindakan Pengembangan SDM ..................................................................................... J-7
J3.2.1 Pelatihan Manajer Teknis (Pelatihan Engineer di Luar Negeri) .......................................... J-7 J3.2.2 Pelatihan Karyawan Penanggung Jawab Operasional Khusus (Pelatihan Dasar di Fasilitas
Pengolahan Air Limbah Domestik) ..................................................................................... J-8 J3.3 Rencana Tindakan Pengembangan SDM dan Isi Pelatihan ......................................................... J-8
J3.3.1 Kapasitas Pengembangan Staf dalam Pengenalan Sistem Penyedotan Berkala pada Fasilitas Sanitasi On-site .................................................................................................................. J-10
PART-K REKOMENDASI .................................................................................................... K-1 Lampiran Lampiran – 1 List of Counterpart Lampiran – 2 Minutes of Meeting (Inception Report) Lampiran – 3 Minutes of Meeting (Interim Report) Lampiran – 4 Population and Area of Each Sewerage Zone for Kelurahan Basis Lampiran – 5 Minutes of Meeting for the General Coordination Meeting on 21st October 2011 Lampiran – 6 Letter of Governor of DKI Jakarta Lampiran – 7 Expected Sewerage System in the Reclamation Area Lampiran – 8 Answer to Comments by the Indonesian Side on 22nd March, 2012
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) ix
Daftar Tabel dan Gambar
PART-A PENDAHULUAN Tabel A2-1 Matrix Desain Proyek (MDP) ............................................................................ A-2 Tabel A2-2 Jadwal Perumusan Undang-undang Sanitasi Air Limbah dan Peraturan Terkait
sebagai Output-1 ................................................................................................ A-3 Tabel A2-3 Output Proyek dan Kegiatan .............................................................................. A-4 Tabel A3-1 Administrasi Divisi DKI Jakarta (Tahun 2010) ................................................. A-5 Tabel A5-1 Definisi Istilah yang digunakan dalam M/P Baru .............................................. A-6 Gambar A2-1 Proses yang diharapkan untuk Persetujuan oleh DKI Jakarta bagi M/P Baru .... A-3 Gambar A3-1 Batas Administratif DKI Jakarta ........................................................................ A-5
PART-B DATA DAN INFORMASI
Tabel B1-1 Total Sistem Pengelolaan dan Pengawasan pada Sektor Pembuangan Limbah dan Sanitasi di Indonesia .......................................................................................... B-1
Tabel B1-2 Jumlah Staf PD PAL JAYA…………………………………………………… . B-9 Tabel B1-3 Deskripsi Pekerjaan PD PAL JAYA (1/3) ........................................................... B-9 Tabel B1-4 Deskripsi Pekerjaan PD PAL JAYA (2/3) ........................................................... B-10 Tabel B1-5 Deskripsi Pekerjaan PD PAL JAYA (3/3) ........................................................... B-11 Tabel B1-6 Institusi yang Bertanggung Jawab terhadap Pekerjaan Off-Site (Keadaan Saat Ini)
........................................................................................................................... B-13 Tabel B1-7 Pengalihan Kepemilikan Aset Sistem Off-Site (Tahap Konstruksi dan Setelah
Dimulainya O&M) ............................................................................................. B-14 Tabel B1-8 Institusi Resmi untuk Kepemilikan dan O&M Instalasi Pengolahan Setiabudi . B-14 Tabel B1-9 Kelebihan dan Kekurangan Biaya Pembuangan Limbah yang Berdasarkan Luas
Lantai Bangunan ................................................................................................ B-18 Tabel B1-10 Perbandingan Talenta Personil di antara BPLHD, DK dan PD PAL JAYA ....... B-21 Tabel B1-11 Anggaran DKI Jakarta (2011) ............................................................................ B-23 Tabel B1-12 Anggaran BPLHD dan DK (2011) ..................................................................... B-24 Tabel B1-13 Perbandingan Rasio Kategori Anggaran antara DKI Jakarta dan Metropolitan Tokyo
........................................................................................................................... B-25 Tabel B1-14 Rasio Pendapatan, Pengeluaran, Jumlah Pelanggan, dan Luas Lantai Bangunan
Pelanggan (2005 – 2009) ................................................................................... B-27 Tabel B1-15 Rincian Pendapatan dari Tarif Pembuangan Limbah (2009) ............................. B-27 Tabel B1-16 Perbandingan Biaya Air Limbah (Pelanggan non-Rumah Tangga) antara DKI dan
Kota-kota Lainnya ............................................................................................. B-28 Tabel B1-17 Rasio O&M dan Biaya Personil (Perbandingan antara Instalasi Pengolahan Air
Limbah PD PAL JAYA dan di Jepang) ............................................................... B-29 Tabel B1-18 Standar Kualitas Air Nasional berdasarkan Tujuan Penggunaan Air Sungai ..... B-34 Tabel B1-19 Standar Kualitas Air Provinsi Berdasarkan Tujuan Penggunaan Air Sungai ..... B-35 Tabel B1-20 Standar Kualitas Limbah Cair ............................................................................ B-35 Tabel B1-21 Jenis Industri untuk Standar Kualitas Air Limbah Industri ................................ B-35 Tabel B1-22 Standar Kualitas Air Tanah untuk Penggunaan Air Minum ............................... B-36 Tabel B1-23 Standar Kualitas Air Tanah untuk Penggunaan Air Rumah Tangga ................... B-37 Tabel B1-24 Standar Kualitas Air Limbah untuk Sambungan ke Pipa Pembuangan Limbah untuk
Limbah Domestik ............................................................................................... B-37 Tabel B1-25 Standar Kualitas Air Limbah untuk Sambungan ke Pipa Pembuangan Limbah untuk
Limbah Non-Domestik ...................................................................................... B-38 Tabel B1-26 Situasi Terkini dan Permasalahan mengenai Pengelolaan Air Limbah DKI Jakarta
........................................................................................................................... B-40 Tabel B1-27 Permasalahan dan Pertimbangan pada Master Plan ........................................... B-42 Tabel B1-28 Komponen Permasalahan dan Kondisi Terkini pada Pengelolaan Air Limbah dan
Lumpur Tinja ..................................................................................................... B-44 Tabel B1-29 Kondisi dan Permasalahan Terkini pada Struktur Organisasi Pengelolaan Air Limbah
........................................................................................................................... B-44 Tabel B1-30 Kondisi dan Permasalahan Terkini pada Struktur Organisasi Pengelolaan Lumpur
Tinja ................................................................................................................... B-45
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) x
Tabel B2-1 Sistem Hukum yang Terkait dengan Perencanaan Tata Ruang .......................... B-46 Tabel B2-2 Dinas yang Mengatur Perizinan Pembangunan ................................................. B-48 Tabel B2-3 Sistem Hukum yang Terkait pada Administrasi Perizinan Pembangunan ......... B-48 Tabel B2-4 Dinas Yang Mengatur Izin Pembangunan pada Bangunan ................................ B-50 Tabel B2-5 Penilaian Dampak Lingkungan yang Diperlukan (AMDAL, UKL/UPL, SPPL) pada
Pembangunan Perumahan, Komersial/Institusional dan Industri ....................... B-53 Tabel B2-6 Perbandingan Anatar Rasio Estimasi pada Penelitian Ini dan Master Plan yang Lama
........................................................................................................................... B-57 Tabel B2-7 Rentang Pendapatan yang Diestimasi pada Setiap Tingkat Pendapatan ............ B-58 Tabel B2-8 Penggunaan Air .................................................................................................. B-58 Tabel B2-9 Volume Penggunaan Air untuk Rumah Tangga.................................................. B-59 Tabel B2-10 Instalasi Toilet Pribadi ........................................................................................ B-59 Tabel B2-11 Tujuan Akhir Air Limbah dari Toilet Pribadi ..................................................... B-59 Tabel B2-12 Frekuensi Pembuangan Lumpur Tinja ............................................................... B-60 Tabel B2-13 Toilet yang Ditempatkan untuk Orang yang Tidak Mempunyai Toilet Pribadi . B-60 Tabel B2-14 Evaluasi Kondisi Sanitasi Saat Ini ..................................................................... B-60 Tabel B2-15 Permasalahan pada Toilet Pribadi ...................................................................... B-61 Tabel B2-16 Opini Warga untuk Peningkatan Sanitasi ........................................................... B-61 Tabel B2-17 Pengetahuan tentang Dampak Kesehatan oleh jenis Septic tank Meresap ......... B-61 Tabel B2-18 Opini Kepala Kelurahan untuk Berbagi Biaya Peningkatan Septic tank ........... B-62 Tabel B2-19 Opini Kepala Kelurahan untuk Kebutuhan Sistem Pembuangan Limbah ......... B-62 Tabel B2-20 Harga-harga Kemauan Membayar pada Setiap Tingkat Pendapatan ................. B-63 Tabel B2-21 Hasil dari Responden yang Mempunyai Kemauan Membayar untuk Harga
Keterjangkauan Membayar ................................................................................ B-63 Tabel B2-22 Hasil dari Responden yang Tidak Mempunyai Kemauan Membayar untuk Harga
Keterjangkauan Membayar ................................................................................ B-64 Tabel B3-1 Sungai-sungai dan Kanal-kanal di DKI Jakarta ................................................. B-65 Tabel B3-2 Drainase di DKI Jakarta ..................................................................................... B-65 Tabel B3-3 Garis Besar Metode Survei Kualitas Air Sungai oleh Tim Ahli JICA ............... B-67 Tabel B3-4 Lokasi Pengukuran pada Survei Kualitas Air (65 Lokasi) ................................. B-69 Tabel B3-5 Ringkasan Survei Kualitas Air (Hal yang diukur: BOD) ................................... B-72 Tabel B3-6 Ringkasan Survei Kualitas Air (Hal yang diukur: Bakteri Coliform Tinja) ....... B-73 Tabel B3-7 Ringkasan Survei Kualitas Air (Hal yang diukur: Total Nitrogen) .................... B-75 Tabel B3-8 Ringkasan Survei Kualitas Air (Hal yang diukur: Total Fosfor) ........................ B-77 Tabel B3-9 Garis Besar Kualitas Air dan Aliran untuk Sungai-sungai Utama yang diukur oleh
BPLHD .............................................................................................................. B-79 Tabel B3-10 Kuantitas Pemantauan Sumur oleh BPLHD ...................................................... B-81 Tabel B3-11 Garis Besar Data Kualitas Air Tanah oleh BPLHD ........................................... B-81 Tabel B3-12 Kualitas Air dari Pemantauan Sumur oleh BPLHD (Bakteri Coli) .................... B-82 Tabel B3-13 Kualitas Air dari Pemantauan Sumur oleh BPLHD (Coliform Tinja) ................ B-82 Tabel B3-14 Jumlah Sumur yang Dipantau oleh Kementerian Pertambangan dan Energi ..... B-83 Tabel B3-15 Prevalensi Filariasis, DBD dan Malaria di DKI Jakarta .................................... B-88 Tabel B3-16 Prevalensi Tipus, Hepatitis dan Diare di DKI Jakarta ........................................ B-88 Tabel B3-17 Jumlah Kasus Diare, dan Diare pada Balita di DKI Jakarta pada tahun 2009 ... B-88 Tabel B3-18 Distribusi Daerah Kumuh di DKI Jakarta .......................................................... B-96 Tabel B3-19 Jumlah Daerah Kumuh ....................................................................................... B-96 Tabel B4-1 Garis Besar IPAL Setiabudi ............................................................................... B-107 Tabel B4-2 Garis Besar Stasiun Pemompaan Air Limbah .................................................... B-110 Tabel B4-3 Panjang Sewer dan Jumlah Manhole dan Inspection Chamber ......................... B-112 Tabel B4-4 IPAL individu yang Dioperasikan oleh PD PAL JAYA ...................................... B-112 Tabel B4-5 Implementasi & Ketetapan Biaya oleh PD PAL JAYA ...................................... B-113 Tabel B4-6 Komponen Pemeriksaan untuk IPAL individu Privat (Contoh) ......................... B-113 Tabel B4-7 Komponen dan Metode Analisis Kualitas Efluen .............................................. B-114 Tabel B4-8 Hasil Analisis Kualitas Air pada IPAL individu Swasta ..................................... B-114 Tabel B4-9 Kondisi Terkini IPAL individu ........................................................................... B-116 Tabel B4-10 Nama, Lokasi, dan Luas Wilayah Ketujuh (7) IPAL individu ........................... B-119 Tabel B4-11 Komponen Survei IPAL individu ....................................................................... B-122
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) xi
Tabel B4-12 IPAL Individu yang Disurvei ............................................................................. B-122 Tabel B4-13 Jumlah IPAL individu pada Proses dan Metode Pengolahan Air Limbah .......... B-123 Tabel B4-14 Jumlah IPAL individu pada Sasaran Pengolahan Air Limbah ........................... B-123 Tabel B4-15 Kualitas Efluen Diurutkan Berdasarkan Proses dan Metode Pengolahan Air Limbah
(Survei Master Plantahun 1991 dan Survei Terkini tahun 2011) ....................... B-124 Tabel B4-16 Jumlah IPAL individu yang Tidak Memenuhi Standar Efluen ........................... B-124 Tabel B4-17 Perkiraan Komponen untuk Pengoperasian & Pemeliharaan IPAL individu ..... B-125 Tabel B4-18 Kondisi pada O&M (2011) ................................................................................ B-125 Tabel B4-19 Frekuensi Penyedotan (2011) ............................................................................. B-126 Tabel B4-20 Estimasi Volume Lumpur yang Dihasilkan ........................................................ B-127 Tabel B4-21 Jumlah IPAL individu dengan Proses Pengolahan Lanjutan untuk Sistem Daur Ulang
(2011) ................................................................................................................. B-128 Tabel B4-22 Tren IPAL individu Hotel Menuju Sistem Penggunaan Ulang (Re-use) ............ B-128 Tabel B4-23 Kesediaan untuk Terhubung dengan Pipa Pembuangan Limbah (2011) ............ B-130 Tabel B4-24 Perbandingan Kualitas Air yang Diolah antara IPAL individu ala Johkaso dan
Metode Pengolahan Lainnya .............................................................................. B-131 Tabel B4-25 Jangkauan Layanan SeweragePD PAL JAYA .................................................... B-133 Tabel B4-26 Jumlah Pelanggan dan Luas BangunanPD PAL JAYA (2009) ........................... B-134 Tabel B4-27 Biaya Sewerage (Biaya Spesifik dan Biaya Koneksi) (per m2 dan bulan) ........ B-135 Tabel B4-28 Biaya Koneksi Sewerage (per m2/lokasi) untuk Fasilitas Komersial Skala Besar
tanpa Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) .............................................. B-135 Tabel B4-29 Rasio Pengumpulan Biaya dari Seluruh Pelanggan (Laporan Aktual 2010) ...... B-136 Tabel B4-30 Rasio Pengumpulan Biaya dari Rumah Tanggai (Laporan Aktual Maret 2011) B-137 Tabel B4-31 Status Kontrol Operasional IPAL Setiabudi ....................................................... B-137 Tabel B4-32 Komponen Analisis dan Standar Kualitas Air PD PAL JAYA pada IPAL Setiabudi
........................................................................................................................... B-138 Tabel B4-33 Instrumen Analisis Kualitas Air di Laboratorium PD PAL JAYA ...................... B-138 Tabel B4-34 Kontrol Operasional dan Status Pemeliharaan pada Stasiun Pemompaan Krukut dan
Manggarai .......................................................................................................... B-141 Tabel B4-35 Institusi yang Dijadikan Sasaran ........................................................................ B-142 Tabel B4-36 Data Milik Instansi Pendamping ........................................................................ B-143 Tabel B4-37 Laporan dan Database GIS ................................................................................ B-144 Tabel B4-38 Ringkasan Hasil Survei ...................................................................................... B-145 Tabel B4-39 Roadmap Pengembangan Database (Draf) ........................................................ B-146 Tabel B4-40 Ikhtisar Database GIS ........................................................................................ B-146 Tabel B5-1 Standar Kapasitas Tangki Tipe Septic tankTermodifikasi (Tipe Gabungan) ...... B-151 Tabel B5-2 Situasi Penyedotan pada Keenam Septic tank.................................................... B-156 Tabel B5-3 Situasi Penyedotan di Kota Jakarta dan Negara Lain ........................................ B-157 Tabel B5-4 Kontaminasi Air Tanah oleh Septic Tank ........................................................... B-159 Tabel B5-5 Toilet, Septic tankdan Manajemennya ............................................................... B-174 Tabel B6-1 Rencana Manajemen Banjir Saat Ini .................................................................. B-177 Tabel B6-2 Kanal Drainase Utama ....................................................................................... B-178 Tabel B6-3 Fasilitas Drainase Utama ................................................................................... B-179 Tabel B6-4 Kondisi Pengerukan oleh JEDI .......................................................................... B-182 Tabel B7-1 Jumlah Populasi yang Terlayani untuk Pasokan Air di Jakarta .......................... B-183 Tabel B7-2 Daerah Layanan Perusahaan Pemasok Air Swasta dan Jumlah Pelanggan ........ B-183 Tabel B7-3 WTP di DKI JakartadanKapasitas yang Dimiliki .............................................. B-184 Tabel B7-4 Rencana Pengembangan Sumber Air Baru diDKI Jakarta ................................. B-185 Tabel B7-5 Air Olahan dan Air yang Terdistribusikan di DKI Jakarta ................................. B-185 Tabel B7-6 Satuan Konsumsi Air untuk Pengguna Sistem PAM dan Sumur ....................... B-185 Tabel B7-7 Sistem Tarif Air PAM JAYA .............................................................................. B-186 Tabel B9-1 Kebijakan Peninjauan Ulang M/P Lamadalam Proyek ...................................... B-190 Tabel B9-2 Fasilitas Utama pada Setiap Zona Sewerage pada M/P Lama (Tahun Sasaran 2010)
........................................................................................................................... B-192 Tabel B9-3 Tingkat Layanan padaPeninjauan Kembali Master Plan 2009 ........................... B-199 Gambar B1-1 Rentang Usia dan Rasio Pria/Wanita pada Personil BPLHD ............................. B-5 Gambar B1-2 Latar Belakang Pendidikan dan Lulusan Universitas pada Pegawai BPLHD ... B-5
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) xii
Gambar B1-3 Rentang Usia dan Rasio Pria/Wanita pada Personil Dinas Kebersihan ............. B-6 Gambar B1-4 Latar Belakang Pendidikan Pegawai DK ........................................................... B-7 Gambar B1-5 Struktur Organisasi PD PAL JAYA (Pada Jan.2011) .......................................... B-8 Gambar B1-6 Rentang Usia dan Rasio Pria/Wanita pada Personil PD PAL JAYA .................. B-11 Gambar B1-7 Latar Belakang Pendidikan dan Lulusan Universitas pada Personil PD PAL JAYA
........................................................................................................................... B-12 Gambar B1-8 Rentang Usia BPLHD ........................................................................................ B-20 Gambar B1-9 Rentang Usia DK ............................................................................................... B-20 Gambar B1-10 Rentang Usia PD PAL JAYA ............................................................................. B-21 Gambar B1-11 Total Tanggaran DKI Jakarta (2011) .................................................................. B-23 Gambar B1-12 Anggaran DKI Jakarta Diurut Berdasarkan Kategori (2011) ............................. B-24 Gambar B1-13 Anggaran BPLHD dan DK (2011) ..................................................................... B-25 Gambar B1-14 Tren Pendapatan dan Pengeluaran pada PD PAL JAYA (2005 – 2009) ............. B-26 Gambar B1-15 Rasio Jumlah Pelanggan, Luas Lantai dan Pendapatan Biaya Air Limbah (2009)
........................................................................................................................... B-28 Gambar B1-16 Rincian Biaya Pengolahan Air Limbah di PD PAL JAYA (2005 – 2009) .......... B-29 Gambar B1-17 Jumlah Pelanggan, Laba Bersih dan Investasi pada PD PAL JAYA (2005 – 2009)
........................................................................................................................... B-30 Gambar B1-18 Aliran Hubungan Pendanaan antara PD PAL JAYA dan Institusi Keuangan yang
Terkait ................................................................................................................ B-32 Gambar B1-19 Diagram Struktur dalam Anggaran antara PD PAL JAYA dan Institusi-institusi di
DKI Jakarta ........................................................................................................ B-32 Gambar B2-1 Garis Besar Sistem Perencanaan Tata Ruang ..................................................... B-47 Gambar B2-2 Distribusi Daerah Perumahan Bertingkat Rendah di Daratan Utama DKI Jakarta
........................................................................................................................... B-54 Gambar B2-3 Transisi Urbanisasi di Daratan Utama DKI Jakarta ........................................... B-54 Gambar B2-4 Penggunaan Lahan di Wilayah Daratan Utama DKI Jakarta pada Tahun 2007 . B-56 Gambar B3-1 Suhu Rata-rata, Maksimum, Minimum di DKI Jakarta pada tahun 2008 .......... B-64 Gambar B3-2 Kelembaban Rata-rata, Maksimum, Minimum di DKI Jakarta pada tahun 2008
........................................................................................................................... B-65 Gambar B3-3 Suhu dan Curah Hujan Rata-rata di DKI Jakarta pada tahun 2008 .................... B-65 Gambar B3-4 Lokasi Pengukuran pada Survei Kualitas Air (65 Lokasi) ................................. B-68 Gambar B3-5 Hubungan antara BOD dan CODCr (Frekuensi pengukuran : 2 kali, Jumlah Lokasi :
65 Locations) ..................................................................................................... B-70 Gambar B3-6 Hasil Survei Kualitas Air pada Putaran Pertama (Hal yang diukur: BOD, Waktu
pengukuran: Februari 2011, musim Penghujan ) ............................................... B-71 Gambar B3-7 Hasil Survei Kualitas Air pada Putaran Kedua (Hal yang diukur: BOD, Waktu
pengukuran: Juni sampai Juli 2011, musim kemarau) ....................................... B-72 Gambar B3-8 BOD pada Lokasi dari Tengah Sungai menuju Teluk Jakarta di Sepanjang Sungai
Ciliwung ............................................................................................................. B-73 Gambar B3-9 Hasil Survei Kualitas Air pada Putaran Kedua (Hal yang diukur : Coliform Tinja,
Waktu pengukuran: Juni sampai Juli 2011, musim kemarau) ............................ B-74 Gambar B3-10 Hasil Survei Kualitas Air pada Putaran Pertama (Hal yang diukur: T-N, Waktu
pengukuran: Februari 2011, musim penghujan) ................................................. B-76 Gambar B3-11 Hasil Survei Kualitas Air pada Putaran Pertama (Hal yang diukur: T-P, Waktu
pengukuran: Februari 2011, musim penghujan) ................................................. B-77 Gambar B3-12 Hasil Survei Kualitas Air pada Putaran Kedua (Hal yang diukur: T-P, Waktu
pengukuran: Juni sampai Juli 2011, musim kemarau) ....................................... B-78 Gambar B3-13 Deteksi Frekuensi Merkuri, Total Khrom, Kadmium dan Timbal pada Sungai-sungai
Utama di DKI Jakarta ........................................................................................ B-80 Gambar B3-14 Hasil Survei Kualitas Air Tanah oleh BPLHD (Besi – Mei 2009) ..................... B-83 Gambar B3-15 Hasil Survei Kualitas Air Tanah oleh BPLHD (Mangan – Mei 2009) ............... B-84 Gambar B3-16 Hasil Survei Kualitas Air Tanah oleh BPLHD (Bakteri Coli – Mei 2009) ........ B-85 Gambar B3-17 Hasil Survei Kualitas Air Tanah oleh BPLHD (Bakteri Coliform Tinja– Mei 2009)
........................................................................................................................... B-86 Gambar B3-18 Distribusi Level Air Tanah yang Dipantau oleh Kementerian Pertambangan dan
Energi ................................................................................................................. B-87
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) xiii
Gambar B3-19 Toilet yang tidak tersanitasi (Waduk Pluit) ........................................................ B-90 Gambar B3-20 Penglihatan langsung ke sungai, mengalir dari saluran drainase toilet umum (Sungai
Ciliwung) ........................................................................................................... B-90 Gambar B3-21 Rumah tangga berpendapatan rendah di kedua sisi Sungai Ciliwung ................ B-91 Gambar B3-22 Rumah tangga berpendapatan rendah dihilangkan dari Sungai Ciliwung .......... B-91 Gambar B3-23 Penempatan Daerah Kumuh di sepanjang Sungai Cakung ................................ B-92 Gambar B3-24 Limbah septic tank dibuang langsung ke sungai ................................................ B-93 Gambar B3-25 Limbah rumah tangga dibuang langsung ke sungai ........................................... B-93 Gambar B3-26 Toilet di daerah kumuh ...................................................................................... B-93 Gambar B3-27 Rumah dengan sirkulasi udara yang buruk ........................................................ B-93 Gambar B3-28 Tampilan rumah yang tidak terorganisir ............................................................ B-93 Gambar B3-29 Rumah-rumah dibangun terlalu dekat satu sama lain ........................................ B-93 Gambar B3-30 Daerah Kumuh di DKI Jakarta ........................................................................... B-95 Gambar B3-31 Wilayah Studi Kasus .......................................................................................... B-97 Gambar B3-32 Jumlah Limbah di Kota DKI JAkarta (2010) (ton/hari) ..................................... B-100 Gambar B3-33 Titik-titik Survei Topografi dengan GPS ........................................................... B-103 Gambar B3-34 Hasil Survei Topografi tentang Penurunan Tanah .............................................. B-104 Gambar B3-35 Perubahan Penurunan Tanah dalam Waktu yang Berurutan............................... B-105 Gambar B3-36 Karakteristik Regional Tentang Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta .. B-106 Gambar B4-1 Tampak Atas IPAL Setiabudi ............................................................................. B-108 Gambar B4-2 Tata Letak IPAL Setiabudi Timur ....................................................................... B-109 Gambar B4-3 Rencana Aliran 2010-2020 untuk IPAL Setiabudi Timur dan Perencanaan IPAL
Krukut ................................................................................................................ B-109 Gambar B4-4 Daerah Jangkauan Sewerage yang Ada .............................................................. B-111 Gambar B4-5 Garis Besar Jaringan Sewer ............................................................................... B-111 Gambar B4-6 Lokasi 35 IPAL individu Milik DPU DKI Jakarta ............................................. B-115 Gambar B4-7 IPAL Individu Kolam Melati ............................................................................. B-120 Gambar B4-8 IPAL Individu Kolam Grogol ............................................................................. B-120 Gambar B4-9 IPAL Individu Muara Angke .............................................................................. B-120 Gambar B4-10 IPAL Individu Primkoppti Angke ...................................................................... B-120 Gambar B4-11 IPAL Individu Malakasari .................................................................................. B-121 Gambar B4-12 IPAL Individu Kebun Binatang Ragunan ........................................................... B-121 Gambar B4-13 IPAL Individu Peternakan .................................................................................. B-121 Gambar B4-14 Jumlah Pelanggan PD PAL JAYA dan Luas Lantai Bangunan .......................... B-134 Gambar B4-15 Hasil Analisis Kualitas Air Kolam Setiabudi Timur .......................................... B-139 Gambar B4-16 Hasil Analisis Kualitas Air Kolam Setiabudi Barat ........................................... B-140 Gambar B4-17 Wilayah Jangkauan Database GIS pada Jaringan Sewage ................................. B-144 Gambar B5-1 Diagram Skematis Struktur Septic Tank ............................................................ B-150 Gambar B5-2 Situasi Penggunaan dan Pemeliharaan Toilet Umum ......................................... B-152 Gambar B5-3 Kuantitas Lumpur yang Dibawa ke IPLT setiap Tahun ..................................... B-157 Gambar B5-4 Jenis-jenis Sistem yang Digunakan SANIMAS ................................................. B-165 Gambar B5-5 Contoh-contohSANIMAS .................................................................................. B-166 Gambar B5-6 IPAL Individu yang Ada dan Area Jangkauan di PulauUntung Jawa ................ B-167 Gambar B6-1 Situasi Banjir di DKI Jakarta Tahun 2002.......................................................... B-175 Gambar B6-2 Laporan Curah Hujan dan Banjir di DKI Jakarta Tahun 2002 ........................... B-176 Gambar B6-3 Curah Hujan dan Banjir di DKI Jakarta Tahun 2007 ......................................... B-176 Gambar B6-4 Situasi Peluapan selama Banjir di DKI Jakarta Tahun 2007 .............................. B-177 Gambar B6-5 Kanal Drainase Utama ....................................................................................... B-178 Gambar B6-6 Fasilitas Drainase Utama ................................................................................... B-180 Gambar B6-7 Peta Lokasi Fasilitas Drainase Air Hujan Primer (Rancangan Stasiun Pemompaan
Drainase) di DKI Jakarta .................................................................................... B-181 Gambar B7-1 Pengembangan Sumber Air Baru di DKI Jakarta ............................................... B-184 Gambar B9-1 Area Pengembangan Off-site dan On-site pada M/P Lama ............................... B-191 Gambar B9-2 Enam Zona Pengembangan Sewerage pada M/P Lama 1991 ............................ B-192 Gambar B9-3 Area Pengembangan Sewerage Development (M/P Lama 1991) dan Area Layanan di
Zona Pusat (JWDP 2001 Tahap I,Fase I& II) ..................................................... B-196 Gambar B9-4 Garis BesarPeninjauan Kembali Master Plan 2009 ........................................... B-197
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) xiv
Gambar B9-5 Daerah Penelitian (Study Area) pada Peninjauan Kembali Master Plan 2009 ... B-198 Gambar B9-6 Sistem Pengumpulan Air limbah ........................................................................ B-200
PART-C PERTIMBANGAN DASAR PERENCANAAN DAN DESAIN
Tabel C1-1 Kebijakan untuk Pembagian Wilayah Off-site dan On-site ............................... C-1 Tabel C1-2 Klasifikasi Penggunaan Lahan dalam RTRW 2030 dan Penggabungannya ...... C-3 Tabel C1-3 Perbandingan Penggunaan Lahan DKI Jakarta (Dataran Utama) 2007 dan 2030
........................................................................................................................... C-5 Tabel C1-4 Perbandingan Data Populasi dari Organisasi Berbeda untuk 2010 .................... C-5 Tabel C1-5 Proyeksi Populasi DKI Jakarta (orang) .............................................................. C-6 Tabel C1-6 Kepadatan Penduduk DKI Jakarta ..................................................................... C-6 Tabel C2-1 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Pengumpulan Air Limbah .......................... C-11 Tabel C2-2 Gambaran Pembangunan Drainase di DKI Jakarta ............................................ C-12 Tabel C2-3 Pertimbangan Desain untuk IPAL di DKI Jakarta.............................................. C-13 Tabel C2-4 Laju Lumpur Tinja yang Dihasilkan .................................................................. C-14 Tabel C3-1 Material Konstruksi untuk Pipa Sewer yang Diproduksi di Indonesia............... C-16 Gambar C1-1 Rencana Penggunaan Lahan di tahun 2030 dari Lahan Utama DKI Jakarta ..... C-4 Gambar C1-2 Kepadatan Penduduk pada Tingkat Kelurahan di DKI Jakarta (2010) .............. C-7 Gambar C1-3 Kepadatan Penduduk pada Tingkat Kelurahan di DKI Jakarta (2020) .............. C-8 Gambar C1-4 Kepadatan Penduduk pada Tingkat Kelurahan di DKI Jakarta (2030) .............. C-9 Gambar C2-1 Diagram Konsep Sistem Terpisah ...................................................................... C-10 Gambar C2-2 Diagram Konsep Sistem Tergabung ................................................................... C-11 Gambar C2-3 Sistem untuk Mengolah Lumpur Tinja yang Diekstrak ..................................... C-14 Gambar C3-1 Klasifikasi Metode Pipe Lining .......................................................................... C-16
PART-D PERUMUSAN MASTER PLAN Tabel D1-1 Tingkat dari Penyusunan M/P Baru ................................................................... D-1 Tabel D1-2 Target Peningkatan dan Pengembangan Rasio Cakupan.................................... D-2 Tabel D2-1 Rekaman Kegiatan untuk Persetujuan Calon Lokasi IPAL ................................ D-7 Tabel D2-2 Evaluase Calon Lokasi IPAL ............................................................................. D-11 Tabel D2-3 Lokasi IPAL dan Luas yang Dibutuhkan ........................................................... D-14 Tabel D2-4 Populasi dan Luas Setiap Zona Sewerage .......................................................... D-15 Tabel D2-5 Kepadatan Penduduk Setiap Zona Sewerage ..................................................... D-16 Tabel D2-6 Faktor Evaluasi untuk Menetapkan Prioritas dari Zona Sewerage .................... D-19 Tabel D2-7 Hasil Evaluasi untuk Area Proyek yang Diprioritaskan ..................................... D-28 Tabel D2-8 Zona Sewerage untuk Setiap Target Tahun Pengembangan ............................... D-28 Tabel D3-1 Konsumsi Air untuk Sistem PAM JAYA dan Sumur Eksisting (2010) .............. D-30 Tabel D3-2 Estimasi Unit Volume Air Limbah di M/P Lama 1991 (dari tahun 2010 ke depan)
........................................................................................................................... D-30 Tabel D3-3 Konsumsi Air yang Diaplikasikan dalam M/P Baru .......................................... D-30 Tabel D3-4 Air Limbah yang Dihasilkan untuk M/P Baru ................................................... D-30 Tabel D3-5 Desain Volume Air Limbah untuk setiap Zona Sewerage di DKI Jakarta ......... D-31 Tabel D4-1 Penetapan Desain: Unit Dasar BOD dan SS ...................................................... D-32 Tabel D4-2 Penetapan Desain: Unit Dasar Jumlah dan Kualitas Air Limbah ....................... D-32 Tabel D4-3 Desain Standard Septic Tank .............................................................................. D-33 Tabel D4-4 Asumsi dan Kalkulasi Penyedotan Lumpur Septic Tank ................................... D-33 Tabel D4-5 Penetapan Situasi Saat Ini dari Septic Tank ....................................................... D-34 Tabel D4-6 Desain Standard IPAL Individu (Extended Aeration) ........................................ D-34 Tabel D4-7 Penetapan Situasi Saat Ini untuk IPAL Individu ................................................ D-35 Tabel D4-8 Keseimbangan Massa BOD untuk Pengolahan Air Limbah di DKI Jakarta (2012)
........................................................................................................................... D-35 Tabel D4-9 Keseimbangan Massa SS untuk Pengolahan Air Limbah di DKI Jakarta (2012)
........................................................................................................................... D-36 Tabel D4-10 Permasalahan Utama dan Tindakan ................................................................... D-39 Tabel D4-11 Perubahan BOD yang Terbuang ke Sungai Setelah Dilakukan Pelaksanaan Tindakan
(Estimasi Berdasarkan Tahun 2012) .................................................................. D-40 Tabel D4-12 Perubahan SS yang Dihilangkan Setelah Dilakukan Pelaksanaan Tindakan ..... D-40
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) xv
Tabel D4-13 Target untuk Setiap Tahun dan Jumlah BOD & SS ........................................... D-42 Tabel D5-1 Sistem di Jepang untuk Pengambilan Lumpur dari Johkasou ............................ D-44 Tabel D5-2 Sistem di Malaysia untuk Pengambilan Lumpur dari Septic Tank .................... D-45 Tabel D5-3 Proposal Penyedotan Lumpur Secara Berkala ................................................... D-49 Tabel D5-4 Jadwal yang Direncanakan untuk Pengenalan Berskala Penuh dari Penyedotan
Lumpur Secara Berkala ...................................................................................... D-50 Tabel D6-1 Pertimbangan Hidrolik yang Direkomendasikan ............................................... D-50 Tabel D6-2 Kriteria Desain yang Direkomendasikan untuk Sewer dan Manhole ................ D-50 Tabel D6-3 Kriteria Desain yang direkomendasikan untuk Fasilitas Pompa ........................ D-51 Tabel D6-4 Pertimbangan Pemilihan Teknologi ................................................................... D-55 Tabel D6-5 Matrix for Selection of Wastewater Treatment Technology ............................... D-56 Tabel D6-6 Perbandingan Teknologi yang Dipilih ................................................................ D-59 Tabel D6-7 Kebutuhan Lahan untuk IPAL............................................................................ D-62 Tabel D6-8 Kasus Klasifikasi Skala dan Proses yang Diharapkan ....................................... D-66 Tabel D6-9 Pengukuran Kuantitas Air Limbah ..................................................................... D-68 Tabel D6-10 Perihal Analisis dan Frekuensinya (Inffluen/Effluen) ........................................ D-69 Tabel D6-11 Perihal yang Dibutuhkan untuk Operasi & Pemeliharaan.................................. D-70 Tabel D7-1 Jenis-Jenis Penyaringan beserta Kelebihan dan Kekurangannya ....................... D-73 Tabel D7-2 Jenis-Jenis Penyaringan Pasir (Grit Removal) beserta Kelebihan dan Kekurangannya
........................................................................................................................... D-74 Tabel D7-3 Perbandingan Biaya Modal dan Biaya O&M Tahunan pada Jenis-Jenis Desinfeksi
........................................................................................................................... D-75 Tabel D7-4 Garis Besar Daerah-Daerah Proyek yang Diprioritaskan ................................... D-76 Tabel D7-5 Ikhtisar Fasiltas Saluran Sewer Utama di Setiap Zona Sewerage ...................... D-77 Tabel D7-6 Kapasitas Pengolahan Air Limbah di Daerah Proyek yang Diprioritaskan ....... D-81 Tabel D7-7 Prinsip-Prinsip yang Digunakan dalam Rencana Fasilitas IPAL ....................... D-81 Tabel D7-8 Parameter Desain Utama pada IPAL di Zona No.1 dan No.6 (Contoh) ............. D-82 Tabel D7-9 Biaya Konstruksi dan O&M pada Instalasi Pengembangan Off-site ................. D-89 Tabel D8-1 Perkiraan Tingkat Produksi Lumpur Tinja (m3/hari) ......................................... D-91 Tabel D8-2 Konsentrasi SS pada Lumpur Tinja.................................................................... D-92 Tabel D8-3 Garis Besar Rencana Jangka Pendek untuk IPLT .............................................. D-93 Tabel D8-4 Perkiraan Populasi On-site dan Jumlah Lumpur Tinja yang Dihasilkan ............ D-96 Tabel D8-5 Detil Rencana Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Baru ..................... D-97 Tabel D8-6 Garis Besar Calon Lokasi Konstruksi IPLT ....................................................... D-98 Tabel D8-7 Perbandingan Calon Lokasi Konstruksi IPLT (berdasarkan komponen) ........... D-99 Tabel D8-8 Biaya Konstruksi dan Biaya O&M Tahunan Terkait Rencana Pengembangan IPLT
........................................................................................................................... D-100 Tabel D9-1 Konsep Biaya Pengantian (mesin dan perlatan elektrikal) pada Fasilitas Sewerage
........................................................................................................................... D-105 Tabel D9-2 Biaya Pengembangan Sistem Sewerage untuk Tiap Zona ................................. D-106 Tabel D9-3 Satuan Biaya Operasional dan pemelihraan per Volume Air Limbah ................ D-107 Tabel D9-4 Biaya Operasional dan Pemeliharaan Fasilitas Sewrage per Tahun untuk Setiap Zona
........................................................................................................................... D-107 Tabel D9-5 Konsep Pengantian Fasilitas Pengolah Lumpur ................................................. D-108 Tabel D9-6 Biaya Konstruksi Fasilitas Pengolah Lumpur On-Site ...................................... D-109 Tabel D9-7 Biaya Operasional dan Pemeliharaan per Tahun untuk Instalasi Pengolahan Lumpur
On-Site ............................................................................................................... D-110 Tabel D9-8 Total Biaya Konstruksi, Operasional, dan Pemeliharaan pada Sistem On-Site dan
Off-Site .............................................................................................................. D-111 Tabel D9-9 Total Investasi Biaya Modal yang Dibutuhkan untuk Proyek Pengembangan
Sewerage Jangka Pendek, Menengah, dan Panjang ........................................... D-114 Tabel D9-10 Total Investasi Biaya Modal yang Dibutuhkan untuk Proyek .......................... D-115 Tabel D9-11 Jadwal Proyek Pengembangan Sewerage (1/2) .................................................. D-117 Tabel D9-11 Jadwal Proyek Pengembangan Sewerage (2/2) .................................................. D-118 Tabel D9-12 Biaya Konstruksi per Tahapan ........................................................................... D-119 Tabel D9-13 Biaya Operasional dan Pemeliharaan per Tahapan ............................................ D-120 Tabel D9-14 Jadwal Rencana Pengembangan IPLT On-Site (1/2) ......................................... D-122
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) xvi
Tabel D9-14 Jadwal Rencana Pengembangan IPLT On-Site (2/2) ......................................... D-123 Tabel D9-15 Biaya Konstruksi STP On-Site per Tahapan ...................................................... D-124 Tabel D9-16 Biaya Operasional dan Pemeliharaan IPLT On-Site per Tahapan ...................... D-125 Tabel D9-17 Jumlah Dana yang Dibutuhkan untuk Mempromosikan Penggantian CST ke MST
........................................................................................................................... D-126 Gambar D2-1 Letak Calon Lokasi IPAL ................................................................................... D-4 Gambar D2-2 Posisi dan Layout Setiap Lokasi IPAL ............................................................... D-7 Gambar D2-3 Organisasi dari Komite Implementasi (KI) ........................................................ D-9 Gambar D2-4 Peta Topografi DKI Jakarta ................................................................................ D-13 Gambar D2-5 Zona Sewerage dan Lokasi IPAL ....................................................................... D-14 Gambar D2-6 Peta Kepadatan Penduduk untuk Setiap Zona Sewerage ................................... D-17 Gambar D2-7 Peta Kepadatan Penduduk untuk Setiap Zona Sewerage ................................... D-18 Gambar D2-8 Prioritas untuk Indikator No. 1 .......................................................................... D-20 Gambar D2-9 Prioritas untuk Indikator No. 2 .......................................................................... D-21 Gambar D2-10 Prioritas untuk Indikator No.3 ........................................................................... D-22 Gambar D2-11 Prioritas untuk Indikator No. 4 .......................................................................... D-23 Gambar D2-12 Prioritas untuk Indikator No.5 ........................................................................... D-24 Gambar D2-13 Prioritas untuk Indikator No.6 ........................................................................... D-25 Gambar D2-14 Prioritas untuk Indikator No. 7 .......................................................................... D-26 Gambar D2-15 Prioritas untuk Indikator No. 8 .......................................................................... D-27 Gambar D2-16 Zona Sewerage untuk Tahun Target Pengembangan .......................................... D-29 Gambar D4-1 Keseimbangan Massa BOD untuk Pengolahan Air Limbah di DKI Jakarta (2012)
........................................................................................................................... D-37 Gambar D4-2 Keseimbangan Massa SS untuk Pengolahan Air Limbah di DKI Jakarta (2012)
........................................................................................................................... D-38 Gambar D4-3 Transisi Jumlah BOD yang dibuang dan Penyedotan Lumpur SS ..................... D-43 Gambar D5-1 Prosedur IWK untuk Pengambilan Lumpur Secara Berkala .............................. D-47 Gambar D6-1 Diagram Alir dari Pengolahan dan Pembuangan Lumpur .................................. D-54 Gambar D6-2 Diagram Alir untuk Pengolahan Lumpur On-site yang Terambil ...................... D-55 Gambar D6-3 Bagan Alir Pengolahan dari Teknologi yang Dipilih ......................................... D-58 Gambar D6-4 Skema Pengolahan DHS .................................................................................... D-60 Gambar D6-5 Daerah Pelayanan Sewerage dan Layout Instalasi Percontohan Malakasari ..... D-61 Gambar D6-6 Ilustrasi Instalasi PST-DHS yang Diusulkan ...................................................... D-61 Gambar D6-7 Proses Dasar (IPAL Individu Skala Kecil) ......................................................... D-66 Gambar D6-8 Proses Dasar (IPAL Individu Skala Menengah) ................................................. D-67 Gambar D6-9 Proses Dasar (IPAL Individu Skala Besar) ........................................................ D-67 Gambar D7-1 Ikhtisar Tiap-Tiap Zona Sewerage dan Rencana Layout Fasilitas Sewer Utama
........................................................................................................................... D-78 Gambar D7-2 Rencana Fasilitas pada Zona Sewerage No. 1 .................................................... D-79 Gambar D7-3 Rencana Fasilitas pada Zona Sewerage No.6 ..................................................... D-80 Gambar D7-4 Aliran Pengolahan pada IPAL Zona No.1 (Pejagalan) (Contoh) ....................... D-84 Gambar D7-5 Layout IPAL Zona 1 (Pejagalan) ........................................................................ D-85 Gambar D7-6 Aliran Pengolahan pada IPAL Zona No.6 (Duri Kosambi) (Contoh) ................ D-86 Gambar D7-7 Layout IPAL Zona No.6 (Duri Kosambi) ........................................................... D-87 Gambar D8 1 Estimasi Tingkat Produksi Lumpur Tinja .......................................................... D-91 Gambar D8-2 Diagram Alir Dasar Pengolahan Lumpur Tinja.................................................. D-93 Gambar D8-3 Diagram Alir Pengirimanan Lumpur ke Instalasi Pengolahan Air Limbah ....... D-93 Gambar D8-4 Instalasi Pengolahan Lumpur Eksisting dan Rencana Lokasi Pembangunan Instalasi
Pengolahan Air Limbah Baru ............................................................................. D-95 Gambar D8-5 Calon Lokasi Konstruksi IPLT pada M/P Lama 1991........................................ D-96 Gambar D8-6 Calon Lokasi Konstruksi IPLT ........................................................................... D-98 Gambar D8-7 Usulan Lokasi Konstruksi IPLT ......................................................................... D-99 Gambar D8-8 Diagram Alir Modifikasi Fasilitas Pengolahan Lumpur Tinja Eksisting ........... D-101 Gambar D8-9 Diagram Alir Modifikasi Pengolahan Lumpur................................................... D-102 Gambar D8-10 Diagram Alir Fasilitas Pengolahan Lumpur Tinja Baru ..................................... D-103
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) xvii
PART-E EVALUASI EKONOMI DAN KEUANGAN Tabel E1-1 Perbedaan antara Metode Analisis Ekonomi dan Keuangan .............................. E-1 Tabel E2-1 Gambaran Proyek Prioritas untuk Pelaksanaan Analisis Perekonomian ............ E-3 Tabel E2-2 Biaya untuk Analisis Perekonomian .................................................................. E-4 Tabel E2-3 Perkiraan Biaya untuk Analisis Perekonomian .................................................. E-5 Tabel E2-4 Manfaat untuk Analisis Ekonomi ....................................................................... E-6 Tabel E2-5 Hasil Perhitungan Biaya dan Manfaat (2013-2050) ........................................... E-13 Tabel E2-6 Hasil Analisis Ekonomi ...................................................................................... E-13 Tabel E3-1 Garis besar Proyek Prioritas yang dilakukan Analisis Finansial ........................ E-14 Tabel E3-2 Prosentase Pendanaan untuk Biaya Konstruksi ................................................. E-16 Tabel E3-3 Biaya Konstruksi Proyek Prioritas, Biaya O&M dan prosentase Pendanaan .... E-17 Tabel E3-4 Zona No.1 Biaya Proyek (Konstruksi dan O&M) dan Prosentase Pendanaaan . E-17 Tabel E3-5 Zona No.6 Biaya Proyek (Konstruksi dan O&M) dan prosentase Pendanaaan . E-18 Tabel E3-6 Nilai Unit Tarif Sewerage per unit luas lantai dan per Volume Air Limbah (dari hasil
TA 2009) ............................................................................................................ E-18 Tabel E3-7 Perkiraan Harga Satuan Tarif pendapatan Sewerage per Unit Volume Air Lmbah
(pada tingkat tarif saat ini) ................................................................................. E-19 Tabel E3-8 Frekwensi dan Tingkat Kenaikan Tarif Sewerage oleh DKI Jakarta.................. E-19 Tabel E3-9 Frekwensi dan Tingkat Kenaikan Tarif Air oleh PAM JAYA ............................. E-20 Tabel E3-10 Analisis Keuangan Kasus Pengaturan Mengenai Kenaikan Biaya Sewerage .... E-20 Tabel E3-11 Kasus 2 Peningkatan Tarif Sewerage dan Harga Satuan pendapatan tarif Sewerage
per Satuan Volume Air Limbah .......................................................................... E-20 Tabel E3-12 Perhitungan Tarif Sewerage dan Biaya Penyedotan dari Septic Tanks .............. E-21 Tabel E3-13 Rasio Pengumpulan Tarif Sewerage (hasil 2010) .............................................. E-22 Tabel E3-14 Kesediaan untuk Membayar (Willingnes to Pay/WTP) untuk Tarif Sewerage
Penduduk (Rumah Tangga) ................................................................................ E-22 Tabel E3-15 Penetapan Rasio Pengumpulan Tarif Sewerage ................................................. E-23 Tabel E3-16 Penghitungan Pandapatan tarif Sewerage untuk Zona No.1 (Kasus 1: kasus dimana
tingkat Tarif Sewerage eksisting dipertahankan) ............................................... E-23 Tabel E3-17 Penghitungan Pendapatan Tarif Sewerage Zona No.1 (Kasus 2: Kasus dimana
tingkat Tarif Sewerage Meningkat dalam beberapa Tahap) ............................... E-23 Tabel E3-18 Penghitungan Pendapatan Tarif Sewerage Zona No.6 (Kasus 1: kasus dimana tingkat
Tarif Sewerage eksisting dipertahankan) ........................................................... E-23 Tabel E3-19 Penghitungan Pendapatan Tarif Sewerage Zona No.6 (Kasus 2: Kasus dimana
tingkat Tarif Sewerage Meningkat dalah beberapa Tahap) ................................ E-24 Tabel E3-20 Hasil Perhitungan Biaya dan Keuntungan (2013-2045) (Zona No.1/Kasus 1) .. E-24 Tabel E3-21 Results of Financial Analysis (Zone No.1 / Case 1) .......................................... E-25 Tabel E3-22 Hasil Perhitungan Biaya dan Keuntungan (2013-2045) (Zona No.1 / Kasus 2) E-25 Tabel E3-23 Hasil Analisis Finansial (Zona No.1 / Kasus 2) ................................................. E-25 Tabel E3-24 Hasil Perhitungan dari Biaya dan Keuntungan (2013-2045) (Zona No.6/Kasus 1)
........................................................................................................................... E-26 Tabel E3-25 Hasil Analisis Finansial (Zona No.6 / Kasus 1) ................................................. E-26 Tabel E3-26 Hasil Perhitungan Biaya dan Keuntungan (2013-2045) (Zona No. 6 / Kasus 2) E-27 Tabel E3-27 Hasil Analisis Finansial (Zona No.6 / Kasus 2) ................................................. E-27 Tabel E3-28 Hasil Analisis Finansial (Rangkuman) ............................................................... E-27 Tabel E3-29 Proyek Jangka Pendek yang Membutuhkan Investasi Pemerintah dan Biaya
Konstruksi Awal ................................................................................................. E-28 Tabel E4-1 Garis Besar Fasilitas dalam DSDP-II ................................................................. E-36 Tabel E4-2 Perbandingan Biaya Tarif Sewerage di Provinsi Bali dan DKI Jakarta ............. E-38 Gambar E3-1 Skema Konsensi (Concession) ........................................................................... E-30 Gambar E3-2 Skema BOT (Build-Operate-Transfer) ............................................................... E-30 Gambar E3-3 Skema Kontrak Pengelolaan .............................................................................. E-31 Gambar E3-4 Skema Sewa (Affermage) .................................................................................. E-31 Gambar E3-5 Layanan yang Dijual ke Sektor Publik ............................................................... E-34 Gambar E4-1 Lokasi Denpasar Sewerage Development Project II (DSDP II) ........................ E-36 Gambar E4-2 Perbedaan Area Tanggung Jawab untuk Sambungan Sewerage antara Provinsi Bali
dan DKI Jakarta ................................................................................................. E-37
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) xviii
PART-F EVALUASI DENGAN PERTIMBANGAN LINGKUNGAN SOSIAL Tabel F1-1 Hukum dan Peraturan Nasional tentang AMDAL ............................................. F-1 Tabel F1-2 Hukum dan Peraturan Pemerintah DKI Jakarta tentang AMDAL ..................... F-1 Tabel F1-3 Daftar Isi pada Check List Penerapan AMDAL ................................................. F-4 Tabel F2-1 Sektor AMDAL yang Terkait dengan Proyek dalam M/P Baru ......................... F-7 Tabel F3-1 Daftar Daerah dan Fasilitas Lingkungan Hidup dan Sosial yang Dilindungi di DKI
Jakarta ................................................................................................................ F-8 Tabel F4-1 Dampak Positif dan Negatif terhadap Lingkungan Hidup sesuai Usulan Proyek
dalam M/P Baru ................................................................................................. F-10 Tabel F5-1 Prosedur AMDAL yang Diperlukan untuk Proyek-proyek yang Diusulkan dalam
M/P Baru ............................................................................................................ F-12 Tabel F6-1 Penjajakan Proyek Off-site (Pembangunan IPAL danSewer) ............................ F-12 Tabel F6-2 Penjajakan Proyek On-site (Perluasan IPLT yang Ada, Pembangunan IPLT, dan
Penyedotan Berkala) .......................................................................................... F-14 Tabel F7-1 Metode Mitigasi Dampak Sosial dan Lingkungan ............................................. F-17 Gambar F1-1 Prosedur Pelaksanaan AMDAL di DKI Jakarta ................................................. F-3 Gambar F3-1 Lokasi Daerah dan Fasilitas Lingkungan Hidup dan Sosial yang Dilindungi di DKI
Jakarta ................................................................................................................ F-9
PART-G PERTIMBANGAN KELEMBAGAAN Tabel G2-1 Identifikasi Permasalahan Terkini di DKI Jakarta ............................................. G-2 Tabel G2-2 Matriks Tanggung Jawab Pengolahan Air Limbah ............................................ G-3 Tabel G2-3 Perbandingan Lembaga di DKI Jakarta dan Metropolitan Tokyo ...................... G-4 Tabel G3-1 Rencana Kegiatan Pengembangan Kelembagaan (Usulan) ............................... G-9 Tabel G3-2 Hubungan antara Rencana Peningkatan Kelembagaan dan Rencana Peningkatan
Off-site dan On-site (Usulan) ............................................................................. G-9 Tabel G4-1 Daftar Hukum dan Regulasi Pengolahan Air Limbah ........................................ G-10 Tabel G4-2 Struktur Hukum Sistematis tentang Pengelolaan Air Limbah (Perbandingan antara
Indonesia dan Japan) .......................................................................................... G-11 Tabel G7-1 Klasifikasi Dasar Sektor Privat (1/2) ................................................................. G-13 Tabel G7-2 Klasifikasi Dasar Sektor Privat (2/2) ................................................................. G-13 Tabel G7-3 Hubungan Publik/Privat ..................................................................................... G-14 Tabel G7-4 Bentuk PPP ........................................................................................................ G-15 Tabel G7-5 Ringkasan Skema PPP ....................................................................................... G-15 Tabel G7-6 Peraturan PPP ..................................................................................................... G-16 Tabel G7-7 Contoh Umum Proyek PPP dalam Usaha Penyediaan Air Bersih di Asia Tenggara
........................................................................................................................... G-20 Tabel G7-8 Ringkasan Manajemen Resiko ........................................................................... G-23 Tabel G7-9 Komponen Resiko Utama pada PPP .................................................................. G-24 Tabel G7-10 Indikator Kinerja Kunci (IKK) yang Perlu Dipelajari untuk Pencantuman dalam
Proyek Sewage (Usulan) .................................................................................... G-26 Gambar G1-1 Sirkulasi Air ....................................................................................................... G-1 Gambar G3-1 Contoh Pengorganisasian ................................................................................... G-8 Gambar G7-1 Grafik Dasar PPP di Indonesia ........................................................................... G-17 Gambar G7-2 Kasus 1: Proyek Diminta ................................................................................... G-18 Gambar G7-3 Kasus 2: Proyek Tidak Diminta ......................................................................... G-19
PART-H PENDIDIKAN LINGKUNGAN DAN KEGIATAN KAMPANYE PUBLIK SEKTOR AIR LIMBAH
Table H5-1 Jadwal Pelaksanaan Kampanye dan Pendidikan Lingkungan ............................ H-4
PART-I PENGEMBANGAN KAPASITAS UNTUK ORGANISASI COUNTERPART Tabel I1-1 Kurikulum Program Manajer ................................................................................ I-1 Tabel I1-2 Daftar Peserta Program Manajer ........................................................................... I-1 Tabel I1-3 Kurikulum Program Pemimpin Engineer .............................................................. I-2 Tabel I1-4 Daftar Peserta Program Pemimpin Engineer ......................................................... I-2 Tabel I1-5 Jadwal Program Manajer ....................................................................................... I-3
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) xix
Tabel I1-6 Jadwal Program Pemimpin Engineer .................................................................... I-3 Tabel I2-1 Isi Rapat Kelompok Kerja ..................................................................................... I-6 Tabel I3-1 Daftar Institusi yang Berpartisipasi dan Distribusi Peserta ................................... I-7 Tabel I3-2 Jadwal Pelatihan Program Analisis Dasar ............................................................. I-8 Tabel I3-3 Jadwal Pelatihan Program Konversi Data CAD .................................................... I-9 Tabel I3-4 Jadwal yang Direncanakan dan Jadwal yang Sesungguhnya ................................ I-9 Tabel I3-5 Peristiwa Utama dalam Pelatihan GIS .................................................................. I-10 Tabel I4-1 Daftar Anggota Kelompok .................................................................................... I-13 Gambar I2-1 Sistem pelaksanaan untuk Proyek ......................................................................... I-5 Gambar I3-1 Proses Perpindahan Menuju Pengoperasian Berbasis GIS .................................... I-8 Gambar I3-2 Foto Kegiatan Pelatihan Sesi 1 .............................................................................. I-10 Gambar I3-3 Foto Kegiatan Pelatihan Sesi 2 .............................................................................. I-11
PART-J RENCANA TINDAKAN UNTUK PELAKSANAAN MASTER PLAN BARU
Tabel J1-1 Definisi Rencana Tindakan untuk Proyek Prioritas ........................................... J-1 Tabel J2-1 Rencana Tindakan untuk Pelaksanaan Master Plan Baru .................................. J-1 Tabel J2-2 Fasilitas Utama dari Proyek yang Diprioritaskan untuk Sistem Off-site ........... J-3 Tabel J2-3 Garis Besar Perbaikan dan Pembangunan IPLT ................................................. J-3 Tabel J2-4 Usulan Komponen Studi Utama F/S .................................................................. J-4 Tabel J3-1 Pemahaman Mendasar yang Dibutuhkan ........................................................... J-7 Tabel J3-2 Contoh Program Pelatihan Engineer di Luar Negeri ......................................... J-8 Tabel J3-3 Rencana Tindakan Pengembangan SDM ........................................................... J-9 Tabel J3-4 Isi Pelatihan (Contoh) ........................................................................................ J-9 Gambar J2-1 Lokasi Daerah Proyek yang Diprioritaskan ....................................................... J-2
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) xx
Singkatan
A2O Anaerobic Anoxic Oxic Process ADB Asian Development Bank AMDAL Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Environmental Impact
Assessment) ANDAL Analisis Dampak Lingkungan (Environmental Impact Analysis Report) APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Indonesian National Budget) ASP Proses Lumpur Aktif (Activated Sludge Process) ASRT Aerobic Solids Retention Time ATP Kemampuan untuk Membayar (Affordability To Pay) BAPPEDA Badan Perencenaan Pembangunan Daerah (Regional Planning and
Development Board) BAPPENAS Badan Perencenaan Pembangunan Nasional (National Planning and
Development Board) BBWS CC Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung – Cisadane BLUD Badan Layanan Umum Daerah BLUPAL Badan Layanan Umum Pengelolaan Air Limbah BOD Biochemical Oxygen Demand BOO Build Own Operate BOT Built Operate Transfer BTO Built Transfer Operate BPAL Badan Pengelolaan Air Limbah BPKD Badan Pengelola Keuangan DaerahBPLHD Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup BPMP Badan Penanaman Modal dan Promosi BPS Badan Pusat Statistik BW Black Water B/C Keuntungan/Biaya (Benefit/Cost) CA Penilaian Kapasitas (Capacity Assessment) CAD Computer Aided Design CBP Concrete Batching Plan CBS Pendekatan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Community-Based Sanitation
approach) CD Pengembangan Kapasitas (Capacity Development) CFU Colony Forming Unit COD Chemical Oxygen Demand C/P Rekan Kerja (Counterpart) CSS Strategi Sanitasi Kota (City Sanitation Strategy) CST Septik Tank Konvensional (Conventional Septic Tank) DB Basis Data (Data Base) DBJ Development Bank of Japan DBO Design Build Operate DESD Directorate of Environmental Sanitation Development DF/R Draft Final Report DGHS Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementrian PU, (Directorate General of
Human Settlements, Ministry of Public Works) DGSP Directorate General of Spatial Planning, Ministry of Public Works DHS Down-flow Hanging Sponge DK Dinas Kebersihan (Cleansing Agency) DKI Daerah Khusus Ibukota Jakarta (Special State Capital of Jakarta) DPU Dinas Pekerjaan Umum DP2B Dinas Penertiban dan Pengawasan Bangunan DTR Dinas Tata Ruang EIA Environmental Impact Assessment, lihat AMDAL EIRR Economic Internal Rate of Return FPU Final Polishing Pond F/R Laporan Akhir (Final Report) F/S Studi Kelayakan (Feasibility Study)
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) xxi
FY Fiscal Year GDP Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) GIS Geographical Information System GW Gray Water HWL High Water Level HRT Waktu Retensi Hidrolis (Hydraulic Retention Time) IC/R Inception Report IEE Evaluasi Lingkungan Awal (Initial Environmental Examination) IKK Indikator Kinerja Kunci IMB Izin Mendirikan Bangunan (Building Construction Permit) IRR Internal Rate of Return IPAL IPLT
Instalasi Pengolahan Air Limbah Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja/On-site
ISSDP Indonesia Sanitation Sector Development Program ITP Instalasi Pengolahan Air Limbah Individu/IPAL Individu (Individual
Treatment Plant) IT/R Interim Report IWK Indah Water Konsortium Sdn Bhd JBIC Japan Bank for International Cooperation JCC Joint Coordinating Committee JICA Japan International Cooperation Agency JSSP Jakarta Sewerage and Sanitation Project JWDP Jakarta Wastewater Development Plan KA-ANDAL Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (Kerangka Acuan
ANDAL) KLH Kementrian Lingkungan Hidup (Ministry of Environment) KMB Kelayakan Menggunakan Bangunan (Feasibility of Building Utilization
Permit) KPI Key Performance Indicator, lihat IKK KRK Keterangan Rencana Kota LWL Low Water Level MBBR Moving Bed Bio-film Reactor MBR Membrane Biological Reactor MCK Mandi, Cuci, Kakus MLSS Mixed Liquor Suspended Solids M/M Berita Acara Rapat (Minutes of Meetings) M/P Master Plan MDP Matrix Desain Proyek (Project Design Matrix) MPW Kementrian Pekerjaan Umum (Ministry of Public Works) MRT Mass Rapid Transit MST Septik Tank Modifikasi (Modified Septic Tank) NPV Net Present Value ODA Official Development Assistance OJT On-the-job Training O&M Operasi dan Pemeliharaan (Operation and Maintenance) PDAM Perusahaan Daerah Air Minum (Local Water Supply Enterprise) PDM Project Design Matrix, lihat MDP PD PAL JAYA Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah Jakarta Raya (Regional
Company of Wastewater Management of DKI Jakarta) PFI Private Finance Initiative PI Performance Indicator PJ Project PO Rencana Operasi (Plan of Operation) PPMK Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (Community of Kelurahan
Empowerment Program) PPP Public-Private-Partnership PPSP Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Acceleration of
Urban Sanitation Development Program) PST Tangki Pengendapan Primer (Primary Settling Tank) RBC Rotating Biological Contactor
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) xxii
R/D Rekaman Diskusi (Record of Discussions) RDTR Rencana Detail Tata Ruang (Detailed Spatial Plan) RKL Rencana Pengelolaan Lingkungan (Environmental Management Planning
Document) ROT Rehabilitate Operate Transfer RPL Environmental Monitoring Planning Document (Rencana Pemantauan
Lingkungan) RT Rukun Tetangga (Smallest Community Group) RTLB Rencana Tata Letak Bangunan (Blok Plan) RTO Rehabilitate Transfer Operate RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah (Provincial Spatial Plan) RTRWN Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (National Spatial Plan) RTRW Kabupaten
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
RTRW Kota Rencana Tata Ruang Wilayah Kota RW Rukun Warga (Community Group) SANIMAS Sanitasi berbasis Masyarakat (Community Based On-site System) SD2PB Suku Dinas Penertiban dan Pengawasan Bangunan (Building Supervision
and Control Sub-Agency) SER Shadow Exchange Rate SBR Sequencing Batch Reactor SIDA Swedish Agency for International Development SIPPT Surat Izin Penunjukan dan Penggunaan Tanah (Permit of Land Use and
Designation) SLF Certificate for Sustainability of Functions SOP Standard Operating Procedure SP3L Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lahan (Principle Approval Letter of
Land Acquisition) SPPL Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (Statement Letter of
Environmental Management) SRT Waktu Retensi Padatan (Solid Retention Time) SS Padatan Tersuspensi (Suspended Solid) SSA Sewerage Services Act in Malaysia STP Sludge Treatment Plant; lihat IPLT SV Volume Lumpur (Sludge Volume) TTPS Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (National Sanitation Technical Team) TPUT Tim Pertimbangan Urusan Tanah (Consideration Team for Land Affairs) UASB Up-flow Anaerobic Sludge Blanket UKL Upaya Pengelolaan Lingkungan (Environmental Management Plan) UPL Upaya Pemantauan Lingkungan (Environmental Monitoring Plan) UPLS Unit Pengelolaan Limbah Septic Tank (Management Unit of Septic
Tank’s Waste) UPT-PAL Unit Pengelola Teknis - Pengelola Air Limbah (Technical Management
Unit - Wastewater Management) USDP Urban Sanitation Development ProgramUV/VIS Ultra-Violet/Visible Sepctrophotometry VGF Viability Gap Funding VKP Viabilitas Kesenjangan Pendanaan; lihat VGF WOPs Water Operators Partnership WSIA Water Services Industry Act WSP Water and Sanitation Program WTP Kesediaan untuk Membayar (Willingness To Pay) WWTP Wastewater Treatment Plant; lihat IPAL
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) xxiii
Unit
℃ Degree Celsius
ha Hectare
IDR Indonesian Rupiah
km Kilometer
L Liter
L/menit L per menit
L/detik Liter per detik
L/kap/hari Liter per kapita per hari
m Meter
mg/L Milligram per liter
min Minute
mm Millimeter
m2 Meter persegi
m3 Meter kubik
m3/hari Meter kubik per hari
m3/detik Meter kubik per detik
No(s). Nomor
NTU Nephelometric Turbidity Units
ohm m Ohm meter
% Persen
USD U.S. (United States) Dollar
PART-A PENDAHULUAN
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) A-1
PART-A PENDAHULUAN
A1 Latar Belakang Proyek
Jakarta, secara resmi Daerah Khusus Ibukota Jakarta (selanjutnya disebut sebagai “DKI Jakarta atau DKI”), adalah Ibukota Negara Republik Indonesia dengan populasi 9.74 juta (Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta untuk tahun 2030). Pertumbuhan penduduk yang cepat dari tahun 1980 sampai 1990 sebagai akibat dari kegiatan sosial ekonomi dan banjir berulang akibat kondisi topografi dataran kipas alluvial di DKI Jakarta membuat orang-orang menderita dari polusi air. Pada tahun 1991, JICA dan Ditjen Cipta Karya di Departemen Pekerjaan Umum (selanjutnya disebut sebagai "DJCK") bersama-sama merumuskan Master Plan pengembangan yang menampilkan drainase, pembuangan air limbah dan sanitasi di DKI Jakarta untuk target tahun 2010 melalui "Kajian Drainase Perkotaan dan Proyek pembuangan air limbah di Kota Jakarta "(selanjutnya disebut sebagai "M/P Lama"). Namun, pengembangan sistem pembuangan air limbah tidak bisa dilanjutkan seperti yang direncanakan dan cakupan tetap serendah 2%. Sementara di tempat perawatan telah membuat beberapa kemajuan, pengobatan lumpur tidak cukup, sehingga di tempat pengobatan kurang efektif secara keseluruhan. Sementara itu, Pemerintah Indonesia berencana untuk meningkatkan cakupan pelayanan air limbah sampai 20% pada tahun 2014 di 15 kota besar nasional, termasuk di DKI Jakarta. Untuk mencapai target ini, DJCK berencana untuk merevisi M/P Lama tahun 1991 dan mengamankan pinjaman Jepang untuk meningkatkan pelayanan air limbah di DKI Jakarta untuk mempercepat perbaikan serupa pada layanan saluran air limbah di seluruh Indonesia.
Menurut sebuah lembaga pendamping, M/P Lama tahun 1991 tidak dilaksanakan karena gagal menjalani proses persetujuan DKI Jakarta. Kurangnya organisasi administratif yang mengawasi pengelolaan air limbah dan lumpur di DKI Jakarta secara terpadu ini juga dianggap sebagai penyebab tidak terlaksananya kegiatan ini. Di DKI Jakarta, tidak ada organisasi yang setara dengan Biro Limbah dari Pemerintah Metropolitan Tokyo. PD PAL JAYA, sebuah perusahaan publik yang didirikan untuk operasi dan pemeliharaan sarana yang dibangun di bawah JSSP Bank Dunia, wajib menyerahkan 40% dari laba untuk DKI Jakarta, sama seperti perusahaan publik lainnya di bawah Dewan Ekonomi DKI Jakarta dan, oleh karena itu, tidak menggunakan laba untuk re-investasi. PD PAL JAYA tidak memiliki akses langsung ke Anggaran DKI Jakarta karena bukan departemen/badan DKI Jakarta, sehingga sulit untuk PD PAL JAYA untuk membuat rencana, untuk mengajukan anggaran berdasarkan rencana dan untuk melaksanakan proyek investasi seperti yang direncanakan. Masalah lain adalah bahwa meskipun Dinas Kebersihan DKI Jakarta bertanggung jawab terhadap dua fasilitas pengolahan lumpur, namun masalah yang belum diselesaikan sampai sekarang adalah organisasi yang mana di DKI Jakarta yang bertanggung jawab mengelola tangki septic, dimana 90% populasi DKI Jakarta bergantung pada tangki septic. Masalah-masalah kelembagaan dianggap menjadi faktor yang telah mencegah pengambilan M/P Lama 1991 dalam proses administrasi DKI Jakarta.
Dalam keadaan ini, Pemerintah Indonesia mengajukan permintaan kepada Pemerintah Jepang untuk penyediaan kerjasama teknis, yang disebut sebagai Proyek Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah melalui Peninjauan kembali Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta (selanjutnya disebut sebagai "Proyek"), untuk membantu pembuatan tindakan perlimbahan dan menghasilkan Master Plan baru (selanjutnya disebut sebagai "M/P Baru"). Pada bulan Juni 2010, JICA menandatangani R/D dengan pihak Indonesia dengan tujuan untuk melaksanakan kerjasama teknis yang diminta. Dalam R/D, bantuan yang diminta untuk diberlakukannya tindakan pembuangan ini disebut sebagai "Output 1" yang akan diproduksi oleh ahli jangka panjang yang ditugaskan oleh JICA. Revisi M/P Lama untuk menghasilkan M/P Baru disebut sebagai "Output 2" yang harus dilakukan bersama dengan pekerjaan untuk memberlakukan tindakan perlimbahan. Dalam kasus air limbah perkotaan, bekerja sama dengan "Proyek Pengembangan Kapasitas Manajemen Banjir Komprehensif Jakarta di Indonesia", sebuah proyek kerjasama teknis JICA yang berjalan secara paralel dengan proyek, diperlukan dengan menggabungkan hasil dari serangkaian proyek kerjasama teknis JICA yang telah dilaksanakan sejak tahun 1997.
Dalam proyek ini, perbaikan dan pengembangan untuk sistem off-site dan on-site di DKI Jakarta telah diusulkan setelah M/P lama ditinjau dan proyek prioritas dipilih. Untuk drainase air hujan, karena PU dan DKI Jakarta memiliki kebijakan untuk mengalirkan melalui Drainase dan sungai, telah ditentukan
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) A-2
bahwa M/P Baru menangani air limbah hanya melalui off-site system (sewerage). Untuk organisasi pengelolaan air limbah (drainase air hujan dan pengolahan air limbah), fungsi pengelolaan air limbah dipindahkan dari Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta (DPU) kepada Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah DKI Jakarta (BPLHD) pada tahun 2008. Dengan demikian, BPLHD telah menjadi lembaga yang bertanggung jawab untuk pengelolaan air limbah pada umumnya dan DPU memiliki tanggung jawab hanya untuk drainase air hujan. Struktur keseluruhan untuk pengelolaan air limbah dan sanitasi seperti yang ditunjukkan pada B1 PART-B. A2 Tujuan Proyek
A2.1 Pendahuluan
Proyek ini memiliki dua (2) output. Tim ahli JICA periode jangka pendek (selanjutnya disebut "Tim ahli JICA") berurusan dengan Output-2 (formulasi dari M/P Baru). Output 1 akan dihasilkan oleh tenaga ahli JICA periode jangka panjang (Ketua Tim/Penasihat Kebijakan Sewerage).
Target secara keseluruhan, tujuan proyek, output dan indikator yang secara obyektif dapat diverifikasi untuk mengevaluasi pencapaian sebagaimana terlihat pada Tabel A2-1 "Matrix Desain Proyek (MDP) dari Proyek". Kegiatan Tahap-1 (Rencana Pengoperasian: RO) dan perkembangan (progres) untuk mencapai hal di atas dapat dilihat pada Tabel A2-3.
Tabel A2-1 Matrix Desain Proyek (MDP) Narasi Ringkasan Indikator yang secara obyektif dapat diverifikasi
[Target secara Keseluruhan] 1. Dibuatnya kebijakan, sistematis dan rencana yang
tepat di sektor air limbah.
1-1 Undang-undang tentang Air Limbah Domestik diberlakukan. 1-2 Peraturan dan standar yang berkaitan dengan Air Limbah Domestik diberlakukan.
2. DKI Jakarta memiliki kapasitas yang cukup untuk meningkatkan kondisi sektor air limbah.
2-1 Keuangan dipersiapkan. 2-2 Dilaksanakannya revisi master plan pengelolaan air limbah.
[Tujuan Proyek] Kapasitas Kementerian Pekerjaan Umum dan DKI Jakarta dalam merumuskan kebijakan sektor air limbah dan rencana pengelolaan air limbah ditingkatkan.
1-1 RUU Air Limbah Domestik diajukan ke parlemen. 1-2 Draft Peraturan dan standar yang berkaitan dengan
Undang-undang Air Limbah Domestik diajukan ke MPW.
2. Dikembangkannya sebuah rencana tindakan untuk pelaksanaan master plan pengelolaan limbah di DKI Jakarta yang telah direvisi (dengan informasi kerangka waktu, target, organisasi/divisi terkait, sumber pendanaan untuk setiap jenis pekerjaan).
[Output] 1. Disiapkannya Undang-undang air limbah
domestik dan peraturannya.
1-1 Dikembangkannya RUU Air Limbah Domestik. 1-2 Dikembangkannya Peraturan dan standar yang berkaitan
dengan Undang-undang Air Limbah Domestik.
2. Direvisinya Master Plan pengelolaan air limbah DKI Jakarta.
2-1 Disetujuinya revisi master plan pengelolaan air limbah di DKI Jakarta.
Sumber: Kutipan dari Catatan Diskusi yang ditandatangani pada 17 Juni 2010 A2.2 Kebutuhan untuk Pengembangan Undang-undang Air Limbah dan Peraturan terkait
sebagai Output-1
Di bawah rencana pembangunan nasional Indonesia (2010-2014), PU telah menyusun Rencana Strategis Departemen Pekerjaan Umum 2010-2014. Dalam rencana ini, PU telah menargetkan rasio cakupan sewerage sebesar 20% di 15 kota besar termasuk di DKI Jakarta. Rencana strategis juga meliputi lima (5) output dalam bidang pengolahan air limbah sebagai berikut:
(1) Peningkatan akses ke fasilitas pengolahan air limbah, baik dengan sistem off-site atau sistem on-site
(2) Peningkatan keterlibatan warga dan perusahaan swasta dalam pengolahan air limbah
(3) Pengembangan hukum dan peraturan yang berhubungan dengan air limbah
(4) Pengembangan kapasitas sumber daya manusia dan penguatan kelembagaan di bidang pengelolaan air
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) A-3
limbah
(5) Mengamankan anggaran untuk pembangunan infrastruktur
Salah satu alasan tertinggalnya pengembangan sewerage adalah tidak adanya hukum air limbah. DJCK telah menyiapkan draft UU Air Limbah Domestik sesuai dengan rencana tersebut di atas dan sekarang melakukan kegiatan untuk menyelesaikan draft dengan bantuan tenaga ahli JICA periode jangka panjang di bawah proyek Output-1.
PU telah diminta oleh parlemen Indonesia untuk memberlakukan UU yang komprehensif tentang sanitasi pada bulan Juni 2011 dan memutuskan untuk memberlakukan "Undang-Undang Sanitasi" yang akan mencakup keduanya, air limbah dan drainase.
Jadwal untuk perumusan undang-undang sanitasi air limbah adalah sebagai berikut:
Draft pertama akan lengkap pada bulan Juni 2012.
Diselesaikannya persiapan dari sebuah "teks akademis", yang merupakan rancangan revisi berdasarkan komentar yang dikumpulkan dari universitas, lembaga penelitian, pemerintah daerah, dll, dalam periode Proyek.
Setelah itu, diskusi di antara kementerian/instansi terkait akan diadakan melalui "harmonisasi".
Diperkenalkannya Draft UU Sanitasi kepada parlemen pada akhir 2012 dan undang-undang tsb akan diumumkan pada tahun 2013 melalui musyawarah di parlemen.
Jadwal merumuskan undang-undang sanitasi air limbah dan peraturan terkait sebagai Output-1 dari proyek ini adalah sebagai berikut:
Tabel A2-2 Jadwal Perumusan Undang-undang Sanitasi Air Limbah dan Peraturan Terkait sebagai Output-1
Item Untuk Pengembangan Jadwal Pelaksanaan Pemilihan peraturan terkait Penyusunan standar kualitas air untuk air limbah yang dibuang ke sewerage Pengembangan pedoman untuk persiapan master plan Persiapan standar untuk fasilitas off-site
November 2011 s/d Juni 2012
Sumber: Tenaga Ahli JICA periode Jangka Panjang A2.3 Proses untuk Mencapai Output-2
Menurut pihak Indonesia, alasan tidak terlaksananya M/P yang lama pada tahun 1991 adalah bahwa hal itu belum disetujui oleh DKI Jakarta. Oleh karena itu, sangat diperlukan untuk M/P Baru dapat disetujui oleh DKI Jakarta. Proses untuk mendapatkan persetujuan DKI Jakarta diharapkan sebagai berikut:
Sumber: Tim ahli JICA
Gambar A2-1 Proses yang diharapkan untuk Persetujuan oleh DKI Jakarta bagi M/P Baru
Persetujuan DFR oleh JCC
Penyerahan F/R ke pihak Indonesia oleh JICA
Peresmian M/P oleh BAPPEDA DKI Jakarta dengan mengekstraksi dari F/R
DKI Jakarta menerbitkan M/P sebagai Keputusan Gubernur
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) A-4
Tim ahli JICA telah merumuskan M/P baru melalui konsultasi mendalam dengan kelompok kerja DKI Jakarta yang terdiri dari perwakilan dari departemen dan divisi terkait DKI Jakarta termasuk BAPPEDA. Rencana M/P Baru mencakup sejumlah proposal yang memerlukan pengambilan keputusan oleh manajemen tingkat atas dari DKI Jakarta untuk realisasi, seperti mengamankan lahan IPAL, re-organisasi manajemen air limbah dan lumpur, pembentukan sistem penyedotan berkala lumpur septik, dll. Oleh karena itu diharapkan DKI Jakarta dapat memajukan pelaksanaan proposal ini berdasarkan rencana M/P Baru.
Tabel A2-3 Output Proyek dan Kegiatan Output Kegiatan
Output-1 : Dipersiapkannya Undang-undang Air Limbah Domestik dan peraturannya
<Indikator> 1-1 Dikembangkannya RUU Air Limbah Domestik. 1-2 Dikembangkannya peraturan dan standar yang berkaitan dengan Undang-undang Air Limbah
Domestik. <Kegiatan>
1-1 Mengumpulkan dan menganalisis informasi dasar yang terkait dengan sektor air limbah nasional, dan mengidentifikasi isu-isu kelembagaan dan teknis berdasarkan data yang ada dan penelitian sebelumnya.
1-2 Memilih prioritas undang-undang dan peraturan yang terdiri dari norma, standar, pedoman dan kriteria untuk dikembangkan atau direvisi.
1-3 Mengembangkan rancangan undang-undang dan peraturan norma yang terdiri,dari standar, pedoman dan kriteria yang dipilih dalam kegiatan (1-2).
1-4 Mengadakan seminar dengan organisasi terkait/stakeholder di sektor air limbah untuk berbagi dan mendiskusikan hasil kegiatan (1-3).
1-5 Mengembangkan atau merevisi undang-undang dan peraturan yang diidentifikasikan dalam kegiatan (1-2) berdasarkan hasil kegiatan (1-4) dan (2-2-13).
Output-2: Direvisinya master plan pengelolaan air limbah di DKI Jakarta
<Indikator> 2-1 Disetujuinya revisi master plan pengelolaan air limbah di DKI Jakarta.
<Kegiatan> 2-1 Melakukan survei untuk mengkaji master plan pengelolaan air limbah di DKI Jakarta.
2-1-1 Menelaah data yang ada dan informasi termasuk progres master plan, rencana dan kebijakan terkait.
2-1-2 Menilai kapasitas sektor air limbah di DKI Jakarta dan PD PAL JAYA. 2-1-3 Mengidentifikasi kondisi banjir dan fasilitas drainase utama. 2-1-4 Melakukan survei lokasi dan analisis data. 2-1-5 Menganalisis data sosial ekonomi untuk membuat M/P baru. 2-1-6 Mengidentifikasi Masalah Kelembagaan (Organisasi, Sumber Daya Manusia Keuangan
dan terkait) dalam Organisasi relevan pada sanitasi dan sewerage di DKI Jakarta. 2-1-7 Melakukan survei lapangan untuk pemilihan lokasi pengolahan air limbah. 2-1-8 Melakukan survei kualitas air. 2-1-9 Mengevaluasi kondisi saat ini dan mengidentifikasi masalah.
2-2 Meninjau master plan. 2-2-1 Mengembangkan rencana dasar untuk manajemen air limbah termasuk target, strategi
dan tindakan. 2-2-2 Mengembangkan kerangka kerja untuk sistem pengelolaan air limbah. 2-2-3 Mengembangkan data perencanaan (kualitas dan kuantitas air limbah yang dihasilkan). 2-2-4 Membuat zonasi sistem off-site dan on-site. 2-2-5 Memilih lokasi pengolahan air limbah. 2-2-6 Mengembangkan studi alternative master plan. 2-2-7 Memilih opsi alternatif yang paling sesuai. 2-2-8 Mengembangkan rencana perbaikan fungsi organisasi. 2-2-9 Mengembangkan rencana kegiatan pendidikan lingkungan di sektor air limbah. 2-2-10 Mengevaluasi opsi alternatif yang dipilih. 2-2-11 Mengidentifikasi tindakan prioritas yang harus diambil untuk pelaksanaan master plan
dan membuat rencana tindakan termasuk pelaksanaan studi kelayakan.. 2-2-12 Melakukan evaluasi lingkungan awal (IEE) 2-2-13 Mempublikasikan revisi master plan pengelolaan air limbah di DKI Jakarta
Sumber : Tim ahli JICA A3 Area Proyek
Area Proyek merupakan wilayah administrasi DKI Jakarta seperti yang ditunjukkan pada Gambar A3-1.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) A-5
Sumber: Disiapkan oleh tim ahli JICA berdasarkan data dari DKI Jakarta
Gambar A3-1 Batas Administratif DKI Jakarta DKI Jakarta terdiri dari lima (5) wilayah, 1 kabupaten, 44 kecamatan dan 267 kelurahan seperti yang ditunjukkan pada Tabel A3-1. Populasi dan kepadatan pada tahun 2010 juga ditampilkan dalam tabel ini.
Tabel A3-1 Administrasi Divisi DKI Jakarta (Tahun 2010)
No. Wilayah Kecamatan Kelurahan Populasi (Orang) Area (ha) Kepadatan
(orang/ha)
1 Jakarta Utara 6 31 1,554,003 13,903 112
2 Jakarta Barat 8 56 2,345,524 12.525 187
3 Jakarta Pusat 8 44 952.635 4.714 202
4 Jakarta Selatan 10 65 2,280,406 14.573 156
5 Jakarta Timur 10 65 2,585,628 18.990 136
Total 5 Wilayah 42 261 9,718,196 64,705 150
6 Kepulauan Seribu 2 6 20,684 870 24
Total DKI Jakarta 44 267 9,738,880 65.575 149 Sumber: Tim ahli JICA Juga, terdapat 2.657 RW (Rukun Warga) dan 29.769 RT (Rukun Tetangga) yang berarti sebuah komunitas tetangga.
Jakarta Barat
Jakarta Utara
Jakarta Timur
Jakarta Selatan
Jakarta Pusat
0 10 20 30km
Kepulauan Seribu
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) A-6
A4 Tahun Target Master Plan Baru
Tahun target M/P baru adalah tahun 2030. M/P baru untuk pengembangan off-site (sewerage) dan on-site harus dirumuskan dalam tiga (3) tahap sebagai berikut:
Rencana pengembangan jangka pendek: tahun 2012 s/d 2020
Rencana pengembangan jangka menengah: tahun 2021 s/d 2030
Rencana pengembangan jangka panjang: tahun 2031 s/d 2050
Sementara itu, sebuah rencana tindakan untuk proyek yang diprioritaskan di dalam M/P baru harus dipersiapkan untuk Rencana Pengembangan Jangka Pendek.
A5 Definisi Istilah
Istilah yang digunakan pada M/P Baru didefinisikan seperti pada Tabel A5-1.
Tabel A5-1 Definisi Istilah yang digunakan dalam M/P Baru Istilah Definisi
Sanitasi Off-site Sistem pengangkutan tinja ke lokasi lain untuk pengolahan, pembuangan atau penggunaan
Sanitasi On-site Sistem penanganan tinja pada titik keluaran Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Fasilitas pengolahan air limbah dari system off-site (sewerage) dan pengaliran air yang diolah ke sungai, danau dan laut
Stasiun pompa Bagian dari fasilitas off-site. Fasilitas pengangkatan pembuangan limbah di dekat permukaan tanah dan transfer ke stasiun pompa berikutnya atau IPAL ketika pemakaian oleh gravitasi dianggap tidak pantas karena alasan ekonomis dalam pembangunan seperti kedalaman pipa instalasi menjadi dalam, topografi tidak teratur, dll
Sewer Bagian dari fasilitas off-site. Perpipaan pada umumnya mengumpulkan dan mengangkut air limbah ke IPAL dan titik pengaliran
Sambungan Rumah Bagian dari fasilitas off-site. Pipa yang menghubungkan sewer dengan inlet rumah yang dipasang untuk mengumpulkan black water dan grey water dari rumah tangga dan perkantoran
Sewer Sekunder dan Tersier Sewer perpipaan dengan diameter dari 200mm ke 300mm: dipasang di jalan cabang dan terhubung dengan rumah-rumah biasa atau fasilitas umum & komersial oleh sambungan rumah
Sewer Utama Sewer perpipaan dengan diameter dari 350mm ke 800mm: diinstal sehingga air limbah yang dikumpulkan oleh sewer sekunder & tersier disalurkan ke Sewer induk
Sewer Induk Sewer perpipaan dengan diameter 900mm atau lebih yang merupakan fasilitas yang paling penting untuk saluran sewer: diinstal untuk mentransfer limbah ke IPAL
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Fasilitas untuk mengolah air limbah yang dikumpulkan melalui sewer dan mengalirkan air yang telah diolah ke badan air publik
IPAL Individu (ITP) Fasilitas yang diinstal secara individual untuk mengolah air limbah dari hotel, bangunan komersial, rumah sakit, fasilitas umum, dll, yang dikategorikan sebagai sistem off-site
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)
Fasilitas pengolahan lumpur yang diambil dari fasilitas on-site. Ini dikategorikan sebagai sanitasi on-site.
Tangki Septic (Septic Tank) Istilah umum fasilitas pengolahan black water saja atau blcak water dan grey water, yang terhubung dengan toilet. Ini dikategorikan sebagai sanitasi on-site.
Septic tank tipe konvensional Metode pengolahan dengan lapisan tanah di mana pengolahan air limbah terutama bergantung pada lapisan tanah. Ada yang menggunakan metode perendaman langsung oleh pit tanpa slab bawah. Ada juga jenis lain dimana air supernatan berpindah dari pit 1 ke pit ke-2 tanpa slab bawah dan merembes dalam tanah atau airbsupernatan dibuang ke sungai terdekat atau saluran pembuangan.
Septic tank tipe modifikasi Adalah fasilitas dengan jenis media pemurnian atau peralatan yang melekat ke tangki septik konvensional.
Fasilitas umum & komersial Fasilitas umum & komersial seperti hotel, sekolah, rumah sakit, bangunan komersial, fasilitas umum, dll
Sumber: Tim ahli JICA
PART-B DATA DAN INFORMASI
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-1
PART-B DATA DAN INFORMASI
B1 Kondisi Terkini dan Permasalahan pada Sektor Pembuangan Limbah dan Sanitasi di Indonesia
B1.1 Total Sistem Pengelolaan dan Pengawasan pada Sektor Pembuangan Limbah dan Sanitasi di Indonesia
Pengelolaan dan pengawasan untuk air hujan & air limbah dan sanitasi di Indonesia adalah di bawah tanggung jawab dinas-dinas berikut ini. Namun, tanggung jawab pada setiap dinas tidak jelas. Oleh karena itu, penataan kembali/reformasi organisasi dan institusi sangat diperlukan termasuk penggabungan.
Tabel B1-1 Total Sistem Pengelolaan dan Pengawasan pada Sektor Pembuangan Limbah dan Sanitasi di Indonesia
Pengelolaan dan Pengawasan Air Hujan Air Limbah
Off-site On-site Kementrian Pekerjaan Umum
DKI 〇 (sungai utama) 〇 〇 Lain-lain 〇 〇 〇
DKI BPLHD 〇 〇 DPU 〇(cabang, kanal)
PD PAL JAYA 〇 〇
DK 〇 Catatan: BPLHD: Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah, DPU: Dinas PU DKI, PD PAL JAYA: Perusahaan Daerah Pengelolaan
Air Limbah DKI Jakarta, DK: Dinas Kebersihan DKI Sumber: Tim Ahli JICA
B1.2 Kebijakan dan Strategi
Di Indonesia, kedua sistem off-site dan sistem on-site dikelola oleh Cipta Karya (Direktorat Jenderal Cipta Karya) pada Kementrian Pekerjaan Umum. Oleh karena itu, kebijakan dan strategi untuk sistem off-site dan sistem on-site adalah tidak terpisahkan. Indonesia mempunyai kebijakan dan strategi “sanitasi” yang mana mencakup kedua sistem off-site dan on-site.
B1.2.1 BAPPENAS (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional)
(1) Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia (ISSDP) 2006-2010
Dapat dikatakan bahwa Tahun Sanitasi Internasional (2008) menjadi titik awal dimulainya pembangunan kebijakan “sanitasi” Indonesia. Melalui desentralisasi pada tahun 2001, pemerintah daerah diberi tanggung jawab utama untuk memutuskan berapa yang harus diinvestasikan untuk “sanitasi”. Ini berarti bahwa, apabila majelis lokal memiliki tingkat kesadaran yang rendah tentang “sanitasi”, tidak akan ada investasi untuk “sanitasi”. Bahkan, tingkat kesadaran majelis lokal rendah.
Oleh karena itu, desentralisasi mengakibatkan keterlambatan pembangunan dan investasi pada kebijakan “sanitasi”. Namun, ”sanitasi” yang buruk bukan hanya permasalahan lokal. Hal itu juga berpengaruh pada ekonomi nasional yang berkontribusi terhadap peningkatan biaya perawatan kesehatan, penurunan investasi asing dan pendapatan pariwisata. Berdasarkan laporan Program Air dan Sanitasi (WSP), Indonesia kehilangan 560 Triliun Rupiah (63 Milyar Dolar) dikarenakan kondisi sanitasi yang buruk, sebagaimana diperhitungkan 2,3% dari produk nasional bruto (PDB). Sanitasi yang buruk juga menghambat peningkatan citra Indonesia di luar negeri. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia, dalam hal ini BAPPENAS mengambil inisiatif untuk meluncurkan Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia pada tahun 2006 melalui kerjasama dengan WSP dan menyelenggarakan kegiatan peningkatan kesadaran untuk masyarakat Indonesia di semua tingkat.
Khususnya, pada tingkat pemerintah pusat, Penyedia Air Nasional (PDAM) dan Kelompok Kerja Sanitasi yang diorganisir oleh delapan kementerian dan dinas terkait sebagai organisasi lintas departemen. BAPPENAS menjadi lembaga yang memimpin. Pada tingkat daerah, strategis sanitasi perkotaan diformulasikan untuk 6 kota (Payakumbuh, Jambi, Banjarmasin, Denpasar, Blitar, dan
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-2
Surakarta) dengan menggunakan pendekatan partisipatif pada tahap pertama ISSDP (yang berakhir pada September 2008). Menggunakan metodologi yang terbentuk dalam proses ini, Percepatan Program Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) tahun 2010-2014 telah dipersiapkan dan hal tersebut telah diadopsi pada konferensi nasional mengenai strategi sanitasi perkotaan pada bulan April 2009.
(2) Tujuan dan Isi dari Percepatan Program Pembangunan Sanitasi Perkotaan (PPSP) tahun 2010- 2014 (Mengenai Air Limbah)
1) Tujuan
BAB sembarangan akan diberantas pada tahun 2014 (Bebas BAB sembarangan). 80% dari rumah tangga perkotaan mempunyai akses ke pengelolaan limbah padat. Banjir seluas 22.500 ha di 100 daerah perkotaan strategis akan berkurang.
2) Pendekatan Utama
(a) Melalui pembangunan sistem pembuangan limbah di 16 kota (pembangunan sistem baru di 5 kota dan perluasan sistem tersebut di 11 kota), populasi yang terjangkau oleh sistem pembuangan limbah di daerah perkotaan akan naik sampai 5% dan populasi yang mempunyai akses ke sistem pembuangan limbah akan meningkat sampai 5 juta.
(b) SANIMAS (sistem sanitasi berbasis masyarakat) akan dibangun di 226 kota secara nasional. (c) Jumlah lumpur tinja pada sistem on-site akan berkurang sebesar 20%1. (d) Praktek 3R akan dilaksanakan secara nasional. (e) Tempat pembuangan akhir akan ditingkatkan sebagai tempat pembuangan yang bersanitasi untuk
melayani 240 kota. (f) Banjir seluas 22.500 ha di 100 daerah perkotaan strategis akan berkurang.
3) Perencanaan
(a) Strategi sanitasi perkotaan akan diformulasikan pada semua 330 kota. (b) Strategi sanitasi perkotaan akan dilaksanakan di 160 kota.
4) Jumlah Investasi
5.5 Milyar Dolar (dimana 500 Juta Dolar akan berasal dari Dana Alokasi Khusus dari pemerintah pusat).
B1.2.2 Kementerian Pekerjaan Umum (Kementrian PU)
Pada tingkat pemerintah pusat Indonesia, Penyedia Air Nasional (PDAM) dan Kelompok Kerja Sanitasi (dipimpin oleh BAPPENAS) diorganisir oleh delapan kementerian dan dinas dan kebijakan sanitasi dikoordinasikan dengan benar. Oleh karena itu, diperkirakan bahwa BAPPENAS dan Kementrian PU tergabung di balik kebijakan yang sama.
B1.2.3 Pemerintah DKI Jakarta
DKI Jakarta merupakan situasi yang sangat sulit mengenai perumusan kebijakan air limbah. Kementerian utama yang bertanggung jawab atas permasalahan air limbah pada pemerintahan DKI Jakarta adalah Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD), Dinas Pekerjaan Umum (DPU), dan Dinas Kebersihan (DK). Walaupun divisi pengelolaan air limbah pada DPU mempunyai 35 IPAL komunitas, divisi tersebut telah dihapuskan pada tahun 2008 dan pengelolaan IPAL komunitas dialihkan kepada BPLHD dan permasalahan air limbah menjadi di luar lingkup operasional DPU. Namun, 35 fasilitas tersebut tidak terpelihara karena pada dasarnya BPLHD adalah badan 1 Sebagian besar dari sanitasi perkotaan di Indonesia bergantung pada septik tank sebagai fasilitas air limbah on-site. Karena pengumpulan secara regular terhadap lumpur tinja belum diperkenalkan, lumpur tinja yang dihasilkan ke dalam septik tank hanya diakumulasikan saja, dan sebagai hasilnya, septik tank sebenarnya tidak berfungsi sebagai fasilitas pengolahan air limbah. Dalam rangka untuk mengatasi masalah ini, dimaksudkan untuk mengurangi total volume lumpur tinja yang ada di dalam septik tank sebesar 20% dengan memperkuat pengumpulan lumpur tinja dan untuk mengembalikan fungsi pengolahan dari septik tank.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-3
pembuat peraturan dan tidak mempunyai kemampuan untuk membangun dan mengelola fasilitas. Tugas utama dari DK adalah mengumpulkan dan mengolah limbah padat (sampah). Mereka juga mengolah lumpur tinja dari septic tank rumah tangga, tetapi ini bukan merupakan tugas utama mereka. Sistem pembuangan limbah dikontrol oleh PD PAL JAYA (yang merupakan perusahaan daerah) di beberapa wilayah, tetapi tidak ada departemen di pemerintahan DKI Jakarta yang mengontrol aspek teknis operasional PD PAL JAYA. Selain itu, walaupun Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) mempunyai tanggung jawab untuk mempersiapkan, mengontrol, dan mengkoordinasikan rencana pembangunan daerah, BAPPEDA tetap tidak berfungsi sebagai badan yang secara konkret mengkoordinasikan kebijakan organisasi yang terlibat dalam pengelolaan air limbah. Hal ini mengakibatkan kurangnya kebijakan yang terpadu dalam pengelolaan air limbah di antara pemerintah DKI Jakarta dan pengelolaan air limbah diberikan prioritas yang rendah dalam anggaran DKI Jakarta. Dalam anggaran DKI Jakarta, “tindakan banjir” dan “tindakan transportasi” diberikan kerangka anggaran khusus (sebagai anggaran pembelanjaan kebijakan khusus), tetapi hal ini tidak berlaku untuk tindakan air limbah. PD PAL JAYA diperlakukan dengan cara yang sama seperti perusahaan daerah lainnya dimana dijalankan atas dasar pembayaran sendiri dan tidak memiliki akses ke anggaran DKI Jakarta.
Oleh karena itu, tugas yang mendesak untuk pemerintah DKI Jakarta adalah membentuk organisasi yang mengontrol kebijakan pengelolaan air limbah yang terpadu, mengamankan anggaran dengan membentuk “anggaran pembelanjaan kebijakan khusus” untuk biaya pengelolaan air limbah dan membuat sistem dimana PD PAL JAYA dapat mengakses anggaran untuk pengelolaan air limbah. Hal ini sangat diperlukan agar tindakan air limbah ini dimasukkan ke dalam Master Plan JICA dan Peraturan Gubernur DKI harus dikeluarkan untuk tindakan ini, agar tindakan ini dapat dijadikan sebagai kebijakan DKI Jakarta.
B1.2.4 PD PAL JAYA
PD PAL JAYA adalah organisasi yang didirikan untuk memelihara sistem pembuangan limbah yang dibangun pada wilayah yang terbatas di Kota Jakarta di bawah JSSP yang dibantu oleh Bank Dunia. Operasional perusahaan termasuk pemeliharaan fasilitas sanitasi on-site karena JSSP termasuk beberapa fasilitas sanitasi on-site. Oleh karena itu, perusahaan mempunyai personil yang memperoleh pendidikan khusus dan pelatihan di luar negeri mengenai sistem pembuangan limbah dan sistem on-site. Untuk alasan tersebut, diharapkan bahwa perusahaan tersebut mempunyai tingkat yang wajar dalam kemampuan pembuat kebijakan, tetapi PD PAL JAYA tidak diberikan kesempatan untuk memanfaatkan kemampuan ini karena tidak memiliki status sebagai organisasi pembuat kebijakan di dalam pemerintah DKI Jakarta.
B1.3 Organisasi dan Institusi
B1.3.1 Kementerian Pekerjaan Umum
Kementerian Pekerjaan Umum terdiri dari empat Direktorat Jenderal, yaitu Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK), Direktorat Jenderal Tata Ruang (DGTR), Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Dirjen SDA), dan Direktorat Jenderal Bina Marga (DJBM).
DJCK mempunyai tanggung jawab untuk kebijakan pembangunan perumahan, penyediaan air, dan pembangunan sektor sanitasi lingkungan hidup. Pada DJCK, Direktorat Pembangunan Sanitasi Lingkungan Hidup mempunyai kewenangan untuk menentukan kebijakan dalam pengelolaan air limbah.
B1.3.2 DKI Jakarta
1) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Berdasarkan Peraturan Gubernur No.70/2009, tugas pokok dari BAPPEDA adalah koordinasi persiapan kebijakan, dan evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah, yang didefinisikan sebagai berikut;
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-4
a. Merumuskan kebijakan perencanaan pembangunan, penelitian dan pembangunan dan juga statistik regional.
b. Mengkoordinasikan persiapan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
c. Menyusun Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang berkoordinasi dengan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD).
d. Menyusun Persiapan Plafon Anggaran (PPA) yang berkoordinasi dengan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD).
e. Mengkoordinasikan kebijakan perencanaan di bidang pembangunan perekonomian, pembangunan fasilitas dan infrastruktur, pembangunan kesejahteraan masyarakat, pembangunan pemerintahan, pembangunan aparatur dan keuangan.
f. Mengkoordinasikan rencana pembangunan yang terpadu, antar negara, antar daerah, antar pemerintah yaitu antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat dan antar pihak lainnya.
g. Mengevalusi pelaksanaan rencana pembangunan. h. Memberikan dukungan teknis perencanaan pembangunan kepada aparatur daerah.
2) Struktur Organisasi
Organisasi BAPPEDA untuk urusan pelaksanaan seperti yang tersebut di atas adalah terdiri dari sebagai berikut. Sehubungan dengan pengelolaan air limbah, Bidang Prasarana & Sarana Kota dan Lingkungan Hidup terlibat langsung dengan permasalahan air limbah.
a. Kepala Badan b. Wakil Kepala Badan c. Sekretariat Subbag Umum, Subbag Kepegawaian, Subbag Program dan Anggaran, dan
Subbag Keuangan d. Bidang Kesejahteraan Masyarakat e. Bidang Prasarana, Sarana Kota dan Lingkungan Hidup f. Bidang Perekonomian g. Bidang Pemerintahan h. Bidang Pengembangan program dan Pembiayaan i. Bidang Penelitian dan Statistik j. Bidang Pembinaan Perencanaan k. Unit Pelaksana Teknik
(2) BPLHD (Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup)
1) Lingkup Pekerjaan
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 10/2008 and Peraturan Gubernur No. 165/2009, peran BPLHD terutama dalam rangka pelaksanaan administratif pengendalian lingkungan lingkungan hidup, seperti ditunjukkan di bawah ini.
Membuat kebijkan untuk administrasi lingkungan hidup Pemantauan terkait dengan fasilitas pengendalian lingkungan hidup Pengelolaan air limbah Pengendalian dan pengoperasian limbah berbahaya Pengendalian dan mengevaluasi air permukaan Koordinasi terkait dengan pengurangan beban pencemaran dan pemulihan lingkungan hidup
yang memburuk Peningkatan organisasi terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup dan mendidik sumber
daya manusia Pembinaan teknis, pengelolaan dan pengawasan penilaian dampak lingkungan
(EIA/AMDAL) Pengelolaan manajemen air limbah termasuk limbah pabrik (DK, PD PAL JAYA) Dukungan teknis kepada Departemen Analisis Lingkungan dan koordinasi Pengujian dan analisis terkait dengan pengendalian lingkungan hidup
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-5
Pembinaan, proposal, pelisensian atau pemantauan, pengawasan dan koordinasi untuk penggunaan air tanah, limbah pabrik termasuk bahan berbahaya dan untuk pemulihan sumber air permukaan
Penguatan struktur hukum terkait dengan lingkungan hidup dan air tanah
2) Struktur Organisasi
Organisasi BPLHD untuk urusan pelaksanaan seperti yang tersebut di atas adalah seperti yang ditunjukkan pada Laporan Pendukung (S/R) Bagian-B: B1.
3) Personil Organisasi
Rentang usia, rasio pria/wanita, latar belakang pendidikan dan mayoritas pada universitas yaitu sebanyak 193 personil BPLHD adalah seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
(a) Rentang Usia dan Rasio Pria/Wanita
Rentang usia para personil diobservasi dan dibagi menjadi pria dan wanita, jumlah orang yang termasuk dalam kelompok usia 46-56 tahun sebagian besar terdiri atas pria dan menurun pada rentang usia lebih muda. Di antara wanita, mereka yang termasuk kelompok usia 46-56 dan 34-45 adalah hampir sama, dan jumlahnya menurun pada kelompok usia 23-33.
32
45
77
23‐33, 26
34‐45, 40
46‐56, 39
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
23‐33
34‐45
46‐56
Number of Man & Woman
A
g
e
R
a
n
g
e
Number of Man & Woman Based On Age Range
59.46%
40.54%
Male/Female Ratio of BPLHD DKI Jakarta Province
M W
Sumber: Tim Ahli JICA
Gambar B1-1 Rentang Usia dan Rasio Pria/Wanita pada Personil BPLHD (b) Latar Belakang Pendidikan
Ketika latar belakang pendidikan para personil diamati, jumlah lulusan universitas (S1) adalah yang terbesar (47,49%), lulusan sekolah menengah atas (SMA) adalah 18,92%, master (S2) adalah 13,13%, dan diploma (D III) adalah 11,20%.
Ketika bidang keahlian diamati pada lulusan universitas dan master, insinyur teknik sebesar 23%, ahli manajemen/ahli ekonomi sebesar 17% dan ahli sains sebesar 16%.
11.20%0.39%
47.49%13.13%
1.54%
18.92%
6.56% 0.77%
Educational Background
D III D IV S1 S2 SD SMA SMK SMP
3% 9%5%
4%
17%
23%
16%
23%
Major in University
Accounting & Finance Administration
Environmental & Sanitation Law
Management/Economy others
Science Technical Engineering
Catatan: DIII,DIV: Diploma, S1:Strata 1,S2:Magister, SD: Sekolah Dasar, SMA: Sekolah Menengah Atas, SMK: Sekolah Menengah Kejuruan, SMP: Sekolah Menengah Pertama Sumber: Tim ahli JICA
Gambar B1-2 Latar Belakang Pendidikan dan Lulusan Universitas pada Pegawai BPLHD
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-6
(3) Dinas Kebersihan (DK)
1) Lingkup Pekerjaan
Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 131/2009, Dinas Kebersihan berperan utama dalam melakukan pembersihan administrasi seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Membuat dan melaksanakan urusan rencana dan anggaran DK Membuat kebijakan teknis yang terkait dengan pelaksanaan pengelolaan kebersihan Mengelola limbah padat dan air limbah septic tank Membangun fasilitas dan infrastruktur untuk pengelolaan kebersihan Melakukan sosialisasi pendidikan dan pelatihan serta partisipasi masyarakat untuk
memperbaiki sanitasi dan kebersihan hidup Pendidikan dan pelatihan mengenai pengelolaan limbah dan air limbah septic tank Pada bidang layanan kebersihan; ketentuan layanan, pendidikan dan pelatihan, rekomendasi
pengelolaan, menentukan kriteria dan pemberian izin Pelaksanaan hukum dalam pengelolaan kebersihan Mengumpulkan, mengelola, menyimpan dan melaporkan biaya pembersihan Membangun, mengoperasikan, menjalankan dan memelihara fasilitas dan infrastruktur untuk
kebersihan Menyediakan pendukung teknologi untuk lokakarya di masyarakat dan wilayah Mengelola urusan kepegawaian, keuangan, asset-aset dan operasional DK Melaporkan dan menjelaskan teerkait urusan pelaksanaan
2) Struktur Organisasi
Organisasi DK untuk urusan pelaksanaan seperti yang tersebut di atas adalah seperti yang ditunjukkan pada Laporan Pendukung (S/R) Bagian-B: B1.
3) Personil Organisasi
Usia, latar belakang pendidikan, dan bidang keahlian para personel yang tergabung dalam Dinas Kebersihan adalah seperti yang ditunjukkan berikut ini.
(a) Rentang Usia dan Rasio Pria/Wanita
Ketika komposisi usia para personil diamati, jumlah mereka yang termasuk dalam kelompok usia 50-54 adalah yang terbesar, diikuti oleh kelompok umur 45-49 dan sampai dengan usia 55 ke atas. Jumlah mereka yang termasuk kelompok usia muda adalah sedikit. Rasio pria/wanita adalah laki-laki sebesar 92% dan wanita sebesar 8%.
0 100 200 300 400 500 600 700 800
18 ‐ 19
20 ‐ 24
25 ‐ 29
30 ‐ 34
35 ‐ 39
40 ‐ 44
45 ‐ 49
50 ‐ 54
> 55
Number of Staff
Age Ran
ge
Number of Staff Based On Age Range
92%
8%
MailFemaile Ratio of DK
Male Female
Sumber: Tim Ahli JICA
Gambar B1-3 Rentang Usia dan Rasio Pria/Wanita pada Personil Dinas Kebersihan (b) Latar Belakang Pendidikan
Ketika komposisi latar belakang pendidikan personil diamati, jumlah mereka yang menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP/MS) dan Sekolah Dasar (SD/ES) adalah yang terbesar (47%), kemudian diikuti dengan Sekolah Menengah Atas (38%). Lulusan universitas dan master (S1
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-7
dan S2) adalah 14% dan lulusan Diploma (DI- DIII) adalah 1%.
Catatan: SD (ES): Sekolah Dasar, SMP (MS): Sekolah Menengah Pertama, SMA (HS): Sekolah Menengah Atas, DI-DIII: Diploma, S1:Strata 1, S2:Master Sumber: Tim Ahli JICA
Gambar B1-4 Latar Belakang Pendidikan Pegawai DK B1.3.3 PD PAL JAYA
(1) Lingkup Pekerjaan
PD PAL JAYA didirikan pada tahun 1991 berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta No.10 (Peraturan Daerah No.10/1991) dengan tujuan untuk menyediakan layanan pengumpulan air limbah melalui pengelolaan fasilitas off-site, untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan untuk mendukung kebijakan DKI Jakarta terkait dengan permasalahan tersebut. Kemudian, berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta No.14 (Peraturan Daerah No.14/1997), wilayah yang menjadi tanggung jawab PD PAL JAYA diperluas menjadi ke seluruh wilayah DKI Jakarta, dan untuk mendukung kebijakan DKI Jakarta ditambahkan juga pengelolaan fasilitas on-site disamping fasilitas off-site.
Detail urusan-urussan PD PAL JAYA ditetapkan pada Keputusan Direktur PD PAL JAYA untuk Provinsi DKI Jakarta, No.31 Tahun 2010. Tujuan pendirian dan gambaran umum tentang urusan-urusan PD PAL JAYA adalah seperti yang dijelaskan berikut ini. Peraturan juga menetapkan PD PAL JAYA untuk mendukung kebijakan DKI Jakarta pada wilayah pengelolaan fasilitas on-site di samping fasilitas off-site.
1) Tujuan Pendirian
Menyediakan layanan pengumpulan air limbah melalui pengelolaan fasilitas off-site Meningkatkan kesejahteraan social melalui pengelolaan fasilitas on-site Mendukung kebijakan DKI Jakarta terkait hal tersebut di atas
2) Lingkup Pekerjaan
(a) Urusan terkait Fasilitas Off-site
Menjalankan, menginspeksi, dan memperbaiki peralatan pengolahan (mesin aerasi permukaan) pada Instalasi Pengolahan Setiabudi
Menganalisis kualitas air pada Instalasi Pengolahan Setiabudi Menginspeksi dan tanggap darurat untuk saluran pipa pembuangan air, pipa pelayanan dan
manhole O&M, pemantauan dan pengelolaan stasiun-stasiun pompa Menginspeksi sampel air limbah yang dibawa dari pelanggan Mengumpulkan biaya pembuangan limbah, pengelolaan pelanggan dan menangani complain
pelanggan Mempromosikan penetrasi system pembuangan limbah Menyesuaikan rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang pada bisnis
pembuangan limbah Proposal persyaratan teknologi dan anggaran untuk fasilitas pembuangan limbah
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-8
Merumuskan rencana teknologi terkait perbaikan, pengelolaan dan perluasan fasilitas pembuangan limbah
Pekerjaan kantor lainnya yang diperlukan untuk operasional perusahaan (keuangan, urusan umum, dll.)
(b) Urusan terkait Fasilitas On-site
Manufaktur, pemasaran dan pemeliharaan peningkatan septic tank melalui anak perusahaan Penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja dari fasilitas on-site seperti septic tank
Urusan penyedotan dan pengangkutan lumpur tinja pada saat ini dilaksanakan berdasarkan korespondensi permintaan dari pelanggan (berbasis telepon). Hal ini direncanakan untuk membagi wilayah DKI Jakarta menjadi sepuluh (10) bagian pelayanan dan untuk mempromosikan penyedotan secara berkala. Selanjutnya direncanakan untuk melakukan penyedotan secara berkala sekitar sekali setiap enam bulan dan mengumpulkan biaya dari pelanggan pada setiap bulannya di masa yang akan datang.
(2) Struktur Organisasi
Sanitasi off-site telah dikendalikan sampai tahun 1991 oleh Badan Pengelolaan Air Limbah (BPAL) yang didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 510/KPTS/1987 di DKI Jakarta.
PD PAL JAYA didirikan berdasarkan Peraturan Daerah No. 10/1991 pada tahun 1991 untuk mengendalikan sanitasi off-site, mengumpulkan air limbah, meningkatkan kesejahteraan sosial dan mendukung kebijakan DKI Jakarta untuk permasalahan tersebut. Pengendalian sanitasi off-site telah dialihkan kepada PD PAL JAYA dan telah mengelola stasiunnya hingga saat ini.
Gambar B1-5 Menunjukkan Struktur Organisasi PD PAL JAYA.
Seperti ditunjukkan, PD PAL JAYA terdiri dari dua departemen bisnis (Departemen Teknik&Bisnis dan Departemen Administrasi&Keuangan), enam divisi dan delapan belas sub-divisi.
Sumber: PD PAL JAYA
Gambar B1-5 Struktur Organisasi PD PAL JAYA (Pada Jan.2011)
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-9
(3) Jumlah Staf
Tabel B1-2 menunjukkan jumlah staf PD PAL JAYA.
Total jumlah staf adalah 106, yang terdiri dari Departemen Teknik&Bisnis sebesar 36% dan Departemen Administrasi&Keuangan sebesar 61%. Laporan Pendukung (S/R) BAGIAN-B : B1 menunjukkan jumlah staf pada setiap divisi dan posisi.
Tabel B1-2 Jumlah Staf PD PAL JAYA Kategori Jumlah Staf Prosentase
(%) Presiden Direktur 1
3 2,8%Direktur 2 Teknik&Bisnis Div. Operasional & Pemeliharaan 18
38 35,8%Div. Teknis 12 Div. Program & Pembangunan 8
Administrasi&Keuangan Div. Layanan Pelanggan 12
65 61,3%Div. Keuangan 13 Div. Umum 28
Pengawas Internal Audit 9 Lain-lain(pekerja kontrak) 3
Total 106 100,0%Sumber: PD PAL JAYA
(4) Deskripsi Pekerjaan
Detail pekerjaan ditentukan oleh Keputusan Direktur PD PAL JAYA untuk Provinsi DKI Jakarta No. 31 Tahun 2010.
Tabel B1-3, Tabel B1-4 dan Tabel B1-5 menunjukkan pekerjaan untuk masing-masing divisi dan sub-divisi.
Tabel B1-3 Deskripsi Pekerjaan PD PAL JAYA (1/3)
Divisi/Sub-divisi Deskripsi Pekerjaan
Direktorat Teknik&Bisnis
Divisi O&M
Sub-divisi jaringan pipa dan stasiun pompa
*Operasional, pemeliharaan, tanggap darurat, pemantauan dan pengawasan jaringan pipa pembuangan limbah dan pipa pelayanan
*Operasional, pemeliharaan, pemantauan dan pengawasan stasiun pompa
Sub-divisi IPAL dan Laboratorium
*Operasional dan pemeliharaan Waduk Setiabudi
*Analisis kualitas air Waduk Setiabudi
*Operasional dan pemeliharaan laboratorium
*Analisis sampel air limbah dari pelanggan
Sub-divisi of peralatan teknik dan bengkel
*Penyediaan peralatan teknik
*Pemeliharaan kendaraan operasional
*Operasional dan pemeliharaan bengkel
Divisi Teknik
Sub-divisi perencanaan teknik
*Membuat rencana pekerjaan untuk survei dan pengukuran untuk sistem pembuangan limbah
*Persentasi persyaratan teknik dan anggaran estimasi anggaran untuk pekerjaan sistem pembuangan limbah
*Persiapan rencana teknik untuk perbaikan, pemeliharaan dan perluasan sistem pembuangan limbah
Sub-divisi pengendalian teknik dan dokumentasi
*Mengumpulkan data teknik dan data pemetaan/gambar sistem pembuangan limbah
*Mempersiapkan rencana data untuk pekerjaan jaringan dan konstruksi sistem pembuangan limbah
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-10
Tabel B1-3 Deskripsi Pekerjaan PD PAL JAYA (1/3)
Divisi/Sub-divisi Deskripsi Pekerjaan
*Koordinasi dengan dinas teknik terkait berkaitan konstruksi sistem pembuangan limbah
Sub-divisi pelaksanaan teknik
*Instalasi pipa pembuangan limbah, pipa saluran pembuangan dan Inspection
*Penganggaran pekerjaan konstruksi
*Membuat laporan perkembangan pekerjaan
Divisi Program dan Pembangunan
Pemasaran dan pembangunan bisnis
*Promosi pembangunan pembuangan limbah
*Membuat target pencapaian
*Melakukan proses administrasi layanan pengolahan air limbah
*Kerjasama bisnis dan pemsaran dengan pihak lainnya
*Pembangunan bisnis termasuk penggunaan aset
Pengelolaan program
*Penelitian dan pembangunan efisiensi dan performa pekerjaan pemeliharaan, pembangunan bisnis dan layanan pelanggan
*Persiapan program jangka pendek, program jangka menengah, and program jangka panjang
*Evaluasi dan control terhadap pelaksanaan program dan rencana kerja
*Pengumpulan data tren harga bahan baku Sumber: Keputusan Direktur PD PAL JAYA untuk Provinsi DKI Jakarta, No.31 Tahun 2010
Tabel B1-4 Deskripsi Pekerjaan PD PAL JAYA (2/3)
Divisi/Sub-divisi Deskripsi Pekerjaan
Direktorat Administrasi dan Keuangan
Divisi Layanan Pelanggan
Sub-divisi hubungan pelanggan
*Menyediakan layanan dan menangani keluhan pelanggan
*Survei reguler/pemantauan tingkat kepuasan pelanggan
*Menyusun program untuk meningkatkan kualitas layanan pelanggan
Sub-divisi pengelolaan pelanggan non-rumah tangga
*Penagihan rekening layanan pembuangan limbah untuk pelanggan non-rumah tangga
*Evaluasi berkala terhadap tingkat keberhasilan dalam pembayaran
*Penelitian berkala dan evaluasi data untuk luas lantai bangunan non-rumah tangga
Sub-divisi pengelolaan pelanggan domestik
*Penagihan rekening layanan pembuangan limbah untuk pelanggan rumah tangga
* Evaluasi berkala terhadap tingkat keberhasilan dalam pembayaran
* Penelitian berkala dan evaluasi data untuk luas lantai bangunan rumah tangga
Divisi Keuangan
Sub-divisi akunting
*Menyiapkan neraca dan laporan laba rugi
*Menyiapkan laporan perusahaan
Sub-divisi anggaran
*Menyiapkan anggaran perusahaan
*Membuat permintaan anggaran
*Pemantauan dan evaluasi anggaran penerimaan dan pengeluaran
Sub-divisi perbendaharaan dan perpajakan
*Penerimaan dan menyimpan uang
*Pembayaran pajak dan catatan akunting
*Pembayaran gaji dan tunjangan karyawan lainnya
Divisi Umum
Sub-divisi administrasi
*Pekerjaan sekretaris dan tata usaha
*Menyiapkan dokumen/administrasi pengadaan barang dan jasa
*Pengelolaan dokumen bisnis perusahaan dan dokumen resmi
Sub-divisi kepegawaian *Administrasi staf dan pembentukan sistem personalia
*Perencanaan pengadaan/penerimaan, mutasi dan pembangunan karir pribadi
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-11
Tabel B1-4 Deskripsi Pekerjaan PD PAL JAYA (2/3)
Divisi/Sub-divisi Deskripsi Pekerjaan
*Kesejahteraan dan pensiun pegawai
*Evaluasi dan pendisiplinan pegawai
Sub-divisi pemeliharaan *Pengadaan fasilitas dan peralatan infrastruktur kantor
*Menyediakan pembersihan dan menjaga keamanan
Sub-divisi teknologi informasi
*Membuat rencana untuk kebutuhan perangkat keras dan lunak untuk setiap unit kerja
*Penyesuaian peningkatan kemampuan teknologi computer untuk meningkatkan kinerja perusahaan
Sumber: Keputusan Direktur PD PAL JAYA untuk Provinsi DKI Jakarta, No.31 Tahun 2010
Tabel B1-5 Deskripsi Pekerjaan PD PAL JAYA (3/3) Divisi/Sub-divisi Lingkup Pekerjaan
Unit Pengawas Internal
Pengawas Teknik dan Bisnis
*Pemantauan dan penilaian kegiatan teknik
*Pemantauan dan penilaian pengolahan air limbah, baik kualitas maupun kuantitas
* Pemantauan dan penilaian terhadap pemeliharaan jaringan saluran pembuangan umum dan personil pipa pribadi
*Pemantauan dan penilaian terhadap promosi dan pembangunan bisnis
Pengawas Keuangan
*Pemantauan dan penilaian pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan dan hasilnya
*Pelunasan rekening bulanan
*Pemantauan dan penilaian pelaksanaan layanan pelanggan
*Melaporkan audit dan penilaian aktifitas keuangan
*Pemantauan dan penilaian pengelolaan asset perusahaan
Pengawas Ketaatan
*Pemantauan dan penilaian administratif dan kegiatan pegawai
*Pemantauan dan penilaian ketaatan *Penialaian dan evaluasi terhadap surat perjanjian / kontrak dan produk hokum lainnya
Sumber: Keputusan Direktur PD PAL JAYA untuk Provinsi DKI Jakarta, No.31 Tahun 2010 (5) Personil Organisasi
Usia, rasio pria/wanita, latar belakang pendidikan dan bidang keahlian dari 106 personil yang tergabung dalam PD PAL JAYA adalah sebagai berikut.
1) Rentang Usia dan Rasio Pria/Wanita
Rata-rata usia personil PD PAL JAYA adalah 43tahun. Ketika komposisi usia personil diamati dimana terbagi menjadi pria dan wanita, jumlah mereka yang termasuk dalam kelompok usia 34-45 adalah yang terbesar (65%). Di sisi lain jumlah personil yang berusia hingga 33 tahun sangatlah kecil (6%). Selanjutnya, 78% adalah pria dan 22% adalah wanita.
Male78%
Female22%
Male/Female Ratio of PD PAL JAYA
4
52
27
2
17
4
0 10 20 30 40 50 60
-33
34-45
46-
Number of Man & Woman
Age
Ran
ge
Number of Man & Woman Based On Age Range
Woman
Man
Sumber: PD PAL JAYA
Gambar B1-6 Rentang Usia dan Rasio Pria/Wanita pada Personil PD PAL JAYA
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-12
2) Latar Belakang Pendidikan dan Lulusan Universitas
Jumlah lulusan universitas (S1) adalah yang terbesar (41%), diikuti oleh lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 25%, lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) 13% dan master (S2) 11%.
Sebagai bidang keahlian lulusan universitas dan master, mereka yang mengkhususkan diri dalam manajemen/ekonomi adalah 29%, akuntansi/keuangan adalah 18%, insinyur teknik adalah 15% dan teknik lingkungan/sanitasi adalah 13%.
Catatan: S2:Master , S1:Strata 1, D3:Diploma, VHS: Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), HS: Sekolah Menengah Atas (SMA), MS: Sekolah Menengah Pertama (SMP), ES: Sekolah Dasar (SD)
Sumber:PD PAL JAYA
Gambar B1-7 Latar Belakang Pendidikan dan Lulusan Universitas pada Personil PD PAL JAYA
B1.3.4 Pembagian Tugas mengenai Pengelolaan Air Limbah
(1) Sanitasi Off-site
1) Dinas yang terkait dengan Pekerjaan Off-site
Institusi yang terkait dengan pelaksanaan tugas-tugas off-site adalah 3 institusi, yaitu pemerintah pusat, DKI Jakarta,dan PD PAL JAYA. Di DKI Jakarta, institusi yang bertanggung jawab adalah BPLHD, DK, dan DPU. Tetapi departemen pengolahan air limbah DPU telah dihapuskan pada tahun 2008 dan urusan tersebut telah dialihkan kepada BPLHD, sehingga permasalahan air limbah tidak termasuk lingkup urusan DPU. Namun, pada dasarnya BPLHD adalah badan pemerintah pembuat regulasi dan tidak mempunyai kemampuan untuk membangun dan mengelola fasilitas. Selanjutnya, selain tiga institusi yang ada di DKI Jakarta tersebut, BAPPEDA yang mengkoordinasikan rencana kegiatan dan anggaran dari departemen ini sendiri juga merupakan salah satu institusi yang relevan.
2) Institusi yang Bertanggung Jawab terhadap Pekerjaan Off-site
Mengenai pembagian peran tanggung jawab saat ini dalam pengelolaan air limbah yang berkaitan dengan fasilitas off-site, institusi yang bertanggung jawab pada setiap tahap dimulainya pengambilan keputusan pekerjaan off-site, penyusunan Master Plan, konstruksi dan O&M adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel B1-6.
(a) Pembuat Keputusan Dimulainya Bisnis Pembuangan Limbah
Badan pembuat keputusan untuk melaksanakan Pekerjaan Pembuangan Limbah adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
(b) Penyusunan Master Plan
Master Plan disusun oleh DJCK, Kementrian PU pada pemerintah pusat.
(c) Konstruksi
Badan utama untuk melaksanakan konstruksi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), stasiun
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-13
pompa, dan pipa utama adalah pemerintah pusat. Badan utama untuk melaksanakan konstruksi pipa sekunder adalah pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, dan batasan tanggung jawabnya belum cukup jelas. Badan utama untuk melaksanakan konstruksi pipa tersier dan fasilitas penyambung adalah
pemerintah daerah. Institusi yang bertanggung jawab adalah DPU sampai tahun 2008. Tetapi departemen pengolahan air limbah DPU telah dihapuskan pada tahun 2008 dan pekerjaan tersebut telah dialihkan kepada BPLHD dan PD PAL JAYA. Namun, pembagian kewenangan antara BPLHD dan PD PAL JAYA belum cukup jelas.
(d) O&M
Badan utama pelaksana O&M adalah PD PAL JAYA.
Tabel B1-6 Institusi yang Bertanggung Jawab terhadap Pekerjaan Off-Site (Keadaan Saat Ini)
Item Pelaksanaan
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah PD PAL JAYA
Keterangan DJCK
BAPPEDA, BPLHD
Pengambilan keputusan pada layanan pembuangan limbah
○ ○
Persiapan Master Plan ○ Konstruksi ○
* IPAL ○
* Stasiun Pompa ○
* Pipa Utama ○
* Pipa Sekunder ○ ○ ○ Batas kewenangan adalah ambigu
* Pipa Tersier ○ ○
* Pipa Fasilitas Penghubung ○ ○
O&M ○
Sumber: PD PAL JAYA 3) Pengalihan Kepemilikan Aset mengenai Sistem Off-site
Pemilik aset fasilitas off-site adalah berbeda antara saat konstruksi dan setelah dimulainya O&M (saat ini) seperti yang ditunjukkan di bawah ini. Tabel B1-7 menunjukkan transisi pemilik aset fasilitas off-site.
(a) Tahap Konstruksi
・ Pemerintah pusat memiliki IPAL dan pipa utama.
・ Apakah pemilik pipa sekundar adalah pemerintah pusat atau pemerintah daerah masih belum jelas.
・ Pemerintah daerah memiliki pipa tersier.
・ Apakah pemilik fasilitas penghubung adalah pemerintah pusat atau pemerintah daerah masih belum jelas.
(b) Setelah Dimulainya O&M (Keadaan Saat Ini)
・ Kepemilikan aset atas seluruh fasilitas pembuangan limbah telah dialihkan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah kepada PD PAL JAYA setelah dimulainya O&M.
・ Pengalihan kepemilikan tidak terjadi segera setelah dimulainya O&M (1991). Tetapi membutuhkan waktu beberapa tahun sebelum penyelesaian transfer secara lengkap (1997). Oleh karena itu, nilai aset berkurang dalam perjalanannya karena terjadinya kegagalan fasilitas.
・ Dalam rangka pengalihan kepemilikan, pemerintah pusat mengevaluasi nilai fasilitas pembuangan limbah pada saat itu untuk dialihkan kepada PD PAL JAYA.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-14
Tabel B1-7 Pengalihan Kepemilikan Aset Sistem Off-Site (Tahap Konstruksi dan Setelah Dimulainya O&M)
Pemilik Aset Pemerintah
Pusat Pemerintah
Daerah PD PAL JAYA
Tahap konstruksi
* Lahan(Waduk Setiabudi) ○
* IPAL(Setiabudi) ○
* Stasiun Pompa (Kurukut dan Manggarai) ○
* Pipa Utama ○
* Pipa Sekunder ○ ○
* Pipa Tersier ○
* Pipa Fasilitas Penghubung ○ ○
Dari O&M
* Lahan (Waduk Setiabudi) ○
* IPAL(Setiabudi) ○
* Stasiun Pompa (Krukut dan Manggarai) ○
* Pipa Utama ○
* Pipa Sekunder ○
* Pipa Tersier ○
* Pipa Fasilitas Penghubung ○
Sumber: PD PAL JAYA 4) Institusi Resmi untuk Kepemilikan dan O&M Instalasi Pengolahan Setiabudi
Sebagaimana bahwa Instalasi Pengolahan Setiabudi adalah instalasi pengolahan yang juga berfungsi sebagai pengendali banjir, kepemilikan dan kewenangan untuk pemeliharannya adalah dalam komando beberapa institusi.
Mengenai kepemilikan fasilitas, bak-bak dan beberapa peralatan penyaring dimiliki oleh pemerintah pusat, dan pompa pembuangan dimiliki oleh DPU untuk mengendalikan banjir. PD PAL JAYA memiliki mesin aerasi permukaan, penyaring (tidak termasuk bak Setiabudi Timur) dan peralatan kelistrikan, dimana berhubungan langsung dengan pengolahan limbah.
Pengerukan lumpur yang terakumulasi di dalam bak pengelolaan operasional pompa adalah tanggung jawab dari DPU. PD PAL JAYA bertanggung jawab untuk pengelolaan mesin aerasi permukaan dan pembuangan material yang mengapung di dalam bak.
Tabel B1-8 menunjukkan kepemilikan dan O&M dari Instalasi Pengolahan Setiabudi.
Tabel B1-8 Institusi Resmi untuk Kepemilikan dan O&M Instalasi Pengolahan Setiabudi (Saat Ini)
Aset-aset
Pemilik O&M Pemerintah
Pusat Pemerintah
Daerah PD PAL
Pemerintah Pusat
Pemerintah Daerah
PD PAL
DJCK DPU DJCK DPU Waduk (Timur dan Barat)
○ ○
Penyaring ○* ○ ○
Aerator ○ ○
Pompa keluaran ○ ○ *Penyaring pada waduk timur dimiliki oleh pemerintah pusat Catatan: DPU=Dinas Pekerjaan Umum, DKI Jakarta Sumber: PD PAL JAYA (2) Sistem On-site
Detail urusan sistem on-site dan pelaksanaan organisasi DKI Jakarta adalah seperti yang ditunjukkan pada Laporan Pendukung S/R BAGIAN-B: B1, tetapi gambaran umumnya adalah seperti yang ditunjukkan berikut.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-15
1) Penyebaran Kesadaran Sanitasi
・ Penyusunan data statistik yang terkait dengan penyakit yang ditularkan oleh air adalah tanggung jawab Dinas Kesehatan.
・ Pendidikan dini yang terkait dengan sanitasi adalah tanggung jawab BPLHD dan Dinas Kesehatan.
・ Pendidikan dan kegiatan penyebaran kesadaran dilaksanakan oleh BPLHD, DPU dan DK.
2) Perlindungan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
・ Penyusunan standar kualitas air sungai dan pemantauan keluaran septic tank, keluaran SANIMAS, dan keluaran gedung-gedung komersial adalah tanggung jawab BPLHD.
・ Tindakan terhadap pembuangan air limbah ke sungai secara ilegal adalah tanggung jawab BPLHD.
・ Tindakan untuk sanitasi pada saat terjadi banjir adalah tanggung jawab BPLHD dan DPU.
3) Toilet Pribadi
・ Instalasi toilet pribadi dikendalikan oleh Dinas Perumahan dan Dinas Kesehatan.
・ Penyusunan panduan dan kendali yang terkait dengan instalasi, struktur, penyedotan dan pengolahan lumpur tinja septic tank pribadi adalah tanggung jawab DPU dan DK.
4) Toilet Umum
・ Pengelolaan (pembersihan dan penyedotan) toilet umum adalah tanggung jawab DK dan PD PAL JAYA.
・ Penyusunan pedoman dan kendali yang terkait dengan konstruksi dan pengelolaan toilet umum adalah tanggung jawab DPU, BPLHD, Dinas Perumahan, dan PD PAL JAYA.
・ Penyusunan panduan dan kendali yang terkait dengan instalasi, struktur, penyedotan dan pengolahan lumpur tinja septic tank umum adalah tanggung jawab Kementrian PU, BPLHD dan Dinas Perumahan.
5) Pengolahan Air Limbah oleh Fasilitas Industri dan Komersial
・ Pengelolaan air limbah oleh fasilitas industri dan komersial dikendalikan dan dipantau oleh BPLHD.
・ Penyusunan panduan dan kendali yang terkait dengan instalasi, struktur, penyedotan dan pengolahan lumpur tinja pada fasilitas pengolahan air limbah oleh fasilitas industri dan komersial adalah tanggung jawab BPLHD.
・ Pemantauan air limbah dari fasilitas industri dan komersial adalah tanggung jawab BPLHD.
6) SANIMAS
・ Perencanaan pembangunan, pemeliharaan, instalasi, struktur dan penyedotan SANIMAS adalah di bawah tanggung jawab BPLHD dan DPU.
7) Penyedotan Septic tank
・ Penyedotan septic tank adalah tanggung jawab DK.
・ Pengangkutan lumpur tinja yang disedot dari septic tank adalah tanggung jawab DK.
・ Pemberian izin untuk perusahaan penyedotan adalah tanggung jawab BPLHD dan PD PAL JAYA.
・ Pemantauan pembuangan ilegal adalah tanggung jawab BPLHD.
8) Fasilitas Pengolahan untuk Lumpur Tinja Septic tank
・ Pemeliharaan dan perencanaan anggaran untuk fasilitas pengolahan lumpur tinja adalah di bawah
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-16
tanggung jawab DK.
・ Pemantauan air limbah adalah tanggung jawab BPLHD dan DK.
・ Perencanaan peningkatan fasilitas dan perencanaan anggarannya adalah di bawah tanggung jawab DK.
B1.3.5 Evaluasi DKI Jakarta dan PD PAL JAYA
(1) Permasalahan Organisasi
1) BPLHD
・ Fungsi perencanaan pengelolaan air limbah BPLHD relatif lemah. Khususnya, organisasi yang mampu mengelola dan membina instalasi pengolahan air limbah komunitas dari sektor pembangunan swasta secara keseluruhan (seperti kompleks perumahan dan pusat perbelanjaan) belum terbentuk. Meskipun BPLHD tengah mempelajari fasilitas pengolahan air limbah pada setiap rencana pembangunan secara individu di bawah skema AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), hal itu tidak dievaluasi atau tidak diteliti dari sudut pandang observasi keseluruhan rencana pembangunan.
・ Pengendalian sumber penggenerasian air limbah tidak dilakukan. Organisasi yang tidak seperti itu yang sepenuhnya mampu melaksanakan pengendalian air limbah dan lumpur tinja septic tank pribadi, pengendalian aneka macam air limbah dan pengendalian air limbah dari gedung-gedung komersial. Terutama pada kasus septic tank modifikasi yang telah terinstal, pemantauan air limbah dan lumpur tinja seharusnya dilakukan untuk mengumpulkan data yang penting untuk memeriksa dan meningkatkan kinerja.
・ Sangat diperlukan untuk memperkuat organisasi untuk pelaksanaan pemantauan sumber air limbah. Walaupun hal tersebut adalah tugas dari masing-masing gedung komersial untuk melakukan pemantauan secara berkala sebanyak dua kali dalam setahun, analisis dilaksanakan oleh BPLHD terhadap sampel yang dibawa ke laboratorium mereka. Bahkan, hal itu seharusnya menjadi aturan bahwa pengambilan sampel dilakukan oleh BPLHD sendiri di lapangan, untuk itu diperlukan untuk merubah organisasi yang mampu melakukan pemantauan seperti itu.
・ Diperlukan perkenalan mengenai program sertifikasi pengukuran, untuk meningkat obyektifitas dan netralitas hasil analisis.
2) Dinas Kebersihan (DK)
・ Pengendalian terhadap pengangkutan lumpur tinja yang disedot tidak memadai. Sangat diperlukan untuk melacak pengangkutan lumpur tinja yang disedot secara positif termasuk penyedotan lumpur tinja yang dilakukan oleh operator sektor swasta.
・ Untuk mengendalikan fasilitas pengolahan lumpur tinja secara efisien, organisasi tidak mampu melakukan analisis lapangan, dimana sangat penting untuk O&M yang rutin.
・ Walaupun pekerjaan organisasi adalah mengendalikan lumpur tinja, diharapkan bahwa organisasi ini juga melakukan urusan yang berkaitan dengan pengembangan seperti daur ulang air limbah dan lumpur tinja.
・ Anggaran untuk pemeliharaan pengolahan lumpur tinja tidak dialokasikan.
3) PD PAL JAYA
(a) Prakondisi untuk Ekstraksi Permasalahan pada Struktur Organisasi
Subyek yang berhubungan dengan PD PAL JAYA akan dipertimbangkan dengan asumsi bahwa satu atau lebih instalasi pengolahan air limbah dan jaringan saluran pembuangan akan dioperasikan dan dipelihara oleh PD PAL JAYA sampai pada pelaksanaan Master Plan pada masa yang akan datang.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-17
(b) Permasalahan Organisasi PD PAL JAYA
a) O&M IPAL dan Stasiun Pompa
i) Mempersiapkan Panduan O&M dan Meningkatkan Program Pelatihan
Meskipun PD PAL JAYA telah menyusun grafik inspeksi untuk peralatan mekanik dan elektrik, mereka dibatasi untuk menginspeksi untuk berjalan normal saja. Juga pertimbangan untuk pemeliharaan yang optimal terhadap sistem pengolahan air limbah khususnya secara biologis tidak ada. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa, meskipun PD PAL JAYA didirikan sebagai perusahaan untuk O&M sistem pembuangan limbah, tidak ada kesempatan untuk melaksanakan OJT yang penting karena PD PAL JAYA tidak memiliki standar instalasi pengolahan limbah untuk lebih dari 20 tahun. Dalam rangka untuk memperkuat kemampuan O&M mereka, pengenalan program-program untuk pelatihan personil muda dan personil pada pertengahan karir sangat penting.
ii) Program Pendidikan dan Pengetahuan mengenai Pengolahan Biologis
Salah satu parameter penting untuk pemantauan harian terhadap Instalasi Pengolahan Individual adalah “warna dari lumpur yang diaktifkan”. Apa yang harus dinilai dan bagaimana penyesuaian yang harus dilakukan pada pengamatan warna itu tidak cukup jelas. Hal ini diperlukan untuk mengkonsolidasikan struktur yang memungkinkan pemahaman lumpur aktif dan bahwa perizinan O&M dari lumpur aktif berdasarkan kriteria umum untuk penialaian (transparansi, SV30, dll), dan sistem pendidikan untuk tujuan tersebut juga diperlukan.
iii) Mengamankan Biaya untuk Perbaikan
Hal ini diperlukan untuk PD PAL JAYA untuk merumuskan rencana perbaikan untuk mengoptimalkan fungsi pemeliharaan fasilitas pembuangan limbah. Pemerintah DKI Jakarta seharusnya mengizinkan PD PAL JAYA untuk mengalokasikan dana untuk biaya rencana perbaikan mereka.
b) Persiapan dan Pemanfaatan Catatan Buku Besar
Akuisisi dan pengaturan klaim seperti penyumbatan dan bau dan peta informasi yang memuat titik penyumbatan dan sebagainya akan memudahkan analisis informasi tentang pendirian bisnis dan daerah pipa saluran yang bermasalah, dan informasi tersebut dapat digunakan sebagai database untuk pemeliharaan saluran pipa. Selanjutnya, di daerah saluran pipa pada sistem saluran limbah konvensional, informasi tersebut juga efektif untuk penyusunan rencana rekonstruksi pada masa yang akan datang dengan menangkap masalah seperti kerusakan. Hal ini sangat penting untuk mempromosikan penegakan buku besar sistem pembuangan limbah oleh struktur pengendali bersama yang diselenggarakan oleh departemen perencanaan sistem pembuangan limbah DKI Jakarta dan PD PAL JAYA dan untuk membuat penggunaan yang positif dari buku besar tersebut dalam aspek rencana pelaksanaan sistem pembuangan limbah dan O&M pada masa yang akan datang.
(c) Kendali Kualitas Air pada Instalasi Pengolahan Individual yang Dimiliki oleh Usaha Komersial
PD PAL JAYA secara berkala mengambil sampel air limbah yang dibuang dari Instalasi Pengolahan Individual yang berada di bawah tanggung jawab O&M mereka untuk memeriksa apakah kualitas air limbah yang dibuang memenuhi kualitas air yang sesuai dengan ketetapan hukum. Jika kualitas air limbah yang dibuang gagal memenuhi standar, PD PAL JAYA akan meminta pelaku bisnis untuk meningkatkannya.
Instalasi Pengolahan Individual yang dimiliki oleh pelaku bisnis yang tidak dioperasikan oleh PD PAL JAYA, sampel dianalisis oleh BPLHD. JIka kualitas air sampel tidak memenuhi standar, BPLHD memberikan panduan atau rekomendasi tindakan peningkatan. Namun, karena pengambilan sampel dilakukan oleh pelaku bisnis sendiri, tidak dapat dihindari untuk menyatakan bahwa pemeriksaan yang dilakukan oleh BPLHD hanyalah persoalan formalitas.
BPLHD seharusnya melakukan pengambilan sampel air limbah dari setiap Instalasi Pengolahan Individual olehnya sendiri dan seharusnya bertanggung jawab untuk memantau kendali pengolahan air limbah di seluruh wilayah DKI Jakarta. Jika penguatan struktur BPLHD sulit, BPLHD seharusnya mempercayakan tindakan substansial untuk pemantauan kepada PD PAL JAYA. Hal ini dianggap
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-18
bahwa PD PAL JAYA harus menjalankan pemeriksaan air limbah dan memberikan panduan kepada setiap pelaku bisnis untuk menjalankan instalasi pembuangan air limbah yang memadai dan harus berperan dalam pengambilan sampel air limbah dan analisis sendiri dengan otoritas BPLHD dipercayakan kepada PD PAL JAYA. PD PAL JAYA harus membangun sebuah struktur yang melangkah menuju panduan yang berkaitan dengan O&M pada masa yang akan datang.
(d) Penetapan Biaya Pembuangan air Limbah
Biaya pembuangan air limbah ditetapkan berdasarkan luas lantai bangunan untuk pelaku bisnis dan berdasarkan tingkat pendapatan (ditentukan dari biaya pembayaran listrik) untuk suatu rumah tangga. Rumah tangga umum menempati 86% dari jumlah pelanggan, namun 99,5% (IDR28,5 Milyar (272 Juta Yen)) dari pendapatan biaya pembuangan limbah berasal dari pelaku usaha dari total IDR28,7 Milyar (274 Juta Yen). (Lihat Laporan Pendukung (S/R) BAGIAN-B : B3.3.3 untuk detailnya). Hal ini karena biaya pembuangan limbah berbanding lurus dengan luas lantai bangunan, selain itu, harga satuan biaya pembuangan limbah untuk pelaku bisnis ditetapkan 8 kali pada maksimum dari harga satuan untuk rumah tangga umum.
Hal ini dianggap bahwa biaya pembuangan limbah pada dasarnya harus berdasarkan konsumsi air keran (PAM) dan volume pemakaian (pengambilan) air tanah, menggunakan volume air limbah yang dibuang sebagai referensi.
(e) Untuk Pelaku bisnis
Tabel B1-9 menunjukkan kelebihan dan kekurangan penetapan biaya pembuangan limbah berdasarkan luas lantai bangunan. Pada pengolahan air limbah, sulit untuk melakukan kontrol fasilitas kecuali kesetimbangan materi antara volume air dan beban polusi jelas dipahami dan secara konstan dibandingkan dengan ketentuan desain fasilitas. Pemahaman tentang volume air adalah dasar dari pengolahan air limbah.
Hal ini dianggap bahwa sistem untuk migrasi ke biaya dasar dan biaya meteran harus ditingkatkan dan pada akhirnya perubahan hukum harus dibuat setelah berlalunya suatu periode transisi tertentu.
Tabel B1-9 Kelebihan dan Kekurangan Biaya Pembuangan Limbah yang Berdasarkan Luas Lantai Bangunan
Kelebihan Kekurangan Keseluruhan ・Siatem sederhana tanpa perhitungan dan
pengukuran. ・Sulit untuk menangkap volume limbah yang dibuang
ke pipa pembuangan (untuk operasional pipa pembuangan dan IPAL)
・Sulit untuk menangkap kesetimbangan materi ・Diperlukan untuk merevisi secara teratur berdasarkan
kondisi ekonomi Komersial (Pengguna)
・Mudah untuk membayar (Biaya tahunan dapat diestimasi dengan jelas)
・Efek penghematan air tidak bisa direfleksikan. ・Sistem yang tidak adil bagi pengguna dengan jumlah
orang sedikit dimana mempunyai luas lantai yang sama
PD PAL JAYA ・Mudah untuk dikumpulkan(Pendapatan tahunan dapat diestimasi dengan jelas)
・Sulit untuk menangkap volume limbah
Sumber: Tim Ahli JICA (f) Untuk Rumah Tangga
Penetapan biaya pembuangan limbah untuk rumah tangga dibuat dalam 4 tahap dalam korespondensi dengan energi listrik yang dikontrak. Walaupun volume penggunaan dalam rumah tangga kecil dibandingkan dengan pelaku bisnis, karena jumlah rumah tangga banyak, hal ini dianggap bahwa penetapan biaya pembuangan limbah dengan biaya dasar dan biaya meteran diperlukan sekali untuk rumah tangga berpenghasilan menengah dan dengan pendapatan yang stabil, juga dari sudut pandang meningkatkan kesadaran untuk mengurangi konsumsi air keran (PAM) dan konsumsi air tanah. Namun. hal ini dianggap bahwa memahami konsumsi air keran (PAM) dan konsumsi air tanah pada setiap rumah tangga sulit setidaknya untuk saat ini dari segi pendidikan, sudut pandang teknologi dan ekonomis, dan metode penetapan biaya saat ini berdasarkan luas lantai bangunan dan energi listrik yang dikontrak dianggap metode yang dapat diterima dan tepat.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-19
(g) Pengumpulan Biaya Pembuangan Limbah
a) Untuk Pelaku bisnis
Diperlukan untuk membentuk struktur inspeksi air limbah dan sistem pengumpulan biaya yang sesuai dengan pengenalan skema biaya dasar ditambah biaya meteran.
b) Untuk Rumah Tangga
Hal ini diperkirakan bahwa jumlah rumah tangga yang terhubung ke sistem pembuangan limbah akan sangat meningkat karena perluasan wilayah sistem pembuangan limbah. Bahkan jika diasumsikan bahwa skema biaya konvensional dari 4 tahap dengan tingkat pendapatan dilanjutkan, sebuah sistem diperlukan untuk meningkatkan tingkat pengumpulan dan untuk meningkatkan efisiensi peningkatan. Untuk tingkat penghasilan rendah khususnya, penggunaan efektif masyarakat seperti asosiasi lingkungan dipandang perlu sebagai metode untuk pengumpulan biaya secara positif tanpa usaha.
(h) Peningkatan Tingkat Sambungan
a) Korespondensi kepada Pemilik Instalasi Pengolahan Individual oleh Pelaku Bisnis
Lebih dari setengah pelaku usaha yang memiliki Instalasi Pengolahan Individual menjawab, sebagai kesedian untuk terhubung ke sistem pembuangan limbah yang disertai perluasan wilayah sistem pembuangan limbah, “Ini tergantung pada penialaian ekonomi”, dan tren ini patut diperhatikan oleh para pelaku bisnis skala besar. Pendapatan biaya pembuangan limbah dari pelaku bisnis tersebut merupakan dana mendasar untuk pemeliharaan sistem pembuangan limbah. Tetapi mengenai sambungan ke sistem pembuangan limbah di wilayah di mana pipa saluran pembuangan limbah akan dipasang pada masa yang akan datang, kesediaan pelaku bisnis ditentukan dalam perbandingan dengan biaya penyusutan Instalasi Pengolahan Individual terkini dan biaya pemeliharaan. Bahkan jika pelaku bisnis dipaksa untuk membuat sambungan ke sistem pembuangan limbah sebagai aturan berdasarkan hukum dan sebagainya, prinsip ekonomi pasti akan berlaku da nada kemungkinan di mana hal itu menjadi hambatan yang besar. Khususnya di masa lalu, sistem pembuangan limbah hampir tidak bermanfaat untuk hotel atau sejenisnya yang memiliki Instalasi Pengolahan Individual dan disertai dengan sistem daur ulangnya. Oleh karena itu, kriteria bahwa biaya pembuangan limbah untuk pelaku bisnis adalah tidak lebih tinggi daripada biaya pemeliharaan Instalasi Pengolahan Individual.
Di sisi lain untuk membuat penggunaan kembali bagian dari air limbah pada sistem pengolahan limbah secara efektif dalam keadaan di mana Instalasi Pengolahan Individual konvensional dan sistem daur ulang yang tersisa, bahkan dalam kaitannya dengan sambungan ke sistem pembuangan limbah dibuat oleh pelaku bisnis, dianggap sebagai pengukuran yang baik secara paralel dengan rencana sistem pembuangan limbah, ketika kekurangan air di DKI Jakarta selama musim kemarau dan penggunaan (pengambilan) air tanah secara berlebihan diperhitungkan.
b) Penghematan biaya untuk Penyambungan
Untuk pelaku bisnis yang mempunyai Intalasi Pengolahan Individual, melakukan modifikasi pada fasilitas untuk menyambung ke sistem pembuangan limbah mungkin memerlukan biaya yang besar. Hal ini diperlukan untuk meninjau pengukuran pengurangan biaya penyambungan seperti lokasi kotak penyambung (Inspection Chamber) dan merubah ke kotak penyambung yang sudah ada pada Instalasi Pengolahan Individual.
c) Negosiasi dengan Dinas dari Semua Industri mengenai Kondisi Penyambungan Pembuangan Limbah
DKI Jakarta dan PD PAL JAYA harus mendiskusikan permasalahan dengan pihak industri secara positif, yang merupakan pengguna utama dari sistem pembuangan limbah, untuk merefleksikan permasalahan tersebut terhadap rencana pelaksanaan.
(i) O&M Instalasi Pengolahan Individual yang ada pada Wilayah On-Site
Urusan berikut dapat dipertimbangkan sebagai urusan PD PAL JAYA pada pengendalian Instalasi Pengolahan Individual yang terletak pada wilayah on-site.
・ Perwakilan pelaksanaan inspeksi kualitas air
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-20
Konsinyasi kepada PD PAL JAYA atas inspeksi Instalasi Pengolahan Individual oleh BPLHD
・ Panduan O&M
Pengendalian Instalasi Pengolahan Individual yang dimiliki pelaku bisnis disertai kemampuan pengendalian Istalasi Pengolahan Individual PD PAL JAYA
・ Pelaksanaan Studi Kelayakan (F/S) pada waktu penguatan sistem pembuangan limbah
Pelaksanaan studi kelayakan terlebih dahulu oleh PD PAL JAYA terhadap kelancaran sambungan sistem pembuangan limbah dari pendirian ussha Instalasi Pengolahan Individu
(2) Permasalahan pada Pengembangan Sumber Daya Manusia
Mengenai kemampuan sumber daya manusia DKI Jakarta dan PD PAL JAYA, komposisi usia, latar belakang pendidikan dan bidang keahlian, dan jurusan pembelajaran harus dipertimbangkan untuk evaluasi.
Mengenai komposisi usia dari masing-masing organisasi, dibuatlah evaluasi pada perbandingan komposisi usia personil di DKI Jakartadengan komposisi usia dari semua pekerja yang tinggal di DKI Jakarta dan dengan komposisi usia dari setiap organisasi telah dikomparasi. (Sumber : Jakarta Dalam Angka 2009 dicetak oleh BPS (Biro Pusat Statistik))
Hasil perbandingan komposisi usia antara BPLHD, DK dan PD PAL JAYA ditunjukkan berikut ini.
30.0 % 20.0 % 10.0 % 0.0 % 10.0 % 20.0 % 30.0 % 40.0 %
< 26
26 - 30
31 - 35
36 - 40
41 - 45
46 - 50
51 - 55
56 - 60
Age Comparison Between PD PAL Jaya and DKI Jakarta Government Employee
Male Female Male Female
BPLHD DKI Jakarta GovernmentEmployee
30.0 % 25.0 % 20.0 % 15.0 % 10.0 % 5.0 % 0.0 % 5.0 % 10.0 % 15.0 % 20.0 % 25.0 %
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
> 60
Age Comparison Between PD PAL Jaya and Total Employee in DKI Jakarta Province
Male Female Male Female
BPLHD
Employee in DKI Jakarta
Province
(i) Perbandingan dengan pegawai pemerintah DKI Jakarta (ii) Perbandingan dengan pekerja di Provinsi DKI Jakarta Sumber: Tim Ahli JICA
Gambar B1-8 Rentang Usia BPLHD
60.0 % 40.0 % 20.0 % 0.0 % 20.0 % 40.0 %
< 26
26 - 30
31 - 35
36 - 40
41 - 45
46 - 50
51 - 55
56 - 60
Age Comparison Between DK and DKI Jakarta Government Employee
DKI Jakarta Government Employee DK Employee
DK
DKI Jakarta Government Employee
50.0 % 40.0 % 30.0 % 20.0 % 10.0 % 0.0 % 10.0 % 20.0 % 30.0 %
15 - 1920 - 2425 - 2930 - 3435 - 3940 - 4445 - 4950 - 5455 - 59
> 60
Age Comparison Between DK and Total Employee in DKI Jakarta Province
DKI Jakarta Government Employee DK Employee
DK
Employee in DKI Jakarta
Province
(i) Perbandingan dengan pegawai pemerintah DKI Jakarta (ii) Perbandingan dengan pegawai di Provinsi DKI Jakarta Sumber: Tim Ahli JICA
Gambar B1-9 Rentang Usia DK
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-21
60.0 % 40.0 % 20.0 % 0.0 % 20.0 % 40.0 %
< 26
26 - 30
31 - 35
36 - 40
41 - 45
46 - 50
51 - 55
56 - 60
Age Comparison Between PD PAL JAYA and DKI Jakarta Government Employee
Male Female Male Female
PD PAL JAYA
DKI Jakarta GovernmentEmployee
50.0 % 40.0 % 30.0 % 20.0 % 10.0 % 0.0 % 10.0 % 20.0 % 30.0 %
15 - 19
20 - 24
25 - 29
30 - 34
35 - 39
40 - 44
45 - 49
50 - 54
55 - 59
> 60
Age Comparison Between PD PAL JAYA and Total Employee in DKI Jakarta Province
Male Female Male Female
PD PAL JAYA
Employee in DKI Jakarta
Province
(i) Perbandingan dengan pegawai pemerintah DKI Jakarta (ii) Perbandingan dengan pegawai di Provinsi DKI Jakarta Sumber: Tim Ahli JICA
Gambar B1-10 Rentang Usia PD PAL JAYA Tabel B1-10 menunjukkan perbandingan komposisi usia, latar belakang pendidikan dan bidang keahlian dari masing-masing organisasi.
Tabel B1-10 Perbandingan Talenta Personil di antara BPLHD, DK dan PD PAL JAYA
*1. Jumlah staf BPLHD yang berhubungan langsung dengan air limbah adalah 5 orang yang dimiliki oleh Sub-bidang Pengendalian Habitat dan Lingkungan Hidup, Bidang Pengendalian Polusi dan Lingkungan Hidup berdasarkan jajak pendapat dari BPLHD.
*2. Jumlah staf DK yang berhubungan langsung dengan air limbah adalah 13 orang yang dimiliki oleh Unit Pengelola Limbah Septic tank (UPLS) dari kantor provinsi, dan sekitar 200 orang berada bersama Seksi Pengendalian Limbah Septic tank, masing-masing Suku Dinas Kebersihan, berdasarkan jajak pendapat dari DK.
Sumber: Tim Ahli JICA
1) BPLHD
・ Komposisi usia personil pada tren tersebut dimana kelompok usia di atas 35 tahun adalah lebih besar dari apa yang ditampilkan dalam distribusi personil di seluruh DKI Jakarta. Alasannya adalah bahwa pekerja yang baru lulus meningkat yang menyertai penguatan fungsi BPLHD pada tahun 2005 .
・ Adapun latar belakang pendidikan para personil, rasio lulusan universitas dan master adalah 61% dan merupakan yang tertinggi di antara tiga organisasi.
・ Adapun bidang keahlian para personil, rasio bidang teknik lebih tinggi sekitar 10 poin daripada
Item BPLHD DK PD PAL JAYA Jumlah Personil (Jumlah staf yang berkaitan langsung dengan air limbah)
259 (5)*1
1.653 (Kantor provinsi: 13)*2 (Suku Dinas: 200)
*2
106
Rentang Usia (mode) 46-50 46-50 41-45 Rasio Pria/Wanita 59 : 41 92 : 8 78 : 22 Educational Background
Master(S2), Strata 1 (S1) 61 % 14 % 52 % Diploma 12 % 1 % 5 % Sekolah Menengah Atas 25 % 38 % 38 % Sekolah Menengah Pertama 2 % 47 % 5 %
Specialty for College
Teknik Insinyur Teknik 23 % 44 % Tidak Diketahui 15 % 33 % Lingkungan dan Sanitasi
5 % 13 %
Sains 16 % 5 % Manajemen/ Ekonomi/ Akuntansi
Manajemen/Ekonomi 17 % 56 % Tidak Diketahui 29 % 67 % Akuntansi dan keuangan
3 % 18 %
Administrasi 9 % 7 % Hukum 4 % 3 % Lain-lain 23 % 10%
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-22
PD PAL JAYA. Dan juga, urusan yang berkaitan dengan administrasi lingkungan hidup telah meningkat dan berfungsi untuk membuat koordinasi dengan institusi yang terkait telah meningkat seperti yang telah dinyatakan sebelumnya. Jumlah personil muda yang lebih banyak dari organisasi lainnya diharapkan untuk menangani urusan tersebut.
2) Dinas Kebersihan (DK)
・ Jumlah personilnya adalah yang terbesar di antara tiga organisasi, dan kekuatan personil adalah sekitar 6 kali lebih banyak dari BPLHD dan sekitar 16 kali lebih banyak dari PD PAL JAYA. Banyak dari para personil tersebut bekerja di lapangan untuk pengumpulan limbah.
・ Pada komposisi usia para personil, rasio kelompok usia 46-50 tahun adalah besar, dan bias terbesar yang diamati dalam komposisi usia di antara tiga organisasi.
・ Rasio prio adalah yang tertinggi (92%). Pengumpulan limbah di lapangan adalah tempat kerja yang mayoritas dilakukan oleh personil pria.
・ Rasio lulusan universitas adalah yang terkecil (14%).
Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa sumber daya manusia dari DK adalah mayoritas termasuk dalam kelompok usia tua dan telah bekerja lama di lapangan untuk pengumpulan lumpur tinja on-site dan sampah. Oleh karena itu, jika diperlukan untuk merestrukturisasi atau merubah ke tugas yang baru, pengalihan sumber daya manusia mungkin sulit. Selanjutnya, karena mayoritas personil termasuk kelompok usia tua, dianggap bahwa pengeluaran gaji personil akan meningkat.
3) PD PAL JAYA
・ Kebanyakan personil PD PAL JAYA adalah lebih muda daripada personil DKI Jakarta, dan 41-45 tahun adalah nilai pusat. Ketika dibandingkan dengan semua pekerja yang tinggal di DKI Jakarta termasuk pekerja perusahaan swasta, jumlah personil yang berusia muda sampai dengan usia 34 tahun adalah kecil.
・ Adapun bidang keahlian para personil, sementara rasio bidang manajemen/ekonomi sebesar 67% (lebih tinggi daripada BPLHD), rasio bidang insinyur (teknik) justru kecil yaitu sebsar 33%. Hal ini karena kenyataan bahwa PD PAL JAYA tidak memiliki instalasi pengolahan air limbah yang standar selama lebih dari 20 tahun dan kuantum pekerjaan insinyur (teknik) seperti perencanaan, desain dan pemeliharaan fasilitas pembuangan limbah adalah kecil.
Hal ini dianggap bahwa penguatan departemen insinyur (teknik) dengan menambah pekerjaan dan pendidikan untuk personil muda dan spesialis insinyur (teknik) diperlukan oleh PD PAL JAYA untuk menjalankan usaha pembuangan limbah pada masa yang akan datang.
B1.4 Anggaran
B1.4.1 Kementerian Pekerjaan Umum
Karena pemerintah daerah tidak memberikan bantuan untuk mendapatkan pinjaman untuk konstruksi pekerjaan pembuangan limbah seperti yang mereka anggap bahwa pekerjaan pembuangan limbah bukanlah usaha yang menguntungkan. Sumber daya keuangan seperti pinjaman JICA untuk rencana pembuangan limbah di DKI Jakarta akan diatur oleh Kementrian PU dari pemerintah pusat sebagai hibah.
Namun, hibah tersebut tidak mencakup keseluruhan biaya proyek. Prinsip “Dana Pendamping” akan diterapkan. Pada suatu kondisi bahwa beberapa bagian dari biaya proyek berada di pundak pemerintah daerah, pemerintah pusat akan menanggung bagian yang sama dari biaya proyek sebagai hibah.
Selain itu, fasilitas dimana pemerintah pusat dapat membiayai adalah terbatas pada fasilitas dimana pemerintah pusat dapat mengelola seperti instalasi pengolahan air limbah, trunk utama dan fasilitas lingkungan yang penting, dan fasilitas dimana pemerintah pusat tidak dapat mengelola seperti fasilitas penghubung harus ditanggung oleh pemerintah daerah.
Karena DKI Jakarta membutuhkan sumber daya keuangan dalam jumlah besar untuk kebutuhan
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-23
infrastruktur seperti konstruksi kereta bawah tanah dan pengendalian banjir, oleh karenanya, sumber daya DKI Jakarta dapat sesuai dengan pengelolaan air limbah adalah terbatas.
Oleh karena itu, jumlah pendanaan untuk pembuangan limbah dan keputusan tentang pembagian biaya antara pemerintah pusat dan DKI Jakarta merupakan masalah yang utama bagi kedua belah pihak.
B1.4.2 DKI Jakarta
(1) Total Anggaran DKI Jakarta
Besar anggaran DKI Jakarta untuk tahun anggaran 2011 adalah sebagai berikut.
1) Total pengeluaran: IDR27,9 Triliun (sekitar 260 Milyar Yen)
2) Pengeluaran tidak langsung termasuk pembayaran: IDR9,5 Triliun (sekitar 88,8 Milyar Yen)
3) Pengeluaran langsung: IDR18,3 Triliun (sekitar 171 Milyar Yen)
Dari pengeluaran langsung ini, yaitu IDR5,2 Triliun (sekitar 48,3 Milyar Yen) disediakan untuk pengeluaran program khusus, seperti proyek penanggulangan banjir dan proyek konstruksi kereta bawah tanah, dan itu tidak dapat dialihkan untuk pengeluaran lainnya.
Tabel B1-11 dan Gambar B1-11 menunjukkan rincian anggaran DKI Jakarta untuk tahun anggaran 2011. Selain itu, SKPD adalah unit kerja yang diselenggarakan di masing-masing instansi.
Tabel B1-11 Anggaran DKI Jakarta (2011) Item Pengeluaran Jumlah Anggaran (Rupiah) Rasio
Pengeluaran tidak langsung 9.534.312.666.561 34,2%
Pengeluaran langsung
Pengeluaran program khusus 5.183.688.236.577 18,6%
Pengeluaran prioritas SKPD 503.610.000.000 1,8%
Pengeluaran wajib 404.514.320.000 1,5%
Lain-lain 12.249.681.896.927 43,9%
Total anggaran 27.875.807.120.065 100,0%Sumber: BAPPEDA
Sumber: BAPPEDA
Gambar B1-11 Total Tanggaran DKI Jakarta (2011) (2) Anggaran yang terkait dengan Lingkungan Hidup DKI Jakarta
Bidang yang merupakan rasio terbesar pada rincian berdasarkan lingkup anggaran yang direncanakan DKI Jakarta untuk tahun anggaran 2011 adalah “pendidikan”, dan menempati 27% (sekitar IDR7.500 Milyar atau sekitar 69,8 Milyar yen) dari keseluruhan.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-24
Sebaliknya, anggaran yang terkait dengan “lingkungan” sebesar 4,2% (sekitar IDR1.160 Milyar atau sekitar 10,8 Milyar Yen)), dan itu adalah bidang terbesar ke-6.
Selanjutnya, anggaran yang terkait dengan “pekerjaan umum” dan “tranportasi” adalah 21.5% (Pekerjaan umum 14.7%, Transportasi 6.8%). Anggaran yang terkait dengan pekerjaan umum ini diklaim oleh DPU. Tetapi departemen pengelolaan air limbah DPU telah dihapuskan pada tahun 2008, dan urusan-urusan divisi ini telah dialihkan kepada BPLHD. Oleh karena itu, anggaran yang terkait dengan Pekerjaan Umum tidak termasuk anggaran yang terkait dengan pengelolaan air limbah.
Dua hal yang dijelaskan berikut ini adalah hal penguatan infrastruktur dimana DKI Jakarta mengalokasikan anggaran sebagai prioritas.
・ Penanggulangan banjir
・ Penanganan transportasi (MRT (Kereta bawah tanah), dll.)
Gambar B1-12 menunjukkan rincian berdasarkan lingkup anggaran yang direncanakan DKI Jakarta untuk tahun anggaran 2011.
01,0002,0003,0004,0005,0006,0007,0008,000
IRD
(*bi
llion
)
Matters name
Total Budget of DKI Jakarta (2011 Planned)
Sumber: BAPPEDA
Gambar B1-12 Anggaran DKI Jakarta Diurut Berdasarkan Kategori (2011) (3) Anggaran BPLHD dan DK (direncanakan 2011)
Anggaran yang direncanakan untuk tahun anggaran 2011 pada BPLHD dan DK, yang merupakan institusi yang berkaitan dengan pengelolaan air limbah, seperti yang ditunjukkan pada Tabel B1-12 dan Gambar B1-13.
Besar anggaran adalah sekitar IDR71 Milyar (sekitar 0,66 Milyar Yen) untuk BPLHD dan sekitar IDR954 Milyar (sekitar 8,9 Milyar Yen) untuk Dinas Kebersihan (DK). Besar anggaran DK sekitar 14 kali lipat dari BPLHD. Alasannya BPLHD adalah sebuah dinas pemerintah untuk pengendalian dan DK adalah sebuah institusi pelaksana usaha, dengan demikian posisi institusi tersebut berbeda. Jumlah personil juga lebih besar untuk Dinas Kebersihan sekitar 6 kali lipat dari personil BPLHD.
Tabel B1-12 Anggaran BPLHD dan DK (2011)
Institution Jumlah Anggaran (IDR) Rasio Jumlah
Pegawai(Orang)BPLHD (provinsi) 56.014.700.000
70.991.506.9575,5% 259
(13%)Kantor BPLHD (KLH, kotamadya) 14.976.806.957 1,5% DK (provinsi) 744.370.263.733
953.969.391.69372,6%
1.653(86%)DK (kotamadya) 208.749.127.960 20,4%
Unit Pengelola Limbah Septic tank 850.000.000 0,1% Total 1.024.960.898.650 100,0% 1.912
Sumber: BAPPEDA
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-25
Sumber: BAPPEDA
Gambar B1-13 Anggaran BPLHD dan DK (2011) (4) Perbandingan Rasio Kategori Anggaran antara DKI Jakarta dan Pemerintah
Metropolitan Tokyo
Pada “pendidikan”, “pekerjaan umum”, “kesejahteraan/kesehatan” dan “lingkungan hidup”, yang merupakan hal utama pada anggaran, rasio anggaran subyektif dibandingkan antara DKI Jakarta dan Tokyo.
Tabel B1-13 menunjukkan perbandingan rasio anggaran anatara DKI Jakarta dan Tokyo.
Dibandingkan dengan Tokyo, rasio anggaran pekerjaan umum pada DKI Jakarta lebih besar dan rasio anggaran kesejahteraan/kesehatan lebih kecil. Pada “lingkungan hidup”, 4,2% untuk DKI Jakarta dan 4,8% untuk Tokyo, dan tidak ada perbedaan yang besar pada rasio anggaran yang terkait dengan lingkungan hidup. Namun, karena mayoritas infrastruktur telah diperkuat dan penanggulangan lingkungan hidup telah dilakukan di Tokyo, dipertimbangkan bahwa rasio anggaran yang terkait dengan lingkungan hidup yang dibutuhkan kecil dibandingkan dengan Jakarta dimana kondisi lingkungan hidupnya lebih rendah. Ini berarti bahwa ingin mengamankan anggaran yang terkait dengan lingkungan hidup yang lebih besar untuk meningkatkan kondisi lingkungan hidup di DKI Jakarta saat ini.
Tabel B1-13 Perbandingan Rasio Kategori Anggaran antara DKI Jakarta dan Metropolitan Tokyo
Kategori DKI Jakarta
(Anggaran 2011)*1 Tokyo Metropolitan
(Anggaran TA2011)*2 Pendidikan 27,1% 22,1% Pekerjaan Umum 21,5% 17,3% Kesejahteraan dan Kesehatan
9,1% 20,8%
Lingkungan Hidup 4,2% 4,8% Sumber: *1:BAPPEDA, *2:garis Besar Draft Anggaran Tokyo Metropolitan TA2011
(5) Permasalahan Anggaran mengenai Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta
Permasalahan pada anggaran untuk pengelolaan air limbah di DKI Jakarta dijelaskan berikut ini.
1) Bahkan jika semua pengeluaran yang terkait dengan “sanitasi” yang didistribusikan kepada BPLHD & DK dijumlahkan, jumlahnya hanya IDR1 Triliun (sekitar 9,5 Milyar Yen). Terlebih lagi, anggaran tersebut tidak termasuk jumlah anggaran yang dialokasikan untuk PD PAL JAYA.
2) Prioritas anggaran diberikan pada penanggulangan banjir dan transportasi daripada untuk pengelolaan air limbah.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-26
3) Untuk menetapkan pengeluaran yang terkait dengan pengelolaan air limbah sebagai pengeluaran prioritas yang tidak dapat dialihkan untuk pengeluaran lainnya, perlu untuk memposisikan Master Plan ini sebagai sebuah keputusan gubernur.
4) Sebagaimana bersandar dari kasus di mana anggaran yang terkait dengan limbah dikurangi, dianggap bahwa kongres provinsi merupakan kepentingan kecil pada permasalahan yang terkait dengan lingkungan hidup.
B1.4.3 PD PAL JAYA
(1) Keuangan PD PAL JAYA
1) Pendapatan dan Pengeluaran
Gambar B1-14 menunjukkan tren pendapatan dan pengeluaran dari tahun 2005 sampai 2009. Pada tahun 2009, pendapatan PD PAL JAYA adalah IDR32 Milyar (300 Juta Yen) dan pengeluaran adalah IDR19 Milyar (180 Juta Yen). Baik pendapatan maupun pengeluaran meningkat setiap tahunnya. Rata-rata peningkatan pada rasio pendapatan dan pengeluaran masing-masing adalah 15% dan 9%. Tabel B1-14 menunjukkan tren peningkatan pada rasio pendapatan, pengeluaran, jumlah pelanggan dan luas lantai pada PD PAL JAYA. Berdasarkan tabel ini, rata-rata peningkatan pada rasio jumlah pelanggan hanya 1% dalam lima tahun terakhir, tetapi rasio untuk luas lantai bangunan adalah 11%, hampir sama dengan rasio pendapatan dan pengeluaran. Sekitar 90% dari pendapatan adalah pendapatan dari biaya pembuangan limbah dan itu sekitarIDR 29 Milyar (270 Juta Yen).
Sementara itu, biaya pengolahan air limbah (biaya O&M, biaya penyusutan untuk saluran pipa dan hal yang hampir sama, gaji untuk pekerja yang terlibat langsung pada pengolahan air limbah, pengeluaran tunjangan dan kesejahteraan) mencapai 47% dari total pengeluaran. Biaya overhead untuk urusan umum, akuntansi, dan promosi penjualan mencapai 45% dari total pengeluaran, hampir sama dengan biaya pengolahan air limbah. Laporan (S/R) BAGIAN-B : B1 menunjukkan pendapatan, pengeluaran, biaya O&M dan laba pada PD PAL JAYA.
Sumber: Laporan Tahunan PD PAL JAYA, 2005 - 2009
Gambar B1-14 Tren Pendapatan dan Pengeluaran pada PD PAL JAYA (2005 – 2009)
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-27
Tabel B1-14 Rasio Pendapatan, Pengeluaran, Jumlah Pelanggan, dan Luas Lantai Bangunan Pelanggan (2005 – 2009)
Hal 2005 2006 2007 2008 2009 Rata-rata
Pendapatan - 10% 23% 11% 15% 15%
Pengeluaran - 4% 13% 10% 8% 9%
Jumlah Pelanggan - 2% 1% -1% 3% 1%
Luas Lantai - 6% 10% 17% 10% 11%
Sumber: PD PAL JAYA
2) Rincian Pendapatan dari Biaya Pembuangan Limbah
Tabel B1-15 menunjukkan detail pendapatan dari biaya pembuangan limbah, dimana mencapai sekitar 90% (IDR28,7 Milyar (267 Juta Yen)) dari total pendapatan. Gambar B1-15 menunjukkan rasio dan jumlah pelanggan, luas lantai bangunan, dan biaya pembuangan limbah (tarif). Sekitar 99,5% (IDR28,5 Milyar (265 Juta Yen) dari total pendapatan berasal dari organisasi (non-rumah tangga) seperti pelaku bisnis fasilitas komersial skala besar. Walaupun rumah tangga mencapai 86% dari total jumlah pelanggan, itu hanya mencapai 0,5% (IDR152 Juta (142.000 Yen)) dari total pendapatan. Dengan demikian pendapatan PD PAL JAYA sangat tergantung pada pendapatan dari pelaku bisnis.
Selain itu, diperkirakan rata-rata pendapatan tarif pembuangan limbah adalah 4.357 IDR/m3 (41 Yen/ m3) berdasarkan total pendapatan tarif pembuangan limbah (IDR28.5 milyar (265 Juta Yen)) dan kuantitas terkini dari aliran yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah Setiabuti (18.032 m3/hari pada tahun 2009, didengar dari PD PAL JAYA). Untuk detail perhitungan adalah seperti yang ditunjukkan dalam Laporan Pendukung (S/R) BAGIAN-E: E3.5.
Tabel B1-15 Rincian Pendapatan dari Tarif Pembuangan Limbah (2009)
Kategori Pelanggan Pelanggan Luas Lantai Pendapatan Tarif
JumlahPresentase
(%) Luas (m2)
Presentase (%)
(Juta Rupiah) Presentase
(%)
Rumah Tangga 1.179 86,3% 130.216 2,8% 152 0,5%
Non- Rumah Tangga
Komersial Kecil 12 0,9% 62.328 1,3% 116 0,4%
Komersial Besar 143 10,5% 4.201.569 90,8% 27.951 97,5%
Sosial 31 2,3% 231.707 5,0% 454 1,6%
Industri 1 0,1% 400 0,0% 2 0,0%
Total 1.366 100,0% 4.626.220 100,0% 28.675 100,0%
Sumber: PD PAL JAYA
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-28
Rate of Number of Customer, Floor area, Tariff Income
0.0%
20.0%
40.0%
60.0%
80.0%
100.0%
Rat
e(%
)
Non-Household 13.7% 97.2% 99.5%
Household 86.3% 2.8% 0.5%
Customer Floor area Tariff Income
86.3 %
13.7 %
97.2 %
2.8 %
99.5 %
0.5 %
Source: PD PAL JAYA
Gambar B1-15 Rasio Jumlah Pelanggan, Luas Lantai dan Pendapatan Biaya Air Limbah (2009)
Rata-rata biaya air limbah untuk pelanggan non-rumah tangga oleh PD PAL JAYA, yang dikonversikan ke biaya komoditas (4.357 IDR/m3), dibandingakan dengan kota-kota dimana sistem biaya komoditas diterapkan; Manila (Manila Water), Malaysia (IMK), Colombo dan Hanoi (HSDC). Harga yang dikonversikan per satuan air limbah oleh PD PAL JAYA lebih tinggi dari harga di 3 kota lainnya kecuali Manila. Itu berarti pelanggan non-rumah tangga membayar tarif air limbah lebih tinggi daripada di 3 kota lainnya tersebut kecuali Manila.
Tabel B1-16 Perbandingan Biaya Air Limbah (Pelanggan non-Rumah Tangga) antara DKI dan Kota-kota Lainnya
Kota (Dinas Pelaksana) Volume air tiap bulan dari pelanggan non-rumah tangga dimana harga direpkan.
Komoditas Biaya per m3 (mata uang lokal)
Komoditas Biaya per m3 (USD)
DKI (PD PAL JAYA) Rata-rata pelanggan rumah tangga dan non-rumah tangga
IDR4.357 0,508
Manila (Manila Water) Lebih dari 10.000m3 45,30 Peso 0,528 Malaysia (IWK) Lebih dari 200m3 0,45 Ringgit 0,148 Colombo Lebih dari 10.000m3 15 SLR 0,132 Hanoi (HSDC) Fasilitas Industri 750 VND 0,036 Sumber: Tim Ahli JICA 3) Biaya O&M
Biaya O&M termasuk dalam biaya pengolahan air limbah, yang mencapai 47% dari total pengeluaran. Gambar B1-16 menunjukkan rincian biaya pengolahan air limbah untuk PD PAL JAYA dari tahun 2005 sampai 2009. Pengeluaran untuk gaji, tunjangan dan kesejahteraan pegawai mencapai 46% dari total pengeluaran, pengeluaran paling besar dari semua pengeluaran. Pengeluaran untuk penyusutan jaringan air limbah, dll, mencapai 23% dan pengeluaran untuk O&M mencapai sekitar 23% (sekitar IDR2 Milyar (sekitar 19 Juta Yen)).
Pengeluaran O&M pada tahun 2009 mencapai 11% (IDR2 Milyar / IDR19 Milyar) dari total pengeluaran.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-29
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2005 2006 2007 2008 2009
IDR
(*B
illio
n)
year
Expenses: Treatment Cost
Expenses of depriciation of productionequipment
Office expenses
Expenses of employee welfare
Expenses of O&M
Expenses of depreciation of wastewaternetwork
Expenses of salary and allowance
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan PD PAL JAYA, tahun 2005 - 2009
Gambar B1-16 Rincian Biaya Pengolahan Air Limbah di PD PAL JAYA (2005 – 2009) Biaya O&M ini dibandingkan dengan instalasi pengolahan air limbah di Jepang, yang dapat mengolah 10,000 sampai 30,000m3/hari. Tabel B1-17 menunjukkan rasio biaya O&M dan biaya personil untuk pengolahan air limbah. Dalam tulisan ini, biaya penyusutan,dll, tidak termasuk untuk tujuan perbandingan.
Pada instalasi pengolahan air limbah, biaya O&M hampir dua kali lipat dari biaya personil, tetapi pada PD PAL JAYA biaya O&M sekitar 1/2dari biaya personil untuk pengolahan air limbah. Hal ini karena aerator permukaan merupakan satu-satunya peralatan yang dioperasikan dan dirawat oleh PD PAL JAYA, dan karena itu jelas bahwa kebutuhan biaya O&M jauh lebih kecil daripada instalasi pengolahan air limbah lain pada umumnya. Ketika Instalasi Pengolahan Air Limbah yang dusulkan akan dibangun, kemudian dioperasikan dan dirawat oleh PD PAL JAYA, biaya O&M PD PAL JAYA akan meningkat.
Tabel B1-17 Rasio O&M dan Biaya Personil (Perbandingan antara Instalasi Pengolahan Air Limbah PD PAL JAYA dan di Jepang)
Hal PD PAL JAYA Instalasi Pengolahan Air Limbah di Jepang*Biaya O&M 23% 33% 61% Biaya personil yang terkait dengan pengolahan
46% 66% 39%
Penyusutan, dll. 31% --- --- Sumber: Nilai di atas berdasarkan oleh rasio rata-rata instalasi pengolahan air limbah yang mempunyai desain kapasitas 10,000 sampai 30,000 m3/hari yang diambil dari “Statistik Pengolahan Limbah di Jepang, 2006”.
4) Laba dan Rugi
Karena dalam lima tahun terakhir, PD PAL JAYA berada pada tahap memperoleh laba. Laba telah meningkat setiap tahun dan mencapai 9,3 Milyar Rupiah (sekitar 87 Juta Yen) pada tahun 2009.
Gambar B1-17 menunjukkan perbandingan laba bersih, pengeluaran investasi dan jumlah pelanggan.
Dalam lima tahun terakhir, walaupun jumlah pelanggan telah meningkat sedikit saja, laba bersih hampir mencapai tiga kali lipat. Saluran pipa telah direnovasi pada tahun 2005 sampai 2007 sehingga laba menurun karena adanya renovasi. Di sisi lain, investasi lebih rendah pada tahun 2008 dan 2009 daripada tahun-tahun sebelumnya sehingga laba meningkat.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-30
PD PAL JAYA juga menyatakan bahwa ketika Instalasi Pengolahan Air limbah yang diusulkan pada zona pembuangan limbah yang ada seperti Zona 0 akan ditugaskan dalam waktu dekat, biaya O&M dari sistem pembuangan limbah akan meningkat secara signifikan dan laba tersebut akan menurun secara proporsional walaupun pendapatan dari tarif pembuangan limbah mungkin akan naik sedikit saja.
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
500
700
900
1,100
1,300
1,500
2005 2006 2007 2008 2009
IDR
(Bil
lion)
Num
ber
of c
usto
mer
Year
Nomber of customer, Net profit, & Investment expenditures
Total Customer Net profit Investment expenditures
Sumber: PD PAL JAYA
Gambar B1-17 Jumlah Pelanggan, Laba Bersih dan Investasi pada PD PAL JAYA (2005 – 2009)
5) Modal
Ketika PD PAL JAYA didirikan pada tahun 1991, modalnya adalah IDR6,4 Milyar (sekitar 60 Juta Yen). Total modal termasuk transfer modal dari Proyek JSSP yaitu IDR22,6 Milyar (sekitar 210 Juta Yen). Pemerintah pusat menghibahkan subsidi sebesar 1,8 Milyar Rupiah kepada PD PAL JAYA dari tahun 1996 sampai 2007. Tidak ada lagi susbsidi yang dihibahkan sejak saat itu. Total investasi oleh pemerintah pusat adalah IDR24,5 Milyar (sekitar 228 Juta Yen).
Investasi oleh DKI Jakarta dilakukan setiap tahun sejak tahun 1992 sampai 1996. Sejak saat itu, investasi oleh DKI Jakarta dilakukan sekali setiap dua sampai empat tahun dan sebesar 3 Milyar sampai IDR20 Milyar (sekitar 28 Juta sampai 186 Juta Yen) telah diinvestasikan oleh DKI Jakarta pada setiap investasinya. Total investasi oleh DKI Jakarta adalah IDR70 Milyar (sekitar 652 Juta Yen) dan utamanya digunakan pemeliharaan dan renovasi saluran pipa.
Laporan Pendukung (S/R) BAGIAN-B : B1 menunjukkan Sejarah Perolehan Modal oleh PD PAL JAYA.
6) Dana Tambahan yang Dapat Diperoleh oleh PD PAL JAYA
Jenis dana tambahan, dimana PD PAL JAYA dapat memperolehnya, ditentukan oleh Peraturan Daerah DKI No.10/1991 adalah sebagai berikut.
Dana tambahan, dimana PD PAL JAYA dapat memperolehnya
Pendapatan bunga dana internal
Investasi oleh DKI Jakarta
Bantuan pemerintah pusat dan institusi pihak ketiga seperti bank
Pinjaman dari institusi dalam negeri dan luar negeri yang disetujui oleh Gubernur DKI Jakarta
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-31
7) Arus Pendanaan PD PAL JAYA
Gambar B1-18 menunjukkan aliran hubungan pendanaan antara PD PAL JAYA dan institusi keuangan yang terkait.
Hal itu ditetapkan di dalam peraturan pemerintah bahwa keuntungan yang diperoleh PD PAL JAYA dari usaha harus didistribusikan dalam rasio berikut ini.
Pengembalian uang ke anggaran pemda: 40%
Cadangan: 25%
Investasi pada layanan sistem pembuangan limbah: 15%
Dana untuk pendidikan personil, dll.: 20%
Dengan demikian, penggunaan keuntungan PD PAL JAYA ditentukan dan khusunya sejumlah 40% dari keuntungan harus dikembalikan ke DKI Jakarta setiap tahunnya. Oleh karena itu, sangat sulit untuk menginvestasikan keuntungan pada peningkatan fasilitas pembuangan limbah. Dengan kata lain, dana untuk investasi pada peningkatan fasilitas pembuangan limbah tidak dapat diamankan kecuali investasi tambahan dibuat dari DKI Jakarta.
(2) Investasi di PD PAL JAYA
PD PAL JAYA melakukan urusannya menggunakan uang investasi dari DKI Jakarta, yang merupakan pemegang saham, selain pendapatan dari biaya pembuangan limbah.
Anggaran untuk investasi di PD PAL JAYA disesuaikan oleh Badan Perekonomian pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD), dan pengawasan atas investasi dilakukan oleh Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP).
Selanjutnya, setiap instansi DKI Jakarta mengklaim untuk anggaran di bawah koordinasi BAPPEDA berdasarkan rencana bisnis untuk setiap tahunnya. Tetapi ini adalah situasi terkini dimana PD PAL JAYA tidak memiliki rute untuk akses langsung ke anggaran DKI Jakarta.
Gambar B1-19 menunjukkan hubungan PD PAL JAYA dengan institusi-institusi DKI Jakarta.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-32
Sumber: Jajak pendapat dari PD PAL JAYA
Gambar B1-18 Aliran Hubungan Pendanaan antara PD PAL JAYA dan Institusi Keuangan yang Terkait
Sumber: Jajak pendapat dari PD PAL JAYA
Gambar B1-19 Diagram Struktur dalam Anggaran antara PD PAL JAYA dan Institusi-institusi di DKI Jakarta
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-33
(3) Permasalahan Keuangan PD PAL JAYA
1) Karakteristik Keuangan
Keuntungan PD PAL JAYA pada tahun 2009 adalah IDR9,3 Milyar (sekitar 87 Juta Yen), dan laporan akun setiap tahunnya telah terus-menerus berada di angka hitam. Faktor-faktor berikut dapat dianggap sebagai alasan untuk itu.
・ Biaya O&M fasilitas rendah.
Satu-satunya peralatan yang bekerja sebagai fasilitas pengolahan limbah adalah tujuh (7) mesin aerasi permukaan. Jumlah peralatan yang harus dikelola sedikit, dan tampaknya biaya O&M peralatan tersebut kecil. Biaya O&M akan meningkat jika PD PAL JAYA telah membangun Intalasi Pengolahan Air Limbah yang baru dengan O&M yang memadai.
・ Rasio pendapatan dari pelanggan pelaku bisnis adalah besar.
Biaya pembuangan limbah ditetapkan berdasarkan pada luas lantai bangunan. Pada rasio luas lantai bangunan, 91% adalah fasilitas komersial skala besar dan rasio rumah tangga umum hanya 3%. Selanjutnya, harga satuan biaya pembuangan untuk fasilitas komersial skala besar telah ditetapkan sampai 8 kali lipat dibandingkan harga satuan untuk rumah tangga umum, dan struktur pendapatan sangat bias terhadap pendapatan dari pelanggan pelaku bisnis. Selain itu, pengumpulan biaya dari pelanggan pelaku bisnis dilakukan melalui transfer bank sebagai suatu peraturan dan rasio pengumpulan biayanya sebesar 99%. Ini adalah salah satu alasan mengapa pendapatan yang lebih stabil dapat diperoleh.
2) Permasalahan Keuangan
(a) Pengembalian Keuntungan Usaha Ditetapkan Oleh Peraturan
Sebagaimana PD PAL JAYA harus mengembalikan 40% dari keuntungannya untuk DKI Jakarta setiap tahunnya, hal ini tidak memungkinkan untuk PD PAL JAYA untuk mengarahkan keuntungannya untuk diinvestasikan kembali.
(b) Perbedaan pada Proses Permintaan Anggaran antara PD PAL JAYA dan DKI Jakarta
Walaupun setiap institusi DKI Jakarta diizinkan untuk membuat permintaan anggaran setiap tahunnya, satu-satunya hal yang bisa dilakukan oleh PD PAL JAYA adalah meminta Badan Perekonomian untuk berinvestasi. Keputusan untuk investasi diambil berdasarkan kondisi yang sesuai pengelolaan membuat keuntungan dilaksanakan, dan ada tahun dimana permintaan untuk investasi tidak dapat diwujudkan jika Badan Perekonomian memutuskan bahwa investasi tidak diperlukan. Pada prakteknya, investasi diterima sekali dalam kurun waktu 2-4 tahun pada beberapa tahun terakhir, yang berarti bahwa investasi tidak terjadi setiap tahun.
(c) Tidak Adanya Institusi Pengawas Teknis PD PAL JAYA
BPLHD dan Dinas Kebersihan bukanlah otoritas yang kompeten untuk PD PAL JAYA, dan oleh karenanya, struktur tidak mengizinkan mereka untuk membuat permintaan anggaran untuk PD PAL JAYA.
Tidak ada institusi di DKI Jakarta yang melakukan pengawasan dan kendali atas PD PAL JAYA pada aspek teknis. Oleh karena itu, tidak ada institusi di DKI Jakarta yang dapat menjelaskan kebutuhan investasi pada PD PAL JAYA.
Dari yang dijelaskan di atas, sangat diperlukan untuk merubah struktur untuk permintaan anggaran untuk PD PAL JAYA, dalam hal itu PD PAL JAYA tidak memiliki akses ke anggaran dan tidak ada institusi pengawas teknis yang mampu meningkatkan sistem pembuangan limbah pada saat memperoleh anggaran. Untuk tujuan ini, sangat penting bahwa Master Plan ini diposisikan sebagai keputusan oleh Gubernur DKI Jakarta.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-34
B1.5 Peraturan untuk Pencemaran Air
B1.5.1 Standar Lingkungan Hidup
(1) Standar Kualitas Air Nasional (No. 82 tahun 2001)
Pemerintah Indonesia melaui Peraturan No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air mengklasifikasikan jenis sungai menjadi 4 kategori berikut pada Tabel B1-18 tergantung pada tujuan penggunaan air sungai.
Namun, ini merupakan status terkini bahwa Rencana Umum (Peraturan Presiden dan/atau Menteri) tidak terselenggara dan bahwa kategorisasi tidak jelas. Pada tahun 2008, KLH (Kemen LH) menyiapkan Rencana Umum untuk Sungai Ciliwung. Tetapi hal tersebut tidak diresmikan karena alasan di atas. Rencana ini menunjukkan sungai-sungai di DKI Jakarta dikategorikan dalam Kelas III.
Tabel B1-18 Standar Kualitas Air Nasional berdasarkan Tujuan Penggunaan Air Sungai
Parameter Satuan Kelas
I II III IV
pH -- 6 - 9 6 - 9 6 - 9 5 - 9 BOD mg/L 2 3 6 12 CODCr mg/L 10 25 50 100 DO mg/L 6 4 3 0 NH3-N mg/L 0.5 - - - Bakteri Coliform Tinja
MPN/100 mL 100 1.000 2.000 2.000
Total Bakteri Coliform
MPN/100 mL 1.000 5.000 10.000 10.000
Kategori penggunaan air : Kelas I : Peruntukan air baku untuk air minum Kelas II : Peruntukan air untuk fasilitas/ infrastruktur rekreasi air Kelas III : Peruntukan air untuk perikanan dan peternakan hewan Kelas IV : Peruntukan air untuk mengairi tanaman
Sumber: Disiapkan oleh Tim Ahli JICA dengan Peraturan No. 82 tahun 2001
(2) Standar Kualitas Air Provinsi (Keputusan Gubernur No. 582 tahun 1995)
Standar Kualitas Air Provinsi untuk sungai-sungai di DKI Jakarta ditetapkan oleh Keputusan Gubernur No 1608 tahun 1988. Sungai diklasifikasikan menjadi empat (4) grup yang tergantung tujuan penggunaan air sungai. Batas BOD yang diizinkan untuk Kelas A (sumber air minum) adalah 10 mg/L, Kelas B & C (perikanan dan penggunaan pertanian) adalah 20 mg/L dan untuk Kelas D (penggunaan lain & cocok untuk mendukung biota perairan) adalah 30 mg/L. Target kualitas air sungai pada wilayah studi dalam Master Plan tahun 1991 mengadopsi Kelas D yaitu 30mg/L setidaknya untuk menjaga kondisi minimum yang diperlukan untuk mendukung biota perairan di sungai-sungai.
Keputusan di atas dirubah pada tahun 1995 (Keputusan Gubernur No.582) yang menetapkan hanya tiga (3) grup. Standar sesuai dengan tujuan penggunaan yang dimaksud dalam klasifikasi tiga (3) grup tersebut adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel B1-19. Seperti yang dapat dilihat, batas maksimum BOD yang diizinkan untuk Kelas B (sumber air minum) adalah 10 mg/L dan Kelas C& D (perikanan, peternakan & agrikultur, penggunaan usaha perkotaan) adalah 20 mg/L. Pada Keputusan yang telah dirubah, standar BOD untuk kualitas air sungai dibuat lebih ketat yang mencerminkan perhatian pemerintah provinsi mengenai lingkungan air yang memburuk di DKI Jakarta mulai tumbuh. Namun, standar ini masih sangat santai dibandingkan dengan Standar Nasional mereka. Hal ini memunculkan Tim Ahli JICA, sebagai sebuah langkah ad hoc, DKI mengadopsi standar kurang ketat melalui Keputusan Gubernur. Tingkat pencemaran pada lingkungan air DKI Jakarta sangat kritis yang akan membutuhkan investasi yang besar dan kesiapan sistem jika Standar Nasional diadopsi. Tim Proyek JICA telah mengusulkan untuk mengadopsi standar Kelas B (sumber air minum) dimana batas BOD yang diizinkan adalah 10 mg/L sebagai target kualitas air sungai untuk Master Plan yang baru.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-35
Tabel B1-19 Standar Kualitas Air Provinsi Berdasarkan Tujuan Penggunaan Air Sungai
Parameter Satuan Grup
B C D pH -- 6,0 – 8,5 6,0 – 8,5 6,0 – 8,5 BOD mg/L 10 20 20 CODCr mg/L 20 30 30 DO mg/L 3 3 3 NH3-N mg/L 1,0 2,0 - Bakteri Coliform Tinja
MPN/100 mL 2.000 4.000 4.000
Total Bakteri Coliform
MPN/100 mL 10.000 20.000 20.000
Kategori Penggunaan Air: Kelas B: Peruntukan air baku untuk air minum Kelas C: Peruntukan air untuk perikanan, peternakan Kelas D: Peruntukan air untuk agrikultur dan usaha perkotaan Sumber: Disiapkan oleh Tim Ahli JICA dengan Keputusan No. 582/1995
B1.5.2 Standar Kualitas Air Limbah (Peraturan Gubernur No. 122 tahun 2005)
(1) Standar Kualitas Limbah Cair
Standar kualitas untuk limbah cair yang berasal dari pribadi/rumah tangga dan sistem pengolahan air limbah komunal The quality pada Tabel B1-20 ditetapkan oleh Peraturan Gubernur No. 122 tahun 2005. Standar untuk pengolahan air limbah komunal juga digunakan sebagai standar untuk instalasi pengolahan air limbah yang terpusat, dimana BOD adalah 50 mg/L, Amonia 10 mg/L dan TSS 50 mg/L. Perlu dicatat bahwa standar kualitas keluaran dari teknologi pengolahan rata-rata adalah BOD 20 mg/L atau kurang. Oleh karena itu, dengan mengadopsi standar BOD 20 mg/L sebagai standar keluaran, tidak akan ada biaya tambahan yang signifikan dalam pengolahan limbah.
Tabel B1-20 Standar Kualitas Limbah Cair No Parameter Satuan Pribadi/Rumah Tangga Komunal
1 pH -- 6 - 9 6 - 9 2 KMnO4 mg/L 85 85 3 TSS mg/L 50 50 4 Amonia mg/L 10 10
5 Zat Biru Metilen mg/L 2 2
6 CODCr mg/L 100 80 7 BOD mg/L 75 50 8 Minyak dan Lemak mg/L 10 10
Sumber: Peraturan Gubernur No 122/2005 (2) Standar Kualitas Air Limbah Industri
Standar kualitas air limbah industry diatur oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995. Peraturan ini diterapkan untuk 21 industri berikut ini. Standar untuk setiap jenis industri diatur, dimana ditunjukkan pada BAGIAN-B Laporan Pendukung atau S/R.
Tabel B1-21 Jenis Industri untuk Standar Kualitas Air Limbah Industri 1. Soda Api 2. Metal Plating 3. Penyamakan kulit 4. Minyak kelapa 5. Bubur kertas dan Kertas 6. Karet 7. Gula 8. Tapioka 9. Tekstil 10. Pupuk Urea/Nitrogen 11. Etanol 12. Mono Sodium Glutamate (MSG) 13. Kayu lapis 14. Minuman ringan15. Susu dan makanan dari susu 16. Sabun, deterjen produk minyak sayur 17. Bir 18. Baterai Dry Cell 19. Cat 20. Farmasi 21. Pestisida
Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 1995 Gubernur dapat menetapkan parameter tambahan dan/atau yang lebih ketat pada standar kualitas air limbah setelah menerima persetujuan Menteri. Berdasarkan peraturan ini, semua orang yang bertanggung jawab atas kegiatan industri mereka mempunyai kewajiban seperti berikut ini;
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-36
a. Untuk mengelola air limbah agar tidak melebihi batas yang ditetapkan pada standar kualitas air limbah.
b. Untuk membuat saluran air limbah yang anti air sehingga tidak menimbulkan kebocoran ke lingkungan.
c. Untuk memasang alat untuk mengukur laju alir dan mencatat laju alir air harian dari limbah. d. Jangan mengencerkan air limbah; termasuk mencampur dengan air pendingin pada saluran
pembuangan limbah. e. Untuk memeriksa kualitas air limbah secara berkala mengikuti standar setidaknya satu kali
dalam satu bulan. f. Untuk memisahkan saluran air limbah dengan saluran air hujan. g. Untuk mencatat produksi bulanan. h. Untuk melaporkan catatan laju alir, konsentrasi kualitas air limbah dan produksi bulanan
setidaknya setiap tiga bulan sekali kepada Kepala BAPEDA, Gubernur, Institusi Teknis yang bertanggung jawab atas kegiatan industri.
B1.5.3 Standar Kualitas Air Tanah (Kementerian Kesehatan)
Pada penggunaan air tanah dari sumur dalam dan sumur dangkal untuk air minum dan air kebutuhan rumah tangga, standar kualitas air tanah diatur oleh Kementerian Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990, yang diterapkan seperti yang ditunjukkan pada Tabel B1-22 dan Tabel B1-23.
(1) Untuk Penggunaan Air Minum (Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 tahun 2010)
Tabel B1-22 Standar Kualitas Air Tanah untuk Penggunaan Air Minum No. Parameter Satuan Standar
I Fisik Daya hantar listrik µmhos/cm Kekeruhan NTU 5 Suhu OC Suhu udara ± 3 OC Total Terlarut Padat (TDS) mg/L 1.000 Warna Skala TCU 15
II Kimia Merkuri (Hg) mg/L 0,001 Besi (Fe) mg/L 0,3 Fluor (F) mg/L 1,5 Zat aktif biru metilen mg/L -- Kadmium (Cd) mg/L 0,005 Mg Kekerasan mg/L -- Ca Kekerasan (CaCO3) mg/L 500 Total Kekerasan mg/L -- Khlorida (Cl) mg/L 600 Khrom (Cr) (Total) mg/L 0,05 Mangan (Mn) mg/L 0,5 Nitrat (NO3) mg/L 10 Nitrit (NO2) mg/L 1,0 pH -- Seng (Zn) mg/L 15 Sulfat (SO4) mg/L 400 Timbal (Pb) mg/L 0,05 Organik (KMnO4) mg/L 10
III Mikro Biologi Bakteri Coli MPN/100mL 0 Bakteri Coliform tinja MPN/100mL 0
Sumber: Kementerian Kesehatan
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-37
(2) Untuk Penggunaan Air Rumah Tangga (Peraturan Menteri Kesehatan No. 416 tahun 1990)
Tabel B1-23 Standar Kualitas Air Tanah untuk Penggunaan Air Rumah Tangga
No. Parameter Satuan Standar I Fisik Daya hantar listrik µmhos/cm Kekeruhan NTU 25 Suhu OC Suhu udara ± 3 OC Total Terlarut Padat (TDS) mg/L 1.500
II Kimia Merkuri (Hg) mg/L 0.001 Besi (Fe) mg/L 1 Fluor (F) mg/L 1,5 Zat aktif biru metilen mg/L 0,5 Kadmium (Cd) mg/L 0,005 Mg Kekerasan mg/L Ca Kekerasan (CaCO3) mg/L Total Kekerasan mg/L 500 Khlorida (Cl) mg/L 600 Khrom (Cr) (Total) mg/L Mangan (Mn) mg/L 0,50 Nitrat (NO3) mg/L 10 Nitrit (NO2) mg/L 1 pH 6,5 – 9,0 Seng (Zn) mg/L 15 Sulfat (SO4) mg/L 400 Timbal (Pb) mg/L 0,05 Organik (KMnO4) mg/L 10
III Mikro Biologi Bakteri Coli MPL/100mL 50 Bakteri Coliform tinja MPL/100mL
Sumber: Kementerian Kesehatan
B1.5.4 Standar Kualitas Air Limbah untuk Sambungan ke Pipa Saluran Pembuangan di DKI
Jakarta
Standar kualitas air limbah untuk sambungan ke jaringan pipa pembuangan limbah telah diatur oleh Keputusan Gubernur No.1040 / 1997. Keputusan tersebut mengatur kewajiban untuk semua pemilik, penghuni dan orang yang bertanggung jawab untuk setiap bangunan yang berada di dalam wilayah dimana pipa pembuangan limbah telah diinstal harus membuang air limbah mereka ke pipa tersebut. Hukuman juga telah diatur jika mereka melanggar kewajiban pembuangan ke pipa pembuangan limbah, standar kualitas air limbah, dan metode inspeksi.
(1) Standar Kualitas Air Limbah
Standar kualitas air limbah didefinisikan sebagai standar maksimum yang diperbolehkan untuk pembuangan air limbah ke saluran pembuangan, dan didefinisikan terpisah untuk air limbah domestik dan air limbah non-domestik. Standar kualitas air limbah untuk masing-masing adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel B1-24 dan Tabel B1-25.
Tabel B1-24 Standar Kualitas Air Limbah untuk Sambungan ke Pipa Pembuangan Limbah untuk Limbah Domestik
No Parameter Standar Kualitas Satuan I Fisik OC Suhu 38 mg/L Zat terlarut padat 3000 mg/L Zat Suspended Solid (SS) 850 mg/L
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-38
Tabel B1-24 Standar Kualitas Air Limbah untuk Sambungan ke Pipa Pembuangan Limbah untuk Limbah Domestik
No Parameter Standar Kualitas Satuan II Kimia Amonia 65 mg-N/L Arsenik 1 mg/L Total Besi (Fe) 5 mg/L Flour 2 mg/L Bebas Khlorin 5 mg-C12/L Total Khrom 1 mg/L Khrom Heksavalen 1 mg-Cr6+/L Nitrat 10 mg-N/L Nitrit 1 mg-N/L pH 5 – 9 - Seng (Zn) 15 mg/L Selenium (Se) 0,05 mg-S/L Sulfida 2 mg/L Tembaga (Cu) 1 mg/L Mangan (Mn) 2 mg/L Fenol 1 mg/L Minyak dan Lemak 20 mg/L Zat Aktif Biru Metilen 30 mg/L Zat Organik (KMnO4) 550 mg/L BOD 400 mg/L COD (Bichromat) 600 mg/L
Sumber: Disiapkan Oleh Tim Ahli JICA dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.1040 / 1997
Tabel B1-25 Standar Kualitas Air Limbah untuk Sambungan ke Pipa Pembuangan
Limbah untuk Limbah Non-Domestik No Parameter Standar Kualitas Satuan I Fisik Suhu 38 mg/L Zat terlarut padat 3000 mg/L Zat Suspended Solid (SS) 850 mg/L
II Kimia Merkuri 0,002 mg/L Amonia 65 mg-N/L Arsenik 1 mg/L Total Besi (Fe) 5 mg/L Flour 2 mg/L Kadmium (Cd) 0,05 mg-C12/L Bebas Khrom 5 mg/L Total Khrom 2 mg/L Khrom Heksavalen 1 mg-Cr6+/L Nikel (Ni) 0,1 mg/L Nitrat 10 mg-N/L Nitrit 1 mg-N/L pH 5 - 9 - Seng (Zn) 15 mg/L Selenium (Se) 0,05 mg-S/L Sulfida 2 mg/L Tembaga (Cu) 1 mg/L Timbal (Pb) 0,1 mg/L Mangan (Mn) 10 mg/L Fenol 1 mg/L Minyak dan Lemak 20 mg/L Zat Aktif Biru Metilen 30 mg/L Sianida (Cn) 0,1 mg/L Zat Organik (KMnO4) 550 mg/L BOD 400 mg/L COD (Bichromat) 600 mg/L
Sumber: Disiapkan Oleh Tim Ahli JICA dengan Keputusan Gubernur DKI Jakarta No.1040 / 1997
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-39
(2) Pengawasan dan Evaluasi
Instansi yang terkait di DKI Jakarta dan PD PAL JAYA melaksanakan pengawasan dan evaluasi seperti berikut ini:
1) PD PAL JAYA melaksanakan pengawasan dan pemantauan kualitas air limbah yang dibuang ke pipa saluran pembuangan limbah.
2) PD PAL JAYA berkoordinasi dengan institusi terkait dan melaporkan hasil pengawasan dan evaluasinya kepada Gubernur DKI Jakarta.
・ Pemantauan dan evaluasi kualitas air limbah yang dibuang ke pipa saluran pembuangan limbah
・ Pengumpulan dan evaluasi data tersebut di atas
3) Pengawasan dilakukan secara berkala dan jika diperlukan.
4) Jika hasil pengawasan dan pemantauan menunjukkan penyimpangan dari standar kualitas, PD PAL JAYA dapat memerintahkan kepada pemilik/ pengunjung/ orang yang bertanggung jawab pada bangunan untuk mengurangi zat yang harus dibuang, dan dapat memberikan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
(3) Kewenangan PD PAL JAYA
Dalam melaksanakan pengawasan dan pemantauan, PD PAL JAYA mempunyai kewenangan sebagai berikut;
1) Memasuki wilayah untuk memeriksa sumber-sumberyang menghasilkan air limbah.
2) Mengambil sampel air limbah dan memeriksa kualitasnya, atau menugaskan pemilik/penghuni/orang yang bertanggung jawab untuk memeriksa kualitas air limbah di laboratorium PD PAL JAYA dengan biaya mereka sendiri.
3) Meminta informasi yang diperlukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas air limbah yang dibuang dan pada proses pengolahan.
(4) Sanksi
Pelanggaran terhadap ketentuan yang ditetapkan pada Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1040/1997 harus dikenakan sanksi administratif, seperti ;
Denda
Penutupan pipa layanan
B1.6 Mayoritas Permasalahan mengenai Pengelolaan Air Limbah
B1.6.1 Situasi Terkini dan Permsalahan
(1) Metode Pengolahan Off-Site dan On-Site
Situasi terkini dari pengelolaan air limbah di DKI Jakarta adalah seperti yang dijelaskan pada Bab 7 dan Bab 8. Jangkauan sistem pembuangan limbah sejak Master Plan sistem pengolahan air limbah ditetapkan pada tahun 1991 terbatas hanya pada 1,3% dari wilayah DKI Jakarta, dan pelaku bisnis yang berada di luar wilayah sistem pembuangan limbah mengoperasikan Instalasi Pengolahan Individual milik mereka sendiri dalam korespondensi dengan kendali kualitas air tahun 2005, terlepas dari apakah pengolahannya memuaskan atau tidak. Sebuah gambaran pengolahan air limbah adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel B1-26.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-40
Tabel B1-26 Situasi Terkini dan Permasalahan mengenai Pengelolaan Air Limbah DKI Jakarta
Klasifikasi
Metode Pengolahan
Fasilitas Definisi Garis Besar Fasilitas Institusi
Administrasi yang Relevan
Metode Mekanikal Elektrikal
O&M
Off-site Pengolahan Air Limbah
IPAL Fasilitas pengolahan untuk lumpur tinja dan air kotor atau keduanya dibuang dari rumah tangga atau entitas komersial yang terhubung ke pipa saluran pembuangan umum
Anaerobik, aerobik, dan lainnya
Ada PD PAL JAYA
BPLHD
Pengolahan Air Limbah untuk Komersial
IPAL Fasilitas pengolahan untuk lumpur tinja dan air kotor atau keduanya dibuang dari entitas komersial yang terhubung ke pipa saluran pembuangan umum
Anaerobik, aerobik, dan lainnya
Ada Pemilik dan O&M dipercayakan kepada perusahaan PD PAL JAYA
BPLHD
On-site Sistem Pengolahan Masyarakat dan Individual
Septic tank
Peralatan penyimpanandengan pengolahan anaerobik yang difungsikan untuk lumpur tinja yang memungkinkan untuk meresap ke dalam tanah
Anaerobik Tidak ada Pemilik dan O&M dipercayakan kepada perusahaan (Penyedotan)
BPLHDDK
Septic tank Modifikasi
Peralatan penyimpanandengan pengolahan anaerobik yang difungsikan untuk lumpur tinja atau untuk lumpur tinja dan air kotor yang tidak memungkinkan untuk meresap ke dalam tanah
Anaerobik Tidak ada Pemilik dan O&M dipercayakan kepada perusahaan (Penyedotan)
BPLHDDK
SANIMAS
Fasilitas dioperasikan oleh masyarakat di daerah kumuh kota
Anaerobik, aerobik, dan lainnya
Adaatau Tidak ada
Masyarakat dan O&M dipercayakan kepada perusahaan (Penyedotan)
BPLHDDK
Tidak Diolah Dibuang langsung ke badan air publik
BPLHD
Sumber: Tim Ahli JICA (2) Pengolahan Lumpur Tinja dan Pembuangan
Pengolahan air limbah mengubah pencemar di dalam air menjadi mikroorganisme dan mengolahnya kemudian membuang lumpur tinja, yang diproduksi sebagai konsentrat mikroorganisme. Volume hasil lumpur meningkat seiring meningkatnya air untuk membuatnya lebih bersih. Pengolahan air limbah dilengkapi dengan pemahaman yang tepat dari volume lumpur tinja yang dihasilkan, dengan menyediakan sistem untuk pengolahan dan pengumpulan lumpur tinja dan dengan positif menjamin tempat pembuangan lumpur tinja. Hal yang mendasar dari pengolahan air limbah adalah pembuangan lumpur tinja.
Indonesia telah menggunakan septic tank untuk pengolahan air limbah domestik. Itu adalah keterampilan yang paling efektif pada situasi dimana kepadatan penduduknya kecil, diharapkan sebagai efek dari pemurnian sendiri pada lingkungan alami. Sehubungan dengan pembuangan lumpur tinja, tradisi budaya dan pemikiran ini sudah ada sejak lama dan bahkan sampai hari ini, dan tampaknya orang-orang tersebut, masyarakat dan lembaga administratif Indonesia tidak memperhatikan akumulasi lumpur tinja di dalam septic tank. Pengembangan yang konsisten terhadap sistem hukum, peraturan, hukuman, dan pembangunan sistem inspeksi tidak dilakukan sehubungan
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-41
dengan pengangkutan lumpur, pengolahan dan pembuangan. Banyak orang mengakui bahwa mayoritas dari lumpur tinja tersebut menghilang di suatu tempat, dan tidak ada cerita dimana kotak Pandora terbuka.
Namun saat ini, karena kepadatan penduduk di DKI Jakarta telah mendekati batasnya, perbaikan lingkungan air tidak bisa diharapkan kecuali pembuangan lumpur tampak diperketat dan langkah yang tepat telah diambil.
Tidak ada institusi yang secara total memikul tanggung jawab untuk pengolahan lumpur tinja dan pembuangan pada saat ini. Oleh karena itu, diperlukan untuk memperjelas struktur tanggung jawab di dalam Master Plan ini.
Seperti pengolahan lumpur tinja di Jepang, pelaku bisnis pembuangan, yang diwakili oleh usaha pembuangan limbah dilakukan oleh pemerintah kotamadya, dan mengolah lumpur tinja tersebut oleh mereka sendiri. Lumpur tinja yang dibuang dari setiap pelaku usaha pembuangan ditangani sebagai limbah industri. Menteri Lingkungan hidup pada pemerintah pusat menetapkan peraturan menteri mengenai limbah, dengan mencegah pembuangan limbah secara illegal dan promosi pengolahan yang memadai sebagai tujuan, dan menetapkan penanganan limbah sehingga aliran pengolahan limbah dapat diidentifikasi. Konkritnya, hal itu merupakan tugas dari pelaku usaha pembuangan untuk mengeluarkan manifesto pengendali limbah industri dan memahami situasi pemindahan dan pembuangan lumpur tinja oleh mereka sendiri dan kemudian melaporkan kepada gubernur prefektur. Dengan demikian tanggung jawab pelaku usaha pembuangan lumpur tinja menjadi jelas.
Persiapan legislatif yang mendasar dan tinjauan terhadap rencana pembuangan lumpur tinja di Jakarta adalah sangat penting dengan menggunakan pengolahan lumpur tinja dan struktur tanggung jawab yang ada di Jepang tersebut sebagai referensi, dan permasalahan ini harus diangkat sebagai subjek pusat dari Master Plan ini.
B1.6.2 Permasalahan dan Pertimbangan pada Master Plan
Master Plan ini terutama bertujuan untuk membuat rencana jangka panjang pengelolaan air limbah, namun, mengingat situasi di atas, perbaikan masalah lingkungan air di DKI Jakarta dapat dikatakan tergantung pada pencapaian target rencana jangka pendek ( 2020).
Walaupun DKI Jakarta mempunyai populasi sebesar 10 juta jiwa dimana kepadatan penduduknya melebihi Tokyo, sangat sulit membangun infrastruktur untuk pengolahan air limbah. Itu berarti upaya yang serentak dari kedua belah pihak, on-site dan off-site akan menjadi tak terelakkan untuk meningkatkan lingkungan perkotaan.
・ Memisah wilayah menjadi wilayah of-site dan on-site setelah mempersiapkan referensi besarannya.
・ Memepercepat pembangunan fasilitas on-site dengan menetapkan standar struktur yang memadai untuk Instalasi Pengolahan Individu dan septic tank untuk rumah tangga dengan mempertimbangkan bahwa standar lingkungan hidup dan standar keluaran air limbah adalah memuaskan.
・ Membagi wilayah off-site termasuk system pengolahan berbasis masyarakat, dan membuat dan melaksanakan rencana pelaksanaan (studi kelayakan jangka pendek) secara individu untuk membuat melakukan perbaikan secara bertahap pada lingkungan air sehingga dapat terlihat.
Pemerintah pusat dan DKI Jakarta harus mengakui bahwa, administrasi, keuangan, dan keterbatasan teknis seperti kekurangan lokasi untuk merencanakan pipa saluran pembuangan dan instalasi pengolahan air limbah dan lumpur tinja telah meningkat tak tertandingi oleh kota-kota lain dan mereka diminta untuk melakukan upaya terbaik mereka.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-42
Tabel B1-27 Permasalahan dan Pertimbangan pada Master Plan
Kategori Pendirian/Konfirmasi Konsep Dasar Permasalahan Teknik Permasalahan Administratif
Kualitas Air Lingkungan / Kualitas keluaran air limbah
・Pengolahan air limbah harus berdasarkan keseimbangan massa
・Pelestarian badan air publik
・Penanggulangan untuk drainase (Dikombinasikan・Dipisahkan)
・ Pengaturan rasional・ Kualitas keluaran ・ Standar struktur untuk
septic tank modofikasi ・ Standar desain untuk
Instalasi Pengolahan Individu
・ Menangkap kuantitas
・Penerapan yang ketat (periode sementara yang diperlukan)
Pengolahan lumpur tinja / Pembuangan
・Pengolahan air limbah berakhir dihentikan karena untuk menyelesaikan pengolahan lumpur tinja dan pembuangan.
・Pengecualian dari penetrasi (konsep tradisional)
・Menangkap lumpur tinja M/B
・ Jumlah lumpur tinja yang dihasilkan
・ Penerapan pengolahan lumpur tinja dan pembuangan
・Penerapan yang ketat (periode sementara yang diperlukan)
・Penyedotan secara berkala
Perencanaan Pengolahan Air Limbah
・Kedudukan Instalasi Pengolahan Individu akan diartikan sebagai off-site.
・Konsistensi antara drainase dan pengolahan air limbah (Saluran pembuangan limbah didasarkan pada sistem yang terpisah)
・Standar desain untuk Instalasi Pengolahan Individu
・Klasifikasi on-site dan off-site
・Berurusan dengan Instalasi Pengolahan Individu
Sumber: Tim Ahli JICA B1.6.3 Kebijakan Dasar yang Harus Dipertimbangkan mengenai Peningkatan Pengelolaan Air
Limbah
Kebijakan dasar yang berkaitan dengan hokum, organisasi, struktur dan pengelolaan pada peningkatan pengolahan air limbah untuk saat ini, diurutkan sebagai berikut.
(1) Pengembangan Kebijakan Dasar dan Sistematis Perundangan mengenai Lingkungan Air dan Pengolahan Air Limbah
Pendirian kebijakan dasar yeng terkait dengan lingkungan air dan pengolahan air limbah serta sistematis penguatan sistem hukum yang terkait dengan pengolahan air limbah sangat diperlukan. Hal itu harus didirikan di bawah pengakuan bersama oleh pemerintah pusat dan DKI Jakarta dalam penyusunan undang-undang dan undang-undang yang terkait yang dipromosikan secara paralel dengan penyusunan Master Plan ini.
Di DKI Jakarta, berdasarkan pada kecenderungan penduduk, lingkungan dan pengolahan air limbah harus diposisikan dengan jelas sebagai kebijakan dengan mengesampingkan prioritas, di samping pengendalian banjir dan transportasi, pada penguatan lingkungan perkotaan.
(2) Pengembangan Sistematis Organisasi mengenai Lingkungan Air dan Pengolahan Air Limbah
Mengenai organisasi dan struktur yang terkait dengan lingkungan air dan pengolahan air limbah. walaupun departemen yang berwenang dijelaskan dalam bagian sebelumnya 10.1, hubungan kerjasama mereka dalam pertanggungjawaban struktur dan hubungan timbal balik adalah tipis. Penyebab utama untuk mencapai situasi seperti itu adalah menghidupkan diskusi dan pendirian konsep dasar mengenai lingkungan air yang dinyatakan dalam paragraf (1) adalah satu kemunduran karena pertumbuhan ekonomi dan menyertai perluasan kesenjangan antara orang kaya dan orang miskin. It is necessary, by formulation of this master plan and by fundamental review of the legal system, to enumerate concrete implementation hals of administration toward preservation of the water environment and to make efforts in the development of organizational structure that generalizes these matters, scope of responsibility and organizational capabilities.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-43
(3) Dukungan Keuangan
DKI Jakarta dan Tokyo memiliki skala populasi yang hampir sama, dan luas wilayah DKI Jakarta adalah hampir sama dengan wilayah Tokyo. Pengeluaran pemulihan lingkungan pada skala anggaran adalah dari jumlah yang sama dalam beberapa tahun terakhir.
Di wilayah lingkungan Tokyo, bagaimanapun, system pembuangan limbah telah dicapai mendekati 100% dan dapat dianggap bahwa sebagian besar pengeluaran adalah biaya untuk pemeliharaan fungsi sistem pembuangan limbah sebagai modal sosial yang efisien. Dibandingkan dengan fakta bahwa pengolahan air limbah di DKI Jakarta yang pada umumnya didukung oleh septic tank individu dan Instalasi Pengolahan Individu yang dioperasikan oleh pelaku usaha, rasio skala anggaran DKI Jakarta yang terkait dengan pengolahan air limbah harus tinggi secara alami ketika pembangunan sistem pembuangan air limbah mulai diperhitungkan.
(4) Peraturan oleh Standar Lingkungan Hidup dan Pengelolaannnya
Tidak diragukan lagi bahwa pembuangan air limbah yang tidak diolah dari bisnis telah dikendalikan sampai pada batas tertentu oleh pengaturan air limbah pada standar lingkungan tahun 2005. Tetapi masing-masing dari struktur pemantauan, bimbingan administrasi dan kemampuan kendali Instalasi Pengolahan Individu melibatkan banyak unsur yang memerlukan perbaikan, dan pemeriksaan yang memadai diperlukan dalam diskusi dari Paragraf (1), (2) dan (3).
(5) Penanggulangan Umum terhadap (pemukiman) Kumuh
Sebagian besar orang yang berasal dari luar Jakarta-lah yang membentuk kumuh ilegal di banyak tempat di DKI Jakarta, dan jumlah dari orang-orang tersebut dapat dikatan sebanyak 3 juta orang. Tidak dapat dipungkiri bahwa sumber daya manusia dari lapisan masyarakat berpendapatan rendah merupakan bagian dari pondasi bagi pertumbuhan ekonomi di Jakarta. Di sisi lain, juga merupakan suatu fakta bahwa dari sudut pandang lingkungan air, lingkungan hidup mereka sendiri ditempatkan dalam kondisi yang buruk, dan pada saat yang sama, daerah kumuh yang tersebar di sekitar sungai dan area danau adalah suatu hambatan yang besar dalam konservasi lingkungan air di DKI Jakarta. Langkah-langka mendasar menjamin minimum sipil di daerah setempat dan promosi langkah-langkah pembangunan daerah. Langkah-langkah tersebut di luar lingkup diskusi dalam proyek ini, tetapi langkah-langkah tersebut adalah apa yang harus diposisikan sebagai kebijakan nasional yang paling mendasar dan langkah-langkah oleh pemerintah pusat, pemerintah DKI Jakarta dan setiap pemerintah daerah. Mereka harus menyadari bahwa kesuksesan langkah-langkah tersebut memberikan kontribusi yang besar untuk perbaikan lingkungan air dan pengolahan air limbah di DKI Jakarta.
B1.6.4 Permasalahan dan Kondisi Terkini pada Struktur Organisasi
Komponen permasalahan dan kondisi terkini pada struktur organisasi mengenai pengelolaan air limbah dan lumpur tinja yang dijelaskan pada bab ini adalah seperti yang ditunjukkan pada Tabel B1-28. Permasalahan dan kondisi terkini pada struktur organisasi mengenai pengelolaan air limbah dan lumpur tinja, masing-masing ditunjukkan pada Tabel B1-29 dan Tabel B1-30.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-44
Tabel B1-28 Komponen Permasalahan dan Kondisi Terkini pada Pengelolaan Air Limbah dan Lumpur Tinja
Institusi Usaha Utama
Permasalahan Institusi On-site Off-site
BPLHD 259 Orang (5 orang)*1
Pengelolaan Umum Air Limbah Fungsi pengelolaan tidak kuat. Tidak hanya kewenangan pengelolaan tetapi juga kemampuan teknis lemah
Pengawasan terhadap DK
Pengawasan terhadap PD PAL JAYA
Kemampuan untuk mengarahkan sangat rendah.
Standar desain struktur
Batal Ketidakcocokan standar desain struktur dan desain kualitas keluaran
Pemantauan dan inspeksi kualitas keluaran
Pemantauan dan inspeksikualitas keluaran
Institusi pemeriksaan lemah.
DK 1.653 Orang (Kantor provinsi: 13) *2
(Suku Dinas: 200) *3
Pengumpulan lumpur tinja
Batal Hanya berdasarkan telepon Jumlah pegawai yang banyak dan usia mereka relatif tua.
Pengangkutan lumpur tinja
Kompetisi dengan perusahaan swasta
Pengolahan dan pembuangan lumpur tinja
Jumlah yang sebenarnya atas lumpur tinja yang diolah sangat kecil dari yang diharapkan.
PD PAL JAYA 106 Orang
Pengumpulan dan pengangkutan lumpur tinja (pada perencanaan)
O&M Pipa saluran pembuangan 76km
Pengalaman langsung sangat kurang.
Meskipun usaha sebagai sebuah perusahaan dilakukan dengan baik, kegiatan teknis sangat rendah
PS1 fasilitas
Pengalaman langsung sangat kurang.
IPAL tidak sempurna karena masing-masing menggunakan drainase・
Pengalaman langsung sangat kurang karena tidak mempunyai IPAL yang standar.
DPU Batal Pengelolaan drainase Kewenangan dan anggaran atas pengelolaan air limbah telah dialihkan kepada BPLHD pada tahun 2008.
*1. Jumlah staf BPLHD yang berhubungan langsung dengan air limbah adalah 5 orang yang dimiliki oleh Sub-bidang Pengendalian Habitat dan Lingkungan Hidup, Bidang Pengendalian Polusi dan Lingkungan Hidup berdasarkan jajak pendapat dari BPLHD.
*2. Jumlah staf DK yang berhubungan langsung dengan air limbah adalah 13 orang yang dimiliki oleh Unit Pengelolaan Limbah Septic tank (UPLS) pada kantor provinsi, dan sekitar 200 orang dimiliki oleh Seksi Pengendalian Air Limbah Septic tank, pada masing-masing Suku Dinas Kebersihan, berdasarkan jajak pendapat dari DK.
Sumber: Tim Ahli JICA
Tabel B1-29 Kondisi dan Permasalahan Terkini pada Struktur Organisasi Pengelolaan Air Limbah
Hal Daerah
PembuanganPengawasan, Inspeksi dan Peraturan Hukum
Institusi dan status terkini
Badan Air Publik
BPLHD (DKI)・Inspeksi dilakukan sekitar satu kali dalam satu
tahun (Rentang waktu yang diatur : tiga kali dalam satu tahun)
・Pengambilan sampel dilakukan oleh pemilik Instalasi Pengolahan Individualdan hanya dianalisa oleh BPLHD.
・Peringatan dilakukan pada kasus berlebihan.
Keputusan Gubernur No.122/2005
Saluran Pembuangan Limbah
PD PAL JAYA・Pengambilan sampel dan inspeksi air limbah yang
dibuang ke pipa saluran dilakukan oleh PD PAL secara berkala.
・Peringatan dilakukan pada kasus berlebihan
Keputusan Gubernur No.1040/1997
Permasalahan ・Pemantauan oleh BPLHD adalah nama belaka.Sangat mudah bagi pemilik Innstalasi Pengolahan Individual untuk mencurangi pemeriksaan oleh BPLHD.
・Ketidakcocokan standar struktur desain dan kualitas desain keluaran dari septic tank modifikasi (Standar struktur desain susah untuk mempertahankan kualitas keluaran)
Penanggulangan sementara
・Penguatan wewenang dan struktur BPLHDKunjungan lapangan dan pengambilan sampel oleh BPLHD
・Penguatan fakultas teknis BPLHD Desain dan kegiatan teknis on-site dan off-site
Sumber: Tim Ahli JICA
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-45
Tabel B1-30 Kondisi dan Permasalahan Terkini pada Struktur Organisasi Pengelolaan Lumpur Tinja
Hal Sumber Lumpur
Tinja Pengawasan Pengumpulan
Pengolahan/ Pembuangan
Hukum
Institusi Instalasi Pengolahan Individu
(BPLHD) DK Perusahaan swasta PD PAL JAYA
Perusahaan swasta
Peraturan Gubernur No.122 2005
Septic tank
(DK) DK
Saluran pembuangan limbah
(PD PAL JAYA) DPU
Permasalahan ・Tidak ada struktur pengeloaan yang konsisten dari pengolahan lumpur tinja ke pembuangan. (Terutama mengenai pengumpulan oleh perusahaan swasta dari Instalasi Pengolahan Individual)
・Penyedotan oleh DK hanya dilakukan berdasarkan telepon. (Penyedotan secara berkala tidak dilakukan.) ・Tidak ada seorang pun yang bisa menemukan jumlah yang tepat dari lumpur tinja yang dihasilkan.・Sejumlah lumpur tinja dari septic tank meresap ke dalam tanah . ・Hal ini dianggap bahwa lumpur tinja yang dikumpulkan oleh perusahaan swasta dibuang ke sungai dan sebagainya.
Penanganan sementara
・Memeperkenalkan sistem pengelolaan lumpur tinja menggunakan manifesto limbah ・Mengoperasikan penyedotan secara berkala
Sumber: Tim Ahli JICA
B2 Kondisi Sosio Ekonomi
B2.1 Pemanfaatan Tata Ruang (Penggunaan Lahan)
B2.1.1 Sistem Kendali Pemanfaatan Tata Ruang Spatial
(1) Sistem Hukum yang Terkait dengan Kendali Tata Ruang
Kendali tata ruang di Indonesia disistemasi untuk pertama kalinya ketika Undang-undang No.24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang ditetapkan pada tahun 1992. Berdasarkan peraturan kementerian dan sebagainya, kementerian pemerintah pusat seperti Kementerian Pekerjaan Umum dan Kementerian Dalam Negeri masing-masing telah menyusun rencana tata ruang sebelumnya. Namun, rencana tata ruang tersebut telah membawa kebingungan dalam penegakannya oleh pemerintah daerah karena disusun tanpa koordinasi antar organisasi. Karena situasi tersebut, Undang-undang No.24 tahun 1992 ditetapkan dengan merestrukturisasi peraturan kementerian lama tersebut dan sebagainya. Sejak saat itu rencana tata ruang telah dirumuskan secara sistematis pada tingkat yang tepat sesuai dengan hirarki administratif, dan lebih spesifik lagi, rencana tata ruang telah diklasifikasikan ke dalam Rencana tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRW), Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRW Kabupaten) dan Rencana Tata Ruang Kotamadya (RTRW Kota). Kabupaten dan kotamadya adalah kelembagaan yang berdiri dalam satu hirarki administratif.
Undang-undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan pada akhir tahun 1990. Dan sejak saat itu, sistem pemerintahan telah dimodifikasi dan desentralisasi telah berkembang dalam setiap hirarki administratif. Sesuai dengan perkembangan desentralisasi, In accordance with the progress of decentralization, tinjauan tata cara pada proses perencanaan tata ruang dan penegakan tata ruang telah menjadi hal yang penting. Oleh karena itu, Undang-undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang ditetapkan untuk menggantikan Undang-undang No.24 tahun 1992.
Undang-undang No.26 tahun 2007 menetapkan bahwa setiap rencana tata ruang kota mempunyai periode perencanaan 20 tahun, 5 tahun untuk program jangka menengah yang bertujuan untuk pemanfaatan ruang dan persyaratan setiap 5 tahun sekali untuk evaluasi ulang. Perbandingan dengan undang-undang yang lama, Undang-undang No.26 tahun 2007 mempunyai karakteristik sebagai berikut.
Peningkatan hirarki administratif rencana tata ruang
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-46
Klarifikasi kewenangan setiap hirarki administratif Klasifikasi sistem menjadi rencana tata ruang umum sebagai sebuah panduan untuk
persiapan rencana pembangunan jangka panjang dan menengah dan detail rencana tata ruang sebagai alat untuk mewujudkan rencana tata ruang umum
Ketentuan tentang perumusan rencana tata ruang metropolitan dalam rangka untuk melaksanakan pembangunan yang terkoordinir pada sebuah wilayah yang terdiri dari beberapa wilayah administratif
Ketentuan tentang perumusan rencana tata ruang untuk wilayah agropolitan dalam rangka untuk mendukung peningkatan kondisi sosio ekonomi pedesaan
Ketentuan hak dan kewajiban untuk partisipasi masyarakat Adopsi mekanisme baru untuk kendali tata ruang peraturan zonasi, izin pembangunan,
insentif dan disinsentif, hukuman kriminal, dan sebagainya Sistem hukum yang terkait dengan perencanaan tata ruang ditabulasikan sebagai berikut.
Tabel B2-1 Sistem Hukum yang Terkait dengan Perencanaan Tata Ruang Undang-undang
Undang-undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Keputusan Presiden Keputusan Presiden No.4 tahun 2009 Badan koordinasi Penataan Ruang Nasional
Peraturan Presiden Peraturan Presiden No.54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
Puncak, Cianjur
Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah No.15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
Peraturan Menteri No.11/PRT/M/2009 tentang Pedoman Persetujuan Substansi dalam Penetapan Rancangan Peraturan Daerah tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota, Beserta Rencana Rincinya No.15/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi No.16/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyususnan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten No.17/PRT/M/2009 tentang Pedoman Penyususnan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota No.20/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Analisis Aspek Fisik dan Lingkungan, Ekonomi, serta Sosial Budaya dalam
Rencana Tata Ruang No.22/PRT/M/2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor
Peraturan Daerah Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta pada tahun 2030
Sumber: Direktorat Jenderal Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum, dkk. Berdasarkan Undang-undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana tata Ruang Wilayah Nasional, dan Peraturan Presiden No.54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur telah ditetapkan untuk wilayah metropolitan DKI Jakarta. Adapun untuk rencana tata ruang wilayah Provinsi DKI Jakarta untuk tahun 2011-2030, hal tersebut telah disetujui oleh parlemen provinsi pada Agustus 2011.
(2) Garis Besar Administrasi Kendali Tata Ruang
Gambar berikut menunjukkan kerangka hirarki perencanaan tata ruang sesuai dengan Undang-undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-47
Sumber: Dinas Tata Ruang, DKI Jakarta
Gambar B2-1 Garis Besar Sistem Perencanaan Tata Ruang Rencana tata ruang nasional, yang harus ditetapkan sebagai sebuah peraturan pemerintah dan RUU yang disusun oleh BAPPENAS dengan dukungan substansial dari Dirjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum, akan menjadi pedoman untuk perencanaan tata ruang pemerintah daerah. Rencana tata ruang nasional adalah strategi untuk pengembangan tata ruang nasional dan mencakup tujuan dan strategi penataan ruang, struktur rencana pemanfaatan ruang wilayah nasional termasuk hirarki perkotaan dan jaringan infrastruktur di tingkat nasional, dan penunjukkan kawasan strategis nasional sesuai dengan tingkat kepentingan dari segi ekonomi, lingkungan dan sebagainya.
Rencana tata ruang provinsi harus ditetapkan sebagai sebuah peraturan daerah di bawah keredaksian dari BAPPEDA. Rencana tata ruang provinsi akan menjadi pedoman untuk perencanaan tata ruang kabupaten/kota dan termasuk penyesuaian yang saling menguntungkan dengan rencana tata ruang provinsi yang berdekatan di samping aturan dan peraturan untuk penegakannya. Gambar untuk rencana tata ruang provinsi harus disiapkan dengan rasio skala minimum 1:250.000.
Rencana tata ruang kabupaten/kota harus ditetapkan sebagai sebuah peraturan kabupaten/kota. rencana tata ruang kabupaten dan rencana tata ruang kota ditetapkan sebagai hirarki administratif yang sama dan dibagi menjadi rencana tata ruang umum dan detail rencana tata ruang. Gambar untuk rencana tata ruang umum harus disiapkan dengan rasio skala minimum 1:50.000 untuk kabupaten, dan 1:25.000 untuk kota. Di sisi lain, gambar detail rencana tata ruang harus disiapkan dengan rasio skala minimum 1:5.000. Rencana tata ruang umum menetapkan struktur tata ruang, rencana pengguanaan lahan dan strategi untuk penguatannya, sedangkan detail rencana tata ruang merupakan alat untuk mewujudkan rencana tata ruang umum yang menetapkan aturan dan peraturan seperti peraturan zonasi, prosedur administrasi perizinan pembangunan, penyusunan insentif dan disinsentif, hukuman administratif.
(3) Administrasi Pengendalian Tata Ruang di DKI Jakarta
1) Kewenangan Perencanaan Rencana Tata Ruang
Daratan utama provinsi DKI Jakarta terdiri dari 5 Kotamady; Jakarta Barat, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Utara. Di Indonesia, kabupaten dikepalai oleh Bupati, sedangkan kotamadya dikepalai oleh Walikota. Semua kabupaten, kotamadya dan anggota perwakilan langsung dipilih dalam kurun waktu 5 tahun. Namun, pada Provinsi DKI Jakarta, walikota dipilih oleh Gubernur. Selain itu, lima kotamadya tersebut tidak mempunyai parlemen. Oleh karena itu, rewncana tata ruang kotamadya dari kotamadya tersebut termasuk di dalam rencana tata ruang provinsi DKI Jakarta.
Tata ruang Provinsi DKI Jakarta ditetapkan di bawah yurisdiksi BAPPEDA, sedangkan detail rencana tata ruang untuk setiap kecamatan disiapkan oleh Dinas Tata Ruang (DTR) DKI Jakarta.
2) Sistem Pengelolaan Pemanfaatan Tata Ruang
Dinas yang mengatur perizinan pembangunan di DKI Jakarta berdasarkan atas skala pembangunan seperti yang ditunjukkan pada tebel berikut ini.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-48
Tabel B2-2 Dinas yang Mengatur Perizinan Pembangunan Skala (Area) Pembangunan Institusi pemerintahan
5,000 m2 Lahan DKI Jakarta
500 m2 Lahan 5,000 m2 Kotamadya
Lahan 500 m2 Kecamatan
Sumber: Dinas Tata Ruang, DKI Jakarta Pembangunan yang luas lahannya 5,000 m2 dan lebih memerlukan persetujuan pembebasan (SP3L) dan/atau pemanfaatan tanah (SIPPT) dari Gubernur seperti yang dijelaskan nanti. Sekretariat “Tim Pertimbangan Urusan Tanah (TPUT)”, yang didirikan bersama Dinas Perencanaan Tata Ruang, adalah kantor penerima permohonan atas tanah. TPUT, yang merupakan panitia ad hoc yang terdiri dari kepala organisasi terkait untuk setiap aplikasi yang diterima, memeriksa permohonan dalam pemanfaatan tata ruang sesuai dengan rencana tata ruang, dan menyampaikan laporan tentang persetujuan kepada gubernur.
Pemohon SIPPT diharuskan mengumpulkan rencana blok yang menunjukkan tampilan struktur bangunan dengan skala peta 1:1.000. Walaupun TPUT secara rutin memastikan keberadaan fasilitas seperti instalasi pengolahan limbah pada rencana blok, tetapi mereka tidak memeriksa persyaratan teknis apapun dari fasilitas tersebut. Mengenai prosedur administratif pada SIPPT, hanya kelayaan pemanfaatan lahan yang diperiksa oleh TPUT. Sebagai contoh, persyaratan teknis fasilitas pengolahan limbah pada pembangunan skala besar biasanya diperiksa melaui proses penilaian lingkungan.
Adapun untuk pembangunan yang luas lahannya kurang dari 5,000 m2, pengembang tidak diharuskan mendapatkan SP3L dan/atau SIPPT. Namun, pengembang harus mengumpulkan rencana blok kepada pihak yang berwenang yang bersangkutan dan mendapatkan persetujuan mereka bahkan jika lahan untuk pembangunan kurang dari 5,000 m2. Dalam kasus ketika sebuah lahan untuk pembangunan kurang dari 5,000 m2 dan 500 m2 dan lebih, kantor kotamadya yang akan menerima permohonan. Dan jika lahannya kurang dari 500 m2, kantor kecamatan yang akan menerima permohonan.
3) Sistem Hukum yang Terkait pada Administrasi Perizinan Pembangunan
Sistem hukum yang terkait pada administrasi perizinan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang ditabulasikan sebagai berikut.
Tabel B2-3 Sistem Hukum yang Terkait pada Administrasi Perizinan Pembangunan Undang-undang
Undang-undang No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
Peraturan Presiden Peraturan Presiden No.36 tahun 2005 tantang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
Umum Peraturan Presiden No. 65 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 36 tahun 2005 tentang Pengadaan
Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Peraturan Pemerintah Peraturan Gubernur No.36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang No.28 tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung
Peraturan Menteri No.29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung No.45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara
Keputusan/Peraturan Gubernur Keputusan Gubernur No.Da.11/3/11/1972 tentang Penyempurnaan Prosedur Permohonan Izin Membebaskan dan
Penunjukkan/Penggunaaan Tanah serta Prosedur Pembebasan Tanah dan Benda-benda yang Ada di atasnya untuk Kepentingan Dinas/Swasta di Wilayah DKI Jakarta
Keputusan Gubernur No. 540 tahun 1990 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemberian Surat Persetujuan Prinsip Pembebasan Lahan/Lokasi Atas Bidang Tanuah untuk Pembangunan Fisik Kota di DKI Jakarta
Keputusan Gubernur No. 640 tahun 1992 tentang Ketentuan terhadap Pembebasan Lahan/Lokasi Tanpa Izin Dari Gubernur Kepala DKI Jakarta
Keputusan Gubernur No.76 tahun 2000 tentang Tata Cara Memperoleh Izin Mnedirikan Bangunan (IMB), Izin Penggunaan Bangunan dan Kelayakan Menggunakan Bangunan di Provinsi DKI Jakarta
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-49
Tabel B2-3 Sistem Hukum yang Terkait pada Administrasi Perizinan Pembangunan Keputusan Gubernur No. 41 tahun 2001 Tata Cara Penerimaan Kewajiban dari Para Pemegang SIPPT kepada Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta Keputusan Gubernur No. 1934 tahun 2002 tentang Ketentuan Perhitungan Nilai Kewajiban Penyediaan Bangunan Rumah
Susun Murah/Sederhana yang Dikonversi dengan Dana Oleh Para Pengembang Pemegang SIPPT Peraturan Gubernur No. 76 tahun 2008 tentang Pengecualian Pengenaan Surat Izin Penunjukkan dan Penggunaan Tanah
(SIPPT)
Peraturan Daerah Peraturan Daerah No.7 tahun 1991 Bangunan dalam Wilayah DKI Jakarta Peraturan Daerah No.7 tahun 2010 Bangunan Gedung
Lain-Lain Peraturan Kepala Bappenas No.3 tahun 2007 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden No. 36 tahun 2005
tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum Sebagaimana Telah Diubah dengan Peraturan Presiden No. 65 tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 36 tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum
Sumber: Biro Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, DKI Jakarta 4) Administrasi Perizinan Pembangunan
Perizinan pembangunan di DKI Jakarta, di mana secara garis besar diklasifikasikan menjadi perizinan pembangunan lahan dan perizinan pembangunan bangunan, dilakukan sesuai dengan system hokum yang disebutkan di atas. Perizinan pembangunan lahan terdiri dari “Surat Prinsip Persetujuan Pembebasan Lahan” dan “Surat Izin Penunjukkan Penggunaan Tanah”, sementara perizinan pembangunan bangunan terdiri atas “Izin Mendirikan Bangunan” dan “Sertifikat Layak Fungsi”. Dengan asumsi serangkaian kegiatan pembangunan dimulai dengan pembebasan lahan, izin yang diperlukan secara berurutan adalah sebagai berikut.
a) Surat Prinsip Persetujuan Pembebasan Lahan (SP3L): Surat ini memberikan izin kepada pemohon untuk memulai pembebasan lahan untuk kegiatan pembangunan. SP3L hanya diperlukan ketika pemohon bermaksud untuk membangun lahan dengan luas 5,000 m2 dan lebih, dan pemohon harus menyelesaikan pembebasan lahan dalam waktu 6 bulan setelah tanggal diumumkan. SP3L biasanya dikenal sebagai “Izin Lokasi”.
b) Surat Izin Penunjukkan Penggunaan Tanah (SIPPT): SIPPT menyatakan bahwa penggunaan lahan yang dimaksudkan untuk pembangunan adalah sesuai dengan detail rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Izin ini hanya diperlukan ketika luas pembangunan adalah 5,000 m2 dan lebih.
c) Izin Mendirikan Bangunan (IMB): IMB memberi izin kepada pemohon untuk membangun bangunan. Gambar dan spesifikasi yang disiapkan oleh pemohon diteliti oleh pihak yang berwenang mengenai pembatasan lahan, pembangunan infrastruktur dengan biaya pemohon, struktur bangunan, fasilitas pendukung, kondisi lingkungan, dan sebagainya.
d) Sertifikat Layak Fungsi (SLF): SLF akan dikeluarkan ketika konstruksi bangunan selesai, jika status bangunan memenuhi persyaratan IMB dan standar teknis. Juga memberikan izin kepada pemohon untuk menggunakan bangunan.
SP3L sangat penting untuk pembangunan yang luasnya adalah5,000 m2 dan lebih untuk mendapatkan SIPPT, IMB dan SLF agar pembangunan dapat terselesaikan. Namun, tidak akan diperlukan untuk mendapatkan SP3L, jika pengembang bermaksud untuk membebaskan lahan dimana izinnya telah dikeluarkan dan untuk menghormati kondisi telah diberikannya izin tersebut. Pada kasus dimana pada pembebasan lahan diperlukan untuk membangun infrastruktur publik oleh pemerintah provinsi dan/atau dinas pada tingkat provinsi, SP3L dan SIPPT tidak diperlukan. Di sisi lain, pemerintah pusat wajib memperoleh izin tersebut ketika mereka membangun infrastruktur atau fasilitas umum dalam wilayah administrasi DKI Jakarta.
Pada saat yang sama, SIPPT diperlukan untuk membangun lahan yang luas lahannya 5,000 m2 dan lebih. Dalam kesempatan ketika pemohon mengajukan permohonan SIPPT, TPUT akan meneliti
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-50
apakah maksud pemanfaatan tata ruang sesuai dengan detail rencana tata ruang dan peraturan zonasi atau tidak. Berdasarkan permohonan tersebut, TPUT akan memastikan lokasi proyek dengan melaksanakan survei lahan. Mengenai hal ini, pemohon diharuskan untuk memberikan sebagian tanahnya kepada pemerintah provinsi, jika tumpang tindih dengan tepat dengan rencana tata ruang. Adapun kesesuaian dengan rencana tata ruang, TPUT meneliti Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Koefisien Dasar Hijau (KDH), jumlah tingkat (lantai) dan bagian belakang bangunan, berdasarkan rencana blok yang harus disiapkan oleh pemohon.
Tinjauan dokumen permohonan pada SIPPT dilaksanakan oleh TPUT untuk memastikan dengan rencana tata ruang, tetapi tidak untuk persyaratan teknis fasilitas pendukung seperti fasilitas pengolahan air limbah. Tinjauan persyaratan teknis atas fasilitas tersebut akan dilakukan pada prosedur administrasi IMB (Izin Mendirikan Bangunan), dan/atau penilaian lingkungan sebelum IMB. Adapun untuk lahan dengan luas kurang dari 5,000 m2, pengembang tidak perlu mendapatkan SIPPT. Namun, pengembang harus mengumpulkan rencana blok kepada kantor kotamadya atau kantor kecamatan tergantung skala pembangunannya, dan mendapatkan izin dari pihak yang berwenang.
Mengenai perizinan pembangunan bangunan, kantor penerimaan permohonan berbeda tergantung tipe bangunan dan skala luas lahannya, seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini.
Tabel B2-4 Dinas Yang Mengatur Izin Pembangunan pada Bangunan Jenis Bangunan dan Luas Wilayah Dinas yang Mengatur
Bangunan yang jumlah lantai di atas tanah lebih dari 8 lantai dan/atau tanah yang memiliki SIPPT (5.000 m2 Luas Wilayah)
Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan (DP2B)
Bangunan yang jumlah lantai di atas tanah adalah 1-8 lantai dengan lantai basement dan/atau struktur pada atap (loteng)
Suki Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan (SDP2B)
Bangunan yang jumlah lantai di atas tanah adalah 1-8 lantai tanpa lantai basement dan/atau struktur pada atap (loteng)
Unit Penataan dan Pengawasan Bangunan pada tingkat kecamatan (P2B)
Sumber: Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan (Tk. Provinsi), DKI Jakarta Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan DP2B tk. Provinsi) bertanggung jawab untuk perizinan pembangunan pada bangunan yang jumlah lantai di atas tanah lebih dari 8 lantai dan/atau lahannya memiliki SIPPT. Menurut DP2B, survei lapangan biasanya dilakukan sebanyak 3 kali setelah penerimaan permohonan IMB, yaitu, identifikasi lokasi sesaat setelah penerimaan aplikasi, konfirmasi persyaratan perizinan pada waktu dimulainya pekerjaan konstruksi dan inspeksi pada lokasi pada akhir pekerjaan konstruksi. Namun, inspeksi di lokasi hanya dilakukan pada bangunan komersial/perkantoran dan pembangunan perumahan dalam skala besar karena minimnya sumber daya manusia untuk melakukannya. Kecuali untuk pembangunan perumahan dalam skala besar, survei lokasi untuk pembangunan perumahan hanya dilakukan ssatu kali saja, yaitu identifikasi sesaat setelah penerimaan permohonan. Hal ini berarti. perumahan yang sedang diinspeksi di lokasi pada akhir pekerjaan pembangunan tidak dilakukan oleh DP2B tidak dapat memperoleh SLF (Sertifikat Layak Fungsi).
Di sisi lain, Suku Dinas Penataan dan Pengawasan Bangunan (SDP2B tk. Kotamadya) bertanggung jawab untuk perizinan pembangunan pada bangunan yang luas lahannya kurang dari 5,000 m2 dan jumlah lantai di atas tanah adalah lantai 1-8 dengan lantai dasar (basemen) dan/atau struktur pada atap (loteng). Seperti dalam kasus pemberian izin pembangunan oleh DP2B, inspeksi pada lokasi pada akhir pekerjaan konstruksi hanya dilakukan pada bangunan komersial/perkantoran karena kekurangan sumber daya manusia untuk melakukannya.
Adapun untuk bangunan yang luas lahannya kurang dari 5,000 m2 dan jumlah lantai di atas tanah adalah lantai 1-8 and tanpa lantai dasar (basemen) atau tanpa struktur pada atap (loteng), Unit Penataan dan Pengawasan Bangunan (P2B tk. kecamatan) adalah kantor penerima permohonan IMB dan SLF. Walaupun P2B meneliti permohonan, keputusan akhir atas perizinan adalah di tangan SDP2B pada tingkat kotamadya. Menurut P2B Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat, mereka melakukan survei lokasi termasuk inspeksi pada lokasi pada semua pembangunan rumah yang memiliki IMB, tidak seperti DP2B dan SDP2B. Dalam hal ini, bagaimanapun juga, obyek inspeksi yang biasa diperiksa terutama adalah bangunan itu sendiri dan fasilitas resapan air hujan, tetapi fasilitas
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-51
pengolahan limbah seperti septic tank biasanya tidak diperiksa. Alasan mengapa P2B hanya berkonsentrasi pada fasilitas resapan air hujan di antara fasilitas lainnya dapat ditemukan dalam selebaran yang tersedia di kantor P2B dan memberikan penjelasan sederhana tentang prosedur administrasi IMB. Selebaran tersebut menunjukkan standar gambar fasilitas resapan air hujan yang diperlukan oleh setiap jenis rumah dan penyerahan mandate dari aplikasi termasuk gambar struktur fasilitas resapan air hujan untuk pemohon IMB.
5) Pengelolaan Fasilitas Pengolahan Air Limbah pada Administrasi Izin Pembangunan
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, hanya tampilan fasilitas pengolahan limbah yang diamati secara visual dalam rencana blok oleh pihak yang berwenang melalui prosedur administrasi SIPPT, tetapi persyaratan teknis untuk fasilitas tersebut tidak diperiksa sama sekali. Selain itu, pihak berwenang tidak memperhatikan persyaratan teknis fasilitas pengolahan limbah karena umumnya dipahami bahwafasilitas sanitasi seperti fasilitas pengolahan limbah diperiksa melalui prosedur administrasi penilaian lingkungan.
Di sisi lain, penilaian lingkungan akan dilaksanakan untuk proyek sebelum mengajukan permohonan IMB, hanya jika kondisi proyek secara hukum diperlukan untuk melaksanakan penilaian lingkungan. Selain itu, penilaian lingkungan hanya diterapkan untuk proyek-proyek yang dilaksanakan oleh pengembang, tetapi tidak diterapkan pada konstruksi rumah-rumah pribadi.
Pada sistem penialaian lingkungan di Indonesia, Peraturan Gubernur No.27/1999 membuat penilaian daampak lingkungan (AMDAL) wajib di proyek yang membawa dampak yang signifikan terhadap lingkungan. Adapun proyek yang tidak memerlukan pelaksanaan AMDAL, akan diminta untuk menyerahkan rencana pengelolaan lingkungan (UKL) dan rencana pemantauan lingkungan (UPL) ke pada pihak berwenang, jika proyek tersebut membawa dampak dalam tingkat tertentu terhadap lingkungan. Selain itu, akan diminta mengumpulkan sebuah pernyataan sederhana tentang pengelolaan lingkungan, bahkan untuk proyek yang tidak diwajibkan melaksanakan AMDAL dan UKL/UPL.
Di DKI Jakarta, jenis usaha yang diharuskan untuk melaksanakan penilaian lingkungan (AMDAL, UKL & UPL, SPPL) diatur dalam keputusan berikut ini.
Keputusan Gubernur No.2863/2001 tentang Jenis Usaha dan/atau Rencana Kegiatan yang memerlukan AMDAL di DKI Jakarta
Keputusan Gubernur No.189/2002 tentang Jenis Usaha dan/atau Rencana Kegiatan yang memerlukan UKL dan UPL di DKI Jakarta
Keputusan Gubernur No.2333/2002 tentang Jenis Usaha dan/atau Rencana Kegiatan yang memerlukan SPPL di DKI Jakarta
Secara garis besar air limbah dklasifikasikan menjadi air limbah domestik dan air limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri/usaha. Pada Master Plan ini, klasifikasi penggunaan lahan untuk rencana tata ruang di tingkat kotamadya pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta tahun 2030 direflekasikan menjadi perumahan, komersial/institusional, industri dan penggunaan lahan lainnya. Tabel B2-5 menunjukkan tipe proyek yang diharuskan untuk melaksanakan penilaian lingkungan sesuai dengan keputusan gubernur yang disebutkan di atas.
Mengenai perumahan, semua pembangunan rumah di wilayah yang dilindungi diharuskan untuk melaksanakan AMDAL, sedangkan pembangunan rumah di luar wilayah yang dilindungi diharuskan untuk melaksanakan penilaian lingkungan. Seperti yang dinyatakan sebelumnya, bagaimanapun juga, keputusan gubernur tersebut hanya diterapkan untuk proyek yang dilaksanakan oleh pengembang, tetapi tidak diterapkan untuk konstruksi rumah-rumah pribadi.
Semua pembangunan komersial/institusional diwajibkan untuk melaksanakan penilaian lingkungan berdasarkan tipe pembangunan tersebut. Mengenai hal ini, bagaimanapun juga, In this regard, however, bahkan konstruksi bangunan individual perlu untuk mengajukan SPPL pada pihak yang berwenang karena pemilik harus mengajukan permohonan termasuk salinan sertifikat lingkungan kepada pihak berwenang untuk mendapatkan izin usaha yang sah. Adapun bidang industri, semua pembangunan kawasan indutri wajib melaksanakan AMDAL.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-52
Dalam kaitan dengan administrasi lingkungan terhadap pembangunan di DKI Jakarta, BPLHD bertanggung jawab untuk AMDAL, sementara Kantor Lingkungan Hidup (tingkat kotamadya) bertanggung jawab untuk UKL/UPL dan SPPL. Dalam prosedur administrasi izin pembangunan, pemohon harus memperoleh izin lingkungan sebelum mengajukan permohonan IMB. Menurut BPLHD, petugas administrasi memperhatikan terutama untuk fasilitas pengolahan air limbah, tempat untuk mengumpulkan sampah, dan fasilitas fisik yang diperlukan pada lokasi pembangunan yaitu resapan air hujan.
Adapun pembangunan rumah pribadi, izin lingkungan tidak diperlukan untuk mendapatkan IMB karena penialaian lingkungan tidak diterapkan untuk kegiatan konstruksi pribadi. Di kantor yang menerima permohonan IMB yaitu DP2B, SDP2B dan P2B, petugas administrasi tidak memberikan panduan mengenai fasilitas pengolahan limbah kepada pemohon karena mereka mengakui bahwa hal tersebut di bawah kendali BPLHD. Bahkan, Peraturan Gubernur No. 122/2005 tentang “Pengelolaan Air Limbah Domestik di DKI Jakarta” yang ditetapkan di bawah keredaksian dari BPLHD tidak diketahui oleh para petugas tersebut. Dengan kata lain, Peraturan Gubernur No. 122/2005, yang terutama diperuntukkan bagi pengelolaan air limbah dari rumah-rumah pribadi, tidak berlaku pada pihak yang berwenang atas kendali bangunan dan pemantauan, meskipun pihak berwenang yang seharusnya memiliki kebutuhan untuk peraturan dalam prosedur administrasi IMB. Selanjutnya, dalam sebuah contoh yang ektrim, air limbah yang berasal dari rumah-rumah pribadi benar-benar tidak dikontrol.
Gambar B2-2 menunjukkan distribusi wilayah perumahan bertingkat rendah yang terdiri dari rumah berlantai 1-2. Total wilayah perumahan bertingkat rendah menempati 53,2% dari wilayah administratif DKI Jakarta. Karena wilayah perumahan secara keseluruhan termasuk daerah perumahan bertingkat sedang sampai tinggi menempati 53,4% dari wilayah administratif DKI Jakarta, daerah perumahan hamper seluruhnya ditempati oleh rumah berlantai 1-2. Jelas sekali, pengeuatan secara menyeluruh pada pengelolaan air limbah di daerah perumahan bertingkat rendah yang dominan ini adalah tantangan utama untuk peningkatan lingkungan hidup.
Sebagai suatu fakta, BPLHD telah mengakui penggunaan yang terbatas atas Peraturan Gubernur No. 122/2005, dan menunjukkan niat untuk meningkatkan koordinasi antar instansi terkait dalam rangka untuk mempromosikan penyebarannya.
Proyek U
ntuk Pengem
bangan Kapasitas Sektor A
ir Lim
bah Melalui
Peninjauan M
aster Plan P
engelolaan Air L
imbah di D
KI Jakarta di R
epublik Indonesia
YE
C/JE
SC/W
A JV
Laporan A
khir (Laporan U
tama)
B-53
Tabel B2-5 Penilaian Dampak Lingkungan yang Diperlukan (AMDAL, UKL/UPL, SPPL) pada Pembangunan Perumahan, Komersial/Institusional
dan Industri
Bidang
Proyek yang Memerlukan AMDAL Proyek yang menerlukan UKL /UPL dan SPPL
Tipe Proyek Besaran Proyek Deskripsi Tipe Proyek Besaran Proyek
UKL/ UPL SPPL
Per
umah
an
Pembangunan pada wilayah terlindungi
Semua Proyek - Pembangunan dengan pemindahan penduduk
- Pembangunan dengan konsentrasi penduduk
- Pembangunan yang membawa perubahan yang signifikan pada penggunaan lahan
- Pembangunan yang menyebabkan kemacetan lalu lintas selama masa konstruksi
- Pembangunan fasilitas infrastruktur perkotaan yang membuat dampak serius terhadap sekitarnya
Pembangunan di wilayah padat terbangun (150 rumah/ha dan lebih)
1ha ≤ Luas lokasi < 5ha Luas lokasi < 1ha
Pembangunan di wilayah padat terbangun (150 rumah/ha dan lebih)
5ha ≤ Luas lokasi Pembangunan di daerah perumahan yang direncanakan secara horisontal
1ha ≤ Luas lokasi < 5ha Luas lokasi < 1ha
Pembangunan di wilayah perumahan terencana
- Pembangunan di daerah perumahan yang direncanakan secara vertikal
0.5ha ≤ Luas lokasi < 2ha 3 ≤ Jumlah lantai di atas tanah < 4
Luas lokasi < 0.5ha Jumlah lantai di atas tanah < 3
Kom
ersi
al/
Inst
itus
iona
l
Pembangunan bangunan komersial/bisnis (termasuk komplek komersial/bisnis)
5ha ≤ Luas Luas lokasi 15,000m2 ≤ Total luas lantai 15 ≤ Banyaknya lantai di atas tanah 60m ≤ Tinggi bangunan 10m ≤ Kedalaman lantai dasar
- Pembangunan yang menutup lalu lintas/jaringan utilitas selama periode konstruksi dan/atau pada saat perbaikan
- Pembangunan yang terkendali - Pembangunan yang menggunakan air
dalam jumlah besar dan membuang air limbah dalam jumlah besar
- Pembangunan yang membawa perubahan yang signifikan pada penggunaan lahan
- Pembangunan dimana air limbah yang dibuang membahayakan air publik
Pembangunan bangunan komersial/bisnis (termasuk komplek komersial/bisnis)
1ha ≤ Luas lokasi < 5ha 2.000m2 ≤ Total luas lantai < 5,000m2
4 ≤ Jumlah lantai di atas tanah < 15 15m ≤ Tinggi bangunan < 60m 3m ≤ Kedalaman lantai dasar < 10m
Luas lokasi < 1ha Total floor area < 2,000m2 Jumlah lantai di atas tanah < 4 Tinggi bangunan < 15m Kedalaman lantai dasar < 3m
Indu
stri
Pembangunan kawasan industri
Semua proyek Pembangunan yang membuat dampak serius pada lingkungan sekitarnya tentang hal-hal berikut - Tanah reklamasi dan limpasan hujan - Pengadaan/operasional mesin berat - 90 pegawai/ha dan lebih - Melibatkan fasilitas perumahan - Membutuhkan air 0,55-0,75l/dtk/ha dan
lebih - Kebutuhan listrik 0,1MW/ha dan lebih - Menghasilkan aneka air limbah dan
pencemaran - Menyebabkan kemacetan lalu lintas
- - -
Sumber: Keputusan Gubernur No.2863/2001, Keputusan Gubernur No.189/2002 dan Keputusan Gubernur No.2333/2002
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-54
Sumber: Dinas Tata Ruang, DKI Jakarta
Gambar B2-2 Distribusi Daerah Perumahan Bertingkat Rendah di Daratan Utama DKI Jakarta
B2.1.2 Situasi Penggunaan Lahan
(1) Transisi Penggunaan Lahan
Urbanisasi di DKI Jakarta melaju sangat cepat selama empat dekade dan hampir seluruh wilayah provinsi telah terhuni pada tahun 2000 seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut.
1972 1983 1993 1998 2002
Sumber: Naskah Akademis, Dinas Tata Ruang DKI Jakarta Gambar B2-3 Transisi Urbanisasi di Daratan Utama DKI Jakarta
Sebagai akibat dari urbanisasi, pemerintah provinsi telah menghadapi perjuangan yang berat untuk peningkatan lingkungan perkotaan karena sangat sulit untuk menemukan lahan kosong untuk pembangunan infrastruktur seperti pembangunan instalasi pengolahan air limbah.
Proyek Untuk Pengembangan Kapasitas Sektor Air Limbah Melalui Peninjauan Master Plan Pengelolaan Air Limbah di DKI Jakarta di Republik Indonesia
YEC/JESC/WA JV Laporan Akhir (Laporan Utama) B-55
(2) Tren Pembangunan
Pembangunan lahan oleh sector publik di DKI Jakarta telah dilaksanakan terutama oleh Perum Perumnas dan Dinas Perumahan DKI Jakarta. Pembangunan lahan yang sedang berjalan oleh Perum Perumnas, yang terutama berwenang dalam pembangunan perumahan untuk kelompok berpendapatan rendah-menengah, adalah Proyek Pembangunan Perumahan Cengkareng (totalnya 340 hektar) di bagian barat laut DKI Jakarta. Pembangunan ini telah dimulai sejak tahun 1990an, dan Perum Perumnas telah secara langsung mengoperasikan pembangunan perumahan di tahun-tahun awal. Dalam beberapa tahun terakhir, bagaimanapun, sektor swasta telah dilibatkan dalam pembangunan perumahan dengan kontrak konsesi dengan Perum Perumnas. Berkaitan dengan Pembangunan Perumahan Cengkareng, Perum Perumnas memiliki masalah serius mengenai pendudukan ilegal, terutama di daerah sepanjang jalan akses dan di daerah yang direncanakan untuk utilitas. Adapun untuk pembangunan perumahan pada masa yang akan datang, Perum Perumnas akanterus maju dengan Proyek Pembangunan Perumahan Pulogebang untuk lima tahun ke depan. Total luas lokasi proyek adalah 140 hektar. Dari total tersebut, sekitar 100 hektar telah dibangun, dan sisa 40 hektar lainnya telah diduduki oleh penghuni ilegal. Perum Perumnas bermaksud untuk membangun lahan yang telah diduduki ini melalui pemindahan penduduk illegal tersebut dengan pemberian kompensasi. Di sisi lain, Dinas Perumahan DKI Jakarta, yang terutama berwenenang dalam pembangunan perumahan untuk kelompok berpendapatan rendah, setiap tahunnya telah menyediakan sekitar 1.000 unit rumah dan ukuran untuk setiap lokasi pembangunan relative sangat kecil dibandingkan dengan lokasi pembangunan Perum Perumnas.
Walaupun sektor publik tengah menghadapi masalah serius mengenai pendudukan ilegal pada lahan publik di berbagai lokasi, sector swasta sangat agresif dalam pembangunan kompleks perumahan atau komersial skala besar seperti Kemang Village dan Mega Kuningan.
(3) Status Penggunaan Lahan
Gambar B2-4 menunjukkan penggunaan lahan pada tahun 2007 dimana klasifikasi penggunaan lahan disederhanakan menjadi 4 kategori, yaitu, perumahan, komersial/institusional, industri, dan lain-lain. Dari keseluruhan wilayah daratan utama DKI Jakarta, porsi dari 4 kategori tersebut masing-masing adalah 53% untuk penggunaan lahan perumahan, 16% untuk penggunaan lahan komersial/institusional, 7% untuk penggunaan lahan industri dan 23% untuk penggunaan lahan lainnya.
Wilayah komersial/institusional utamanya terkonsentrasi di Kota, Monas dan Senayan, dan juga yang terpenting adalah wilayah-wilayah tersebut berada di sepanjang jalan arteri, sebagaimana hasil pembangunan secara pita, khususnya di kawasan pusat DKI Jakarta. Konsentrasi penggunaan lahan komersial/institusional pada tiga lokasi di wilayah tenggara adalah Institusi Angkatan Udara, Taman Mini Indonesia Indah dan Institusi Angakatan Darat, dari utara ke selatan secara berurutan. Di sisi lain, penggunaan lahan industri terpolarisasi di wilayah barat laut dan timur laut dimana ruang terbuka relative tersedia.