Upload
endang-sasi-andari
View
262
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PERAWATAN GIGI SULUNG
SKENARIO 1
Seorang anak laki-laki umur 6 tahun datang ke klinik Pedodonsia RSGM
Unej dengan keluhan utama gigi bawah kiri patah karena menggigit tulang ayam
tadi malam. Tidak ada keluhan sakit. Gigi sudah lubang tetapi tidak pernah sakit.
Hasil pemeriksaan klinis diperoleh gigi 75 fraktur karena karies, pulpa terbuka
<1mm, gigi masih vital. Hasil radiografi diperoleh gigi 75 pulpa sedikit terbuka,
jaringan periapikal sehat, tidak ada kelainan jaringan periodontal.
STEP 2
Menetapkan Permasalahan
1. Apa diagnosa dari kelainan gigi pada skenario tersebut?
2. Rencana perawatan apa yang dilakukan pada gigi tersebut?
3. Bagaimana penatalaksanaan psikologis terhadap pasien anak-anak?
4. Apa perbedaan perawatan saluran akar pada gigi sulung dengan gigi permanen?
STEP 3
Menganalisis Masalah
1. Diagnosa sementara adalah pulpitis reversible, karena hasil pemeriksaan
menunjukkan:
Gigi 75 sudah lubang, pulpa terbuka <1mm karena fraktur.
Tidak ada keluhan sakit saat gigi lubang dan saat gigi fraktur sampai pulpa
terbuka.
Hasil radiografi jaringan periodontal sehat dan tidak ada kelainan jaringan
periodontal.
1
2. a. Pulp capping direct
Ada dua hal yang menyebabkan prosedur ini harus dilakukan yakni jika
pulpa terbuka secara mekanis (tidak sengaja) dan pulpa terbuka karena karies.
Terbukanya pulpa secara mekanis dapat terjadi pada preparasi kavitas atau
preparasi mahkota yang berlebihan, penempatan pin atau alat bantu retensi. Kedua
tipe terbukanya pulpa ini berbeda, jaringan pulpanya masih normal pada kasus
pemajanan mekanis yang tidak sengaja, sementara pada pulpa yang terbuka
karena karies yang dalam kemungkinan besar pulpanya telah terinfalamsi.
b. Pulpotomi
Pulpotomi adalah pengambilan jaringan pulpa pada bagian koronal gigi
yang telah mengalami infeksi, sedangkan jaringan pulpa yang terdapat dalam
saluran akar ditinggalkan. Pulpotomi dapat juga diartikan pembuangan pulpa vital
dari ruang pulpa dengan meninggalkan jaringan pulpa pada saluran akar dalam
keadaan sehat dan vital, kemudian diikuti penempatan medikamen di atas orifice
yang akan menstimulasikan perbaikan atau memfiksasi sisa jaringan pulpa pada
saluran akar.
Rencana perawatan untuk gigi 75 adalah pulp capping direct, karena pulpa
terbuka <1mm, gigi vital, dan tidak ada kelainan periapikal. Pulpotomi tidak
diindikasikan untuk dilakukan pada kasus ini karena pada pulpotomi dilakukan
pengambilan jaringan pulpa yang telah terinfeksi, sementara itu dalam kasus ini
pasien tidak mengeluh sakit pada giginya, jadi pulpa gigi 75 masih belum
terinfeksi. Pulp capping direct juga dilakukan untuk meminimalkan terbuangnya
jaringan yang tidak terinfeksi.
3. Usia 6 tahun merupakan usia pra sekolah. Pada anak usia 6 tahun terjadi
pengurangan rasa takut karena kenyataan tidak ada yang perlu ditakuti dan
terdapat tekanan sosial untuk menyembunyikan rasa takut. Pada usia ini anak juga
mampu menghilangkan bayangan yang menyebabkan rasa takut dan mudah
diatur.
2
Persiapan kunjungan dental pertama
Pada kunjungan pertama ini dokter gigi harus melakukan pendekatan
secara fisik, bersikap ramah dan sopan, tidak membiarkana nak menunggu terlalu
lama karena menunggu terlalu lama dapat mempengaruhi tingkat kekooperatifan
anak, serta tidak mengeluarkan alat-alat yang akan digunakan dalam pemriksaan
maupun perawatan.
Peran orang tua dalam perawatan
Peran orang tua:
Mengumpulkan informasi
Mengembangkan sikap positif anak
Mengatasi tingkah laku negatif anak untuk persiapan kunjungan ke dokter
gigi
Mendapatkan sikap anak yang koperatif
Tidak menggunakan kunjungan ke dokter gigi sebagai ancaman atau
hukuman.
4. Gigi sulung dan gigi permanen memiliki perbedaan dalam morfologi dan
ukuran gigi, hal ini nantinya yang akan membedakan perawatan yang akan
dilakukan, alat dan bahan yang digunakan, dan prosedur perawatan. Pada gigi
sulung mahkotanya lebih cembung daripada gigi permanen, tanduk pulpa gigis
ulung lebih tinggi daripada gigi permanen dan relatif mendekati permukaan
sehingga enamel dan dentin gigi sulung lebih tipis dari gigi permanen, serta akar
gigi molar sulung menyebar untuk memungkinkan perkembangan beih gigi
premolar di bawahnya.
Perawatan yang akan dilakukan haruslah mempertimbangkan benih gigi
pengganti yang ada di bawahnya. Apabila benih gigi pengganti masih jauh, maka
gigi sulung tersebut harus dipertahankan agar tidak terjadi tanggal prematur.
Tetapi apabila benih gigi pengganti masih jauh dan gigi sulung tidak dapat lagi
dipertahankan, maka bisa digunakan space maintainer untuk menjaga posisi
lengkung rahang.
3
Tahapan pulp capping direct:
1) Asepsis
2) Pembersihan kavitas dengan bur bulat dan eksavator.
3) Kavitas diirigasi menggunakan aquades kemudian dikeringkan dengan
cotton pellet steril.
4) Apabila terdapat pendarahan maka pendarahan harus dihentikan.
5) Pengisian saluran akar dengan Ca(OH)2 dan biarkan kering.
6) Setelah bahan pengisi kering, dilakukan penumpatan sementara.
7) Kontrol 6 minggu kemudian dan dilakukan tes vitalitas.
8) Apabila pengisisan berhasil maka dilakukan penumpatan permanen.
Tanda-tanda pengisisan berhasil:
- Tidak ada keluhan dari pasien setelah ditumpat sementara
- Gejala klinis pasien membaik
- Terdapat bentukan dentin sekunder saat dilakukan foto radiografi.
4
STEP 4
Mapping
5
Pemeriksaan
Pemeriksaan Subyektif
Prognosis
Prosedur Perawatan
Alat dan Bahan
Operatif Dentistry
Rencana Perawatan
(Pulp Capping Direct)
Diagnosa
(Pulpitis Reversible)
RadiografiPemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Obyektif
STEP 5
Menentukan Tujuan Belajar (Learning Objektif)
1. Menjelaskan pemeriksaan subyektif, obyektif, dan penunjang.
2. Menjelaskan diagnosa dari kelainan gigi pada skenario dan rencana perawatan
yang tepat serta indikasi dan kontraindikasinya.
3. Menjelaskan alat dan bahan yang digunakan serta prosedur perawatannya.
4. Menjelaskan prognosis dari perawatan pada kasus di skenario.
STEP 7
Menarik Kesimpulan dari Seluruh Informasi yang Didapat
1. Pemeriksaan pulpa gigi anak
Keadaan umum, meliputi:
a. Umur.
b. Kesehatan umum.
c. Sikap kooperatif dari orang tua dan penderita. Orang tua perlu diberi
pengetahuan mengenai pentingnya kesehatan gigi sulung dan fungsinya
perawatan pulpa yang memerlukan beberapa kali kunjungan perlu
diterangkan satu persatu sehingga memerlukan kerjasama yang baik.
d. Keadaan sosial ekonomi penderita.
Perawatan saluran akar berbiaya mahal, sebelumnya perlu dikonsultasikan
dengan orang tua (Andlaw, R.J., 1992).
Pemeriksaan keadaan gigi dan jaringan sekitarnya, meliputi:
a. Keluhan dan karakteristik rasa sakit.
b. Lamanya gigi masih berfungsi.
c. Apakah gigi dapat direstorasi.
d. Apakah gigi dalam keadaan vital dan non vital.
e. Bagaimana prognose penyembuhan pulpa.
f. Evaluasi keadaan pulpa, periodontal dan periapikal (Andlaw, R.J., 1992).
6
Pemeriksaan klinis merupakan alat bantu dalam menegakkan mendiagnosa yang
terdiri dari:
a. Pemeriksaan subyektif.
Beberapa tanda, gejala dan keluhan rasa sakit dapat memberi gambaran
keadaan pulpa. Anak dalam keterbatasan umurnya belum mampu
mengemukakan rasa sakit. Untuk itu perlu dianjurkan beberapa pertanyaan
kepada penderita mengenai:
- Apakah giginya sakit bila minum dingin / makan yang manis – manis.
- Apakah sakit sehabis makan.
- Apakah pernah sakit di malam hari.
- Lokasi dan penyebaran rasa sakit.
Dalam hal ini dokter gigi harus mampu membedakan tipe rasa sakit
yaitu:
- Rasa sakit karena perangsangan
Rasa sakit karena perangsangan dihubungkan dengan adanya rangsangan
yang ditimbulkan oleh penumpukkan makanan pada lesi karies yang menekan
dan merangsang pulpa terutama setelah makan.
Demikian juga rasa sakit yang disebabkan rangsangan termis dan khemis,
gejala tersebut dihubungkan dengan sensitifitas dentin akibat lesi karies yang
dalam. Umumnya rasa sakit akan berkurang jika rangsangan disingkirkan,
dalam keadaan ini pulpa dalam keadaan stadium transisi dan bersifat
reversibel.
- Rasa sakit spontan
Rasa sakit spontan, ditandai dengan rasa sakit yang datang tiba–tiba
tanpa rangsangan biasanya malam hari sehingga tidurnya terganggu. Rasa sakit
spontan dan terus menerus ini menandakan peradangan pulpa parah dan telah
mencapai saluran akar dan pulpa dalam keadaan ireversibel (Andlaw, R.J.,
1992).
b. Pemeriksaan obyektif
Pemeriksaan obyektif dibagi 2:
Ekstra oral
7
Dilihat apakah ada pembengkakan di rahang bawah daerah submandibular
atau mandibular, biasanya karena gangren pulpa dari molar sulung. Di rahang
atas pembengkakan sampai di bawah mata akibat infeksi gigi kaninus atau
molar sulung. Apakah ada perubahan warna, fistel atau pembengkakan kelenjar
limfe.
Intra oral
Meliputi jaringan lunak atau gingiva, lidah, bibir apa ada kemerahan,
pembengkakan fistel yang biasanya disebabkan gigi gangren. Perubahan
warna, kontur, tekstur dan lesi – lesi jaringan keras (gigi): apakah ada
perubahan warna gigi, kedalaman karies, kebersihan mulut, dan derajat mobiliti
(Andlaw, R.J., 1992).
Pemeriksaan obyektif lainnya meliputi:
1. Perkusi
Perkusi merupakan indikator yang baik keadaan periapikal. Respon yang
positif menandakan adanya inflamasi periodonsium. Bedakan intensitas rasa
sakit dengan melakukan perkusi gigi tetangganya yang normal atau respon
positif yang disebabkan inflamasi ligamen periodonsium, karena adanya
peradangan pulpa yang berlanjut ke apikal dan meluas mengenai jeringan
penyangga.
2. Palpasi
Palpasi dilakukan jika dicurigai ada pembengakakan, dapat terjadi intra oral
atau ekstra oral. Abses dalam mulut terlihat sebagai pembengkakan dibagian
labial dari gigi yang biasanya sudah non vital.
3. Test Vitalitas
Test vitalitas baik secara termis maupun elektris sedikit manfaatnya dan
diragukan pada gigi sulung dalam memberi gambaran tentang tingkat
keradangan pulpa karena anak belum dapat membedakan rangsangan ditambah
adanya rasa takut dari si anak.
a. Test termis
Test termis merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi keadaan pulpa.
Sakit yang tidak hilang setelah rangsangan termal merupakan indikasi
8
keadaan patologi pulpa yang irreversibel. Test termis dapat dilakukan
dengan guttapercha panas dan chlor-etil.
b. Test elektris
Test pulpa elektris sulit dilakukan pada anak karena anak belum dapat
membedakan rangsangan test elektris. Anak memberi reaksi karena anak
dalam keadaan takut sehingga merasa sakit. Vitalitas pulpa dapat bertahan
dalam keadaan inflamasi tetapi berkurang kualitas dan kuantitasnya selama
resorpsi gigi sulung (Andlaw, R.J., 1992).
Pemeriksaan penunjang (radiografi)
Pemeriksaan radiografik yaitu foto bitewing, periapikal dan panoramik
diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosa dalam mempertimbangkan
jenis perawatan yang harus diberikan antara lain memberi evaluasi masalah:
a. Perluasan karies dan kedekatannya dengan pulpa.
b. Keadaan restorasi yang ada.
c. Ukuran dari keadaan ruang pulpa meliputi dentin sekunder, kalsifikasi, resorpsi
interna.
d. Akar: bentuk, resorpsi interna
e. Apeks: tingkat resorpsi, resorpsi patologis, resorpsi yang terlambat
f. Tulang: melihat adanya rarefaction pada daerah periapikal atau bifurkasi,
kehilangan lamina dura, keadaan jaringan periodontal. Adanya rarefaction atau
radiolusen tulang daerah bifurkasi gigi sulung dihubungkan dengan keadaan gigi
non vital dan adanya saluran akar tambahan pada dasar pulpa.
g. Resorpsi akar patologik, dapat interna (dalam saluran akar) atau eksterna
(apeks dan sekitar tulang). Resorpsi interna merupakan indikasi peradangan pulpa
vital, sedangkan resorpsi eksterna menunjukkan pulpa non vital dengan
peradangan yang meluas berlanjut resorpsi tulang di sekitarnya.
Penafsiran Ro-foto anak – anak lebih sukar dari pada orang dewasa
disebabkan akar gigi sulung mengalami resorpsi secara fisiologis dan adanya
benih gigi permanen yang tumbuh. Kalsifikasi jaringan pulpa dekat tanduk pulpa
menunjukkan degenerasi pulpa, biasanya pada karies luas dan kronis.
9
Resorpsi interna merupakan kontra indikasi pulpektomi. Gigi permanen
muda dengan apeks yang belum tertutup dengan gambaran radiolusen di apikal
merupakan keadaan normal (Andlaw, R.J., 1992).
2. Diagnosa Gigi 75 pada Skenario
Sesuai dengan skenario di atas, didapatkan hasil pemeriksaan sebagai
berikut:
a. Keluhan utama: gigi 75 patah, tidak ada keluhan sakit.
b. Pemeriksaan klinis:
Gigi 75 fraktur karena karies
Pulpa terbuka <1mm
Gigi masih vital
Hasil radiografi: pulpa sedikit terbuka, jaringan periapikal sehat, tidak ada
kelainan jaringan periodontal.
Sesuai pemeriksaan di atas didapat diagnosis pulpitis reversible. Pulpitis
reversibel adalah suatu kon¬disi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang
disebabkan oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada keadaan tidak
terinflamasi setelah stimuli ditiadakan. Rasa sakit yang berlangsung sebentar
dapat dihasilkan oleh stimuli termal pada pulpa yang mengalami inflamasi
reversibel, tetapi rasa sakit hilang segera setelah stimuli dihilangkan (Groosman,
1995).
Pulpitis reversible dapat disebabkan oleh trauma mekanis, syok termal yang
timbul pada saat preparasi kavitas dengan bur tumpul dan membiarkan bur terlalu
lama berkontak dengan gigi. Pulpitis reversibel simtomatik ditandai oleh rasa
sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih sering diakibatkan oleh makanan dan mi-
numan dingin daripada panas dan oleh udara dingin. Tidak timbul secara spontan
dan tidak berlanjut bila penyebabnya telah ditiadakan. Pulpitis reversibel
asimtomatik dapat disebabkan karena karies yang barn mulai dan menjadi normal
kembali setelah karies dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik (Groosman,
1995).
10
Rencana Perawatan
Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan gigi 75 fraktur karena karies,
pulpa terbuka<1mm, dan gigi masih vital, serta diagnosa gigi 75 adalah pulpitis
reversible. Rencana perawatan yang tepat untuk gigi 75 berdasarkan hasil
pemeriksaan dan diagnosa adalah pulp capping direct.
Pulp capping direct adalah pemberian bahan terapitik/medikamen langsung
pada daerah pulpa yang terbuka untuk merangsang terbentuknya barrier atau
dentin reparatif yaitu dentin barrier atau calcific barrier (Andlaw, R.J., 1992).
Perawatan ini dapat dilakukan terhadap gigi yang pulpanya terbuka karena karies
atau trauma tapi kecil dan diyakini keadaan jaringan di sekitar tempat terbuka itu
tidak dalam keadaan keadaan patologis. Dengan demikian pulpa dapat tetap sehat
dan bahkan mampu melakukan upaya perbaikan sebagai respons terhadap
medikamen yang dipakai dalam perawatan pulp capping (Kennedy, D.B., 1994).
Indikasi pulp capping direct:
a. Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis dengan benar tidak
lebih dari 1 mm persegi dan di kelilingi oleh dentin bersih serta tidak ada
gejala.
b. Gigi tetap dengan pulpa terbuka karena sebab mekanis atau karena karies dan
lebarnya tidak lebih dari 1 mm persegi dan tidak ada gejala (Kennedy, D.B.,
1994).
Kontraindikasi pulp capping direct:
a. Nyeri spontan, nyeri di waktu malam
b. Pembengkakan
c. Fistula
d. Peka terhadap perkusi
e. Kegoyangan patologik
f. Resorbsi akar eksterna
g. Resorbsi akar interna
h. Radiolusensi di periapeks dan antar akar
i. Kalsifikasi pulpa
11
j. Terbukanya pulpa secara mekanis dan instrumen yang dipakai telah
memasuki jaringan pulpa
k. Perdarahan yang banyak sekali pada tempat terbukanya pulpa
l. Terdapat pus atau eksudat pada tempat terbukanya pulpa (Kennedy, D.B.,
1994).
3. Alat Pulp Capping Direct
a. Fissure bur
Fungsinya: untuk merapikan dan menghaluskan kavitas
b. Bur bulat
Fungsinya:
1. Untuk membur email
2. Untuk menyingkirkan karies di dentin
3. Untuk menyingkirkan dentin karies di daerah singulum
c. Ekscavator
Fungsinya:
1. Untuk membuang sisa-sisa akhir dari debris
2. Untuk membuang jaringan gigi yang lunak/karies
d. Pinset berkerat
Fungsinya: untuk menjepit kapas dan gulungan kapas
e. Plastis filling instrument
Fungsinya:
1. Untuk memasukkan, memanipulasi dan membentuk bahan tumpatan plastis
2. Aplikasi semen
3. Untuk mengurangi kelebihan bahan
f. Alat pengaduk semen
Fungsinya: untuk memanipulasi bahan tumpatan
g. Stopper cement
Fungsinya: untuk menempatkan atau memampatkan bahan basis/semen
h. Syringe
Fungsinya: untuk irigasi (Castagnola dan Orlay, 1956: 33)
12
Bahan Pulp Capping Direct
Kalsium Hidroksida
Kalsium hidroksida adalah suatu bahan yang bersifat basa kuat dengan pH
12-13 (Castagnola dan Orlay, 1956: 33). Bahan ini sering digunakan pada direct
pulp capping. Jika diletakkan kontak dengan jaringan pulpa, bahan ini dapat
mempertahankan vitalitas pulpa tanpa menimbulkan reaksi radang, dan dapat
menstimulasi terbentuknya batas jaringan termineralisasi atau jembatan
terkalsifikasi pada atap pulpa (pulpa yang terbuka) (Sikri dan Dua, 1985; de
Queiroz dkk, 2005). Sifat bahan yang alkali inilah yang banyak memberikan
pengaruh pada jaringan. Bentuk terlarut dari bahan ini akan terpecah menjadi ion-
ion kalsium dan hidroksil (Castagnola dan Orlay, 1956: 33).
Sifat basa kuat dari kalsium hidroksida dan pelepasan ion kalsium akan
membuat jaringan yang berkontak menjadi alkalis. Keadaan basa akan
menyebabkan resorpsi atau aktifitas osteoklas akan terhenti karena asam yang
dihasilkan dari osteoklas akan dinetralkan oleh kalsium hidroksida dan kemudian
terbentuklah komplek kalsium fosfat. Ion kalsium Selain itu osteoblas menjadi
aktif dan mendeposisi jaringan terkalsifikasi, maka batas dentin akan dibentuk di
atas pulpa (Castagnola dan Orlay, 1956: 3; Kavitha,2005:10-11).
Ion hidroksil diketahui dapat memberikan efek antimikroba. Ion hidroksil
akan memberikan efek antimikroba dengan cara merusak lipopolisakarida dinding
sel bakteri dan menyebabkan bakteri menjadi lisis. Sifat basa dari kalsium
hidroksida akan menetralisir daerah lesi, baik dari bakteri maupun produknya
(Castagnola dan Orlay, 1956: 34; Kavitha,2005:8).
Prosedur Pulp Capping Direct
1. Siapkan peralatan dan bahan. Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang
steril.
2. Isolasi daerah kerja, selain menggunakan rubber dam, isolasi gigi juga dapat
menggunakan kapas dan saliva ejector, jaga posisinya selama perawatan.
Apabila terdapat pendarahan akibat perforasi, segera hentikan.
13
3. Irigasi kavitas dengan aquadest untuk mengeluarkan kotoran dari dalam
kavitas, kemudian kavitas tersebut dikeringkan.
4. Pembuangan jaringan karies, dengan perlahan-lahan buang karies dengan
ekskavator, mula-mula dengan menghilangkan karies tepi kemudian berlanjut
ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan bagian yang terbuka tidak lebih besar
diameternya dari ujung jarum maka dapat dilakukan pulp capping.
5. Berikan kalsium hidroksida, keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu tutup
bagian kavitas yang dalam termasuk pulpa yang terbuka dengan pasta
kalsium hidroksida.
6. Beri semen fosfat dan tumpatan sementara.
7. Setelah 6 minggu, bila reaksi pulpa terhadap panas dan dingin normal dapat
dilakukan restorasi tetap.
Evaluasi:
a. Pemeriksaan ulang perawatan dilakukan minimal 4 – 6 minggu.
b. Perawatan berhasil:
Tidak ada keluhan subyektif.
Gejala klinis baik.
Pada gambaran radiografik terbentuk dentin barrier pada bagian pulpa
yang terbuka.
Tidak ada kelainan pulpa dan periapikal.
(Andlaw, R.J., 1992)
4. Prognosis
Prognosis baik karena perforasi baru saja terjadi dan pulpa terbuka <1mm,
serta langsung dibawa ke dokter gigi. Dengan demikian bakteri yang masuk ke
dalam ruang pulpa masih sedikit. Pengaplikasian kalsium hidroksida juga
menentukan hasil dari prognosis. Pada saat mengaplikasikan kalsium hidroksida,
penekanan bahan yang terlalu dalam dapat menyebabkan inflamasi. Hal ini dapat
menyebabkan prognosis menjadi buruk.
14
DAFTAR PUSTAKA
Andlaw, R.J. 1992. Perawatan Gigi Anak. Jakarta: Waya Medika.
Castagnola, L dan Orlay, H.G. 1956. A System of Endodontia. London: Pitman
Medical Publishing.
Groosman, Louis I. 1995. Ilmu Endodontik Dalam Praktek (Endodontic Practice).
Alih Bahasa: Rafiah Abiyono, editor: Sutatmi Suryo, ed. 11. Jakarta:
EGC.
Kennedy, D.B. 1994. Konservasi Gigi Anak. Alih Bahasa: Narlan Sumawinata
dan Sri Harini Sumartono. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Kavitha, R. 2005. Clinical Radiography Evaluation of Pulpectomis using Zinc
Oxide Eugenol with Iodoform, Calcium Hydroxide with Iodoform, Zink
Oxide Eugenol and Calcium Hydroxide with Iodoform (a dissertation).
Madras: Taminadu DR. M.G. K. Medical University.
Sikri, V dan Dua, S.S. 1985. Intermediary Restorations. India: Federation of
Operative Dentists of India.
15