Upload
saifulakbars
View
72
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
psikolog
Citation preview
1. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU JIWA PENDIDIKAN
1. Pengertian Ilmu Jiwa Pendidikan
Ilmu jiwa pendidikan yang lebih dikenal dengan psikologi pendidikan terdiri dari
dua kata, yaitu Psikologi dan Pendidikan. Psikologi terdiri dari dua kata bahasa Yunani, yaitu
psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah psikologi berarti
ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.
Menurut Barlow, psikologi pendidikan sebuah pengetahuan berdasarkan riset
psikologi yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda
melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif.
Menurut Alice Crow, ilmu jiwa pendidikan studi tentang belajar, pertumbuhan dan
kematangan individu serta penerapan prinsip-prinsip ilmiah tentang reaksi manusia yang
mempengaruhi mengajar dan belajar.
Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa psikologi
pendidikan adalah ilmu jiwa pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala-
gejala kejiwaan (tingkah laku) individu di dalam situasi pendidikan.
2. Ruang Lingkup Ilmu Jiwa Pendidikan
Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi
siswa. Karena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan selain teori-teori
psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologis para siswa khususnya
ketika mereka terlibat dalam proses belajar-mengajar.
Crow and Crow mengemukakan bahwa data yang dicoba didapatkan oleh psikologi
pendidikan, yang dengan demikian merupakan ruang lingkup psikologi pendidikan, antara
lain.
a. Sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh terhadap
belajar.
b. Sifat-sifat dari proses belajar.
c. Hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar (learning readiness).
d. Signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan
keterbatasan belajar.
e. Perubahan-perubahan jiwa (inner changes) yang terjadi selama dalam belajar.
f. Hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar.
g. Teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar.
h. Pengaruh/akibat relatif dari pendidikan formal dibandingkan dengan pengalaman-
pengalaman belajar yang insidental dan informal terhadap suatu individu.
i. Nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personel sekolah.
j. Akibat/pengaruh psikologi (psychological impact) yang ditimbulkan oleh kondisi-
kondisi sosiologis terhadap sikap para siswa.
Dari seluruh proses pendidikan kegiatan belajar siswa merupakan kegiatan yang
paling pokok. Hal ini bermakna bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak terpulang kepada proses belajar siswa baik ketika ia berada di dalam kelas maupun di
luar kelas.
2. PERANAN ILMU JIWA PENDIDIKAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Guna ilmu jiwa pendidikan bagi guru atau calon guru adalah dengan mempelajari
ilmu jiwa pendidikan, guru dapat mengetahui hakikat gejala-gejala kejiwaan anak, cara
belajar dan bimbingannya serta bagaimana cara mengawasi hasil belajar yang tepat.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa pendekatan psikologi pendidikan adalah
pendekatan ilmiah. Karenanya disamping sebagai psikologi praktis, psikologi pendidikan
juga bersifat teoritis. Kembali kemasalah belajar-mengajar dan hubungannya dengan
psikologi pendidikan, unsur utama dalam pelaksanaan sebuah system pendidikan di mana pun
adalah proses belajar mengajar. Di tengah-tengah proses edukatif (bersifat kependidikan) ini
tak terkecuali apakah di tempat formal atau non formal, terdapat seorang tokoh yang disebut
guru. Sumber pengetahuan yang dapat membantu atau menolong guru dalam mengelola
belajar-mengajar tersebut adalah psikologi praktis dan psikologi pendidikan.
Secara umum psikologi pendidikan mmerupakan alat bantu yang penting bagi para
penyenggara pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Mengapa
demikian, karena prinsip yang terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan
landasan berpikir dan bertindak dalam mengelolah proses belajar-mengajar. Sedangkan
proses tersebut, sebagaimana telah dijelaskan, adalah unsur utama dalam pelaksanaan setiap
system pendidikan.
Inti persoalan psikologis dalam proses pendidikan adalah terletak pada anak didik,
sebab pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan bagi anak didik. Agar pelayanan itu
mengubah tingkah laku anak didik ke arah perkembangan pribadi yang optimal, maka
pelayanan itu hendaknya sesuai dengan sifat dan hakikat anak didik. Hal ini merupakan inti
pembahasan dari psikologi pendidikan
3. TEORI-TEORI PSIKOLOGI BELAJAR
1. Teori-Teori Belajar Psikologi Behavioristik.
Teori belajar psikologi behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik.
Mereka ini sering disebut “contemporary behaviorists” atau juga disebut “ S - R
psychologists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh
ganjaran (reward) atau penguatan (reinforciment) dari lingkungan. Dengan demikian dalam
tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan
stimulasinya.
a. Teori-Teori yang Mengawali Perkembangan Psikologi Behavioristik.
Psikologi aliran behavioristik mulai berkembang sejak lahirnya teori-teori tentang
belajar yang dipelopori oleh Thorndike, Pavlov, Watson, dan Guthrie. Mereka masing-
masing telah mengadakan penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang berharga
mengenai hal belajar.
Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” karena belajar merupakan proses
pembentukankoneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering disebut “trial and
error learning”. Cirri belajar trial and error yaitu :
1. Ada motiv pendorong aktivitas
2. Ada berbagai respon terhadap situasi
3. Ada eleminasi respon-responyang gagal/salah
4. Ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan
Dari penilitiannya itu Thorndike menemukan hukum-hukum :
1. Law of readiness
2. Law of exercise
3. Law of effect
Watson berpendapat, bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau
respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti. Sedangkan menurut Guhtrie adalah
suatu kombinasi stimulus yang telah menyertai suatu gerakan.
b. Skinner’s Operant Conditioning.
Skinner menganggap “reward” atau “reinforcement” sebagai faktor terpenting dalam
proses belajar. Skinner berpendapat, bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol
tingkah laku.
Dalam pengajaran, “operants conditioning” menjamin respon terhadap stimulus.
Apabila murid tidak menunjukkan reaksi-reaksi terhadap stimulus, guru tidak mungkin dapat
membimbing tingkah lakunya kearah tujuan behavior.
2. Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif.
Dalam teori ini berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang tidak hanya dikontrol oleh
reward dan reinforcement. Aliran kognitifis berpendapat, tingkah laku seseorang senantiasa
didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah
laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu
memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah.
a. Awal Pertumbuhannya Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif.
Psikologi kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar gestalt. Suatu
konsep yang terpenting dalam psikologi gestalt adalah tentang “insight”, yaitu pengamatan
atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam
situasi permasalahan.
b. Teori Belajar “Cognitive Field” dari Lewin.
Kurt Lewin (1892-1947), mengembangkan suatu teori belajar “cognitive field”dengan
menaruh perhatian kepada kepribadian psikologi sosial. Lewin memandang masing-masing
individuberada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis.
c. Teori Belajar “Cognitive Developmental” dari Piaget.
Piaget adalah seorang psikolog “developmental” (proses berpikir), menurut Piaget
pertumbuhan kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang
sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan intelektual adalah tidak kuantitatif, melainkan kualitatif.
d. Jerome Bruner “Discovery Learning” nya.
J. Bruner mengambil pendapat Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan
secara aktif di dalam kelas. Untuk itu, Bruner memakai cara dengan apa yang
disebut “discovery learning”, yaitu di mana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari
dengan suatu bentuk akhir.
3. Teori-Teori Belajar Psikologi Humanistis.
a. Orientasi.
Perhatian psikologi humanistik yang tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap
individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan
kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
b. Awal Timbulnya Psikologi Humanistis.
Psikologi humanistis muncul tahun 1940, orang-orang yang terlibat dalam penerapan
psikologilah yang berjasa dalam perkembangan ini, misalnya ahli psikologi klinik dan
pekerja sosial, bukan merupakan hasil dari penilitian dalam bidang proses belajar. Psikologi
ini berusaha untuk memahamiperilaku seseorang dari sudut si pelaku (behaver), bukan dari
pengamat (observer).
c. Behaviorisme Versus Humanistis.
Psikologi behavioral dan humanistis mempunyai pandangan yang sangat berbeda
yang dikenal dengan freedom determination issue. Para behavioris memandang orang sebagai
makhluk reaktif yang memberikan respon terhadap lingkungannya. Sebaliknya para humanis
mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri.
d. Tokoh-Tokoh Humanistis.
1. Combs
Combs dan kawan-kawan menyatakan bahwa apabila kita ingin memahami perilaku
orang kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu. Perilaku buruk itu
sesungguhnya tak lain hanyalah dari ketidakmauan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
tidak akan memberikan kepuasan baginya.
2. Maslow
Teori didasarkan atas asumsi bahwa di dalam diri kita ada dua hal :
Pertama, suatu usaha yang positif untuk berkembang. Kedua ,kekuatan untuk melawan atau
menolak perkembangan itu.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut
untuk berusaha atau berkembang dan sebagainya. Tetapi mendorong untuk maju kearah
keutuhan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat
menirima diri sendiri (self).
3. Rogers
Dalam bukunya “Freedom to Learn”, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip
belajar humanistic yang penting, di antaranya :
1. Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.
2. Belajar yang signifikan terjadi apabila subject metter dirasakan murid.
3. Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri.
4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan.
5. Pengalaman dapat diperoleh dengan cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses
belajar.
6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar.
8. Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa yang seutuhnya.
9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreatifitas.
10.Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belejar
mengenai proses belajar.
4. Tujuan Belajar
Adapun tujuan belajar adalah sebagai berikut :
a. Belajar adalah suatu usaha, perbutan yang dilakukan secara sungguh-sungguh.
b. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku.
c. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik.
d. Dengan belajar dapat mengubah keterampilan.
e. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.
5. Prinsip-Prinsip Belajar
Dalam proses belajar itu terdapat beberapa prinsip dalam belajar adapun prinsip-
prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kematangan Jasmani dan Rohani
b. Memiliki Kesiapan dalam Proses Belajar
c. Memahami Tujuan dalam Belajar
d. Memiliki Sifat Kesungguhan dalam Belajar.
e. Ulangan dan Latihan (Evaluasi)
6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasala dari dalam diri orang yang belajar dan
ada pula dari luar dirinya.
Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar,
di antaranya :
a. Faktor Internal (yang Berasal dari dalam Diri)
Faktor internal di bagi lagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
1. Kesehatan Jasmani dan Rohani
2. Intelegensi dan Bakat
3. Minat dan Motivasi
4. Cara Belajar
b. Faktor Eksternal (yang Berasal dari Luar Diri)
Faktor eksternal juga di bagi menjadi beberapa bagian, di antaranya :
1. Faktor Keluarga
2. Faktor Sekolah
3. Faktor Masyarakat, dan
4. Faktor Lingkungan Sekitar
4. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat Kuantitatif
yang menyangkut aspek fisik jasmaniah.seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada
organ-organ dan struktur organ fisik,sehingga anak semakin bertambah umurnya semakin
besar dan semakin tinggi pula badan nya.
Perkembangan secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat
Kualitatif dan Kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia. Seperti
misal nya perubahan-perubahan yang berkaitan dengan aspek pengetahuan,kemampuan,sifat
sosial,moral,keyakinan agama,kecerdasan dan sebagainya,sehingga dengan perkembangan
tersebut si anak akan semakin bertambah banyak pengetahuan dan kemampuan nya juga
semakin baik sifat sosial,moral,keyakinan agam dan sebagainya
perkembangan secara khusus diartikan sebagai “perubahan – perubahan yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental – psikologis manusia, ”seperti
halnya perubahan – perubahan yang berkaitan dengan aspek pengatahuan, kemampuan, sifat
sosial, moral, keyakinan agama, kecerdasan dan sebagainya, sehingga dangan perkembangan
tersebut si anak akan semakin bertambah banyak pengatahuan dan kemampuannya juga
semakin baik sifat sosialnya, moral, keyakinan agama dan sebagainya.
Tahap-tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia.
Tahap perkembangan manusia :
1. Masa sebelum lahir (PRANATAL) selama 280 hari.
Masa Pranatal ini berlangsung dari sejak terjadinya konsepsi sampai bayi lahir kira-kira
lamanya 9 bulan 10 hari atau 280 hari. Masa periode ini terbagi kepada 3 periode,yaitu :
a. Periode telur. Berlangsung sejak pembuahan sampai akhir minggu kedua.
b. Periode embrio. Dari akhir minggu kedua sampai akhir bulan kedua.
c. Periode janin. Dari akhir bulan kedua sampai bayi lahir.
2. Masa bayi baru lahir (NEW BORN) 0-2 minggu
Masa ini dimulai sejak lahir sampai bayi berumur kira-kira 15 hari. Masa ini
merupakan fase pemberhentian,artinya masa tidak terjadi pertumbuhan atau perkembangan.
Masa ini juga dikenal dengan masa “resting age” yaitu masa istirahat, guna menyesuaikan
diri dengan keadaan baru didunia ini.
3. Masa bayi (BABYHOOD) 2 Minggu-2 tahun.
Masa ini berlangsung dari umur 2 minggu-2 tahun.
4. Masa kanak-kanak awal (EARLY CHILDHOOD) 2-6 tahun.
Masa kanak-kanak awal ini berlangsung dari umur 2-6 tahun. Masa ini sering disebut
usia sulit atau problematis, karena memellihara atau mendidik mereka sulit. Masa ini juga
disebut sebagai usia main karena sebagian besar hidup anak dihabiskan untuk bermain.
Masa kanak-kanak awal merupakan saat yang tepat untuk belajar mencapai berbagai
keterampilan. Karena anak senang mengulang-ngulang,hal ini penting artinya dalam belajar
keterampilan. Selain itu anak pada masa ini juga berani dan senang mencoba hal-hal baru.
Pada masa ini mereka juga belum banyak memiliki leterampilan sehingga tidak ada gangguan
untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan baru.
5. Masa kanak-kanak akhir (LATER CHILDHOOD) 6-12 Tahun
Masa kanka-kanak akhir atau disebut juga masa anak sekolah ini berlangsung dari umur
6-12 tahun. Masa ini disebut orang tua dengan masa “tidak rapi”, masa “bertengkar” dan
masa “menyulitkan”
6. Masa puber (PUBERTY)
Masa puber merupakan periode tumpang tindih karena mencakup akhir masa kanak-
kanak dan awal masa remaja,yaitu dari umur 12 atau 13 sampai umur 16 atau 17.
Perubahan pada masa puber mempengaruhi keadaan fisik,sikap dan prilaku. Karena
akibat perubahannya cenderung buruk, terutama selama awal masa puber, maka masa puber
sering disebut “masa negatif”.
Pada masa puber ini,bahaya fisik tampaknya lebih ringan dibandingkan dengan bahaya
Psikologis. Bahaya psikologis yang paling umum terjadi adalah kecenderungan
mengembangkan konsep diri yang kurang baik, berprestasi rendah,tidak mau menerima
perubahan jasmani atau peran seks yang memperoleh dukungan sosial dan penyimpangan
pematangan seksual.
7. Masa remaja (ADOLESCENCE) 15-21 Tahun.
Pada masa remaja ini berlangsung dari umur 15-21 tahun atau berlangsung saat
individu matang secara seksual sampai mencapai usia matang menurut hukum.
Masa remaja merupakan periode perubahan yang sangat pesat baik dalam perubahan
fisiknya maupun perubahan sikap dan perilakunya. Ada 4 perubahan yang bersifat Universal
selama masa remaja yaitu :
a. Menigkatnya emosi.
b. Perubahan fisik.
c. Dengan berubahnya minat dan prilaku.
d. Bersikap ambivalensi.
8. Masa dewasa awal-usia lanjut (21 ke atas)
Masa pematangan diri dalam tahap ini,perkembangan fungsi kehendak mulai dominan.
Orang mulai dapat membedakan adanya 3 macam tujuan hidup pribadi, yaitu pemuasan
keinginan pribadi, pemuasan keinginan kelompok, dan pemuasan keinginan masyarakat.
Semua ini akan direalisasi oleh individu dengan belajar mengandalkan daya kehendaknya.
5. KEMAMPUAN DAN INTELEGENSI
Sebagian orang beranggapan bahwa intelegensi merupakan kemampuan atau
kecerdasan otak seseorang. Orang yang ketika di bangku sekolah maupun kuliah
mendapat nilai akademik tinggi dianggap unggul dalam hal intelegensi. Namun pada
hakikatnya, intelegensi tidak terbatas pada kecerdasan otak saja melainkan juga
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan.
Menurut David Wechsler , intelegensi adalah kemampuan untuk bertindak secara
terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. secara garis
besar dapat disimpulkan bahwa intelegensi adalah suatu kemampuan mental yang
melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, intelegensi tidak dapat diamati
secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan
intelegensi adalah kemampuan berpikir secara rasional. jadi, bukan tingginya nilai akademik
yang menentukan keputusan bahwa seseorang itu tinggi secara intelegensi melainkan
kecakapan seseorang dalam melakukan berbagai hal serta kemampuannya berpikir
secara rasional itulah yang sebetulnya menentukan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intelegensi
Ada beberapa factor yang mempengaruhi kualitas intelegensi seseorang.diantaranya:
1. Faktor bawaan atau keturunan
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar 0,50.
Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat tinggi, sekitar 0,90. Bukti
lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka berkorelasi sekitar 0,40 – 0,50 dengan
ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya 0,10 – 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya.
Selanjutnya bukti pada anak kembar yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap
berkorelasi sangat tinggi, walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
2. Faktor lingkungan
Walaupun ada ciri-ciri yang pada dasarnya sudah dibawa sejak lahir, ternyata
lingkungan sanggup menimbulkan perubahan-perubahan yang berarti. Intelegensi tentunya
tidak bisa terlepas dari otak. Perkembangan otak sangat dipengaruhi oleh gizi yang
dikonsumsi. Selain gizi, rangsangan-rangsangan yang bersifat kognitif emosional dari
lingkungan juga memegang peranan yang amat penting.
6. TIPE-TIPE DAN KESULITAN BELAJAR
Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah
laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman
Belajar dapat juga didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkah laku yang relatif
menetap sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu
pengertian yang disebabkan oleh situasi stimulus yang berupa latihan atau pengalaman yang
berulang-ulang.
Tipe-tipe Belajar
a. Belajar Tipe 1: Signal Learning (Belajar Isyarat)
b. Belajar Tipe 2: Stimulus-Respons Learning (Belajar Stimulus-respon)
c. Belajar Tipe 3: Chaining (Rantai atau Rangkaian)
d. Belajar Tipe 4. Verbal Association (Asosiasi Verbal)
e. Belajar Tipe 5: Discrimination Learning (Belajar Diskriminasi)
f. Belajar Tipe 6: Concept Learning (Belajar Konsep)
g. Belajar Tipe 7: Rule Learning (Belajar Aturan)
h. Belajar Tipe 8: Problem Solving (Pemecahan Masalah)
Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara
wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
Setiap anak didik datang ke sekolah agar menjadi orang berilmu pengetahuan,
sebagaian besar waktu yang tersedia harus digunakan oleh anak untuk belajar, tidak mesti di
sekolah, di rumah pun harus ada waktu yang disediakan untuk kepentingan belajar. Namun,
sayangnya hambatan dan gangguan dialami oleh anak didik tertentu. Sehingga mereka
mengalami kesulitan dalam belajar. Pada tingkat tertentu memang ada anak didik yang dapat
mengatasi kesulitan belajarnya, karena anak didik belum mampu mengatasi kesulitan
belajarnya, maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh anak didik.
Faktor-faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak didik dapat dibagi menjadi 4 (empat)
yaitu:
1) Faktor anak didik
Anak didik adalah subjek yang belajar. Kesulitan belajar yang diderita anak didik tidak
hanya yang bersifat menetap, tetapi juga yang bisa di hilangkan dengan usaha tertentu.
Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik:
a. Inteligensi (IQ) yang kurang baik.
b. Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau yang
diberikan oleh guru.
c. Faktor emosional yang kurang stabil.
d. Aktivitas belajar yang kurang.
e. Penyesuaian sosial yang sulit.
f. Lantar belakang pengalaman yang pahit.
g. Cita-cita yang tidak relevan.
h. Latar belakang pendidikan dengan sistem sosial dan kegiatan belajar mengajar di kelas
yang kurang baik.
i. Lama belajar yang tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajarnya.
j. Keadaan fisik yang kurang menunjang.
k. Kesehatan yang kurang baik.
l. Seks atau pernikahan yang tak terkendali.
m. Pengetahuan dan keterampilan dasar yang kurang memadai atas bahan yang dipelajari.
n. Tidak ada motivasi belajar.
2) Faktor sekolah
Sekolah adalah lembaga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah
rehabilitasi anak didik. Sekolah ikut terlibat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak didik.
Faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak
didik adalah sebagai berikut:
a. Guru dengan anak didik kurang harmonis.
b. Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak.
c. Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar anak didik.
d. Cara guru mengajar kurang baik.
e. Alat media yang kurang baik.
f. Perpustakaan sekolah kurang memadai.
g. Suasana sekolah yang kurang menyenangkan.
h. Bimbingan dan penyuluhan yang tidak berfungsi.
i. Kepemimpinan dan administrasi yang kurang menunjang.
j. Waktu sekolah dan disiplin yang kurang.
3) Faktor keluarga
Keluarga adalah lembaga pendidikan informal (luar sekolah) yang diakui
keberadaannya dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, ada beberapa faktor dalam keluarga
yang mennjadi penyebab kesulitan belajar anak didik sebagai berikut:
a. Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah.
b. Kurangnya biaya pendidikan yang disediakan orang tua.
c. Anak tidak mempunyai ruang dan tempat belajar yang khusus.
d. Ekonomi keluarga yang lemah atau tinggi yang membuat anak berlebih-lebihan.
e. Kesehatan keluarga yang kurang baik.
f. Perhatian orang tua yang tidak memadai.
g. Kebiasaan dalam keluarga yang tidak menunjang.
h. Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan.
i. Anak terlalu banyak membantu orang tua.
4) Faktor masyarakat sekitar
Jika keluarga adalah komunitas masyarakat terkecil, maka masyarakat adalah
komunitas masyarakat kehidupan sosial yang tersebar. Dalam masyarakat terpatri strata sosial
yang merupakan penjelmaan dari suku, ras, agama, antar golongan, pendidikan, jabatan,
status, dan sebagainya. Pergaulan yang terkadang kurang bersahabat sering memicu konflik
sosial. Keributan, pertengkaran, pembunuhan, perjudian, perampokan, gossip dan perilaku
jahiliyah lainya sudah menjadi santapan sehari-hari dalam masyarakat.
Ketergantungan pada obat terlarang membuat anak didik pasrah pada nasib. Anak didik
tidak bisa lagi dididik karena pengaruh obat terlarang. Keributan lingkungan sekitar
berpotensi memecahkan konsentrasi anak didik dalam belajar. Akhirnya anak didik tidak
betah belajar karena sulit membangkitkan daya konsentrasi. Kesulitan belajar bagi anak didik
juga bersumber dari media cetak dan media elektronik
Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Secara garis besar, lankah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka usaha mengatasi
kesulitan belajar anak didik, dapat dilakukan melalui 6 (tahap) yaitu:
1) Pengumpulan Data
Usaha yang dapat dilakukan dalam usaha pengumpulkan data melalui kegiatan sebagai
berikut:
a. Kunjungan rumah.
b. Case study dan case history.
c. Daftar pribadi.
d. Meneliti pekerjaan anak.
e. Meneliti tugas kelompok.
f. Melaksanakan tes, baik IQ maupun tes prestasi.
2) Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul tidak akan ada artinya jika tidak diolah secara cermat.
Langkah yang dapat ditempuh dalam rangka pengolahan data adalah sebagai berikut:
a. Identifikasi kasus.
b. Membandingkan antar kasus.
c. Membandingkan dengan hasil tes.
d. Menarik kesimpulan.
3) Diagnosis
Diagnosis merupakan keputusan (penentuan) mengenai hasil dari pengolahan data.
Diagnosis dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak didik yaitu berat dan ringannya tingkat
kesulitan yang dirasakan anak didik.
b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar
anak didik.
c. Keputusan mengenai faktor utama yang menjadi sumber penyebab kesulitan belajar anak
didik.
4) Prognosis
Keputusan yang diambil berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar pijakan dalam
kegiatan prognosis. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan
ramalan mengenai bantuan yang harus diberikan kepada anak untuk membantunya keluar
dari kesulitan belajar. Adapun pertanyaan yang harus diajukan menggunakan rumus 5W+1H.
5) Treatment
Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah:
a. Melalui bimbingan belajar individual.
b. Melalui bimbingan belajar kelompok.
c. Melalui remedial teaching untuk mata pelajaran tertentu.
d. Melalui bimbingan orang tua di rumah.
e. Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.
f. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik secara umum.
g. Pemberian bimbingan mengenai cara belajar yang baik sesuai dengan karakteristik setiap
mata pelajaran.
6) Evaluasi
Evaluasi dimaksudkan untuk menegtahui apakah treatment yang telah diberikan
berhasil dengan baik. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari lingkaran
masalah kesulitan belajar atau gagal sama sekali. Jika terjadi kegagalan treatment, langkah
yang perlu ditempuh adalah Re-ceking (baik yang berhubungan dengan masalah
pengumpulan maupun pengolahan data), Re-diagnosis, Re-prognosis, Re-treatment, Re-
evaluasi.