22
1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU JIWA PENDIDIKAN 1. Pengertian Ilmu Jiwa Pendidikan Ilmu jiwa pendidikan yang lebih dikenal dengan psikologi pendidikan terdiri dari dua kata, yaitu Psikologi dan Pendidikan. Psikologi terdiri dari dua kata bahasa Yunani, yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa. Menurut Barlow, psikologi pendidikan sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologi yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif. Menurut Alice Crow, ilmu jiwa pendidikan studi tentang belajar, pertumbuhan dan kematangan individu serta penerapan prinsip-prinsip ilmiah tentang reaksi manusia yang mempengaruhi mengajar dan belajar. Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi pendidikan adalah ilmu jiwa pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala- gejala kejiwaan (tingkah laku) individu di dalam situasi pendidikan. 2. Ruang Lingkup Ilmu Jiwa Pendidikan Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa. Karena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologis para

psikologi pendidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

psikolog

Citation preview

Page 1: psikologi pendidikan

1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU JIWA PENDIDIKAN

1. Pengertian Ilmu Jiwa Pendidikan

Ilmu jiwa pendidikan yang lebih dikenal dengan psikologi pendidikan terdiri dari

dua kata, yaitu Psikologi dan Pendidikan. Psikologi terdiri dari dua kata bahasa Yunani, yaitu

psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti

ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.

Menurut Barlow, psikologi pendidikan sebuah pengetahuan berdasarkan riset

psikologi yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda

melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif.

Menurut Alice Crow, ilmu jiwa pendidikan studi tentang belajar, pertumbuhan dan

kematangan individu serta penerapan prinsip-prinsip ilmiah tentang reaksi manusia yang

mempengaruhi mengajar dan belajar.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi

pendidikan adalah ilmu jiwa pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala-

gejala kejiwaan (tingkah laku) individu di dalam situasi pendidikan.

2. Ruang Lingkup Ilmu Jiwa Pendidikan

Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi

siswa. Karena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan selain teori-teori

psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologis para siswa khususnya

ketika mereka terlibat dalam proses belajar-mengajar.

Crow and Crow mengemukakan bahwa data yang dicoba didapatkan oleh psikologi

pendidikan, yang dengan demikian merupakan ruang lingkup psikologi pendidikan, antara

lain.

a. Sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh terhadap

belajar.

b. Sifat-sifat dari proses belajar.

c. Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar (learning readiness).

d. Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan

keterbatasan belajar.

e.  Perubahan-perubahan jiwa (inner changes) yang terjadi selama dalam belajar.

f.  Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar.

g. Teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar.

Page 2: psikologi pendidikan

h. Pengaruh/akibat relatif dari pendidikan formal dibandingkan dengan pengalaman-

pengalaman belajar yang insidental dan informal terhadap suatu individu.

i.  Nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personel sekolah.

j. Akibat/pengaruh psikologi (psychological impact) yang ditimbulkan oleh kondisi-

kondisi sosiologis terhadap sikap para siswa.

Dari seluruh proses pendidikan kegiatan belajar siswa merupakan kegiatan yang

paling pokok. Hal ini bermakna bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan

banyak terpulang kepada proses belajar siswa baik ketika ia berada di dalam kelas maupun di

luar kelas.

2. PERANAN ILMU JIWA PENDIDIKAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Guna ilmu jiwa pendidikan bagi guru atau calon guru adalah dengan mempelajari

ilmu jiwa pendidikan, guru dapat mengetahui hakikat gejala-gejala kejiwaan anak, cara

belajar  dan bimbingannya serta bagaimana cara mengawasi hasil belajar yang tepat.

Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa pendekatan psikologi pendidikan adalah

pendekatan ilmiah. Karenanya disamping sebagai psikologi praktis, psikologi pendidikan

juga bersifat teoritis.  Kembali kemasalah belajar-mengajar dan hubungannya dengan

psikologi pendidikan, unsur utama dalam pelaksanaan sebuah system pendidikan di mana pun

adalah proses belajar mengajar. Di tengah-tengah proses edukatif (bersifat kependidikan) ini

tak terkecuali apakah di tempat formal atau non formal, terdapat seorang tokoh yang disebut

guru. Sumber pengetahuan yang dapat membantu atau menolong guru dalam mengelola

belajar-mengajar tersebut adalah psikologi praktis dan psikologi pendidikan.

Secara umum psikologi pendidikan mmerupakan alat bantu yang penting bagi para

penyenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Mengapa

demikian, karena prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan

landasan berpikir dan bertindak dalam mengelolah proses belajar-mengajar. Sedangkan

proses tersebut, sebagaimana telah dijelaskan, adalah unsur utama dalam pelaksanaan setiap

system pendidikan.

Inti persoalan psikologis dalam proses pendidikan adalah terletak pada anak didik,

sebab pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan bagi anak didik. Agar pelayanan itu

mengubah tingkah laku anak didik ke arah  perkembangan pribadi yang optimal, maka

pelayanan itu hendaknya sesuai dengan sifat dan hakikat anak didik. Hal ini merupakan inti

pembahasan dari psikologi pendidikan

Page 3: psikologi pendidikan

3. TEORI-TEORI PSIKOLOGI BELAJAR

1. Teori-Teori Belajar Psikologi Behavioristik.

Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik.

Mereka ini sering disebut “contemporary behaviorists” atau juga disebut “ S - R

psychologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh

ganjaran (reward) atau penguatan (reinforciment) dari lingkungan. Dengan demikian dalam

tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan

stimulasinya.

a.  Teori-Teori yang Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik.

Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang

belajar yang dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Mereka masing-

masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang berharga

mengenai hal belajar.

Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” karena belajar merupakan proses

pembentukankoneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering disebut “trial and

error learning”. Cirri belajar trial and error yaitu :

1. Ada motiv pendorong aktivitas

2. Ada berbagai respon terhadap situasi

3. Ada eleminasi respon-responyang gagal/salah

4. Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan

Dari penilitiannya itu Thorndike menemukan hukum-hukum :

1. Law of readiness

2. Law of exercise

3. Law of effect

Watson berpendapat, bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau

respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti. Sedangkan menurut Guhtrie adalah

suatu kombinasi stimulus yang telah menyertai suatu gerakan.

b. Skinner’s Operant Conditioning.

Skinner menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai faktor terpenting dalam

proses belajar. Skinner berpendapat, bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol

tingkah laku.

Dalam pengajaran, “operants conditioning” menjamin respon terhadap stimulus.

Apabila murid tidak menunjukkan reaksi-reaksi terhadap stimulus, guru tidak mungkin dapat

membimbing tingkah lakunya kearah tujuan behavior.

Page 4: psikologi pendidikan

2. Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif.

Dalam teori ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh

reward dan reinforcement. Aliran kognitifis berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa

didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah

laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu

memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah.

a. Awal Pertumbuhannya Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif.

Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar gestalt. Suatu

konsep yang terpenting dalam psikologi gestalt adalah tentang “insight”, yaitu pengamatan

atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam

situasi permasalahan.

b.  Teori Belajar “Cognitive Field” dari Lewin.

Kurt Lewin (1892-1947), mengembangkan suatu teori belajar “cognitive field”dengan

menaruh perhatian kepada kepribadian psikologi sosial. Lewin memandang masing-masing

individuberada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis.

c. Teori Belajar “Cognitive Developmental” dari Piaget.

Piaget adalah seorang psikolog “developmental” (proses berpikir), menurut Piaget

pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang

sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif.

d. Jerome Bruner “Discovery Learning” nya.

J. Bruner mengambil pendapat Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan

secara aktif di dalam kelas. Untuk itu, Bruner memakai cara dengan apa yang

disebut “discovery learning”, yaitu di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari

dengan suatu bentuk akhir.

3.  Teori-Teori Belajar Psikologi Humanistis.

a. Orientasi.

Perhatian psikologi humanistik yang tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap

individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan

kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.

b. Awal Timbulnya Psikologi Humanistis.

Psikologi humanistis muncul tahun 1940, orang-orang yang terlibat  dalam penerapan

psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli psikologi klinik dan

pekerja sosial, bukan merupakan hasil dari penilitian dalam bidang proses belajar. Psikologi

Page 5: psikologi pendidikan

ini berusaha untuk memahamiperilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari

pengamat (observer).

c. Behaviorisme Versus Humanistis.

Psikologi behavioral dan humanistis mempunyai pandangan yang sangat berbeda

yang dikenal dengan freedom determination issue. Para behavioris memandang orang sebagai

makhluk reaktif yang memberikan respon terhadap lingkungannya. Sebaliknya para humanis

mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri.

d.  Tokoh-Tokoh Humanistis.

1. Combs

Combs dan kawan-kawan menyatakan bahwa apabila kita ingin memahami perilaku

orang kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Perilaku buruk itu

sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang

tidak akan memberikan kepuasan baginya.

2. Maslow

Teori didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal :

Pertama, suatu usaha yang positif untuk berkembang. Kedua ,kekuatan untuk melawan atau

menolak perkembangan itu.

Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut

untuk berusaha atau berkembang dan sebagainya. Tetapi mendorong untuk maju kearah

keutuhan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat

menirima diri sendiri (self).

3. Rogers

Dalam bukunya “Freedom to Learn”, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip

belajar humanistic yang penting, di antaranya :

1. Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.

2. Belajar yang signifikan terjadi apabila subject metter dirasakan murid.

3. Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri.

4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan.

5. Pengalaman dapat diperoleh dengan cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses

belajar.

6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar.

8. Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa yang seutuhnya.

9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreatifitas.

Page 6: psikologi pendidikan

10.Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belejar

mengenai proses belajar.

4.  Tujuan Belajar

Adapun tujuan belajar adalah sebagai berikut :

a.  Belajar adalah suatu usaha, perbutan yang dilakukan secara sungguh-sungguh.

b.  Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku.

c.  Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik.

d.  Dengan belajar dapat mengubah keterampilan.

e.  Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.

5.  Prinsip-Prinsip Belajar

Dalam proses belajar itu terdapat beberapa prinsip dalam belajar adapun prinsip-

prinsip tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kematangan Jasmani dan Rohani

b. Memiliki Kesiapan dalam Proses Belajar

c. Memahami Tujuan dalam Belajar

d. Memiliki Sifat Kesungguhan dalam Belajar.

e.  Ulangan dan Latihan (Evaluasi)

6.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang

mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasala dari dalam diri orang yang belajar dan

ada pula dari luar dirinya.

Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar,

di antaranya :

a. Faktor Internal (yang Berasal dari dalam Diri)

Faktor internal di bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :

1. Kesehatan Jasmani dan Rohani

2. Intelegensi dan Bakat

3. Minat dan Motivasi

4. Cara Belajar

b.  Faktor Eksternal (yang Berasal dari Luar Diri)

Faktor eksternal juga di bagi menjadi beberapa bagian, di antaranya :

1. Faktor Keluarga

2. Faktor Sekolah

3. Faktor Masyarakat, dan

Page 7: psikologi pendidikan

4. Faktor Lingkungan Sekitar

4. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA

Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat Kuantitatif

yang menyangkut aspek fisik jasmaniah.seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada

organ-organ dan struktur organ fisik,sehingga anak semakin bertambah umurnya semakin

besar dan semakin tinggi pula badan nya.

Perkembangan secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat

Kualitatif dan Kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia. Seperti

misal nya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan aspek pengetahuan,kemampuan,sifat

sosial,moral,keyakinan agama,kecerdasan dan sebagainya,sehingga dengan perkembangan

tersebut si anak akan semakin bertambah banyak pengetahuan dan kemampuan nya juga

semakin baik sifat sosial,moral,keyakinan agam dan sebagainya

perkembangan secara khusus diartikan sebagai “perubahan – perubahan yang bersifat

kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental – psikologis manusia, ”seperti

halnya perubahan – perubahan yang berkaitan dengan aspek pengatahuan, kemampuan, sifat

sosial, moral, keyakinan agama, kecerdasan dan sebagainya, sehingga dangan perkembangan

tersebut si anak akan semakin bertambah banyak pengatahuan dan kemampuannya juga

semakin baik sifat sosialnya, moral, keyakinan agama dan sebagainya.

Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia.

Tahap perkembangan manusia :

1. Masa sebelum lahir (PRANATAL) selama 280 hari.

Masa Pranatal ini berlangsung dari sejak terjadinya konsepsi sampai bayi lahir kira-kira

lamanya 9 bulan 10 hari atau 280 hari. Masa periode ini terbagi kepada 3 periode,yaitu :

a. Periode telur. Berlangsung sejak pembuahan sampai akhir minggu kedua.

b. Periode embrio. Dari akhir minggu kedua sampai akhir bulan kedua.

c. Periode janin. Dari akhir bulan kedua sampai bayi lahir.

2. Masa  bayi baru lahir (NEW BORN) 0-2 minggu

Masa ini dimulai sejak lahir sampai bayi berumur kira-kira 15 hari. Masa ini

merupakan fase pemberhentian,artinya masa tidak terjadi pertumbuhan atau perkembangan.

Masa ini juga dikenal dengan masa “resting age” yaitu masa istirahat, guna menyesuaikan

diri dengan keadaan baru didunia ini.

3. Masa bayi (BABYHOOD) 2 Minggu-2 tahun.

Masa ini berlangsung dari umur 2 minggu-2 tahun.

Page 8: psikologi pendidikan

4. Masa kanak-kanak awal (EARLY CHILDHOOD) 2-6 tahun.

Masa kanak-kanak awal ini berlangsung dari umur 2-6 tahun. Masa ini sering disebut

usia sulit atau problematis, karena memellihara atau mendidik mereka sulit. Masa ini juga

disebut sebagai usia main karena sebagian besar hidup anak dihabiskan untuk bermain.

Masa kanak-kanak awal merupakan saat yang tepat untuk belajar mencapai berbagai

keterampilan. Karena anak senang mengulang-ngulang,hal ini penting artinya dalam belajar

keterampilan. Selain itu anak pada masa ini juga berani dan senang mencoba hal-hal baru.

Pada masa ini mereka juga belum banyak memiliki leterampilan sehingga tidak ada gangguan

untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan baru.

5. Masa kanak-kanak akhir (LATER CHILDHOOD) 6-12 Tahun

Masa kanka-kanak akhir atau disebut juga masa anak sekolah ini berlangsung dari umur

6-12 tahun. Masa ini disebut orang tua dengan masa “tidak rapi”, masa “bertengkar” dan

masa “menyulitkan”

6. Masa puber (PUBERTY)

Masa puber merupakan periode tumpang tindih karena mencakup akhir masa kanak-

kanak dan awal masa remaja,yaitu dari umur 12 atau 13 sampai umur 16 atau 17.

    Perubahan pada masa puber mempengaruhi keadaan fisik,sikap dan prilaku. Karena

akibat perubahannya cenderung buruk, terutama selama awal masa puber, maka masa puber

sering disebut “masa negatif”.

Pada masa puber ini,bahaya fisik tampaknya lebih ringan dibandingkan dengan bahaya

Psikologis. Bahaya psikologis yang paling umum terjadi adalah kecenderungan

mengembangkan konsep diri yang kurang baik, berprestasi rendah,tidak mau menerima

perubahan jasmani atau peran seks yang memperoleh dukungan sosial dan penyimpangan

pematangan seksual.

7.  Masa remaja (ADOLESCENCE) 15-21 Tahun.

Pada masa remaja ini berlangsung dari umur 15-21 tahun atau berlangsung saat

individu matang secara seksual sampai mencapai usia matang menurut hukum.

Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam perubahan

fisiknya maupun perubahan sikap dan perilakunya. Ada 4 perubahan yang bersifat Universal

selama masa remaja yaitu :

a. Menigkatnya emosi.

b. Perubahan fisik.

c. Dengan berubahnya minat dan prilaku.

d. Bersikap ambivalensi.

Page 9: psikologi pendidikan

8.  Masa dewasa awal-usia lanjut (21 ke atas)

Masa pematangan diri dalam tahap ini,perkembangan fungsi kehendak mulai dominan.

Orang mulai dapat membedakan adanya 3 macam tujuan hidup pribadi, yaitu pemuasan

keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok, dan pemuasan keinginan masyarakat.

Semua ini akan direalisasi oleh individu dengan belajar mengandalkan daya kehendaknya.

5. KEMAMPUAN DAN INTELEGENSI

Sebagian orang beranggapan bahwa intelegensi merupakan kemampuan  atau

kecerdasan  otak  seseorang.  Orang  yang  ketika  di bangku sekolah maupun kuliah

mendapat nilai akademik tinggi dianggap unggul dalam hal intelegensi. Namun pada

hakikatnya, intelegensi tidak terbatas   pada   kecerdasan   otak   saja   melainkan   juga  

kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan.

Menurut  David Wechsler , intelegensi  adalah  kemampuan  untuk bertindak secara

terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. secara garis

besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi  adalah  suatu  kemampuan  mental  yang

melibatkan  proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati

secara  langsung,  melainkan  harus  disimpulkan  dari  berbagai  tindakan nyata yang

merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan

intelegensi adalah kemampuan berpikir secara rasional. jadi, bukan tingginya nilai akademik

yang menentukan keputusan bahwa seseorang  itu tinggi secara intelegensi  melainkan

kecakapan  seseorang dalam  melakukan  berbagai  hal  serta  kemampuannya  berpikir

secara rasional itulah yang sebetulnya menentukan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi

Ada beberapa factor yang mempengaruhi kualitas intelegensi seseorang.diantaranya:

1. Faktor bawaan atau keturunan

Penelitian  membuktikan  bahwa  korelasi  nilai  tes  IQ  dari  satu keluarga sekitar 0,50.

Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti

lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 – 0,50 dengan

ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya.

Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap

berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.

Page 10: psikologi pendidikan

2. Faktor lingkungan

Walaupun  ada  ciri-ciri  yang  pada  dasarnya  sudah  dibawa  sejak lahir,  ternyata

lingkungan  sanggup  menimbulkan  perubahan-perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya

tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang

dikonsumsi. Selain gizi,   rangsangan-rangsangan   yang   bersifat   kognitif   emosional   dari

lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.

6. TIPE-TIPE DAN KESULITAN BELAJAR

Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah

laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman

Belajar dapat juga didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif

menetap sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu

pengertian yang disebabkan oleh situasi stimulus yang berupa latihan atau pengalaman yang

berulang-ulang.

Tipe-tipe Belajar

a.  Belajar Tipe 1: Signal Learning (Belajar Isyarat)

b.  Belajar Tipe 2: Stimulus-Respons Learning (Belajar Stimulus-respon)

c.  Belajar Tipe 3: Chaining (Rantai atau Rangkaian)

d. Belajar Tipe 4. Verbal Association (Asosiasi Verbal)

e. Belajar Tipe 5: Discrimination Learning (Belajar Diskriminasi)

f. Belajar Tipe 6: Concept Learning (Belajar Konsep)

g. Belajar Tipe 7: Rule Learning (Belajar Aturan)

h.  Belajar Tipe 8: Problem Solving (Pemecahan Masalah)

Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara

wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.

Setiap anak didik datang ke sekolah agar menjadi orang berilmu pengetahuan, 

sebagaian besar waktu yang tersedia harus digunakan oleh anak untuk belajar, tidak mesti di

sekolah, di rumah pun harus ada waktu yang disediakan untuk kepentingan belajar. Namun,

sayangnya hambatan dan gangguan dialami oleh anak didik tertentu. Sehingga mereka

mengalami kesulitan dalam belajar. Pada tingkat tertentu memang ada anak didik yang dapat

mengatasi kesulitan belajarnya, karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan

belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik.

Page 11: psikologi pendidikan

Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar

Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapat dibagi menjadi 4 (empat)

yaitu:

1)  Faktor anak didik

Anak didik adalah subjek yang belajar. Kesulitan belajar yang diderita anak didik tidak

hanya yang bersifat menetap, tetapi juga yang bisa di hilangkan dengan usaha tertentu.

Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik:

a. Inteligensi (IQ) yang kurang baik.

b. Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau yang

diberikan oleh guru.

c.  Faktor emosional yang kurang stabil.

d.  Aktivitas belajar yang kurang.

e.  Penyesuaian sosial yang sulit.

f.  Lantar belakang pengalaman yang pahit.

g.  Cita-cita yang tidak relevan.

h.  Latar belakang pendidikan dengan sistem sosial dan kegiatan belajar mengajar di kelas

yang kurang baik.

i.   Lama belajar yang tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajarnya.

j.   Keadaan fisik yang kurang menunjang.

k.  Kesehatan yang kurang baik.

l.   Seks atau pernikahan yang tak terkendali.

m.  Pengetahuan dan keterampilan dasar yang kurang memadai atas bahan yang dipelajari.

n.   Tidak ada motivasi belajar.

2)  Faktor sekolah

Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah

rehabilitasi anak didik. Sekolah ikut terlibat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik.

Faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak

didik adalah sebagai berikut:

a. Guru dengan anak didik kurang harmonis.

b. Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.

c. Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar anak didik.

d. Cara guru mengajar kurang baik.

e. Alat media yang kurang baik.

f. Perpustakaan sekolah kurang memadai.

Page 12: psikologi pendidikan

g. Suasana sekolah yang kurang menyenangkan.

h. Bimbingan dan penyuluhan yang tidak berfungsi.

i.  Kepemimpinan dan administrasi yang kurang menunjang.

j.  Waktu sekolah dan disiplin yang kurang.

3) Faktor keluarga

Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang diakui

keberadaannya dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, ada beberapa faktor dalam keluarga

yang mennjadi penyebab kesulitan belajar anak didik sebagai berikut:

a. Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah.

b. Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua.

c. Anak tidak mempunyai ruang dan tempat belajar yang khusus.

d. Ekonomi keluarga yang lemah atau tinggi yang membuat anak berlebih-lebihan.

e.  Kesehatan keluarga yang kurang baik.

f.  Perhatian orang tua yang tidak memadai.

g.  Kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang.

h.  Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan.

i.   Anak terlalu banyak membantu orang tua.

4)  Faktor masyarakat sekitar

Jika keluarga adalah komunitas masyarakat terkecil, maka masyarakat adalah

komunitas masyarakat kehidupan sosial yang tersebar. Dalam masyarakat terpatri strata sosial

yang merupakan penjelmaan dari suku, ras, agama, antar golongan, pendidikan, jabatan,

status, dan sebagainya. Pergaulan yang terkadang kurang bersahabat sering memicu konflik

sosial. Keributan, pertengkaran, pembunuhan, perjudian, perampokan, gossip dan perilaku

jahiliyah lainya sudah menjadi santapan sehari-hari dalam masyarakat.

Ketergantungan pada obat terlarang membuat anak didik pasrah pada nasib. Anak didik

tidak bisa lagi dididik karena pengaruh obat terlarang. Keributan lingkungan sekitar

berpotensi memecahkan konsentrasi anak didik dalam belajar. Akhirnya anak didik tidak

betah belajar karena sulit membangkitkan daya konsentrasi. Kesulitan belajar bagi anak didik

juga bersumber dari media cetak dan media elektronik

Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar

Secara garis besar, lankah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi

kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui 6 (tahap) yaitu:

1)        Pengumpulan Data

Page 13: psikologi pendidikan

Usaha yang dapat dilakukan dalam usaha pengumpulkan data melalui kegiatan sebagai

berikut:

a.         Kunjungan rumah.

b.         Case study dan case history.

c.         Daftar pribadi.

d.        Meneliti pekerjaan anak.

e.         Meneliti tugas kelompok.

f.          Melaksanakan tes, baik IQ maupun tes prestasi.

2)        Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah secara cermat.

Langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah sebagai berikut:

a.         Identifikasi kasus.

b.         Membandingkan antar kasus.

c.         Membandingkan dengan hasil tes.

d.        Menarik kesimpulan.

3)        Diagnosis

Diagnosis merupakan keputusan  (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data.

Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

a.         Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan ringannya tingkat

kesulitan yang dirasakan anak didik.

b.         Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar

anak didik.

c.         Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak

didik.

4)        Prognosis

Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam

kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan

ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar

dari kesulitan belajar. Adapun pertanyaan yang harus diajukan menggunakan rumus 5W+1H.

5)        Treatment

Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah:

a.         Melalui bimbingan belajar individual.

b.         Melalui bimbingan belajar kelompok.

Page 14: psikologi pendidikan

c.         Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu.

d.        Melalui bimbingan orang tua di rumah.

e.         Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.

f.          Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum.

g.         Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan karakteristik setiap

mata pelajaran.

6)        Evaluasi

Evaluasi dimaksudkan untuk menegtahui apakah treatment yang telah diberikan

berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran

masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali. Jika terjadi kegagalan treatment, langkah

yang perlu ditempuh adalah Re-ceking (baik yang berhubungan dengan masalah

pengumpulan maupun pengolahan data), Re-diagnosis, Re-prognosis, Re-treatment, Re-

evaluasi.